Post on 04-Jan-2016
REFERAT
ASI
Oleh:
Ninditha Retno Pradani, S.Ked.
082011101049
Pembimbing :
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A.
dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp.A.
dr. Ramzy.Syamlan, Sp.A.
dr. Saraswati Dewi, Sp.A.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu
hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada
bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya
perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah
gizi kurang.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling
utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori, protein hal ini banyak
ditemukan bayi dan anak yang masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang
sering disebut “kesundulan” artinya terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah
muncul dilahirkan. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan golongan rentan.
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan
yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol
dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya
perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh
jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung
di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan
pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi
sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat
makanan tambahan yang tertumpu pada beras.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus
dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor
yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan
kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di
masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan
ASI.
Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan
ASI termasik ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah
dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu
(GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang
betemakan “Dengan Asi, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia
Indonesia”. Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai
makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan.Pemberian ASI
tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif.
Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian
pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun. ASI merupakan
makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi.
Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap.
Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu
menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara
penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang
gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan
tambahan selama tiga bulan pertama.
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi,
namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui
melupakan keuntungan menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa
menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya
menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang demikian terus
berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya
pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah
Sakit UGM Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui
sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada
bayi 0-3 bulan yaitu 47% diperkotaan dan 55% dipedesaan (Depkes 1992) dari
laporan SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI
EKSLUSIF kepada bayinya mencapai 47%, sedangkan pada repelita VI
ditargetkan 80%.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.Moh. Efendi di R.S.
Umum Dr. Kariadi Semarang tahun 1977 didapatkan pemberian ASI setelah umur
2 bulan 31,6%, ASI + Susu botol 15,8% dan susu botol 52,6%. Sedangkan
sebelumnya yaitu pada umur 1 bulan masih lebih baik yaitu 66,7% ASI dan
33,3% susu botol, dalam hal ini tampaknya ada pengaruh susu botol lebih besar.
Juga hasil penelitian Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M.
Jamil Padang tahun 1978 -1979 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja
sampai 4-6 bulan pada ibu yang karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah
tangga sebanyak 21,27%. Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari
ibu-ibu yang berpendidikan tamat SD telah memberikan makanan pendamping
ASI yang terlalu dini pada bayi.
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam
pemanfaatan ASI secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi
ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak
menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh
iklan/promosi pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa
semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI .
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam
bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan
makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai
tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health Organization /
Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan
pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya
(bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk
memulai dan mencapai ASI eksklusif yaitu dengan menyusui dalam satu jam
setelah kelahiran Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah
makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun. Menyusui kapanpun bayi
meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang dan malam. Tidak
menggunakan botol susu maupun empeng. Mengeluarkan ASI dengan memompa
atau memerah dengan tangan, disaat tidak bersama anak serta mengendalikan
emosi dan pikiran agar tenang. Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan
berarti pemberian ASI dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan kepada
bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui dua tahun menurut
rekomendasi WHO
2. KEBAIKAN MENYUSUI DAN ASI EKSLUSIF
World Health Organisation (WHO), United Nations Children’s Found
(UNICEF) dan lembaga kesehatan dunia lainnya, seperti juga WABA (World
Alliance for Breastfeeding Action) berpendapat bahwa untuk sebagian besar bayi
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting, kemudian
menyusui dilanjutkan dengan bersama dengan makanan pendamping ASI yang
bergizi, sampai umur bayi 2 tahun atau lebih, proses ini merupakan kunci bagi
tumbuh – kembang sehat optimal bagi anak. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh
sehat dan terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja
akan lebih sehat & cerdas, tetapi juga akan memiliki emotional quotion (EQ) dan
social quotion (SQ) yang lebih baik. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Di negara berkembang, lebih dari 10 juta balita meninggal dunia
pertahun, 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya
dapat dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa
pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan intervensi kesehatan
masyarakat yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka
kematian balita, yaitu sekitar 13%. Pemberian makanan pendamping ASI yang
benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak
lahir hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka 30.000 kematian bayi di
Indonesia tiap tahunnya. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Perlindungan ASI akan semakin meningkat sejalan dengan makin
mudanya usia bayi. Hasil penelitian yang dilakukan di 6 negara berkembang oleh
WHO menunjukkan resiko kematian bayi yang tidak disusui meningkat hingga
40% untuk golongan umur 9-12 bulan, 300% untuk umur 2 – 3 bulan, dan 480%
untuk umur kurang dari 2 bulan. Inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama akan
menyelamatkan 22% kematian balita pertahun dari kematian. (Sentra Laktasi
Indonesia, 2007).
Para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan 22,73%
susu formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang
dipasarkan antara bulan April hingga Juni 2006 telah terkontaminasi
"Enterobacter sakazakii". Berdasar pengujian pada bayi mencit (tikus percobaan),
kontaminasi oleh E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dapat
menyebabkan enteritis (peradangan saluran pencernaan), sepsis (infeksi peredaran
darah) dan meningitis (infeksi pada lapisan urat saraf tulang belakang dan otak).
(Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Hasil berbagai penelitian diatas menyimpulkan bahwa promosi dan
dukungan menyusui tidak saja akan mengurangi jumlah balita yang sakit, tapi
juga akan menyelamatkan jiwa bayi. Mengacu pada hasil penelitian itu, maka
diperkirakan program “Inisiasi Menyusui Dini” dapat menyelamatkan
sekurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama
kelahiran. Pemberian ASI dalam 1 jam pertama pada bayi baru lahir, dapat
memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi yang penting dan dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalan
kehidupannya. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
1. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang
bermanfaat untuk:
Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan
asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen
C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
4. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada bayi.
5. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan
bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga
dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
1. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan”
kepada bayinya.
2. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang
erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
3. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
4. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
5. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa
bulan (menjarangkan kehamilan)
6. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
7. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga
8. Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan
berikutnya
9. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan
zat besisebanyak ketika mengalami menstruasi
10. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui
enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui
empat bulan.
3. MANFAAT ASI
Untuk Bayi
Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik,
terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu.
ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi
seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.Pada umur 6 sampai 12
bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari
60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah
dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari
kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih
memberikan manfaat. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti
halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi.
Untuk Ibu
1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan
pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali
3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih
rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol
susu, dot, dsb
5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas,
dsb
6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya
7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril.
Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya
mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional
8. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah
payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan
diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi
dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.
Untuk Keluarga
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau
minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam
perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.
3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.
4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
5. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga
sebab ASI selalu siap tersedia.
6. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air
panas, dll.
Untuk Masyarakat dan Negara
1. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lain untuk persiapannya.
2. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
3. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih
sedikit.
4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.
5. Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai kayu
bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya.
6. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.
4. PROSES TERBENTUKNYA ASI
Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi mencakup :
1. Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik dari ukuran maupun
berat dari payudara mengalami peningkatan.
2. Laktogenesis :
Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah menjadi sel
sekretoris
Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai terjadi sekresi
susu, payudara menjadi penuh dan hangat. Kontrol endokrin beralih
menjadi autokrin.
3. Galaktopoiesis
4. Involution
PRODUKSI ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh
isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar
Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang
mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung
pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar
Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat
merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan
susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk
menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan
tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang
yang menjadi ranting semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-
cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di
gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang
mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel
Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet
dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih
besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus
lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak
kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam
alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan
anak.
Tentang colostrum :
1. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai
hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
2. Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah. Merupakan
cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
3. Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan
meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan
selanjutnya.
4. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI
Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein
yang utama adalah casein pada colostrum protein yang
utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
5. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI
Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi
sampai 6 bulan pertama.
6. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya
dibandingkan dengan ASI Mature. Total energi lebih
rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml
colostrum.
7. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut
dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila
dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
8. PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
9. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin
di bandingkan ASI Mature.
10. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di
dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan
menambah kadar antobodi pada bayi. Volumenya berkisar
150-300 ml/24 jam.
Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
1. Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
2. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada
minggu ke 3 – ke 5.
3. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat semakin tinggi.
4. Volume semakin meningkat.
Air Susu Mature
ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke
3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. Merupakan makanan yang
dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs ehat ASI
merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi
bayi. ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap
diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai
untuk bayi. Berikut ini adalah cir cirri ASI :
1. Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflaum dan karotin.
2. Tidak menggumpal bila dipanaskan.
3. Volume: 300 – 850 ml/24 jam
4. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:
a. Antibodi terhadap bakteri dan virus.
b. Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type
T)
c. Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
d. Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
e. Faktor resisten terhadap staphylococcus.
f. Complecement ( C3 dan C4)
Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI
mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi
lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus
bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia
minggu kedua.(9) Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya
selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu
memenuhi lkebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu
menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh
ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak
yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi
biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi
sekitar 700-800 ml ASI setiap hari.Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada
beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana
seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun
kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari
penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume
air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat
kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya
memproduksi sejumlah kecil ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya
dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6
bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya
mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang
dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam
tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan
sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi
bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat
meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi
seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal
bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat
kekurangan gizi seringkali ditemukan “merasmus” pada bayi-bayi berumur
sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.
5. Komposisi ASI ideal untuk bayi
Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus,
sembelit, dan alergi. Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit.
Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti
gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan
kepada bayi melalui ASI. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning
(jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan
diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui
sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi
menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas.
Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga
memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan
terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan.
Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena
sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh. Bayi prematur lebih cepat
tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI akan teradaptasi
sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan
dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
Beberapa penyakin lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya:
kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan
Ulcerative Colitis. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-
ASI. Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI
pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang
minum susu formula. Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga
mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat.
Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia
akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi
pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah
untuk menyayangi orang lain.
Komposisi ASI dan Colostrum
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena
colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum
dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung
imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang
kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan
penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak,
mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium
(Na) dan seng (Zn).
Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein
daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya
berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk
gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi,
sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian
protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak
dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi.
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari
lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan
lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak
(lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari
satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 –
2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan
rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hand milk”,
mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan
memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting
diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat
dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat
lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.
Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus
sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat
tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan
juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih
mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama
kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan
chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi
kebutuhan bayi.
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang
diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat
diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi
penyakit polio jarang terjadi pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya sering
terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan
terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap
vitamin D yang terlarut lemak.
Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National research
Council Washington tahun 1990 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI
dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 1. Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml
Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi
Energi (K Cal)
Protein (g)
- Kasein/whey
- Kasein (mg)
- Laktamil bumil (mg)
- Laktoferin (mg)
- Ig A (mg)
Laktosa (g)
Lemak (g)
Vitamin
- Vit A (mg)
- Vit B1 (mg)
- Vit B2 (mg)
- Asam Nikotinmik (mg)
- Vit B6 (mg)
- Asam pantotenik
- Biotin
- Asam folat
- Vit B12
- Vit C
- Vit D (mg)
- Vit Z
- Vit K (mg)
Mineral
- Kalsium (mg)
- Klorin (mg)
- Tembaga (mg)
- Zat besi (ferrum) (mg)
58
2,3
140
218
330
364
5,3
2,9
151
1,9
30
75
-
183
0,06
0,05
0,05
5,9
-
1,5
-
39
85
40
70
70
0,9
1 : 1,5
187
161
167
142
7,3
4,2
75
14
40
160
12-15
246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
1,5
35
40
40
100
65
3,4
1 : 1,2
-
-
-
-
4,8
3,9
41
43
145
82
64
340
2,8
,13
0,6
1,1
0,02
0,07
6
130
108
14
70
- Magnesium (mg)
- Fosfor (mg)
- Potassium (mg)
- Sodium (mg)
- Sulfur (mg)
4
14
74
48
22
4
15
57
15
14
12
120
145
58
30
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI
yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses
maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin
akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam
lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan
untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI
sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari
substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam
linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
6. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada
masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pada masa Kehamilan (antenatal)
1. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat
dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu
maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
2. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan
putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu
perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
3. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan
agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang
cukup.
4. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari
kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari
makanan pada saat belum hamil.
5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam
hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada
istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan
membesarkan hatinya.
b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
1. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara
menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan
bayi pada payudara ibu.
2. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam
sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
3. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam
waktu dua minggu setelah melahirkan.
c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
1. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi,
yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
2. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih
banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
3. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk
menunjang keberhasilan menyusui.
5. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
6. Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta
pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
7. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan
MP ASDI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
Ibu-ibu seharusnya bersyukur bila payudaranya, ternyata dapat
memproduksi air susu yang berlimpah, karena anugrah tuhan ini tidak dimiliki
oleh semua ibu. Meskipun demikian, diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang
melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalm jumlah yang cukup untuk
keperluan bayinya, secara penuh tanpa makanan tamabahan selama enam bulan
pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI
cukup tanpa makanan tambahan selama 3 bulan pertama.
Dalam usia 0-6 bulan bayi sepenuhnya mendapat makanan berupa ASI
dan tidak perlu di beri makanan lain, kecuali jka ada tanda-tanda produksi ASI
tidak mencukupi. Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh
keadaan gizi semasa hamil. Ibu yang semasa hamilnya menderita gangguan gizi
selain akan melahirkan anak yang gizinya tidak baik, juga kemungkinan dapat
melahirkan anak dengan berbagai kelainan dalam pertumbuhannya, atau mungkin
anak akan lahir mati. Sejak terjadinya pembuahan terhadap sel telur dalam rahim
ibu.
Hanya makanan yang memenuhi syarat gizi bagi anak dan bagi ibunya
yang dapat membantu syarat gizi bagi wanita hamil dan pengaturan makanan anak
yang sesuai merupakan masalah pokok yang perlu dihayati oleh para ibu.
Menyusui adalah cara makan aanak-anak yang tradisional dan ideal, yang
biasanya sanggup memenuhi kebutuhan gizi seseorang bayi untuk masa hidup
empat sampai enam bulan pertama. Bahkan setelah diperkenankan bahan
makanan tambahan yang utama, ASI masih tetap merupakan sumber utama yang
bisa mencukupi gizi.
Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi,
manfaatnyabagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh
jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat
dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan
menderita gangguan gizi.
ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur
4bulan. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2
tahun dan baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI,
paling lambat usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 4
bulan pertama.
Adapun makanan bayi umur 0-4 bulan adalah sebagai berikut:
1. Susui bayi segera 30 menit setelah lahir.
2. Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada
periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi
dan ibu. Dengan menysusui akan terjalin hubungan kasih sayang antara
ibu dan anak.
3. Berikan Kolostrum
4. Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap
kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai kosong
merangsang produksi ASI yang cukup.
5. Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal.
6. Berikan ASI 0-10 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.
Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui
tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat
digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus
menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja
dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat
dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara
dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI.
Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping
untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih
jikapada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak
diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah
yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan,
telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk
menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu
yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai
bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam
menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:
1. Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi
menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan
aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus
kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini
akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
2. Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan
pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu.
Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex (reflex
menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan
lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang
mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan
terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup
mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih
gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik
terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit
atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat
berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat.
Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama
yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang
tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari
ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin
dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI
secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan
adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena
AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang
produksi ASI.
e. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu
dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.
Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus
laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan
lancar.
7. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI pada Bayi
ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi
baru lahir. ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6
bulan pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal. Selain sebagai sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga
merupakan media untuk menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayinya.
Hubungan ini akan menghantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu
kepada bayinya serta memikat kemesraan bayi terhadap ibunya, sehingga terjalin
hubungan yang harmonis dan erat. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui
bayinya atau menghentikan menyusui lebih dini. Penelitian dan pengamatan yang
dilakukan diberbagai daerah menunjukkan dengan jelas adanya kecenderungan
meningkatkannya jumlah ibu yang tidak menyusui bayi ini dimulai di kota
terutama pada kelomopk ibu dan keluarga yang berpenghasilan cukup, yang
kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota dan menyebar sampai ke desa-desa.
Banyak hal yang menyebabkan ASI tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di
Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh. Antara lain:
a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang
setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti nenek, kakek, mertua
dan orang terpandang dilingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang,
karena mereka itu umumnya tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka
dalam merawat makanan bayi tidak dapat diwariskan.
b. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan
Teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung
makanan bayi, susu buatan bayi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan
makanan olahan lain.
c. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan
ibu beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI
d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena
tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam
pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.
e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak
sebagai salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi, terdidik
dan mengikuti perkembangan zaman.
f. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya
akan hilang.
g. Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum
semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar
menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru
dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir.
h. Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena
faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu
merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering
menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada putting susu dan adanya penyakit tertentu
seperti tuberkolose, malaria yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu
menyusui bayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan
ASI dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan ibu yang sehat dan
gizinya baik.
Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir
sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat
rendah yang mungkin masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara
ibunya, serta bayi yang dalam keadaan sakit.
Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu
mengenai cara – cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan
kota telah membawa pengaruh terhadap banyak para ibu untuk tidak menyusui
bayinya, padahal makanan penganti yang bergizi tinggi jauh dari jangkauan
mereka. Kurangnya pengertian dan pengertahuuan ibu tentang manfaat ASI dan
menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu
botol (susu formula).Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya
akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang
ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta
kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
Pada penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu –
ibu yang lama pendidikannya 5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu – ibu
yang buta huruf. Demikian juga di Indonesia bahwa pemberian makanan padat
yang terlalu dini. Sebahagian besar dilakukan oleh ibu- ibu yang berpendidikan
rendah, agaknya faktor ketidaktauanlah yang menyebabkannya.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu
terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila
pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan dan memerlukan , maka “let
down reflex” (reflex keluar) akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak
mencela penyusunan, maka pengisapan akan tidak terbatas dan akan menolong
pengeluaran ASI.
Selain itu kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga amat rendah
produksi ASInya, sehingga bayi cendrung mengalami malnutrisi. Alasan lain ibu
– ibu tidak menyusui bayinya adalah karena ibu tersebut secara tidak sadar
berpendapat bahwa menyusui hanya ibu merupakan beban bagi kebebasan
pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya.
Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI
adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak
bergairah mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru
tentang pemberian ASI dan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan ibu
hamil, ibu bersaliin, ibu menyusui dan bayi baaru lahir. Disamping itu juga sikap
sementara penaggung jawab ruang bersaliiin dan perawatan dirumah sakit,rumah
bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun
tidak mau mengusahakan agar iibu mampu memberikan ASI kepada bayinya,
serta belum diterapkannya pelayanan rawat disebagian besar rumah sakit /klinik
bersalin.
Semua faktor– faktor terebut diatas yang dianggap sebagai penyebab
semakin melorotnya kegiatan meminumkan air susu ibu ke kalangan para ibu –
ibu saat ini.
8. Motivasi untuk menyusui.
Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang
normal, dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malu menyusui
bayinya. Kebiasaan itu adpat diciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis
yang melihatnya, sehingga ada kemauan naluriah melakukan hal yang sama. Bila
tumbuh menjadi besar dan punya anak meeka ingin melakukan hal yang serupa.
Sebaliknya, kebiasaan ibu-ibu di kota yang malu-nalu serta sembunyi-sembunyi
menyusui bayinya, tentu akan banyak mempengaruhi tabiat gadis-gadis
disekitarnya untuk berbuat sama, dan menyusui anak merupakan sesuatu hal yang
harus dihindarkan.
Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya untuk menyusui
anaknya, terutama sebelum melahirkan. Dan bila menyusui, hendaknya
ditingkatkan pada masyarakat, pengertian tersebut harus ditanamkan pada anak-
anak gadis sejak masih usia muda, bahwa menyusui anak merupakan bagian dari
tugas biologis seorang ibu.
Didaerah perkotaan, sasaran yang harus diberi pendidikan adalah para
gadis remaja. Didaerah pedesaan, pendidikan harus diarahkan untuk tujuan
mencegah marasmus. Perkembangan teknologi yang telah dapat menciptakan
“humanized milk” menyebabkan nilai ASI dan kebiasaan menyusui yang pada
hakekatnya memberikan fasilitas kemudahan pengadaan susu, murah serta praktis
semakin kurang diminati dan dihindari. Kemajuan dibidang kesehatan lingkungan
dan industri makanan sapihan membuat segalanya menjadi sangat praktis
sehingga para ibu lebih cenderung menggunakan susu botol. Untuk mengatasi
masalah tersebut, ibu-ibu yang mampu harus dihimbau dan diberi motivasi agar
kembali pada praktek menyusui anak sendiri. Karena hal itu mendatangkan
keuntungan bagi hubungan ibu dan anak dan terutama karena hal itu memenuhi
ciri dan kodrat manusia.
9. KETERAMPILAN MENYUSUI
Banyak permasalahan dalam menyusui seperti (nyeri pada puting susu,
susu yang jumlahnya sedikit, atau ibu tidak nyaman dalam menyusui) bisa
dipecahkan dengan meningkatkan teknik dasar dalam menyusui, khususnya dalam
memposisikan ibu dan bayi dengan benar.
Posisi Ibu :
a. Duduklah dengan nyaman dan carilah posisi yang paling nyaman
ketika duduk diatas kursi, atau kursi goyang, kursi berlengan atau
bahkan duduk diatas kasur dengan bersandar pada dinding atau
sandaran kasur.
b. Letakkan bantal dibelakang punggung, dan dibawah lengan yang
akan memberikan tumpuan ketika ibu menggendong bayi.
c. Gunakan tumpuan kaki atau pijakan bila ibu duduk, khususnya
bila menggunakan kursi yang cukup tinggi.
d. Bisa juga ibu bersandar pada sandaran kasur dengan posisi
menghadap bayi dengan menggunakan bantal sebagai penyangga
kepala, leher, punggung dan kaki bagian atas.
Posisi bayi :
a. Disarankan untuk memulai persiapan pemberian ASI dengan
mengenakan pakaian yang sederhana pada bayi atau bahkan tidak
mengenakan pakaian, untuk meningkatkan kontak dengan ibu.
b. Baringkan bayi dalam dekapan ibu, dengan posisi menghadap
payudara. Posisi leher pada lipatan lengan, badan terbaring
disepanjang lengan dan pantat dipegang oleh tangan.
c. Setelah itu putarlah tubuh bayi sedemikian rupa sehingga posisi
bayi berhadapan dengan badan ibu.
d. Posisi tubuh bayi harus dalam kedaan tegak lurus menghadap
tubuh ibu, jangan memutar leher bayi untuk mencapai putting
susu ibu.
e. Jika posisi bayi kurang tinggi, gunakan bantal untuk menyangga
lengan.
f. Posisikan lengan bayi dengan baik, lengan bawah diposisikan di
bawah payudara dan lengan yang atas bila mengganggu bisa
ditahan dengan menggunakan ibu jari lengan yang
menggendong.
Posisi payudara :
a. Hal yang pertama perlu dilakukan dalam persiapan payudara
menjelang menyusui. Secara manual pijatlah payudara untuk
mendapatkan beberapa tetes ASI pada puting ibu, hal ini akan
melembabkan payudara ibu.
b. Tahanlah payudara, beban payudara ditahan dengan telapak
tangan dan jari-jemari di bawahnya dan ibu jari di atasnya.
c. Jauhkan jari dari daerah areola, sehingga menjauhi daerah tempat
bayi menghisap susu, hal ini bertujuan untuk menghindari
kontaminasi.
Proses Memulai menyusui :
a. Dekatkan mulut bayi pada puting yang sudah lembab tadi, lalu
pijatlah bibir bayi dengan lembut untuk merangsang refleks
menghisap pada bayi.
b. Ketika mulut bayi terbuka, segeralah melekatkan mulut bayi di
tengah payudara dan dekatlah bayi dengan erat ke tubuh ibu.
c. Pastikan bayi menghisap hingga areola payudara bukan puting susu
ibu, dengan ini nyeri pada payudara selama menyusui bisa
dihindari.
d. Buatlah penyesuaian dengan irama pernafasan bayi.
e. Ketika bayi sudah menghisap ASI dengan baik maka pastikan kita
mengatur posisi payudara dengan baik, tahan berat payudara
dengan tangan sehingga berat payudara tidak seluruhnya
membebani mulut dan bibir bayi.
f. Hal terakhir yang cukup penting adalah, ketika kita akan
menghentikan pemberian ASI, jangan menarik mulut bayi dari
payudara ketika bayi masih menghisap. Maka hentikan dahulu
hisapan bayi lalu jauhkan bayi dari payudara dengan perlahan-
lahan, hal ini bertujuan agar penghentian menyusui ini tidak
melukai payudara, yang bisa berakibat nyeri hingga infeksi
payudara.
Tanda Cukup Asi
Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah cukup
mendapatkan ASI, atau bahkan banyak juga ibu yang bingung dengan berapa
banyak atau berapa sering pemberian ASI yang baik itu.
Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman
untuk mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu :
a. Bayi menunjukan keinginan dan gairah yang kuat untuk bangun
secara teratur untuk menyusui.
b. Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi
akan terlihat sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya
menghisap dan menelan ASI yang diberikan.
c. Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing
payudara setiap menyusui.
d. Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama.
Disarankan juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk
memberikan ASI selama beberapa minggu awal. Setelah lebih dari
dua bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih cepat, maka
pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan
durasi menyusui menjadi lebih singkat.
e. Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang
cukup.
f. Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal,
mengalami peningkatan berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar
kepala.
g. Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit
yang sehat pula
10. Tips Sukses Pemberian ASI EKSLUSIF
Ini tips dari aku yang sukses ASI eksklusif sampai 6 bulan walaupun
ASI-ku tidak termasuk yang berlimpah dan sukses KB alamiah sampai si kecil 7
bulan.
1. Susui bayi sesering mungkin. Payudara kanan dan kiri. Jangan
dijadwalkan. Produksi ASI mengikuti hukum permintaan, semakin
sering dihisap, maka semakin banyak berproduksi.
2. Pompa payudara sehabis menyusui. Payudara yang kosong akan
semakin mempercepat produksi ASI.
3. Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari payudara kiri
ke kanan, dan sebaliknya. ASI yang keluar setelah 15 menit pertama
justru banyak mengandung lemak yang dapat mengenyangkan bayi.
Jangan lakukan posisi menyusui tiduran sampe ketiduran kalau ibus
punya kebiasaan tidur “pingsan”. Bisa2 bayinya ketindihan dan gak
bisa bernafas.
4. Makan makanan yang bergizi dan minum cairan yang cukup banyak.
Bisa air putih, jus buah, susu rendah lemak, kuah makanan.
Makanannya usahakan banyak sayur hijau dan makanan laut. Daun
katuk segar lebih cepat menghasilkan daripada suplemen seperti Pro
ASI atawa Lancar ASI. Jangan pikirkan diet dulu. Melangsingkan
tubuh bisa dilakukan kapan saja sementara menyusui waktunya cuma
sebentar sementara manfaat baiknya untuk bayi adalah untuk
kecerdasan dan daya tahan tubuhnya.
5. Minum madu juga sangat bermanfaat
6. Ibu harus cukup istirahat dan jangan stres! Stres bikin ASI mendadak
kering.
7. Kalau bayi masih tampak kurang puas juga, pompa ASI dan masukkan
ke botol untuk diberikan ke bayi. Tapi sebenarnya penggunaan dot
tidak dianjurkan paling tidak sampai usia bayi 6 bulan sebab dapat
mengganggu perkembangan sistem syaraf dan struktur tulang kepala.
8. Ini yang paling penting, yaitu RASA PERCAYA DIRI bahwa kita
MAMPU untuk memberikan yang terbaik untuk bayi kita yaitu ASI.
Memberikan ASI eksklusif terutama sangat dianjurkan untuk bayi2 yang
dilahirkan dengan cara caesar. Bayi “caesar” mengalami intensitas kesakitan yang
sangat tinggi dibandingkan dengan bayi lahir normal yang sudah mengalami
exercise dalam proses kelahiran sebelum khirnya muncul ke dunia dan
beradaptasi dengan dunia luar. Dengan memberikan ASI, maka dapat membantu
mencegah infeksi dan mengurangi rasa akit yang diderita bayi.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harus
diberikan pada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa makanan
pendamping.
2. Adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar
persentase ASI secara Eksklusif.
3. Masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pemberian ASI.
B. SARAN
1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang
ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil
tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga
produksi ASI cukup.
2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik
bersalin, Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk
kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan
menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hegar. Badriul. 2008. Bedah Asi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Cabang DKI Jakarta
2. Stefani.Nindya. 2001. Dampak Pemberian ASI Eksklusif terhadap
Penurunan Kesuburan Seorang Wanita. Manado: Bagian Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
3. Siregar.Arifin. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Sumatra Utara: Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
4. Anonim. 2011. Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Pengingkatan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Jakarta: Pusat Kesehatan
Kerja Depkes RI
5. Anonim.1997. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif Bagi
Petugas Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Direktorat Jendral
Binkesmas, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
6. Krisnatuti, D. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta:
Puspa Swara
7. Banani, I. 2011. Asosiasi Ibu menyusui Indonesia: Tanda bayi Menyusu
dengan Baik. (serial online), http://aimi-asi.org/2011/ulasan-polling-
januari-2011/diakses taggal 5 agustus 2011
8. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2010. Rancangan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif. Jakarta: Kementerian Hukum dan HAM
9. Roesli, Utami. 2008.Inisiai Menysu Dini Plus Asi Eksklusif: Jakarta:
Pustaka Bunda.