Post on 02-Aug-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin modern ternyata tidak hanya memberi
dampak positif. Gaya hidup modern yang tidak baik dan terlalu sibuk serta
ketidakteraturan pola makan mengakibatkan tingkat kesehatan semakin menurun.
Apalagi orang yang terlalu sibuk sehingga lebih memilih mengkonsumsi jenis
makanan fastfood yang umumnya berasal dari sumber makanan hewani yang
cenderung miskin zat gizi dan tinggi kalori sehingga meningkatkan berbagai
risiko penyakit, khususnya penyakit degenerative seperti obesitas, jantung
koroner, hipertensi, diabetes dan lain-lain.
Sumber makanan hewani banyak mengandung zat gizi makro khususnya
protein yang sangat diperlukan tubuh. Tetapi disamping itu, sumber makanan
hewani banyak mengandung kolesterol dan lemak yang berbahaya bagi kesehatan
jika asupan berlebihan. Sedangkan sumber makanan nabati jauh lebih bermanfaat
bagi kesehatan karena tidak mengandung zat yang meningkatkan risiko penyakit.
Karena alasan tersebut, dewasa ini banyak orang yang memilih diet vegetarian
yaitu pola makan yang mengindari daging, susu, telur dan olahannya yang mereka
yakini dapat lebih menjaga kesehatan di samping juga banyak alasan lain.
Beberapa penelitian di bidang gizi dan kesehatan telah menunjukkan
manfaat menjadi vegetarian terhadap kesehatan terutama penyakit degeneratif.
Tidak hanya itu, beberapa masalah yang terkait dengan vegetarian pun telah
dikenali dan dicarikan solusinya.
Hasil Survei tahun 1997 melaporkan terdapat 1% penduduk Amerika
Serikat adalah vegetarian. Angka ini meningkat menjadi 2,5% pada tahun 2000
dan 2,8% tahun 2003. Penduduk Inggris yang bervegetarian pada tahun 1987
sebanyak 3%, meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 1997 menjadi 5,4%.
Newspoll Survei pada tahun 2000 melaporkan terdapat 2% penduduk Australia
adalah vegetarian dan 18% penduduk lebih menyukai makanan vegetarian,
sedangkan di India pada tahun 2003 terdapat lebih dari 50% penduduknya adalah
vegetarian. Jumlah vegetarian yang terdaftar pada Indonesia Vegetarian Society
(IVS) saat berdiri pada tahun 1998 sekitar lima ribu orang dan meningkat menjadi
enam puluh ribu anggota pada tahun 2007. Angka ini merupakan sebagian kecil
dari jumlah vegetarian yang sesungguhnya karena tidak semua vegetarian
mendaftar menjadi anggota. Di Indonesia terdapat tiga ratusan balita vegetarian
dimana hampir sepertiganya berdomisili di DKI Jakarta.
Orang vegetarian biasanya menurunkan diet vegetarian tersebut kepada
anak-anaknya mulai dari bayi. Tetapi banyak pro-kontra antara boleh tidaknya
anak-anak menjalankan diet vegetarian apalagi vegan karena balita merupakan
salah satu kelompok yang rawan kekurangan gizi dan berada dalam masa
pertumbuhan yang cepat serta akan mempengaruhi status gizi fase kehidupan
selanjutnya, maka secara teoritis balita tidak dianjurkan menjalani diet vegetarian
karena dikhawatirkan akan menderita gizi kurang. Bahkan ada di salah satu
negara orang tua vegan tidak boleh mengadopsi anak karena diet vegetarian pada
anak-anak benar-benar akan menyebabkan anak kurang gizi.
Telah dilakukan banyak penelitian tentang status gizi vegetarian anak-anak
namun hasil yang didapatkan berbeda antara pihak peneliti yang pro dan kontra
diet vegetarian pada anak-anak.
Dalam makalah ini akan dijabarkan tentang status gizi vegetarian anak-
anak yang sudah didukung dengan hasil penelitian-penelitian baik dari pihak yang
mendukung atau pun yang tidak mendukung.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa
rumusan masalah antara lain:
1. Apakah diet vegetarian dianjurkan untuk anak-anak?
2. Bagaimana status gizi anak vegetarian?
3. Bagaimana pengaruh diet vegetarian terhadap status gizi anak-anak
vegetarian?
2
4. Bagaimana pola makan anak vegetarian?
5. Apa saja dampak positif dan negative diet vegetarian pada anak
vegetarian?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan manfaat penulisan antara lain:
1. Mengetahui diet vegetarian apakah dianjurkan untuk anak-anak atau tidak.
2. Mengetahui status gizi anak vegetarian.
3. Mengetahui pengaruh diet vegetarian terhadap status gizi anak-anak
vegetarian.
4. Mengetahui bagaimana pola makan anak vegetarian.
5. Mengetahui apa saja dampak positif dan negative diet vegetarian pada
anak vegetarian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Vegetarian
1. Pengertian Vegetarian
Vegetarian berasal dari kata vegetus, yang artinya lincah, segar dan penuh
dengan daya semangat hidup. Vegetarian mempunyai dua pengertian, yakni
pengertian sebagai kata benda dan kata sifat. Sebagai kata benda, berarti orang
yang berpantang makan daging, tetapi hanya makan sayur-sayuran dan bahan
makanan nabati lainnya. Sebagai kata sifat, vegetarian berarti tidak mengandung
daging atau kebiasaaan berpantang daging. Dengan demikian, kaum vegetarian
sudah tentu akan menjauhkan diri dari makanan yang mengandung daging.
Terdapat banyak alasan orang memilih diet vegetarian, antara lain: agama
(Hinduism, Buddhism, Judaism, Sikhism, Christianity), etika, lingkungan,
ekonomi, pekerjaan, psikologis dan demografi.
2. Jenis-jenis Vegetarian
Kata vegetarian mengacu pada pola makan tanpa daging hewani. Produk-
produk hewani lainnya seperti susu sapi, telur ayam dan madu dihindari oleh
sebagian orang vegetarian yang percaya bahwa pola makan seharusnya
berdasarkan atas makanan-makanan nabati. Jenis-jenis vegetarian dijelaskan
menurut ukuran sejauh mana menghindari produk-produk hewani, dari pola
makan pseudo-vegetarian yang meliputi sebagian dari daging hewan hingga vegan
murni, yang menghindari segala macam produk yang berasal dari hewan.23 Jenis-
jenis vegetarian tersebut antara lain:
1. Vegan
Vegan kadang diartikan sebagai vegetarian murni, atau vegetarian total. Vegan
(istilah yang mengambil suku kata pertama dan terakhir dari kata “vegetarian”)
tidak memakan produk hewani apapun. Kelompok vegetarian ini meninggalkan
sama sekali produk hewani dan turunannya, termasuk gelatin, keju, yoghurt.
Selain itu, mereka juga menghindari madu, royal-jelly, dan produk turunan
4
serangga. Sebagian besar orang vegan menghindari madu karena dibuat oleh
lebah, yang sering terbunuh pada saat pengambilan madu dari sarangnya. Mereka
juga menghindari penggunaan produk hewani seperti kulit hewan ataupun
kosmetik yang mengandung produk hewani.3,23
2. Vegetarian Lacto
Vegetarian Lacto adalah tipe vegetarian yang mengonsumsi bahan pangan
nabati dan berpantang makan daging ternak, daging unggas, ikan, dan telur
beserta produk olahannya namun masih mengonsumsi susu.
3. Vegetarian Ovo
Vegetarian Ovo adalah tipe vegetarian yang berpantang makan daging
ternak, daging unggas, ikan dan susu beserta produk olahannya namun masih
mengonsumsi telur.
4. Vegetarian Lacto-Ovo
Vegetarian Lacto-Ovo adalah tipe vegetarian yang paling umum ditemui.
Tipe ini tidak mengonsumsi segala jenis daging, baik daging ternak ataupun
daging unggas dan juga ikan. Namun, mereka masih mengonsumsi susu dan telur.
5. Pseudo-vegetarian
Karena kepercayaan yang salah bahwa vegetarian adalah orang yang
hanya menghindari “daging merah” maka banyak orang yang menyebut dirinya
sebagai vegetarian walaupun memakan daging ayam dan ikan secara rutin. Karena
unggas dan ikan adalah termasuk hewan, pola makan demikian paling baik
diistilahkan sebagai pseudo-vegetarian. Tipe vegetarian ini kadang juga
dinamakan dengan istilah pollo-vegetarian atau pesco-vegetarian. Pollo-
vegetarian adalah tipe vegetarian yang masih mengonsumsi daging unggas, seperti
daging ayam, kalkun dan bebek tapi tidak mengonsumsi jenis daging lainnya.24
Sedangkan pesco-vegetarian atau juga dikenal dengan pescatarian adalah tipe
vegetarian yang menghindari segala jenis daging, namun masih mengonsumsi
ikan.
6. Semi Vegetarian atau Flexitarian
Flexitarian adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi daging sekali
atau dua kali dalam seminggu atau pada saat-saat tertentu saja.
5
7. Fruitarian
Fruitarian adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi buah-buahan
sebagai makanan sehari-hari.
3. Pola Makan Vegetarian
Pola makan vegetarian mengandung serat yang lebih tinggi, maka diperlukan
kalori yang tinggi untuk memenuhi semuanya. Akan tetapi terdapat kecendrungan
untuk memakan kalori yang lebih sedikit jika volume makanan yang dimakan
berjumlah sama. Masalah tersebut dapat diatasi dengan memakan volume
makanan yang lebih besar pada setiap hidangan dan menu makan lebih sering.
(Eisma).Diet vegetarian diyakini membawa manfaat kesehatan bagi para
pengikutnya atau pelakunya. Manfaat utama melakukan diet vegetarian adalah
mencegah dari berbagai jenis penyakit degeneratif seperti kolesterol tinggi,
jantung koroner, asam urat, hipertensi, diabetes, dan kanker. Penyakit-penyakit ini
biasanya dipicu oleh pola makan tinggi lemak hewani , protein, garam, tinggi
gula, namun rendah serat. Sedangkan diet vegetarian minim asupan produk
hewani. Pola makan vegetarian juga memungkinkan tubuh banyak mendapan
asupan vitamin dan mineral. Di dalam tubuh, vitamin dan mineral merupakan zat
pengatur, menjaga dan memelihara kesehatan tubuh. Dengan tubuh yang sehat,
tentu beragam serangan penyakit, terutama jenis penakit yang disebabkan oleh
virus. Asupan yang tinggi sumber serat pelaku diet vegetarian juga dapat
mencegah tubuh dari risiko kanker saluran pencernaan.
Orang vegetarian cenderung memiliki tubuh yang langsing dan resiko
menderita penyakit berbahaya menurun drastis. Hal ini disebabkan karena diet
vegetarian meningkatkan konsumsi phytochemical. Zat ini banyak terdapat pada
buah buahan dan sayuran yang berwarna. Lutein terdapat pada brokoli sementara
lycopene terdapat pada tomat. Phytochemical adalah antioksidan yang sangat kuat
dan dipercaya mampu melindungi tubuh dari kanker.
6
4. Manfaat Diet Vegetarian
Pada tahun 1961, majalah Journal of American Medical Association
menyatakan bahwa pola makan vegetarian bisa mencegah penyumbatan urat nadi
jantung hingga 97%. Menurut Rita Butram. PhD kepala bidang makanan dan
kanker dari lembaga kanker nasional (NCI) Amerika Serikat, 35 – 40% dari
semua kematian karena kanker ada kaitannya dengan makanan. Dengan mengikuti
prinsip-prinsip makanan sehat vegetarian dapat mencegah dan meningkatkan
kekuatan. Makanan vegetarian dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu: sayur-
sayuran, buah buahan, umbi, padi, kacang, susu murni, madu, bumbu-bumbu
dapur, makanan olahan vegetarian (tahu, tempe), air mineral, rumput laut dan
ganggang laut serta telur.
5. Kekurangan Diet Vegetarian
Selain bermanfaat untuk kesehatan, diet vegetarian memiliki kekurangan
dimana beberapa unsul atau mineral tertentu tidak dapat dipenuhi hanya dengan
produk nabati. Tidak ada makanan tunggal dapat menyediakan semua nutrisi yang
dibutuhkan tubuh. Sebagai contoh, pelaku diet vegan menghilangkan sumber
makanan vitamin B-12, serta produk-produk susu, yang merupakan sumber
kalsium yang baik sehingga pelaku diet vegan beresiko kekurangan kalsium dan
vitamin B-12. Untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin B-12 dan kalsium maka
pelaku diet vegan harus makan makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin B-
12 seperti sereal, susu kedelai, yoghurt kedelai, tempe dan tahu.
Berikut beberapa resiko kekurangan nutrisi atau zat tertentu bagi pelaku diet
vegetarian antara lain :
a. Kekurangan asam lemak omega-3.
Asam lemak Omega-3 penting untuk meningkatkan kolesterol baik (HDL),,
menurunkan tekanan darah kesehatan jantung, mata dan perkembangan otak.
Asam Lemak Esesesial ini tidak dapat disintesis tubuh sehingga dibutuhkan
asupan dari makanan. Asam lemak ini banyak ditemukan pada ikan yang
berlemak dan telur. Diet vegetarian yang tidak termasuk ikan dan telur umumnya
7
memiliki resiko kekurangan asam lemak omega-3. Jika anda tidak mengkonsumsi
kedua jenis makanan tersebut maka anda harus mencari alternatif sumber asam
lemak omega 3 yang lain. Biji labu, biji rami, walnuts dan minyak sari kedelai
adalah pilihan yang tepat. Karena tubuh tidak bisa memproduksi asam lemak
omega 3 maka perlu dipertimbangkan suplemen omega-3 dari luar.
b. Kekurangan protein atau asam amino.
Protein membantu menjaga kesehatan kulit, tulang, otot dan organ juga
merupakan zat gizi yang berperan penting dalam perkembangan otak. Bagi pelaku
diet semi vegetarian, vegetarian lacto dan lacto ovo, kebutuhan asam asam amino
masih bisa dicukupi dari asupan susu dan telur, namun bagi pelaku vegetarian
vegan perlu kecermatan di dalam memilih sumber protein nabati. Diantaranya
adalah produk olahan kacang kedelai seperti susu kedelai, tahu, tempe, kacang-
kacangan, biji-bijian dan gandum.
c. Kekurangan Vitamin D dan kalsium
Jika anda mengkonsumsi susu, keju dan yogurt, anda tidak akan perlu khawatir
kekurangan kalsium untuk memperkuat tulang. Nah, masalah terjadi jika anda
vegetarian maka anda harus mencari sumber kalsium alternatif. Beberapa sumber
kalsium alternatif dari tanaman antara lain susu kedelai yang diperkaya, jus jeruk,
biji bijian, kacang kacangan dan beberapa sayur berwarna hijau. Orang yang
menolak minum susu juga akan kehilangan sumber vitamin D. Para pelaku
vegetarian dapat memperoleh vitamin D dari sinar matahari dan bila kurang bisa
ditambah dari suplemen.
d. Kekurangan Zinc
Meskipun zinc banyak dijumpai pada menu vegetarian namun penyerapan di usus
tidak sebagus zinc yang berasal dari daging. Solusinya ya harus mengkonsumsi
makanan yang mengandung zinc dalam jumlah banyak. Sumber zinc yang cukup
bagus antara lain susu, keju, gandum, kacang, kedelai, tumbuhan polong.
8
e. Kekurangan Zat besi
Daging merah merupakan sumber utama zat besi, begitu juga dengan sayuran
yang berwarna hijau, kacang goreng, sereal yang diperkaya dan gandum. Seperti
halnya zinc, zat besi yang berasal dari tanaman juga tidak mudah diserap tubuh
sehingga dibutuhkan makanan dalam jumlah banyak atau dikombinasi dengan
vitamin C yang dapat mempermudah penyerapan zat besi.`
Memang, menu utama vegetarian adalah sayur dan buah-buahan. Namun, tentu
saja itu tidak cukup. Para vegetarian perlu suplemen (makanan tambahan)
tertentu, untuk mengganti kekurangan bahan yang dibutuhkan tubuh akibat tidak
mengonsumsi pangan hewani. Terutama untuk bahan kalsium, zat besi, yodium
dan vitamin B kompleks. Suplemen didapatkan dari luar bahan makanan pokok.
Namun, sejauh vegetarian tidak merasa mengalami gangguan dengan
kesehatannya, tidak mengkonsumsi suplemen juga tidak apa-apAa.
B. Status Gizi Vegetarian Anak-Anak .
1. Diet Vegetarian untuk Anak-Anak
Terdapat perbedaan pendapat antara dianjurkan atau tidaknya anak-anak
menjalankan diet vegetarian. Ada yang berpendapat bahwa anak-anak bahkan
sejak bayi tidak apa-apa menjalankan diet vegetarian dan ada yang berpendapat
bahwa diet vegetarian tidak dianjurkan untuk anak-anak.
American Dietetic Association (ADA) menyetujui bahwa diet vegetarian
memang bisa dijalani oleh segala usia. Dalam makalah berjudul Feeding your
Baby the Vegetarian Way, seperti dikutip New Beginnings, 2000, ADA
menyatakan bila direncanakan dengan tepat, bayi yang berdiet vegetarian bisa
mendapat seluruh nutrisi yang diperlukan untuk proses tumbuh kembangnya
Orang tua vegan atau vegetarian biasanya menurunkan diet vegetarian
kepada anaknya bahkan sejak bayi. Mereka yakin bahwa tidak apa-apa bayi
menjalankan diet vegetarian karena memang sejak lahir sampai 6 bulan kelahiran
9
bayi hanya mengonsumsi ASI yang secara tidak langsung berarti juga vegetarian
sehingga mereka hanya perlu meneruskan diet vegetarian tersebut karena mereka
yakin bayi tidak akan kekurangan gizi dengan diet vegetarian. Menurut Dr Sri S
Nasar, SpA (K) tidak apa-apa bayi menjadi vegetarian, tetapi memang dibutuhkan
perhatian lebih dari orangtua untuk menjaga kebutuhan gizi bayinya dari
makanan-makanan nabati tercukupi. Pada sebuah penelitian terhadap 5.000 anak,
peneliti menemukan bahwa diet vegetarian jauh lebih sehat dibandingkan dengan
diet non vegetarian. Hanya harus diperhatikan kecukupan nutrisi terutama protein
dan lemak.
Sedangkan menurut pihak yang tidak menganjurkan diet vegetarian untuk
anak-anak karena mereka khawatir anak-anak akan mengalami gizi kurang
terutama kekurangan zat besi, vitamin B12, vitamin D dan lain-lain.
2. Status Gizi Anak Vegetarian
a. Penelitian 1
Penelitian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak vegetarian
pertama kali dilakukan oleh Hardinge pada tahun 1954 dengan besar sampel 30
anak vegetarian berumur 13–17 tahun. Desain penelitian yang digunakan adalah
cross-sectional untuk menilai status gizi berdasarkan indeks antropometri.
Hardinge melaporkan bahwa pertumbuhan anak vegetarian lakto ovo mirip
dengan kelompok anak non vegetarian yang sebaya, sedangkan anak vegan
memiliki tubuh lebih kecil dengan berat badan (BB/U) dan tinggi badan (TB/U)
yang lebih rendah dari kelompok anak non vegetarian yang sebaya.
Hasil-hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa anak vegetarian pra
sekolah (1,5-4,5 tahun) mempunyai asupan energi protein dan lemak, kolesterol,
niacin, sodium dan serum feritin yang lebih rendah dari anak non vegetarian,
tetapi lebih tinggi asupan karbohidrat, vitamin A, C, E dan kalium, serta cukup zat
Fe, Zinc dan B12. Anak vegan jika dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi
daging, akan cenderung lebih pendek (TB/U) dan kurus (BB/TB) serta berisiko
kekurangan zat-zat gizi penting untuk pertumbuhan. Penelitian di India, Inggris
dan Amerika Serikat membuktikan bahwa kelompok vegan dan jenis vegetarian
10
lainnya menderita kekurangan vitamin B12. Kurang energi dan protein merupakan
faktor yang mempengaruhi status gizi balita.
b. Penelitian 2
Dari sumber dan penelitian lain yang dilakukan pada sampel 148 balita (75
vegetarian, 73 non vegetarian) yang dipilih secara purposive sampling pada
populasi di DKI jakarta 2008, hasil penelitian menunjukkan tidak ada balita
vegetarian yang menderita gizi kurang apalagi gizi buruk. Sebaliknya malah
terdapat balita vegetarian yang kelebihan gizi/berat badan. Prevalensi obesitas
balita vegetarian sebesar 5,3% dan balita non vegetarian 12,3%. Terdapat 13,3%
balita vegetarian dan 8,2% balita non vegetarian yang gemuk, 56% balita
vegetarian dan 57,5% non vegetarian berstatus gizi normal, namun terdapat 25,3%
balita vegetarian dan 21,9% balita non vegetarian berisiko gemuk (Tabel 1).
Distribusi Balita Vegetarian dan Non Vegetarian Menurut Status Gizi
Berdasarkan Indeks Antropometri BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U di DKI
Jakarta Tahun 2008
11
Hasil uji T independen untuk beda dua mean Z skor menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang bermakna antara status gizi (IMT/U) balita vegetarian
lakto ovo dengan balita non vegetarian (p>0,05) berdasarkan semua indeks
antropometri menurut standar baku WHO 2005, yaitu BB/U (Berat Badan
menurut Umur), TB/U (Tinggi Badan menurut Umur), BB/TB (Berat Badan
menurut Tinggi Badan) dan IMT/U (Indeks Massa Tubuh menurut Umur). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
Hasil uji statistik multivariat regresi logistik multinomial menunjukkan
bahwa faktor yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi
(IMT/U) adalah penghasilan keluarga dan umur balita pada balita vegetarian lakto
ovo setelah dikontrol dengan pemberian ASI, pendidikan ibu dan pengetahuan
gizi ibu sebagai konfounder. Penghasilan keluarga merupakan faktor yang paling
dominan hubungannya dengan status gizi (IMT/U) pada balita vegetarian.
Sedangkan faktor yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi
(IMT/U) pada balita non vegetarian adalah penyakit infeksi dan status gizi (IMT)
ibu setelah dikontrol dengan anak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
dan ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi makan anaknya sebagai
konfounder. Penyakit infeksi merupakan faktor yang paling dominan
hubungannya dengan status gizi (IMT/U) pada balita non vegetarian.
Obesitas dan kelebihan berat badan yang dialami oleh balita vegetarian
dan non vegetarian dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh kelebihan asupan
energi daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. Kelebihan energi oleh tubuh akan
diubah menjadi lemak yang akan disimpan sebagai jaringan lemak di bawah kulit
dan pada organ-organ lain. Kelebihan energi dapat terjadi sebagai akibat dari
asupan energi yang berlebihan, penggunaan energi yang kurang (aktivitas fisik
kurang) atau kombinasi dari keduanya. Obesitas pada vegetarian kemungkinan
disebabkan karena berlebihnya asupan karbohidrat seperti yang dikemukakan
hasil penelitian pertama.
12
Tabel 2.Uji Beda Mean Z skor Balita Vegetarian Dengan Non Vegetarian Menurut Indeks BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U di DKI Jakarta Tahun 2008
3. Penelitian 3
Penelitian tentang vegetarian pada anak pernah dilakukan tahun 1989. Para
periset menemukan, dari 404 anak yang diteliti di sebuah komunitas di wilayah
Tennessee, AS, tidak ada perbedaan signifikan dalam pertumbuhan anak
vegetarian dan nonvegetarian. Memang, di usia 1-3 tahun, anak yang menjalani
diet vegetarian di daerah tersebut sedikit lebih kecil ketimbang anak Amerika
pada umumnya. Namun, begitu menginjak usia 10 tahun, pertumbuhan mereka
kembali setara.
Bila dirata-rata, pertumbuhan anak vegetarian sama dengan anak lainnya.
Hal ini mematahkan anggapan bahwa anak vegetarian bertubuh lebih kecil, kurus,
dan pucat. Meski demikian, para ahli mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya
defisiensi vitamin dan mineral pada anak vegetarian, terutama vitamin B12, yang
banyak terdapat pada makanan sumber hewani.
4. Lakto-Ovo
Lakto-ovo vegetarian termasuk diet yang cukup longgar ketimbang vegan
atau vegetarian murni. Pada lakto-ovo vegetarian, anak masih bisa mengonsumsi
13
telur, susu, serta produk olahannya, kecuali daging dan ikan. Sejauh ini tidak ada
perbedaan mencolok antara anak yang melakukan diet vegetarian dengan anak
nonvegetarian, baik dari sisi pertumbuhan maupun inteligensinya. Jurnal
Kedokteran Pediatrics dan pada pembahasan penelitian 2 di atas juga
menyebutkan hal serupa.
Kebutuhan zat gizi anak yang cukup tinggi adalah vitamin D, zat besi,
kalsium, dan zinc. Nutrisi lain yang juga diperlukan anak vegetarian adalah
protein, vitamin B12, dan riboflavin. Kalsium bisa diperoleh dari susu dan produk
olahannya. Kemungkinan anak-anak yang menerapkan diet lakto-ovo vegetarian
kekurangan kalsium, zat besi, maupun vitamin B12 sangat kecil. Sebab, sumber
kalsium bisa didapat dari sumber makanan seperti tahu, sayur berdaun hijau tua,
bok choy, brokoli, kacang-kacangan, kedelai, dan sereal.
5. Pengaruh Diet Vegetarian Terhadap Status Gizi Anak-Anak
Vegetarian.
a. Zat Besi (Fe)
Kandungan zat besi lebih banyak ditemui pada protein hewani daripada
sayuran. Hal inilah yang membuat kaum vegetarian sering dicurigai lebih rentan
terkena anemia ketimbang kelompok non-vegetarian. Sebenarnya belum ada
kesimpulan pasti terkait risiko anemia pada vegetarian. Menurut dr. Cindiawaty
Pudjiadi, MARS, MS, SpGK, meskipun stok zat besi pada kelompok vegetarian
lebih rendah dibandingkan non-vegetarian, kadar zat besi mereka belum tentu ada
pada level defisiensi atau kekurangan. Menurut ahli gizi dari IPB Drs. Rimbawan,
PhD, kunci dari diet vegetarian yang sehat adalah keanekaragaman. Artinya,
pangan yang kurang nutrisi A harus ditutupi dengan pangan yang kaya nutrisi A.
Dari hasil penelitian yang ada, prevalensi anemia karena difisiensi zat besi
hanya terjadi 10% pada vegan. Hal ini terjadi karena mereka mengonsumsi
makanan yang beranekaragam dan juga mengkonsumsi suplemen zat besi
sehingga kebutuhan zat besi mereka tercukupi. Selain itu banyak mengonsumsi
makanan sumber vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Ini
membuktikan tidak ada pengaruh yang kuat antara diet vegetarian dan status zat
gizi ada tubuh asalkan semua syarat terpenuhi.
14
b. Vitamin D
Anak vegetarian rentan terkena difisiensi vitamin D disebabkan karena bayi tidak
diberikan susu yang mengandung vitamin D dan kegagalan penyediaan suplemen.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jamaica terhadap tiga bayi vegan
mendapatkan hasil bahwa semua bayi mengalami rakhitis karena diet vegan yang
ketat bahkan salah satu bayi menderita anemia.
Asupan vitamin D minimum yang diperlukan untuk mencegah rakhitis sekitar 100
IU / d. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ASI mengandung lebih dari 400
lu / l vitamin D dalam bentuk yang larut dalam air. Namun, laporan terbaru
menyangkal klaim bahwa jumlah signifikan biologis vitamin D aktif tercukupi.
Untuk mencukupi kebutuhan vitamin D anak-anak vegetarian harus diberi
suplemen selama 1 tahun pertama dan harus terpapar sinar matahari.
Rakhitis yang terjadi pada tiga pasien anak vegetarian tersebut karena tidak
diberikan suplemen vitamin D dan tidak terpapar matahari serta bersamaan
dengan kekurangan kalsium. Jadi diet vegetarian pada anak-anak tidak
berpengaruh langsung terhadap difisiensi vitamin D.
Table Data Hasil Pemeriksaan Biokimia pada Pasien
c. Vitamin B12
Sumber makanan nabati merupakan sumber makanan yang rendah vitamin B12.
Hasil penelitian menunjukkan rendahnya kadar konsentrasi vitamin B12 pada
serum anak vegetarian. Difisiensi vitamin B12 dalam juklah sedikit tidak akan
15
mempengaruhi stetus gizi dan perkembangan anak. Untuk mencegah difisiensi
vitamin B12 maka perlu diberikan suplemen.
6. Pola Makan Anak Vegetarian
Menu vegetarian berarti seseorang tidak mengonsumsi produk hewani
sama sekali seperti daging, susu sapi atau produk susu lainnya. Prinsip penyediaan
makanan bagi anak vegetarian adalah menyediakan makanan yang seimbang dan
bervariasi, memilih makanan yang tinggi nilai gizinya, dan focus pada makanan
yang mengandung kalsium dan zat besi. Ada empat komposisi makanan yang
sebaiknya diberikan pada anak vegetarian yaitu kelompok padi-padian, sayur,
buah, dan kacang-kacangan. Dengan kombinasi yang tepat, gizi anak bisa
terpenuhi dengan baik.
1. Protein
Bayi dan anak yang vegetarian biasanya akan mengambil asupan protein
dari tahu, tempe serta kacang-kacangan dan susunya pun menggunakan susu
kedelai. Sementara itu diketahui bahwa kandungan protein biologis dari tahu dan
tempe ini lebih rendah dari daging.
2. Zat Besi
Hal yang harus diperhatikan adalah mengenai asupan mineral bagi bayi
seperti zat besi. Walaupun zat besi juga didapat dari makanan sumber nabati, jenis
zat besi pada sumber nabati tergolong nonheme dan kurang mudah diserap tubuh.
Berbeda dengan zat besi dari sumber hewani, seperti daging merah, yang
tergolong heme dan mudah diserap tubuh. Sehingga jika hanya mengkonsumi
sumber nabati ada risiko bayi vegetarian rawan mengalami kekurangan zat besi.
Jika kekurangan zat besi ini berlangsung terus bisa meningkatkan risiko anemia
pada anak di masa depan. Jadi untuk menurunkan risiko difisiensi zat besi dan
anemia anak-anak vegetarian juga mengkonsumsi suplemen zat besi. Untuk
menyiasati proses penyerapan itu, para ahli menganjurkan agar makanan kaya zat
besi dari sumber nabati dikonsumsi bersama dengan makanan tinggi vitamin C.
16
Hal ini juga perlu diperhatikan orangtua yang menerapkan bayinya
menjalani ovo-vegetarian (masih mengonsumsi telur). Karena meskipun telur juga
mengandung zat besi tapi penyerapan di dalam tubuhnya tidak terlalu bagus.
3. Kalsium
Sedangkan asupan kalsium didapat dari sayuran hijau tua seperti bok choy,
brokoli, kacang-kacangan, produk kedelai, bok choy, brokoli, kacang-kacangan
dan lentil.
4. Asam Lemak Esensial
Di dalam tubuh, asam lemak ini diubah menjadi senyawa turunannya,
yaitu EPA (asam eikosapentaenoat) dan DHA (asam dokosaheksaenoat). Asam
lemak omega 3 berperan besar pada perkembangan sel saraf, otak dan indera
penglihatan. Penelitian yang dilakukan oleh Helland IB et al (2003) menemukan,
bahwa suplementasi yang cukup selama kehamilan dan menyusui bermanfaat
untuk perkembangan otak janin dan IQ bayi di masa mendatang. Bagi vegetarian,
omega 3 ini banyak terdapat pada minyak dari biji - bijian, seperti minyak kedelai,
minyak bunga matahari, minyak jagung dan minyak wijen serta sayuran berwarna
hijau (seperti, bayam, brokoli). Asam lemak ini merupakan precursor (bahan)
pembentukan asam arakidonat (AA). Pembentukan DHA dan AA membutuhkan
asupan asam linoleat dan asam linolenat dari luar tubuh. Selanjutnya, enzim akan
mengubah asam linoleat menjadi AA dan mengubah asam linolenat menjadi
DHA. Kedua komponen ini dibutuhkan dalam jumlah besar pada saat tumbuh
kembang otak bayi. Asam linoleat banyak terdapat di dalam bahan makanan
nabati dan aneka produk olahannya, seperti minyak kedelai, minyak jagung,
minyak wijen, minyak kacang tanah, minyak biji kapas dan minyak bunga
matahari.
17
Tabel rekomendasi anak vegetarian
7. Mengetahui Dampak Positif dan Negative Diet Vegetarian pada Anak
Vegetarian
1. Dampak Positif
Anak-anak yang dibesarkan dengan diet vegetarian memiliki keuntungan yang
sangat besar bagi kesehatannya. Mereka memiliki resiko yang jauh lebih kecil
untuk menderita masalah berat badan, diabetes, tekanan darah tinggi, dan
beberapa bentuk kanker. mengenai rekomendasi ini. Semua protein dan nutrisi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dapat diperoleh dari makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan.
a. Mencegah kanker
Lebih dari sepertiga kematian akibat kanker kemungkinan dikaitkan
dengan diet. Menjalankan diet yang baik sejak awal kehidupan adalah penting
18
dalam meminimalkan kemungkinan terkena penyakit ini. Vegetarian dapat
menurunkan risiko beberapa kanker dan ada beberapa alasan untuk ini. Diet
tinggi buah-buahan dan sayuran segar sekarang diakui menjadi salah satu cara
yang paling penting untuk membantu mencegah kanker. Sumber makanan nabati
mengandung kadar antioksidan yang tinggi seperti vitamin A, E dan beta-karoten
serta serat. Kanker payudara, prostat dan usus besar semuanya terkait dengan
konsumsi produk hewani seperti makanan susu dan daging. Makanan tinggi
jumlah daging merah (terutama olahan daging merah) misalnya daging sapi,
daging babi dan domba, yang diketahui terkait dengan 20-40% peningkatan risiko
kanker kolorektal.
b. Diabetes
Diabetes Militus merupakan suatu kondisi dimana tubuh gagal meregulasi
hiperglikemia yang kronis, artinya DM bukan hanya berarti defisiensi sekresi
insulin. Ada semakin banyak bukti dari sejumlah studi yang menunjukkan bahwa
paparan awal karena mengkonsumsi susu sapi kemungkinan merupakan pemicu
diabetes tipe I. Satu alasan adalah susu sapi dapat menghancurkan sel-sel dalam
pankreas yang mengeluarkan insulin. Dewasa ini terdapat kasus diabetes tipe II di
atas 150 juta kasus dan 80% dari penderita mengalami kelebihan berat badan
Sekarang ada bukti jelas bahwa tanaman-berpusat, tinggi serat, protein sedang /
diet lemak dapat sangat meningkatkan pengendalian diabetes dan mengurangi
risiko.
c. Keracunan makanan
Produk hewani merupakan 95% penyebaba dari semua kasus keracunan makanan
dan anak-anak sangat rentan terkena keracunan makanan. Menjalankan pola
makan yang sehat di masa kecil, membantu mengurangi resiko terjadinya
berbagai penyakit degeneratif di kemudian hari dan menurunkan risiko keracunan
makanan. Infeksi E.coli sekarang dianggap sebagai penyebab terbesar akut
(jangka pendek) gagal ginjal pada anak. Hewan ternak, di ternak tertentu, yang
dianggap sebagai reservoir infeksi.
d. Penyakit jantung
Studi penelitian pada anak-anak jelas menunjukkan bahwa tanda-tanda pertama
aterosklerosis (tersumbatnya arteri) yang terjadi pada usia yang sangat muda
19
merupakan tahap awal terjadinya penyakit jantung. Penyakit jantung adalah
pembunuh nomor satu di Inggris tetapi kemungkinan kematian akibat penyakit
jantung berkurang sekitar 25% dengan tidak mengkonsumsi daging karena
vegetarian lebih ramping dan memiliki tekanan darah dan kadar kolesterol yang
lebih rendah daripada non vegetarian sehingga risiko mengalami penyakit jantung
menurun.
e. Mencegah alergi dan lactose intolerance
Lactose intolerance banyak terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa
karena intoleransi terhadap protein pada susu sapi (kasein) dengan gejala diare
dan muntah. Susu sapi murni juga merupakan penyebab kehilangan darah akibat
pencernaan yang mungkin meningkatkan risiko pada perkembangan anemia
defisiensi besi. Susu sapi seharusnya tidak diberikan selama tahun pertama
kelahiran bayi. Anak-anak dan orang dewasa dapat juga intoleransi terhadap gula
(laktosa) yang ditemukan dalam susu sapi.
f. Perkembangan IQ
Dalam sebuah studi yang melakukan test perkembangan kesehatan
terhadap anak-anak vegetarian, terindikasi bahwa perkembangan umur mental
anak-anak vegetarian lebih dari setahun lebih tua dibandingkan umur kronologis,
hal ini berarti IQ di atas rata-rata (IQ rata-rata = 116) serta memberikan jaminan
bahwa perkembangan otak adalah normal.
Dilihat dari jenis sumber makanannya, vegetarian mampu memenuhi
kebutuhan zat gizi baik secara kualitas maupun kuantitas untuk pertumbuhan dan
perkembangan otak. Zat gizi yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak antara
lain protein, mineral (Fe, Iodium), vitamin dan asam lemak esensial (ALE). Zat-
zat gizi tersebut terkandung dalam makanan sehari - hari. Asam lemak esensial
(ALE) adalah jenis asam lemak yang tidak bisa disintesis oleh tubuh, hanya
diperoleh dari makanan. Yang termasuk dalam asam lemak esensial adalah asam
lemak Omega 3 dan Omega 6. Kekurangan asam lemak esensial dapat
menyebabkan sel - sel neuron mengalami kekurangan energi untuk proses tumbuh
kembangnya. Padahal asam lemak esensial ini tidak bisa dibentuk dalam tubuh
dan harus dipasok langsung dari makanan. Sesungguhnya kebutuhan tubuh akan
20
asam lemak esensial hanyalah 2% dari total kebutuhan energi. Bila kebutuhan zat
gizi ini tidak terpenuhi, maka kemungkinan terjadi pertumbuhan sel - sel otak
yang tidak optimal serta menimbulkan kelainan yang berpengaruh pada tingkat
kecerdasan.
2. Dampak Negatif
Menurut dokter anak lulusan FK Universitas Padjadjaran ini, tidak adanya
sumber hewani kurang baik untuk pencernaan. Usus bakal tidak mengenal
makanan sumber hewani. Proses pertumbuhan anak juga menjadi kurang baik.
Perlu diketahui bahwa makanan sumber hewani membantu proses pembakaran
menjadi energi dengan lebih baik. Dr. Dida lebih menyarankan penerapan pola
umum gizi seimbang yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan
mineral. Lemak dan protein berasal dari sumber nabati dan hewani.
Selain diet vegetarian dapat menurunkan risiko penyakit jantung ternyata
diet vegetarian juga dapat meningkatkan risiko aterosklerosis dan jantung koroner.
Hal ini terjadi karena diet vegetarian menyebabkan menurunnya status vitamin
B12 dan sehingga meningkatkan konsentrasi hemosistein pada plasma darah.
Hiperhemosistein dapat meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung
koroner. Dampak negative lain vegetarian bagi anak-anak adalah meningkatkan
risiko kekurangan beberapa mikronutrients seperti vitamin B12, kalsium, vitamin
D dan zat besi jika tidak dipenuhi kebutuhan dengan pemberian suplemen.
Kekurangan vitamin B12 juga dapat menyebabkan kemampuan kognitif menurun.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Masih terdapat perbedaan pendapat antara boleh atau tidaknya diet
vegetarian untuk anak-anak. American Dietetic Association (ADA)
menyetujui bahwa diet vegetarian memang bisa dijalani oleh segala usia.
Dalam makalah berjudul Feeding your Baby the Vegetarian Way, seperti
dikutip New Beginnings, 2000, ADA menyatakan bila direncanakan
dengan tepat, bayi yang berdiet vegetarian bisa mendapat seluruh nutrisi
yang diperlukan untuk proses tumbuh kembangnya. Pada sebuah
penelitian terhadap 5.000 anak, peneliti menemukan bahwa diet vegetarian
jauh lebih sehat dibandingkan dengan diet non vegetarian. Hanya harus
diperhatikan kecukupan nutrisi terutama protein dan lemak.
2. Status gizi anak lakto ovo vegetarian tidak berbeda dengan anak non
vegetarian. Sedang anak vegan jika dibandingkan dengan anak yang
mengonsumsi daging, akan cenderung lebih pendek (TB/U) dan kurus
(BB/TB) serta berisiko kekurangan zat-zat gizi penting untuk
pertumbuhan. Penelitian di India, Inggris dan Amerika Serikat
membuktikan bahwa kelompok vegan dan jenis vegetarian lainnya
menderita kekurangan vitamin B12. Kurang energi dan protein merupakan
faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Untuk penelitian di Amerika
memang, di usia 1-3 tahun, anak yang menjalani diet vegetarian di daerah
tersebut sedikit lebih kecil ketimbang anak Amerika pada umumnya.
Namun, begitu menginjak usia 10 tahun, pertumbuhan mereka kembali
setara
Tetapi pada hasil penelitian di Indonesia anak vegetarian justru lebih
banyak yang gemuk dan lebih tinggi risiko obesitasnya. Ini diakibatkan
22
pengkonsumsian makanan sumber energi seperti karbohidrat yang
berlebih.
3. Anak vegetarian tidak akan mengalami difiseiensi zat besi, vitamin D dan
vitamin B12 selama dalam pola makan menyertakan suplemen dan
menjalankan pola makan yang bervariasi.
4. Prinsip penyediaan makanan bagi anak vegetarian adalah menyediakan
makanan yang seimbang dan bervariasi, memilih makanan yang tinggi
nilai gizinya, dan focus pada makanan yang mengandung kalsium dan zat
besi. Ada empat komposisi makanan yang sebaiknya diberikan pada anak
vegetarian yaitu kelompok padi-padian, sayur, buah, dan kacang-
kacangan. Dengan kombinasi yang tepat, gizi anak bisa terpenuhi dengan
baik.
5. Dampak positif diet vegetarian pada anak-anak antaralain: mencegah
kanker, diabetes, penyakit jantung, laktosa intolerance, keracunan
makanan dan bagus untuk perkembangan otak. Sedangkan dampak
negative nya antara lain: proses pertumbuhan anak juga menjadi kurang
baik, proses pembakaran menjadi energi dengan kurang baik karena
sumber hewani membantu proses pembakaran, terjadi peningkatan risiko
aterosklerosis dan penyakit jantung jika difisiensi vitamin B12 dan
penurunan kemampunan kognitif.
23
REFERENSI
www.ajcn.org/content/89/5/1693S.full.pdf
ucanr.org/freepubs/docs/8373.pdf
http://www.ajcn.org/content/48/3/811.full.pdf
http://vegetariannutrition.net/docs/School-Aged-Children-Vegetarian-Nutrition.pdf
http://www.springerlink.com/index/n8g382j767210tnv.pdf
http://www.vegetarian.org.uk/factsheets/health4kidsfactsheet.pdf
http://www.ivs-online.org/v2/infovege/info3.pdf
http://www.vegansociety.com/booklets/PBNBahasa.pdf
http://usupress.usu.ac.id/files/Info%20Kesehatan%20Masyarakat%20Vol_%20xii%20No_%202%20Desember%202008.pdf
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ed03082734.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22426/4/Chapter%20II.pdf
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1874810/pdf/canmedaj01383-0052.pdf
http://www.ajcn.org/content/35/2/204.full.pdf
24