Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS...

download Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga)

of 103

Transcript of Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS...

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    1/103

    ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

    (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No.55/064-1/10/10

    di BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana

    Program Studi Syariah Muamalah

    Oleh:

    Dian Novia Cahyani092311020

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

    FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

    2012/2013

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    2/103

    ii

    KEMENTERIAN AGAMA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAMJl. Prof.Dr.Hamka Kampus III Ngaliyan Telp. (024) 7601291 Semarang 50185

    NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Lamp : 4 (empat) eksemplar

    Hal : Naskah Skripsi

    a.n. Sdri Dian Novia Cahyani

    Kepada Yth.

    Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam

    IAIN WALISONGO SEMARANG

    Di Semarang

    Assalamu'alaikum Wr. Wb.

    Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami

    kirim naskah skripsi saudara :

    Nama : Dian Novia Cahyani

    NIM : 092311020

    Judul : ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

    (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No.55/064-1/10/10 di

    BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga)

    Selanjutnya kami mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera

    dimunaqasyahkan. Demikian, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

    Semarang, 3 Juni 2013

    Pembimbing I Pembimbing II

    Nur Khoirin , H., Drs,M.Ag. Nur Hidayati Setyani ,SH.,MH.

    NIP.19630081 1992031 001 NIP.19670320 199303 2 001

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    3/103

    iii

    DEPARTEMEN AGAMA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

    FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

    Jl. Prof. Dr. Hamka KM 02 Ngaliyan Telp. (024) 7601291 Semarang

    PENGESAHAN

    Nama : Dian Novia Cahyani

    NIM : 092311020

    Jurusan : MUAMALAH

    Judul : ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

    (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No.55/064-1/10/10 di BPRS Buana

    Mitra Perwira Purbalingga)

    Telah memunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari'ah dan Ekonomi Islam IAINWalisongo Semarang dinyatakan lulus pada tanggal: 26 Juni 2013

    Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir Program sarjana Strata satu (1) guna

    memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Syari'ah.

    Semarang, 26 Juni 2013

    Mengetahui,

    Ketua Sidang Sekretaris Sidang

    DR.H. Ali Imron, MAg Nur Hidayati Setyani,SH,MH

    NIP.19730730 200312 1003 NIP. 19670320 199303 2 001enguji I Penguji II

    Drs.H.Nur Syamsudin ,M.Ag Afif Noor ,SAg,SH,MHum

    NIP.19680505 199503 1 002 NIP. 19760615 200501 1 005

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs.H.Nur Khoirin ,M.Ag. Nur Hidayati Setyani,SH,MH

    NIP. 19630801 119203 1 001 NIP. 19670320 199303 2 001

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    4/103

    iv

    DEKLARASI

    Dengan penuh kejujuran dan penuh tanggung jawab,

    penulis menyatakan bahwa skripsi tidak berisi materi

    yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

    Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-

    pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam

    referensi yang dijadikan bahan rujukan.

    Semarang, Juni 2013

    Deklarator

    Dian Novia Cahyani

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    5/103

    v

    MOTTO

    !"#$ %&'()*+,-./0123%/04567'89:!+

    ;? Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah

    tangguh sampai dia berkelapangan, dan menyedekahkan (sebagian

    atau semua utang) itu, lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (Al

    baqarah : 280)1

    1Departemen Agama RI, AlQuran dan Terjemah, (Jakartes : CV.Durus Sunnah, 2011), h.47

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    6/103

    vi

    PERSEMBAHAN

    Dalam perjuangan mencari ridho Allah SWT yang tiada batas tingginya,

    semua isinya menerangi dunia seisinya dan menggerakan semua isinya dengan

    penuh tetesan air mata kupersembahkan karya tulis Skripsi untuk orang-orang

    yang selalu hadir dan berharap keridhaanNya, kupersembahkan bagi mereka yang

    tetap berada dalam ruang dan aktu kehidupanku, khususnya kupersembahkan

    buat !

    @ Ayahanda Didik "ahyono dan #bunda Subiatun tercinta yang telah

    menuntun dan mengenalkan pada sebuah kehidupan dengan cinta dan kasih

    sayang yang tak terhingga$

    @ Dosen %embimbingku &apak Drs$ '$ Nur (hoirin, )$Ag dan #bu Nur

    'idayati Setyani, S',)' yang telah bersedia meluangkan aktu, tenaga

    dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun

    skripsi ini$

    @ Tunanganku yang selalu memberikan moti*asi dan semangat dalam

    pembuatan skripsi ini, sehingga selesai dengan lancar dan baik$

    @

    Adikku tercinta Dina )eiliya "ahyaningrum yang telah menemani dalam

    setiap perjalananku$

    @ (eluarga besarku tercinta$ Semoga selalu mendapat kebahagiaan dunia al

    akhirat

    @

    Teman-teman seperjuangan )+A "omunity . yang telah memberikan

    kehidupan penuh arna dalam setiap kekompakan yang diciptakan$

    @

    %ara %ersonil %osko /alau 0123 terimakasih untuk kebersamaannya$ 4ke

    oke siip

    @ Teman-teman seangkatan dan seperjuangan$ Tetap semangat dan pantang

    menyerah$

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    7/103

    vii

    ABSTRAK

    Musyarakah merupakan salah satu konsep kerjasama dalam usaha perekonomian

    yang berdasarkan syariah yaitu menggunakan sistem bagi hasil dimana keuntungan dan

    kerugian di tanggung bersama-sama, yang bertujuan menjalankan usaha yang terhindar dari

    unsur-unsur ribawi. Secara sederhana akad ini bisa digambarkan sebagai satu proses transaksi

    dimana dua orang (institusi) atau lebih menyatukan modal untuk satu usaha, dengan

    prosentasi bagi hasil yang telah disepakati. Konsep musyarakah ini sangat membantu para

    pengusaha terutama dari kalangan menengah ke bawah. Belakangan ini, banyak

    bermunculannya Lembaga Keuangan Syariah yang dalam produk usahanya menawarkan

    berbagai macam produk. Penelitian ini akan mengambil satu sample produk bank syariah

    yaitu produk pembiayaan dengan akad musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah

    No.55/064-1/10/10 di BPRS Buana Mitra Perwira).

    Berangkat dari masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah di dalam skripsi ini

    adalah bagaimana Konstruksi Akad Pembiayaan Musyarakah No.55/064-1/10/10 di BPRS

    Buana Mitra Perwira yang dilakukan antara BPRS Buana Mitra Perwira dengan Pujadi Hadi

    Saputro dan Bagaimana Hukum Islam memandang isi Akad Pembiayaan Musyarakahtersebut.

    Penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research)

    yang lebih terfokus pada penelitian Dokumen yang dalam ini bentuk studi kasus dengan

    menggunakan data primer berupa dokumen - dokumen akad musyarakah, wawancara dengan

    nasabah. Data sekunder diperoleh dari putusan Pengadilan Agama Purbalingga No 518 /

    Pdt.G/ 2011 / PA.Pbg Tahun 2011. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yaitu

    penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

    penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dengan cara

    deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

    dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedangkan metode penelitian yang digunakan

    dalam penelitian ini metode deskriptif yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang

    diselidiki dengan gambaran secara sisitematis dan fakta akurat dan karakteristik mengenaipopulasi atau bidang tertentu.

    Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah :Musyarakahyang dilaksanakan

    di Buana Mitra Perwira purbalingga menunjukkan bahwa, secara normatif sudah sesuai

    dengan konstruksi / susunan akad menurut perjanjian dalam Islam. Namun demikian, dalam

    substansi /isi nya masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan konsep hukum

    Islam, dimana masih ada beberapa hal yang kurang sesuai, yaitu kedudukan pihak tidak

    setara, penetapan nominal uang yang harus disetorkan di tentukan diawal padahal belum

    mengetahui apakah usaha yang dilakukan nasabah mendapat keuntungan atau rugi, dan tidak

    ada penangguhan waktu pada saat hutang jatuh tempo.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    8/103

    viii

    KATA PENGANTAR

    Asslamualaikum Wr. Wb.

    Tiada untaian kata yang layak dan pantas penulis ungkapan selain bacaan

    Alhamdulillah wa Syukurillah, senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya, sehingga sampai saat ini kita

    masih mendapatkan ketetapan Iman dan Islam.

    Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepangkuan Rasulullah Muhammad SAW

    pembawa rahmat bagi Makhluk sekian alam, keluarga, sahabat dan para tabiin serta kita

    umatnya, semoga kita mendapat pertolongan di hari akhir nanti.

    Dalam penjelasan skripsi ini tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai

    pihak, baik dalam ide, kritik, saran maupun dalam bentuk lainnya. Oleh karena itu penulis

    ingin mengucapkan terima kasih yang berganda kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang

    2. Bapak DR. H. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi

    Islam IAIN Walisongo Semarang

    3.

    Bapak Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag dan Ibu Nur Hidayati Setyani, SH,MH selaku

    pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

    memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.

    4.

    Segenap Dosen Fakultas Syariah yang telah banyak memberikan ilmunya pada

    penulis dan senantiasa mengarahkan serta memberi motivasi selama penulis

    melaksanakan kuliah.

    5. Para Pegawai Pengadilan Agama Purbalingga yang telah membantu kelancaran

    memperoleh data dalam proses penulisan skripsi

    6. Para staff Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Buana Mitra Purbalingga yamg telah

    membantu memberikan informasi dan data dalam proses penulisan skripsi

    7. Bapak Pujadi Hadi Saputro yang telah memberikan banyak informasi dalam proses

    penulisan skripsi ini.

    8. Bapak dan ibu tercinta yang telah mencurahkan seluruh kasih sayangnya serta

    memberikan dukungan dan dorongan doa dalam menuntut ilmu sehingga skripsi ini

    selesai.

    Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih

    dari yang mereka berikan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    9/103

    ix

    dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran

    sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga

    skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

    Amin Ya Rabbal Alamin.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Semarang, 4 Juni 2013

    (Dian Novia Cahyani)

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    10/103

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.............................................................................................

    HALAMAN NOTA PEMBIMBING.................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

    HALAMAN DEKLARASI................................................................................... iv

    HALAMAN MOTTO............................................................................................ v

    HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ vi

    HALAMAN ABSTRAKSI................................................................................... vii

    HALAMAN KATA PENGANTAR.....................................................................viii

    HALAMAN DAFTAR ISI...................................................................................... x

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah........................................................................................9

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...........................................................................10

    D. Telaah Pustaka....................................................................................................11

    E. Metode Penelitian................................................................................................14

    F. Sistematikan Penulisan........................................................................................19

    BAB II : AKAD MUSYARAKAH DALAM ISLAM DAN PRAKTEKNYA Di

    PERBANKAN SYARIAH

    A.

    Akad Dalam Islam.......21

    1.

    Definisi Akad..............................................................................21

    2.

    Rukun Akad.....................................................23

    3.

    Syarat Umum Suatu Akad........................................................24

    4.

    Kemerdekaan Mengemukakan Suatu Akad..27

    5.

    Berakhirnya Akad .......28

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    11/103

    xi

    B. AkadMusyarakahDalam Islam....29

    1.

    PengertianMusyarakah.................................................................29

    2.

    Landasan Hukum Musyarakah.....................................................31

    3.

    Rukun dan Syarat Musyarakah.....................................................34

    4.

    Manfaat Musyarakah.41

    5. Macam-MacamMusyarakah......................................43

    6. Pembagian Keuntungan dalamMusyarakah..........46

    7. Berakhirnya AkadMusyarakah......48

    C. Musyarakah Dalam Sistem Perbankan Syariah..48

    1.

    Pengertian Perbankan Syariah.......................................................48

    2. Dasar Hukum Perbankan Syariah...................................................49

    3. VISI dan MISI Perbankan Syariah................................................50

    4. Produk Umum Perbankan Syariah................................................51

    5. Penerapan Musyarakah dalam Sistem Perbankan Syariah.............59

    BAB III : AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI BPRS BUANA MITRA

    A. Profil BPRS Buana Mitra Perwira..........................63

    1. Latar Belakang BerdirinyaBPRS Buana Mitra Perwira...63

    2. Tujuan, Visi dan Misi PT BPRS Buana Mitra Perwira

    Purbalingga67

    3. Struktur Organisasi PT BPRS Buana Mitra Perwira

    Purbalingga68

    4. Produk Layanan PT BPRS Buana Mitra Perwira

    Purbalingga69

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    12/103

    xii

    B. Akad Pembiayaan Musyarakah antara BPRS Buana Mitra Perwira dengan

    Pujadi Hadi Saputro79

    1.

    Kedudukan Para Pihak..80

    2.

    Definisi..81

    3.

    Tujuan, Porsi, Jangka Waktu, dan Ruang Lingkup Pembiayaan

    Musyarakah...83

    4. Jaminan Pembiayaan.....84

    5. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Pengelolaan Kegiatan

    Usaha85

    6.

    Kesepakatan bagi Hasil.....88

    7. Peristiwa Cidera Janji dan Penyelesaian Perselisihan...89

    BAB IV : ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI BPRS BUANA

    MITRA PERWIRA PURBALINGGA

    A. Analisis Konstruksi Akad Pembiayaan Musyarakah di BPRS Buana Mitra

    Perwira

    Purbalingga.....92

    B. Analisis Hukum Islam terhadap Substansi Akad Pembiayaan Musyarakah di

    BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga.................. ......99

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan.........................................................................................109

    B. Saran-Saran.........................................................................................110

    C. Penutup..............................................................................................110

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    13/103

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sejalan dengan perkembangan pesat industri perbankan syariah yang terjadi

    pada dekade belakangan ini, penyusunan akad produk dan jasa bank syariah yang

    dapat menimbulkan iklim usaha yang kurang kondusif bagi bank syariah dan

    ketidakpastian bagi para stakeholders lainnya. Dengan demikian, diperlukan

    pengaturan akad penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah dalam rangka

    memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Dengan adanya

    ketentuan tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah akan

    memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan yang pada gilirannya

    akan mewujudkan pengelolaan bank syariah yang sehat. Selain itu, kejelasan akad

    akan membantu operasional bank sehingga menjadi lebih efisien dan meningkatkan

    kepastian hukum para pihak.1

    Akad mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat. Akad merupakan

    dasar dari sekian banyak aktivitas keseharian kita. Perjanjian/Akad adalah suatu

    perbuatan kesepakatan antara seseorang / beberapa orang lainnya untuk melakukan

    sesuatu perbuatan tertentu.2 Melalui akad seorang lelaki disatukan dengan seorang

    wanita dalam suatu kehidupan bersama, dan melalui akad juga berbagai kegiatan

    bisnis dan usaha kita dapat dijalankan. Akad memfasilitasi setiap orang dalam

    memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa

    bantuan dan jasa orang lain. Karenanya dapat dibenarkan bila dikatakan bahwa akad

    merupakan sarana sosial yang ditemukan oleh peradaban umat manusia untuk

    1Muhammad, Model- Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah,( Yogyakarta : UII Press Yogyakarta, 2009), h. v

    2Chairuman Pasaribu & Suhrawadi K Lubis,Hukum Perjanjian dalam Islam, ( Jakarta :Sinar Grafika Offset,

    1996) h.1

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    14/103

    2

    mendukung kehidupannya sebagai makhluk sosial. Kenyataan ini menunjukkan

    bahwa betapa kehidupan kita tidak lepas dari apa yang namanya perjanjian (akad),

    yang memfasilitasi kita dalam memenuhi berbagai kepentingan kita. Mengingat

    betapa pentingnya akad (perjanjian), setiap peradaban manusia yang pernah muncul

    pasti memberi perhatian dan pengaturan terhadapnya. Demikian halnya dengan agama

    Islam, yang memberikan sejumlah prinsip dan dasar-dasar mengenai pengaturan

    perjanjian sebagaimana tertuang dalam Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.

    Dasar-dasar ini kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli hukum Islam dari abad ke

    abad sehingga membentuk apa yang kini disebut hukum perjanjian syariah.

    Sesuai labelnya, bank syariah adalah institusi keuangan yang berbasis syariah

    Islam. Di satu sisi bank syariah adalah lembaga keuangan yang mendorong dan

    mengajak masyarakat untuk ikut aktif berinvestasi melalui berbagai produknya.

    Secara umum bank syariah dapat didefinisikan sebagai bank dengan pola bagi hasil

    yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam produk

    pendanaan, pembiayaan, maupun dalam produk lainnya. Produk-produk bank syariah

    mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan produk bank konvensional karena

    adanya pelarangan riba, gharar, dan masysir.3

    Bank syariah dengan sistem bagi untung dan rugi (profit and loss sharing)

    memiliki konsep yang sangat tepat di tengah kondisi ketidakadilan yang dialami oleh

    masyarakat. Konsep kebersamaan dalam menghadapi risiko dan memperoleh

    keuntungan, serta adanya keadilan dalam berusaha menjadi suatu potensi yang sangat

    strategis bagi perkembangan bank syariah di masa yang akan datang. Hal ini

    disebabkan oleh sebagian besar atau mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

    Islam (Muslim). Tantangan ini sekaligus menjadi prospek yang cukup cerah untuk

    3Ascarya ,Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2006 ) hal.8

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    15/103

    3

    pengembangan bank syariah di masyarakat. Di samping itu bank syariah dengan

    sistem bagi basil (profit and loss sharing) lebih mengutamakan stabilitas di atas

    rentabilitas, sedangkan bank konvensional dengan sistem bunga mempunyai

    kelemahan utama yaitu memiliki sifat inflatoirdan cenderung diskriminatif . Bank

    syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi

    perantara antara yang berkelebihan dana dan yang kekurangan dana yang dalam

    menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Bank syariah

    atau bank Islam, berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary

    institution) yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-

    dana tersebut dalam bentuk pembiayaan. Perbankan syariah juga merespon

    permintaan nasabah dalam rangka memajukan perusahaan investasi atau bisnis

    pengusaha, selama aktivitas perusahaan tersebut tidak dilarang oleh Islam .

    Upaya penerapan prinsip syariah dalam kegiatan ekonomi, khususnya dalam

    kegiatan lembaga keuangan terus menerus dilakukan. Lembaga keuangan bank,

    lembaga keuangan bukan bank, dan lembaga pembiayaan saat ini telah menerapkan

    prinsip syariah dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini dimaksud telah didukung oleh

    regulasi yang cukup memadai sehingga diharapkan dapat memberikan payung hokum

    bagi pihak- pihak yang melakukan transaksi keuangan ketika menggunakan lembaga-

    lembaga dimaksud.

    Adapun lembaga keuangan yang mendapatkan pengaturan yang

    komprehensif hingga di tataran undang- undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

    Perbankan syariah pada tanggal 16 Juli 2008 melalui Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 94. Perjuangan panjang untuk mendapatkan undang- undang yang

    khusus mengatur perbankan syariah akhirnya berhasil. Banyak hal baru menjadi

    materi muatan undang- undang ini, antara lain mengenai penyelesaian sengketa.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    16/103

    4

    Dalam aspek muamalah terdapat peluang bagi manusia untuk mengadakan

    pembaharuan. Hal tersebut sudah menjadi kebutuhan manusia, dengan sifat sosialnya

    yang tidak lepas dari perubahan. Dalam aspek muamalah misalkan membahas

    masalah ekonomi, merupakan hal yang sangat menarik dan tidak akan ada habisnya,

    karena secara tidak langsung akan dibahas pula masalah kelangsungan hidup manusia

    serta tata aturan yang sesuai dengan hukum ekonomi terutama ekonomi islam.

    Dalam hukum Islam permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

    ekonomi tidak akan lepas dengan muamalah. Islam sebenarnya telah banyak

    menjelaskan tentang prinsip muamalah dengan jelas. Kehadiran bank syariah, secara

    ekonomis merupakan alternatif dalam sistem perbankan di Indonesia. Dalam

    kenyataannya, masyarakat menganggap bahwa menerima atau membayar bunga

    termasuk menyuburkan riba. Sementara riba dalam Islam sangat dilarang, seperti

    yang dijelaskan dalam Al Quran Surat Ali Imron Ayat 130.

    !"#$%&'

    ()*+,(-.)/

    01"2345!' 67!89)":+$;< Artinya: Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba

    dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu

    mendapat keberuntungan.4

    Sering kita dapati permasalahan muamalah dalam masyarakat antara yang

    berkelebihan dan yang kekurangan, mereka saling membutuhkan sehingga terjadi

    hubungan timbal balik yang harmonis. Bagi yang punya tenaga dapat bekerja untuk

    mendapatkan upah, bagi yang kurang mampu dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara

    meminjam atau berhutang pada yang mampu, sehingga akan terjadi pemenuhan

    kebutuhan yang seimbang dalam masyarakat.

    4Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahnya, Solo, CV. Pustaka Mantiq, 1997, hlm97.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    17/103

    5

    Dengan melihat begitu kompleksnya permasalahan muamalah maka kita dituntut

    untuk saling tolong menolong dan bekerja sama dalam rangka memenuhi kebutuhan

    hidupnya.

    Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2:

    Artinya :

    =>!"?@"8%A;'9'4B90CD'=>!"

    ?@";E9EFG

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    18/103

    6

    keuangan dan Akuntansi modern dengan selalu mengindahkan prinsipprinsip

    syariah sebagai landasan.

    Dalam operasionalnya, BPRS memakai prinsip-prinsip operasional

    sebagaimana yang digunakan oleh lembaga keuangan Syariah. Salah satunya sistem

    bagi hasil (profit loss sharing) dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam

    menanggung resiko usaha dan berbagi hasil antara pemilik dana (shohibul mal) yang

    menyimpan uangnya di bank dan bank selaku pengelola dana (mudharib). Adapun

    hubungan yang terbina antara bank dan nasabah bukanlah hubungan kreditur dan

    debitur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara shohibul mal dan

    mudharib.

    Jika dilihat dari kajian Fiqih Muamalahnya prinsip dasar yang dikembangkan

    dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait

    untuk meraih kemajuan bersama. Prinsip ini dapat ditemukan dalam ajaran Islam tentang

    taawun dan ukhuwah.

    Bentuk kerja sama syirkah yang ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

    (BPRS) Buana Mitra Perwira merupakan pilihan usaha yang lebih efektif untuk

    meningkatkan etos kerja. Dikarenakan masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab

    untuk menjalankannya secara optimal. Adapun ciri khas yang paling utama dalam syirkah

    adalah adanya prinsip keadilan dan kejujuran.7

    Nasabah merupakan pihak berkepentingan (stakeholder) yang berperan vital

    bagi maju mundurnya suatu bank. Dana-dana nasabah berhasil dihimpun oleh pihak

    bank akan menjadi sumber bagi bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat

    yang membutuhkan. Hal inilah yang dikenal sebagia fungsi intermediasi keuangan,

    yakni menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan kemudian

    menyalurkannya dalam bentuk kredit atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka

    7Ghufron A. Masadi, Fiqih Muamalah Kontekstual, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 197.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    19/103

    7

    meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Unsur kepercayaan disini Nampak sebagai

    unsur yang paling esnsial yang harus dipertahankan dan ditingkatkan. Pihak bank,

    khususnya bank syariah perlu melaksanakan prinsip kepercayaan (fiduciary principle)

    agar semakin handal dalam menjalankan fungsinya dimaksud. Salah satu hal yang

    erat kaitannya, yakni bahwa bank syariah harus mampu menyelesaikan sengketa yang

    terjadi dengan nasabah secara sederhana, cepat, biaya ringan, adil, dan memenuhi asas

    kepastian hukum.

    Berangkat dari masalah di atas yang menjadi rumusan masalah di dalam

    skripsi ini adalah bagaimana isi Akad PembiayaanMusyarakah No.55/064-1/10/10 di

    BPRS Buana Mitra Perwira yang dilakukan antara BPRS Buana Mitra Perwira dengan

    Pujadi Hadi Saputro dan Bagaimana Hukum Islam memandang Akad Pembiayaan

    MusyarakahNo.55/064-1/10/10 di BPRS Buana Mitra Perwira

    B.

    Rumusan Masalah

    Dari latar belakang sebagaimana dipaparkan di atas, maka peneliti

    menyimpulkan dan merumuskan permasalahan sebagai berikut :

    1.

    Bagaimana Konstruksi Akad Pembiayaan Musyarakah No.55/064-1/10/10 di

    BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga ditinjau dari Hukum Perjanjian Islam?

    2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap Substansi Akad Pembiayaan

    MusyarakahNo.55/064-1/10/10 di BPRS Buana Mitra Perwira?

    C.

    Tujuan penelitian

    Adapun Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk

    memenuhi tugas sebagai insan akademik, akan tetapi selain itu berkaitan dengan

    permasalahan ini, maka penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Untuk mengetahui konstruksi Akad Pembiayaan Musyarakah di BPRS Buana

    Mitra Perwira dilihat dari hukum perjanjian Islam

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    20/103

    8

    2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap isi akad pembiayaan

    Musyarakahdi BPRS Buana Mitra Perwira.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian ini adalah:

    1.

    Secara teoritis

    Dalam penelitian ini diharapkan agar hasil penelitian nantinya dapat

    memberikan atau menambah pengetahuan tentang hal-hal yang

    berhubungan dengan Akad perjanjian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

    (BPRS), Utamanya tentang akad Musyarakah (kerjasama) di BPRS Buana

    Mitra Perwira.

    2. Secara praktis

    a. Bagi penulis

    Sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar S-1 dan juga diharapkan

    dapat menjadi penambah wawasan keilmuan dalam bidang hukum

    perbankan syariah, serta agar dapat selalu mengikuti perkembangan

    produk-produk hukum terbaru dan isu-isu kontemporer keislaman.

    Diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan tentang pembahasan

    mengenai produk-produk hukum Islam, baik sebagai pembanding

    maupun sebagai literatur

    b. Bagi masyarakat

    Diharapkan dapat menambah wawasan pemahaman tentang Hukum-

    hukum Islam dan perbankan yang sedang berkembang dan menampilkan

    pemahaman yang multi interpertasi sehingga dapat membudayakan sikap

    terbuka diantara masyarakat itu sendiri.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    21/103

    9

    E. Telaah Pustaka

    Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti

    terdahulu yang mengkaji antara lain:

    Skripsi dengan judul Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Pembiayaan

    Musyarakah Di Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Artha Surya Barokah

    Semarang. Oleh Endang Setyaningsih yang membahas tentang praktek pembiayaan

    musyarakahdi Bank Perkreditan Rakyat Syariah(BPRS) Arta Surya Semarang yang

    dalam prakteknya masih kurang sesuai dengan konsep fiqh dimana BPRS Arta Surya

    masih menggunkan manajemen konfensional, terbukti dengan masih menggunakan

    jaminan dan anggunan sebagai syarat mutlak dalam pembiayaan musyarakah.8

    Skripsi dengan judul Bisnis Franchise Relevansinya Dengan Prinsip Syirkah

    Dan Perspektif Hukum Islam, oleh Umma Farida telah menguraikansecara singkat

    mengenai apa pengertian syirkahdan bagaimana dasarhukumnya, rukun dan syarat

    syirkahserta bentuk-bentuk syirkah. Akan tetapidalam hal ini ia memfokuskan dalam

    bisnis Franchisedalam perspektif hukumIslam.9

    Skripsi Ahmad Buldan berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem

    Musyarakah, Mudharabah,Muzaraah Di BMT Desa Kec. Grabag Kab. Magelang.

    Dalam temanya penulis mengungkapkan bentuk-bentuk usaha dan pinjam meminjam

    uang harus mengikuti ketentuan dalam Al-Quran dan hadits yang salah satunya

    membahas tentang prinsip bagi hasil yang dikenal dengan 3 istilah, yaitu: a).Musyarakah,

    ialah perjanjian kerja sama antara dua belah pihak atau lebih pemilik modal untuk

    membiayai suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut dapat dibagi sesuai dengan

    perjanjian yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal kerugian dilakukan

    8Endang Setyaningsih,Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Pembiayaan musyarakah Di Bank Perkreditan

    Rakyat Syariah (BPRS) Artha Surya Barokah Semarang. Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 20069Umma Farida,Bisnis Franchise Relevansinya Dengan Prinsip Syirkah Dan Prespektif Hukum Islam, Semarang:

    Perpustakaan Fakultas Syariah IAIN Walisongo, 2000

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    22/103

    10

    sesuai dengan pangsa modal masing-masing. b).Mudharabah, ialah perjanjian dua belah

    pihak. Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya dan

    pengusaha setuju mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan

    perjanjian kedua belah pihak yang telah di sepakati sebelumnya. c). Muzaraah, ialah

    memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan

    imbalan tertentu (prosentase dari hasil panen).10

    Skripsi yang berjudul Analisis terhadap Pendapat Revrisond Baswir tentang

    Koperasi dalam hukum muamalah Islam (Studi Komparatif antara koperasi dan syirkah

    Ta'awuniyah) oleh Moh. Taufiqurrahman yangmembahas tentang bagaimana Revrisond

    Baswir tentang koperasi, dan bagaimana pemikiran Revrisond Baswir tentang koperasi

    ditinjau dari perspektif hukum ekonomi Islam.

    Skripsi yang berjudul Pengaruh Etos Kerja Islam terhadap Kinerja Karyawan

    PT BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga oleh fajar Rian Fitrianto yang

    membahas tentang pengaruh etos kerja Islam terhadap peningkatan kinerja karyawan

    di PT. BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga, yang mana adanya peningkatan dan

    penurunan jumlah nasabah baru pada BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga.

    Penelitian individu yang berjudul Menyoal Kesyariahan Bank Syariah (Studi

    Kasus Kerjasama masyarakat CV.Miskasari dengan Bank Syariah Mega Indonesia

    Semarang) oleh Drs. H .Nur Khoirin, M.Ag yang mengulas tentang penerapan

    prinsip-prinsip syariah di Bank Mega Syariah Indonesia, dimana dalam penelitian

    tersebut terdapat dokumen-dokumen perjanjian Musyarakahmaupun pelaksanaannya

    di lapangan tidak kurang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang ada.

    Dari beberapa judul penelitian diatas, maka penulis mengkaji yang belum

    pernah diteliti sebelumnya, yaitu mengenai pelaksanaan akad pembiayaan

    10Ahmad Buldan, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sisitem Musyarakah, Mudharabah, Muzaraah Di BMT Desa

    Kec. Grabag Kab. Magelang, Skripsi Sarjana Syariah, Semarang: perpustakaan Syariah, IAIN Walisongo, 2004.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    23/103

    11

    Musyarakah di BPRS Buana Mitra Perwira, dalam penelitian ini penulis menitik

    beratkan pada pelaksanaan akad musyarakahdi BPRS Buana Mitra Perwira dalam

    hal akad musyarakah, bagi hasil, serta bagaimana isi akad pembiayaan musyarakahdi

    BPRS Buana Mitra Perwira ditinjau dari hukum islam. Dalam hal ini dengan cara

    mengumpulkan data-data tentang akad musyarakahuntuk kemudian dianalisis dengan

    pendekatan hukum Islam.

    F. Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode yang bertujuan untuk

    mendapatkan hasil penelitian yang seobjektif mungkin. Untuk mendapatkan hasil

    penelitian tersebut diperlukan informasi yang akurat dan data-data yang mendukung.

    Sehubungan dengan hal tersebut, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research)

    yaitu penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil

    penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan.11

    Penelitian dokumen

    adalah Penelitian yang dilakukan dengan melihat data yang bersifat praktek, meliputi:

    data arsip, data resmi pada institusi-institusi pemerintah, data yang dipublikasikan

    (putusan Pengadilan, Jurisprudence, dan sebagainya). Sedangkan objek dalam

    penelitian ini adalah akta perjanjianMusyarakahantara BPRS Buana Mitra Perwira

    dengan Pujadi Hadi Saputro

    2. Sumber data

    Untuk memudahkan mengidentifikasi sumber data, maka penulis

    mengklasifikasikan sumber data tersebut menjadi 2 jenis sumber data yaitu :

    a. Sumber data primer

    11http://tawatiwi.blogspot.com/2010/12/penelitian-kepustakaan.html.diakses pada 27 Juni 2013 pukul.11.15

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    24/103

    12

    Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

    penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada

    subjek informasi yang dicari.12

    Data primer dalam penelitian ini adalah

    akta perjanjian Musyarakah No.55/064-1/10/10 antara BPRS Buana Mitra

    Perwira dengan Pujadi Hadi Saputro.

    b. Sumber data sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh dari puhak lain, tidak langsung

    dari subjek penelitiannya, tetapi dapat mendukung atau berkaitan dengan

    tema yang diangkat.13

    Dalam penelitian ini data sekundernya adalah data

    yang diperoleh dari dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan

    objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan skripsi, tesis, dan

    laporan per undang-undangan. Adapun yang menjadi data sekunder

    penulis dalam penelitian ini yaitu putusan Pengadilan Agama Purbalingga

    No 518 / Pdt.G/ 2011 / PA.Pbg Tahun 2011.

    c. Teknik pengumpulan data

    Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan Metode

    dokumentasi yakni mencari data mengenai variable yang berupa catatan,

    buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, majalah, dan sebagainya.

    Dokumentasi yaitu setiap bahan tertulis yang dijadikan sebagai sumber

    data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

    meramalkan.

    12Saiuddi! "#$ar, Metodo%ogi Pe!e%itia!, & Yogyakarta ' Pustaka (e%aar *iset, 2004), h.91

    13I+id, ha% 92

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    25/103

    13

    Dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis normatif

    yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan

    pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian ini dilakukan untuk

    mengidentifikasi konsep dan asas-asas serta prinsip-prinsip syariah yang

    digunakan untuk mengatur perbankan syariah, khususnya sistem

    pembiayaan musyarakah. Metode berpikir yang digunakan adalah metode

    berpikir deduktif (cara berpikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik

    dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia benar

    dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus.14

    Dalam penulisan skripsi ini, pengumpulan data dilakukan dengan

    metode :

    1) Dokumentasi (dokumen),

    Dari asal katanya, dokumen yang artinya barang- barang tertulis. Di

    dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-

    benda tertulis seperti buku- buku, majalah, dokumen, peraturan-

    peraturan, dsb. Dalam hal ini dokumen yang akan penulis teliti berupa

    akta perjanjian Musyarakah antara BPRS Buana Mitra Perwira dengan

    Pujadi Hadi Saputro.

    2) Wawancara

    Yaitu : proses tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

    langsung.15

    Dalam melakukan interview pewawancara membawa

    pedoman yang hanya garis besar tentang hal-hal yang ditanyakan.

    Adapun responden yang akan diwawancarai adalah Bapak Pujadi Hadi

    saputro, selakuNasabah di BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga.

    14http://rulhome.blog.com/2010/04/11/contoh-metode-penelitian-normatif-dengan-penelitian-empiris/

    15Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar,Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara, 2003, h.57

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    26/103

    14

    3. Metode Analisis Data

    Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan

    hasil wawancara dan dokumentasi lainnya untuk meningkatkan pemahaman

    peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang

    lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu

    dilanjutkan dengan cara mencari makna (meaning).16

    Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dan hasil penelitian, penulis

    menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu dengan melakukan analisis data

    dengan metode deskriptif analitis yaitu sebuah metode dimana prosedur

    pemecahan penelitian yang diselidiki dengan menggambarkan dan melukiskan

    subyek atau obyek pada seseorang atau lembaga pada saat sekarang dengan

    berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya. Kemudian dianalisa dengan

    data yang ada, selanjutnya dengan analisis seperti yang akan diketahui bagaimana

    pelaksanaan akad Musyarakah pada BPRS Buana Mitra Perwira, kemudian

    apakah Pelaksanaan akad Musyarakah pada BPRS Buana Mitra Perwira telah

    sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

    G.

    Sistematika Penulisan

    Untuk memperjelas secara garis besar dari uraian skripsi ini serta untuk

    mempermudah penyusunan skripsi, penulis mempergunakan sistematika sebagai

    berikut :

    Bab I Merupakan Bab Pendahuluan yang menguraikan tentang latar

    belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah

    pustaka, metodologi peneletian, dan sistematika penulisan

    16Noeng muhadjir,Metodologi Penelitian Kualitatif Telaah Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan

    Realisme Metaphisik, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1991, h. 183

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    27/103

    15

    Pada Bab II ini diuraikan mengenai kajian pustaka yaitu Akad Musyarakah

    Dalam Islam Dan Prakteknya di Perbankan Syariah. Dalam sub Bab ini pertama

    dijelaskan mengenai Akad dalam Islam, yaitu akan menjelaskan mengenai definisi,

    syarat dan rukun akad, dan jenis-jenis akad. Pada sub Bab II akan dijelaskan pula

    tentang Musyarakah dalam Hukum Islam Yaitu pengertian Musyarakah, landasan

    Hukum Musyarakah, Rukun dan Syarat Macam-macam Musyarakah, Pembagian

    Keuntungan dalamMusyarakah,serta berakhirnya Akad musyarakah. Pada Sub bab

    yang ke dua juga dipaparkan mengenai Musyarakah dalam sistem perbankan

    syariah, yaitu Pengertian Perbankan Syariah, Dasar Hukum Perbankan Syariah, Visi-

    Misi Perbankan Syariah,Produk Umun Perbankan Syariah, serta Penerapan

    Musyarakahdalam Sistem Perbankan Syariah.

    Pada Bab III akan dipaparkan mengenai akad pembiayaan Musyarakah

    No.55/064-1/10/10 di BPRS Buana Mitra Perwira. Pada bab ini akan dibahas seputar

    Profil, Visi dan misi, serta macam-macam produk layanan BPRS Buana Mitra Perwira.

    Disamping itu pada Bab III juga akan dibahas mengenai isi perjanjian Musyarakah

    antara BPRS Buana Mitra Perwira dengan Pujadi Hadi Saputro, yaitu dengan akta

    perjanjian musyarakahNo.55/064-1/10/10.

    Pada Bab IV ini akan menganalisis Konstruksi Akad PembiayaanMusyarakah

    No.55/064-1/10/10 pada BPRS Buana Mitra Perwira berdasarkan hukum perjanjian

    Islam dan Analisis Hukum Islam terhadap isi akad Pembiayaan Musyarakah

    No.55/064-1/10/10 di BPRS Buana Mitra Perwira.

    Bab V adalah bab terakhir yang bertitel Penutup. Ada dua sub bab dalam

    penutup ini, yaitu kesimpulan dan saran-saran. Apa yang disimpulkan oleh penulis,

    pada dasarnya adalah hasil analisa di bab III. Kesimpulan harus sesuai dengan

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    28/103

    16

    permasalahannya sebab kesimpulan ini dapat disebut sebagai Ringkasan Jawaban

    atas permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab II dan dibahas dalam bab III.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    29/103

    17

    BAB II

    AKAD MUSYARAKAH DALAM ISLAM DAN PRAKTEKNYA Di PERBANKAN

    SYARIAH

    A.

    Akad dalam Islam

    1.

    Definisi Akad

    Perjanjian atau kontrak dalam istilah hukum Islam biasa disebut dengan akad. Kata

    aqad dalam istilah bahasa berarti ikatan dan tali pengikat.1Secara etimologi, akad berarti

    ikatan antara dua perkara, baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari

    satu segi maupun dari dua segi. Semua perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau

    lebih, tidak bileh menyimpang dan harus sejalan dengan kehendak syariat. Tidak boleh

    ada kesepakatan untuk menipu orang lain, transaksi barang-barang yang diharamkan dan

    kesepakatan untuk membunuh seseorang.2 Ikhwan Abidin Basri dalam artikelya yang

    berjudul, Teori Akad Dalam Muamalah memberikan definisi akad sebagai berikut:

    Akad adalah ikatan antara ijab dan Qobul yang diselenggarakan menurut ketentuan

    syariah dimana terjadi konsekwensi hukum atas sesuatu yang karenanya akan

    diselenggarakan.Ijab adalah ungkapan atau ucapan atau sesuatu yang bermakna demikian

    yang datang dari orang yang memiliki barang. Qobul adalah ungkapan atau ucapan atau

    sesuatu yang bermakna demikian yang datang dari orang yang akan dipindahkan

    kepemilikan barang tersebut kepadanya.

    Sementara dalam terminologi ulama fiqih akad dapat ditinjau dari dua sisi yakni umum

    dan khusus.3

    Secara umum, pengertian akad dalam arti luas hampir sama dengan akad dari segi

    bahasa menurut pendapat ulama syafiiyyah, Malikiyah dan Hanafiyah yaitu segala

    1Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi Dalam Islam, Jakarta : Sinar Grafika Offset,

    hal 152M.Ali Hasan,Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003, hal 101

    3Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung : Pustaka Setia, 2006, hlm. 43.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    30/103

    18

    sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf,

    talak, pembebasan atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua

    orang seperti jual-beli, perwakilan, dan gadai.4 Sementara pengertian akad dalam arti

    khusus perikatan yang ditetapkan dengan ijab qabul berdasarkan ketentuan syara yang

    berdampak pada objeknya. Menurut ulama Mazhab az-Zahiri semua syarat yang telah

    disepakati oleh kedua belah pihak yang berakad, apabila tidak sesuai dengan Al-Quran

    dan Sunnah adalah batal. Sedangkan menurut Jumhur ulama fiqih, pada dasarnya pihak-

    pihak yang berakad itu mempunyai kebebasan untuk menentukan syarat-syarat tersendiri

    dalam suatu akad. Namun, hendaknya diingat, bahwa kebebasan menentukan syarat-

    syarat dalam akad tersebut, ada yang bersifat mutlak, tanpa batas selama tidak ada

    larangan di dalam al-Quran dan Sunnah.5

    2. Rukun Akad6

    Menurut Jumhur (Mayoritas) fuqaha, rukum akad terdiri dari :

    a. Pernyataan untuk mengikatkan diri (Sighah al-aqd)

    b. Pihak-pihak yang berakad

    c.

    Obyek akad

    Ulama mazhab Hanafi berpendapat, bahwa rukun akad itu hana satu yaitu

    sighah al-aqd, sedangkan pihak-pihak yang berakad dan objek akad, tidak

    termasuk rukun akad, tetapi syarat akad.

    Sighah al-aqd merupakan rukun akad yang terpenting, karena melalui akad

    inilah diketahui maksud setiap pihak yang melakukan akad (transaksi). Sighah

    al-aqd dinyatakan melalui ijab dan Kabul, dengan suatu ketentuan :

    a. Tujuan akad itu harus jelas dan dapat dipahami

    4Ibid., hlm. 44.

    5M.Ali Hasan, op.cit, hal 109

    6Ibid, hal 103-105

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    31/103

    19

    b. Antara ijab dan Kabul harus kesesuaian

    c.

    Pernyataan ijab dan Kabul itu harus sesuai dengan kehendak masing-masing,

    dan tidak boleh ada yang meragukan.

    Ijab Kabul dapat dalam bentuk perkataan, perbuatan, isyarat dan tulisan

    (biasanya transaksi yang besar nilainya). Namun, semua bentuk ijab dan Kabul

    itu mempunyai nilai kekuatan yang sama.

    Contoh Ijab dan Kabul dalam perbuatan adalah seperti yang terjadi di pasar

    swalayan. Seseorang mengambil barang, sesudah membayar harganya kepada

    kasir sesuai dengan harga yang tercantum pada barang tersebut. Kehendak

    pembeli dan penjual sudah terpenuhi. Cara semacam inilah sekarang banyak kita

    temukan dalam dunia dagang pada saat ini.

    Ulama Mazhab SyafiI dalam qaul qadim (pendapat ulama) tidak

    membenarkan akad seperti ini, karena kedua belah pihak harus menuayatakan

    secara jelas mengenai ijab dan Kabul itu. Demikian mazhab az-Zahiri dan Syiah

    tidak membenarkannya. Namun Jumhur ulama fiqh, termasuk Mazhab SyafiI

    generasi belakangan seperti Imam Nawawi, membolehkan jual beli seperti ini,

    karena telah menjadi adat kebiasaan dalam masyarakat sebagian besar umat

    islam.

    Dengan demikian, adat kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat yang

    membawa maslahat, dapat dibenarkan sebagai landasan dalam menetapkan suatu

    hukum.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    32/103

    20

    3. Syarat Umum Suatu Akad7

    Para ulama fiqh menetapkan, ada beberapa syarat umum yang arus dipenuhi

    dalam suatu akad, disamping setiap akad juga mempunyai syarat-syarat khusus.

    Syarat-syarat umum suatu akad adalah :

    a.

    Pihak-pihak yang melakukan akad dipandang mampu bertindak menurut

    hokum (mukallaf). Apabila belum mampu, harus dilakukan oleh walinya.

    Oleh sebab itu, suatu akad yang dilakukan oleh orang yang kurang waras

    (gila) atau anak kecil yang belum mukallaf secara langsung, hukumnya tidak

    sah

    b.

    Obyek Akad, diakui syara. Obyek akad harus memenuhi syarat :

    1) Berbentuk harta

    2) Dimiliki seseorang

    3) Bernilai harta menurut syara

    Dengan demilian, yang tidak bernilai harta menurut syara tidak sah

    seperti khamar (minuman keras).

    Dengan demikian, yang tidak bernilai harta menurut syarat tidak sah

    seperti khamar (minuman keras).

    Disamping itu, Jumhur fukaha selain ulama Mazhab Hanafi mengatakan,

    bahwa barang najis seperti anjing, babi, bangkai, dan darah tidak boleh

    dijadikan obyek akad, karena barang najis tidak bernilai menurut syara.

    Menurut mustafa az-Zarqa harta waqaf pun tidak dapat dijadikan

    sebagai obyek akad. Sebab harta wakaf bukanlah hak milik yang dapat

    diperjualbelikan. Harta wakaf adalah hak milik bersama kaum muslimin,

    bukan milik pribadi seseorang. Dengan demikian, harta wakaf sebagai obyek

    7Ibid, hal 105-108

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    33/103

    21

    jual beli tidak sah. Lain halnya menurut Mustafa az-Zarqa sewa menyewa

    harta wakaf diperbolehkan,karena harta wakaf itu tidak berpindah tangan

    secara penuh kepada pihak penyewa.

    Obyek akad juga harus ada dan dapat diserahkan ketika berlangsung

    akad,karena memperjualbelikan sesuatu yang belum ada dan tidak mampu

    diserahkan hukumnya tidak sah. Contohnya seperti menjual padi yang belum

    berbuah, menjual janin yang masih dalam kandungan

    Menurut fukaha, ketentuan diatas tidak berlaku terhadap aqd salam

    (indent), istishna (pesanan barang), dan musaaqah (transaksi antara pemilik

    kebun dan pengolahnya). Pengecualiaan ini dibenarkan atas dasar,bahwa

    akad- akad semacam itu dibutuhkan masyarakat dan telah menjadi adat

    kebiasaan yang dilakukan oleh anggota masyarakat.

    c. Akad itu tidak dilarang oleh nash syara.Atas dasar ini, seorang wali

    (pemelihara anak kecil), tidak dibenarkan menghibahkan harta anak kecil

    tersebut. Seharusnya harta anak kecil itu dikembangkan , dipelihara, dan

    tidak diserahkan kepada seseorang tanpa ada imbalan (hibah). Apabila terjadi

    akad, maka akad itu akan batal menurut syara.

    d. Akad yang dilakukan itu mememunuhi syarat- syarat khusus dengan akad

    yang bersangkutan, disamping harus memenuhi syarat-syarat umum. Syarat-

    syarat khusus, umpamanya: syarat jual- beli berbeda dengan syarat sewa

    menyewa dan gadai.

    e. Akad itu bermanfaat.

    f. Ijab tetap utuh smpai terjadi kabul.

    g. Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majelis, yaitu suatu keadaan yang

    menggambarkan proses suatu transaksi.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    34/103

    22

    4. Kemerdekaan mengemukakan syarat dalam akad8

    Para ulama fiqh menetapkan bahwa akad yang telah memenuhi rukun dan

    syaratnya mempunyai kekuatan mengikat terhadap para pihak yang berakad.

    Setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengikatkan diri pada suatu akad dan

    wajib dipenuhi segala akibat hukum yang ditimbulkan akad itu.

    Ulama Hanafiah dan Syafiiyah berpendapat bahwa setiap orang yang

    melakukan akad bebas untuk mengemukakan dan menentukan syarat, selama

    syarat itu tidak bertentangan dengan kehendak syara dan tidak bertentangan pula

    dengan hakikat akad. Sedangkan menurut ulama Hanabilah dan malikiyah, pihak-

    pihak yang berakad bebas mengemukakan persyaratan dalan suatu akad selama

    syarat-syarat itu bermanfaat bagi kedua belah pihak.

    5. Berakhirnya akad9

    Para ulama menyatakan suatu akad dapat berakhir apabila;

    a. Berakhirnya masa berlaku akad tersebut, apabila akad tersebut memiliki

    tenggang waktu.

    b. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu sifatnya tidak

    mengikat.

    c. Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad dianggap berakhir jika :

    1) jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan, salah

    satu rukun atau syarat tidak terpenuhi.

    2) Berlakunya Khiyar

    3) Akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak

    4) Tercapainya tujuan akad itu secara sempurna

    8Nasrun Harun, Op. cit h 105-106

    9 M. Ali Hasan, Op. cit h 108-109

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    35/103

    23

    d. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia untuk akad-akad tertentu

    misalnya: sewa-menyewa, ar-rahn, al-wakalah, al-kafalah.

    B. Musyarakah Dalam Islam

    1.

    Pengertian Musyarakah

    Musyarakah merupakan salah satu bagian dari akad yang ada dalam tradisi

    fikih muamalah.

    Musyarakah atau syirkah menurut bahasa berarti

    yang artinya campur

    atau percampuran. Maksud percampuran disini ialah mencampurkan hartanya dengan

    harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.10

    Adapun secara terminologi ada beberapa pendapat ulama fiqh yang memberikan definisi

    syirkah, yaitu sebagai berikut :

    a.

    Menurut Sayyid Sabiq, dari kalangan ulama Hanafiah yang dimaksud dengan

    syirkah adalah:

    ! akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan

    keuntungan.11

    b. Menurut Muhammad Al-syarbini al-khatib, dari kalangan ulama Syafiiyah

    dan Hambilah yang dimaksud dengan syirkahialah:

    "

    #$%

    &%

    ' ()* +,-. #/012 34 5 6Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara yang

    masyhur (diketahui).12

    c. Idris Ahmad menyebutkan syirkah sama dengan syarikat dagang, yakni dua

    orang atau lebih sama-sama berjanji akan bekerja sama dalam dagang, dengan

    menyerahkan modal masing-masing, dimana keuntungan dan kerugiannya

    10Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, hal.125

    11Ibid12

    Muhammad Munir bin Abdah,Al ittihafat al Saniyah,1367, bi al ahadisal Qudsiyah,Juz I, Dar.Ibm katsir

    Dimasqi :Beirut,h.86

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    36/103

    24

    diperhitungkan menurut besar kecilnya modal masing-masing.13

    Secara tidak

    langsung perserikatan dapat menimbulkan rasa kesetia kawanan dan dapat

    memperdalam rasa Ukhuwah Islamiyyah, serta dapat mempererat hubungan antara

    seseorang dengan orang lain, seperti yang tersirat dalam firman Allah SWT dalam

    QS. Al Maidah : 2

    !"#$%&'()*(")*

    +%,-%.)/-01!Artinya : Dan tolong - menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

    dan taqwa dan jangan tolong - menolong dalam berbuat dosa dan

    pelanggaran. ( QS. Al Maidah : 2 ).14

    d. Dr. M. Nejatullah Siddiqi mendefinisikan syirkah sebagai keikutsertaan dua orang

    atau lebih dalan suatu usaha tertentu dengan sejumlah modal yang telah ditetapkan

    berdasarkan perjanjian untuk bersama-sama menjalankan suatu usaha dan

    pembagian keuntungan dan kerugian dalam bagian yang ditentukan.15

    e. H. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K.Lubis mendefinisikan syirkah

    secara harfiah mempunyai arti penggabungan atau percampuran. Secara

    istilah adalah perjanjian kesepakatan bersama antara beberapa pemilik modal

    untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek, yang biasanya berjangka

    panjang dan juga resiko kerugian ataupun keuntungan dibagi secara berimbang

    sesuai dengan penyertaan modalnya.16

    Setelah kita membahas tentang definisi syirkah menurut para ulama kiranya

    dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan syirkahadalah akad antara orang-orang

    yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan. Adapun keuntungan ditentukan

    13Ibid, hal 126-127

    14Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahnya, Solo, CV. Pustaka Mantiq, 1997, hlm. 122

    15M. Nejatullah Siddiqie, Partnership and Profit Sharing in Islamic Law, Terj. Fakhriyah Mumtihani, Kemitraan

    Usaha dan Bagi Hasil Dalam Hukum Islam, Jakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 1996, hlm. 8.16

    Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, op.cit, hal 74

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    37/103

    25

    sesuai dengan kesepakatan bersama diawal dan kerugian ditanggung secara

    proporsional sampai batas modal masing-masing.

    1.

    Landasan Hukum Musyarakah

    a.

    Dalam Al Quran Allah SWT berfirman dalam QS An Nisa : 12

    &"234567869:-;3?@*56'AB

    -CDEF&G:-;-%HI

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    38/103

    26

    #7 8 9

    :; 7?

    @ 7?

    D -

    ! K!

    K #

    L

    !

    M( Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata: Sesungguhnya Allah

    Azza Wa Jalla berfirman: Aku (Allah) merupakan orang ketiga dalam

    perserikatan antara dua orang, selama salah seorang diantara keduanya tidak

    melakukan pengkhianatan terhadap yang lain. Jika seseorang melakukanpengkhianatan terhadap yang lain, aku keluar dari perserikatan antara dua orang

    itu. (HR. Abu Daud dan Hakim dari Abi Hurairah).20

    Hadis ini menerangkan, bahwa jika dua orang bekerja sama dalam satu usaha,

    maka Allah ikut menemani dan memberikan berkah- Nya, selama tidak ada teman

    yang mengkhianatinya. Perkongsian akan jatuh nilainya jika terjadi

    penyelewengan oleh pengurusnya. Inilah yang diperingatkan Allah SWT, bahwa

    dalam berkongsi masih banyak jalan dan cara yang memungkinkan untuk

    berkhianat terhadap sesama anggotanya. Di samping itu masih banyak hadits yang

    lain yang menceritakan bahwa para sahabat telah mempraktekkan syirkah ini

    sementara Rasulullah SAW tidak pernah melarang mereka. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa Rasulullah telah memebrikan ketetapan kepada mereka.

    Berdasarkan keterangan Al Quran dan Hadits Rasulullah tersebut diatas pada

    prinsipnya seluruh Fuqaha sepakat menetapkan bahwa hukum syirkah adalah

    mubah, meskipun mereka meperselisihkan keabsahan hukum beberapa jenis

    syirkah.

    c. Ijma

    Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mughni yang dikutip oleh Muhammad

    Syafi'i Antonio dalam bukunya Bank Syari'ah dari Teori ke Praktik, telah berkata:

    "Kaum muslimin telah berkonsesus terhadap legitimasi musyarokah secara global

    walaupun terdapat perbedaan dalam beberapa elemen darinya.21

    2.

    Syarat dan Rukun Musyarakah

    20TM. Hasbi As-Sidiqqy, Koleksi Hadits-Hadits Hukum 7, Semarang: PT. Petrajaya Mitrajaya, 2001, hlm. 175

    21Muhammad Syafi'i Antonio, loc.cit.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    39/103

    27

    Para ulama memperselisihkan mengenai rukun syirkah, menurut ulama

    Hanafiyah rukun syirkah adalahijab(ungkapan penawaran melakukan perserikatan)

    dan qabul (ungkapan penerimaan perserikatan ). Adapun mengenai dua orang yang

    berakad dan harta berada diluar pembahasan akad seperti dalam akad jual beli.

    Dan Jumhur ulama menyepakati bahwa akad merupakan salah satu hal yang

    harus dilakukan dalam syirkah.

    a. Adapun rukun syirkah menurut para ulama meliputi :

    1) Sighat (Ijab dan Qabul)

    Adapun syarat sah dan tidaknya akad syirkah tergantung pada sesuatu yang

    di transaksikan dan juga kalimat akad hendaklah mengandung arti izin buat

    membelanjakan barang syirkah dari peseronya.22

    2)

    Al Aqidain (subjek perikatan)

    Syarat menjadi anggota perserikatan yaitu :

    a) Orang yang berakal

    b) Baligh

    c)

    Merdeka atau tidak dalam paksaan

    Disyaratkan pula bahwa seorang mitra diharuskan berkompeten dalam

    memberikan atau memberikan kekuasaan perwakilan, dikarenakan dalam

    musyarakah mitra kerja juga berarti mewakilkan harta untuk diusahakan.23

    3) Mahallul Aqd (objek perikatan)

    Objek perikatan bisa dilihat meliputi modal maupun kerjanya. Mengenai

    modal yang disertakan dalam suatu perserikatan hendaklah berupa :

    a) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang

    nilainya sama.

    22Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Bandung,: Sinar Baru, 1992, hlm. 297.

    23Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Jakarta,

    Djambatan, 2001, hlm. 182.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    40/103

    28

    b) Modal yang dapat terdiri dari aset perdagangan.

    c)

    Modal yang disertakan oleh masing-masing pesero dijadikan satu,

    yaitu menjadi harta perseroan, dan tidak dipersoalkan lagi dari

    mana asal-usul modal itu.24

    b.

    Adapun mengenai syarat-syarat syirkah menurut Hanafiah dibagi menjadi

    empat bagian yaitu:25

    1) Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta

    maupun dengan yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat, yaitu :

    a) Yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat

    diterima sebagai perwakilan,

    b) Yang berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian keuntungan

    harus jelas dan dapat diketahui dua pihak, misalnya setengah,

    sepertiga dan yang lainnya.

    2) Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal(harta), dalam hal ini terdapat

    dua perkara yang harus dipenuhi yaitu :

    a)

    Bahwa modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah dari alat

    pembayaran, sperti Junaih, Riyal, Rupiah.

    b) Yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad syirkah

    dilakukan, baik jumlahnya sama maupun berbeda.

    3) Sesuatu yang bertalian dengan syarikat mufawadhah, bahwa dalam

    mufawadhahdisyaratkan :

    a) Modal dalam syirkahmufawadhahharus sama,

    b) Bagi yang bersyirkah ahli untuk kafalah,

    24Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, op.cit, hal 76

    25Muhammad Ridwan, Kontruksi Bank Syariah Indonesia, Yogyakarta : Pustaka SM, 2007, hal 127-128

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    41/103

    29

    c) Bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syirkahumum, yakni

    pada semua macam jual beli atau perdagangan.

    Menurut Malikiah syarat-syarat yang bertalian dengan orang yang

    melakukan akad ialah, merdeka, baligh, dan pintar (rusyd).

    Syafiiyah berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya hanyalah

    syirkah inan, sedangkan syirkahyang lainnya batal.

    c. Adapun syarat-syarat syirkah menurut Idris Ahmad adalah sebagai berikut :

    1) Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing anggota

    serikat kepada pihak yang akan mengendalikan harta serikat.

    2)

    Anggota serikat itu saling mempercayai, sebab masing-masing mereka

    adalah wakil dari yang lain.

    3) Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-masing,

    baik berupa mata uang maupun bentuk yang lain.26

    Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 mengatur mengenai pembiayaan

    musyarakah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:.27

    a)

    Ijab Kabul

    Ijab Kabul yang dinyatakan oleh para pihak harus memperhatikan

    hal-hal berikut ini :

    (1)Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan

    tujuan kontrak (akad).

    (2)Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

    (3) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau

    dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

    b) Subjek Hukum

    26Ibid. hlm.128

    27Himpunan Undang-undang & peraturan pemerintah tentang Ekonomi Syariah dilengkapi 44 Fatwa Dewan

    Syariah Nasional MUI tentang Produk Perbankan Syariah, Yogyakarta : Pustaka Zaedny, 2009, hal 154-156

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    42/103

    30

    Para pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memperhatikan

    hal-hal berikut ini :

    (1)

    Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan

    perwakilan.

    (2)

    Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap

    mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

    (3)Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur asset musyarakah

    dalam proses bisnis normal.

    (4)Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk

    mengelola asset dan masing-masing dianggap telah diberi

    wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan

    memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan

    kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

    (5)Seorang mitra tidak diijinkan untuk mencairkan atau

    menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.

    c)

    Obyek akad

    Objek akad pada musyarakah terdiri dari modal, kerja,

    keuntungan dan kerugian. Masing-masing ditentukan hal-hal sebagai

    berikut ini :

    (1)Modal

    (a)Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau

    yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset

    perdagangan, seperti barang-barang, property, dan

    sebagainya. Jika modal berbentuk asset, harus terlebih

    dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    43/103

    31

    (b)Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan,

    menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah

    kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

    (c)

    Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada

    jaminan, namun untuk menghindari terjadinya

    penyimpangan, Bank (LKS) dapat meminta jaminan.

    (2)Kerja

    (a)Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar

    pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja

    bukanlah merupakan syarat. Seseorang mitra boleh

    melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan

    dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan

    tambahan bagi dirinya.

    (b)Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas

    nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-

    masing data organisasi kerja harus dijelaskan dalam

    kontrak.

    (3)Keuntungan

    Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk

    menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi

    keuntungan atau ketika penghentian musyarakah.

    (a)Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara

    proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada

    jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi

    seorang mitra.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    44/103

    32

    (b)Seorang mitra boleh mengusulkan, bahwa jika keuntungan

    melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau presentasi itu

    diberikan kepadanya.

    (c)

    Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas

    dalam akad.

    (d)Kerugian

    Kerugian harus dibagi diantara para mitra secara

    proporsional menurut saham masing-masing dalam modal.

    d) Biaya Operasional dan persengketaan

    (1)

    Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

    (2)Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

    terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya

    dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak terjadi

    kesepakatan melalui musyawarah.

    3.

    ManfaatMusyarakah

    Salah satu prinsip bagi hasil yang banyak di pakai dalam perbankan syariah

    adalah musyarakah. Dimana musyarakah biasanya diaplikasikan untuk

    pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank secara bersama-sama menyediakan

    dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah

    mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk

    bank.

    Adapun manfaat dari pembiayaanMusyarakah yaitu meliputi.28

    a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat

    keuntungan usaha nasabah meningkat

    28Muhammad Syafi'i Antonio. op.cit. h. 93-94

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    45/103

    33

    b. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan Cash Flow atau

    Arus Kas Usaha Nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.

    c.

    Bank akan lebih selektif dan hati-hati ( prudent ) mencari usaha yang

    benar-benar halal, aman dan menguntungkan.

    d.

    Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda dengan

    prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih pembiayaan (nasabah) satu

    jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah,

    bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

    Adapun resiko yang terjadi dalam pembiayaanMusyarakah, relative tinggi :

    1)

    Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam

    kontrak.

    2) Nasabah sering Lalai dalam usaha dan melakukan kesalahan yang

    disengaja guna kepentingan diri sendiri..

    3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur dan

    pihak lembaga keuangan sulit untuk memperoleh data sebenarnya.

    4.

    Macam-MacamMusyarakah

    Ulama fiqh membagi syirkah dalam dua bentuk yaitu :29

    a. Syirkah Amlak ( milik)

    Syirkah Amlak ialah : persekutuan antara dua orang atau lebih untuk

    memiliki harta bersama tanpa melalui akad syirkah.

    Syirkah dalam kategori ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu :

    1)

    Syirkah Ikhtiyariyah

    Ialah : Syirkah yang terjadi atas perbuatan dan kehendak pihak-pihak yang

    berserikat.

    2) Syirkah Ijbariyah

    29Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007, hal 167-168

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    46/103

    34

    Ialah : Syirkah yang terjadi tanpa keinginan para pihak yang bersangkutan,

    seperti persekutuan ahli waris.

    b. Syirkah Uqud ( akad )

    Syirkah Uqud ialah : persekutuan antara dua orang atau lebih untuk

    mengikatkan diri dalam perserikatan modal dan keuntungan.30

    Mengenai pembagian Syirkah Uqud ini para Ulama Fiqh berbeda

    pendapat.

    1) Ulama Madzhab Hambali membaginya dalam lima bentuk yaitu :

    Syirkah Inan,Mufawadhah, Abdan, Wujuh, danMudharabah.

    2) Ulama Madzhab Maliki membaginya menjadi empat yaitu: Syirkah Inan,

    Mufawadhah, Abdan danMudharabah.

    3) Ulama Madzhab Syafii hanya membenarkan syirkah inan dan

    Mudharabah

    4) Ulama Madzhab Hanafi membaginya menjadi tiga yaitu :

    a) Syirkah Al-Amwal ( perserikatan dalam modal atau harta).

    b)

    Syirkah Al-Amal ( perserikatan dalam kerja ).

    c) Syirkah Al-Wujuh ( perserikatan tanpa modal ).

    Berikut ini adalah pengertian umum tentang macam-macam Syirkah

    Uqud :31

    (1)Syirkah Al-amwal

    Yaitu : persekutuan antara dua pihak pemodal atau lebih dalam usaha

    tertentu dengan mengumpulkan modal bersama dan membagi

    keuntungan dan resiko kerugian berdasarkan kesepakatan.

    (2)

    Syirkah Al-Amal atau Syirkah Abdan

    30Ibid

    31Ghufron A. Masadi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 194-195.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    47/103

    35

    Yaitu : Persekutuan dua pihak pekerja atau lebih untuk mengerjakan

    suatu pekerjaan. Hasil atau upah dari pekerjaan tersebut dibagi sesuai

    dengan kesepakatan mereka.

    (3)

    Syirkah Al-Wujuh

    Yaitu : Persekutuan antara dua pihak pengusaha untuk melakukan

    kerjasama dimana masing-masing pihak sama sekali tidak

    menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan

    kepercayaan pihak ketiga.

    (4)

    Syirkah Al-Inan

    Yaitu : Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak-pihak

    yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama baik dalam hal modal,

    pekerjaan, maupun dalam hal keuntungan dan resiko kerugian.

    (5)

    Syirkah Al-Mufawadhah

    Yaitu : Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak-pihak

    yang terlibat didalamnya adalah sama, baik dalam hal modal,

    pekerjaan, maupun dalam hal keuntungan dan resiko kerugian.

    (6)

    Syirkah Al-Mudharabah

    Yaitu : Persekutuan antara pihak pemilik modal dengan pihak yang

    ahli dalam berdagang atau pengusaha, dimana pihak pemodal

    menyediakan seluruh modal kerja.

    Dengan kata lain perserikatan antara modal pada satu pihak,

    dan pekerjaan pada pihak lain. Keuntungan dibagi berdasarkan

    kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung oleh pihak pemodal.

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    48/103

    36

    5. Pembagian Keuntungan dalam Musyarakah

    Seperti yang telah kita ketahui, keuntungan akan dibagi di kalangan rekanan

    dalam usaha berdasarkan bagian-bagian yang telah mereka tetapkan sebelumnya.

    Bagian keuntungan setiap pihak harus ditetapkan sesuai bagian atau prosentasi.

    Tidak ada jumlah pasti yang diterima oleh keempat ulama fiqh islam untuk

    perjanjian mudharabah. Juga adanya kesepakatan yang menunjukan bahwa tidak

    ada jumlah yang pasti yang dapat ditetapkan bagi pihak manapun baik itu dalam

    syirkah maupun mudharabah. Pendapat tersebut menunjukan bahwa dalam

    pembagian keuntungan , pihak-pihak dalam usaha tersebut bisa menetapkan

    berapapun bagian tersebut melalui perjanjian bersama, sebagaimana yang

    disepakati dalam perjanjian mudharabah, akan tetapi dalam syirkahpendapat ini

    hanya didukung oleh ahli-ahli fiqh penganut mazhab hambali dan Hanafi.

    Menurut para fuqaha dari mazhab Maliki dan SyafiI, pembagian keuntungan

    dalam syirkahharus mencerminkan jumlah modal yang ditanamkannya.32

    Menurut para ahli fiqh pengikut Hanafi, dalam Syirkah keuntungan yang

    dibagikan kepada setiap rekanan harus ditetapkan sesuai total keuntungan, bukan

    berdasarkan jumlah uang tertentu. Juga wajib membagi keuntungan kepada pihak

    yang memperoleh modal melalui mudharabah dan kepada pemilik modal

    ditetapkan dengan suatu ukuran keuntungan yang sederhana, misalnya: seperdua,

    sepertiga, atau seperempat.

    Sebagaimana dalam perjanjian syirkah, ahli-ahli fiqh pengikut syafii dan

    Maliki berpendapat bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai jumlah bagian atas

    jumlah-jumlah modal yang diinvestasikan yang secara tidak langsung

    32M. Nejatullah Siddiqi, op,cit, h.18

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    49/103

    37

    menunjukkan bahwa suatu jumlah uang tertentu sebagai keuntungan tidak dapat

    dibagi kepada pihak manapun.

    Pendapat dari pengikut Hambali sama dengan pengikut hanafi, yaitu bahwa

    :Keuntungan harus dibagikan diantara (para rekanan) sesuai ketentuan-ketentuan

    yang telah ditetapkan sepanjang bentuk mudharabah atau musyarakah utu

    dianggap sederhana, maka tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah tersebut.

    Dan tidak boleh ditetapkan untuk menambah jumlah dirham lebih dari modal

    yang diinvestasikan kepada satu pihak tertentu.

    Jika ada salah satu dari kedua pihak menetapkan satu jumlah dirham tertentu

    dalam syirkahatau mudharabah, maka itu tidak dapat disahkan.33

    6.

    Berakhirnya Akad Musyarakah

    Hal-hal yang menyebabkan berakhirnya suatu Akad Syirkah secara umum

    yaitu:34

    a. Salah satu pihak membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak yang

    lainnya (mengundurkan diri).

    b.

    Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk bertasharruf (keahlian

    mengelola harta) baik karena gila maupun karena alasan lainnya.

    c. Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi apabila anggota syirkah lebih dari

    dua orang, yang batal hanyalah yang meninggal saja.

    d. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampunan, baik karena boros yang

    terjadi pada waktu perjanjian syirkah tengah berjalan maupun sebab yang

    lain.

    e. Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas

    harta yang menjadi saham syirkah.

    33Ibid, h. 20

    34Hendi Suhendi. op.cit. h. 134-135

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    50/103

    38

    f. Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama

    syirkah.

    C. Musyarakah Dalam Sistem Perbankan Syariah

    1.

    Pengertian Perbankan Syariah

    Secara Umum Bank adalah lembaga yang memiliki tiga fungsi utama yaitu

    menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa pengiriman

    uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan sesuai

    dengan akad syariah telah dilakukan sejak zaman Rasululllah SAW. Praktek-praktek

    seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan

    untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan sejak

    zaman Rasulullah SAW. Pengertian Perbankan sendiri adalah segala sesuatu yang

    menyangkut tentang Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

    proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

    Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

    Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara

    dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.35 Dengan definisi itu, berarti

    Perbankan Syariah meliputi Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS),

    dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).36

    2.

    Dasar Hukum Perbankan Syariah

    Bank Syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui

    keberadaannya di Negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis normatif

    tercatat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, diantaranya, Undang-

    Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan , Undang-Undang No.10 tahun 1998

    tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan,

    35Pasal 1 angka 1 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

    36Zubaeri Hasan, Undang-undang Perbankan Syariah (titik temu Hukum Islam dan Hukum Nasional), Jakarta :

    Rajawali Pers, 2009, h. 4

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    51/103

    39

    Undang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.23

    Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang-Undang No.3 Tahun 2006 tentang

    Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, dan

    Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah .37

    Selain itu,

    pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan syariah tumbuh dan

    berkembang pada umumnya di seluruh Ibukota provinsi dan Kabupaten di Indonesia,

    bahkan beberapa bank konvensional dan lembaga keuangan lainnya membuka Unit

    Usaha Syariah (bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan

    semacamnya).38

    3.

    VISI dan MISI Perbankan Syariah39

    a.

    Visi Perbankan Syariah

    Perbankan Syariah memiliki visi untuk Terwujudnya sistem perbankan syariah yang

    kompetitif, efisien, dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung

    sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (share-based

    financing) dan transaksi riil dalam kerangka keadilan, tolong menolong menuju

    kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat.

    b.

    Misi Perbankan Syariah

    Misi perbankan syariah berdasarkan visi nya adalah:

    1)

    melakukan kajian dan penelitian tentang kondisi, potensi serta kebutuhan

    perbankan syariah secara berkesinambungan;

    2)

    mempersiapkan konsep dan melaksanakan pengaturan dan pengawasan

    berbasis risiko guna menujamin kesinambungan operasional perbankan

    syariah yang sesuai dengan karakteristiknya;

    37Zainuddin Ali,Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h.4

    38ibid

    39Ibid.h.8

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    52/103

    40

    3) mempersiapkan infrastruktur guna peningkatan efesiensi operasional

    perbankan syariah;

    4)

    mendisain kerangka entry dan exit perbankan syariah yang dapat

    mendukung stabilitas perbankan.

    4. Produk Umum Perbankan Syariah

    Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit

    ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit yang mengalami

    kekurangan dana. Melalui bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-

    pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.40

    Dalam system perbankan syariah, terdapat beberapa produk yang telah

    dioperasikan atau diaplikasikan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

    Produk-produk perbankan syariah yang telah mendapat rekomendasi dari Dewan

    Pengawas Syariah Nasional untuk dijalankan antara lain sebagai berikut :41

    a. Mudharabah

    Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul. Atau lebih

    tepatnya adalah proses seseorang dalam menjalankan suatu usaha. Secara teknis,

    mudharabahadalah sebuah akad kerja sama antarpihak dimana pihak pertama (shahib

    al-mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihal lainnya menjadi

    pengelola.

    Keuntungan usaha secara mudharabah, dibagi menurut kesepakatan yang

    dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama

    bukan akibat kelalaian si pengelola. Namun, seandainya kerugian tersebut disebabkan

    oleh kelalaian atau kecurangan pengelola. Maka si pengelola harus bertanggung jawab

    40Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,Yogyakarta: EKONISIA, 2004, h. 56

    41Zainuddin Ali.op.cit.h.41

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    53/103

    41

    atas kerugian yang terjadi. Dalam akad mudharabah, untuk produk pembiayaan, juga

    dinamakanprofit sharing.

    b.

    Murabahah ( Pembiayaan dengan margin)

    Murabahah merupakan salah satu produk perbankan syariah, baik kegiatan

    usaha yang bersifat produktif maupun yang bersifat konsumtif. Murabahah adalah

    jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara

    pihak penjial dan pembeli. Dalam kontrak murabahah penjual harus memberitahukan

    harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai

    tambahannya. Kontrak murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara

    pemesanan, yang biasa disebutmurabahahkepada pemesan pembelian.

    Secara umum, nasabah pada perbankan syariah mengajukan permohonan

    pembelian suatu barang, dimana barang tersebut akan dilunasi oleh pihak bank

    syariah kepada penjual. Sementara itu, nasabah bank syariah melunasi pembiayaan

    tersebut kepada bank syariah dengan menambah sejumlah margin kepada pihak bank

    sesuai dengan kesepakatan yang terdapat pada perjanjian murabahah yang telah

    disepakati sebelumnya antara nasabah dengan bank syariah. Setelah itu pihak

    nasabah dapat melunasi pembiayaan tersebut, baik secara tunai maupun kredit.

    c. Bai bi As-Salam

    Bai bi As-Salam adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara pihak

    bank dengan pihak nasabahnya, yaitu pihak bank menyediakan dana untuk pembelian

    barang/asset yang dibutuhkan oleh pihak nasabah untuk mendukung usaha atau suatu

    proyek. Selanjutnya, pihak nasabah akan membayar secara kredit dengan mark-up

    yang didasarkan atas opportunity cost project(OCP)

    d. Musyarakah

  • 7/23/2019 Analisis Akad Pembiayaan Musyarakah (Studi Kasus Perjanjian Musyarakah No 55_064-1!10!10 Di BPRS Buana Mit

    54/103

    42

    Musyarakahadalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

    usaha tertentu. Dimana m