Post on 08-Feb-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah menjadi kebiasaan bahwa Natal selalu dirayakan di bulan
Desember. Natal sekarang ini bahkan sudah menjadi tradisi bukan hanya
dikalangan Kristen tetapi juga menjadi tradisi bagi kalangan yang belum
percaya kepada Tuhan. Di toko-toko yang non Kristen, disana kita akan
menjumpai pajangan, pernik-pernik Natal, pohon Natal sampai lagu Natal
yang dikumandangan memuji Sang Anak yang dijanjikan Allah.
Bukan hanya itu saja, di rumah-rumah yang belum percaya Tuhan pun
kita akan menjumpai lagu Natal dan pohonnya. Tidak perduli apakah mereka
benar-benar mengerti makna dan arti perayaan Natal itu atau tidak. Setiap
tahun Natal sudah menjadi suatu tradisi bagi umat manusia di muka bumi ini
Di dalam kehidupan pribadi setiap orang Kristen pun Natal sudah
kehilangan makna sebenarnya. Banyak keluarga Kristen yang merencanakan
merayakan Natal dengan perayaan tukar kado atau jalan – jalan. Umat Kristen
saat ini tidak terlalu mengerti mengapa Natal itu penting dan apa makna Natal
yang sebenarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah Natal yang dirayakan orang Kristen sudah pasti Kristiani?
Apa makna Natal bagi orang – orang yang ada dan terlibat Natal
pertama?
Bagaimana pandangan dunia mengenai Natal?
Apakah perlu merayakan Natal?
Apa makna Natal bagi umat Kristiani?
1.3 Tujuan
Mengetahui Natal yang benar/kristiani.
Mengetahui makna Natal bagi orang – orang yang terlibat Natal pertama.
Mengetahui pandangan dunia mengenai Natal.
1
Mengetahui perlu atau tidaknya merayakan Natal.
Mengetahui makna Natal yang sesungguhnya bagi umat Kristiani.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Natal bagi Dunia
Menurut Harson (2012), Natal adalah momen Tuhan memberi makna
bagi hidup kita. Setiap menjelang akhir tahun ratusan juta manusia di dunia
hiruk pikuk untuk mempersiapkan dan merayakan Natal. Pusat-pusat
perbelanjaan tampak sangat sibuk dan bertingkah laku seolah-olah mereka
menjadi pusat perayaan Natal. Jika melihat hiruk-pikuk dan gemerlap pernak-
pernik seperti yang dipajang di toko-toko, pohon dan lampu Natal yang
dipajang, aksi lucu sinterklas, tawaran diskon Natal, dsb, seolah-olah Natal itu
perayaan serba enak.
Tidak demikian. Bagi sebagian orang Natal adalah Desember kelabu,
karena tidak bisa berkumpul bersama keluarga, menderita kelaparan,
mengalami diskriminasi, menanti hukuman mati, dan sebagainya. Dalam
kondisi seperti ini, kita harus menunjukkan solidaritas dengan sesama yang
menghadapi berbagai kendala dalam hidupnya. Namun disamping itu, Natal
adalah pesta kebahagiaan dan momentum untuk perubahan serta peneguhan
atas perjuangan kita di dunia.
Natal sekarang ini bahkan sudah menjadi tradisi bukan hanya dikalangan
Kristen tetapi juga menjadi tradisi bagi kalangan yang belum percaya kepada
Tuhan. Coba lihat di toko-toko yang non Kristen, disana kita akan menjumpai
pajangan, pernik-pernik Natal, pohon Natal sampai lagu Natal yang
dikumandangan memuji Sang Anak yang dijanjikan Allah. Bukan hanya itu
saja, di rumah-rumah yang belum percaya Tuhan pun kita akan menjumpai
lagu Natal dan pohonnya. Tidak perduli apakah mereka benar-benar mengerti
makna dan arti perayaan Natal itu atau tidak. Setiap tahun Natal sudah
menjadi suatu tradisi bagi umat manusia di muka bumi ini.
Orang yang merayakan Natal tidak disebut sebagai Kristen, orang-orang
yang belum percaya pun sering merayakan Natal. Bagi mereka Natal bahkan
sudah menjadi tradisi. Natal yang dirayakan oleh orang-orang yang belum
3
percaya adalah Natal dengan Santa Claus dan Natal tanpa Kristus. Natal bagi
orang Kristen boleh tanpa Santa Claus tapi tidak boleh tanpa Kristus.
Bagi orang-orang duniawi, sosok yang namanya Santa Claus sudah
identik dengan Natal, tapi Kristus tidak diidentikkan dengan Natal. Paham ini
bahkan sudah merasuki gereja-gereja sekarang ini. Santa Claus sudah
mengantikan sentral dari kejadian di malam Natal yaitu Kristus sendiri. Santa
Claus sudah membuat kita lupa bahwa Allah mengasihi manusia berdosa
dengan mengutus Anak-Nya ke dalam dunia. Santa Claus mulai mengantikan
Kristus di malam Natal.
2.2 Natal Pertama
Menurut Citra (2010), untuk mengerti makna Natal yang sejati, salah
satu caranya adalah dengan kembali kepada peristiwa Natal pertama. Mari kita
kembali menggali kembali beberapa makna Natal dari tangan pertama, dari
orang-orang yang terlibat langsung dalam peristiwa itu. Kita melihat kembali
ke peristiwa Natal pertama yang sudah lalu, dan bertanya kepada orang-orang
yang ada dan terlibat dalam peristiwa Natal pertama.
1. Makna Natal bagi Orang Majus: Pelajaran untuk Rendah Hati
(Mat 2:1-2)
Orang-orang Majus ini dengan sangat jelas menyadari apa arti
penting dari Raja yang baru lahir itu. Mereka dengan jelas mengetahui dan
mempercayai bahwa Dia adalah bukan sembarang raja. Bayi yang baru
lahir ini adalah Raja dari segala raja dan pemerintahannya berlaku atas
seluruh alam semesta. Mereka menyadari bahwa bayi yang baru lahir ini
akan memberi dampak kosmik yang luas. Oleh karena itulah, mereka pergi
untuk menyembah Dia.
Natal adalah saat untuk mulai belajar bersikap rendah hati. Karena
seharusnya kita malu di hadapan Allah apabila kita mengingat bagaimana
kita sering mengecewakan Dia dengan dosa-dosa yang kita perbuat. Ia,
Allah yang Maha Besar, Maha Kudus, dan Agung itu, rela turun ke dunia,
menjadi seorang bayi, yang lahir di kandang domba, hanya karena Ia
mengasihi kita. Hanya karena Ia ingin datang mendekat kepada kita. Dan
4
Ia layak untuk memperoleh semua kemulian, hormat, dan pujian kita lebih
dari apapun.
Natal adalah saat di mana kita mengingat kembali untuk belajar
bersikap rendah hati di hadapan Allah. Siapapun kita, sehebat atau
sepandai apapun kita, sekaya apapun kita, lepaskan itu semua di hadapan
Allah. Mari kita bersikap rendah hati di hadapan Allah dan menyembah
Dia dalam kehidupan kita.
2. Makna Natal bagi Para Gembala: Alasan untuk Memuji Allah
(Luk 2:20)
Kehadiran Anak itu ke dalam dunia adalah suatu yang
menakjubkan, suatu bukti tanda kasih Allah kepada manusia yang sangat
besar. Allah adalah benar-benar Immanuel (Allah menyertai kita). Hanya
Allah kita yang mau dan mampu untuk datang mendekat kepada kita.
Sementara agama lain mengajarkan bahwa untuk mendekati allah, mereka
harus berupaya dengan keras, harus berpuasa, harus berdoa semalam
suntuk; tetapi agama lain tidak pernah mengajarkan bahwa allah mereka
mau untuk berinisiatif mendekati mereka.
Hanya Allah kita, Tuhan Yesus Kristus, yang bersedia untuk
datang mendekati manusia. Karena Allah tahu, jika dekat kepada Allah
bergantung kepada usaha manusia, kita semua tidak ada yang akan
berhasil mendekati Allah. Kita hanya bisa mendekati Allah kalau Allah
yang mendekat kepada kita.
Natal seharusnya mengingatkan kita bahwa kasih Allah yang
terbesar telah dinyatakan. Ia berjanji akan datang menyelamatkan kita dari
hukuman kekal, dan Ia telah datang. Sadarkah kita bahwa masalah yang
sangat penting seringkali disebut sebagai masalah hidup dan mati; dan ini
adalah masalah hidup dan mati yang sesungguhnya. Tanpa Kristus mau
lahir di dunia, kita benar-benar akan sengsara di neraka.
Merayakan Natal adalah momen untuk kita benar-benar
menemukan kembali kebahagiaan, bahagia karena menyadari kita adalah
orang-orang yang dikasihi Tuhan dengan cara yang luar biasa. Merayakan
5
Natal adalah momen yang sangat tepat untuk kita menemukan kembali
alasan untuk memuji Tuhan dengan penuh antusias, semangat, dan total.
3. Makna Natal bagi Maria: Pelajaran tentang Ketaatan dalam Iman (Luk.
1:37)
Tuhan memberikan kepada kita suatu tanggung jawab atau suatu
permasalahan hidup, mari kita juga belajar dari Maria. Percayalah bahwa
semuanya ada dalam rencana Allah. Dan tatkala kita dengan setia taat
kepada Allah dan berjalan dalam rencana-Nya, maka Ia akan mengurus
segalanya.
Kita tidak perlu terlalu kuatir. Kita tidak perlu takut. Kita tidak
akan dicobai sampai melebihi dari kekuatan kita (1 Korintus 10:13). Dan
segala perkara akan dapat ditanggung oleh kita karena Ia akan
memberikan kekuatan yang kita perlukan (Filipi 4:13). Kita harus belajar
taat kepada Tuhan tanpa merasa kuatir akan dampaknya kemudian. Tuhan
tidak akan lepas tangan dan tidak menghargai apabila kita mau mentaati
Dia.
2.3 Natal bagi Umat Kristen
Menurut Tenrie (2007), arti Natal bagi umat Kristiani sejak kapanpun
dan sampai kapanpun akan selalu berbeda dengan cara perayaan orang-orang
dunia itu baik dengan istilah "Christmas" atau tidak. Kita umat percaya
memahami dan menghormati makna Natal karena Allah telah sudi lahir
sebagai manusia, Allah Yang Maha-tinggi itu telah merendahkan diri-Nya,
serendah-rendahnya menjadi manusia, lahir sebagai manusia biasa bahkan
mati di kayu salib. Natal bagi umat Kristiani bukan sekedar perayaan, kumpul-
kumpul, atau mengadakan kegiatan-kegiatan, tetapi Natal adalah lebih kepada
peringatan akan kasih karunia Allah yang dasyat.
Bagi kita, umat Kristiani makna Natal tidak hanya jatuh pada bulan
Desember, karena ini hanyalah tradisi dunia. Natal bagi kita dapat kita rayakan
di bulan Desember bahkan di bulan-bulan yang lain. Setiap haripun bisa
menjadi Natal. Dalam 2 Timotius 2:8, Rasul Paulus berkata "Ingatlah ini:
6
Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan
sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku." Maka setiap
kali kita mengingat kematian-Nya dalam Perjamuan Suci (Lukas 22:19),
otomatis kita juga mengingat bahwa Ia pernah lahir. Kelahiran-Nya telah
membawa Kabar Baik, bahwa semua orang yang percaya akan memperoleh
kehidupan yang kekal (Yohanes 3:16).
Menurut Harson (2012), Natal adalah momen pertumbuhan iman, yang
tidak boleh berhenti tepat setelah tanggal 25 Desember. Makna Natal
seharusnya menggema sepanjang tahun dan menjiwai setiap aksi pribadi
maupun kelompok. Tema sentral Natal adalah cinta. Kehadiran Kristus
sebagai manusia merupakan bentuk nyata kasih Allah kepada kita. Dalam cara
yang sama, cinta kita kepada Tuhan harus diwujudkan secara nyata dalam
perbuatan kasih kepada sesama dan ciptaan Tuhan lainnya.
Bentuk-bentuk lahiriah dari cinta harus nyata dalam kehidupan sehari-
hari, tanpa membuat perbedaan, dalam keluarga, lingkungan kerja, dan bentuk
interaksi sosial lain, bahkan di dunia maya sekalipun. Cinta akan Allah tidak
mengambang seperti sesuatu yang diterbang angin, tapi sesuatu yang nyata,
yang kasat mata berupa mencintai sesama manusia dan alam tempat kita
berpijak. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci
saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak
kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah,
ia harus juga mengasihi saudaranya (1 Yohanes 4:20-21).
Menurut Tanujaya (2009), Natal merupakan simbol dari kasih Allah
yang terbesar. Natal mengajarkan bagaimana kita harus mengasihi orang lain.
Natal mengajarkan bagaimana kita harus berbagi dengan orang lain termasuk
berbagi dengan orang-orang kecil. Berita Natal pertama kali disampaikan
kepada para gembala. Orang-orang kecil seperti mereka disampaikan berita
oleh malaikat surgawi yang mulia. Merayakan Natal seharusnya membuat kita
berpaling kepada orang-orang kecil dan berbagi dengan kasih. Kita perlu
mengampanyekan Natal dengan Kristus di gereja-gereja. Kita perlu kembali
(back to basic) kepada makna perayaan Natal yang sesungguhnya, yaitu
7
Kristo-sentris. Dengan kerinduan untuk berbagi kasih oleh karena Allah
mengasihi manusia.
Bukti mengasihi sesama bisa tampak dalam wujud keterlibatan aktif
dalam usaha memerangi kemiskinan, melawan korupsi, serta dalam mengatasi
berbagai persoalan sosial, seperti konflik kemanusiaan, menguatnya sikap
intoleran, serta perilaku atau tindakan yang membuat persaudaraan antar
sesama warga menjadi retak. Demikian pula, sebagai kaki dan tangan Allah di
dunia ini, manusia diserahkan kepercayaan untuk memelihara dan
memanfaatkan alam semesta yang “diciptakan baik adanya” secara
bertanggungjawab. Manusia dipanggil untuk melestarikan dan menjaga
keutuhan ciptaan-Nya dari perilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam.
Dengan demikian, makna Natal bukan hanya sekedar persiapan
dekorasi rumah atau gereja. Natal adalah momen untuk perubahan dan
peneguhan atas komitmen kita sebagai pengikut Kristus untuk mencintai
sesama dalam suka dan senang serta peneguhan panggilan kita sebagai orang-
orang yang dipercayakan Tuhan mengelola dan merawat ciptaan-Nya (Harson,
2012).
Menurut Pramono (2005), dalam memperingati "hari kelahiran Kristus"
umat Kristiani akan menyadari makna yang lebih dalam lagi adalah kehadiran
Allah dalam bentuk kelahiran Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang
mendatangkan damai sejahtera di bumi. Kehidupan Yesus sebagai Tuhan yang
menjadi manusia yang menyertai kita (Immanuel) tidak dapat dilepaskan dari
saat kelahiran, pembaptisan, pelayanan, penyaliban, kebangkitan, sampai
kenaikan-Nya ke surga. Sekalipun demikian, sebagai suatu peringatan,
memang Natal kemudian berkembang sebagai suatu ‘perayaan’ dalam tradisi
gereja dan masyarakat pada umumnya.
Perayaan hari kelahiran Yesus memang tidak tertulis, bahkan tidak ada
anjuran dalam Alkitab untuk merayakan Natal, tidak ada anjuran untuk
memasang pohon terang, dll. Tetapi memperingati kelahiran Yesus Kristus itu
mutlak. Perayaan adalah cenderung bersifat pesta, sedangkan peringatan lebih
bersifat hikmat.
8
Dalam 2 Timotius 2:8 “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit
dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah
yang kuberitakan dalam Injilku.” Ayat diatas adalah nasehat dari rasul Paulus
kepada Timotius, tentang tiga hal yang penting akan Tuhan Yesus Kristus:
Kelahiran-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya.Paskah tanpa Natal tidak
akan lengkap maknanya, karena kita tidak mengerti makna dari Paskah itu bila
kita tidak mengerti makna Kelahiran-Nya (natal).
Merayakan jelas berbeda dengan memperingati atau mengingat.
Merayakan cenderung berhura-hura, berpesta. Tetapi mengingat adalah lawan
dari kata melupakan. Tentu kita tidak akan melakukan tindakan seperti lawan
kata ini. Yesus yang lahir di kandang yang hina perlu dijadikan contoh
kerendah-hatian umat Kristiani yang melayani dan tidak minta dilayani. Dan
menjadikan contoh bahwa Allah yang Maha Mulia dan yang Empunya langit
dan bumi itu ternyata lebih memilih cara sederhana dalam kedatangan-Nya di
dunia.
Karena Perayaan Christmas sudah menjadi tradisi dunia, maka kita
sebagai umat Kristiani harus sungguh menghargai karya penebusan Kristus
yang sudah dijalankan-Nya dengan sempurna. Karena keyakinan akan Yesus
tidak dapat dilepaskan dari kelahiran-Nya sebagai pemenuhan nubuatan para
Nabi.
Walaupun secara tradisi kita memperingatinya pada tanggal 25
Desember. Tetapi, marilah kita memperingati kelahiran-Nya, yang dengan
lebih berfokus pada syukur dan hikmat kepada Allah kita yang telah rela
merendahkan diri-Nya sebagai manusia. Dan janganlah kita kehilangan makna
Natal yang sesungguhnya, jadikanlah Natal selalu menjadi kabar baik bagi
semua orang di sekitar kita, bahwa Allah telah membuktkan kasih-Nya dalam
diri Yesus Kristus Tuhan kita.
Menurut Pardede (2013), esensi Natal seyogianya tidak hanya berisi
kesenangan lahiriah semata dimana umat manusia begitu berbahagia dalam
rangkaian penyambutan dan peringatan lahirnya sang Raja Damai, namun
selain itu ada pesan nyata yang disampaikan oleh Kristus bahwa melayani
sesama manusia adalah bagian dari pekerjaan-Nya datang kedunia.
9
Kita berharap, setiap tahun kita mendapat makna yang mendalam setiap
kali memperingati hari kelahiran-Nya. Esensi Natal bagi setiap orang pasti
berbeda-beda. Kelahiran Yesus di kota kecil Betlehem menjadi salah satu
bukti janji Allah bahwa Ia akan mengutus anak-Nya dan mau merendahkan
diri menjadi manusia sama seperti kita.
Yesus lahir dan datang ke dunia untuk menjadi pelayan, dan siap
melayani kita dengan sepenuh hati. Kita ada di bumi ini untuk menjadi saluran
berkat bagi orang lain, kita dihadirkan ke dunia ini agar memberi dampak
yang luar biasa bagi sesama. Kita diberkati oleh Tuhan dengan kelimpahan
dan kesehatan untuk memberkati orang lain yang membutuhkan uluran tangan
kita.
Tuhan Yesus telah terlebih dahulu datang sebagai pelayan bagi umat
manusia. Oleh sebab itu, hendaknya kita sebagai anak-anak Tuhan juga
meneladani Kristus dan rela menolong dan melayani sesama manusia sebagai
wujud syukur karena kita telah diselamatkan. Sebagai aplikasi dalam hidup
berbangsa dan bernegara, kita juga memiliki kewajiban untuk saling
menghormati dan saling menghargai. Hal itu patut dikerjakan oleh umat
manusia yang percaya dan menerima Kristus sebagai Juruselamat.
Dalam praktek hidup sehari-hari, kita sering lalai dan lupa dengan
tanggungjawab kita sebagai anak Tuhan yang dipersiapkan untuk mewartakan
kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita setiap saat. Makna Natal yang
sesungguhnya bagi kita adalah merayakan Natal tidak hanya sekadar
merayakannya lewat acara-acara liturgi, bernyanyi, koor atau menggelar
konser Natal dengan sangat meriah.
Makna Natal yang harus kita ambil dan bagikan kepada sesama adalah
meneladani perilaku Yesus yang mau menjelma menjadi manusia,
memberikan pengajaran-pengajaran positif yang berdampak luas bagi orang-
orang di sekitarnya. Perilaku hidup kita sehari-hari yang selama ini tergolong
sangat egois, mau menang sendiri, tidak perduli dengan kehidupan orang lain,
pamer harta dan kekayaan adalah perilaku yang berseberangan dengan
kehendak Tuhan.
10
Di tengah situasi bangsa dan negara kita seperti sekarang ini, banyak
sekali manusia yang perilaku hidupnya hedonis dan mementingkan diri
sendiri. Padahal, di depan mata kita ada begitu banyak kaum tertindas bahkan
korban bencana alam yang sangat membutuhkan pertolongan, oleh karena itu
mari ulurkan tangan kita untuk membantu mereka dan melayani mereka,
seperti Yesus datang ke bumi untuk melayani kita orang-orang berdosa agar
bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
Mulailah untuk menanggalkan atribut-atribut yang menjadikan kita
kesulitan dalam menjalankan perintah Tuhan. Melayani dengan sepenuh hati,
tidak pamrih dan tidak bersungut-sungut. Melayani dengan sepenuh hati
kiranya menjadi pesan dan makna Natal yang paling penting dalam kehidupan
kita hari-hari belakangan ini. Kita harus setia dalam memberikan pelayanan
kepada sesama, terlebih kepada Tuhan.
Kita memperigati hari Natal, bukan sebagai tanggal yang
sesungguhnya, tetapi sebagai tanggal peringatan agar dunia mengenal kasih
Allah. Bahwa Sang Juruselamat telah lahir ke dalam dunia yang gelap dengan
membawa kasih dan terang Allah kepada semua manusia. Yesus adalah hadiah
Allah kepada kita. Jadi, mari kita memperingatinya dengan sukacita, kasih dan
semangat membagikan kasih-Nya kepada semua manusia (Hammond, 2011).
Menurut Maria (2012), seperti para malaikat surgawi yang memuji dan
memuliakan Allah, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan
damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk
2: 14), maka kita harus memuji Allah dan memuliakan-Nya atas karya
agungnya bagi kita. Sebab, Allah telah mengaruniakan damai sejahtera bagi
kita. Damai yang bukan buatan manusia dan bukan berasal dari dunia. Tetapi
Damai sejahtera yang berasal dari atas, dari surga, dari Allah. Damai sejati
hanya dapat dialami oleh semua orang yang rela untuk mengenal Yesus dan
mengambil bagian dalam sengsara dan kebangkitan-Nya. Tanpa itu semua,
segala akan sia-sia dan kita masih berada dalam kegelapan tanpa akhir.
Pada masa Natal ini, mari kita mengarahkan pandangan kita kepada
Allah yang memberikan anugerah besar kepada kita. Kelahiran Yesus Kristus
menghadirkan kuasa Allah yang menyapa umat-Nya. Allah membebaskan
11
manusia dari perbudakan dosa dan belenggu maut. Hanya satu hal yang perlu
kita lakukan, kita harus percaya dan masuk dalam kehidupan Yesus. Kita
harus berani mengikuti Yesus Kristus, dalam suka dan duka, dalam untung
dan rugi. Apapun status dan pilihan hidup kita, kita hanya mengandalkan
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penyelamat kita.
Menurut Jensen (2012), dengan penggenapan nubuatan oleh Yesus, kita
diingatkan bahwa Yesus Kristus adalah pusat dari rencana Allah bagi dunia.
Yesus dalam kandang domba bukan suatu dongeng. Dan karena pesan Natal
itu benar, pengertian yang terkandung didalamnya sangat luar biasa. Artinya
bahwa Anak Allah, dengan kasih, datang untuk menggenapi arti dari nama-
Nya, yang artinya “Tuhan Penyelamat!” Yesus berkata, "Barang siapa percaya
kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:36). Dahulu Dia lahir di
palungan. Namun, saat ini Dia rindu untuk lahir di dalam hati manusia
(Wahyu 3:20).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makna Natal bukan hanya sekedar persiapan dekorasi rumah atau
gereja. Natal bukan hanya sebagai perayaan, tetapi sebagai peringatan akan
kasih karunia Tuhan. Natal adalah momen untuk perubahan dan peneguhan
atas komitmen kita sebagai pengikut Kristus untuk mencintai sesama dalam
suka dan senang serta peneguhan panggilan kita sebagai orang-orang yang
dipercayakan Tuhan mengelola dan merawat ciptaan-Nya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Citra. 2010. “Arti Sebuah Natal” dalam http://indonesiaindonesia.com/f/72444-
arti-natal/. Diakses pada tanggal 15 November 2013 pukul 15.34 WIB.
Hammond, Jeff. 2011. “Pahamilah Natal yang Sesungguhnya” dalam
http://www.abbalove.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=1170:pahamilah-natal-yang-
sesungguhnya&catid=26:movement-news&Itemid=48. Diakses pada
tanggal 15 November 2013 pukul 16.47 WIB.
Harson, Siktus. 2012. “Mengungkap Makna Natal yang Sesungguhnya” dalam
http://indonesia.ucanews.com/2012/12/18/mengungkap-makna-natal-yang-
sesungguhnya/. Diakses pada tanggal 15 November 2013 pukul 16.15
WIB.
Jensen, Gary. 2012.“Mengapa Natal Itu Penting?” dalam
ChristianAnswers.Net_indonesian.html/. Diakses pada tanggal 12 Januari
2014 pukul 17.01 WIB.
Maria. 2012. “Makna Natal bagi Hidup Kita” dalam
http://www.airhidup.com/Article.cfm?ArticleID=1857. Diakses pada
tanggal 12 Januari 2014 pukul 22.54 WIB.
Pardede, James P. 2013. “Makna Natal : Melayani dengan Sepenuh Hati” dalam
http://www.analisadaily.com/news/72696/makna-natal-melayani-dengan-
sepenuh-hati. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014 pukul 22.20 WIB.
Pramono, Bagus. 2005. “Tentang Natal” dalam
http://indonesiaindonesia.com/f/72276-natal/. Diakses pada tanggal 15
November 2013 pukul 16.02 WIB.
Tanujaya, Ingrid. 2009. “Makna Natal Yang Benar – Kristosentris” dalam
http://gpbb.org/main/index.php?
14
option=com_content&view=article&id=358:makna-natal-yang-benar-
kristosentris&catid=15:renungan-minggu-ini&Itemid=58. Diakses pada
tanggal 15 November 2013 pukul 15.13 WIB.
Tenrie. 2007. “Makna Natal” dalam http://indonesiaindonesia.com/f/14400-
makna-natal/. Diakses pada tanggal 15 November 2013 pukul 15.27 WIB.
15