Membedah Permasalahan Dekonsentrasi dan Proyeksi Untuk Rekonstruksi Kebijakan di Masa Mendatang

Post on 21-Oct-2014

867 views 2 download

Tags:

description

FGD / Expert Panel I dalam rangka Penelitian “Relevansi Dekonsentrasi Sebagai Instrumen Pemerintah Dalam Mendukung Kebijakan Nasional di Daerah di Era Desentralisasi” Jakarta, 30 Juni 2014

Transcript of Membedah Permasalahan Dekonsentrasi dan Proyeksi Untuk Rekonstruksi Kebijakan di Masa Mendatang

FGD / Expert Panel I dalam rangka Penelitian “Relevansi Dekonsentrasi Sebagai Instrumen Pemerintah Dalam Mendukung Kebijakan Nasional di Daerah di Era Desentralisasi”

Jakarta, 30 Juni 2014

DESEN DEKON

UN

ITA

RY

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Tugas

Pembantuan

Dekonsen-

trasi

Desentra-

lisasi

Wilayah “Misteri”

yg diteliti

FGD / EXPERT PANEL

FGD I (30-6-2014)

� Bagian dari pengumpulandata;

� Berfungsi untukmemverifikasi policy issues & research questions;

� Fokus pada pemetaanmasalah dan hubungankausalitasnya;

� Akan digabung dengan data sekunder & hasil wwancarauntuk memperkuat validitasdata penelitian.

FGD II (est. Akhir Ags)

� Dilakukan setelah tahapanalisis / interpretasi data;

� Berfungsi untukmemverifikasi hasil analisis, temuan, dan rekomendasi;

� Fokus pada hasil penelitianuntuk memperkuat validitashasil & rekomendasi, sehingga memperkuatprobabilitas untukimplementasi yang lebihbaik.

PENELITIAN

“Bagaimanakah sesungguhnya relevansi

dekonsentrasi dalam mendukung kebijakan

nasional di daerah dan memperkuat

pembangunan daerah otonom?”

DERAJATNYA(Wajib – Pilihan,

Hapuskan)

SUBSTANSI-NYA

(Jenis Program)

SUBYEKNYA(Pusat, Instansi

Vertikal, Daerah)

Menjawab sejauh mana relevansi

dekonsentrasi sbg instrumen

pemerintah (pusat) dalam menjamin

terlaksananya kebijakan nasional

di daerah serta memperkuat

pembangunan daerah otonom.

yang DIINGINKAN

DEKONSENTRASI

� Apa sesungguhnya urgensi dari asas dekonsentrasidalam sistem pemerintahan kita?

� Apakah dekonsentrasi adalah satu-satunya alatpemerintah untuk mendukung dan menjaminterselenggaranya kepentingannya di daerah, atau untukmemenuhi urgensi tadi?

� Apakah jika program/anggaran dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada wakil pemerintah dihapus, makakepentingan pemerintah (nasional) tidak terlaksanadengan baik di daerah? Adakah dampak yang sangatmendasar jika dekonsentrasi kepada wakil pemerintahdihapus saja, sehingga tersisa dekonsentrasi untukinstansi vertikal saja?

DEKONSENTRASI

• Mendekatkan akses masyarakatkepada aparat pusat, meningkatkanmobilisasi sumber daya (Turner, 2002);

• Mengkombinasikan tindakanpemerintah pusat & daerah. membuatpemerintah lebih sensitif dalampengambilan keputusan, sertamenciptakan prosedur yg lebihkompetitif (Bizet, 2002);

• Mendapatkan efisiensi dan efektivitasdalam pengelolaan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan umum, serta untuk menjamin hubungan ygserasi antara Pemerintah dan Daerah, serta antar Daerah (PP 39/2001 jo. PP 7/2008)

Apakahmanfaat itu

terjadi di Indonesia? Jika Ya, apa

indikatornya; Jika Tidak, mengapa?

DEKONSENTRASI

� Apa saja kriteria yang sebaiknya digunakan untukmenentukan suatu urusan/program sebagaiurusan/program dekonsentrasi?

� Menurut pengamatan bapak/ibu, apakahpemerintah pusat (cq. Kementerian/Lembaga) sudah memiliki dan menerapkan kriteriaurusan/program dekonsentrasi dengan benar?

DEKONSENTRASI

� Jika kebijakan pengalihan anggaran dekonsentrasi menjadi DAK sudahterealisasi, apa sumber pendanaan pengganti untuk urusandekonsentrasi?

� Jika tidak ada penggantinya, maka urusan dekonsentrasi tidak dapatdiimplementasikan. Ini berarti pula urusan dekonsentrasi akanterhapus dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, atau paling tidak semakin memperkecil peranan dekonsentrasi. Apakah seperti iniarah regulasi kedepan?

� Jika peran dekonsentrasi semakin lemah, bagaimana agenda penguatan negara kesatuan bisa dijamin?

� KL mana saja yang sudah menerapkan kebijakan ini? Adakah evaluasiterhadap kendala, masalah atau dampak dari kebijakan ini? Jikasudah, apa rencana tindak lanjut kedepan?

� Perintah pengalihan dana dekonsentrasi menjadi DAK secara teknissulit dilakukan karena dana dekonsentrasi tidak boleh digunakanuntuk kegiatan fisik, sementara DAK justru lebih banyak untukmendukung proyek fisik. Bagaimana menjembatani gap ini dankompromi seperti apa yang ditempuh?

DEKONSENTRASI

� UPT, Kantor Regional, Pusat, atau unit kerja K/L di daerah(selain yang menjalankan urusan absolut pemerintah) apakahjuga masuk dalam kategori sebagai “Instansi Vertikal”?

� Jika Ya:

� Bukankah program kerja mereka harus disebut sebagaiprogram dekonsentrasi, dan anggarannya juga anggarandekonsentrasi?

� Bukankah program dan anggaran unit K/L di daerah tadi harusdikoordinasikan oleh Gubernur selaku wakil pemerintah?

� Sesuai dengan definisi “dekonsentrasi” sebagai “pelimpahanwewenang”, bukankah seharusnya ada pelimpahan wewenangdari pimpinan K/L kepada unit kerja K/L tersebut?

� Jika Tidak, status kelembagaan unit K/L di daerah tersebuttidak sesuai dengan definisi dekonsentrasi. Artinya, bukanperangkat daerah, bukan perangkat pusat sepenuhnya(karena berada di daerah), dan bukan pula Instansi Vertikal? Lantas, model kelembagaan apa unit kerja semacam ini?

DEKONSENTRASI

� Menurut UU No. 32/2004, wakil pemerintah adalahkedudukan dan peran yang dibebankan kepada Gubernursecara ex-officio (karena jabatannya), dan bukan padainstitusi. Apakah tidak lebih baik fungsi itu melekat padaGubernur selaku KDH, sehingga perangkat daerah secaraotomatis juga menjalankan fungsi ganda?

� Apakah gubernur yang memiliki peran ganda sebagai KDH dan sekaligus sebagai Wakil Pemerintah ini dapatdikatakan sebagai fused-model dalam otonomi daerahseperti konsep UU No. 5/1974 ?

� Secara normatif maupun empiris, kedudukan WakilPemerintah tidaklah sekuat Kepala Wilayah. Ketiadaanperangkat kelembagaan Wakil Pemerintah adalah salahsatu penyebabnya. Apakah konsep Wakil Pemerintah inimasih perlu dipertahankan (jika hanya menajdiformalitas)?

DEKONSENTRASI … cont.

� Bagaimana mewujudkan keseimbangan peran gubernurselaku wakil pemerintah dan selaku kepala daerah ?

� Bagaimana peran dan tugas bupati/walikota dalamkerangka dekonsentrasi? Apakah di tingkatkabupaten/kota memang tidak dibutuhkan seorang wakilpemerintah?

o Dengan tidak adanya wakil pemerintah di kabupaten/kota, apakah bupati/walikota cukup hanya sebagai representasirakyat?

o Dengan terpisahnya fungsi desentralisasi dan dekonsentrasi(split-model), bagaimana menjamin kepentinganpemerintah dapat terselenggara dengan baik di kabupaten/kota?

PROGRAM & ANGGARAN

� Banyak pihak mensinyalir bahwa ada duplikasi atautumpang tindih antara program/anggaran K/L denganprogram/anggaran yang didekonsentrasikan; atauantara program/anggaran dekonsentrasi denganprogram/anggaran provinsi. Bagaimana pandanganbapak/ibu, apakah memperkuat indikasi tersebutatau ada pendapat lain?

� Bagaimana mengintegrasikan program dekonsentrasidengan program atau prioritas pembangunandaerah?

DEKONSENTRASI

� Menurut analisis bapak/ibu, bagaimana konstruksidekonsentrasi yang lebih ideal dalam konteks revisiUU No. 32/2004?

� Bagaimana model kelembagaan dan pengelolaankeuangan dekonsentrasi yang sebaiknya?

� Bagaimana mekanisme perencanaan dan model pertanggungjawaban yang baik dalampenyelenggaraan fungsi dekonsentrasi?

Jakarta, 30 Juni 2014

DESEN DEKON

UN

ITA

RY