Post on 02-Dec-2021
MAKALAH PEMERIKSAAN PENDAPATAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Substantif
Disusun Oleh Kelompok 1
1. Nabila Aulia Maharani 201810170311061
2. Ika Nurfebrianti 201810170311091
3. Lailatul Mafula 201810170311103
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Gina Harventy, SE, M.Si., Ak., CA.
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami mampu menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik untuk
memenuhi tugas mata kuliah Audit Substantif. Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Gina
dan Bapak Arifah selaku dosen pengampu mata kuliah Audit Substantif yang telah
mendampingi kami dalam penyusunan makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk sekiranya membahas mengenai Audit Substantif dengan
materi “Pengendalian Pendapatan”. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna
pada saat ini ataupun di kemudian hari. Kami penyusun menyadari masih adanya kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, mudah-mudahan dengan adanya kekurangan tersebut. Besar
harapan bagi kami, pembaca dapat memperbaikinya dengan memberikan kritik dan saran yang
membangun sehingga kami akan ada kemajuan yang lebih baik dari sebelumnya.
Malang, 17 Oktober 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................................................... 3
2.1 Lingkup Pendapatan (Piutang) ................................................................................................ 3
2.1.1 Menurut PSAK 15 ........................................................................................................... 3
2.1.2 Menurut PSAK 23 ........................................................................................................... 3
2.2 Tujuan Pemeriksaan ................................................................................................................ 7
2.3 Prosedur Pemeriksaan ............................................................................................................. 7
2.4 Pengendalian Internal .............................................................................................................. 8
BAB III CONTOH KASUS .................................................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin kompleksnya perekonomian di masyarakat tentunya akan berpengaruh atas
transaksi keuangan yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga memerlukan kompetensi
yang tinggi yang mencerminkan transaksi keuangan mereka dengan informasi akuntansi.
Di sisi lain, pertanggungjawaban keuangan kepada pihak pihak yang berkepentingan
memerlukan informasi yang tinggi tingkat keandalannya.
Kebutuhan masyarakat tentang informasi keuangan yang andal menyebabkan
timbulnya informasi keuangan yang andal sehingga menyebabkan timbulnya profesi
akuntan pulik yang sejalan dengan perkembangankebutuhan masyarakat tentang jasa pihak
yang kompeten dan terpecaya untuk menilai kewajaran pertanggung jawaban keuangan
yang telah disajikan oleh suatu perusahaan. Tujuan audit atas laporan keuangan adalah
untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang disajikan
secara wajar, sesuai prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
Laporan keuangan merupakan kumpulan rekening-rekening tertentu yang akan
disajikan dengan cara sesuai dengan standart akuntansi keuangan (SAK). Sebagai contoh,
neraca atau laporan keuangan yang dimana terdiri dari aktiva yang terbagi atas aktiva lancar
dan aktiva tetap yang diantaranya terdiri dari kas, piutang, persediaan, tanah, Gedung dan
sebagainya. Sementara disisi laporan keuangan juga terdapat akun yang terdiri dari
rekening kewajiban dan juga rekening modal. Laporan keuangan juga berperan penting atas
pertanggungjawaban manajemen kepada pihak diluar perusahaan atas posisi keuangan
serta hasil operasi perusahaan selama suatu periode tertentu yang biasanya selama jangan
satu tahun. Laporan keuangan juga harus disusun secara jelas berdasarkan standart
akuntansi dan praktik yang lazim dalam dunia akuntansi. Standar akuntansi ini juga
dijadikan sebagai acuan oleh semua pihak yang terkait atas laporan keuangan. Agar laporan
keuangan tersebut dapat disajikan dan dapat dipercaya atas kewajarannya oleh menejemen
maka dibutuhkan pihak ketiga yang bertugas untuk memeriksa dan menyetakan bahwa
suatu laporan keuangan tersebut disusun sesuai standar akuntansi keuangan. Pihak ini
disebut dengan auditor independen.
Maka sehubungan dengan uraian diatas maka perlu diadakannya perancangan audit
terhadap siklus kegiatan perusahaan khususnya membahas tentang pemeriksaan terhadap
siklus pendapatan dengan pengujian substansif terhadap saldo piutang usaha yang dimana
2
pengujian ini diperlukan sebagai pengendalian untuk ditujukan oleh akuntan publik yang
menguji efektifitas pengendalian dengan kliennya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana lingkup pendapatan, tujuan pemeriksaan pendapatan, prosedur pemeriksaan
pendapatan, dan pengendalian internal pemeriksaan pendapatan dalam suatu
perusahaan?
2. Bagaimana contoh kasus pemeriksaan pendapatan dalam suatu perusahaan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lingkup pendapatan, tujuan pemeriksaan pendapatan, prosedur
pemeriksaan pendapatan, dan pengendalian internal pemeriksaan pendapatan dalam
suatu perusahaan.
2. Untuk mengetahui contoh kasus pemeriksaan pendapatan dalam suatu perusahaan.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Lingkup Pendapatan (Piutang)
2.1.1 Menurut PSAK 15
Menurut PSAK 55 (2015) Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset
keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentutakan dan tidak
memepunyai kuotasi di pasar aktif. Menurut Rudianto (2012:211) piutang dalam
perusahaan dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Piutang Usaha, yaitu piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang
dimiliki perusahaan. Dalam kegiatan normal perusahaan, piutang usaha
biasanya akan dibebankan dalam tempo kurang dari satu tahun, sehingga
piutang usaha diklompokkan ke dalam kelompok aset lancar.
2) Piutang Bukan Usaha, yaitu piutang yang timbul bukan sebagai akibat dari
penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan, yang termasuk dalm
kelompok piutang bukan usaha adalah persekot dalam kontrak pembelian, klaim
terhadap perusahaan angkutan atau barang yang rusak atau hilang, klaim
terhadap perusahaan asuransi atas kerugian yang dipertanggungjawabkan,
klaim terhadap karyawan perusahaan, klaim terhadap retitusi pajak, piutang
deviden dan lain-lain.
2.1.2 Menurut PSAK 23
- Penjualan barang
Paragraf 14 PSAK 23 menyatakan bahwa “Pendapatan dari penjualan
barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a) entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli;
b) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual;
c) jumlah pendapatan dapat diukur secara handal;
d) kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
e) biaya yg terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan
tersebut dapat diukur dengan andal”.
4
Apabila salah satu dari kelima syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu
transaksi penjualan, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu
pendapatan.
- Penjualan jasa
Paragraf 20 PSAK 23 menyatakan bahwa “Jika hasil transaksi yang
terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan
sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat
diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut ini terpenuhi:
a) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b) kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas;
c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat
diukur dengan andal; dan
d) biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal”.
Apabila salah satu dari keempat syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu
transaksi penjualan jasa, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu
pendapatan.
- Penggunaan aset entitas oleh pihak yang menghasilkan bunga, royalti dan
dividen
Paragraf 29 PSAK 23 menyatakan bahwa “ Pendapatan yang timbul dari
penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan
dividen diakui jika:
a) kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas;
b) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal”.
2.1.3 Dan lain-lain
Tidak mengatur pendapatan dari:
- Sewa (PSAK 30)
5
Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada
lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati.
PSAK 30 (Revisi 2007) diterapkan dalam akuntansi untuk semua jenis sewa
kecuali:
(1) sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas alam
dan sumber daya lainnya yang tidak dapat diperbarui; dan
(2) Perjanjian lisensi untuk hal-hal seperti film, rekaman video, karya
panggung, manuskrip (karya tulis), hak paten dan hak cipta
- Deviden dari investasi dengan metode ekuitas (PSAK 15)
PSAK 15 diterapkan oleh seluruh entitas yang merupakan investor
dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan atas investee.
• Metode ekuitas adalah metode akuntansi di mana investasi pada awalnya
diakui sebesar biaya perolehan. Ditambah atau dikurangi untuk mengakui
bagian laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan. Pengakuan atas
pendapatan komprehensif investee diakui sebagai pendapatan komprehensif
dan kenaikan investasi pada pembukuan investor. Distribusi dari investee
mengurangi nilai tercatat investasi.
• Hak suara potensial tidak mempengaruhi bagian laba investor.
- Kontrak asuransi (PSAK 28 &36)
➢ Perubahan pada PSAK 28: Kontrak Asuransi Kerugian.
1) Tidak ada perubahan pada Liabilitas kontrak jangka pendek.
2) Terdapat tambahan paragraf mengenai Aset Reasuransi dimana intinya
mengadopsi isi dari Draft Buletin Teknis yang sebelumnya pernah
dikeluarkan, yaitu penegasan bahwa Aset Reasuransi dihitung
menggunakan pengukuran yang konsisten dengan Liabilitas namun
berdasarkan syarat dan kondisi dari Kontrak Reasuransinya.
3) Untuk Kontrak Jangka Panjang: Masih tetap mengacu pada PSAK 36
namun terdapat perubahan pada PSAK 36.
4) Konfirmasi bahwa Tes Kecukupan Liabilitas (LAT) sebagaimana
disyaratkan pada PSAK 62 tetap harus dilakukan untuk seluruh liabilitas
(liabilitas manfaat polis masa depan dan liabilitas klaim) dan bahwa
6
tingkat diskonto yang digunakan menggunakan tingkat diskonto terkini
yang mencerminkan risiko yang melekatpada liabilitas.
➢ Perubahan pada PSAK 36: Kontrak Asuransi Jiwa
1) Tidak ada perubahan pada Liabilitas kontrak jangka pendek.
2) Untuk kontrak selain kontrak jangka pendek, terminologi “Gross
Premium Reserve” yang sebelumnya ditambahkan pada definisi
pengukuran, dihilangkan; namun definisi pengukuran tidak ada
perubahan (pengukuran tetap menggunakan nilai kini arus kas masa
depan yaitu manfaat, seluruh opsi, beban dan premi).
3) Namun terdapat tambahan paragraf yang membolehkan pengukuran
tidak menggunakan ketentuan pada PSAK 36 revisi ini dan
menggunakan metode yang sebelumnya, jika perusahaan tidak
mempunyai data yang cukup memadai.
4) Tambahan paragraf mengenai Liabilitas negatif dimana intinya
mengadopsi isi dari Draft Buletin Teknis yang sebelumnya pernah
dikeluarkan, yaitu penegasan bahwa Liabilitas negatif tidak
diperbolehkan pada tingkat agregat, namun diperbolehkan pada tingkat
polis.
Perubahan lainnya sama dengan perubahan pada PSAK 28, yaitu
tambahan paragraf mengenai Aset Reasuransi dan konfirmasi mengenai
Tes Kecukupan Liabilitas.
Dengan perubahan ini, maka dapat dipastikan Draft Buletin Teknis yang
sebelumnya pernah dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi IAI tidak akan
diberlakukan, paling tidak untuk waktu dekat ini.
- Perubahan nilai wajar instrument keuangan (PSAK 50&55)
• PSAK 55 (r.2006) keduanya tentang Instrumen Keuangan. PSAK 50
mengatur tentang penyajian, pengungkapan instrumen keuangan sementara
PSAK 55 mengatur tentang pengakuan, pengukuran instrumen keuangan.
Penerapan PSAK 50 & 55 (r.2006) tentang instrumen keuangan tersebut
tidak bisa dihindari, karena kesepakatan umum sebagai sistem akuntansi
yang harus dipatuhi, yang akan berlaku sepenuhnya pada tahun 2010.
7
• PSAK 50 & 55 (r.2006) merupakan standar pembukuan yang mencakup
pancatatan produk, hasil transaksi keuangan baik bagi lembaga keuangan
termasuk bank maupun lembaga non keuangan.
- Perubahan nilai wajar aset lancar lain
- Pengukuran awal dan perubahan nilai aset bilologi dan produk agliculture
(IAS 41)
Ruang lingkup dari IAS 41 adalah aset biologis, produk agrikultur/hasil
yang akan dipanen, dan produk hasil pemrosesan setelah panen. Contoh dari
asset biologis misalnya domba, tanaman kayu hutan, sapi perah, tanaman
belukar dan tanaman buah. Hasil yang akan dipanen contohnya: wool, kayu
bulat, susu, daun, dan buah. Sedangkan produk hasil pemrosesan setelah panen
adalah benang, karpet, papan, keju, the, tembakau, olahan buah dan lain-lain.
- Ekstraksi hasil tambang (PSAK 29 & 33).
2.2 Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha adalah:
1) memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
piutang usaha
2) membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan piutang usaha yang dicantumkan di neraca
3) membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo piutang usaha yang dicantumkan di neraca
4) membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca
5) membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca
2.3 Prosedur Pemeriksaan
1) pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas
2) buat top schedule dan supporting schedule piutang per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca)
3) minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang
dan jika bisa subsequent collectionnya.
8
4) periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger
5) test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice
6) mengirimkan konfirmasi piutang
7) periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sampai mendekati
tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work)
8) periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability
9) periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil
10) test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note, dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), sudah dikirim per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Jika belum dikirim cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun
yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya
11) periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan
12) lakukan prosedur analisis terhadap piutang dan penjualan.
13) periksa apakah penyajian piutang di laporan posisi keuangan (neraca) dilakukan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
14) tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
2.4 Pengendalian Internal
Pertimbangan komponen-komponen pengendalian komponen internal
a. Lingkungan pengendalian
- Uncollectable Account Expense to Net Credit Sales
- Uncollectable Account Expense to AR write-off
- New product revenues to total revenues
- Kebijakan dan praktik SDM
- Uang jaminan karyawan
- Penilaian atas kejujuran dan integritas calon karyawan
9
b. Penilaian resiko
- Cepat terhadap akuntansi dan pelaporan
- Perubahan personalia sumber baru pendapatan
- Standar akuntansi baru
- Pengaruh pertumbuhan
c. Sistem akuntansi
- Bagaimana penjualan dimulai
- Bagaimana barang dan jasa dikirim
- Bagaimana piutang dicatat
- Bagaimana kas diterima
- Bagaimana penyesuaian penjualan dilakukan
d. Monitoring, dengan cari informasi yang terkait kalau ada:
- Kesalahan penagihan
- Ketidak sepakatan kebijakan pengakuan pendapatan atau pengendalian internal
- Reportable condition dari auditor sebelumnya.
Tanggung jawab atas pengendalian yang dilakukan oleh auditor dan metodologi untuk
memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua atas transaksi penerimaan kas. Kebanyakan
prosedur atas pengendalian dalam pengolahan penerimaan kas yang akan dilakukan secara
manual dibandingkan dengan prosedur pengendalian dalam pengolahan penerimaan kas
dilakukan secara manual dibandingkan dengan proedur pengendalian yang dilakukan
dengan komputer.
Auditor biasanya akan menggunakan prosedur pengajuan dalam bentuk pertanyaan,
observasi ataupun inspeksi dokumen untuk mendapatkan bukti bahwa prosedur-prosedur
pengendalian manual telah berfungsi secara efektif.
Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti efektifitas
rancangan dan pengoperasian sistem pengendalian intern perusahaan. Dalam resiko
bawaan yang melekat pada penerimaan cukup tinggi karena adanya kemungkinan
karyawan melakukan kecurangan melalui penggelapan penerimaan kas dan apabila
prosedur analisis menunjukkan kenaikan dalam jumlah hari piutang salah satu
penyebabnya adalah penggelapan kas. Sehubungan dengan resiko bawaan yang terjadi
10
terhadap penerimaan kas atas piutang auditor seringkali melakukan pengujian
pengendalian terhadap penerimaan tersebut. Apabila auditor merencanakan untuk
menetapkan resiko pengendalian pada tingkat rendah, auditor harus memperluas pengujian
efektifitas yang mencakup inspeksi dokumen dan melakukan pengerjaan ulang atas
pengendalian-pengendalian manual.
11
BAB III
CONTOH KASUS
Berikut ini merupakan contoh lembar kerja dari pemeriksaaan pendapatan PT AMANAH:
12
13
14
15
BAB IV
PENUTUP
Laporan keuangan juga berperan penting atas pertanggungjawaban manajemen kepada
pihak diluar perusahaan atas posisi keuangan serta hasil operasi perusahaan selama suatu
periode tertentu yang biasanya selama jangka satu tahun. Daidakannya perancangan audit
khususnya di siklus pendapatan dengan pengujian subtansif terhadap saldo piutang usaha
yang dimana pengujian ini diperlukan sebagai pengendalian untuk ditujukan oleh akuntan
publik yang menguji efektifitas pengendalian dengan kliennya.
Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi
terkait yang terus berulang dengan menyediakan barang dan jasa ke para pelanggan dan
enagih kas sebagai pembayaran dari penjualan-penjualan tersebut. Tujuan utama siklus
pendapatan adalah menyediakan produk yang tepat dengan harga yang sesuai.
Adapun tujuan dari audit transaksi siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti
bahwa saldo-saldo dan transaksi yang berkaitan dengan siklus pendapatan memperoleh
asersi yang berkecukupan (significant assersion). Dari asesri tersebut dapat menunjukkan
derajat manajemen terhadap informasi keuangan yang secara eksplisit dinyatakan dalam
laporan keuangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Edisi 4 Buku I. Salemba Empat. Jakarta
Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing. Edisi 5 Buku I. Salemba Empat. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Standar Akuntansi
Keuangan
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6 Buku II. Salemba Empat. Jakarta