Post on 07-Jul-2016
description
AKUNTANSI PERBANKAN SYARI’AH
MAKALAH
AKUNTANSI ATAS MUSYARAKAH
Kelompok 7 ;
Agung Dewangga SN 2012310475
M. Chairul Muslim 2013310191
Afif Ubaidillah 2013310889
Samsul Arifin 2013310178
Permana Rizkyllah 2013310783
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2015/2016
Akad Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama di antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam
musyarakah mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai
sustu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya
mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Pembiayaan musyarakah
dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non-kas, termasuk aktiva
tidak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.
Pengertian akad musyarakah :
Menurut 4 madzhab
• A. Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation)
• 1. Pengertian
Secara etimologi: Al-Musyarakah atau “Asy-Syirkah” berarti “percampuran” atau percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya (Lihat: Ibn Mandzur, Lisan Al-’Arab (10/448, Az-Zubaidi, Taj al-’arus (7/148).
Secara terminologi:
• Hanafiah: al-musyarakah adalah akad yang dilakukan oleh dua orang yang bersyirkah (bekerjasama) dalam modal dan keuntungan (Ibn ‘Abidin, Radd al-mukhtar ‘ala ad-dur al-mukhtar (3/364).
• Percampuran dua bagian orang -atau lebih- yang melakukan kerjasama tanpa ada keistimewaan satu sama lain (al-Jurjani, at-ta’rifat (111).
• Malikiah: al-musyarakah adalah suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka (Ad-dardir, Hasyiah ad-dasuki (3/348)
• Syafi’iah: al-musyarakah adalah adanya ketetapan hak atas sesuatu bagi dua orang –atau lebih- yang melakukan kerjasama dengan cara yang diketahui (masyhur) (Al-khathib, Mughni al-muhtaj (2/211)
• Hanabilah: al-musyarakah adalah berkumpul (sepakat) dalam suatu hak dan perbuatan/tindakan (Ibn Qudamah, al-mughni (5/109).
Dari difenisi di atas dapat disimpulkan bahwa al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
Ketentuan Syari’ah
Dewan Syari’ah Nasional menetapkan aturan tentang Pembiayaan Musyarakah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000 [1]sebagai berikut :
1. Pernyataan ijab dan Kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad)
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrakc. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilanb. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakilc. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur asset musyarakah dalam
proses bisnis normald. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola asset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang di sengaja.
e. Seorang mitra tidak di izinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.
3. Obyek akad ( modal, kerja, keuntungan, dan kerugian )a. Modal
Modal yang di berikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama.
Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan
Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan
b. Kerja Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat
Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama priibadi dan wakil dari mitranya
c. Keuntungan Keuntungan harus di kuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan
perbedaan dan sengkata pada waktu alokasi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah
Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan diawal yang di tetapkan bagi seorang mitra
Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu di berikan kepadanya
Sistem pembagian keuntungan harrus tertuang dengan jelas dalam akad
d. Kerugian
Kerugian harus di bagi antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal
4. Biaya Operasional dan Persengketaana. Biaya operasional di bebankan pada modal bersamab. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya di lakukan
melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Jenis-jenis Akad Musyarakah
1. Musyarakah pemilikan (syirkat al-amlak): yaitu persekutuan (kerjasama
partnership) antara dua orang atau lebih dalam kepemilikan salah satu
barang dengan salah satu sebab kepemilikan. musyarakah ini dapat tercipta
karena warisan, wasiat, hibah, jaul beli atau kondisi lainnya yang
mengakibatkan pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih.
Musyarakah pemilikan ini oleh ahli fiqh dibagi lagi menjadi dua:
a. Syirkah ikhtiyar atau perserikatan yang dilandasi pilihan orang yang
berserikat, contoh: dua orang sepakat berserikat membeli suatu
barang atau mereka menerima harta pemberian (hibah, wasiat, wakaf
dsb) maka harta yang mereka beli atau terima secara berserikat
menjadi harat serikat bagi mereka berdua, karena perserikatan muncul
akibat tindakan hukum kedua orang berserikat tersebut.
b. Syirkah ijbari (perserikatan yang muncul secara paksa bukan atas
keinginan orang yang berserikat); yaitu sesuatu yang ditetapkan
menjadi milik dua orang atau lebih tanpa kehendak mereka, seperti
harta warisan yang diterima karena adanya kematian dari salah satu
keluarga. Status kepemilikan secara hukum menurut fukaha adalah
menjadi milik masing-masing yang berserikat sesuai haknya dan
bersifat berdiri sendiri.
2. Musyarakah akad/kontrak (syirkat al-’uqud) yaitu akad kerjasama antara
dua orang atau lebih dan bersepakat untuk berserikat dalam modal dan
keuntungan. Musyarakah akad terbagi menjadi:
a. Syarikah Al-Mufāwadah adalah transaksi kerjasama antara dua orang
atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari
keseluruhan dana (modal) dan berpartisipasi dalam kerja/usaha,
masing-masing setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara
sama. kata “mufawadah” adalah “musawah” (kesamaan). Jumhur
ulama (Hanafiah, Malikiah dan Hanabilah) membolehkan dengan
syarat memiliki porsi yang sama baik dalam berperan pada modal,
hutang dan pelaksanaan operasional. Sementara Syafi’iah tidak
membolehkan, karena ada percampuran pada modal, menurutnya
keuntungan merupakan, sehingga tidak boleh ada perserikatan pada
hasil (cabang) kalau tidak ada persekutuan pada asalnya.
b. Syarikah Al-‘Inām adalah kontrak antara dua orang atau lebih, dimana
setiap pihak memberikan porsi dari kesulurahan dana dan
berpartisipasi dalam kerja, dengan kesepakatan berbagi dalam
keuntungan dan kerugian. Bagian masing-masing pihak tidak harus
selalu sama, sesuai dengan kesepakatan mereka. Ulama fiqh secara
ijma’ (konsensus) membolehkan bentuk transaksi seperti ini.
Landasannya, Rasulullah saw pernah melakukan kerjasama seperti ini
dengan Al-Saib bin Syarik kemudian para sahabatnya melegitimasi
kerjasama tersebut.Namun para ulama fiqh klasik memberikan
ketentuan-ketentuan yang berpariasi dalam kerjasama tersebut:
Hanabilah: hanya membolehkan dalam syaraikah al-abdan (badan)
dan syarikah al-maal (harta); Malikiah: mensyaratkan adanya izin
bertindak atas nama kerjasama tersebut dari ke dua pihak; Hanafiah:
mensyaratkan adanya ijab-qabul untuk menjadi representative,
sehinga ada amanah dalam mengembangkan usaha (modal) kerjasama
tersebut.
c. Syarikah Al-‘Amâl adalah kontrak kerja sama antara dua orang sepropesi
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan, seperti
kerjasama para dokter, advokasi, dan kerjasama seprofesi lainnya.
Kerjasama ini sering juga disebut “syarikah al-abdân” atau “syarikah ash-
shanâi’”.Malikiah: mensyaratkan adanya kesepakatan dalam jenis usaha
dan tempat kerja; Ulama klasik lainnya: tidak menetapkan syarat semacam
itu, namun Hanafiah: menganggap tidak boleh melakukan kesepakatan
kerjasama semacam ini untuk amlak ‘ammah (fasilitas umum) dan bahkan
mereka cenderung mengkategorikannya sebagai syarikah al-mufawadah.
d. Syarikah al-Wujuh adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih
yang tidak memiliki modal, namun memiliki “reputasi dan prestise baik”
atau ahli dalam bisnis. Dengan reputasi dan prestise itu, ia membeli barang
dengan bentuk kredit lalu menjualnya secara tunai. Hasil (keuntungan dan
kerugian) dari kerjasama tersebut dibagi berdasarkan jaminan kepada
penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra. Kontrak kerjasama seperti ini
tidak memerlukan modal, karena hanya didasarkan atas kepercayaan dan
jaminan tersebut. Kerjasama seperti ini lazim disebut sebagai syarikah al-
mafâlis (syarikah piutang). Ulama klasik (Malikiah, Syafi’iah, Zhahiriah)
cenderung tidak membolehkan; Hanafiah dan Hanabilah: menganggapnya
boleh.
e. Syarikah Al-Mudhārabah adalah bagian dari kontrak kerjasama yang
banyak dipraktikan diberbagai lembaga keungan dan aktifitas
perekonomian syraiah, karena kerjasama ini lebih mengacu pada profit and
loss sharing, di mana pihak pemodal (rabbul maal) memberikan modal
kepada pengusaha (mudharib) supaya dapat mengelolanya dalam bisnis.
Keuntungan dibagi di antara mereka berdua sesuai dengan kesepakatan
yang telah ditetapkan.
Rukun dan ketentuan syari’ah
1. Unsur – unsur yang harus ada dalam akad musyarakah ada 4 :
a. Pelaku terdiri dari para mitra
b. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
c. Ijab qabul
d. Nisbah keuntungan (bagi hasil)
2. Ketentuan syariah
a. Pelaku : mitra harus cakap hokum dan baligh
b. Objek musyarakah harus :
Modal :
Modal yang diberikan harus tunai
Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, asset
perdagangan atau asset tak berwujud seperti hak paten dan
lisensi
Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka
harus ditentukan nilai tunainy aterlebih dahulu dan harus
diseoakati bersama.
Modal para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.Kerja
Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakah
Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasi
Setiap mitra bekerja atas dirinya atau mewakili mitra’
Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang lainnya tidak
harus sama, mitra yang bekerja lebih banyak boleh meminta
bagian keuntungan lebih besar.
c. Ijab qabul Ijab qabul disini adalah pernyataan tertulisdan ekspresi
saling ridha antara para pelaku akad.
d. Nisbah
Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra.
Perubahan nisbah harus disepakati paramitra.
Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai
proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi
keuntungan.
. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106) DAN CONTOH KASUS
1. Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan Musyarakah
Modal harus berbentuk tunai dan bisa berupa emas atau perak yang setara.
Modal bisa saja berbentuk trading assets seperti barang, property, dan peralatan
lainnya. Modal mungkin saja juga berbentuk hak tak terujud, seperti hak paten,
hak gadai, paten dan lainnya. Mazhab syafi’i dan maliki mengatakan bahwa dana
yang diperoleh dari mitra harus dicampur agar tidak ada hak istimewa diantara
mereka.. meskipun demikian mazhab hanafi tidak menentukan pembagian dana
dalam bentuk tunai, dan mazhhab Hanbali tidak mensyaratkan adanya
percampuran modal. Partisipasi dari para mitra dalam pekerjaan Musyarakah
merupakan dasar hukum dan dilarang salah satu pihak untuk menghindari atau
tidak mau terlibat.
Modal musyarakah diatur oleh sekelompok asas, di mana yang terpenting
adalah: saham mitra haruslah diketahui, yang di tetapkan dan di sepakati pada
waktu pengadaan akad, dan harus ada dalam bentuk tunai atau semacamnya,
namun tidak dalam bentuk hutang, untuk menghindarkan penipuan, ketidaktahuan
dan ketidakmampuan dalam menggunakan modal.
Ada dua alasan untuk tidak menggunakan nilai historis dalam mengukur
asset non moneter yang mewakili saham Bank Islam dalam Musyarakah yaitu:
Penerapan nilai asset yang sudah disepakati kedua belah pihak harus
menerima hasil dari penilaian akuntansi keuangan yang objektif dan
dibukukan dalam pernyataan Objektif.
Penerapan nilai sesungguhnya untuk mmengukur asset secara ini akan
menjurus ke penerapan konsep kejujuran penyajian sesuai dengan pernyataan
konsep
Dalam PSAK tentang Akuntansi Perbankan Syari’ah, di jelaskan pengakuan dan
pengukuran pembiayaan musyaraah sbb:
1) Pembiayaan Musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai atau penyerahan
aktuva non kas kepada mitra musyarakah.
2) Pengukuran Pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan musyarakah dalam bentuk:
o Kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan
o Aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas, maka selisih tersebut
di akui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan.
b. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai bagian
pembiayaan musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah.
Dalam ketentuan tersebut jelas bahwa pembiayaan musyarakah atau modal
syirkah yang diserahkan oleh bank syari’ah tidak hanya dalam bentuk uang tunai
saja tetapi juga dalam bentuk non-kas atau aktiva yang sejalan dengan usaha yang
akan dilaksanakan. Begitu juga penyerahan modal musyarakah dalam dilakukan
secara bertahap atau secara sekaligus. Untuk memberikan gambaran yang jelas
atas transaksi modal musyarakah tersebut dapat dijelaskan dalam contoh berikut:
Contoh : 1
Pada tanggal 01 Agustus bank Syari’ah memberikan fasilitas pembiayaan
musyarakah kepada Tuan Abdullah dalam usaha pabrik pengolaan kelapa sawit
dan telah disepakati dengan data-data sebagai berikut:
1) Tanggal 05 Agustus dibayar beban pra akad, seperti pembuatan studi
kelayakan proyek, penelitian kelayakan proyek sebesar Rp. 1.000.000,-
2) Modal syirkah keseluruhan sebesar Rp. 150.000.000,- dimana bank syari’ah
mendapatkan porsi modal sebesar Rp. 70.000.000,- dan porsi modal untuk
Tuan Abdullah sebesar Rp. 80.000.000,- dengan nisbah keuntungan, untuk
bank sebesar 40 dan untuk Tuan Abdullah sebesar 60.
3) Modal syirkah yang menjadi porsi bank syari’ah sebesar Rp. 70.000.000,-
dibayar dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tanggal 15 Agustus, dibayarkan modal syirkah dalam bentuk kas sebesar Rp.
20.000.000,-
b. Tanggal 20 Agustus diserahkan modal non kas, berupa dua buah mesin
pabrik yang telah dimiliki oleh bank syari’ah, mesin pertama sebesar Rp.
30.000.000,- yangdibeli dengan harga Rp. 32.500.000,- dan mesin kedua
sebesar Rp. 20.000.000,- yang dibeli dengan harga Rp. 15.000.000,-
Atas transaksi tersebut diatas dilakukan jurnal dan penjelasan sebagai berikut:
Tanggal 01 Agustus pada saat pembiayaan musyarakah disetujui dan
disepakati oleh Tuan Abdullah, bank syari’ah mempunyai kewajiban yang
berupa komitmen atas pembiayaan musyarakah sebesar Rp. 70.000.000,-
Jurnal komitmen (rekening administratif) :
Dr. Kontra komitmenPemb
Musyarakah Rp. 70.000.000,-
Cr. Komitmen Pembiayaan
Musyarakah Rp. 70.000.000,-
Dengan adanya persetujuan pembiayaan mudharabah tersebut, buku besar
komitmen (rekening administratif) bank syari’ah menunjukkan sebagai berikut :
BUKU BESAR (Adm)
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/08 Tn
Abdullah
70.000.000
2. Tanggal 15 Agustus, bank syari’ah menyerahkan modal dalam bentuk uang tunai
kepada syirkah sebesar rp.20.000.000,-
Db. Pembiayaan musyarakah Rp. 20.000.000,-
Kr. Kas/Rekening Syirkah/Kliring Rp. 20.000.000,-
Dr. Komitmen pemb Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Cr. Kontra komitmen Pemb Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar
dan neraca sebagai berikut :
BUKU BESAR (Adm)
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Penyerahan
Modal
20.000.000,- 01/08 Tn
Abdullah
70.000.000
BUKU BESAR (Neraca)
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Tuan
Abdullah
20.000.000
NERACA
Per 15 agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Pembiayaan
Musyarakah
20.000.000
3. Tanggal 20 Agustus pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada syirkah
A. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas atas nilai buku/harga
perolehan. Mesin pertama diserahkan dengan harga pasar/ wajar sebesar Rp.
30.000.000,-, mesin tersebut dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp.
32.500.000,-
Jurnal atas penyerahan modal non kas adalah :
Db. Pembiayaan musyarakah Rp. 30.000.000,-
Db. Kerugian penyerahan
Aktiva Rp. 2.500.000,-
Kr. Aktiva non-kas Rp. 32.500.000,-
Dr. Komitmen Pemby
Musyarakah Rp. 30.000.000,-
Cr. Kontra komitmen
Pemb Musyarakah Rp. 30.000.000,-
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar
dan neraca sebagai berikut :
BUKU BESAR (Adm)
Debet
kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Penyerahan
modal
20.000.000 01/08 Tn
Abdullah
70.000.000
20/08 Penyerahan
mesin
30.000.000
BUKU BESAR (Neraca)
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Tuan
Abdullah
20.000.000
20/08 Tuan
Abdullah
30.00.000
BUKU BESAR (L/R)
Kerugian Penyerahan Aktiva
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
20/08 Penyerahan
mesin
2.500.000
NERACA
Per 15 Agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Pembiayaan
Musyarakah
50.000.000
B. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai buku/harga
perolehan. Mesin kedua dibeli dengan harga perolehannya sebesar Rp.
15.000.000,- dan diserahkan dengan harga jual/wajar Rp. 20.000.000,-
Db. Pembiayaan Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Kr. Aktiva non-kas Rp. 15.000.000,-
Kr. Keuntungan penyerahan aktiva Rp. 5.000.000,-
Dr. Komitmen Pemby Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Cr. Kontra Komitmen Pemb Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi
buku besar dan neraca sebagai berikut :
BUKU BESAR (Adm)
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Penyerahan
modal
20.000.000 01/08 Tn
Abdullah
70.000.000
20/08 Penyerahan
mesin
30.000.000
20/08 Penyerahan
mesin
20.000.000
BUKU BESAR (L/R)
Kerugian Penyerahan Aktiva
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
20/08 Penyerahan
mesin
2.500.000
BUKU BESAR (L/R)
Keuntungan Penyerahan Aktiva
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
20/08 Penyerahan
mesin
2.500.000
NERACA
Per 20 Agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Pembiayaan
Musyarakah
50.000.000
4. Tanggal 05 Agustus 2002 – pada saat pengeluaran biaya dalam rangka akad
musyarakah
Db. Uang muka dalam rangka akad
Musyarakah Rp. 10.000.000,-
Kr. Kas/Kliring Rp. 10.000.000,-
5. Pengakuan biaya akad musyarakah
A. Jika diakui sebagai beban
Db. Biaya akad Rp. 1.000.000,-
Kr. Uang muka dalam rangka musyarakah Rp. 1.000.000,-
B. Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai pembiayaan
Db. Pembiayaan musyarakah Rp. 1.000.000,-
Kr. Uang muka dalam rangka akad musyarakah Rp. 1.000.000,-