Post on 11-Dec-2015
description
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya hanturkan kehadirat Allah subhanawata’ala, Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah penelitian ini dengan
judul: “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KESELAMATAN KERJA NELAYAN DI DUSUN PULAU OSI” yang dilakukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas dalam Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura.
Dengan terselesaikannya penyusunan penulisan dan penelitian ini, saya
selaku penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu,
saya memohon kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan
kesempurnaannya. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya. Amin.
Ambon, 19 Juni 2015
P e n u l i s
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………… 1
KATA PENGANTAR ……………………………………………… 2
DAFTAR ISI ……………………………………………… 3
I. LATAR BELAKANG ……………………………………………… 4
II. TUJUAN ……………………………………………… 5
III. ISI PENULISAN ……………………………………………… 7
IV. DISKUSI ……………………………………………… 12
V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 15
VI. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara maritim dimana luas laut berdasarkan
Deklarasi Juanda sesuai dengan hukum PBB/onclosed tahun 1982 adalah
5.176.800 km atau lebih dari dua setengah kali luas daratannya, dengan
jumlah pulau 17.508 yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Zona
Ekslusif Ekonomi (ZEE) 200 mil dari garis pantai menurut Dewan Kelautan
Indonesia 95.181 km. Dengan demikian potensi kekayaan sumber daya
alam hayati laut sangat banyak, termasuk sumber daya alam mineral gas
dan bumi yang terletak dibawah dasar laut (SEA BED). Dengan demikian
didalam pemanfaatan potensi kelautan ini, maka eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam ini dilaksanakan, baik di permukaan laut (pelayaran), di
dalam laut (perikanan) maupun di bawah dasar laut (industry pengeboran
minyak dan gas bumi).
Menurut survey dari 251 responden peselam di 9 (Sembilan) provinsi
di Indonesia, teknik menyelam yang digunakan 56,6% peselam tahan nafas,
33,9% peselam kompressor dan 9,6% peselam dengan scuba.
Nelayan merupakan pengelola sumber daya kelautan dan perikanan
dengan jumlah terbesar dari seluruh pengelola sumber kelautan dan
sebagai pekerja sektor informal dengan resiko kecelakaan yang sangat
tinggi, masih belum mendapat perhatian dari pemerintah yang memadai dari
segi keselamatan kerja. Tingginya kecelakaan kerja pada nelayan masih
menjadi masalah yang belum terpecahkan (Agus Yulianto, 2014).
Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh 3 faktor yaitu
manusia, teknik dan lingkungan. Faktor manusia meliputi usia, kesehatan,
pengetahuan, ketrampilan dan kondisi fisik mereka. Faktor manusia juga
mencakup tindakan tidak aman dari manusia seperti kelalaian/kesengajaan
4
di dalam mentaati peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan serta
kurang terampilnya pekerja itu sendiri. Faktor teknik (struktur perahu) yang
kurang mendapatkan perawatan. Sedangkan faktor lingkungan meliputi
arus, ombak, angina dan suhu udara yaitu keadaan tidak aman dari
lingkungan kerja yang menyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin,
tetapi frekuensi terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak terjadi karena
faktor manusia, karena manusia yang paling banyak berperan dalam
menggunakan peralatan di perusahaan (Sugiarto, 2009).
Berdasarkan faktor-faktor diatas maka dalam penelitian ini saya
hanya memfokuskan pada para nelayan tradisional dan mereka bukan
hanya mencari ikan dengan cara tradisional (kail dan jala) tetapi sering pula
mereka melakukan penyelaman secara tradisional akibat rendahnya
pengetahuan mereka terhadap kesehatan diri, antara lain masih banyakya
nelayan yang menggunakan compressor untuk menyelam.
5
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi tingkat keselamatan kerja nelayan di Dusun Pulau Osi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor persiapan diri saat melaut (human factor)
b. Untuk mengetahui faktor perahu yang digunakan saat melaut
(technical factor)
c. Untuk mengetahui faktor cuaca saat melaut (weather factor)
6
BAB II
ISI PENULISAN
A. Faktor Persiapan Diri
Dari hasil survey dan observasi secara random pada nelayan di Dusun
Pulau Osi dari tanggal 18-19 April 2015 didapatkan bahwa faktor kesiapan
diri yang meliputi perencanaan, perbekalan dan peralatan saat melaut dapat
dikatakan baik sedangkan bila ditinjau dari segi kesehatan terlihat memiliki
hasil yang kurang baik, hal ini diakibatkan karena sebagian besar nelayan
tidak memikirkan kondisi kesehatan dirinya dalam melaksanakan aktivitas
melaut. Dari hasil wawancara dalam bentuk kuisioner, beberapa nelayan
mengaku bahwa walaupun disaat kondisi kesehatan mereka sedang
terganggu dalam hal ini sakit ringan seperti sakit kepala, batuk pilek, mereka
akan tetap pergi melaut. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh pada
konsentrasi pekerjaan mereka saat melaut, dan lebih berbahaya lagi bila
nelayan yang melakukan kegiatan penyelaman untuk mencari biota laut yang
bila dalam keadaan batuk pilek akan menyebabkan kesulitan bernafas saat
berada beberapa meter dibawah permukaan laut saat menyelam sehingga
tentu akan meningkatkan risiko penyakit akibat penyelaman. Hal mengenai
perencanaan seperti jadwal melaut yang sudah ditentukan sebelumnya telah
dibuat walaupun tidak secara tertulis namun para nelayan ini sudah
merencanakan waktu dan tempat yang tepat. Hal mengenai perbekalan, para
nelayan mengaku selalu membawa perbekalan saat sebelum melaut
sehingga tidak kelaparan ketika melaut dan bila aktifitas melaut dilaksanakan
di malam hari maka mereka juga mempersiapkan peralatan melaut yang
meliputi persiapan diri/individu berupa jaket/selimut dan penerang berupa
senter atau lampu petromax mini (lampu strongken, istilah lokal).
Dari beberapa aspek yang termasuk dalam persiapan diri sebelum
melaut meliputi aspek perencanaan, perbekalan dan peralatan maka dapat
7
dinyatakan bahwa nelayan di Dusun Pulau Osi sudah cukup mengerti dan
menyadari betapa pentingnya menyiapkan hal-hal tersebut demi kelancaran
saat melaut, namun bila dtinjau dari segi kesehatannya, mereka masih
kurang menyadari dan kurang mengetahui informasi bahwa terdapat
beberapa akibat yang bisa menjadi fatal bila tetap melaut dalam kondisi
kesehatan yang terganggu. Dengan demikian dapat dikatakan faktor
persiapan diri cukup berpengaruh terhadap keselamatan kerja nelayan di
Dusun Pulau Osi.
B. Faktor Perahu (Faktor Teknik)
Bila ditinjau dari segi kelayakan perahu yang digunakan oleh para
nelayan saat melaut maka dikatakan cukup layak untuk jarak tempuh yang
tidak terlalu jauh ± 30 menit dengan perahu dari pantai. Namun bila ditinjau
dari segi umur maka rata-rata nelayan memiliki kapal dengan usia perahu
yang sudah relatif tua ± 10 tahun. Karena sudah lama digunakan sehingga
perahu yang terbanyak terbuat dengan bahan dasar kayu bukan fiber
sehingga catnya sudah mulai memudar. Kayunya sudah kelihatan mulai
lapuk berwarna kecoklatan dan karena umur perahu yang relatif tua sehingga
beberapa kali badan perahu diperbaiki, ini tampak dengan adanya beberapa
tambalan di badan perahu oleh karena pernah bocor dan tidak ada cadangan
perahu lain yang digunakan oleh para nelayan tersebut.
Nelayan di Dusun Pulau Osi menggunakan perahu yang lebih mirip
long boat panjang ± 2-3 meter dengan menggunakan mesin ketinting untuk
menjalankan perahunya agar dapat melaju lebih cepat dibandingkan dengan
cara mendayung. Perahu yang digunakan juga mendapatkan perawatan
yang teratur oleh para nelayan, sebagian besar dari mereka mengaku
melakukan perawatan sebanyak 2 kali dalam sebulan (30 hari) namun
pergantian ataupun pengisian bahan bakarnya dilakukan setiap kali akan
berangkat melaut.
8
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor perahu cukup
berpengaruh terhadap keselamatan kerja nelayan di Dusun Pulau Osi.
C. Faktor Cuaca (Hujan, Ombak, Angin)
Faktor cuaca juga sangat berpengaruh dan dapat menentukan para
nelayan ini dapat pergi melaut atau tidak pergi melaut, oleh karena rata-rata
nelayan yang melaut ini pergi melaut baik untuk mencari ikan ataupun
mencari biota laut seperti melakukan penyelaman dengan lokasi yang cukup
jauh dari Dusun Pulau Osi sehingga cuaca di laut yang diakui kadang-kadang
tak menentu. Bila tiba musim timur (bulan juni, juli dan agustus) dan barat
(desember, januari dan februari) nelayan relatif mengurangi intensitas melaut,
ini diakibatkan pada saat musim tersebut kondisi alam relatif bergelombang,
dengan angin yang cukup kuat menjadi faktor utama penghambat para
nelayan ini tidak pergi melaut. Nelayan relatif aktif melaut ketika tiba musim
pancaroba 1 (bulan april, mei, juni) dan pancaroba 2 (bulan September,
oktober, November) karena kondisi perairan laut lebih tenang dan
memungkinkan untuk melakukan aktifitas melaut.
Bila ditinjau dari segi faktor cuaca, maka dapat dinyatakan bahwa
nelayan di Dusun Pulau Osi lebih aktif melaut pada saat musim pancaroba
dibandingkan dengan musim timur dan barat. Sehingga dapat dikatakan
faktor cuaca sangat mempengaruhi keselamatan kerja nelayan di Dusun
Pulau Osi.
9
Table 1. Hasil Kuisioner Nelayan
10
RESPONDENFAKTOR KESELAMATAN
KERJAFAKTOR TEKNIK
FAKTOR CUACA
1 100 100 100
2 66,67 100 100
3 66,67 100 100
4 66,67 100 100
5 100 100 100
6 83.33 100 100
7 66,67 0 100
8 66,67 100 100
9 83.33 100 100
10 100 100 100
11 50 100 100
12 66,67 100 100
13 100 100 100
Rata-rata 88.09 92.31 100
Gambar 1. Diagram Pie mengenai distribusi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keselamatan kerja nelayan di Dusun Pulau Osi
Gambar 2. Diagram Batang mengenai distribusi faktor-faktor yang mempengaruhitingkat keselamatan kerja nelayan di Dusun Pulau Osi
11
BAB III
DISKUSI
Lokasi penelitian bertempat di Dusun Pulau Osi bagian dari Desa Eti
Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku.
Gambar 1. Peta Pulau Osi Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB)
Gambar 2. Peta Pulau Osi dan Selat Buano Kabupaten SBB
12
Masyarakat merupakan komunitas yang mendiami wilayah tertentu.
Masyarakat adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi dan berhubungan
serta memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang kuat untuk mencapai tujuan
dalam hidupnya. Masyarakat merupakan sekumpulan individu-individu yang
didalamnya terdapat norma-norma yang harus dijaga dan dijalankan.
Nelayan dapat diartikan sebagai orang yang hasil mata pencaharian
utamanya berasal dari menangkap ikan di laut. Nelayan di dalam Ensiklopedi
Indonesia dinyatakan sebagai orang-orang yang secara aktif melakukan
kegiatan penangkapan ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung
sebagai mata pencahariannya. Nelayan merupakan suatu pekerjaan
menangkap ikan di laut yang dilakukan oleh seseorang. Kebanyakan orang
yang bekerja sebagai nelayan adalah masyarakat yang tinggal di desa pesisir.
Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya
menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana, mulai
dari pancing, jala dan jaring, bagan, bubu sampai dengan perahu atau jukung
yang dilengkapi dengan alat tangkap ikan.
Masyarakat nelayan merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja
mencari ikan di laut yang menggantungkan hidup terhadap hasil laut yang tidak
menentu dalam setiap harinya. Masyarakat nelayan cenderung atau bahkan
sering diindentikkan dengan mempunyai sifat keras dan terbuka terhadap
perubahan. Sebagian besar masayarakat nelayan adalah masyarakat yang
mempunyai kesejahteraan rendah dan pendapatan yang tidak menentu.
Komunitas desa pesisir, khususnya nelayan tradisional pada dasarnya
adalah kelompok masyarakat yang kehidupannya sangat bergantung pada hasil
laut. Seperti juga pada masyarakat petani yang kehidupannya tergantung irama
musim, pasang surut kelangsungan hidup keluarga nelayan kecil sangat
dipengaruhi oleh musim panen dan paceklik ikan. Saat kondisi laut sedang tak
bersahabat dan ikan-ikan cenderung bersembunyi di dasar laut, maka pada saat
13
itu pula rezeki terasa berat dan keluarga-keluarga nelayan kecil kemudian harus
hidup seperti serba irit, bahkan kekurangan.
Nelayan kecil merupakan nelayan tradisional yang mencari ikan di laut
dengan menggunakan perahu kecil dan alat tangkap yang sederhana (kail dan
jala) dan tidak banyak tersentuh oleh teknologi canggih. Wilayah perairan yang
dapat diakses oleh nelayan kecil pun tidak sejauh nelayan modern yang
menggunakan banyak teknologi canggih, nelayan kecil hanya mampu
menjangkau perairan di pinggir-pinggir pantai saja, berbeda dengan nelayan
modern yang dapat menjangkau perairan laut sampai jauh di tengah-tengah
laut. Nelayan modern acap kali mampu merespon perubahan dan sering
mensiasati kondisi over fishing, nelayan tradisional seringkali justru mengalami
proses marginalisasi.
Dengan menggunakan alat tangkap yang seadanya dan teknologi yang
sederhana, nelayan kecil hanya mampu memperoleh hasil tangkapan ikan
dalam jumlah yang sedikit pula yang hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, itupun jika saat cuaca dan kondisi lautnya yang sedang bersahabat.
Itulah sebabnya peranan cuaca dan kondisi laut sangat berperan dalam aktivitas
melaut nelayan di Dusun Pulau Osi.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi tingkat keselamatan kerja
nelayan di Dusun Pulau Osi antara lain faktor persiapan diri saat melaut,
faktor perahu yang digunakan dan faktor cuaca.
2. Faktor persiapan diri diketahui memiliki pengaruh yang cukup signifikan
terhadap keselamatan kerja nelayan di Dusun Pulau Osi
3. Faktor perahu diketahui memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keselamatan kerja nelayan di Dusun Pulau Osi
4. Faktor cuaca diketahui memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keselamatan kerja nelayan di Dusun Pulau Osi
B. Saran
1. Perlunya penyuluhan kesehatan mengenai persiapan diri dalam hal
meliputi kesehatan pribadi saat melaut dan pertolongan pertama pada
kecelakaan di laut.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain yang tidak
penulis sajikan pada penelitian ini.
3. Perlunya penyuluhan untuk menjaga kebersihan pantai dari pelbagai
limbah, menjaga keutuhan karang dan melarang penggunaan bom ikan
dan racun ikan, karena untungnya di Pulau Osi mereka tidak pernah
menggunakan bom ikan atau racun ikan karena kedua hal ini sudah
dilarang dan akan merusak karang serta biota laut sehingga mereka
sadar bahwa penggunaan kedua hal ini akan menyulitkan kehidupan
mereka.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas
Kesehatan. Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Hiperbarik Dan
Penyakit Lain Akibat Penyelaman. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan
Kerja Dan Olahraga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.
2. Commercial fishing safety. United States: Fishing Vessel Safety Forum.
[serial online] 2010 Dec [cited 2015 May 20]; [1 screen]. Available from:
URL: http://www.cdc.gov/niosh/topics/fishing/
3. Fishing Vessel Safety. United States: Journal of Safety and Security at
Sea, 2010. Vol 67(4).
4. Vann RD, Butler FK, Mitchell SJ, Moon RE. Decompression illness. Jan
8, 2011;Vol 377.
5. Shahriari A, Khooshideh M, Heidari M. Diseases treated with hyperbaric
oxygen therapy; a literature review. Medical Hypothesis, Discovery &
Innovation Interdisciplinary Journal, 2014;1(2).
6. Latham E, Byrd RP. Hyperbaric oxygen therapy. [serial online] 2014 Dec
19 [cited 2015 May 11]; [16 screens]. Available from:
URL: http://www.emedicine.medscape.com/article/1464149-overview
7. Stephenson JC. Pathophysiology, treatment and aeromedical retrieval of
SCUBA-related DCI. Journal of Military and Veteran’s Health. Apr 2009;
Vol 17(3).
16
8. Naji Z, Siddiqui MR. Assessing the effectiveness of hyperbaric oxygen
therapy in treating disease. [serial online] 2014 Nov 24 [cited 2015 May
11]: [7 screens]. Avalaible from:
URL: http://www.webmedcentral.com/article_view/4767
9. Gupta V, Vijay S, Gupta R, Koul S. Hyperbaric oxygen therapy.
Department of Medicine Govt. Medical College, 2005; 12(1):44-47.
10.Thom SR. Hyperbaric oxygen-its mechanism and efficacy. National
Institutes of Health, 2011; 127(1):131-141.
17