MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

74
MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL (Analisa Perbandingan Makna) Skripsi Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1 Di susun oleh: IHYAUL ULUMUDDIN NIM. 105032101040 JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

Page 1: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

MAKNA PERAYAAN

HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL (Analisa Perbandingan Makna)

Skripsi

Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1

Di susun oleh:

IHYAUL ULUMUDDIN NIM. 105032101040

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaykum Wr.Wb.

Bismillah..

Alhamdulillah..

Walaa Haula Walaa Quwwata Illa Billaahil ‘Aliyyil ‘Adzim..

(Wa Ba’du)..

Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang Maha

Pengasih dan Penyayang, yang selalu memberikan nikmat kasih dan sayang-Nya

kepada kita. Memberikan hidayah bagi manusia, dan selalu menaungi manusia

dengan kasih dan sayang-Nya, khususnya kepada Penulis. Sehingga Penulis

mampu menyelesaikan skrispsi ini, walaupun di dalamnya masih banyak

kesalahan, kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan adalah

hanya milik Allah SWT. Tapi mudah-mudahan ini menjadi hal yang bermanfaat

untuk menambah pengetahuan kita, Amin.

Shalawat beriring salam, semoga selalu tercurahkan kepada baginda kita

Nabi Besar Muhammad SAW, Sang pendobrak pintu kebathilan dan kejahilan,

yang membawa umat-Nya kepada zaman yang sekarang kita rasakan. Semoga

Allah selalu mencurahkan ridha-Nya kepada beliau, Amin.

Selanjutnya, tiada kata yang sanggup Penulis ucapkan, Khususnya kepada

semua pihak yang telah membantu dan mendoakan Penulis dalam proses

penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Ayah dan Ibuku tercinta “Ahmad Suryani & Hayati”, yang selalu dan selalu

tak pernah lelah untuk terus menghembuskan doanya untukku, kasih sayang

dan perhatian yang tiada terkira walaupun dibandingkan dengan luasnya

lautan dan tingginya langit. Nasehat dan bimbinganmu selalu ku ingat dengan

meneteskan air mataku untukmu Ayah dan Ibuku. Saat ku tulis kata ini air

mataku tiada henti terjatuh karena aku belum bisa membalas apa-apa atas

apa yang telah Ayah dan Ibu berikan termasuk baktiku untukmu Ayah dan

Ibu. Maafkan aku Ayah, maafkan aku Ibu karena selalu membuatmu kecewa

dan marah dengan tingkah lakuku yang bandel. Semoga Allah tidak pernah

  i

Page 3: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

berhenti mencurahkan nikmat rahmat dan ridho-Nya kepada kita, Amin.

Ayah… Ibu… Terima kasih atas semuanya, aku bertekad suatu saat nanti aku

akan membawa Ayah dan Ibu berangkat Haji. Aku sangat sayang Ayah dan

Ibu lebih dari apapun.

2. Ibu Hj. Siti Nadroh, selaku pembimbingku dalam proses pembuatan skripsi

ini. saya sangat berterima kasih kepada Ibu, yang selalu memberikan arahan-

arahan dan bimbingan kepada saya selama proses penulisan.

Saya minta maaf jika banyak kesalahan baik sikap, ucapan dan tulisan yang

banyak kesalahan dan cela, serta tak mampu membalas dan memberikan apa-

apa untuk Ibu. Terima kasih banyak Ibu, semoga Allah SWT selalu

memberikan ridho dan kebahagiaan kepada Ibu dan keluarga di dunia dan

akhirat, Amin…

3. KAJUR dan SEKJUR Perbandingan Agama, Bapak M. Nuh Hasan dan Bapak

Maulana. Terima kasih atas semua bimbingan dan pengajaran yang telah

Bapak berikan. Semoga Bapak selalu dicurahkan kebahagiaan di dunia dan

akhirat, jasa-jasa Bapak takkan pernah ku lupakan, semoga Bapak bisa

mengangkat nama Jurusan ke prestasi yang lebih baik lagi. Dan semoga Allah

membalas kebaikan Bapak dengan berjuta-juta nikmat dan kebahagiaan,

Amin…

4. Dekan dan Pembantu-Pembantu Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,

Penulis ucapkan banyak terima kasih. Semoga selalu diberikan kesehatan dan

kekuatan dalam membangun Fakultas dengan lebih baik lagi dan menciptakan

generasi-generasi yang bernmanfaat untuk masyarakat dan negara. Dan

terakhir, Yang Penting Ushuluddin Jaya Terus Ushuluddin!!!!...

5. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Bapak Komaruddin Hidayat beserta staf-

stafnya yang tak bisa Penulis sebutkan satu persatu, terima ksih atas

semuanya. Ciptakan terus regenerasi yang dapat dibanggakan oleh bangsa dan

negara. Jaya Terus Kampusku Tercinta UIN Jakarta!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!…

6. Seluruh Dosen Perbandingan Agama yang tidak bisa Penulis sebutkan

namanya satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasihku untuk

Bapak dan Ibu. Terima kasih atas Ilmu dan bimbingan yang telah Bapak dan

  ii

Page 4: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

Ibu berikan kepada Penulis, semoga bermanfaat dan bisa Penulis terapkan

dalam sehari-hari, khususnya dalam bermasyarakat. Penulis memohon maaf

jika selama masa perkuliahan ada kelakuan dan perkataan yang kurang

berkenan di hati Bapak dan Ibu. Semoga Allah membalas jasa-jasa Bapak dan

Ibu, Jazaa Kumullahu Khoirul Jaza, Syukron Katsiron…

7. Seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, yang telah

menyediakan fasilitas dan pelayanan yang Penulis dan mahasiswa lain

butuhkan. Semoga perpustakaan Fakultas Ushuluddin bisa terus berkembang

dan mempunyai koleksi buku-buku yang lebih lengkap lagi khususnya

mengenai materi-materi dari jurusan yang terkait. Maaf jika Penulis dan

teman-teman suka membuat keributan-keributan kecil, oya… Musholanya

enak buat tidur hehehe… Terima kasih semuanya…

8. Pihak-pihak yang berkaitan dengan penulisan ini (Pondok Pesantren Modern

Mirqotul Huda Serang Banten dan Gereja Bethel Indonesia Pertamburan

Jakarta). Terima kasih atas partisipasinya (sambutan dan penerimaan)

sehingga bisa membantu Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan

baik. Semoga rahmat dan ridho selalu menghiasi hidup kalian.

9. Untuk keluargaku, kakakku Khoirun Nufus dan A Maman terima kasih atas

semua doa dan dukungannya.

Untuk si kecil keponakanku tercinta Ratu Alifah, Om sayang kamu,

Mmmmmuuaagh semoga kamu jadi anak yang berguna dan sholehah Amin…

10. Adikku Ida Rahmawati yang gendut imut dan cantik, makasih yah dah selalu

membantu dan doain aang, aang sayang kamu. Jangan bandel yah, kuliah yang

rajin.

11. Spesial untuk kakakku tersayang Durratul Laila, yang selalu senantiasa berdoa

dan membantu Penulis dan mengorbankan tenaga dan apapun untuk Penulis.

“Teh saat Ulum nulis ini, Ulum ga kuat nahan air mata. Sumpah Ulum ga

kuat, makasih teh atas semuanya. Ulum minta maaf jika selalu menyusahkan

dan merepotkan teteh.Ulum pengen banget ngebales semuanya agar kita

selalu menjadi saudara yang baik yang selalu bisa menjaga keluarga. Suatu

  iii

Page 5: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

saat jika Ulum mampu, Ulum pasti akan membalas semuanya. Terimakasih

teh atas semua pengorbanannya.”

12. Kepada yang Tercinta dan Tersayang Thari Mayaratu-Ku, putri dari Bapak

Arham dan Ibu Flora Irama. Kamu adalah perempuanku yang paling cantik di

Negeriku Indonesia, kamulah yang nomor satu, Aku tak akan bisa sukai lagi

perempuan yang lainnya. Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang

yang kamu curahkan padaku, untuk doa yang tiada henti kamu hembuskan

untukku, untuk dukungan dan perhatianmu. Semoga Allah membukakan jalan

untuk kita menuju jalan yang di ridhai-Nya amin. Terima kasih sayang, Aku

sayang kamu.

13. Selanjutnya untuk sahabat-sahabatku yang berada di Ciputat:

Kawan-kawanku Zabil, Adin+Liza, Zays Selir, Bang Adli, Asep+Iroh, Jawara

Reyzak, Maksal, Oment, Didin, Kapten, Neng Nina, Bos Raden, NoRule

(Dayat)+Janet, Blacky, Nung imut, Tya, Tie2 Cliquers, Irma, Neng Indah,

Kiki, All Manager & Personil Amunizi, All Manager of Green Comp (Huget,

Adit, Sadut, Daenk, Mustari, H. Danang, Komeng) dan yang lainnya..

Terima kasih semuanya sudah baik kepada penulis.

14. Terimakasih juga kepada SLANKERS, UNGU CLIQUERS, LYLAKU,

KERABAT KOTAK, RESPECTOR (BONDAN), PARA WALI,

AMUNIZIKU, GIGI KITA, JHAPATY, ST STIA, GREEN_COMP,

LA_LIGHT, SAMPOERNA MILD, CENTRE BILLYARD BUKIT SARUA

CIPUTAT, HONDA BEAT, BALENONATION, NOKIA, BNI, BRI,

COMPAQ, dan semua sponsor yang telah mendukung penulis dalam

penggarapan skripsi ini.

15. Kawan-kawanku di Perbandingan Agama khususnya angkatan 2005:

Radhit, bin Musyawarah orang yang terlanjur kaya Low Profil… Jangan

kebanyakan ngesrak (males gue) hehehe… Thanks Men buat kebaikan ente…

Samsul, makasih men udah bantuin gue dalam hal apapun, Jangan

kebanyakan ngesrak juga, kasian wadon-wadon lo abisin terus hehehe...

  iv

Page 6: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

Bos Titis, moga makin lancar dan sukses bisnisnya, jangan kebanyakan

ngekrum kasian anak orang, mending juga nimbang krescek hehehe…

Wahyu, jangan sibuk konser n sensus terus, artis juga bukan hehehe...

Guntur, Uh takut ada gledek!!!!!! Jangan keseringan nyabutin jenggot,

mending juga nyabutin uban bokap lo hahaha… Thanks Men…

[ S i l C a k e p ], Masih semangat kawan-kawan!!!!!!!! Aktivis dan Investor

besar lesehan. Thanks brow dah slalu ngasih arahan-arahan.

Deliar, gaul lah jangan sendirian aja, jangan takut dompet jebol kehabisan.

Asik kok berteman, saling berbagi dan selalu bareng-bareng…

Toto, salut ane m ente pak. Moga sukses terus…

Robi Abgan, si Mr.Ketoprak Syetan yang ngeselin tapi ngetawain juga.

Langka orang kaya lo, hehehehe…. Katttsssaaaaaaaarrrr…

Lukman, My Soulmate si badak muke ma kantong sama-sama Ora Bagus,

apalagi kakinya udah kaya singkong bakar hahahahaha…

Zamroni, penggila bola n tehnik, Kalo dari jauh udah ketauan dari jalannya

hehehe... Kurangin tidur banyakin ngopi, sambil dengerin RHCP…

Fikri, si bubuwdanbabey bos pulsa, si skater si speda BMX mini.

Ngomongnya pelan-pelan jangan gugugugagagagugugug hehehe…

Kiki, gadis imut n gaul yang udah dari Aliah sekelas ma gue, kira-kira ntar

sekantor lagi di PLN hehehe…

Lian, si manis jutek tapi mau. Ngilang mulu, kemana ja tau, banyak yang

kangen neh…

Iis, si Ndoet yang grabak grubuk tapi mengasikkan, palagi tragedy di

rumahnya Guntur, GUBRAAAAK… Apaan tuh? Masya Ampun ternyata Iis

toh, hehehe…

  v

Page 7: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

Buat anak-anak PA 6 yang meningkat ke tujuh, si Andi si Buluk si Wafi si

Reisha dan lain-lain, terimakasih banyak kalian sudah pada mengakrabkan

diri dengan kami.

Semuanya selalu bisa buat gue tertawa, bercanda bareng, jalan, kumpul tapi

bukan kumpul kebo hahahaha…., gaple dan lain-lain. Susah senang selalu

bersama, terima kasih kawan-kawan, semoga kalian pada sukses selalu

kedepannya. Semangat kawan-kawan!!!!!!…

Terima kasih kepada semuanya, mohon maaf jika penulis mempunyai

kesalahan baik dari sikap maupun ucapan. Semoga Allah memberikan hidayah

dan maghfiroh-Nya, agar terciptanya hidup yang harmonis dan selalu dalam

ridho-Nya, Amin…

Anyer, 10 Maret 2010

Ihya Ulumuddin

  vi

Page 8: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................... 6

D. Metodologi Penulisan ............................................................ 7

E. Sistematika Penulisan ............................................................ 8

BAB II PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA

ISLAM

A. Pengertian Hari Raya Idul Fitri .............................................. 9

B. Asal Mula Hari Raya Idul Fitri .............................................. 12

C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri ................................ 15

D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri ........................... 18

BAB III PERAYAAN HARI NATAL DALAM AGAMA KRISTEN

A. Pengertian Hari Natal ............................................................. 24

B. Asal Mula Hari Natal ............................................................. 26

C. Waktu Pelaksanaan Hari Natal............................................... 32

D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Natal .......................................... 33

  vii

Page 9: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  viii

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN MAKNA HARI RAYA

IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM DAN HARI

NATAL DALAM AGAMA KRISTEN

A. Makna Hari Raya Idul Fitri .................................................... 40

B. Makna Hari Natal ................................................................... 47

C. Persamaan dan Perbedaan Makna Hari Raya Idul Fitri dan

Hari Natal ............................................................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 61

B. Saran ....................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 63

Page 10: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah agama, pada umumnya meniscayakan seorang pemimpin

agama sebagai pembawa berita baik nan suci atau pesan mulia yang harus

disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pemimpin agama sebagai sosok

penting bagi eksistensi dan keberlangsungan sebuah agama, bahkan sebagai

pendidik untuk memberikan sebuah pembelajaran spiritual keagamaan

terhadap seluruh umat manusia.

Pada prinsipnya, pemimpin agama erat hubungannya dengan sosial-

kemasyarakatan. Hubungan sosial ini dalam bentuk perjalanan keagamaannya

yang merujuk kepada hal-hal atau kegiatan yang pernah ia lakukan, karena itu

akan menjadi pangkal contoh perjalanan keagamaan seseorang yang ia anut1.

Pesan-pesan, ajaran-ajaran dan berbagai pengalaman hidup yang di

alaminya, kemudian diajarkan dan diwariskan kepada pengikutnya yang akan

terus mengembangkan ajaran-ajarannya, sehingga para pengikutnya

menjadikan hal tersebut sebagai sebuah tradisi dan kebudayaan yang semakin

berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Demikian dengan agama primitif2, dinamika perjalanan historis

keberagamaan para pemimpin pertama tiap-tiap agama kemudian menjadi

1 Munawwir, DKK, Azas-Azas kepemimpinan Dalam Islam (Surabaya: Usaha Nasional,

Tt), h. IX. 2 Agama primitif adalah sebuah kepercayaan yang cenderung terhadap benda-benda atau

barang-barang yang mereka anggap antik, langka dan mempunyai makna tersendiri sampai menemukan atau beralih pada kepercayaan dan keyakinan baru, yang kemudian lebih menjurus kepada Atheisme. Sehingga sampai kepada penyempurnaan Monotheisme. 

1

Page 11: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

2

sebuah tradisi dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang, leluhur dan

pelopor agama itu sendiri. Seperti upacara perkawinan, upacara perayaan

tahun baru, upacara pemakaman dan upacara atau ritual perayaan keagamaan

lainnya.

Agama mempunyai budaya dan tradisi sesuai dengan ajarannya

masing-masing. Misalnya dalam agama Islam, ada sebuah tradisi perayaan

Hari Raya Idul Fitri yang dilaksanakan sekali dalam setahun. Akan tetapi

untuk menempuh perayaan tersebut, umat Islam terlebih dahulu menjalankan

ibadah fardhu yang telah ditetapkan rukun dan syaratnya, dan jika seseorang

telah melaksanakan ibadah fardhu sesuai dengan rukun dan syarat yang telah

ditetapkan dengan penuh keikhlasan maka ia telah terbebas dari

tanggungannya serta tidak ada orang lain yang mempunyai alasan untuk

menghukumnya3.

Tidak hanya dalam Islam, setiap agama juga mempunyai upacara-

upacara keagamaan dan bagi umatnya masing-masing mempunyai makna

tersendiri. Dalam agama Islam, perayaan Hari Raya Idul Fitri sangatlah berarti

bagi penganutnya, begitu juga dalam agama Kristen yang merayakan Natal

dalam setiap tahunnya.

Pada hari Natal, umat Kristen bersukacita menyambut inkarnasi

(kelahiran) Yesus, Putra Allah, sebagai manusia yang mereka pandang sebagai

anugerah Tuhan yang paling agung kepada umat manusia. Pada saat itu sudah

menjadi tradisi umat Kristen jika gereja-gereja dihias dengan semewah

3 Yusuf Qardhawi, Fiqih Shiyam: Puasa Menurut Al-Quran dan As-Sunnah (Jakarta:

Islamuna Press, 1996), h. 175.  

Page 12: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

3

mungkin pada saat perayaan Natal tiba, sering menyertakan palungan bayi,

dan umat saling bertukar hadiah serta mengadakan pesta4.

Dari hal tersebut, sudahlah jelas tersirat makna yang sangat berarti bagi

umat Kristen, karena pada dasarnya Hari Natal konon dikatakan hari kelahiran

Yesus yang telah diketahui oleh umat Kristen pada tanggal 25 Desember

dalam setiap tahunnya. Jadi pada tanggal tersebut selalu ditetapkan sebagai

perayaan Hari Natal. Perayaan-perayaan keagamaan seperti dalam Islam yang

merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Kristen yang merayakan Natal, keduanya

mempunyai makna dan arti yang baik bagi penganut yang merayakannya.

Secara mendunia gebyar semarak perayaan inilah yang terlihat ramai

dalam waktu persiapan dan pelaksanaannya di setiap tahunnya. Di Indonesia

sendiri kedua perayaan inilah yang juga selalu terlihat ramai walaupun ada

banyak perayaan hari raya keagamaan di dalamnya, namun yang paling

menonjol dari sisi semarak persiapan dan pelaksanaannya adalah Hari Raya

Idul Fitri dan Hari Natal. Sampai-sampai masuk ke dalam berita-berita dan

iklan-iklan yang diliput oleh stasiun televisi swasta, baik dari persiapan-

persiapannya dan pada waktu pelaksanaannya.

Banyak orang-orang Islam yang menganggap Hari Natal adalah

lebarannya orang-orang Kristen, tapi tidak banyak juga yang menganggap itu

adalah kebohongan. Hal ini mungkin dikarenakan mereka hanya melihat dari

gerak bentuk perayaannya saja yang sedikit hampir mirip dengan perayaan

Idul Fitri namun tidak secara keseluruhan. Kedua perayaan tersebut bisa

4 Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h.114.  

Page 13: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

4

disetarakan karena pelaksanaan perayaan Idul Fitri dan Natal bisa mendunia.

Karena hampir disetiap negara yang berada di dunia ada yang beragama Islam

dan ada juga yang beragama Kristen, khususnya di Indonesia. Maka pada

waktu perayaannya bisa di bilang mendunia.

Selain itu, dari kedua perayaan tersebut tersirat dasar theologis yang

sama yaitu melihat dari sisi sejarahnya yang menginginkan hari yang raya

yang dulu disalah gunakan oleh orang-orang yang tidak mempunyai dasar

keimanan yang kuat sehingga pada hari itu selalu merayakan kesenangan,

bermabuk-mabukan, bermain wanita dan lain sebagainya. Maka dari itu,

dalam agama Islam ada hal-hal yang dirubah oleh Rasulullah yaitu

menjadikan hari raya tersebut menjadi hari raya yang baik dengan penuh

berkah dan tidak menyimpang dari ajaran-ajaran keagamaan dan dasar

keimanan. begitupun dalam agama Kristen yang mempunyai misi untuk

merubah hari untuk meryakan hari kelahiran dewa matahari menjadi hari raya

kelahiran sang Juruselamat umat manusia Isa Al-Masih (Yesus).

Selain dasar theologhisnya yang sama, kedua perayaan ini dibesarkan

dengan dimensi sosialnya yang tinggi. Dari berbagai kegiatannya,

mengandung makna sosial yang sangat tinggi dan juga dikarenakan manusia

hidup di dunia ini tidak terlepas dari dinamika sosial kehidupan.

Dengan itu kemungkinan ada sedikit persamaan dan perbedaan

persepsi atau pendapat tentang arti dan makna dari kedua perayaan tersebut.

Akan tetapi, pada kenyataannya apakah hal tersebut benar-benar ada

persamaan dan perbedaan dari sudut pandang masyarakat serta dalam

Page 14: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

5

penggalian arti dan makna Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal dalam data-data

kepustakaan atau berdasarkan keyakinan para penganutnya.

Dari uraian-uraian di atas dan dengan semangat Rahmatan Lil ‘Alamin,

selanjutnya penulis ingin sekali mengangkat tema tersebut, yakni mengenai

makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal yang lebih diperjelas

dengan memberi judul:

“Makna Perayaan Hari Raya Idul Fitri Dan Natal”

(Analisa Perbandingan Makna)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Adapun pembahasan yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

penulis, yaitu bagaimana reaksi masyarakat terhadap adanya beragam agama

di dunia, dan bagaimanakah pokok ajarannya, serta bagaimanakah efek

keberagamaan agama untuk kemaslahatan seluruh umat di dunia.

Karena begitu luasnya pembahasan mengenai perayaan hari raya, maka

dalam penulisan ini, penulis membatasi penulisan hanya pada:

1. Untuk mengetahui makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.

2. Untuk mengetahui tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.

Dari pembatasan-pembatasan masalah tersebut, dapat diperjelas

dengan rumusan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:

1. Bagaimanakah makna dan tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari

Natal di Indonesia?

2. Apa saja persamaan dan perbedaan dari makna Hari Raya Idul Fitri dan

Hari Natal?

Page 15: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan

diatas, dapat diketahui bahwa tujuan umum dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman tentang makna Hari Raya

Idul Fitri dan Hari Natal yang memberikan kemaslahatan bagi seluruh

umat Islam dan Kristen di dunia.

2. Mencoba untuk memberikan gambaran tentang tradisi dan kebudayaan

perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, hasil dari

penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi tentang masalah

keberagaman agama-agama di dunia khususnya di Indonesia yang mempunyai

banyak tradisi dan budaya dari berbagai keberagaman agama-agama yang ada.

Adapun beberapa kegunaan dan manfaat dari penulisan skripsi ini

diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi ilmu Perbandingan Agama dan sekaligus dapat

memberikan penjelasan tentang makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan

Hari Natal.

2. Manfaat Praktis

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi

berupa bacaan perpustakaan dilingkungan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Khususnya di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat jurusan

Perbandingan Agama.

Page 16: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

7

D. Metodologi Penelitian

Untuk mengkaji pokok permasalahan ini secara akurat, penulis

menggunakan metode kepustakaan (library research)5. Library research

sendiri adalah suatu metode penelitian yang menggunakan bahan-bahan dan

data-data melalui berbagai literatur seperti buku-buku, majalah, artikel surat

kabar dan data-data tulisan lainnya yang akan diambil pokok inti pembahasan

yang bersangkutan dengan judul yang diangkat sehingga dianggap relevan

dengan pembahasan skripsi ini, dan juga karena kerja mencari bahan di

perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan oleh sang peneliti,

namun hal metode kepustakaan ini lebih difokuskan kepada sumber-sumber

pustaka.

Setelah mengumpulkan data-data kepustakaan, adapun metode yang

digunakan untuk mengungkap keberadaan makna dan tradisi dalam kedua

perayaan tersebut, pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode

deskriptif analisis6. Artinya, penulis menggambarkan atau menjelaskan secara

detail berbagai masalah yang berkaitan dengan judul skripsi ini tanpa

memberikan penilaian tertentu.

Di samping itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada

buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Desertasi)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan

CeQDA (Centre For Quality Development And Assurance) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

5 Moh Nasir Ph.d, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 40. 6 Moh Nasir Ph.d, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 37/55. 

Page 17: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

8

E. Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulisan skirpsi ini disusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metodologi

Penulisan dan Sistematika Penulisan

Bab II Perayaan Hari Raya Idul Fitri Dalam Agama Islam: Pengertian Hari

Raya Idul Fitri, Asal Mula Hari Raya Idul Fitri, Waktu Pelaksanaan

Hari Raya Idul Fitri dan Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri.

Bab III Perayaan Hari Natal Dalam Agama Kristen: Pengertian Hari Natal,

Asal Mula Hari Natal, Waktu Pelaksanaan Raya Natal, Tata Cara

Pelaksanaan Hari Natal.

Bab IV Analisa Perbandingan Makna Hari Raya Idul Fitri Dalam Agama Islam

Dan Hari Natal Dalam Agama Kristen yang meliputi: Makna Hari Raya

Idul Fitri, Makna Hari Natal, Persamaan dan Perbedaan Makna Hari

Raya Idul Fitri dan Hari Natal.

Bab V Penutup yang meliputi: Kesimpulan dan Saran.

Page 18: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

BAB II

PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM

A. Pengertian Hari Raya Idul Fitri

Pada dasarnya Hari raya adalah semua hari yang di dalamnya terdapat

sekumpulan orang yang merayakannya, khususnya untuk agama-agama yang

mempunyai perayaan-perayaan hari raya besar ataupun kecil. Misalnya dalam

agama Islam terdapat hari raya besar yaitu Hari Raya Idul Fitri, yang selalu

dilaksanakan secara berulang-ulang di setiap tahunnya dengan semangat

kegembiraan, kebahagiaan, keceriaan, kesedihan dan senyum canda yang

baru1. Hari Raya Idul Fitri ialah hari raya kaum muslimin yang dilaksanakan

pada tanggal 1 Syawal (sesudah berakhirnya Ramaadhan)2.

Mayoritas umat Islam mengartikan Idul Fitri dengan arti “kembali

menjadi suci”. Apabila ditinjau ulang kembali, pendapat yang mengartikan

Idul Fitri dengan “kembali suci” tidak sepenuhnya benar, karena kata Al-fitr

apabila diartikan dengan “suci” tidaklah tepat. Sebab kata “suci” dalam bahasa

Arabnya adalah al-Qudds atau subhana. Bisa jadi, pengertian tersebut banyak

didasari dari kerancuan pemaknaan kata Fitr yang terdapat dalam kalimat

tersebut. Biasanya kata Fitr oleh mereka dihubungkan dengan ayat Al-Qur’an

surah al-‘Araf ayat 172:

                                                            1 Hannan Hoesin Bahannan Dkk, Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya (Maktabah

Salafy Press, 2002), h. 211. 2 Cyril Glase, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 158. 

9

Page 19: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  10

على وأشهدهم ذريتهم ظهورهم من ءادم بنى من ربك أخذ وإذ إنا القيمة يوم تقولوا أن شهدنا بلى قالوا, بربكم ألست أنفسهم )172: الأعراف( غافلين هذا عن آنا

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS, Al-A’raf : 172). Serta hadits nabi yang menyatakan bahwa setiap manusia dilahirkan

dengan fitrahnya.

أو ينصرانه أو انهيهود فأبواه الفطرة على يولد مولود آل )بخارى رواه( يسلمانه أو يمجسانه

Artinya: Setiap manusia yang dilahirkan atas fitrahnya, maka kedua orang tuanya men-Yahudikan, men-Nasrhonikan, atau me-Majusikan atau men-Islamkan. (Riwayat Bukhori)

Oleh karena itu, menurut penulis istilah Idul Fitri dapat ditelusuri dari

pengertian yang terdapat dari kata tersebut, yaitu ‘id dan al-fitr.

Kata ‘id dalam bahasa ‘Arab diambil dari akar kata ‘aada asal kata dari

‘awada, yang memiliki banyak arti, di antaranya: “sesuatu yang terjadi

berulang-ulang”. Kata ‘id juga berarti kebiasaan dari kata ‘âdah, selain itu juga

memiliki arti “kembali”3.

Sedangkan kata al-fitr satu akar dengan kata “fitrah,” yaitu Fihtratun

artinya perangai, tabi’at, kejadian asli, agama, ciptaan. Fitrah juga terambil                                                             

3 Nurcholish Madjid, Tiga Puluh Sajian Ruhani : Renungan di Bulan Ramadhan (Bandung: Mizan, 1999), h. 272. Lihat juga, Madjid, Dialog Ramadlan, h. 128. 

Page 20: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  11

dari akar kata al-fatr yang berarti belahan. Dari makna ini lahir makna-makna

lain antara lain pencipta atau “kejadian”4. Kata al-fitr juga bisa diartikan

dengan berbuka “futur”.

Jadi Bisa disimpulkan bahwa Idul Fitri bisa diartikan dengan sebuah

hari perayaan dan tradisi yang dilakukan secara berulang dalam setiap

tahunnya dengan berbagai ketentuan untuk mencapai hari tersebut.

Pengertian lain adalah hari raya berbuka, di mana umat Islam

diperbolehkan kembali untuk berbuka bebas makan minum dan lain-lainnya

yang dilakukan pada waktu siang hari, setelah umat Islam berpuasa dalam

waktu sebulan penuh. Maka di hari itu umat Islam tidak diperbolehkan untuk

berpuasa.

Hari Raya Idul Fitri juga diartikan dengan arti keruhanian yaitu

kembali pada hati, jiwa dan fikiran yang suci sehingga bisa mencapai

puncaknya dengan kembali lagi pada hati dan jiwa yang asli, layaknya seorang

bayi yang baru lahir di dunia5.

Ada yang mengatakan Hari Raya Idul Fitri adalah puncak pengalaman

sosial keagamaan masyarakat yang beragama Islam. Dapat dikatakan bahwa

seluruh kegiatan rakyat selama satu tahun diarahkan untuk merayakan hari

raya besar itu dengan sebaik-baiknya. Mereka bekerja dan banyak yang

menabung untuk kelak mereka nikmati pada saat tibanya Hari Raya Idul Fitri.

Hari Raya Idul Fitri atau yang biasa disebut dengan Lebaran itu juga

sangat mirip dengan hari Thanks Giving Day yang selalu di rayakan di                                                             

4 Muis Sad Iman, Pendidikan Partisifatif : Menimbang Konsep Fitrah Dan Progresivisme John Dewey (Yogyakarta: Safiria Insani press, 2004), h. 17. 

5 Cyril Glase, h. 158. 

Page 21: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  12

Amerika Serikat. Saat rakyat negeri itu bersuka ria dengan bersyukur kepada

Tuhan bersama seluruh keluarga. Gerak mudik rakyat Indonesia juga mirip

sekali dengan yang terjadi pada orang-orang Amerika menjelang Thanks

Giving Day itu. Semua merasakan dorongan yang sangat kuat untuk bertemu

dengan ayah, ibu dan sanak saudara, dan justru karena dalam suasana

keakraban kekeluargaan itu hikmah Hari Raya Idul Fitri atau Thanks Giving

Day dapat dirasakan dengan sepenuh-penuhnya6.

Banyak sekali pengertian tentang Hari Raya Idul Fitri, namun pada

hakikatnya Hari Raya Idul Fitri mempunyai makna dan tujuan yang sama dan

pada hari itu kaum muslim, muslimat, laki-laki, perempuan, orang muqim

(menetap), orang musafir7, orang dewasa dan anak kecil silahkan berhari raya

dan merayakannya dengan bersuka ria8.

B. Asal Mula Hari Raya Idul Fitri

Ada sebuah riwayat yang menceritakan tentang asal mula terjadinya

Hari Raya Idul Fitri disyari’atkan pada tahun pertama bulan hijriyah, namun

bari dilaksanakan pada tahun kedua Hijriyah. Pada masa Rasulullah SAW, di

sebuah kota yang terletak di Madinah ada dua hari yang di dalamnya terdapat

kaum-kaum Yasyrik yang menggunakan dua hari tersebut dengan berpesta-

pesta dan bersenang-senang semata, yang terkesan lebih berfoya-foya. Ke-dua

                                                            6 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah

Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 127. 7 Banyak pendapat yang mengatakan orang musafir tidak wajib berjumat, namun orang

musafir dipersilahkan pergi untuk menunaikan sholat Ied. 8 Prof. Dr. Hamka, Tuntunan puasa, Tarawih dan Idul Fitri (Jakarta: Pustaka Panji Mas,

1993), h. 98. 

Page 22: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  13

hari tersebut dinamakan hari An-Nairuz dan hari Al-Mahrajan9 dan konon hari

itu sudah ada sejak zaman Jahiliyah dulu sehingga menjadi sebuah tradisi yang

melekat pada orang Madinah kaum Yasyrik.

Ketika hal tersebut menjadi sebuah tradisi dan budaya kaum Yasyrik,

sampailah kabar tersebut pada Rasulullah SAW. Sehingga Rasulullah ingin

mencari tahu, bahwa apa yang sedang mereka lakukan dengan kedua hari

tersebut. Kemudian orang-orang Madinah pun menjawab:

“Wahai Rasul pada hari ini kami sedang merayakan pesta untuk kesenangan

dan kepuasan kita, dan kita akan menjadikan hari ini menjadi sebuah tradisi

kita karena hari ini suda ada sejak zaman kaum Jahiliyah”10.

Mendengar hal tersebut Rasulullah kaget dan tersentak hatinya untuk

menyuruh mereka berhenti melakukan hal yang tidak bermanfaat. Sehingga

kemudian Rasulullah berkata kepada kaum Yasyrik tersebut, kalian harus tahu

bahwa sesungguhnya Allah menggantikan kedua hari tersebut dengan hari

yang lebih baik daripada sekedar berpesta-pesta dan berfoya-foya saja yang

hanya akan menjadikan kalian umat yang bodoh yang akan menggunakan

waktu dan harta kalian dengan Mubazir atau sia-sia. Sesungguhnya Allah

SWT telah mengganti kedua hari tersebut dengan Hari Raya Idul Adha dan

Idul Fitri, yang penuh dengan makna dan hikmah-hikmahnya.

                                                            9 Kedua hari tersebut ditentukan oleh pemimpin yang berkuasa pada masa itu. Penyebab

ditentukannya hari itu sebagai hari raya buat mereka adalah karena pada kedua hari tersebut adanya kestabilan situasi kondisi dan suhu udara dan selain itu dari keistimewaan yang sangat nyata bagi orang yang memperhatikan perkara itu. Hannan Hoesin Bahannan Dkk, Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya (Maktabah Salafy Press, 2002), h. 214. 

10 Hannan Hoesin Bahannan Dkk, h. 213. 

Page 23: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  14

Peristiwa tersebut menjadi sebuah riwayat yang menjadi Hadist yang

terdapat dalam kitab Fiqh Madzahib Al-Arbaah11,:

, المدينة صلعم االله رسول قدم :قال عنه االله رضي عنس عن هذا ما: صلعم االله رسول فقال. فيهما يلعبون يومان ولهم

االله رسول فقال. الجهلية فى فيهما نلعبون آنا: قالوا يومان؟ ويوم الأضحى يوم منهما خيرا أبدلهما قد االله إن: صلعم )ابوداود رواه. (الفطر

Artinya:

Diriwayatkan dari ‘Anas RA berkata : Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah dan penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang di dalamnya mereka berpesta-pesta dan bermain-main di hari itu pada masa jahiliyah. Lalu Beliau SAW bersabda : Apakah dua hari itu? Mereka berkata: pada hari itu kami berpesta-pesta dan bermain-main dan ini sudah ada sejak zaman jahiliyah dulu. Maka Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik yaitu Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri. (Hadis Riwayat Abu Daud)

Dalam kitab Bulugh Al-Marrom, ada sebuah hadis pula yang hampir

sama dengan hadis di atas tentang sejarah terjadinya Hari Raya Idul Fitri. Hal

ini untuk memperkuat sumber-sumber tentang sejarah asal mula terjadinya

Hari Raya Idul Fitri12. Sejarah asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri

tersebut, dijadikan sebagai landasan dasar theologi yaitu untuk merubah hari

yang tidak baik menjadi hari yang sangat baik yang di dalamnya penuh dengan

keberkahan.

                                                            11Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Madzahib al-Arba’ah-Dalilun Masyru’iyyatun Sholat al-

‘Idain (Kairo: Daar Al-Hadist, Tt), h. 271.  12Abdu Al-Rasyid Salim, Bidayat al-Anam Bisyarhi Bulugh al-Marom (Darul Ittihad,

2001), h. 158-159. 

Page 24: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  15

C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri

Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan secara berulang dalam

setiap tahunnya, namun membutuhkan sebuah sistem penanggalan untuk

menentukan hari terlaksananya Hari Raya Idul Fitri. Metode yang pertama

adalah dengan menggunakan metode hisab dalam menentukan hilal13 yang

sebenarnya dapat dihitung secara akurat dengan perhitungan-perhitungan

astronomi. Sedangkan yang kedua adalah dengan menggunakan menggunakan

metode rukyat yang selalu mengacu secara harfiah pada kebiasaan-kebiasaan

Nabi dalam menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal.

Secara harfiah hisab diartikan dengan perhitungan14, dalam Al-Quran

kata hisab banyak digunakan untuk menjelaskan hari perhitungan (Yaumul

Hisab) di mana Allah akan menghitungkan dan menimbang semua amal dan

dosa manusia dengan adil. Kata hisab dalam Al-Quran sebanyak 37 kali yang

semuanya berarti perhitungan dan tidak memiliki ambiguitas arti.

Pengertian kata hisab ini untuk pengertian yang umum yang kemudian

kita lanjutkan dengan dasar hukum yang menggunakan kata hisab dalam cara

menentukan hilal yang akan digunakan untuk menentukan awal bulan dalam

kalender Islam15.

                                                            13 Menurut ahli linguistik Arab, hilal didefinisikan dengan sinar bulan pertama, ketika

orang melihat dengan nyata bulan sabit pada awal sebuah bulan. Kata hilal bisa berakar dari Halla (dia muncul) dan juga bisa dari Uhilla (dia kelihatan) yang kedua-duanya merupakan proses menyaksikan. Sedangkan menurut ahli linguistik lainnya, hilal berarti dengan bulan yang khusus kelihatan pada hari pertama dan kedua dalam sebuah bulan. Dalam penjelasan ini jelaslah bahwa ada proses melihat secara visual dalam kaitan dengan bulan sabit (hilal). 

14 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat : Telaah Syariah, Sains dan Teknologi (Jakarta: Gema Insani, 1996), h. 29. 

15 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab (Jakarta: PT. Amythas Publicita, 2007), h. 120. 

Page 25: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  16

Sedangkan pengertian rukyat secara harfiah adalah melihat16 dan arti

yang paling umumnya adalah melihat secara visual (melihat dengan mata

kepala). Para ulama memberikan fatwa bahwa melihat secara visual harus

dengan mata kepala telanjang dan tidak diperbolehkan menggunakan alat

bantu seperti teropong binekuler dan semacamnya, karena Nabi juga

melakukannya dengan mata telanjang. Dan pada zaman Rasulullah, cara-cara

perhitungan permulaan bulan berdasarkan perhitungan astronomi memang

belum berkembang baik, sehingga cara melihat dengan visual adalah sarana

dan metode yang paling mungkin dan paling mudah dilakukan sesuai dengan

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat itu17. Sehingga

sebagaimana telah ditentukan oleh Rasulullah SAW, penentuan Ramadhan

dan 1 Syawal adalah dengan menggunakan jalan rukyat (melihat hilal) atau

dengan menghitung bilangan bulan Sya’ban yang digenapkan tigapuluh hari,

apabila hilal tidak tampak18.

Dalam Al-Quran dikatakan tentang rukyat, namun hanya kutipan ayat

saja yang ditafsirkan sebagai dalil tentang rukyat, namun hal tersebut sudah

cukup selain itu pula mengacu kepada kebiasaan Nabi pada waktu itu.

Pemerintah Republik Indonesia mempunyai hak dan wewenang untuk

menetapkannya, khususnya masalah yang menyangkut dengan pelaksanaan

                                                            16 Farid Ruskanda, h. 41.  17 Tono Saksono, h. 184. 18 Achmad Suyuti, Nuansa Ramadhan, Puasa dan Lebaran (Jakarta: Pustaka Amani,

1996), h. 10. kemudian, satu hal yang mesti diperhatikan bahwa sesuai dengan sunatullah, rukyat hilal tidak mungkin sama di seluruh dunia. Sehingga bagaimana pun penyeragaman awal ramadhan dan 1 syawal untuk seluruh dunia, jelas tidak mungkin diwujudkan, bahkan bisa dikategorikan menyimpang dari sunnah Rasulullah. Penyeragaman hanya mungkin diwujudkan dalam satu wilayah atau negeri tertentu. 

Page 26: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  17

syariat Islam. Khusus untuk penetapan waktu pelaksanaan syariat Islam,

pemerintah harus membentuk badan hisab-rukyat yang beranggotakan para

ulama dari Majelis Ulama Indonesia, Ormas-Ormas Islam seperti Nahdlatul

Ulama, Muhammadiyah dan Persis, para pakar dari IAIN, praktisi atau tenaga

ahli dalam hisab-rukyat, staf Planetarium dan Observatorium Jakarta, staf

Badan Meteorologi dan Geofisika, serta para pejabat Departemen Agama RI.

Keputusan akan diambil dalam suatu Sidang Itsbat, sedangkan

Departemen Agama berfungsi sebagai fasilitator. Dalam merumuskan

keputusannya, Sidang Itsbat mengevaluasi semua data, baik data hisab

maupun kesaksian rukyat. Kesaksian rukyat yang datang dari seluruh penjuru

Indonesia disahkan oleh Hakim Agama dari Pengadilan Agama sebelum

disampaikan ke Jakarta pada Sidang Itsbat. Tidak sedikit pihak yang langsung

menyerahkan laporan hasil rukyat mereka kepada cabang-cabang Ormas Islam

seperti Muhammadiyah, NU, Persis dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.

Biasanya, laporan ini dijadikan bahan pertimbangan oleh perwakilan Ormas

Islam bersangkutan di dalam Sidang Itsbat.

Setelah Sidang Itsbat mencapai keputusan, maka Pemerintah dan

Departemen Agama mengukuhkan lewat surat keputusan Menteri Agama

melalui Televisi. Memang tidak semua keputusan disepakati secara bulat,

namun dengan asas musyawarah dan mufakat, hasil keputusan Sidang Itsbat

selalu berhasil dirumuskan demi kemaslahatan umat Islam Indonesia dan

kecepatan waktu pelaksanaan syariat Islam19.

                                                            19 Farid Ruskanda, h. 91-92. 

Page 27: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  18

D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri

Hari Raya Idul Fitri selalu dirayakan secara berulang dalam setiap

tahunnya, dengan ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan terlebih dahulu

agar tercapainya hati, fikiran dan jiwa yang bersih. Sebelum Hari Raya idul

Fitri, umat Islam terlebih dahulu harus melaksanakan puasa sebulan penuh

atau biasa disebut dengan berpuasa pada bulan suci Ramadhan20. Allah SWT

berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 183 yang berbunyi:

من الذين على آتب آما الصيام عليكم آتب ءامنوا الذين يأيها ) 183: البقرة( تتقون لعلكم قبلكم

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS, Al-Baqoroh:183)

Puasa adalah ibadah wajib yang paling mendalam bekasnya pada jiwa

seorang muslim. Puasa juga mengajarkan umat Islam untuk memperdekat

hubungan manusia dengan Allah, karena dalam pelaksanaannya banyak

pengalaman yang menyentuh di hati dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan

selama sebulan penuh dengan berbagai kegiatan yang menyertainya seperti

berbuka, tarawih21 dan makan sahur pada tengah malam menjelang subuh,

                                                            20 Bulan Ramadhan adalan bulan yang sangat suci, penuh dengan rahmat, berkah dan

maghfiroh-Nya. Karena pada bulan tersebut dimana telah diturunkan-Nya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga umat Islam berlomba-lomba untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh dengan berkah dan magfiroh-Nya dan pada malam itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan karena pada waktu itu telah diturunkan Al-Quran. 

21 Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Adalah Rasulullah SAW menganjurkan supaya shalat di bulan Ramadhan, tetapi tidak memerintahkan dengan jelas (azimah)”, maka beliau berkata: barang siapa yang berdiri shalat dimalam Ramadhan dengan iman dan perhitungan, akan di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Diriwayatkan oleh Jamaah). 

Page 28: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  19

tadarusan (membaca Al-Quran) dengan sesering mungkin senantiasa

membentuk unsur kenangan yang mendalam pada jiwa seorang muslim. Maka

ibadah puasa merupakan bagian dari pembentuk jiwa keagamaan seorang

muslim, dan menjadi sarana pendidikannya di waktu kecil dan seumur

hidup22. Berpuasa juga dituntut untuk bersabar dalam hal apapun, seperti

menahan amarah kita. Selain itu juga selama berpuasa umat muslin harus

menahan hawa nafsu untuk menahan rasa haus, lapar, amarah dan tidak

melakukan hubungan badan bagi yang sudah menikah.

Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, hal wajib

yang selalu dilakukan oleh Rasulullah dalam berpuasa pada bulan Ramadhan

adalah pertama, menutup mata berusaha tidak melihat dan memandang pada

hal-hal yang kotor yang mampu mengusik ketenangan hati berzikir kepada

Allah SWT. Ke dua, menjaga lisan yaitu menjaga segala bahaya dan dosa

yang timbulkan oleh lisan seperti menggunjing dan berbohong. Ke tiga,

menjaga pendengaran yaitu menjaga dari hal-hal yang dibenci oleh agama

yang mampu memotivasi berbuat hal-hal yang dilarang oleh agama. Ke empat,

menjaga angota tubuh yang lain seperti tangan, kaki dari perbuatan dosa. Serta

menjaga perut untuk tidak memakan barang yang subhat apalagi haram ketika

berbuka23.

Umat Islam juga diwajibkan untuk memabayar zakat yang biasa

disebut dengan zakat fitrah yang bertujuan untuk mensucikan orang berpuasa

dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak berguna, dan memberikan makan

                                                            22 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah

Puasa, Nuzulul Quran, Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 3. 23 Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin (Lebanon: Dar al-Manar, 1997), h. 385-388. 

Page 29: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  20

kepada orang-orang miskin dan mencukupi kebutuhan mereka pada Hari Raya

Idul Fitri24.

Adapun kaum miskin berhak untuk menerimanya, dan bagi kaum

miskin yang mendapatkan pembagian zakat lebih maka ia pun harus

membayar zakat untuk dirinya sendiri, begitu pula dengan seterusnya dengan

batas akhir penunaian zakat fitrah ialah saat sebelum Imam/Khotib turun

mimbar khotbahnya25. Maka pada hari itu Allah akan membersihkan segala

dosa umat Islam yang telah menunaikan ibadah puasa Ramadhan dan

membayar zakat fitrah sehingga keadaan hati dan jiwa seperti bayi yang baru

lahir26.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

الزآاة وءاتوا الصلاة أقاموا الأرض فى مكنهم إن الذين الأمور عاقبة واالله المنكر عن ونهوا بالمعروف وأمروا

)41: الحج(Artinya:

Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS, Al Hajj:41)

Dan Quran surat At Taubah Ayat 60 yang berbunyi:

                                                            24 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 224-

225. 25 Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama (Jakarta: Emerald, 2009), h. 309-310. 26 Samsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam (Jakarta: Penebar Salam, 1997), h.

436. 

Page 30: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  21

والمؤلفة عليها والعلمين والمساآين للفقراء الصدقات إنما السبيل وابن االله سبيل وفى والغارمين الرقاب وفى قلوبهم ) 60: التوبة( حكيم عليم واالله االله من فريضة

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS, At Taubah:60)

Ayat-ayat tersebut menerangkan tentang kewajiban membayar zakat

bagi yang mampu kepada para kaum yang telah ditentukan. Pada bulan puasa

Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan tidak dibenarkan fakir miskin

yang berkeliaran untuk mengemis, karena sejak masuk bulan Ramadhan kaum

muslimin sudah dibenarkan mengeluarkan zakat fitrahnya. Pembayaran zakat

yang disebut dengan Zakat Fitrah yaitu berupa gandum atau beras dalam

jumlah yang telah ditentukan untuk setiap anggota keluarga yang langsung

diberikan kepada kaum fakir miskin. Untuk kaum fakir miskin yang

mendapatkan zakat lebih dari umat Islam yang memberikan zakat kepadanya,

ia pun diwajibkan untuk membayar zakat kepada kaum fakir miskin yang

lainnya. Sehingga pada waktu itu tidak ada umat Islam yang menderita merasa

kekeurangan masih meminta-minta dan mengemis.

Pada malam sebelum Hari Raya Idul Fitri, umat muslim beramai-ramai

mengumandangkan takbir atau biasa disebut dengan takbiran, untuk

menyambut hari kemenangan karena pada sebelumya umat Islam telah

Page 31: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  22

berjuang melakukan puasa sebulan penuh yang didalamnya terdapat banyak

ragam kegiatan-kegiatan keruhanian. Dalam Al-Quran dikatakan:

تشكرون ولعلكم هذاآم ما على االله ولتكبروا العدة ولتكملوا )185: البقره(

Artinya: Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(QS, Al-Baqoroh:185)

Takbir tersebut berbunyi27:

والله أآبر االله, أآبر واالله االله إلا لاإله, أآبر االله أآبر أالله أآبر االله" "الحمد

Artinya: “Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar, tiada Tuhan selain Allah dan Allah maha besar, Allah maha besar segala puji hanya bagi Allah”

Kegiatan bertakbir dilakukan di mushola-mushola atau di masjid-

masjid dengan diiringi irama tabuhan bedug, Disyariatkan pula bagi kaum

muslimin untuk mengucapkan takbir dengan suara keras dijalan ketika menuju

mushola untuk melaksanakan sholat Idul Fitri (sholat Ied).

Pada pagi harinya, umat Islam bersama-sama, berbondong-bondong

dan beramai-ramai menuju mushola ataupun masjid-masjid untuk

melaksanakan sholat Ied. Meskipun bentuknya sholat sunnah namun umat

Islam wajib melaksakan sholat tersebut sebagai syiar Islam dan berkumpulnya

                                                            27 Hannan Hoesin Bahannan, h. 225. 

Page 32: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  23

                                                           

manusia pada hari itu lebih besar jumlahnya dari hari jumat. Disyariatkan juga

pada hari itu untuk bertakbir seperti yang telah dijelaskan di atas28.

Setelah melaksanakan sholat Ied, umat Islam bersama-sama saling

mengunjungi keluarga, kerabat, para tetangga dan teman-teman untuk

bersillaturrahmi dan saling maaf memaafkan, dosa-dosa mereka yang

disengaja maupun yang tidak terhadap sesama harus bisa dimaafkan atau yang

biasa dikenal dengan sebutan Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan

Batin dan juga mengucapkan Selamat Hari Raya idul Fitri. Membuka

lembaran baru dengan mengoreksi diri dari prilaku mereka di tahun lalu.

Karena dengan hal tersebut, minimal umat-umat Islam bisa mengurangi dosa-

dosanya dari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan terhadap sesamanya,

dengan saling memaafkan penuh dengan rasa ketulusan, keikhlasan dan kasih

sayang.

Hal itu akan terasa sangat menyentuh, dan rasa bersatunya umat Islam

di samping itu juga karena adanya Hari Raya Idul Fitri hari kemenangan umat

Islam. Bagi kerabat khususnya yang mempunyai rizki lebih atau mempunyai

pendapatan yang lebih dari para kerabat yang lain biasanya saling menyisihkan

rezekinya dengan memberikan uang dan makanan. Untuk para pegawai-

pegawai yang mempunyai atasan biasanya diberikan Tunjangan Hari Raya

(THR) yang berupa uang, baju-baju baru dan makanan.

 28 Hannan Hoesin Bahannan, h. 223-231. 

Page 33: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

BAB III

PERAYAAN HARI NATAL DALAM AGAMA KRISTEN

A. Pengertian Hari Natal

Tanggal 25 Desember adalah tanggal perayaan Hari Natal bagi umat

Kristiani. Banyak sekali pengertian tentang Hari Natal (Natal), namun pada

dasarnya mempunyai makna dan tujuan yang sama. Mayoritas umat Kristen

mengartikan Hari Natal dengan mengingat kembali hari kelahiran Yesus.

Kata Natal adalah kata yang sangat umum, tetapi jika disebut Hari

Natal, maka konotasinya ialah Hari Kelahiran Jesus, pada tanggal 25

Desember. Oleh umat Nasrani, perayaan Hari Natal dirayakan secara khidmat

dan kebesaran baik di dalam gereja ataupun di rumah-rumah1.

Secara bahasa kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti

”lahir”. Sedangkan menurut istilah, Natal berarti upacara yang dilakukan oleh

orang Kristen untuk memperingatri hari kelahiran Isa Al Masih yang mereka

sebut Tuhan Yesus2. Dalam kamus bahasa Inggris, kata Natal sama dengan

Kata Christmas yang artinya Mass of Christ atau disingkat dengan Christ-

Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”.

Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari

kelahiran Yesus Kristus3. Namun, tidak ada yang tahu pasti tanggal berapa

tepatnya hari lahir Kristus, kebanyakan orang Kristen memperingati Hari

                                                            1 Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama (Jakarta: Emerald, 2009), h. 535. 2 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Lembaga Pengkajian Kebudayaan

Nusantara / LPKN), h. 704 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 610. 

24

Page 34: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  25

Natal pada tanggal 25 Desember4. Karena pada hari itu, banyak yang pergi ke

gereja untuk mengikuti perayaan keagamaan khusus. Selama masa perayaan

Natal berlangsung, sudah menjadi tradisi jika gereja-gereja dihias dengan

semewah dan semegah mungkin pada saat seperti ini, dengan menyertakan

palungan bayi5 dan umat Kristen saling bertukar kado dan saling memberi

hadiah-hadiah, menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan

pohon Natal yang bisa terbuat dari apapun6.

Dalam kamus bahasa Inggris kata Natal adalah Christmas7 berasal dari

kata Cristes maesse, frase dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ

(Misa Kristus). Natal juga diartikan telah lahir atau telah dilahirkan, kata Natal

ini berasal dari kata Latin yaitu “Natus”. Pada konteks Kristiani, Natal berarti

segala sesuatu yang berhubungan dengan kelahiran Kristus. Dalam arti yang

lebih sempit, Natal adalah perayaan kelahiran Yesus di Bethlehem dua ribu

tahun yang lalu.

Sebenarnya Natal merupakan hari raya keagamaan bagi umat Kristiani,

awalnya hari tersebut bukan merupakan hari libur resmi. Namun, karena

kebanyakan orang Amerika Serikat adalah orang Kristen, hari itu adalah hari

di saat kebanyakan bisnis tutup dan hari di mana paling banyak pekerja,

termasuk karyawan pemerintah, diliburkan. Pulang ke rumah (termasuk

pulang kampung) merupakan kebiasaan yang sangat dihormati8.

                                                            4 Save M. Dagun, h. 704 5 Abujamin Roham, h. 535. 6 Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 114. 7 Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Indonesia Inggris (Jakarta: PT. Gramedia,

1989),h. 385. 8 Marsana Windu, Tuntunan Cepat dan Lengkap Memahami Natal (Yogyakarta: Tabora

Media, 2006), h. 17. 

Page 35: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  26

Selain dari tradisi yang sangat bersifat keagamaan, Natal sudah

menjadi tradisi dunia, karena perayaan Natal juga dilakukan oleh orang-orang

non-Kristen, misalnya di Jepang, China dan negara-negara lainnya juga

merayakan Natal sebagai hari untuk bersenang-senang.

Karena perayaan Natal sudah menjadi tradisi dunia, umat Kristen

menyikapi hal tersebut dengan cara yang berbeda, bukan sekedar tradisi,

melainkan harus benar-benar menghargai karya keselamatan Yesus Kristus

yang diawali dengan kelahiran-Nya.

“Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf ternyata Ia mengandung dari roh kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri”. “Dan Karena Ia diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes. Maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Mat. 1:18 & Mat. 2:12), dan “Kebangkitan-Nya sebagai lambang kemenangan-Nya atas maut” (Mat. 28:1-10).

Kesemua tugas ini telah dijalankan-Nya dengan sempurna, oleh karena itu

semua umat Tuhan harus menghargainya9.

B. Asal Mula Hari Raya Natal

Perayaan Hari Natal mempunyai sejarah dan asal-usul yang berkaitan

dengan kelahiran Yesus Kristus, meskipun pada kenyataannya tidak ada yang

tahu pastinya kapan Yesus lahir. Kelahiran Yesus itu merupakan peristiwa

yang unik namun begitu sakral untuk umat Kristiani, karena dia adalah Allah

namun rela merendahkan diri menjadi sama dengan manusia dengan cara

                                                            9 Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” (Jakarta: Yayasan Kalam

Hidup, 2009), h. 28. 

Page 36: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  27

meminjam rahim seorang perawan yang bernama Maria10 dan lahir seperti

seorang bayi biasa dan lahir ke dunia ini. Bedanya adalah Ia lahir bukan dari

benih fana antara benih perempuan dan laki-laki, melainkan Ia lahir dari Roh

Kudus (Roh Allah) sendiri11.

“Tetapi ketika Ia mempertimbangkan maksud itu, Malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang ada di dalam kandungannya adalah dari roh kudus’”. (Mat. 1:20)

Menurut umat kristiani di dalam Al-Kitab sendiri tidak ada pernyataan

tentang tanggal hari kelahiran Yesus, Al-Kitab hanya menyatakan bahwa telah

lahir seorang putra dari seorang perawan (Maria) yang bernama Yesus Kristus.

Kemungkinan besar Yesus sebenarnya tidak lahir pada tanggal 25 Desember,

hal ini dibuktikan dengan cerita tentang para gembala yang sedang

menggembalakan hewan peliharaan mereka. Pada bulan Desember hingga

Januari, daerah Timur Tengah justru mengalami musim dingin, sehingga

sangat tidak masuk akal untuk menggembalakan hewan pada waktu-waktu

tersebut. Namun, umat Kristiani tetap mempercayai perayaan Hari Natal

adalah hari kelahiran Yesus12.

                                                            10 Gadis perawan yang dipilih oleh Allah untuk melahirkan Sang Juruselamat, ia adalah

perempuan yang kuat dan tegar walaupun ia merasa di hina dan dilecehkan oleh para sebagian tetangganya karena telah hamil namun tidak dalam keadaan menjadi seorang istri, akan tetapi ia menyambut ini dengan bersyukur kepada Allah, karena ia mengetahui bahwa bayi yang ia lahirkan adalah Yesus Kristus (Sang Juruselamat) yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa. Perempuan ini merefleksikan kegembiraannya dengan nyanyian syukur karena Allah telah memperhatikan hamba-Nya yang dianggap hina. Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009), h. 29. 

11 Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009), h. 28. 

12 Andar Ismail, Selamat Natal (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), h. 27. 

Page 37: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  28

Awal perayaan Natal berasal dari kebudayaan bangsa Romawi. Orang

Romawi sekitar abad ke-10 sebelum Yesus lahir (Sebelum Masehi) mengenal

hari lahirnya Dewa Matahari yang diperingati tiap 25 Desember dengan

sebutan ‘Saturnalia’. Hari itu dianggap sebagai ‘The Winter Saltice’, dimana

matahari berada di titik yang paling jauh dari khatulistiwa13.

Saat matahari memperpanjang kekuatan untuk naik dalam titik balik

perjalanan tahun. Saat itulah beberapa daerah di Eropa menjadi siang

sepanjang hari tanpa mengalami datangnya malam. Hal itu bertepatan dengan

tanggal 25 Desember. Pada proses itulah perayaan Saturnalia dirayakan

dengan berpesta pora, hura-hura, mabuk-mabukan, dan berbagai ritual amoral.

Mereka menganggap bahwa ini adalah keajaiban alam yang dapat dibuat sang

matahari. Itu sebabnya matahari dipuja sebagai Dewa Matahari14.

Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang

Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, timbul

pertanyaan-pertanyaan dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu. Sebab

Natal itu bukan dari ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah

memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang

masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat15 ini adalah

berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dalam Catholic

Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”, ditemukan kalimat yang

tertulis sebagai berikut: “Natal bukanlah di antara upacara-upacara awal

Gereja” bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir.

                                                            13 Sahabat Gembala, h. 14. 14 Abujamin Roham, h. 535. 15 Andar Ismail, Selamat Natal (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), h. 28. 

Page 38: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  29

Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada

bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.

Umat Kristen pun mengakui bahwa perayaan Natal memang berasal

dari sebuah tradisi yang seringkali di lakukan oleh bangsa Romawi yaitu

merayakan hari kelahiran Dewa Matahari. Seperti yang kita ketahui, bahwa

pada masa Romawi Kuno adalah sudah menjadi tradisi untuk menghormati

dewa dan sukar untuk ditinggalkan oleh masyarakat Romawi yang sudah

menjadi Kristen. Hal tersebut menjadi pengaruh yang besar untuk bangsa-

bangsa yang lain yang terus mengikuti tradisi yang mereka lakukan.

Kemudian gereja memiliki keinginan yang sangat kuat, untuk

mengambil alih dan merubah tradisi bangsa Romawi yang mereka anggap

kafir yang terkenal dengan ungkapan Dies Natalis Invicti (hari raya kelahiran

Dewa Matahari yang tak terkalahkan), yaitu meluruskan kejadian itu dengan

memberikan pemahaman serta gagasan kepada umat beriman untuk menjauhi

sebuah tradisi yang mereka anggap kafir dan gereja menggantinya dengan

misteri kelahiran Yesus sebagai sang matahari sejati yang menerangi setiap

insan16.

Menurut umat Kristiani pada masa itu, apakah salah bila perayaan

Natal dimaknai dengan arti kelahiran Yesus bagi umat manusia. Karena lebih

baik memaknainya secara rohani sehingga tidak membuat bangsa Romawi

menyimpang dari ideologi atau maksud kelahiran Yesus Kristus.

                                                            16 Bosco da Cunha O. Carm, Merayakan Karya Penyelamatan Dalam Kerangka Tahun

Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 59. 

Page 39: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  30

Alkisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam

Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada

para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya

Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut

para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di

mana Yesus berada.

Catatan pertama peringatan Hari Natal adalah tahun 336 Sesudah

Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember.

Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan

Kristen) pada saat itu.

Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan

makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau,

menyanyi bersama dan saling tukar-menukar hadiah17. Kebiasaan-kebiasaan

itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Hari Natal. Pada akhir tahun

300-an M agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.

Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di

Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai

lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa

Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an.

Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi,

banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir

karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada

tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di

                                                            17 Stan D. Wijaya, Hari Demi Hari Mempersiapkan Natal (Yogyakarta: Kanisius, 1995),

h. 25. 

Page 40: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  31

Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap

meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali

kepada kebiasaan semula.

Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari

Natal, yaitu menghias pohon Natal18 dan mengirimkan kartu kepada sanak

saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas)

menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi.

Sejak tahun 1900-an, perayaan Hari Natal menjadi semakin penting untuk

berbagai bisnis.

Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir

(bukan Kristen) pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut,

masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan

daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan saling tukar-menukar hadiah.

Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal.

Pada konteks Kristiani, Natal berarti segala sesuatu yang berhubungan

dengan kelahiran Kristus. Dalam arti yang lebih sempit, Natal adalah perayaan

kelahiran Yesus di Bethlehem duaribu tahun yang lalu. Hampir di semua

negara, hari Natal (25 Desember) menjadi hari libur nasional. Menurut

penanggalan Gereja Katolik Roma sendiri, Natal adalah satu dari enam hari

Pesta utama di samping Sikumsisi (tahun baru), Kenaikan Tuhan, Pesta Maria

diangkat ke Surga (15 Agustus), Hari Raya Semua Orang Kudus (1

November) dan Perayaan Santa Maria dikandung tanpa noda (8 Desember).

                                                            18 Abujamin Roham, h. 535. 

Page 41: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  32

Demikianlah asal usul “Christmas – Natal” yang dilestarikan oleh

dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-

day, Son of God, Christmas dan Natal, pada hakikatnya sama dengan

merayakan hari kelahiran dewa Matahari19. Yang menjadi dasar teologinya

adalah, secara singkat dapat di katakan bahwa perayaan Natal menggaris

bawahi misteri kedatangan Yesus Kristus putra Allah dalam rupa daging yang

secara konkret dilahirkan oleh santa perawan Maria di Betlehem.

Gereja mengajak seluruh umatnya untuk memandang dan terus

mengingat kehadiran Yesus secara manusiawi yang mengasihi umatnya dan

berharap umatnya terbebas dari segala dosa-dosanya. Sehingga Natal

mempunyai makna kasih khususnya untuk umat Kristiani20. Hal ini yang

menjadi dasar theologi terjadinya perayaan Hari Natal yang terus

dikembangkan oleh umat Kristiani dan turut diramaikan oleh orang-orang

yang ikut merayakannya.

C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Natal

Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen katolik pada abad ke-

4M. Peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah

berhala. Di mana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia

masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.

Pelaksanaan Hari Natal tidak memerlukan sistem penanggalan seperti

layaknya sistem penentuan Hari Raya Idul Fitri dalam agama Islam ataupun

                                                            19 Abujamin Roham, h. 535. 20 Bosco da Cunha O. Carm, hal. 61. 

Page 42: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  33

Hari Raya Imlek dalam agama Khonghucu. Karena perayaan Hari Natal selalu

dilaksanakan pada tanggal 25 Desember dalam setiap tahunnya21 yang

dianggap sebagai hari lahirnya Yesus Kristus. Walaupun pada dasarnya masih

belum diketahui kapan tepatnya Yesus Lahir, namun hal ini tidak menghalangi

umat Kristiani untuk melaksanakan perayaan Hari Natal yang telah diadopsi

dari kisah-kisah sejarah Natal.

Tanggal 25 Desember merupakan hari yang sangat penting bagi umat

Kristiani, karena disamping memperingati hari kelahiran Yesus, banyak sekali

kegiatan-kegiatan yang ada dalam hari tersebut. Terlebih lagi dalam rangka

mempersiapkan perayaan Hari Natal.

Walau bagaimanapun itulah kepecayaan dan keyakinan umat Kristiani,

yang meyakini bahwa perayaan Hari Natal adalah sebagai peringatan hari

kelahiran Yesus. Oleh karena itu, dalam perayaan Hari Natal banyak sekali

gereja-gereja yang memasang dekorasi tentang kelahiran Yesus. Sampai pada

saat ini perayaan Hari Natal akan terus dilestarikan oleh masyarakat dan umat

Kristiani di seluruh dunia.

D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Natal

Hari Natal adalah hari yang sangat penting bagi umat Kristiani, karena

dalam perayaan tersebut umat kristiani bisa saling berbagi kasih dan sayang

terhadap sesama22. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja dengan gaya

dan busana yang berbeda dari hari-hari biasa untuk mengikuti perayaan

                                                            21 Andar Ismail, h. 27. 22 Marsana Windu, h. 5. 

Page 43: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  34

keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka saling bertukar kado dan

menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal23.

Sebagaimana layaknya hari-hari besar agama lainnya, Natal dirayakan

dengan semeriah mungkin. Lagu-lagu Natal dan Ornamen Natal dengan pohon

Natalnya yang khas telah dipajang di gereja-gereja, pusat-pusat perbelanjaan,

perkantoran dan lain sebagainya jauh-jauh hari sebelum Natal itu sendiri tiba,

maka semarak Natal pun mulai terasa. Hal ini sangat terasa sekali maknanya

ketika saling mengucapkan Selamat Hari Natal serta saling memberikan kado-

kado ataupun hadiah-hadiah yang telah disiapkan sebelumnya. Dan memang

acara yang paling penting dari seluruh kegiatan Natal adalah “The Christmas

Shopping Season – Musim Belanja Natal” yang dilakukan dengan cara

membeli dan tukar menukar hadiah24. Peringatan Natal juga mengandung

aspek non-agamawi. Sebagian besar tradisi Natal berasal dari tradisi pra-

Kristen barat yang diadopsi ke dalam tradisi Kristiani.

Bagaimanapun sederhananya sebuah acara ibadah Natal, pasti berbeda

dengan ibadah biasa. Lagi pula bukan hanya gereja yang menyelenggarakan

ibadah Natal, perusahaan atau organisasi pelayanan juga membuat acara Natal,

karena rasanya tidak enak kalau tidak merayakannya. Dengan demikian umat

Kristen bisa mengikuti perayaan Natal berkali-kali dalam waktu sehari mulai

dari Natal dalam gereja, kantor, pertokoan, pusat-pusat perbelanjaan,

kelompok arisan atau kelompok sejenis lainnya, karena ada panitia khusus

                                                            23 Article From Bulletin, Natal Bukan Sekedar Pesta : Toleransi Kehidupan Beragama

(2007), h. 26. 24 Stan D. Widjaya, h. 18. 

Page 44: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  35

yang dibentuk jauh-jauh hari sebelumnya, dengan alokasi dana khusus dan

acara yang khusus pula.

Menurut informasi di Amerika, seminggu sebelum Natal adalah

minggu-minggu tersibuk dalam dunia perbelanjaan karena untuk

mempersiapkan parayaan Hari Natal. Sepanjang tahun toko-toko besar meraup

70% keuntungan tahunannya hanya selama sebulan yaitu satu bulan menjelang

Natal. Natal menjadi penting bukan hanya karena alasan-alasan keagamaan

melainkan juga karena alasan ekonomi dan budaya yang sudah menjadi tradisi

untuk merayakannya dengan suka cita.

Di negara Malaysia, salah satu negara muslim juga ada di antara

mereka yang beramai-ramai mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk hari

Natal, mulai dari memasang berbagai pernak-pernik atau hiasan-hiasan di

dalam atau di luar gedung-gedung, mall, rumah-rumah, pertokoan, pusat

perbelanjaan, departmen store, restauran dan di tempat lainnya didekor

sedemekian rupa hanya untuk menarik minat customer dan para turis dan ikut

serta meramaikan perayaan Natal saja25.

Memang pada seminggu sebelumnya, mayoritas umat Kristen telah

menyiapkan berbagai persiapan dan kebutuhan-kebutuhan, seperti membeli

kado-kado yang akan diberikan kepada orang spesial, menyiapkan tempat-

tempat untuk berlibur, menyiapkan berbagai alat peribadatan untuk persiapan

malam Natalnya dan juga menyiapkan pernak-pernik untuk digantungkan

dalam pembuatan pohon Natal. Tradisi saling memberi dan bertukar kado

                                                            25 Stan D. Wijaya, h. 37. 

Page 45: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  36

berasal dari tradisi Barat yang ditandai dengan bertukar hadiah antara teman

dan anggota keluarga serta datangnya Santa Claus atau Sinterklas26.

Sinterklas adalah ciptaan seorang pastur yang bernama “Santo

Nicholas” yang hidup pada abad ke empat Masehi27. Santo Nicholas, adalah

seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang

Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember. Legenda ini berawal dari

kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi

kepada tiga anak wanita miskin. Untuk melestarikan kebiasaan lama dengan

memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan dengan kebiasaannya

saat malam Natal, anak-anak diajari dan disuruh menggantungkan kaos kaki di

dinding dekat ruangan perapian. Karena pada esok harinya, kaos kaki tersebut

penuh dengan hadiah-hadiah berupa mainan atau kotak makanan. Selain

hadiah tersebut, juga terdapat sebatang pohon Natal yang dihiasi bunga-bunga

kertas berwarna perak dan emas.

Di pohon ini pula, aneka rupa hadiah untuk anak-anak bergelantungan

di dahannya dan berserakan di bawahnya. Menurut para orang tua, semua

hadiah Natal itu dibawa oleh Sinterklas atau Santa Clause yang telah datang di

malam hari, melalui cerobong asap perapian. Semua cerita itu dianggap penuh

dengan kepercayaan dan keyakinan, karena hal tersebut merupakan sebuah

tradisi dan kebiasaan yang harus diterima.

Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai pada abad

ke-16 di Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya itu dari pohon

                                                            26 Stan D. Widjaya, h. 23. 27 Encyclopedia Britannica, Volume 19, Ed 11, h. 648-649. 

Page 46: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  37

cemara, atau mengadaptasi dari bentuk pohon cemara28. Saat penduduk

Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap

memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di

dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika

Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.

Pohon Natal bukanlah suatu keharusan di gereja maupun di rumah,

sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita selalu

bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain. Pohon Natal ini juga

melambangkan "hidup kekal", sebab pada umumnya di musim salju hampir

semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara yang selalu hijau

daunnya29.

Pemasangan pohon Natal dari pohon cemara, baik asli maupun yang

terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi

pemandangan yang indah menjelang Natal. Salah satu yang terbesar dari

pohon itu disebut “Mistletoe” yang dipakai pada saat perayaan musim panas,

karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang

telah memberikan mukjizat penyembuhan.

Selanjutnya waktu menjelang Natal yaitu pada waktu malam Natal.

Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan, hari tersebut

tidak dianggap sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja mengadakan perayaan

pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua Natal (replika dari kandang

domba tempat Yesus lahir, dengan patung-patung Yesus, Maria, Yosef,

                                                            28 Ismail Andar, Selamat Natal: 25 Karangan Tentang Natal (Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 1981), h. 31. 29 Mari Mewarnai : Menyambut Natal (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 63. 

Page 47: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  38

gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal30,

seperti:

“Jingle bells, jingle bells, jingle all the way! Oh what fun it is to ride in a one horse open sleigh”, atau juga “Dashing through the snow in a one horse open sleigh o'er the hills we go laughing all the way bells on bobtail ring making spirits bright what fun it is to ride and sing a sleighing song tonight”.

Namun biasanya pada saat beribadah dimalam Natal ada lagu-lagu

khusus yang dinyanyikan dengan khidmat secara seksama untuk memberikan

puji-pujian dan mengagungkan kebesaran-Nya sebagai rasa syukur atas segala

yang telah diberikan_nya, layaknya orang-orang bershalawat dalam agama

Islam.

Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa

tengah malam atau peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal

(Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin,

lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Masa Natal berakhir

pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani

adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen

Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12

hari setelah Hari Natal31.

Pada malam itu Orang-orang dewasa minum eggnog, semacam susu

telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok dan brandy

(semacam minuman beralkohol) atau rum. Menurut kisahnya, pada malam

Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan

                                                            30 Article From Bulletin, Natal Bukan Sekedar Pesta: Toleransi Kehidupan Beragama

(2007), h. 45. 31 Michael Keene, h. 114. 

Page 48: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  39

                                                           

ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk

mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk

mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak Amerika mendengarkan

orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum

Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement

Moore di tahun 1832.

Keesokan harinya tibalah perayaan Hari Natal, semua umat Kristiani

bergegas bersiap-siap untuk merayakan Hari Natal32 saling mengucapkan

Selamat Natal, dan saling memberikan dan bertukar kado, ada juga yang sudah

siap membuka kado karena pada malam harinya ada yang membuat kejutan

untuk para anak-anak, kekasih dan keluarga. Ada juga yang berangkat ke

gereja untuk beribadah kepada Tuhan Yesus, ada juga yang berangkat berlibur

bersama keluarga. Semuanya sangat terasa sekali keindahan Natal yang penuh

dengan kasih dan sayang.

 32 Ipphos, Umat Katholik dan Protestan Merayakan Natal Bersama (Jakarta: PN, 1947), h.

7. 

Page 49: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

BAB IV

ANALISA PERBANDINGAN MAKNA

PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM

DAN HARI NATAL DALAM AGAMA KRISTEN

A. Makna Hari Raya Idul Fitri

Sebagai hari raya keagamaan, Idul Fitri mempunyai kedudukan yang

tinggi bagi umat Islam yang mengandung makna keruhanian1. Hal ini dilihat

dari pengertian Idul Fitri serta dari semua tata cara pelaksanaan pada waktu

menjelang Idul Fitri seperti menjalankan ibadah puasa ramadhan sebulan

penuh untuk menahan segala hawa nafsu sampai waktunya untuk berbuka, dan

di dalam bulan tersebut terdapat sebuah malam Lailatul Qadar yaitu malam

yang terbaik dari seribu malam dan pada bulan tersebut menjelang hari raya

tiba umat Islam di wajibkan untuk membayar zakat yang dinamakan dengan

zakat fitrah2 dan pada malam menjelang Idul Fitri umat Islam beramai-ramai

mengumandangkan takbir dengan penuh semangat kemenangan3 sebagai rasa

keberhasilannya yang telah melewati ujian untuk menahan hawa nafsu dengan

melakukan berpuasa wajib di bulan suci ramadhan.

Makna keruhanian yang pertama dari perayaan Hari Raya Idul Fitri

adalah sebagai tanda terima kasih atau rasa syukur umat Islam kepada Allah

Yang Maha Esa, karena pada dasarnya manusia telah diberikan nikmat yang

                                                            1 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah

Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 128. 2 Cyril Glase, h. 158. 3 Hannan Hoesin Bahannan h. 223. 

40

Page 50: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  41

tidak terbatas dan tidak ternilai harganya. Umat Islam bisa saling berbagi

kasih dan sayangnya dengan bentuk saling memberi dan saling

mengungkapkan perasaan maaf dan memaafkan.

Idul Fitri merupakan kelanjutan dari puasa dan zakat4, yang sama-

sama mengandung makna pembersihan jiwa seseorang, umat Islam bisa

kembali pada fitrahnya yaitu saat manusia baru dilahirkan, jiwanya yang

bersih suci dan tidak ada dosa. Fitrah adalah sifat yang digunakan untuk

mensifati semua yang ada (di dunia) sewaktu awal penciptaannya5. Karena

puasa mengandung makna sebagai pembersihan jiwa seorang muslim dengan

berbagai godaan yang berbentuk hawa nafsu, sedangkan zakat adalah sebagai

pembersihan diri jiwa seorang muslim dari harta yang mereka miliki dengan

cara memberikan sebagian hartanya dalam bentuk apapun sesuai yang telah

ditentukan.

Makna fitrah sebagai suatu “sifat”6. Sifat di sini berlaku untuk semua

makhluk di alam raya. Misalnya malaikat memiliki sifat (fitrah) yang baik,

taat, bertasbih, dan tidak pernah melanggar aturan Allah Swt. sedangkan

syaitan berfitrah sebagai mahluk yang buruk dan durhaka. Manusia berfitrah

sebagai makhluk yang memiliki semua fitrah yang dimiliki oleh semua apa

yang ada di alam raya ini.

Menurut Muthahari, fitrah merupakan bawaan alami. Artinya sifat –

fitrah merupakan sesuatu yang melekat dalam diri manusia (bersifat bawaan)

                                                            4 Nurcholis Majid, h. 129. 5 Abu al-Baqa Ayyub ibn Musa al-Husain, al-Kulliyat : Mu’jam Fi al-Mustalah Wa al-

Furuq al-Lugowiyah (Beirut : Muassasah al-Risalah, 1992), h. 698. 6 Murtadha Muthahhari, Fitrah (Jakarta: Lentera, 2008), h. 19. 

Page 51: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  42

dan bukan sesuatu yang diperoleh melalui usaha. Manusia mengatahui bahwa

dirinya mengetahui apa yang dia ketahui. Artinya dalam diri manusia terdapat

sekumpulan hal yang bersifat fitrah7.

Idul Fitri merupakan satu momen bagi kehidupan manusia guna

memperbaiki posisinya dalam mengurangi perjalanan hidup di dunia yaitu,

bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Perayaan

Idul Fitri memang melambangkan upaya manusia untuk menyadari fitrahnya

sekaligus menyadari betapa Maha Besarnya Allah, Maha Suci dan Maha

Perkasa. Jadi orang-orang beriman menangkap makna Idul Fitri sebagai hari

kemanusiaan universal yang suci. Manusia adalah suci, dan harus berbuat suci

kepada sesamanya8.

Pada perayaan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan, umat Islam

melakukan sebuah tradisi sungkem khususnya antar keluarga. Hal tersebut

mempunyai makna agar dosa-dosanya bisa hilang dan dihapuskan dengan

saling maaf dan memaafkan dengan penuh rasa keikhlasan. Selain kepada

keluarga juga kepada para kerabat, sahabat, teman, guru serta para warga yang

ada di sekitarnya. Dengan itu, di hari setelah perayaannya umat Islam bisa

melakukan introspeksi diri dengan membenahi sifat-sifat yang buruk dan

merubahnya untuk menjadi yang lebih baik.

Dosa-dosa yang telah diperbuat baik yang disengaja maupun yang

tidak disengaja bisa hilang antar sesama dengan saling memaafkan, karena

manusia sifatnya hidup secara sosial jadi acap kali tanpa sengaja manusia

                                                            7 Murtadha Muthahhari, h. 20. 8 Nurcholis Majid, h. 137. 

Page 52: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  43

melakukan kesalahan antar sesamanya baik dari perkataan dan perbuatan. Ini

akan sangat membekas sekali rasanya untuk umat Islam pada waktu

merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Dari makna yang serba ruhani sebagai kelanjutan dan buah keruhanian

selama Ramadhan, Idul Fitri melimpahkan hikmahnya kepada segi-segi

kehidupan sosial yang luas dan sangat bermakna. Sejak simbolisme zakat

fitrah yang merupakan rasa setia kepada sesama manusia dan kemanusiaan,

sampai kepada tradisi maaf-memaafkan, halal-bihalal dan mudik untuk

menyatu kembali dengan keluarga, Idul Fitri memberi bekal keruhanian baru

kepada masyarakat untuk menempuh hidup selama setahun mendatang9.

Idul Fitri mempunyai dimensi sosial yang sangat besar khususnya

dimensi kekeluargaannya. Pada hari itu, semua merasakan dorongan yang

sangat kuat untuk bertemu dengan ayah, ibu, anak, kakek, nenek, saudara-

saudara yang lain, masyarakat dan kampung halamannya untuk bersama-sama

merayakan Hari Raya Idul Fitri10.

Memasuki datangnya Hari Raya Idul Fitri aktivitas dan mobilitas

masyarakat semakin meningkat, khususnya dalam rangka mempersiapkan diri

untuk merayakan hari yang dinanti-nantikan tersebut. Bagi mereka yang

bekerja mencari nafkah di luar kota yang jarang sekali utnuk pulang dan

bertemu dengan keluarganya, pasti merasa ingin pulang dan bertemu dengan

keluarganya. Begitu juga sebaliknya, bagi keluarga yang ditinggalkan

saudaranya untuk bekerja dan mencari nafkah diluar kota, sangat

                                                            9 Nurcholis Majid, h. 137. 10 Nurcholis Majid, h. 128. 

Page 53: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  44

mengharapkan kepulangan saudaranya dengan selamat sampai tujuannya

untuk bertemu dan bersama-sama merayakan Hari Raya Idul Fitri. Karena

hanya dengan suasana keakraban dalam kekeluargaan dan bermasyarakat itu

Idul Fitri dapat dirasakan sepenuh-penuhnya dengan makna yang sangat dalam

dan berarti.

Pada hari itu umat Islam saling berbagi kebahagiaan, berbagi kasih dan

berbagi perhatiannya sebagai kelonggaran terhadap sesamanya terutama untuk

orang-orang fakir dan kerabat-kerabat keluarga mereka. Para dermawan

menyisihkan sebagian hartanya untuk saling berbagi dengan penuh keikhlasan.

Di berbagai tempat perusahaan atau perindustrian, menjelang hari itu

ada yang mempunyai program berbagi kasih dengan memberikan santunan

kepada orang-orang fakir dan anak-anak yatim yang berupa makanan, pakaian

dan lain sebagainya. Akan sangat berkesan sekali di hati manusia ketika ia

bisa saling berbagi.

Sebelum hari Idul Fitri dilaksanakan, umat Islam juga diwajibkan

untuk membayar zakat fitrah. Hal tersebut juga mengandung makna sosial

yang tinggi, karena bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri tiba,

tidak ada lagi orang-orang yang meminta atau mengemis untuk mencukupi

kebutuhannya karena umat Islam sudah bersama-sama diwajibkan untuk

membayar zakat fitrah untuk saling melengkapi kebutuhannya.

Selain itu Idul Fitri juga mempunyai makna perekonomian yang sangat

besar sekali bagi masyarakat khususnya bagi para orang-orang yang mencari

penghasilan dengan berjualan berbagai macam kebutuhan pokok pada hari-

Page 54: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  45

hari menjelang perayaan Idul Fitri di laksanakan, seperti baju-baju baru,

bahan-bahan makanan dan lain-lain.

Hal ini juga dilihat dari segi bagaimana orang bekerja dan menabung

dari jauh-jauh hari untuk mempersiapkan segala kebutuhannya agar kelak bisa

dinikmati hasilnya pada berlebaran atau waktu Idul Fitri tiba. Terutama bagi

anggota keluarganya yang bekerja atau tinggal secara berjauhan di luar kota,

sangat di elu-elukan sekali kedatangannya untuk saling berbagi kasih dan

berbagi rezeki, yang sudah didapatkan dan dipersiapkannya dari hari

sebelumnya.

Gebyar lebaran yang disemarakkan dengan aneka mode pakaian baru,

makanan lezat11, mudik, silaturrahmi dan hingar-bingar kesenangannya

merupakan suatu fenomena yang tidak bisa dipisahkan dalam Hari Raya Idul

Fitri12. Fenomena seperti inilah yang kerap kali terjadi ketika Idul Fitri tiba.

Di sinilah Idul Fitri adalah hari raya yang datang berulang kali setiap tanggal 1

Syawal.

Setiap negara yang berpenduduk muslim, dalam merayakan Idul Fitri

biasanya memiliki cara dan tradisi yang berbeda-beda sesuai corak

kebudayaan bangsanya. Cara dan tradisi tersebut juga terjadi di Indonesia

Bagaimana pun tradisi-tradisi ini, ternyata sudah berkembang pada zaman

Nabi SAW, baik yang berupa makanan, berpakaian baru, hiburan atau

                                                            11 Makanan khas yang biasa dibuat dan disajikan pada perayaan Idul Fitri. Bagi bangsa

Indonesia, salah satu makanan yang menjadi ciri khas dari hari raya ini adalah Ketupat. Orang Jawa menyebutnya kupat, yang berarti mengaku lepat, atau mengaku bersalah. Sehingga ketupat dianggap sebagai simbol silaturahmi di Hari Lebaran, sekaligus lambang permintaan maaf.  

12 Achmad Suyuti, Nuansa Ramadhan: Puasa dan Lebaran (Jakarta: Pustaka Amani, 1996), h. 130. 

Page 55: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  46

permainan, silaturahim dan sebagainya, meskipun dengan bentuk yang sangat

sederhana sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat saat itu13.

Dengan hal itu, jelas sekali terlihat bahwa banyak sekali berbagai

kebutuhan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dan ini sudah menjadi

sebuah tradisi sehingga jumlah anggaran belanja pun berbeda dengan

anggaran-anggaran di bulan-bulan biasa. Selain itu daerah-daerah tertentu

memperoleh limpahan ekonomi dan keuangan dari para pemudik sehingga

pemerintah daerah bersangkutan merasa perlu menyabut kedatangan

keluarganya yang berkerja di kota-kota besar itu14.

Selanjutnya untuk para karyawan yang bekerja di tempat-tempat

perkantoran atau perindustrian, bisa juga mendapatkan sedikit bonus yang

berupa makanan, pakaian ataupun berupa uang yang biasa disebut dengan

tunjangan hari raya (THR). Untuk daerah pemasaran atau pusat-pusat

perbelanjaan juga pada waktu menjelang Idul Fitri dan sampai Idul Fitri tiba,

sangat meningkat sekali perekonomiannya. Karena banyak orang-orang yang

membeli segala macam persiapan kebutuhan seperti makanan dan pakaian.

Kebutuhan tersebut bisa digunakan untuk sendiri ataupun untuk berbagi

kepada sanak saudara dan kepada kaum fakir miskin.

                                                            13 Ali Musthafa Yaqub, Islam Masa Kini (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 90. 14 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah

Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 127-128. 

Page 56: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  47

B. Makna Hari Natal

Hari Natal cenderung dirayakan sebagai tradisi yang mendunia15,

namun umat Kristen sendiri memperingati Natal Kristus ini dengan lebih

berfokus pada rasa syukur dengan khidmat kepada Allah yang telah rela

merendahkan diri-Nya sebagai manusia16. Kelahiran Kristus di dunia

mempunyai suatu titik awal yang paling penting dalam misi Kristus.

Dilahirkan bukan dari pencampuran laki-laki dan perempuan, melainkan

campur tangan Allah yakni diperanakan oleh kuasa Roh Allah.

“Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf ternyata ia mengandung dari roh kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri” (Mat. 1:18).

Maria seorang gadis saleh, mendapat kehormatan sebagai perantara

kedatangan Sang Mesias.

“Dalam bulan keenam Allah menyuruh Malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret. Kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika Malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: ‘Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan mnyertai engkau’. Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata Malaikat itu kepadanya: ‘Jangan takut hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah’. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut anak Allah Yang Mahatinggi, dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud, bapa leluhur-Nya. Dan ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan”. (Luk. 1:26-33).

Adapun Kristus datang untuk memperbaiki hubungan manusia dengan

Allah yang semakin buruk oleh karena kesesatan manusia.

                                                            15 Pemuda Gereja kreatif, Theologi of Prosperity in Christmas (Jakarta: Yayasan Kalam

Hidup, 2009), h. 29. 16 Abujamin Roham, h. 535. 

Page 57: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  48

Sebenarnya natal merupakan suatu pemberian Allah yang paling besar

bagi umat manusia. Natal merupakan wujud Kasih Allah pada manusia.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supay a setiap orang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. (Yoh 3:16).

Natal merupakan motivasi Allah untuk membantu umat manusia. Natal

sebagai kabar baik bagi semua orang di sekitarnya, bahwa Allah telah

membuktikan kasih-Nya bagi dunia ini dalam diri Yesus Kristus, dan semoga

dengan Natal bisa menjadi berkat bagi semua umat manusia, terlebih bagi

umat Allah yang sudah ditebus-Nya.

Perayaan Natal atau kelahiran Yesus Kristus memang tidak tertulis

bahkan tidak ada anjuran dalam Al-Kitab, untuk merayakan kelahiran-Nya

dengan berpesta dan bersenang-senang, memasang pohon terang dan lain-lain

untuk mengungkapkan rasa syukur manusia terhadap-Nya. Tetapi

memperingati kelahiran Yesus Kristus itu harus dan mutlak dalam kehidupan

setiap orang yang mempercayai tentang kedatangan-Nya di dunia yang

bertujuan untuk menyelamatkan manusia17. Setiap umat Kristiani yang

merayakan Natal, lebih memaknai Natal bukan dengan perayaannya

melainkan dengan dasar teologi Natal yaitu kelahiran Kristus, karena Ia adalah

seorang Juru Selamat untuk semua manusia yang dipenuhi dengan dosa dan

itu mutlak harus diyakini bagi semua umat-Nya. Jiwa tersebut harus selalu ada

dalam hati setiap manusia untuk selalu berbuak kasih dan kebaikan sebagai

bentuk refleksi pada kelahiran Kristus Sang Juru Selamat.

                                                            17 Pemuda Gereja kreatif, h. 28. 

Page 58: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  49

Bahkan setiap hari dalam kehidupan ini, umat Kristen seharusnya

memperingati kelahiran-Nya yang telah mengasihi umat-Nya dengan cara

berinkarnasi menjadi manusia dan menuntun umat-Nya ke jalan yang benar

agar umat manusia bisa diselamatkan dari dosa-dosanya, sebagai ungkapan

syukur kepada-Nya dan ungkapan kasih terhadap sesamanya.

Makna yang terpenting dalam Natal adalah lebih kepada kelahiran

Yesus Kristus18, tidak kepada perayaannya, pesta-pestanya atau makanannya.

Karena peristiwa kelahiran Yesus Kristus adalah suatu bentuk dari kasih Allah

kepada umat-Nya, yang menginginkan umat-Nya bisa diselamatkan dari dosa-

dosanya dan bisa hidup kekal. Dengan itu bisa digaris bawahi makna Hari

Natal adalah sebagai bentuk kasih, yang harus diaplikasikan terhadap sesama

manusia layaknya kasih Allah terhadap umat-Nya. Maka dari itu, jika umat

manusia bisa selalu teringat pada kelahiran Yesus, maka umat manusia akan

saling kasih mengasihi terhadap sesama selamanya. Sampai-sampai kata kasih

tidak pernah lepas dan jauh dari umat Kristiani seperti dalam peribadatannya,

doa-doanya, berbagai kegiatan sampai nama-nama panti asuhan dan lain

sebagainya selalu menggunakan dan berhubungan dengan kasih. Untuk pada

saat ini ketika Hari Natal tiba, umat Kristiani selalu mengungkapkan kasihnya

dengan saling memberikan atau menukar hadiah sebagai bentuk kasihnya

terhadap sesama, terutama kepada keluarga, saudara, kekasih dan sahabatnya.

Natal sesungguhnya peristiwa maha penting dari serangkaian tindakan

Allah dalam upaya penyelamatan manusia dari kematian kekal akibat dosa.

                                                            18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 610. 

Page 59: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  50

Tidak tanggung-tanggung, Allah yang adalah pencipta masuk dalam sejarah

manusia yang notabene makhluk ciptaan. Ia yang maha besar dan maha kuasa

berinkarnasi dalam bayi Yesus yang harus tunduk kepada hukum alam yaitu

berada dalam rahim Maria sebagaimana layaknya manusia pada umumnya19.

Kerendahan hati dan kesederhanaan adalah jiwa dari Natal. Yesus bisa

memilih lahir dari rahim seorang ratu atau permaisuri raja dari raja yang

paling berkuasa di muka bumi pada saat itu. Tetapi ia lebih memilih lahir dari

rahim Maria. Ia tidak lahir di rumah sakit atau atau kastil mewah dengan

fasilitas yang berkualitas dan berkelas, tetapi ia lahir di kandang domba,

karena ketika tiba saatnya Maria untuk bersalin, tidak ada rumah penginapan

yang terbuka untuk mereka.

Bercermin dari hal itu, seharusnya apapun bentuk ucapan syukur yang

ingin kita ungkapkan melalui ibadah Natal, seyogyanya mengedepankan jiwa

Natal yang seperti itu. Cobalah kita membayangkan seandainya Yesus ada saat

ini dan kemudian meminta pendapatnya tentang rencana ibadah Natal yang

akan di selenggarakan. Barangkali Ia lebih setuju jika Natal itu dijadikan ajang

pemberitaan Injil, sebab itulah yang Ia usahakan dan kerjakan dengan sekuat

tenaga selama masa pelayanan-Nya yang pendek di dunia ini.

Hari Natal seharusnya membawa suka cita bukan semata-semata

karena ada pesta atau berkat jasmani, melainkan terbukanya kesempatan bagi

manusia untuk mendapatkan keselamatan dalam Kristus. Jadi orientasinya

harus mengarah kepada kebutuhan paling mendasar yaitu menyelesaikan dosa

melalui karya Kristus.

                                                            19 Pemuda Gereja kreatif, h. 9. 

Page 60: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  51

Idealnya, Natal bukan hanya menyiapkan pakaian baru, tetapi juga

hati baru20. Hati yang peka terhadap kebutuhan sekitar sehingga kehadiran

gereja bukan menimbulkan kecemburuan sosial melainkan membawa berkat

bagi orang di sekitarnya. Natal seharusnya mendatangkan sukacita bukan saja

bagi orang percaya tetapi juga bagi mereka yang belum percaya. Karena pada

dasarnya Natal untuk semua umat manusia. Seperti perkataan malikat Tuhan

yang menampakkan dirinya kepada para gembala di padang, ia berkata:

“Lalu kata Malaikat itu kepada mereka: Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”. (Luk. 2: 10-11).

Serta dengan amanat Yesus yang memerintahkan setiap orang percaya

untuk membawa berita Injil kepada semua bangsa.

Natal membuka peluang bagi setiap orang untuk mendapatkan

pengampunan dosa melalui karya keselamatan dalam Kristus. Itu berarti Natal

membawa harapan baru bagi mereka yang lelah dan tak berpengharapan.

Nuansa seperti itu seharusnya muncul dalam ibadah-ibadah Natal, sehingga

kita tidak mengungkapkan sukacita Natal dengan baju dan perlengkapan Natal

yang baru tetapi juga hati yang baru.

Makna selanjutnya yang terkandung dalam Natal adalah sosial, melihat

dari berbagai pengertian makna di atas yaitu tentang kasih Allah kepada

umatnya dan kasih manusia terhadap sesamanya. Seperti yang dikatakan Rasul

Paulus bahwa:

                                                            20 Pemuda Gereja kreatif, h. 7-8. 

Page 61: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  52

“hidup kita tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga menjadi berkat bagi orang lain, apa artinya kebebasan, kebahagiaan, kekayaan, kemakmuran jika itu akhirnya akan melukai rasa kealdilan orang”21.

Tujuan Allah memilih manusia melalui Yesus kristus adalah utnuk

menyatakan kasih terhadap sesama secara terus menerus, sehingga setiap

orang yang melihat sesamanya dapat merasakan kasih yang damai sejahtera

Allah. Seperti itulah semangat Natal yang harus dinyatakan dan dipelihara.

Lebih baiknya bukan hanya pada waktu perayaan Natal saja, tetapi selama

manusia menjadi umat Tuhan. Oleh karena itu, bahwa seharusnya umat Allah

harus selalu merayakan Natal setiap hari agar jiwanya selalu kasih mengasihi

dengan damai sejahtera.

Natal menjadi momen yang berhubungan dengan misi penyelamatan

Allah, seharusnya semua umat Tuhan di ingatkan kembali tentang tujuan

kelahiran Yesus Kristus, yaitu untuk membawa kemuliaan bagi Allah serta

kasih yang damai sejahtera kepada semua manusia yang berkenan kepada-

Nya.

“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepada-Nya”. (Luk. 2:14).

Tujuan ini sangat jelas diungkapkan oleh sejumlah bala tentara sorga

dan malaikat melalui pujian mereka kepada Allah, inilah yang dikehendaki

Allah saat umat-Nya merayakan Natal22.

Betapa jelas terlihat nilai-nilai sosial dari perayaan Natal, karena umat

Kristiani yang merayakannya bisa saling berbagi kasih terhadap sesamanya

                                                            21 Pemuda Gereja kreatif, h. 10. 22 Sahabat Gembala: Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan (Jakarta: Yayasan Kalam

Hidup, 2009), h. 15. 

Page 62: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  53

dengan bentuk apapun seperti saling memberi dan bertukar hadiah yang sudah

menjadi sebuah tradisi dari Eropa hingga masuk ke Indonesia, kemudian

menolong sesama, memberikan perhatian terhadap orang-orang yang tidak

mampu, berpesta bersama-sama dengan anak-anak panti asuhan, serta

mengingat dan menghadapi kemiskinan dengan saling berbagi kasih. Ini akan

membawa umat Kristen untuk berfikir bahwa perayaan Natal adalah latar yang

tepat untuk melakukannya dengan menanggulangi kemiskinan dan merombak

pola pikir dan pola hidup masyarakat sekitarnya ke arah yang lebih baik lagi

dengan mengasihi yang benar sesuai kasih Kristus kasih yang tidak menuntut

balasan.

Hal ini juga yang biasa dilakukan oleh para umat Kristen yang ada

dalam Gereja Bethel Indonesia, karena gereja tersebut lebih mengedepankan

jiwa sosial terhadap umat sesamanya maupun yang bukan umat Kristiani.

Seperti yang telah dikatakan di atas, Natal bukan hanya menyiapkan pakaian

baru, tetapi hati juga harus baru hati yang peka terhadap kebutuhan sekitar

sehingga bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitarnya dengan

bersosialisasi secara damai dengan orang di sekitar dan saling mengasihi23.

Sebagai hari raya yang sudah menjadi tradisi menduniawi, Hari Natal

pasti berhubungan dengan perekonomian. Jadi Hari Natal juga mengandung

makna ekonomis untuk umat Kristiani dan umumnya untuk semua. Sebab

dilihat dari perayaannya yang besar dan selalu membutuhkan hal-hal yang

baru. Dari jauh hari, mereka sangat sibuk menyiapkan segala persiapan

kebutuhan Natal seperti menyiapkan baju-baju baru, hadiah-hadiah untuk

dibagikan, membuat pohon Natal yang dihias dengan berbagai pernak-                                                            

23 Marsana Windu, h. 17. 

Page 63: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  54

pernik24. Hal ini sangat menguntungkan sekali untuk dunia pemasaran seperti

dalam pasar-pasar tradisional, mall-mall, pusat perbelanjaan, tempat-tempat

untuk berlibur dan lain sebagainya, karena mereka akan mendapatkan

penghasilan yang lebih dari biasanya.

Anggaran-anggaran di negara-negara yang banyak umat kristianinya,

seperti di Eropa anggaran pada bulan Desember akan melampaui anggaran

belanja pribadi mereka pada bulan-bulan sebelumnya. Itulah salah satu alasan

mengapa Natal di seluruh dunia banyak digunakan sebagai Marketing Tools25.

Bahkan untuk negara-negara yang non Kristen pun akan ikut mendapatkan

keuntungan yang sangat melimpah, khususnya dalam dunia bisnis

perekonomian.

Dunia bisnis memang memanfaatkan Natal sebagai ajang bisnis yang

menggiurkan. Setiap Natal orang dipacu untuk berbelanja dan hidup dalam

konsumerisme, terlebih lagi karena akan menjelangnya tahun baru tiba.

Orang-orang akan berlomba-lomba merayakan Natal dengan semegah

mungkin yang akhirnya akan sedikit mengurangi pesan dan makna Natal yang

sesungguhnya. Tidak salah mengadakan Natal semegah apapun, tetapi esensi

Natal jangan sampai dilupakan karena itulah makna yang sesungguhnya26.

C. Persamaan dan Perbedaan Makna Hari Raya Idul Fitri dan Natal

Setiap upacara-upacara dan perayaan-perayaan keagamaan yang ada

dalam setiap agama memiliki nilai-nilai dan makna yang sakral dan berkaitan

                                                            24 Stan D. Wijaya, h. 37. 25 Sahabat Gembala : Natal Bukan Sekedar Tradisi (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup,

2008), h. 27. 26 Pemuda Gereja kreatif, h. 10. 

Page 64: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  55

dengan kepercayaan dan akidah bagi pemeluknya. Seperti dalam kedua

perayaan yang telah diuraikan di atas, yang keduanya mengandung nilai-nilai

dan makna yang sangat sakral untuk para pemeluk yang merayakannya.

Sangat unik dan menarik, dari kedua perayaan yang mempunyai latar

belakang dan sejarah yang sangat berbeda namun mempunyai tatanan

pelaksanaan yang sama seperti ada kumandangan takbir pada malam

menjelang perayaan Idul Fitri untuk umat Islam dan ada nyanyian Natal pada

malam menjelang perayaan Hari Natal. Ada bentuk saling mengasihi antar

sesama dengan berbagai bentuk ungkapan kasih, dan dari berbagai

persiapannya dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal dan ada

beberapa hal yang membedakannya seperti ada hal-hal yang wajib dilakukan

sebelum pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri seperti melakukan puasa wajib pada

bulan suci ramadhan serta diwajibkan untuk membayar zakat. Sedangkan

dalam pelaksanaan Hari Natal, tidak ada kewajiban atau ibadah wajib yang

harus dilakukan.

Hari Raya Idul Fitri pertama-tama mengandung makna sebagai rasa

syukur umat Islam kepada Allah SWT, karena pada hari itu terdapat banyak

sekali limpahan rezeki dan nikmat yang telah diberikan-Nya. Perayaan Hari

Natal juga mengandung makna rasa syukur umat Kristiani kepada Allah, yang

telah memberikan kasih-Nya dengan limpahan nikmat terutama pada hari

perayaan Natal. Jadi makna yang paling utama pada kedua perayaan ini

adalah, mengandung makna syukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan

kepada umat-Nya. Karena dengan itu, manusia bisa berfikir bahwa semua

Page 65: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  56

yang ada di dunia ini adalah pemberian-Nya dan harus disyukuri oleh umat-

Nya.

Setelah memanjatkan rasa syukur, perayaan Hari Raya Idul Fitri dan

Hari Natal memiliki makna keagamaan atau keruhanian dalam jiwa manusia

karena dilihat dari masing-masing perayaannya. Jika Hari Raya Idul Fitri

mempunyai makna kembali kepada fitrahnya, layaknya seperti bayi yang baru

dilahirkan dengan keadaan jiwa yang bersih dan suci karena pada hari itu

suatu lembaran baru akan dibuka dengan saling maaf dan memaafkan yang

kemudian akan menjadi koreksian diri untuk menjalani hari-hari selanjutnya

dan menjadi yang lebih baik dari hari-hari yang sebelumnya. Hari Natal

mempunyai makna kembali kepada peristiwa kelahiran Yesus Kristus sang

Juru Selamat sebagai bentuk kasih-Nya kepada umat-Nya. Ia rela

merendahkan diri-Nya dengan berinkarnasi menjadi manusia biasa demi

menyelamatkan umat manusia dari kungkungan dosa-dosa yang melekat pada

manusia.

Perlu digaris bawahi kedua hari raya ini mempunyai makna kembali,

namun yang membedakannya adalah esensi dari arti kembali tersebut. Jadi

alangkah baiknya jika makna kembali tersebut selalu ada dalam jiwa manusia

agar selalu menjalani hari-hari dengan penuh kebaikan. Maka dari itu ada

beberapa yang berpendapat bahwa bila perlu dalam setiap harinya manusia

harus selalu mempunyai jiwa kembali atau perayaan Hari Raya Idul Fitri dan

Hari Natal tersebut harus selalu melekat dan menjiwai dalam diri manusia.

Page 66: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  57

Umat Islam perlu menjiwai arti kembali ke fitrahnya, dengan terus

mengintrosfeksi dan merubah diri menjadi yang lebih baik. Dan Umat

Kristiani juga perlu untuk selalu mempunyai jiwa kembali kepada Kelahiran

Yesus Kristus, agar di dalam hidupnya selalu diwarnai sifat kasih sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan-Nya yang telah mengasihinya.

Dalam waktu pelaksanaannya, terlihat jelas makna sosial di dalam

kedua hari raya tersebut. Hari Raya Idul Fitri di maknai dengan sisi sosialnya,

terlihat dari berbagai literatur kegiatannya, seperti pada waktu menjelang

perayaannya diwajibkan untuk membayar zakat fitrah bermaksud untuk saling

melengkapi agar pada hari itu tidak ada lagi orang-orang yang meminta-minta

dan mengemis untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sangat terasa sekali

rasa perhatian antara satu kepada yang lainnya, di saat umat Islam bisa saling

berbagi. Pada hari itu juga para dermawan dan hartawan menyisihkan hartanya

untuk orang-orang fakir yang membutuhkan. Ada yang memberikan baju-baju

baru, makanan, uang, beras dan lain sebagainya, sebagai bentuk kasih sayang

terhadap sesamanya sebagai bentuk kelonggaran bagi orang-orang fakir.

Gerak kebersamaannya pun terlihat, seperti bagi orang-orang yang

tinggal dan bekerja jauh dari kampung halamannya atau bagi keluarga yang

ditinggalkan saudaranya untuk bekerja dan tinggal secara berjauhan sangat

mengelu-elukan sekali kedatangan sanak saudaranya untuk bersama-sama

merayakan Hari Raya Idul Fitri serta saling mengungkapkan kata maaf dan

memaafkan terutama kepada keluarga karena manusia sifatnya lupa dan salah.

Kebiasaan ini biasanya di namakan dengan budaya mudik atau pulang

kampung.

Page 67: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  58

Makna sosial dalam perayaan Natal, sudah sangat terlihat jelas untuk

umat Kristiani. Karena merujuk kepada pengertian dan makna dari Hari Natal

itu sendiri. Pada hari itu umat Kristiani saling berbagi kasih dengan berbagai

bentuk ungkapan sebagai bentuk rasa terima kasihnya kepada Tuhan sang Juru

Selamat yang mengasihi umat-Nya dengan berinkarnasi menjadi seorang

manusia agar bisa menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa. Dengan hal ini,

umat Kristiani berupaya melihat itu dengan saling berbagi kasih dengan

berbagai bentuk ungkapan seperti saling bertukar dan memberikan hadiah.

Bagi gereja-gereja dan para dermawan biasanya mempunyai program khusus

saling berbagi kasih dengan memberikan baju-baju, makanan, mainan dan lain

sebagainya.

Pada waktu perayaan Natal, dorongan keluarga untuk bertemu dengan

keluarga yang lainnya juga sangat kuat, bagi keluarga yang tinggal dan

bekerja jauh dari keluarga lainnya mempunyai sebuah dorongan untuk

bertemu dengan keluarganya, teman-teman dan masyarakatnya. Karena

mereka sangat ingin bersama-sama untuk merayakan Natal dan saling berbagi

kasih.

Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal, keduanya memiliki makna sosial

yang tinggi, walaupun didasari oleh latar belakang yang berbeda. Namun rasa

sosialnya sama-sama ingin saling berbagi kasih sayang dan perhatiannya

terhadap sesama.

Pada waktu menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal

tiba, gerak perekonomiannya pun meningkat sangat tinggi sekali, karena

banyaknya berbagai bentuk kebutuhan dalam persiapan dari perayaan Hari

Page 68: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  59

Raya Idul Fitri dan Hari Natal. Banyak orang yang menabung dari jauh-jauh

hari yang di persiapkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pada kedua hari

raya tersebut, seperti untuk membeli baju-baju baru, makanan, hadiah-hadiah

dan lain-lain. Dari sisi keuntungan pasar banyak juga yang mendapatkan

penghasilan lebih di banding hari-hari biasa. Banyak orang yang terinspirasi

untuk mendapatkan penghasilan seperti membuat pernak-pernik hiasan Idul

Fitri dan Natal, membuat keranjang-keranjang parsel dan aneka macam kotak

kado, aneka makanan dan berbagai macam kebutuhan menjelang Hari Raya

Idul Fitri dan Hari Natal.

Kedua hari raya tersebut sama-sama mempunyai makna

perekeonomian yang sama. Namun ada sedikit yang membedakannya, bahwa

dunia bisnis seperti pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat hiburan

sangat memanfaatkan Natal untuk mendapatkan penghasilan. Karena pada saat

ini, perayaan Natal sangat di pacu untuk merayakannya dengan semegah dan

semeriah mungkin, di tambah dengan adanya liburan akhir tahun dan

menjelang perayaan tahun baru tiba.

Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal adalah perayaan yang sangat

mendunia. Walaupun Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal mempunyai latar

belakang yang sangat jauh berbeda dengan agama yang berbeda pula, namun

memiliki makna-makna dan tata cara pelaksanaan yang hampir sama dari

pelaksanaan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal walaupun tidak

secara keseluruhan.

Page 69: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  60

Kedua hari raya ini mempunyai makna-makna yang sama dan sedikit

perbedaan esensi makna keagamaan dan keruhanian bahwa keduanya sama-

sama mempunyai makna kembali namun esensi dari arti kembali tersebut

berbeda karena Idul Fitri adalah kembalinya umat Islam kepada jiwa yang

fitrah seperti seorang bayi yang bari di lahirkan yang bersih dan suci jiwanya,

sedangkan Hari Natal adalah kembali kepada kasih Allah yang telah

merelakan dirinya untuk berinkarnasi menjadi manusia untuk menyelamatkan

umat-Nya dari dosa-dosa. Yang menarik adalah kesamaan dan kemiripan

berbagai literatur sosial dan perekonomian.

Page 70: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian dan makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal

tersebut, terlihat sekali keunikan dari beberapa persamaan-persamaannya.

Setelah menganalisa dari berbagai sudut pandang dalam perayaan kedua hari

raya tersebut, ada beberapa kebenaran yang sifatnya begitu mirip antara

keduanya, karena pada dasarnya kedua perayaan ini mempunyai dasar

theologi yang sama dan perayaannya dibesarkan dengan sisi yang sama yaitu

dengan dimensi sosial.

Hal ini telah didapatkan dari data-data atau sumber-sumber

kepustakaan. Adapun persamaan-persamaan dari kedua hari raya tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal sama-sama mempunyai sejarah asal

mula perayaannya, keduanya menjadi dasar theologi terjadinya perayaan-

perayaan tersebut.

2. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal pada dasarnya mempunyai makna rasa

syukur terhadap Tuhannya.

3. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal tersirat sebuah makna keruhanian dan

keagamaan yang sama yaitu mempunyai makna kembali, tetapi esensi dari

makna kembali tersebut berbeda.

4. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal sangat terlihat sekali dimensi sosialnya

yang sangat tinggi, oleh karena itu keduanya mengandung makna sosial.

61

Page 71: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  62

Hal ini juga yang membesarkan kedua perayaan tersebut menjadi semakin

marak dan menggembirakan.

5. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal juga sisi perekonomiannya sangat

tinggi oleh karenanya kedua perayaan tersebut mempunyai makna

perekonomian.

B. Saran

Pengertian dan makna Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal begitu

sangat luas. Beberapa di dalamnya mengandung makna keruhanian dan

keagamaan untuk para umat yang merayakannya. Hal yang terpenting adalah

bagaimana seseorang menjiwai makna keruhanian tersebut yang ditambah

dengan makna sosial, agar selalu terciptanya hidup yang harmonis, hidup yang

beriman, saling menghargai dan menghormati, saling mengasihi dan

menyayangi sehingga manusia dalam menjalani roda kehidupannya akan

terasa lebih berarti dan bermakna.

Selanjutnya, karena penulisan ini untuk memberikan gambaran dan

pengetahuan namun karena terlalu luas dan banyak pembahasan mengenai

Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal baik dari segi keruhanian atau keagamaan,

sosial dan ekonomi, penulis merasa belum sempurna dalam menyelesaikan

skripsi ini, karena kesempurnaan adalah hanya milik sang kholik. Jadi apa bila

ada berbagai kekurangan di dalam penulisan ini harap untuk memakluminya.

Jika ingin mengetahui lebih jelasnya mengenai pembahasan dalam penulisan

ini harap untuk mencari informasi dan bahan-bahan tulisan yang digunakan

dengan merujuk kepada sumber-sumber pembahasan tentang Hari Raya Idul

Fitri dan Hari Natal.

Page 72: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

DAFTAR PUSTAKA

Bahannan, Hanan Hoesin, Dkk, Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya, Maktabah Salafy Press, 2002.

Bungin, Burhan, Metode penelitian Kulaitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Carm, Bosco da Cunha O., Merayakan Karya Penyelamatan Dalam Kerangka Tahun Liturgi, Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara / LPKN).

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.

Echols, Jhon M., dan Shadily, Hasan, Kamus Indonesia Inggris, Jakarta: PT. Gramedia, 1989.

Al-Ghazali, Imam, Ihya Ulumuddin, Lebanon: Daar al-Manar, 1997.

Glase, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Hamid, Samsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, Jakarta: Penebar Salam, 1997.

Hamka, Tuntunan puasa, Tarawih dan Idul Fitri, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1993.

Al-Husain, Abu al-Baqa Ayyub ibn Musa, Al-Kulliyat: Mu’jam Fi al-Mustalah Wa al-Furuq al-Lugowiyah, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992.

Iman, Muis Sad, Pendidikan Partisifatif: Menimbang Konsep Fitrah Dan Progresivisme John Dewey, Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2004.

Ipphos, Umat Katholik dan Protestan Merayakan Natal Bersama, Jakarta: PN, 1947.

Ismail, Andar, Selamat Natal, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985.

Al-Jaziri, Abdurrahman, Fiqh Madzahib al-Arba’ah-Dalilun Masyru’iyyatun Sholat al-‘Idain, Kairo: Daar Al-Hadist, tt.

Keene, Michael, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Madjid, Nurcholish, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri, Jakarta: Paramadina, 2000.

63

Page 73: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  64

Madjid, Nurcholish, Tiga Puluh Sajian Ruhani: Renungan di Bulan Ramadhan, Bandung: Mizan, 1999.

Munawwir, DKK, Azas-Azas kepemimpinan Dalam Islam, Surabaya: Usaha Nasional, tth.

Muthahhari, Murtadha, Fitrah, Jakarta: Lentera, 2008.

Nasir, Mohammad, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Pemuda Gereja kreatif, Theologi of Prosperity in Christmas, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009.

Pemuda Gereja kreatif, Natal, Eksklusif dan Glamour, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009.

Qardhawi, Yusuf, Fiqih Shiyam: Puasa Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, Jakarta: Islamuna Press, 1996.

Roham, Abujamin, Ensiklopedi Lintas Agama, Jakarta: Emerald, 2009.

Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab dan Rukyat: Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani, 1996.

Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: PT. Amythas Publicita, 2007.

Salim, Abdu Al-Rasyid, Bidayat al-Anam Bisyarhi Bulugh al-Marom, Darul Ittihad, 2001.

Suyuti, Ahmad, Nuansa Ramadhan: Puasa dan Lebaran, Jakarta: Pustaka Amani, 1996.

Windu, Marsana, Tuntunan Cepat dan Lengkap Memahami Natal, Yogyakarta: Tabora Media, 2006.

Wijaya, Stan D., Hari Demi Hari Mempersiapkan Natal, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Yaqub, Ali Musthafa, Islam Masa Kini, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.

_______Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

_______Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan”, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009.

_______Encyclopedia Britannica, Volume 19, Ed 11.

Page 74: MAKNA PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL

  65

_______Mari Mewarnai : Menyambut Natal, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

_______Sahabat Gembala: Natal Bukan Sekedar Tradisi, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2008.

Article From Bulletin, Natal Bukan Sekedar Pesta: Toleransi Kehidupan Beragama, 2007.