Post on 02-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Sehat secara fisik dimaksudkan tidak adanya rasa sakit dan tidak ada gangguan dari
fungsi tubuh, sedangkan sehat secara jiwa memenuhi sehat pikiran, emosi dan spiritual. Untuk
sehat secara sosial yaitu kemampuan berinteraksi dengan kelompok lain secara baik dan
harmonis, sedangkan sehat secara ekonomi berkaitan dengan produktivitas individu tersebut.
Menurut L. Bloom ada faktor-faktor yang saling berhubungan erat yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat, yaitu faktor keturunan, perilaku, lingkungan dan
pelayanan kesehatan. Jika salah satu dari keempat faktor tersebut mengalami gangguan maka
akan timbul masalah kesehatan.
Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan
kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan
aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan
setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah
adanya Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan
kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yang relatif terjangkau untuk masyarakat,
terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.
Masalah kesehatan adalah kesenjangan dalam masalah kesehatan yang dapat diamati
antara situasi dan kondisi yang terjadi dengan situasi dan kondisi yang diharapkan, atau
kesenjangan yang dapat diukur antara hasil yang mampu dicapai dengan tujuan dan target
yang ingin dicapai yang berhubungan. Masalah juga dapat dirumuskan dalam bentuk
hambatan kerja dan kendala yang dihadapi staf Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan dan
program Puskesmas.
Puskesmas yang merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk
jenjang tingkat pertama berperan penting dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat
dengan memberikan pelayanan secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui
program-program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya ada
kerumitan atau masalah yang terjadi dalam peran puskesmas itu sendiri untuk memberikan
pelayanan yang baik contohnya, peran puskesmas dalam hal identifikasi masalah terutama
1
berkaitan dengan program pokok puskesmas (basic six program) yang ada di lingkungan
kerjanya sehingga penulis menuangkan kedalam bentuk tulisan untuk membahas lebih dalam
lagi mengenai hal tersebut.
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang masalah-masalah kesehatan yang terjadi di ruang
lingkup wilayah kerja Puskesmas Pauh
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di
lingkup Puskesmas secara umum.
b. Tujuan khusus
Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Pauh.
Mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah di
lingkup Puskesmas
Sebagai salah satu syarat menjalankan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur, laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun 2012, dan diskusi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Fungsi Puskesmas
a. Definisi Puskesmas (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)
“Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang
berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan
pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak
mencakup aspek pembiayaan”.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah
kecamatan. Sebagai unit pelaksana teknis puskesmas melaksanakan sebagian tugas Dinas
kesehatan Kab/kota
Puskesmas juga bisa di definisikan sebagai suatu unit organisasi yang bergerak dalam
bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup
aspek pembiayaan.
Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh
seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang
disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive,
preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus
diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih
mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).
RS Provinsi
RS Kabupaten
Puskesmas Kecamatan
Puskesmas Kelurahan
Posyandu
3
Gambar 1. Level Pelayanan Kesehatan
(Sumber : Kebijakan Dasar Puskesmas (Kepmenkes No 128 Th 2004) Dr. Benny Soegianto,
MPH. 28 Maret 2007)
b. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas
Visi dan misi Puskesmas di Indonesia dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar
Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas
tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan
dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan
nilai (benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM)
diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib diselenggarakan oleh
seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-SPM spesifik yang hanya
diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan setempat. UW-SPM wajib
meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizi
masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan promosi
kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
dan pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standard Pelayanan Minimal.
RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDARD PELAYANAN MINIMAL
Kewenangan Wajib Jenis Pelayanan
1. Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan
Dasar
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra sekolah
Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja
Pelayanan kesehatan usia subur
Pelayanan kesehatan usia lanjut
Pelayanan imunisasi
Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
Pelayanan pengobatan / perawatan
4
2. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang
Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi
dasar (kebidanan, bedah, penyakit dalam, anak)
Pelayanan kesehatan darurat
Pelayanan laboratorium kesehatan yang
mendukung upaya kesehatan perorangan dan
kesehatan masyarakat
Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan
3. Penyelenggaraan
pemberantasan penyakit
menular
Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi
dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB)
Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio
Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB
paru
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
malaria
Pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta
Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA
Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV-
AIDS
Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
fliariasis
4. Penyelenggaraan
perbaikan gizi masyarakat
Pemantauan pertumbuhan balita
Pemberian suplemen gizi
Pelayanan gizi
Penyuluhan gizi seimbang
Penyelenggaraan kewaspadaan gizi
5. Penyelenggaraan promosi
kesehatan
Penyuluhan prilaku sehat
Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam
upaya kesehatan
6. Penyelenggaraan
kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar
Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik, kimia,
biologi
Pengendalian vektor5
Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum
7. Pencegahan dan
penanggulangan
penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat
adiktif lain
Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA)
yang berbasis masyarakat
8. Penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian
dan pengamanan sediaan
farmasi, alat kesehatan
serta makanan dan
minuman
Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan
untuk pelayanan kesehatan dasar
Penyediaan dan pemerataan pelayanan
kefarmasian di saranan pelayanan kesehatan
Pelayanan pengamanan farmasi alat kesehatan
Tabel 1. Rancangan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal
c. Program Pokok Puskesmas
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. Kesehatan ibu dan anak serta KB
d. Perbaikan gizi masyarakat
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Pengobatan
Pelaksanaan kegiatan tersebut diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat
terkecil.Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan
keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya.Setiap kegiatan pokok
Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti
tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program
kesehatan pengembangan.
2.2 Identifikasi masalah
a. Pengertian Masalah6
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.Identifikasi masalah
dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program,
cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.
b. Sumber Masalah
Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dengan berbagai
cara,diantaranya:
• Laporan-laporan kegiatan Puskesmas yaitu Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas (SP3) dan Sistem Informasi Posyandu (SIP), Laporan sarana kesehatan
swasta, Umpan balik cakupan program dan profil kesehatan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Laporan kantor Kecamatan, dinas/instansi terkait tingkat kecamatan,
dan Desa/Kelurahan;
• Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)/Local Area Monitoring (LAM) upaya
Puskesmas seperti PWS-KIA/KB-Imunisasi, PWS-Gizi, PWS-Penyehatan Lingkungan;
• Laporan mingguan penyakit menular/wabah;
• Surveilans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit menular, dilakukan
bila diketemukan penderita penyakit menular seperti demam berdarah dengue, morbili;
• Survei Mawas Diri (MMD) pada pelaksanaan tahapan-tahapan PKMD, seperti pada
pembentukan dan pengembangan Desa Siaga.
c. Pendekatan Masalah
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
yakni :
1. Pendekatan logis
Secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan mengukur mortalitas,
morbiditas, dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat.
2. Pendekatan pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak aman yang
ditimbulkan penyakit atau kecelakaan.Dengan demikian ukuran pragmatis suatu
masalah gangguan masalah adalah gambaran upaya masyarakat untuk memperoleh
pengobatan, misalnya jumlah orang yang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan politis
7
Dalam pendekatan ini, maslah kesehatan diukur atas dasar pendapat orang-orang
penting dalam suatu masyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat).
d. Merumuskan masalah
Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program puskesmas tidak memungkinkan
untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan prioritas masalah yang
merupakan masalah terbesar.Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah teknik skoring. Dari
masalah tersebut akan dibuat plan of action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu
pelayanan.
Ada beberapa cara untuk menentukan prioritas masalah kesehatan, antara lain teknik
skoring, teknik non skoring, dan mempertimbangkan trend/ kebijakan.
a. Teknik Skoring
Yaitu memberikan nilai (skore) terhadap masalah kesehatan masyarakat dengan
menggunakan ukuran (parameter) seperti:
• Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah;
• Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase);
• Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet
need);
• Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit);
• Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility);
• Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
(resources availibilily).
1. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi
Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah
dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian
akibat masalah kesehatan tersebut
Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan
sumber daya
8
Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari priori-
tasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima
yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian den-
gan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masa-
lah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan se-
bagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil
yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menen-
tukan prioritas masalah yang akan diambil.
2. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan
mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-masalah yang ingin di-
cari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria untuk
penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih ob-
jektif.Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Kri-
teria yang dipakai terdiri dari:
Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian
Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi
Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan
Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan
Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional
3. Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang ingin
dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah
yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit
yang ditunjukkan dengan angka prevalens
Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatal-
ity rate masing-masing penyakit 9
Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif un-
tuk mengatasi masalah tersebut
Community and political concern : Menunjukkan sejauh mana masalah terse-
but menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi
Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.Parameter dile-
takan pada kolom dan masalah masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada
baris. Pengisian dilakukan dari atas ke bawah. Hasilnya didapat dari perkalian para-
meter tersebut. Masalah yang mempunyai skor tertinggi, dijadikan sebagai prioritas
masalah.
Diputuskan untuk menggunakan metode MCUA karena metode ini menempatkan
parameter pada kedudukan dengan berdasarkan bobot dan memberikan hasil final
score yang objektif di mana score yang diberikan pada tiap-tiap parameter ditambahkan,
lebih sederhana dan mudah dalam penggunaannya.
Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing masalah dengan
membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap masalah tersebut diberikan
nilai.
4.METODE MCUA
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas masalah
adalah :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan
kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini
adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun
jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif
berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh per-
masalahan tersebut. Misalnya masalah K1, maka yang digunakan sebagai parameter
adalah angka kematian ibu, dan lain sebagainya.
2. Greetes member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena masalah
kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter
yang digunakan adalah prevalence rate.Sedangkan untuk masalah lain, maka greetes 10
member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada
sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar
sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas wilayah
yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta be-
rapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah
tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin masalah
tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber daya
manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan
bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan terse-
but.
5. Policy
Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan
masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki kepedu-
lian terhadap masalah tersebut serta apakahkebijakan pemerintah mendukung tersele-
saikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau
kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, apakah ada lem-
baga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah dan
masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian
masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada ke-
sepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Pembobotan berarti penentuan kepentingan relatif dari setiap kriteria yang dipilih.
Kisaran pembobotan yang digunakan adalah 1-5, artinya bobot terendah 1 sedang yang
tertinggi adalah 5. Masalah yang memperoleh nilai tertinggi adalah yang diprioritaskan.
Pemberian bobot atau skor kriteria terhadap masalah :
Urgensi : Merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan
11
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : sangat penting
Intervensi
Nilai 1 : tidak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 3 : cukup mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 5 : sangat mudah
Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup murah
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : cukup sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi
b. Teknik Non Skoring
Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab
itu disebut nominal group technique (NGT). Ada 2 (dua) macam NGT, yaitu:
1) Delphi Technique
masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian
yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang
disepakati bersama.
Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a) Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;
12
b) Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap mengetahui dan
menguasai permasalahan;
c) Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban kuesioner yang
berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah;
d) Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yg muncul dan mengirim
kembali hasil rangkuman kepada partisipan;
e) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas/memeringkat
alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan kepada pemimpin
kelompok/pembuatan keputusan.
2) Delbeq Technique (diperkenalkan oleh Andre Delbeque)
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut,
dengan harapan masing-masing orang akan memertimbangkan kembali peringkat yang
diberikannya setelah mengetahui nilai rata-rata, Tidak ada diskusi dalam teknik ini,
yaitu untuk menghindari orang yang dominan memengaruhi orang lain.
Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6 sampai 8
orang;
b) Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan peringkat
prioritasnya;
c) Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan prioritas untuk
setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya,
d) Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup;
e) Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan di
belakang setiap masalah;
f) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti mendapat
peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Cara ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
a) Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas tersebut,
b) Penentuan peringkat bisa sangat subyektif,
c) Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak untuk
menentukan prioritas atas dasar fakta
e. Menentukan penyebab
13
Mencari penyebab masalah dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan metode :
1. Diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan karena
digambarkan membentuk tulang ikan)
2. Pohon masalah (problem trees)
Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari :
1. Masalah input : Dukungan sumber daya Puskesmas seperti pegawai Puskesmas baik
jumlah maupun kualifikasinya,kemauan dan kemampuan kerja pegawai (man), dana
operasional dan program (money). Ketersedian obat baik jenis maupun untuk mengatasi
masalah kesehatan yang berkembang di wilayah kerja Puskesmas, alat kesehatan baik
jenis maupun jumlahnya, sarana penunjang seperti sarana pencatatan dan pelaporan,
sarana transportasi (material). Metode penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
dengan metode pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) konsisten
dilaksanakan (method). Segementasi pasar sasaran program dan pemasaran sosial program
Puskesmas (market dan social marketing). waktu kerja yang tersedia untuk
mengembangkan tugas-tugasnya, serta kegiatan dan program Puskesmas (minutes/ time).
Data sasaran program Puskesmas terutama sasaran prioritas seperti PUS, ibu hamil, ibu
menyusui, usia lanjut, bayi, dan anak balita di Posyandu dan Puskesmas. (information).
2. Masalah proses : Masalah ini berhubungan dengan proses manajemen (POAC/E) dan
proses pelayanan kesehatan yang ditunjang oleh pelaksanaan standar mutu pelayanan dan
standard operating procedure (SOP) Puskesmas. Tentang visi, misi, tujuan dan program
Puskesmas oleh stakeholder Puskesmas, tujuan dan rumusan masalah kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas (Planning), Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
Puskesmas , uraian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), pembagian tugas dan tanggung
jawab diantara para pegawai Puskesmas (Organizing). Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi,
dan Simplifikasi (KISS) kegiatan dan program Puskesmas (Actuating), Pengawasan,
Pengendalian dan Penilaian (P3) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas,
stratifikasi Puskesmas atau penilaian kinerja (Controlling dan Evaluating).
3. Masalah Output : target cakupan program Puskesmas yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas.
14
4. Masalah outcome (Hasil akhir) : angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas) ibu, bayi, dan anak balita serta mengenai status gizi.
5. Masalah Impact (manfaat dan dampak) : benefit cost, kepuasan pelanggan dan
masyarakat serta derajat kesehatan (angka harapan hidup/AHH).
6. Masalah Lingkungan : Lingkungan fisik, biologis, dan sosio-kultural yang
mendukung terhadap keberhasilan program Puskesmas, tentang komitmen, dukungan, dan
keikutsertaan lintas sektoral dan stakeholder Puskesmas.
Kategori yang dapat digunakan antara lain adalah :
1. Man, money, material, methode
2. Apa, bagaimana , mengapa, dimana
Penyebab masalah agar dikonfirmasi dengan sumber data primer ( survey) dan data sekunder
yaitu SP2TP ( kartu pasien, buku register , LPLPO, dsb) ataupun data lainnya.
2.3 Masalah-Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam
memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan Puskesmas sebagai tempat
pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada kenyataannya banyak
masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau
petugas kesehatan praktek lainnya. Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif
dari masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu
pelayanan yang terkesan seadanya, artinya Puskesmas tidak cukup memadai dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik dilihat dari sarana dan prasarananya
maupun dari tenaga medis atau anggaran yang digunakan untuk menunjang kegiatannya
sehari-hari. Sehingga banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak
sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Misalnya: sikap
tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas Peudada, yang dikeluhkan
masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para petugas medis yang dinilai
cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan obat-obatan pada puskesmas telah
menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli obat pada apotik.
15
Di samping itu, ketika membawa salah seorang warga yang jatuh sakit saat
mengikuti kegiatan perkampungan pemuda, kemudian warga yang lain mengantarnya ke
Puskesmas Peudada, pasien itu tidak dilayani dengan baik bahkan mereka (perawat-red)
mengaku telah kehabisan stok obat. Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas
sebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat yang dianggap dapat membantu
dalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.
Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di Puskesmas yang berkaitan dengan
penyuluhan kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan tugas promotif. Menurut
masyarakat, petugas puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika
keluarga mempunyai masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk
atau penderita TB. Berarti tugas ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif dibanding
upaya promotif.
Kemudian, perawat puskesmas biasanya aktif dalam BP, puskesmas keliling, dan
puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas tersebut, perawat melakukan pemeriksaan pasien,
mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan pada pasien dengan membuat resep pada
pasien. Namun, ketika melakukan tugas tersebut tidak ada supervisi dari siapapun,
khususnya penanggung jawab dalam tindakan pengobatan/medis. Tenaga perawat seolah-
olah tidak menghargai kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena mungkin tugas kuratif
lebih penting. Hal ini berdampak kepada status kesehatan masyarakat, status gizi, penyakit
infeksi menular dan mungkin upaya kesehatan ibu dan anak tidak mendapatkan porsi yang
sesuai sehingga berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat.
Kalaulah memang tugas tenaga kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah
kuratif, maka Puskesmas menjadi unit dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit
akan memiliki banyak sumber daya manusia dan fasilitas medik. Tapi kalaulah Puskesmas
ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan preventif maka tugas eksekutif bagi
perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian dari unit Dinas kesehatan, atau
bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat dalam mengatur program-programnya,
sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai regulator, pemberi dana dan pengadaan
petugas, untuk pelayanan kesehatan masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau
pelayanan kesehatan dapat ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang
telah diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul di lingkup
puskesmas, misalnya: Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat hanya sampai jam 14.00
WIB, kemampuan keuangan daerah yang terbatas, puskesmas yang kurang memiliki
otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada, puskesmas belum terbiasa mengelola
16
kegiatannya secara mandiri, serta kurangnya kesejahteraan karyawan yang berpengaruh
terhadap motivasi dalam melaksanakan tugas di puskesmas
2.4 Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas
Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-
masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
Faktor Internal
1. Pelaksanaan Manajemen
Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam
mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas.Dimana fungsi
manajemen itu untuk planning, organizing, leading, dan controling. Pada kegiatan
perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak berjalan sehingga kegiatan berjalan apa
adanya sesuai kebiasaan yang dianggap ‘‘baik/sudah biasa’’.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai target
dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada Puskesmas di
Indonesia terkesan tidak diperhatikan oleh pemerintah dengan alasan wilayah
geografis yang sulit untuk dijangkau, sehingga sarana dan prasarana yang ada di dalam
Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat medis maupun obat-obatan. Hal ini terjadi
akibat dari sumber keuangan yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga mutu
pelayanan puskesmas pun menjadi rendah karena tidak sesuai dengan standar
kesehatan.
3. Tenaga medis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan ketidakmampuannya
melaksanakan program dari Dinas Kesehatan.Misalanya program Posyandu yang tidak
tepat sasaran.
4. Sumber keuangan Puskesmas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat tidak
sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya pelayanan
Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di sana tidak sebanding dengan
17
apa yang harus dibayar sehingga hal ini berdampak kepada masyarakat untuk beralih
pergi ke Rumah Sakit saja yang fasilitas lebih baik daripada Puskesmas.
5. Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk
Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dengan
penduduk menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Puskesmas.Tenaga-tenaga yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari
orang-orang terpelajar dan bukan berasal dari daerah tersebut, sehingga penduduk
menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika bahasa yang digunakan adalah
bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk
datang ke Puskesmas.
Faktor Eksternal
1. Kondisi Geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau
setingkat dengan kecamatan.Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki keadaan
yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
puskesmas.Memang ada kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu Puskesmas
sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada juga puskesmas yang hanya
dapat dijangkau oleh penduduk yang bermukim di dekatnya karena penduduk yang
lain bertempat tinggal jauh dari Puskesmas.
2. Pemerintah daerah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas pemahaman
pembangunan kesehatan yang setengah-setengah dari pihak legislatif dan eksekutif
yang tercermin dari dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung
pendapatan daerah.Ini berarti orang sakit dijadikan tulang punggung pendapatan
daerah.Padahal upaya menyehatkan masyarakat sejatinya termaktub dalam hakikat dan
semangat UU.No.22 dan UU No. 25 tahun 1999 yang pada intinya adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mengembangkan demokrasi menuju
peningkatan kesejahteraan rakyat.Disamping itu alokasi anggaran kesehatan berbagai
daerah mencerminkan kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar
pembangunan manusia diantaranya pelayanan kesehatan dasar.
3. Keadaan Ekonomi Penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya mengupayakan
pelayanan kesehatan pada masyarakat.Jumlah warga negara Indonesia mayoritas
18
bermata pencarian petani dan nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang
memadai.Walaupun ada ketentuan yang memperbolehkan mereka yang tidak mampu
untuk tidak usah membayar retribusi di Puskesmas, namun kenyataannya orang-orang
yang demikian justru enggan datang ke Puskesmas.
4. Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat pelayanan yang
dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan pada tingkat pertama,
karena pada umumnya pendidikan masyarakat desa masih rendah, maka pola pikir
mereka sangat sederhana dan kurang atau bahkan belum paham akan arti kesehatan.
Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat tradisional yang sejak dulu dipegang oleh
masyarakat dan lingkungannya.
5. Peran Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani
penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan dengan
melayani obat-obatan yang dapat digunakan sebagai upaya pencegahan timbulnya
suatu penyakit pada penduduk. Dengan kata lain pelayanan kesehatan Puskesmas lebih
banyak ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada tindakan preventif apalagi
promotif. Selain itu Dinas Kesehatan juga kurang melakukan koordinasi dan
pengawasan terhadap pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada
sehingga tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis.
19
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, pada 00 58’ Lintang Sela-
tan, 1000 21’ 11’ Bujur Timur, sebelah timur pusat Kota Padang yang terdiri 9 (sembilan)
kelurahan. Dengan luas wilayah + 146, 2m Km2 ,terdiri dari 60 % dataran rendah dan 40 %
dataran tinggi. Curah hujan ± 384,88 mm / bulan , temperatur antara 28 0 – 310C dengan batas
wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok
2. Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah kerja Puskesmas Andalas (Padang Timur).
3. Sebelah Utara berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koto Tangah
4. Sebelah Selatan berbatas dengan sebagian Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
20
KEC. KOTO TANGAH
KEC. KURANJI
KEC. LUBUK KILANGAN
KAB. SOLOK
KEC. LUBUK
BEGALUNG
KEC. PADANG
TIMUR
LAMBUNG BUKIT
LIMAU MANIS
LIMAU MANIS SELATAN
KOTO LUAR
BINUANG KP. DALAM
PIAI TANGAHPISANG
KAPALO KOTO
CUPAK TANGAH
U
Gambar 2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
3.2 Keadaan Demografi
Secara statistik wilayah kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh tahun 2010 didiami oleh
61.442 jiwa, terdiri dari laki-laki 30.967 jiwa dan perempuan 30.475 jiwa dengan jumlah
11.328 rumah tangga, atau rata-rata 5 sampai 6 anggota keluarga setiap rumah.
Rasio rata- rata penduduk laki–laki dan wanita adalah 97,72 % dengan tingkat kepa-
datan penduduk terbesar pada Kelurahan Cupak Tangah yaitu 2,377 jiwa/km2. Sedangkan
Kelurahan Limau Manis adalah yang paling jarang penduduknya.
Luas daerah, penduduk dan kepadatannya sesuai dengan data BPS Kota Padang tahun
2011 adalah sebagai berikut.
Kelurahan Luas Wilayah Jumlah KK Jumlah penduduk
Cupak Tangah 2,99 Km2 1341 9027
Piai Tangah 4,97 Km2 886 5035
Pisang 3,99 Km2 1804 7738
21
Kapalo Koto 35,83 Km2 1105 6693
Limau Manis 24,86 Km2 839 5560
Lambung Bukit 38,80 Km2 814 3560
Koto Luar 18,92 Km2 1618 7923
LM.Selatan 12,96 Km2 1916 9458
Binuang KP Dalam 2,97 Km2 1005 6448
Total 146,29 Km2 11.328 61.442
Tabel 2.Luas Wilayah dan Kepadatan Kependudukan di Kecamatan Pauh tahun 2011
3.3 Sarana dan Prasarana
Perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas selain ditun-
jang oleh Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling dan Poskeskel, juga dibantu oleh
peran institusi yang ada pada berbagai tatanan yang ada seperti Posyandu Balita dan Lansia,
Sekolah , Majelis Taklim, dan lain-lain.
Salah satu lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih eksis ditengah
masyarakat sampai saat ini adalah Posyandu. Jumlah Posyandu di Kecamatan Pauh pada
tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Posyandu balita = 70 buah
Posyandu Lansia= 13 buah
Prasarana Puskesmas saat ini cukup baik namun masih perlu perbaikan pada prasarana
penunjang seperti westafel, tempat cuci tangan sehingga kedepan kita bisa memberi pelayanan
yang terbaik kepada masyarakat dan juga melindungi diri sendiri dari penularan penyakit.
Untuk membantu terselenggaranya pembangunan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas
Pauh dibantu oleh jejaring kerja seperti 5 (lima) unit Puskesmas Pembantu yang terletak di
Kelurahan Batu Busuk, Pisang, Piai Tangah, Limau Manis dan Limau Manis Selatan, selain
itu juga terdapat Poskeskel pada kelurahan Limau Manis Selatan dan Kelurahan Koto Lua.
3.4 Ketenagaan
Dibawah ini disajikan data dan informasi ketenagaan yang bekerja pada Puskesmas
Pauh selama Tahun 2012 sebagai berikut:
No Jenis Ketenagaan PNS PTT Honor/ Sukarela Keterangan
1 Dokter Umum 3
22
2 Dokter Gigi 2
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2
4 Rekam Medis 1
5 Pengatur Gizi / AKZI 2 2
6 Perawat 12 5
7 Bidan 13 8
8 Perawat Gigi 1
9 Sanitarian 2
10 Asisten Apoteker 3
11 Analis 1
12 SMU/PEKARYA 4 1
Jumlah 46 8 8
Tabel 3. Kondisi Ketenagaan pada Puskesmas Pauh Tahun 2012
3.5 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya
a. Sosial
Dari segi kepercayaan, mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam dengan komposisi
99 %, sisanya Katolik, Protestan, Buddha dan lain lain.
b. Budaya
Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanak-kanak dasar
sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas Pauh menyebabkan semakin
banyak penduduk yang mengenyam pendidikan dan diharapkan semakin kritis dengan
berbagai dampak pembangunan. Sistem kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk
setempat sehingga pendekatan kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin kerjasama
peran serta masyarakat.
c. Ekonomi
Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh boleh dikatakan bervariasi mulai
dari petani dengan kemampuan terbatas, sampai ke kelompok mampu dan mapan, swasta,
PNS, ABRI, sisanya bekerja di sektor informal lainnya. Namun kelompok dengan pendapatan
rendah dan tidak menentu secara signifikan rawan dengan kesehatan yaitu keluarga miskin
ternyata menduduki proporsi yang cukup besar dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas
Pauh.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui diskusi dengan kepala pimpinan
Puskesmas Pauh, petugas kesehatan pemegang program di Puskesmas Pauh dan juga melalui
data-data dari laporan tahunan dan laporan bulanan dari masing – masing program dan
evaluasi pencapaian kegiatan program puskesmas pada tahun 2012.
Beberapa potensi masalah yang didapatkan di Puskesmas Pauh berdasarkan program
pokok puskesmas adalah :
4.1. PROMOSI KESEHATAN
4. 1. 1 Target D/S Belum Terpenuhi
24
Grafik 1. Capaian
D/S Puskesmas
Pauh 2012
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa kunjungan ke Puskesmas yang memenuhi
target (70%) hanya dipenuhi oleh 1 dari 9 kelurahan.
Kendala:
1. Pengetahuan masyarakan tentang fungsi dari posyandu tidak diketahui secara
menyeluruh. Masyarakat menganggap datang ke posyandu hanya untuk mendapatkan
imunisasi.
2. Lokasi dari posyandu yang berjauhan dengan rumah masyarakat menyebabkan sulit
untuk mencapai lokasi posyandu.
Solusi:
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai fungsi dan program-program
dari posyandu secara keseluruhan agar masyarakat ikut berpartisipasi.
2. Petugas puskesmas dan kader mendatangi rumah-rumah masyarakat yang lokasinya
jauh dari posyandu secara berkala.Optimalisasi sosialisasi mengenai program
posyandu, kader langsung turun ke lapangan mengajak ibu-ibu untuk membawa
anaknya ke posyandu.
3. Bagi posyandu yang pencapaian D/S dan N/D yang masih rendah, harus di lakukan
lagi kerjasama dengan lintas sektoral terutama pada bapak RT/RW yang kunjungan
posyandunya masih di bawah target, dan mencarikan solusi bagi tempat posyandu
tidak layak pakai dengan membuat tempat posyandu dengan bantuan swadaya
masyarakat dan pemerintah. Untuk meningkatkan kunjungan posyandu ini perlu
diadakannya pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil yang dananya
25
70%
bisa diambilkan dari dana sehat posyandu tersebut, dan juga adanya pembentukan
arisan anggota posyandu sehingga para ibu tidak hanya datang untuk menimbang saja
tapi ada hal lain yang membuat ibu tertarik secara rutin datang ke posyandu.
4. 1. 2 Rendahnya Pembinaan PHBS Rumah Tangga
NO KELURAHANJumlah RT
Seluruhnya
Jumlah RT
disurvey /
dibina
RT ber PHBS %RT SEHAT
1 Koto Lua 25 3 2 8%
2 Piai Tangah 12 2 2 16.6%
3 Kapalo Koto 15 1 1 6.67%
4 Lambung Bukit 12 2 2 16.6%
5 Cupak Tangah 20 0 1 5%
6 Limau Manis 18 1 1 5.55%
7 Limau Manis Selatan 26 1 1 3.84%
8 Pisang 23 1 2 8.69%
9 Binuang Kp. Dalam 18 2 1 5.55%
Jumlah 169 13 13 7.69%
Tabel 4. Cakupan Pembinaan PHBS Rumah Tangga Puskesmas Pauh 2012
Nomor Indikator PHBS %
1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 99.68
2 Memberikan ASI Eksklusif 37.71
3 Menimbang Bayi dan Balita 71.69
4 Menggunakan Air Bersih 81.07
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 58.52
6 Menggunakan jamban sehat 59.55
26
7 Memberantas jentik nyamuk di rumah 39.79
8 Makan buah dan sayur setiap hari 38.87
9 Melakukan aktifitas fisik tiap hari 30.13
10 Tidak merokok dalam rumah 35.47
Tabel 5. Indikator PHBS Puskesmas Pauh 2012
Pencapaian pembinaan PHBS Rumah Tangga adalah 7.69%, sedangkan target yang
ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia nomor:
2269/MENKES/PER/XI/2011Pedoman pembinaan perilaku hidupbersih dan sehat (PHBS)
adalah 70% pada tahun 2014.
Kendala:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dari ASI eksklusif.
2. Perilaku masyarakat yang sulit diubah terkait dengan kebersihan diri dan penggunaan
jamban yang memenuhi syarat belum maksimal.
3. Penerapan dari penyuluhan PHBS tidak maksimal
Solusi:
1. Meningkatkan promosi pemberian asi eksklusif dengan menekankan fungsi ASI tersebut
untuk bayi dan ibu.
2. Bekerja sama lintas sektoral untuk mengadakan perlombaan antar kelurahan terkait
dengan kebersihan diri, MCK dan lingkungan
4. 2 KESEHATAN LINGKUNGAN
4.2.1 Rendahnya jumlah rumah yang memiliki jamban yang memenuhi syarat
Grafik 2. Survey perumahan di wilayah puskesmas pauh tahun 2011
Kendala :
27
1. Minimnya pengetahuan serta dana masyarakat untuk memiliki jamban yang memenuhi
syarat kesehatan. Jamban yang digunakan masyarakat yang bertempat tinggal di pinggir
sungai masih mengalirkan limbahnya ke sungai. Sedangkan beberapa masyarakat masih
menggunakan air sungai tersebut untuk mencuci.
2. Pembangunan jamban yang memenuhi syarat terbentur oleh masalah keuangan.
Solusi :
1. Memberikan penyuluhan cara pembuatan jamban sederhana yang bersih dan sehat.
2. Memberikan penyukuhan mengenai dampak penggunaan air sungai yang tercemar terhadap
kesehatan.
3 Bekerjasama dengan sponsor untuk membangun sarana jamban umum.
4. 3 KESEHATAN IBU DAN ANAK / KB
4. 3. 1 Cakupan DDTK balita dan prasekolah di Puskesmas Pauh
Grafik 2. Cakupan DDTK balita di puskesmas Pauh Tahun 2012
Grafik 3. Cakupan DDTK Prasekolah di puskesmas Pauh Tahun 2012
Dari grafik ditemukan bahwa tidak ada kelurahan yang mampu mencapai target
cakupan DDTK (80%)
Kendala:
1. Tingkat kesadaran dari ibu dalam memeriksakan balita dan anak prasekolahnya masih
kurang.
28
2. Peran serta kader dan petugas dalam sosialisasi program belum maksimal.
Solusi:
1. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang mempunyai anak balita/ usia prasekolah
mengenai pentingnya memeriksakan kesehatan anak untuk mengukur pertumbuhan dan
perkembangan anak berdasarkan standar yang ada.
2. Pendekatan petugas dan kader kepada masyarakat lebih ditingkatkan.
4. 4. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
No Indikator TAHUN 2011
Target Pencapaian
1 Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan
sesuai standart
100 100
2 Balita ditimbang Berat Badannya (D/S) 70 61.5
3 Bayi mendapat Asi Eks 65 45.7
4 RT mengkonsumsi garam beryodium 95 90
5 Vit.A Balita 6-59 bln 85 85,6
6 Ibu hamil mendptkan tablet Fe 3 95 93.1
7 Surveilans Gizi 100 100
8 Buffer stock MP-ASI 100 100
Tabel 5. Pencapaian indikator gizi
Kendala :
1. Minimnya pengetahuan ibu terhadap pentingnya ASI eksklusif serta pengukuran tumbuh
kembang bayi dan balita untuk menilai status gizi
Solusi :
1. Penyuluhan dan aksi ASI eksklusif dengan mengikutsertakan semua ibu hamil trisemester
ketiga dan ibu nifas.
4 . 5 PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR / TIDAK MENULAR
4. 5 .1 Pelaksanaan Klinik Sehat di Puskesmas Pauh
No IndikatorKunjungan ke
Klinik Sehat
Kasus
yang adaPencapaian Kesenjangan
29
1
Pasien
Diare 19 545 3,4% 526 kasus
2Penyakit Kulitkarena
Jamur 15 592 2,5% 577 Kasus
3 TB Paru (suspek TB) 8 366 2,18% 358 kasus
4 DBD 4 48 8,3% 44 kasus
5 ISPA 32 6567 0,4% 6535 kasus
Jumlah 78 8037 0,97% 7959 kasus
6 Klien 0Target 60%
Total 78
Tabel 7Perbandingan Kunjungan Klinik Sehat dengan angka Penyakit Berbasis
Lingkungan di Puskesmas Pauh pada tahun 2012
Kendala :
Dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2012 hanya terdapat 78 kunjungan ke Klinik Se-
hat. Angka kunjungan ini masih jauh dibandingkan jumlah kasus penyakit berbasis lingkun-
gan yang ada, dimana pencapaian rujukan ke Klinik Sehat yaitu 0,97%, sedangkan target
Puskesmas Pauh yaitu 60%.
Solusi:
1. Petugas kesehatan turun langsung ke lapangan untuk mengajak masyarakat di lokasi yang
terjaring kasus penyakit tidak menular agar datang ke klinik sehat untukmendapatkan penge-
tahuan bagaimana cara mencegah penyakit tersebut.
4. 5 .2 Penemuan kasus baru TB Paru di Puskesmas Pauh
30
Tabel 8. Capaian Indikator TB Puskesmas Pauh 2012
Kendala
1. Kesadaran masyarakat yang kurang terhadap bahaya batuk lebih dari 3 minggu.
Masyarakat beranggapan bahwa batuk lama adalah biasa.
2. Petugas belum optimal dalam mengajak masyarakat untuk memeriksakan sputumnya
jika telah batuk lebih dari 3 minggu
3. Koordinasi lintas program dan lintas sektor belum optimal
4. Pendataan dari surveilans masih belum optimal
Solusi:
1. Membuat jadwal penyuluhan bulanan Puskesmas Pauh untuk TB Paru BTA (+)
lengkap dengan wilayah dan tempat penyuluhan serta penanggungjawabnya
2. Petugas dan kader langsung turun ke lapangan untuk mendata dan memeriksakan
dahak masyarakat yang batuk lebih dari 3 minggu.
3. Kerjasama lintas sektoral untuk mengkampanyekan program bebas TB dengan
penyuluhan, penyebaran leaftlet, menempelkan poster di TTU
4. 6 PENGOBATAN
4. 6. 1 Masalah balai pengobatan
31
Grafik 4. Penyakit terbanyak di Puskesmas Pauh 2012
Dari data 10 penyakit terbanyak terlihat bahwa tingginya kasus penyakit tidak
menular seperti rematik dan gastritis diikuti oleh hipertensi. Hal ini perlu ditindak lanjuti
mengingat penyakit tersebut perlu penanganan yang menyeluruh. Program pemerintah
telah mencanangkan adanya Posbindu ( Pos Binaan Terpadu ) di wilayah kerja puskesmas,
tetapi Posbindu di puskesmas Pauh belum dijalankan, Posbindu ini sangat penting karena
bertujuan untuk menangani penyakit-penyakit tidak menular terutama penyakit
degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit tulang sendi lainnya.
Hal ini terkait bahwa pada penyakit degeneratif, diperlukan penangan yang
mencakup preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat kontinu.
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata
masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan oleh masyarakat.
Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan prasarana yang kurang memadai, tetapi juga dari
segi tenaga medis yang demikian pula adanya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian
32
khusus dari pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta
komitmen untuk merubah sistem pelayanan Puskesmas yang dinilai buruk oleh
masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus memiliki standar pelayanan yang dapat
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat.
5. 2 Saran
1. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan pelayanan kesehatan dan
pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh
2. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi terpenuhinya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
3. Merestrukturisasikan peran Puskesmas
4. Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat untuk
meningkatkan peran serta dan kesehatan masyarakat.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Puskesmas Pauh. 2012. Laporan Puskesmas Pauh Tahun 2012. Padang.
2. www.litbang.depkes.go.id
3. http://els.bappenas.go.id
34