Merayakan Perayaan | Kelas Pagi Yogyakarta Merekam Ngayogjazz 2014

Post on 24-Jul-2016

229 views 0 download

description

Majalah elektronik ini adalah hasil kerjasama antara Kelas Pagi Yogyakarta dengan penyelenggara Ngayogjazz 2014. Majalah ini merupakan hasil dari kerja dokumentasi sejumlah anak muda kreatif. Dalam kerja dokumentasi ini mereka memfokuskan diri kepada bentuk yang sederhana dan merekam sisi-sisi yang mungkin sering lupa diperhatikan. Harapannya, untuk mengajak penikmat bersama-sama mengeksplorasi ragam bentuk interaksi yang mampu menembus sekat-sekat sosio kultural dalam masyarakat.

Transcript of Merayakan Perayaan | Kelas Pagi Yogyakarta Merekam Ngayogjazz 2014

M E R AYA K A N P E R AYA A N

Kelas Pagi Yogyakarta Merekam Ngayogjazz 2014

Secara linguistik, kata-kata seperti perayaan ataupun festival mempunyai artikulasi yang mengandung unsur selebrasi, ceria, riang dan gembira serta selalu dikuti dengan kondisi spasial yang cukup luas serta melibatkan kumpulan individu yang masif. Namun dalam peristiwa perayaan, adakalanya konteks selebrasi tidak selalu merujuk kepada seremonial tertentu.

Kami percaya bahwa Ngayogjazz merupakan wujud dari perayaan tersebut. Jazz yang dibentangkan sebagai benang merahnya, kami maknai sebagai proses yang dapat melepaskan diri dari identitasnya sebagai salah satu aliran musik. Jazz yang penuh dengan improvisasi, jamming, dan berpijak pada akar rumput dapat diartikan sebagai sebuah perayaan yang jauh dari konteks seremonial formal.

Untuk itu kami menggunakan frasa “Merayakan Perayaan” sebagai bingkai dalam melaksanakan kerja dokumentasi ini.

Kami meyakini bahwa Ngayogjazz merupakan sebuah perayaan yang dapat dirayakan oleh publik dari berbagai latar belakang. Dalam konteks tersebut, kami mempersempitnya menjadi lingkup spasial. Lingkup yang merangkum Ngayogjazz sebagai sebuah entitas khusus yang melebihi identitasnya sebagai sebuah peristiwa musik.

Berangkat dari abstraksi tersebut, kerja dokumentasi ini memfokuskan diri kepada bentuk yang sederhana dan bentuk mungkin sering lupa diperhatikan. Harapannya, kami ingin mengajak penikmat untuk mengeksplorasi ragam bentuk interaksi yang mampu menembus sekat-sekat sosio kultural masyarakat.

Terlepas dari itu, kami meyakini bahwa proses ini merupakan wujud dari perayaan kami terhadap sebuah peristiwa kebudayaan. Perayaan yang baik secara intrinsik maupun ekstrinsik memiliki spektrum luas. Sederhananya, merayakan sebuah perayaan dengan ide dan gagasan yang kami miliki. (GP)

Sekapur S i r ih

Merayakan Perayaan - ii

kpy merekam ngayogjazz 2014 - iii

Merayakan Perayaan - iv

Da

fta

r Is

i

i Cover

ii Sekapur Sirih

iv Daftar isi

v Tim Kerja

6-7 Cerita Sampul

8-21 Partisipasi Warga dan Panitia

22-31 Ada Lagu Mengalun dari Halaman Itu

32-39 Masyarakat Ngayogjazz

40-59 Nandur Jazz ing Pakarti

60-67 Perayaan Dalam Kegelapan yang Tiba-tiba

68-77 Hari Itu Hujan Turun Sebentar

78-97 Ode Untuk Musik : Terimakasih Pak Sudjud

98-113 Yang Vital Dari Balik Layar

114-115 Kerjasama

kpy merekam ngayogjazz 2014 - v

Tim

Ke

rja

Penyunting : Kurniadi Widodo Doni Maulistya Galatia Puspa

Fotografer : Saila Rezcan Carten Nulagraha Robert CL Ferdinan Wakhid Niken Pamikatsih Intan Agisti Henky Praboto Tim Dokumentasi Ngayogjazz

Teks : Galatia Puspa Saila Rezcan

Tata Letak : Doni Maulistya

Penyelaras Warna : Carten Nulagraha Kurniadi Widodo

Merayakan Perayaan - 6

Cer i ta Sampul

Persiapan Ngayogjazzfoto oleh :

Ferdinan WahkidRobet CLKurniadi WidodoCarten N

Pagi itu, Samini hanya sempat bercerita mengenai bunga tabur yang ditentengnya. Bunga tersebut akan dia gunakan untuk mendoakan leluhurnya di pemakaman Dusun Brayut.

Ferdinan Wakhid yang kebetulan berhasil membujuknya untuk berpose, justru mendapati cerita bahwa Samini akan menikahkan anaknya satu hari setelah Ngayogjazz usai.

Secara kebetulan, pertunjukan jathilan yang menjadi salah satu pertunjukan pembuka Ngayogjazz 2014, digelar persis didepan gebyog pelaminan yang ditempatkan di halaman rumah ibu Sumini. Gebyog tersebut telah disusun rapi , dihias dengan cantik dan siap untuk hajatan mantenan.

Sumini dan suaminya, Sunyoto, tentu sudah mempersiapkan detail acara pernikahan anaknya dari jauh-jauh hari, mengingat hal tersebut (biasanya) terjadi sekali seumur hidup. Mungkin saja, perjumpaanya dengan Ngayogjazz pada hari itu, bukanlah hal yang

masuk dalam rencana mereka. Meskipun begitu, nampaknya kehadiran Ngayogjazz tidak begitu dirisaukan oleh keluarga Sunyoto. Terbukti, selain jathilan terdapat pasar rakyat yang juga berada di halaman rumahnya.

Pada Sunyoto kita sebenarnya sedang diajak untuk melihat kembali jazz beserta semangatnya.

Jazz yang ramah, penuh keterbukaan, lekat dengan improvisasi serta spontanitas dan jauh dari kesan elitisme. Seperti Sunyoto, yang dengan tangan terbuka mengakomodasi ‘orang lain’ untuk menggunakan pelaminan anaknya.

Namun sebenarnya kita patut curiga, barangkali dia adalah penggemar Duke Ellington, seorang maestro jazz yang sering berkelakar, “Put it this way: Jazz is a good barometer of freedom…”. (GP)

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 7

Merayakan Perayaan - 8

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 9

Merayakan Perayaan - 10

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 11

Merayakan Perayaan - 12

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 13

Merayakan Perayaan - 14

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 15

Merayakan Perayaan - 16

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 17

Merayakan Perayaan - 18

“Put it this way:

Jazz is a good barometer of

freedom…”.Duke Ellington

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 19

Ada Lagu yang Menga lun Dar i Ha l aman I tu

Bagi Mugi Wiyarto, halaman depan rumahnya yang lebar dan bertanah, sudah sering didatangi banyak orang. Memang sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat di Desa Brayut untuk bertandang kerumahnya. Karena di halaman rumah itulah sejumlah pemuda mengolah raganya dengan bermain voli. Selain sebagai pemilik rumah yang dilengkapi dengan lapangan voli, ternyata Mugi Wiyarto adalah sosok bapak yang dipercaya oleh sejumlah pemuda setempat sebagai pelatih voli di dusun tersebut.

Halaman rumah milik Mugi Wiyarto, adalah satu dari 4 halaman rumah yang digunakan untuk panggung Ngayogjazz 2014. Selain itu, tercatat juga keluarga Mitro Arjo, keluarga Adi Warsito, dan keluarga Budi Utomo, yang merelakan halaman rumah mereka untuk diduduki oleh benda asing yang bernama “Panggung Jazz”.

Brayut, seperti pada umumnya desa di bagian utara kabupaten Sleman, memiliki suasana yang cukup mewah bagi orang-orang kota. Udara yang segar, rumah-rumah dengan halaman luas, dan jauh dari bisingnya kehidupan urban, kiranya sudah cukup untuk menyematkan label eksotis di desa tersebut.

Lalu bagaimana masyarakat Brayut menatap jazz?

Ternyata mereka memperlakukan jazz tak ubahnya seperti “Merti Desa”. Menganggap gedombrengan jazz sebanding dengan ramainya musik pengiring jathilan. Intinya, mereka menyambut kedatangan orang-orang penikmat Nagyogjazz 2014 dengan tangan dan hati yang terbuka. Ah! Sedap betul bukan. (GP)

Foto Oleh : Doni MaulistyaGalatia Puspa Sani

Merayakan Perayaan - 24

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 25

Merayakan Perayaan - 26

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 27

Merayakan Perayaan - 28

“ M e n g a n g g a p

g e d o m b re n g a n

j a z z s e b a n d i n g

d e n g a n

ra m a i n y a

m u s i k

p e n g i ri n g

j a t h i l a n . ”

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 29

Foto Oleh :

Saila Muti Reschan

Masyaraka t Ngayog j azz

“Music is everybody’s possession...” begitulah kira-kira penggalan kalimat yang pernah dilontarkan oleh John Lennon, musisi yang mempunyai pengaruh cukup luas selama dua abad terakhir.

Barangkali memang benar adanya. Kecintaan, dan kebutuhan manusia terhadap musik bukan lagi disandarkan kepada perbedaan kelamin, usia, ras, dan status sosial.

Spektrum musik yang begitu luas telah menembus sekat-sekat yang ada. Tabik!(GP)

Merayakan Perayaan - 32

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 33

“Karena sekolah sebelahan sama venue acara, jadi bisa bolos.”

“Datang terlalu sore, jadi harus segera pulang karena bawa bayi.”

Merayakan Perayaan - 34

“Berangkat sendiri nggak apa-apa, karena saya tahu di sini nggak

akan sendirian.”

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 35

Merayakan Perayaan - 36

“Ra patio mudeng musike, tapi dolan wae.”

“Nonton Jazz bisa sambil ngopi dan ngudud, santai.”

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 37

“Ngayogjazz acara yang luar biasa

untuk keluarga.”

Merayakan Perayaan - 38

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 39

Merayakan Perayaan - 42

Foto Oleh :

Kurniadi Widodo

Nandur Jazz ing Pakarti

Banyak dari masyarakat kita sepertinya masih menilai musik jazz sebagai sebuah simbol gengsi, kepribadian kelas menengah-atas, lambang kemapanan dan lain sebagainya.

Itu semua betul-betul abstrak. Bagaimana mungkin hasil olah rasa manusia hanya dikaitkan apalagi dilekatkan kepada identitas tunggal. Benar-benar sebuah kelucuan.

Baiknya, musik-musik impor seperti jazz, harus disikapi

sama seperti gambang kromong, kroncong, atau bahkan macapatan.

Mereka tidak ada bedanya, sama-sama wujud dari kecerdasaan olah rasa manusia, titik.

Sehingga implikasinya, musik jazz berhak untuk dinikmati oleh semua kalangan. Dimainkan di kampung-kampung, berdampingan dengan jathilan, dan dengan bermodal sarung pun sudah cukup untuk menikmatinya. (GP)

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 43

Merayakan Perayaan - 44

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 45

Merayakan Perayaan - 46

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 47

Merayakan Perayaan - 48

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 49

Merayakan Perayaan - 50

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 51

Merayakan Perayaan - 54

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 55

Merayakan Perayaan - 56

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 57

Merayakan Perayaan - 58

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 59

Perayaan Da l am Kege l apanyang T iba - t i ba

Foto Oleh

Kurniadi WidodoHenky P

Merayakan Perayaan - 62

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 63

Merayakan Perayaan - 64

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 65

Foto Oleh :

Kurniadi Widodo

Har i I tu Hu j an Turun Sebentar

Beberapa hari menjelang berlangsungnya Ngayogjazz sudah ramai becandaan yang dilontarkan di sosial media.

Salah satu topik yang ramai diperbincangkan adalah mengenai persiapan menghadapi hujan.

Bahkan lewat akun resminya, pihak Ngayogjazz mengeluarkan video tips dan trik menjelang hari pelaksanaan. Lagi-lagi yang menjadi topik utama mengenai hujan, intinya lebih baik membawa mantel daripada menggunakan payung.

Sudah menjadi kebiasaan apabila event di penghujung tahun tersebut selalu bersahabat dengan hujan. Barangkali mereka mengartikan hujan sebagai simbol kesuburan dan rejeki, sesuatu yang tidak pantas untuk ditolak.

Hari itu, Sabtu Kliwon 22 November 2014, ketika matahari sudah tidak tepat berada diatas kepala, nampak beberapa penonton sudah menggenggam payung. Perkiraan mereka memang benar, tepat selepas ashar hujan mulai mengguyur. Dalam sekejap, Brayut berselimutkan mantel warna-warni.

Sayangnya hari itu hujan turun sebentar saja!(GP)

Merayakan Perayaan - 70

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 71

Merayakan Perayaan - 72

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 73

Merayakan Perayaan - 74

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 75

Merayakan Perayaan - 76

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 77

Hari itu Sujud Sutrisno membuka panggung Ngayogjazz dengan salah satu lagu andalannya, Satu Ditambah Satu.

Ditengah kondisi badannya yang semakin renta, vokal dan notasi kendang yang dimainkannya masih tetap sama, nyaring, renyah, dan enerjik.

Mengawali karir menjadi ‘PPRT’–pemungut pajak rumah tangga-begitu dia menyebut profesinya, semenjak tahun 1964, Sujud mendatangi rumah-rumah di sekitar Yogyakarta dengan permainan kendangnya yang unik dan khas. Membawakan lagu dengan lirik guyon parikena ala Jogja. Oleh karena itu dia juga sering disebut Sujud Kendhang.

Barangkali kesejatian musisi tercermin dari bagaimana dia memperlakukan musiknya. Memberinya kehidupan untuk mampu berkembang dan menjadi mandiri. Sehingga mampu hidup dan menghidupi. Seperti yang sudah Sujud lakukan, semenjak berpuluh-puluh tahun lalu dengan kendang dan uyon-uyon nya.

Terimakasih Pak Sujud, uyon-uyonmu memberikan kami kepercayaan diri untuk mendengarkan rentetan penampil waktu itu. Sekali lagi, terimakasih Pak Sujud.(GP)

Ode Untuk Mus ik ; Ter imakas ih Pak Su jud

Foto Oleh :

Niken PamikasihIntan AgistiTim Foto Ngayogjazz

Merayakan Perayaan - 82

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 83

Merayakan Perayaan - 84

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 85

Merayakan Perayaan - 88

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 89

Merayakan Perayaan - 90

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 91

Merayakan Perayaan - 92

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 93

Merayakan Perayaan - 94

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 95

Merayakan Perayaan - 96

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 97

“Barangkali kesejatian musisi tercermin dari bagaimana dia memperlakukan musiknya.”

Foto Oleh :

Carten N

Yang V i ta l dar i Ba l ik Layar

Meskipun vital, seringkali sekumpulan orang-orang dibalik layar ini dianggap tidak subtil. Padahal kerja-kerja mereka menempati skala terbanyak sebelum, selama, dan sesudah para musisi berada di panggung. Kenikmatan penonton, keberhasilan musisi, dan (mungkin) kepuasan sponsor ada di tangan mereka.

Kesuksesan Ngayogjazz dari tahun ke tahun, tidak lepas dari ketepatan dan kefektifan penyelenggaranya.

Meskipun sudah menjadi peristiwa tahunan dan

dikerjakan sistem yang jelas, sudah tentu tetap dibutuhkan cara kerja yang selalu ringkas dan tangkas. Namun tidak lupa untuk selalu diselipi dengan rupa-rupa tawa dan guyonan yang khas.

Kerja mereka adalah usaha yang tidak mudah dilakukan, lebih-lebih untuk memenuhi ekspektasi penonton, musisi dan masyarakat yang desanya diduduki.

Dari balik layar, mereka menghapus lelah, menguap, mengusir kantuk demi lancarnya peristiwa peraayaan ini.(GP)

Merayakan Perayaan - 100

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 101

Merayakan Perayaan - 102

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 103

Merayakan Perayaan - 106

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 107

Merayakan Perayaan - 108

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 109

Merayakan Perayaan - 110

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 111

Merayakan Perayaan - 112

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 113

Merayakan Perayaan - 114

kpy merekam ngayogjazz 2014 - 115

Majalah Elektronik ini dipersembahkan atas kerjasama :

Kelas Pagi Yogyakarta danPenyelenggara Ngayogjazz 2014

Indonesia2015