Post on 06-Aug-2015
MEMAKNAI CERITA MENGASAH JIWA :
MENDIDIK ANAK MELALUI DONGENG
Oleh: Mulyatun
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
ABSTRAK
Kesibukan kerja menyita waktu orang tua, terutama di kota-kota besar menyebabkan para
orang tua tak lagi punya waktu untuk mengantarkan tidur anak mereka dengan dongeng.
Berbagai macam produk hiburan seperti TV, DVD dan play station menyerbu ruang batin dan
ruang pikir anak-anak, menggusur dongeng dari dekapan para orang tua. Para orang tua tidak
sadar begitu banyak manfaat dongeng jika dibandingkan dengan media pendidikan anak yang
lain. Anak-anak yang sering didongengi biasanya tumbuh menjadi anak yang lebih pandai,
lebih tenang, lebih terbuka, dan lebih seimbang jika dibandingkan dengan anak-anak yang
tidak didongengi. Dongeng menjadi media orang tua dalam memberikan pendidikan secara
langsung tanpa anak merasa dijejali secara otoriter. Metode bercerita adalah salah satu cara
terbaik dalam pendidikan anak. Mendengarkan cerita dongeng akan mencerahkan,
menginspirasi, dan memotivasi hidup anak-anak. Orang tua /pendidik selayaknya
memperbanyak cerita dongeng yang bermanfaaat untuk menanamkan akhlaq yang baik pada
anak-anak. Mengingat begitu besar manfaat dongeng dalam pendidikan anak, merupakan
alasan yang kuat bagi orang tua untuk menggalakkan kembali kegiatan mendongeng.
Kata Kunci: Dongeng, pendidikan anak
PENDAHULUAN
Saat ini nampaknya mendongeng cerita pada anak sebelum tidur bukanlah merupakan
suatu tradisi lagi. Dorongan mengejar materi sebanyak-banyaknya, kesibukan kerja yang
menyita waktu orang tua, terutama di kota-kota besar, menyebabkan para orang tua tak lagi
punya waktu dan tenaga untuk mengantarkan tidur anak-anak mereka dengan aneka ragam
dongeng. Anak berangkat tidur tanpa ditemani ibu atau tanpa mendengarkan dongeng terlebih
dahulu. Orang tua kini cenderung untuk menyerahkan tugas mendongeng kepada majalah
anak-anak, buku cerita bergambar ataupun pita-pita kaset berisikan dongeng-dongeng. Para
kapitalis bisnis media audio visual (televisi dan VCD) mengisi ruang kosong komunikasi
kasih antara anak dan orang tua ini. Adalah hal biasa kita menemui anak pra-sekolah yang
tinggal di rumah sendiri dikelilingi buku-buku maupun cerita pita kaset tetapi mereka tidak
akan tahu isi cerita dari buku-buku maupun pada kaset itu. Orang tua kurang menyadari,
bahwa memberikan buku-buku cerita bergambar pada anak tak aka ada gunanya, apabila
orang tua tidak membimbing anak secara langsung untuk mengerti isi buku cerita tersebut.1
Selain kesibukan orang tua dalam mencari nafkah, sarana lain seperti televisi, juga
telah menjadi kendala hiangnya tradisi orang tua untuk mendongeng pada anak-anaknya.
Berbagai macam produk hiburan menyerbu ruang batin dan ruang pikir anak-anak kita,
menggusur dongeng dari dekapan para orang tua. Hasil akhir, kita dapatkan bahwa dongeng
semakin kehilangan bentuk tradisi. Dongeng yang sesungguhnya memiliki eksistensi atau jati
diri, dalam perkembangannya mengalami degradasi. Kondisi ini cepat atau lambat
menyebabkan terganggunya kualitas pendidikan anak-anak kita karena komunikasi kasih
antara orang tua dan anak telah lenyap. Kita menganggap mendongeng sebelum tidur
terkesan sepele. Padahal, momen kebersamaan inilah yang paling ditunggu dan dikenang
anak dari orang tuanya. Apalagi, mendongeng sebelum tidur tidak hanya bermanfaat bagi
anak tetapi juga pada orang tuanya. Salah satunya adalah dengan mendongeng, akan
menumbukhkan kedekatan orang tua dengan anak.2 Dongeng merupakan jenis tradisi lisan
yang memiliki peran penting dalam masa pertumbuhan ahlak anak-anak. Sebab dalam
dongeng terdapat unsur hiburan disamping pendidikan. Pesan-pesan mulia tersebut
diharapkan mampu membawa anak-anak pada alam kehidupan sehari-hari yang lebih baik.3
TELEVISI Vs DONGENG
Di zaman yang serba canggih ini, kegiatan mendongeng di mata anak-anak sudah
tidak populer lagi.. Padahal dahulu saat perkembangan teknologi belum semaju sekarang,
mendongeng seolah menjadi budaya dikalangan orang tua. Sudah menjadi kebiasaan bagi
orang tua untuk membacakan cerita Si Kancil, atau Timun Mas sebelum anaknya tidur.
Dorongan mengejar materi sebanyak-banyaknya, kesibukan kerja yang menyita waktu orang
tua, terutama di kota-kota besar, menyebabkan para orang tua tak lagi punya waktu dan
tenaga untuk mengantarkan tidur anak-anak mereka dengan aneka ragam dongeng.
Keberadaan alat-alat hiburan seperti TV, VCD, dan Playsation juga turut
menyumbang penyebab peran pendongeng menjadi lumpuh. Televisi telah menyerang dunia
nak-anak sedemikian rupa. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada
televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang
biasanya bukan tontonan yang pas untuk anak anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara
yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame. Banyak orang
menganggap televisi baik untuk anak-anak. Namun, banyak survei menemukan bahan televisi
justru menghambat perkembangan mental anak.4 Hasil survei menunjukkan bahwa anak yang
sering melihat televisi mempunyai daya ingat dan kemampuan membaca lebih buruk
dibandingkan mereka yang hanya jarang-jarang saja melihatnya.
Mendengar dengan menonton lebih baik mendengar. Mendengar membuat insting
menjadi peka, pikiran kritis dan otak bermain dengan cepat. Berbeda dengan menonton,
pendengaran menjadi lemah, otal pasif dan perasaan meninggi. Orang yang suka menonton
televisi biasanya perasannya terbawa, sehingga ia semakin kecanduan menonton acara yang
dilihatnya. Mentalitas orang yang menonton televisi menjadi pasif manja, dan apatis terhadap
persoalan lain yang terjadi, selain menu-menu di televisi kurang mendidik.5 Tayangan televisi
berhasil menebarkan racun kepada generasi muda dan anak-anakmelalui tayangan film-film
horor atau mistik yang mengandung kekufuran dan kesyirikan.6
Kemajuan teknologi tersebut ternyata membentuk mental ekstasi dalam diri anak-
anak.7 Mental ekstasi tersebut rupanya membentuk kepribadian terbalik pada diri anak-anak.
Maksudnya adalah saat ini anak-anak seolah bangga jika melakukan perbuatan keliru.
Mereka seolah tidak merasa berdosa jika melakukan kesalahan. Hal ini menurutnya
disebabkan adanya berbagai tokoh dalam cerita-cerita luar negeri yang menampilkan sosok
penjahat yang memiliki kekusaan. Sehingga dimungkinkan dalam cerita tersebut tokoh jahat
justru mengalahkan tokoh yang membela kebenaran. Sangat berbeda ketika anak membaca
atau mendengarkan dongeng, kata-kata yang tercetak disana akan divisualisasikan dalam
fikiran mereka. Sebagai contohnya, jika anak membaca mendengarkan dongeng tentang tujuh
kurcaci di sebuah negeri dongeng, karakter dalam cerita itu akan digambarkan dengan jelas
dalam pikiran si anak. Manusia-manusia kecil, tongkat ajaib, istana, nenek sihir, pelayan,
kebun bunga, semuanya mengalir dalam imajinasi naka seakan-akan nyata adanya. Dengan
visualisasi ini, anak-anak berarti telah melatih kerja otak mereka. Dan, ini juga berarti telah
mengasah kecerdasan dan kreativitas anak.8
Sebaliknya, bagaimana dengan anak-anak yang suka melihat televisi? Untuk cerita
yang sama, istana dan berbagai karakternya sudah ada di layar televisi dengan segala atribut
dan nuansanya, Jadi anak tidak harus repot-repot menvisualisasikan dan melatih otak mereka.
Konsekuensinya, anak menjadi tidak imajinatif, otak pun menjadi tumpul.9 Memang benar,
alat permainan modern dapat berpengaruh buruk pada perkembangan karakter anak. Maka
dari itu, para orang tua harus bisa membatasi anak-anaknya dari pengaruh buruk tersebut.
Salah satunya dengan membiasakan mendongengkan cerita-cerita yang menggambarkan
watak tokoh yang bisa mereka teladani sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak
menjelang dewasa.
MENGHIDUPKAN KEMBALI TRADISI MENDONGENG
Pada keluarga inti dalam kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini, di
tengah kesibukan ayahdan ibu berkiprah di luar rumah sesuai tuntutan zaman, kepedulian
terhadap kebutuhan anak tentang dongeng ini perlu tetap mendapatkan perhatian dalam
memberikan pendidikan dan kepengasuhan anak.
Anak-anak tanpa sadar selalu memerlukan dan merasa haus akan dongeng. Sementara
melalui dongeng, orang tua yang mendongeng sebenarnya tidak sekedar mendongeng. Di
balik itu,yang terpenting adalah kemampuan menanamkan nilai nilai kehidupan pada anak
tanpa anak merasa digurui dan diharuskan. Untuk itu, kesadaran orang tua terhadap
kebutuhan anak tentang dongeng perlu disadari bersama. Selain itu, dengan menghidupkan
kembali tradisi mendongeng, akan sekaligus mengembangkan fungsi rumah seperti semula,
yaitu rumah sebagai suatu lingkungan tempat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan
baik. Menurut Drs. Hanifan Bambang Purnomo dalam Memahami Dunia Anak-Anak,
rumah sangat berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan anak.
Rumah adalah suatu tempat bagi orang tua dan anak-anaknya tinggal bersama dan
berkumpul. Tinggal bersama tidak hanya diartikan bersama-sama mengisi kehidupan yang
harus dijalaninya. Rumah yang menyenangkan bukanlah rumah yang kalau hujan tidak bocor
atau rumah yang atapnya terbuat dari sirap modern dan sebagainya, tetapi rumah yang dapat
memberikan perasaan aman dan damai pada anak dan orang tua. Di sini, lagi-lagi diperlukan
interaksi orang tua dengan anak yang intens dan berkualitas. Dalam suasana yang seperti
inilah, keluarga modern memerlukan wadah dongeng sebagai upaya mengintensifkan dialog
serta menghindarkan terjadinya komunikasi yang monolog sehingga akan dapat
menumbuhkan kedekatan orang tua dengan anak.
JENIS-JENIS DONGENG
Handayu (2001) mengklasifikasikan dongeng menurut sejarah asal muasal cerita
dalam sastra indonesia meliputi beberapa jenis, antara lain:
1. Mite
Dongeng yang isinya berhubungan dengan kehidupan dewa-dewi, ruh halus dan sebagainya,
yang timbulnya berkaitan erat dengan kepercayaan animisme dan dinamisme di kalangan
masyarakat lama. Sebagai contoh cerita tentanf NyiRoro Kidul, Harimau Jadi-jadian dan
sebagainya.
2. Legenda
Dongeng yang isinya berhubungan dengankejadian-kejadian alam atau terjadinya suatau
tempat dengan dibumbui khayalan tetapi dibuat seolah-olah benar-benar terjadi. Misalnya :
Malin Kundang, Batu Menangis, Terjadinya Gunung Tangkuban perahu dan sebagainya.
3. Fabel
Dongeng yang isinya berhubungan dengan dunia binatang. Binatang diceritakan bisa
berbuatatau bertingkah laku seperti manusia. Isi fabel biasanya bersifat didaktis karena
memberi pelajaranmoral dan adat istiadat yang baik kepada manusia.
4. Sage
Dongeng yang isinya mempunyai unsur sejarah. Tokoh-tokoh ceritanya pernah disebut-sebut
dalam sejarah, namun unsur khayalan lebih ditonjolkan daripada kenyataan. Contoh: Joko
Tingkir, Ciung Wanara, Hang Tuah, Calon arang, dan sebagainya.
5. Parabel/Cerita Ibarat
Dongeng yang isinya bersifat mendidik.Diceritakan tokoh-tokohnya pantas diteladani
maupun tokoh-tokoh yang seharusnya tidak boleh dicontoh. Caerita ini disusun untuk
menyampaikan ajaran agama, moral, dan kebenaran. Contohnya: Carita tentang Nabi dan
para sahabatnya, cerita para wali, dan sebagainya.
MEMILIH BUKU CERITA UNTUK ANAK
Adakah kaitan antara bacaan dengan suatu masyarakat? Ada, bahkan sangat terkait.
Ismail Marahimin (2000) dalam buku “menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini”, mengutip
hasil penelitian David McClelland, mencatat perbedaan antara Eropa Timur dan Eropa Barat.
Sebagaimana diketahui, perkembangan Eropa Timur tidak sepesat Eropa Barat. Jika
dibandingkan, terutama hingga dekade 1980-an, keduanya seperti langit dan bumi. Eropa
Timur mundur beberapa langkah ditilik dari berbagai aspek. Sedangkan Eropa barat maju
pesat, tidak saja perekonomiannya, tapi juga sosial, budaya dan pendidikan. Lama sang
psikolog meneliti. Dicari akar perbedaan dari etos kerja, bukan. Dari sosial dan budaya,
bukan. Dari latar pendidikan juga bukan. Lalu ditelitinya cerita rakyat yang berkembang
dalam masyarakat serta diselisik ragam bacaan seperti apa yang dikonsumsi. McClelland
menemukan, perbedaan mendasar anatar eropa timur dan dan eropa barat justru terletak pada
cerita /bacaan.
Kini, ketika begitu banyak bacaan di sekitar kita dan sangat mudah untuk
mendapatkannya, maka membacakan cerita pada anak sebelum tidur merupakan pilihan yang
baik. Masalahnya, bagaimana mendapatkan dan memilih bahan bacaan yang pas untuk anak,
terutama anak usia bawah lima tahun yang belum dapat membaca sendiri.
Berikut ini tips yang diungkapkan oleh Putra (2008) dalam memilih cerita dongeng yang
sesuai untuk anak adalah sebagai berikut:
1. Cerita yang didalamnya terkandung nilai-nilai luhur, seperti kepahlaana, kesatriaan,
kebaikan, cinta tanah air, kesetiaan, kejujuran, kemurahan hati, saling pengertian, cinta
damai, memaafkan solidaritas, tidak balas dendam, suka menolang, serta yang
mengandung nilai-nilai luhur yang lain. Misalnya anak diberi cerita sejarah perjuangan
Bung Karno dan Jenderal Besar Soedirman. 10
2. Mengandung pesan-pesan (message) positif, Misalnya, buku yang diakhir simpulannya
mengajarkan supaya anak taat dan mencintai orang tua. Dengan kata lain, pilihlah cerita
dongeng yang didalamnya terkandung hikmah positif yang dapat dipetik. Hampir setiap
cerita rakyat, terkandung hikmah.
3. Cerita yang menyiratkan atau menggelorakan semangat pantang menyerah, sehingga
mendorong anak nantinya untuk berbuat demikian. Semangat pantang menyerah
(adversity Quotitent) perlu dimiliki seorang agar di kelak kemudian hari dapat berhasil.
Banyak orang yang ditilik dari aspek intelektual sangat tinggi, namun karena mudah
menyerah menjadi gagal dalam kehidupannya.
4. Cerita yang mengandung semangat untuk berprestasi yang adalam istilah psikolog sosial,
David McClelland disebut dengan N-Ach (need for achievement)
5. Cerita yang mengandung nilai-nilai sosial dan persahabatan
6. Cerita yang memupuk semangat hidup religius
7. Cerita yang menganjurkan bersikap positif dan optimis
Cerita dongeng mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, maka seorang
pendidik selayaknya memperbanyak cerita dongeng yang bermanfaaat dan itu banyak sekali
terdapat dalam Al-Quran Al Karim dan sunnah-sunnah yang suci diantaranya, Cerita dongeng
Ashabul Kahfi (penghuni gua), bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada
Allah, cinta kepada tauhid dan membenci kepada kemusyrikan. Cerita dongeng Isa alahi
wasallam, bertujuan untuk menjelaskan bahwa beliau adalah hamba Allah dan bukan anak
Allah sebagaimana anggapan kaum Nashrani, Cerita dongeng Yusuf alahi sallam, diantara
tujuannya adalah untuk memperingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan campur aduk
antara laki-laki dan perempuan, sebab akan membawa akibat yang sangat jelek, Cerita
dongeng Yunus alahi wasallam, bertujuan untuk menekankan agar selalu ber-isti''anah
(meminta pertolongan). Hanya kepada Allah saja lebih-lebih ketika ditimpa musibah. Cerita
dongeng orang-orang yang terperangkap dalam gua yaitu cerita dongeng yang diceritakan
oleh Nabi sallallahu''alaihi wa sallam untuk mengajarkan kepada para sahabatnya tentang
bertawassul kepada Allah dengan amal-amal sholeh seperti ridho kepada orang tua,
memenuhi hak-hak pemiliknya, dan meninggalkan zina karena takut karena Alloh. Dan
sunnah nabawiyah penuh dengan cerita dongeng-cerita dongeng yang bermanfaaat.
Singkat kata, maka hendaknya semua pengajar/pembina/pendidik memperbanyak
cerita dongeng yang bermanfaat kepada anak didiknya, sebab cerita dongeng-cerita dongeng
ini merupakan pembantu terbaik bagi pembinaan generasi. Disamping itu, hendaknya mereka
harus berhati-hati, jangan sampai membawakan cerita dongeng-cerita dongeng jelek yang
akan mendorong anak-anak didik mengambil pengalaman untuk melakukan pencurian,
tindakan-tindakan keji, dan penyimpangan-penyimpangan tingkah laku. Memilih cerita
dongeng yang tepat dibacakan pada anak perlu ketelitian sekaligus kejelian. Sebab, kini
bertebaran banyak bacaan yang memaparkan semata-mata aspek hiburan.
KEKUATAN DONGENG
Secara naluriah, setiap anak senang dengan cerita atau dongeng karena
berkembangnya kemampuan berbicara anak semakin menuntut keingintahuan mereka akan
banyak hal dengan cara diceritakan, karena mendongeng memiliki daya tarik tersendiri bagi
pendengar dan pembacanya. Alur dan tutur cerita memberikan sentuhan emosi yang luar
biasa dalam kesehariaan anak, sehingga cerita memberikan banyak manfaat bagi
perkembangan kepribadian anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang
dapat digali dari pemberian cerita dongeng pada anak antara lain:
1. Anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya.
Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak
dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat
membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng
tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini. Ini pertanda
bahwa anak-anak yang imajinasinya terstimulasi dengan baik akan tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang kreatif. Dengan mendengarkan cerita, naka akan
mengembangkan daya analisis, daya kritis, dan fantasi mereka.11
2. Meningkatkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi
Menurut Martuti (2008) bercerita/ kegiatan mendongeng merupakan salah satu metode
permainan yang dapat meningkatkan kecerdasan linguistik-verbal yang didesain dengan
tujuan meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa. Kata-kata yang digunakan
dalam dongeng sangat baik untuk menambah perbendaharaan kata anak, sehingga
memudahkan anak berkomunikasi dengan orang lain.
3. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai
dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati.
Anak sangat dipengaruhi oleh cerita atau dongeng. Oleh karena itu, pesan-pesan moral,
seperti nilai-nilai kebaikan dan kejahatan, balasan bagi orang yang berbuat jahat, atau
balasan bagi anak yang durhaka, bisa disisipkan lewat dongeng tersebut.12 Anak juga
diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena orang tua di sini
tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng
tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak. Dalam hal ini cerita
menempati posisi pertama untuk merubah etika nak-anak.13
4. Dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak.
Salah satu kiat menumbuhkan minat baca pada anak adalah membacakan cerita dongeng
sebelum tidur.14 Menurut Handayu (2001) mendongeng merupakan salah satu tahapan
untuk membangkitkan minat baca seorang anak, sehingga membaca bisa menjadi hobi
bagi anak. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian
meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
5. Belajar mengenai kehidupan
Anak-anak akan belajar mengenali berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi oleh
tokoh dalam cerita dan bagaimana para tokoh itu menyelesaikan masalahnya. Hal ini
dapat melatih anak berpikir rasional dan praktis, menyelesaikan masalah, serta
mengambil keputusan. Menurut Lawrence Kutner, Ph.D., ahli jiwa psikiatri di Harvard,
Amerika Serikat, dongeng dapat mengajak anak memasuki pengalaman hidup tanpa
risiko. Anak juga dapat memetik hikmah dengan mengidentifikasikan diri dengan tokoh
cerita.
6. Bagi anak-anak yang baru saja mengalami trauma atau sedang sakit.
Dongeng juga bisa jadi ajang pelepasan ekspresi, penyembuhan luka hati dan hiburan.
Jika anak sudah hobi mendengarkan cerita dongeng, maka anak-anak akan merasa
senang dan bahagia jika mendengar dongeng. Dengan perasaan senang dan mungkin
diiringin dengan canda tawa, maka berbagai rasa tegang, mud yang buruk dan rasa-rasa
negatif lain bisa menghilang dengan sendirinya.
7. Melatih anak agar tak malu dan percaya diri.
Interaksi yang baik antara pendongeng dengan anak akan memancing anak untuk
bertanya, berkomentar, menjawab pertanyaan, bahkan menirukan tokoh dalam cerita.
8. Sebagai sarana untuk membangun karakter anak
Menurut Henny Supolo, pemerhati persoalan pendidikan anak, hubungan kegiatan
mendongeng dengan pembentukan kepribadian anak terjadi saat anak mulai dapat
mengidentifikasi tokoh. "Ketika anak ikut hanyut dalam cerita, ia segera melihat
dongeng dari mata, perasaan, dan sudut pandangnya,". Di sini orangtua bisa menilai
kecenderungan anak terhadap sesuatu hal. Apa yang dia sukai dan tidak, apa yang dia
anggap baik atau buruk.
9. Menstimulasi rasa ingin tahu
Dongeng yang kerahasiaan ceritanya terjaga dapat membuat anak betah berlama-lama
duduk hanya karena ingin mengetahui akhir dari cerita dongeng yang mereka dengar.
Rasa ingin tahu itu penting karena dapat menjadi pintu masuk ilmu pengetahuan.
10. Menstimulasi jiwa petualangan
Melalui petualangan, anak akan belajar tentang banyak hal dari lingkungan disekitarnya.
Nah, kegiatan mendongeng bisa memberikan inspirasi anak untuk bertualang seperti
tokoh yang ia dengar dari dongeng.
11. Menghangatkan hubungan orang tua dan anak
Dengan mendongeng, orang tua bisa berbagi pengalaman, berkomunikasi dan memberi
kesempatan pada anak. Terjadinya interaksi tanya jawab antara anak-anak dengan
orangtua secara tidak langsung akan mempererat tali kasih sayang. Selain itu tertawa
bersama-sama juga dapat mendekatkan hubungan emosional antar anggota keluarga.
Apabila sering dilakukan maka bisa menghilangkan hubungan yang kaku antara anak
dengan orangtua yang mendongengkan.
12. Meningkatkan kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual anak dapat ditingkatkan melalui kisah-kisah agung, yakni kisah dari
orang-orang dalam sejarah yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi.15 Orang
tua dapat saja menceritakan kisah nabi, para sahabat yang dekat dengan nabi, orang-
orang yang terkenal keshalehannya, atau tokoh-tokoh yang tercatat dalamsejarah karena
mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Metode ini dinilai sangat efektif karena
anak-anak pada umumnya sangat menyukai cerita. Disinilah sesungguhnya orang tua
dapat berperan aktif menceritakan kepada anak-anak tentang kisah-kisah agung agar
kecerdasan spiritualnya dapat berkembang dengan baik.
13. Anak dapat menempatkan dirinya ditengah masyarakat dengan benar.
Anak bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini
akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar
disamping memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang
lain.
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
Akhlak merupakan fondasi utama dalam pembentukan pribadi manusia seutuhnya.
Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi berakhlak merupka hal pertama yang
harus dilakukan, sebab akan melandasi kestabilan kepribadian manusia keseluruhan
(Handayu, 2001). Rasulullah Saw, menetapkan dalam sabdanya
“Sesungguhnya orang yang kaya itu bukan karena harta semata, tetapi yang kaya itu
adalah kaya karena hatiny”
Nilai kekayaan hati lebih utama dibandingkan dengan banyaknya harta, demikian
menurut pandangan agama islam. Pendidikan akhlak merupakan misi utama pendidikan Nabi
yang ditegaskan dalam firman Allah Swt.,
“Dan sesungguhnya kamu (muhammad) berbui pekerti yang agung” (Al-Qalam:4)
Kaitan antara akhlak dengan iman sangatlah dekat, karena dalam timbangan amal pun, akhlak
merupakan hal yang terberat. Sebagaimana dalam sabda Rasulallah Saw.,
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbanga seorang hamba mukmin pada hari
kiamat, kecualai akhlak yang baik”
Memang berat untuk membangun pribadi manusia dengan akhlak yang baik, apalagi
dalam kedudukan kita sebagai orang tua yang berkewajiban mendidik anak dengan akhlak
yang baik. Kekuatan perhatiandan pengawasan merupakan benteng untuk menghindari anak
dari gejala-gejala suka berbohong,mencuri, mencela, kenakalan,dan penyimpangan lain yang
mencerminkan moralyang rendah dan perbuatan hina. Dalam hal ini, Rasulallah Saw,
memberikan teladan umatnya untuk bersikap kasih sayang secara tulus. Rasa kasih sayang
hendaknya ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak kita. Pendidikan moral yang
disampaikan dengan kelembutan, penuh kasih sayang, dan halus penyampaiannya, membuat
anak kita merasa senang dan menyukai, serta mudah meerima apa yang kita sampaikan.
Islam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dari asek moral dan mengeluarkan
petunjuk-petunjuk yang berharga. Benteng pertahanan religius yang berakar pada hati
sanubari anak-anak, kebiasaan mengingat allah yang telah dihayati dalam dirinya,dan
instropeksi diri yang telah menguasai seluruh pikiran dan perasaannya, dapat membentengi
anak dari sifat-sifatnegatif dan merusak. Dalam hal ini Rasulallah bersabda:
“tidak ada suatu pemberian yang diberikan seorang ayah kepada anak-anaknya yang
lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik” (HR. Tirmidzi)
Jika semenjak masa kanak-kanak seorang anak tumbuh berkembang dan nberpijak pada
landasan iman kepada Allah danterdidik untuk selalu ingat, takut, meminta pertolongan dan
berserah diri hanya kepada Allah, maka ia akan memiliki potensi dan respon secara instingtif
dalam menerimatiapkeutamaan dan kemuliaan, di samping terbiasa melakukan akhlak yang
mulia.
DONGENG SEBAGAI SENI PENDIDIKAN ANAK
Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan kelurga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih
dominan melalui media permainan.16 Orang tua sebagai pendidik betul-betul merupakan
peletak dasar kepribadian anak. Dasar kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan
terhadap pengaruh-pengaruh ayau pengalaman-pengalaman selanjutnya, yang datang
kemudian. Tanggung jawab utama pendidikan anak-anak adalah pada orang tua mereka.
Sebagaimana hadits Rasululloh sallallahu''alaihi wa sallam yang artinya:
"Setiap bayi terlahir dalam keadaan fithrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya,
Yahudi, Nasrani ataupun Majusi"(HR:Bukhari).
Ulama mengartikan fitrah itu adalah rasa cinta kepada dienul Al-Islam, menerima,
dan menginginkan kebenaran, dan mengakui adanya Robb yang merupakan bakat dari setiap
anak, namun peran pendidikan orang tuanya-lah yang menjadikan dia menjadi beraqidah,
beribadah, berahklaq selain Islam. Apapun informasi yang disampaikan kepada anak-anak,
baik melalui mata maupun telinga, bahkan seluruh indera mereka, orang tua memiliki
tanggungjawab untuk menyajikannya dengan sebaik-baiknya. Berbagai sajian hiburan
memiliki peluang sama untuk berkompetisi dalam mempengaruhi anak. Orang tua tidak
memiliki kekuasaan untuk membendung aneka bentuk informasi dalam lingkungan global
sekarang ini.
Dongeng sebagi media pendidikan anak memiliki peluang yang sama dengan bentuk-
bentuk komunikasi pendidikan yang lain.17 Peran kita semua, para pendidik, para pemuda
(calon orang tua) dan para orang tua sangatlah penting dalam peta persaingan memengaruhi
proses tumbuh kembang anak-anak kita semua. Sesuai dengan kegiatan mendongeng yakni
memberikan pengalaman belajar dengan mendengarkan cerita yang sarat dengan pesan-pesan
yang harus disampaikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan bagi anak.18 Menurut
Handayu (2001), dongeng menjadi sarana yang efektif untuk mempengaruhi cara berfikir dan
berperilaku nak-anak, karena mereka senang mendengarkan atau dibacakan berulang-ulang.
Perulangan ini dipadukan dengan imajinasi anak-anak dan tak terhingga nilai kehadiran orang
tua, menjadikan dongeng sebagai salah satu cara terbaik untuk mempengaruhi cara berpikir
mereka.
Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak
kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan
sportifitas bagi anak.19 Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi
lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Dengan mendengarkan dongeng yang mendidik, anak-
anak akan memperoleh contoh-contoh perilaku yang baik dan buruk serta akibat-akibat yang
ditimbulkan dari perilaku tersebut, sehingga dia bisa menentukan pilihan yang mana yang
harus dia pergunakan dan mana yang harus dijauhi. Melalui dongeng, anak juga bisa
mempelajari berbagai nilai yang ada di masyarakat, seperti: kejujuran,keberanian,kecerdikan
kebahagiaan dan lainnya, yang dapat menjadikan pengembangan pengalaman ruhani dan
pendidika nilai-nilai moral.
Tokoh-tokoh yang menarik dapat menjadi panutan anak. Komentar-komentar dari
mulut anak, seyogianya mendapatkan perhatian dari orang tua. Sebab, kalau orang tua acuh
tak acuh saja, tujuan penanaman nilai serta moral sulit tercapai. Itulah sebabnya, keterbukaan
dalam berkomunikasi dengan anak sangat diperlukan. Bila komunikasi lancar, apapun yang
ingin disampaikan orang tua biasanya akan lebih mudah diterima anak. Melalui dongeng
berarti orang tua telahmenjadi guru di rumah bagi anak-anaknya.
Sejak dulu dongeng dapat diterima oleh anak sebagai salah satu hiburan yang
menyenangkan. Disadari atau tidak, apabila orang tua mendongeng, diceritakan bahwa tokoh
yang baik (protagonis) selalu dapat mengalahkan tokoh yang jahat (antagonis), dengan
demikian, secara tidak langsung orang tua telahmenanamkan kesadaran pada anak, bahwa
segala sesuatu yang baik pasti akan menang. Meskipundi sekolah anak-anak juga telah
mendapat pelajaran bahkan banyak nasihat atau petuah yangdi berikan oleh guru maupun
orang tua, tetapi nasehat atau petuah tadi akan mudah meresap di hati mereka bila dikaitkan
dengan fantasi atau dongeng. Dengan dongeng, anak-anak akan lebih menghayati tokoh yang
dikagumi tanpa paksaan. Suatu langkah yang baik apabila orang tua dapat memberikan
pelajaran atau nasehat dengan jalan mendongeng untuk menanamkan kejujuran dan
kebijakan, sekaligus anak merasa dihibur dengan cerita-cerita ringan tersebut.
Ungkapan dongeng sebagai bahasa kasih ibu memiliki makna yang sangat mendalam
dan sakral. Hal ini disebabkan karena menyangkut hubungan kasih sayang antara orang tua
(Ibu) dan anak. Dongeng sebagai bahasa kasih ibu tidak hanya sekedar mengantar anak
berangkat tidur. Melalui kontak lahir dan jalinan kasih sayang antara orang tua dan anak akan
terbangun secara harmonis dan kokoh. Sebagai bahasa kasih ibu, dongeng akan menjadi
media orang tua dalam memberikan pendidikan secara langsung tanpa anak merasa dijejali
secara otoriter. Metode bercerita tampaknya adalah salah satu cara terbaik dalam pendidikan
anak. Hal ini karena cerita sebagaimana cinta yang menyentuh semua potensi kemanusiaan
yang ada pada diri anak, yaitu daya rasa (jiwa), daya pikir (intelek) dan keakuan diri.
Mendengarkan cerita akan mencerahkan, menginspirasi, dan memotivasi hidup anak-anak.20
Dalam dongeng terdapat pesan-pesan moral yang sangat penting bagi perkembangan pola
pikir anak-anak. Selain itu dengan mempelajari dongeng seorang anak bisa dipupuk rasa
percaya dirinya. Dongeng juga berfungsi sebagai sarana 'pengembaraan' anak. Sebab dengan
mendengar dongeng, fantasi dan daya cipta anak akan mengembara sesuai alur cerita dalam
dongeng. Saat itulah biasanya unsur pendidikan dan pembinaan moral dapat disusupkan
dalam benak anak-anak.
PENUTUP
Mendongengkan cerita diharapkan menjadi ritual penting bagi anak sebelum tidur.
Terbukti, manfaatnya sangat banyak, terutama pengembangan otak dan kemampuan
berbahasa anak. Dongeng dapat menjadi salah satu alternatif bagi orang tua sebagai media
pendidikan anak-anak. Dalam hal ini, nasihat atau pesan pesan moral yang disampaikan
orang tua kepada anaknya, akan lebih cepat diresapi dan diterima oleh pendengar (anak anak)
melalui dongeng. Kemasan cerita yang di pilih memang menjadi salah satu penentu muatan
moral yang disampaikan. Dari sekian manfaat dongeng untuk anak, orang tua seyogyanya
harus bisa memilih dongeng yang sesuai untuk perkembangan psikologi anak. Terlepas
apakan dongeng masih menjadi salah satu media yang digunakan orang tua untuk menghibur
anaknya atau menjadi media penyampaian nilai moralitas kehidupan, yang jelas dongeng
memang menjadi salah satu budaya yang memiliki nilai positif jika di berikan dengan baik
kepada anak. Mengintip keberhasilan orang tua dalam menyampaikan pesan moral atau
wejangan melalui dongeng memang sudah menjadi sebuah alasan dongeng kembali di
galakan.
CATATAN AKHIR
1 Kartini Kartono, 1985, Mengenal Dunia Kanak-kanak. Jakarta: CV Rajawali, hal. 164
2 T Handayu, 2001, Panduan Menanamkan Nilai Moral Pada Anak Melalui Carita, Solo: Era
Intermedia, hal. 62
3 Anonim, Anak Indonesia Sudah Tidak Mengenal Dongeng, Jawa pos: 2 Februari 2000
4 P. K., Arya, 2008, Rahasia Mengasah Talenta Anak, Jogjakarta: Think, hal. 143
5 Jamal Ma’mur Asmani, 2009, Mencetak anak Genius, Jogjakarta: Diva Press, hal. 192
6 Susanti, Febriana Werdiningsih, dan Sujiyanti, 2009, Mencetak Anak Juara, Jogjakarta:
Katahati, hal. 179
7 Anonim, Anak Indonesia Sudah Tidak Mengenal Dongeng, Jawa pos: 2 Februari 2000
8 P. K., Arya, 2008, Op. Cit., hal. 145
9 P. K., Arya, 2008, Op. Cit., hal. 145
10 Jamal Ma’mur Asmani, 2009, Op. Cit., hal. 201
11 Mustamir Pedak dan Maslichan, 2009, Potensi Kekuatan Otak Kanan dan Kiri Anak,
Jogjakarta: Diva Press, hal. 170
12 Andi, Y. A., 2009, Kenapa Guru Harus Kreatif?, Bandung: Mizan, hal.
13 Abdul, A., A., M., 2002, Mendidik anak Lewat Cerita, Jakarta: Mustaqiim, hal.
14 R. Masri Sareb Putra, 2008, Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini, Jakarta: Indeks, hal. 47
15 Akhmad Muhaimin Azzet, 2010, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual bagi Anak,
Jogjakarta: Katahati, hal. 83
16 Uyoh Sadulloh, dkk, 2010, Pedagogik (Ilmu Mendidik), Bandung: Alfabeta, hal. 193
17 Imam Musbikin, 2006, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, Jogjakarta: Mitra Pustaka, hal.
55
18 Moeslichatoen, R, 2004, Metode pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 157
19 Kekuatan Dongeng Terhadap Anak
Oleh : Rudi Maryati, S.Pd
20 Mustamir Pedak dan Maslichan, Op. Cit., hal. 171
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, A., A., M., 2002, Mendidik anak Lewat Cerita, Jakarta: Mustaqiim
Akhmad, M., A., 2010, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual bagi Anak, Jogjakarta:
Katahati,
Andi, Y. A., 2009, Kenapa Guru Harus Kreatif?, Bandung: Mizan
Asmani, J., M., 2009, Mencetak anak Genius, Jogjakarta: Diva Press
Arya, P. K, 2008, Rahasia Mengasah Talenta Anak, Jogjakarta: Think
Handayu, T, 2001, Panduan Menanamkan Nilai Moral Pada Anak Melalui Carita, Solo: Era
Intermedia.
Kartono, Kartini, 1985, Mengenal Dunia Kanak-kanak. Jakarta: CV Rajawali
Martuti, A., 2008, Mengelola PAUD, Jogjakarta: Kreasi Kencana
Musbikin, I., 2006, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, Jogjakarta: Mitra Pustaka.
Pedak, M., dan Maslichan, 2009, Potensi Kekuatan Otak Kanan dan Kiri Anak, Jogjakarta:
Diva Press
Putra, R., M., S., 2008, Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini, Jakarta: Indeks
R, Moeslichatoen, 2004, Metode pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Rineka Cipta
Sadulloh, Uyoh, dkk, 2010, Pedagogik (Ilmu Mendidik), Bandung: Alfabeta
Susanti, Febriana, W., dan Sujiyanti, 2009, Mencetak Anak Juara, Jogjakarta: Katahat,.