Post on 06-Mar-2019
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurhasanih
NIM : 102018224104
Program Studi : Manajemen Pendidikan
Jurusan : Kependidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, September 2010
Penulis
Nurhasanih
ABSTRAK
NURHASANIH
" Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru di MTs Al-Khairiyah
Jatirahayu Pondok Melati. Jurusan KI-Manajemen Pendidikan, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Pondok Melati. Masalah terfokus pada persepsi siswa mengenai disiplin kerja guru IPS dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran dan disiplin dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, disiplin dalam menggunakan waktu agar waktu yang ada dalam satuan mata pelajaran dapat dipergunakan sesuai dengan kapasitasnya. Penelitian ini dilakukan di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Pondok Melati. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 25 siswa, dan yang menjadi sampel adalah 20 orang siswa. Peneliti melakukan penyebaran angket ke 20 siswa dengan 20 item pertanyaan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, adapun penelitian mengenai persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di Mts Al-Khairiyah, jatirahayu Pondok melati ini termasuk pada penelitian deskriptif, yakni penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang lain.
Dengan hasil nilai rata-rata dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja guru IPS dapat dikatakan cukup baik. Namun ada beberapa aspek dari disiplin guru yang harus ditingkatkan lagi seperti mengevaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil evalusi dan disiplin dalam bimbingan dan konseling. Sehingga jika seorang guru mempunyai disiplin kerja yang tinggi akan memotivasi siswa untuk belajar.
i
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الر حمن الر حيم
Dengan merendahkan hati Sang Maha Berilmu, puji syukur kepada Allah
SWT, Sang Maha Rahman dan Rahim yang telah memberikan segala petunjuk
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan karya ini. Shalawat serta salam untuk
Nabi dan Rasul yang paling mulia,Muhammad S A W beserta keluarga, sahabat
dan orang shaleh yang senantiasa berjuang menegakkan Islam.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar kesarjanaan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi
Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedkit
hambatan dan kesulitan yang dihadapi,namun berkat bantuan dan motivasi yang
tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis
hanya dapat menyampaikan terima kasih yang terdalam dan rasa hormat kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
diantaranya:
1. Prof. Dr. dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil., Ketua Jurusan Kependidikan Islam.
3. Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang tulus memberikan
arahan dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi ini.
4. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di UIN syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh Petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang
telah membantu penulis dalam penyediaan referensi skripsi.
ii
iii
6. Khodir Yadi, S.Pd., Kepala MTs Al-Khairiyah serta personil madrasah
(dewan guru, pegawai tata usaha, siswa) yang telah memperkenankan
penulis mengadakan penelitian di madrasah tersebut dan memberikan
bantuan di dalam pelaksanaan penelitian.
7. Keluarga penulis, Bapak. H.Muhammad (Alm) dan Ibu Hj. Samroh yang
dengan ikhlas dan sabar mendo'akan, memberikan kasih sayang,
membimbing sehingga penulis bisa menjalani semuanya dengan motivasi
yang selalu diberikan, serta kakak-kakak dan sepupu-sepupu yang
membantu serta memberi semangat penulis untuk segera menyelesaikan
kuliah.
8. Sahabat-sahabat KI-Manajemen Pendidikan tahun 2002 dan pihak-pihak
yang tidak dapat disebukan satu persatu, terima kasih atas kontribusinya
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga jasa dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan
mendapat balasan kebaikan yang berganda dari Allah SWT. Dan akhirnya penulis
berharap semoga hasil penelitian kependidikan ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAPTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................. 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Persepsi Siswa ................................................................. 6
1. Pengertian Persepsi ................................................... 6
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ............. 9
B. Disiplin Kerja Guru ......................................................... 10
1. Pengertian Disiplin .................................................... 10
2. Macam-macam Disiplin ............................................ 15
3. Fungsi Disiplin Kerja guru ....................................... 17
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru 18
5. Tugas Guru dan Tanggung Jawab Guru ................... 21
C. Hakikat Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru ..... 28
D. Kerangka Berpikir……………………………………… 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ............................................................ 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 31
iv
v
C. Metode Penelitian ........................................................... 31
D. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 32
F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ............................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... 36
B. Deskripsi Data ................................................................. 40
C. Analisis dan Interpretasi Data ......................................... 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 56
B. Saran-saran ...................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar guru dan karyawan MTs Al-Khairiyah ...................................... 38
Tabel 2 Data siswa tahun ajaran 2009/2010 ...................................................... 39
Tabel 3 Sumber belajar ...................................................................................... 39
Tabel 4 Ruang penunjang .................................................................................. 40
Tabel 5 Guru IPS tepat waktu hadir di kelas...................................................... 41
Tabel 6 Guru IPS memulai pelajaran tepat waktu ............................................. 41
Tabel 7 Guru IPS istirahat tepat waktu .............................................................. 42
Tabel 8 Guru IPS mengakhiri pelajaran tepat waktu ......................................... 42
Tabel 9 Guru IPS meninggalkan kelas saat PBM berlangsung.......................... 43
Tabel 10 Guru IPS meminta tambahan waktu ................................................... 44
Tabel 11 Guru IPS mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai...................... 44
Tabel 12 Guru IPS mengabsen siswa sesudah pelajaran selesai ........................ 45
Tabel 13 Guru IPS mengisi jurnal kelas ............................................................ 45
Tabel 14 Guru IPS menggunakan alat bantu peraga .......................................... 46
Tabel 15 Guru IPS memberikan tugas bila berhalangan hadir .......................... 46
Tabel 16 Guru IPS memberikan Pre-test ........................................................... 47
Tabel 17 Guru IPS memberikan Post-test .......................................................... 47
Tabel 18 Guru IPS menyampaikan materi pelajaran dari berbagai sumber ....... 48
Tabel 19 Guru IPS menyampaikan materi dengan menghubungkannya dengan keadaan sekitar ....................................................................................... 48
Tabel 20 Guru IPS menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan yang ada ................................................................................................ 49
Tabel 21 Guru IPS memberikan teguran dan menasehati siswa yang tidak disiplin ........................................................................................................ 50
vi
vii
Tabel 22 Guru IPS memeriksa PR siswa ........................................................... 50
Tabel 23 guru IPS memberi hukuman ketika ada siswa yang tidak mematuhi peraturan ............................................................................................. 51
Tabel 24 Guru IPS menggunakan seragam sesuai dengan peraturan sekolah ... 51
Tabel 25 Deskripsi data siswa tentang disiplin guru .......................................... 52
Tabel 26 Nilai rata-rata skor penelitian .............................................................. 53
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah
membawa kita ke dalam era globalisasi. Pada era ini, sifat kompetitif di segala
bidang sangat menonjol. Individu atau pun kelompok tidak dapat lagi bekerja
asal-asalan melainkan harus memiliki sikap yang “totality”, termasuk dunia
pendidikan. Dunia pendidikan tidak dapat menghindarkan diri dari globalisasi
ini. Dunia pendidikan harus menyesuaikan diri dengan era ini agar tidak
ketinggalan dengan negara lain. Padahal pendidikan merupakan hal yang
penting bagi keberlangsungan dan kemajuan sebuah bangsa.
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 disebutkan
bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Definisi di atas menyiratkan bahwa pendidikan tidak dilaksanakan secara
serampangan atau tidak beraturan, hanya dilaksanakan saja tanpa arah tujuan
yang jelas. Kemudian, proses pembelajaran yang diharapkan terjadi adalah
proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu
1
2
mengembangkan potensi dirinya sehingga menjadi pribadi yang memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, mampu mengendalikan diri, memiliki
kepribadian yang baik, cerdas, terampil, dan berakhlak mulia.
Terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi kegiatan proses
pembelajaran, diantaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat dan media
yang tersedia, serta faktor lingkungan.1 Salah satu aspek penting dalam
pembelajaran dari beberapa hal tersebut adalah guru. Guru merupakan ujung
tombak dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah karena gurulah yang
berhadapan langsung dengan siswa. Oleh sebab itu maka proses pembelajaran
yang baik tidak bisa lepas dari peran guru. Hal ini senada dengan apa yang
disampaikan oleh Wardiman Djoyonegoro dalam E. Mulyasa bahwa : “…
terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan
pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas
sumberdaya manusia (SDM), yakni (1) sarana gedung, (2) buku yang
berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional.”2
Fakta dalam dunia pendidikan kita terlihat bahwa masih banyak hal yang
harus dibenahi, misalnya gaji guru rendah bila dibandingkan dengan profesi
lainnya. Rendahnya gaji ini berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan
guru, yang kemudian, seperti yang dikatakan Ki Supriyoko (1999), “kondisi
ekonomi para pendidik yang rendah menyebabkan martabatnya di masyarakat
pun rendah, serta hilangnya rasa bangga guru terhadap profesinya.”3
Selain itu, beberapa fakta berikut juga menjadi bukti rendahnya mutu
pendidikan kita, antara lain:
1. Lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki
dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki.
2. Mutu akademik antar bangsa melalui Programme for International Student Assesment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat ke-
1 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2008), h. 15 2 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional¸(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 3 3 Syaukani, HR. Titik Temu dalam Dunia Pendidikan, (Jakarta: Nuansa Madani, 2002), h.
89
3
38, sementara untuk bidang Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat ke-39.4
Belum lagi peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia yang
masih rendah (tahun 2007, Indonesia ada pada peringkat 107 dari 177 negara
yang diteliti, dan bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang
dilibatkan dalam penelitian, Indonesia pada peringkat yang paling rendah).5
Ditambah dengan “data jumlah guru berkualifikasi di bawah S1 dan D IV
masih tinggi, yakni 1.457.000 orang atau sekitar 58,3 persen.”6 Hal tersebut di
atas berarti masih banyak masalah yang mesti dibenahi dalam pendidikan kita.
Jika data di atas dikaitkan dengan Standar Nasional Pendidikan yang
mensyaratkan bahwa guru, baik pada tingkat pendidikan anak usia dini
maupun pendidikan menengah atas, harus berkualifikasi minimal Sarjana (S1)
atau Diploma IV (D IV). Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hanya
41,7% guru kita yang memenuhi kualifikasi Sarjana (S1) atau Diploma IV (D
IV). Maka
Memang diakui bahwa masalah-masalah tersebut bukan tanggungjawab
guru semata. Akan tetapi, beberapa fakta tersebut menuntut guru untuk terus
mengembangkan diri. Kualitas pembelajaran juga sangat ditentukan oleh
kualitas guru. Guru yang baik dan bermutu harus memiliki kompetensi yang
baik. Guru yang baik dan bermutu harus disiplin dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya.
Guru yang disiplin akan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan termasuk
mempersiapkan dirinya sendiri sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dengan disiplin yang baik, guru tidak lagi kelabakan mencari hal-hal yang
diperlukan saat pembelajaran berlangsung. Dengan demikian diharapkan
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
4 Kunandar, Guru Profesional, Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGarfindo Persada, 2008), h. 1-2 5 Sarjilah, http://lpmpjogja.diknas.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1
&id=232. 6 http://www.klubguru.com/content/filephp?file=pdf-edukasi2.pdf, Pendidikan Memang
Butuh Biaya, Tabloid Edukasi Edisi 2, h. 2
4
Kenyataan yang terjadi di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati
Bekasi tidak jauh berbeda dengan beberapa masalah di atas. Berdasarkan
pengamatan penulis, masalah disiplin guru yang masih rendah ada di sana. Hal
ini terlihat dari terdapat kelas kosong (tidak ada gurunya) pada waktu proses
belajar mengajar, daftar kehadiran guru yang masih terdapat beberapa kali
absen. Selain itu, gaji guru juga rendah7 (di bawah upah minimum regional
(UMR Bekasi Rp. 1.168.974)8).
Jika demikian, maka tujuan pendidikan sulit untuk dicapai. Upaya untuk
memperbaiki mutu pendidikan bangsa ini hanya akan menjadi harapan saja.
Guru tidak maksimal dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya,
sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi tidak maksimal.
Atas dasar berbagai uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
membahas masalah tersebut melalui skripsi ini dengan judul “Persepsi Siswa
tentang Disiplin Kerja Guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok
Melati -Bekasi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah,
sebagai berikut:
1. Kualifikasi guru masih rendah karena banyak guru (58,3%) belum S1 atau
D-IV.
2. Gaji guru rendah karena pada sebagian sekolah belum sesuai dengan upah
minimum regional daerah setempat.
3. Disiplin kerja guru rendah karena tingkat kehadiran guru di sekolah
rendah.
C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan dana, maka penelitian ini kami fokuskan
pada disiplin kerja guru, yaitu ketaatan dan kepatuhan guru dalam mentaati
7 Hasil wawancara penulis dengan salah satu guru pada saat observasi (pra penelitian) di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu Bekasi.
8 http://www.google.com
5
tata tertib/aturan yang berlaku dalam proses belajar mengajar, yang mencakup
aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, tindak lanjut hasil evaluasi pembelajaran, dan pembinaan
peserta didik.
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah
Jatirahayu, Pondok Melati –Bekasi?”.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memperluas wawasan
keilmuan kita semua, khususnya bagi penulis. Adapun penelitian ini kami
harapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Sekolah sebagai informasi untuk mengembangkan langkah-langkah yang
dianggap perlu untuk meningkatkan disiplin kerja guru.
2. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai sumber bagi fakultas
untuk mengembangkan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam
pembinaan dan mengembangkan program untuk membentuk calon guru
yang memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya kelak.
3. Pemerintah, sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan
untuk membina dan mengembangkan potensi dan jiwa keguruan,
khususnya bagi mahasiswa calon guru dan guru pada umumnya.
4. Masyarakat, memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat
bekerjasama dengan lembaga pendidikan Islam dalam mengembangkan
dan membina jiwa kedisiplinan kepada para mahasiswa dan guru yang
akan kembali kepada masyarakat itu sendiri.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Persepsi Siswa
1. Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari Bahasa Inggris yaitu"Perseption, yang berarti
pengamatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu".1
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Di
samping itu, persepsi juga adalah kemampuan membeda-bedakan,
mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan, proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indera.2 Istilah persepsi
mempunyai bentuk makna seperti yang dikemukakan para ahli berikut ini:
1) Menurut Bimo Walgito, “persepsi merupakan pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima sehingga
merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu manusia.3
1 Jhon M Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
1990), h.242 2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. Ke-3, h.
863 3 Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi, (Yogyakarta: Andi
Yogyakarta: 2003), h. 53
6
7
2) Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, “persepsi merupakan
pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan
yang diperoleh dengan menyimpan informasi dan menafsirkan
pesan.”4
3) Menurut Rita L. Atkinson dkk, “persepsi adalah proses
menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita
(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita
dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita
sendiri”.5
4) Menurut M. Alisuf Sabri Mendefinisikan “Persepsi atau pengamatan
sebagai aktifitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali
rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat
inderanya, dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia atau
individu mengenali lingkungan hidupnya".6
Pada hakikatnya persepsi adalah proses yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Untuk dapat
memahami persepsi adalah terletak pada bahwa persepsi itu suatu
penafsiran terhadap sesuatu.
Jadi persepsi adalah proses individu dalam memahami objek
lingkungannnya seperti peristiwa, ide atau pola pikir seseorang, perilaku
seseorang yang kesemuannya memberi pesan tertentu yang dproses
dengan alat indera sehingga individu tersebut dapat mengenali objek serta
menjadi pengalaman yang bermakna.
Setiap objek atau informasi yang diterima akan memberi makna
yang berbeda pada orng yang berbeda meskipun mereka berada pada
situasi yang sama. Hal ini disebabkan karena berbedanya kapasitas alat
4 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h.
51 5 Rita Atkinson et. all., Psikologi Sosial, (Batam Interaksara: tanpa tahun), Ed. Ke-2, h. 88 6 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi dan Perkembangan, (Jakarta : Pedoman Ilmu
Jaya,1993), cet. Ke-1, h.45
8
indera, pengalaman dan lingkungan.
Persepsi merupakan suatu proses penafsiran seseorang terhadap
sesuatu yang dilihatnya dengan menginterpretasikan kesan-kesan
sensorinya dalam usaha memberikan makna tertentu terhadap
lingkungannya. Persepsi juga merupakan proses pengenalan terhadap
sesuatu yang ada dan terjadi di sekitar kita. Persepsi selalu dipengaruhi
oleh kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Dengan
demikian, setiap persepsi peserta didik akan berbeda terhadap objek yang
sama.
Perbedaan persepsi dipengaruhi oleh faktor pribadi. Pribadi
seseorang berbeda dengan pribadi yang lain sebagai bukti keunikan
manusia, sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi
terhadap rangsangan-rangsangan yang sama.
Menurut Hamalik, “persepsi sangat ditentukan oleh tingkat
pemahaman dan subjektivitas seseorang.”7 Selain itu, persepsi bukan
hanya dari pengalaman tetapi juga objek yang sama dapat dipersepsikan
secara berbeda oleh subjek yang berbeda pula. Sebagai bahan acuan dalam
penelitian dan agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai konsep dari
tema penelitian ini, ada baiknya diberikan sebuah gambaran secara
konseptual dari judul yang digunakan.
Persepsi merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya,
seperti yang dikemukakan olah Slameto, “persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan/informasi ke dalam otak manusia. Melalui
persepsi, manusia terus-meners mengadakan hubungan dengan
lingkungan, yang dilakukan melalui alat indera”.8
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
persepsi merupakan pengungkapan pengalaman seseorang melalui
penglihatan menilai objek. Bentuk pengungkapan pendapat dari seseorang
7 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 14 8 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Bina Aksara,
1988), h. 39
9
sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman yang dimiliki, pemahaman
tersebut berkaitan dengan persepsi.
Dalam menilai suatu gejala, persepsi setiap orang akan berbeda-
beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh daya serap, seleksi dan
pengorganisasian seluruh pengalaman yang didapatkan seseorang dari
lingkungan untuk kemudian diinterpretasikan juga dengan berbagai
perbedaannya.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah”
pengamatan yang dilakukan manusia dengan alat-alat inderanya, seperti
indera pengelihatan, pendenganran,penciuman, kemudian dimasukkan dan
diproses didalam otak sehingga individu dapat mengenali objek-objek dan
fakta-fakta objektif tentang suatu objek atau benda.
Jadi, seseorang yang berada di suatu lingkungan dan melakukan
pengamatan disekelilingnya, itu merupakan proses yang pada akhirnya
melahirkan persepsi tentang lingkungan tersebut.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan
tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam maupun
dari luar dirinya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap
objek yang sama. Menurut Bimo Walgito, faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi ada 2 aspek yaitu aspek internal dan aspek
eksternal.9 Aspek internal sangat berkaitan erat dengan individu yang
mempersepsi sedangkan aspek ekstrnal dapat berupa stimulus dan
rangsangan.
Sedangkan menurut Singgih, faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang diantatanya adalah:
1. Motif, yaitu faktor internal yang dapat merangsang perhatian. Adanya motif dapat menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatudan sebaliknya
2. Kesediaan dan harapan. Hal ini akan menentukan pesan mana yang
9 Bimo Walgito, Psikologi Sosial, …., h. 54
10
akan dipilih untuk diterima selanjutnya sebagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan diinterpretasi
3. Intensitas rangsang.kuat lemah rangsang yang diterima akan sangat berpengaruh bagi individu
4. Pengulangan. Suatu rangsang yang muncul akan terjadi secara berulang-ulang akan menarik perhatian sebelum mencapai titik jenuh.10
Dalam menentukan persepsi seseorang tidak lepas dari pengaruh
kondisi dalam diri orang tersebut, karena kondisi mempunyai pengaruh
besar dalam diri seseorang dalam mempersepsi. Bila keadaan atau kondisi
orang tersebut baik, maka hasil persepsi atau kemampuan berpikirnya juga
akan baik.
Berdasarkan pemaparan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi,
dapat diketahui bahwa persepsi banyak dipengaruhi oleh beberapa hal
yang telah disebutkan di atas. Sebab, diyakini bahwa persepsi seseorang
sangat berpengaruh terhadap perilakunya atas sesuatu yang dipersepsi
tersebut, dan perilaku tersebut akan berpengaruh pula pada motivasinya.
B. Disiplin Kerja Guru
1. Pengertian Disiplin
Bila mendengar kata “disiplin” maka yang terbayang adalah usaha
untuk menyekat, mengawal, dan menahan. Padahal sebenarnya tidak
demikian, sebab dalam kamus kita menemukan makna disiplin selain dari
yang disebutkan diatas yaitu melatih, mendidik, dan mengatur atau hidup
teratur. Dengan kata lain pada kata disiplin itu tidak hanya terkandung
makna sekatan, tetapi juga pendidikan dan latihan.
Disiplin adalah faktor yang esensial dalam mengembangkan potensi
individu dan menciptakan kehidupan yang harmonis dan menimbulkan
hasil dalam proses kelompok. Disiplin kerja yang baik mencerminkan
besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
10 Singgih Dirgagunansa, Pengantar Psikologi, (Jakarta : Mutiara Sumber Widya. 1993),
cet. Ke-4, h.107
11
diberikan kepadanya yang mendorong semangat kerja dalam bentuk
pelaksanaan peraturan yang sangat diperlukan bagi karyawan, guru, dan
peserta didik dalam menciptakan tata tertib organisasi sekolah.
Disiplin sangat erat hubungannnya dengan sikap mental dan moral
seseorang. Untuk mewujudkan disiplin perlu adanya ketentuan-ketentuan
dan aturan-aturan yang mengatur disiplin.
Menurut Tatty SB “Sikap diri yang harus dipegang dalam buku
Muhammad Nurdin yang berjudul Kiat Menjadi Guru Profesional adalah
disiplin”.11 Didalam buku yang sama Muhammad Nurdin mengatakan
“Disiplin merupakan sikap diri yang tidak bisa dipaksakan oleh sebuah
peraturan. Sebagus apapun peraturan kalau tidak tertanam dalam dirinya,
maka peraturan itu tidak akan dilaksanakan. Disiplin erta kaitannya
dengan kepribadian seseorang. Bila kita ingin menanamkan sikap disiplin,
maka mau tidak mau harus bermula dari hal-hal yang terkecil dahulu.
Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena itu
ia harus ditanamkan secara terus menerus terhadap individu, dengan
penanaman yang terus menerus maka disiplin akan menjadi kebiasaan.
Orang-orang yang berhasil dalam bidang pekerjaanya, umumnya
mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang yang gagal
umumnya tidak disiplin.
Disiplin kerja terdiri dari dua kata yaitu disiplin dan kerja. Menurut
Soerjono Soekanto”Disi[lin ialah kepatuhan terhadap peraturan yang telah
ditetapkan sehingga dalam pembicaraan sehari-hari istilah tersebut
biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib suatu keadaan dimana perilaku
seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih
dahulu".12
11 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta : Prismasipohie, 2004
), cet. Ke-1, h.149 12 Soerjono Soekanto, Remaja dan Masalah-Masalahnya, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990).
Cet. Ke-2, h. 79
12
Disiplin berarti,teratur atau tertib, sedangkan kegiatan disiplin
bentuk masdarnya yaitu نظاما yang berarti peraturan.13
Adapun menurut Amir Daien Indrakusuma, disiplin berarti adanya
kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-
larangan,kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-
tekanan dari luar,melainkan kepatuhan yang disadari oleh adanya
kesadaran tentang nilai dan pentingnnya peraturan dan larangan tersebut.14
Disiplin merupakan suatu proses latihan dan belajar untuk meningkatkan
kemampuan untuk bertindak, berpikir, dan bekerja yang aktif dan
kreatif.disiplin juga merupakan suatu kepatuhan dan ketaatan yang muncul
karena adanya kesadaran dan dorongan dalam diri seseorang pada suatu
organisasi terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan sehingga
menimbulkan tertib.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh
setiap lembaga baik keluarga, sekolah,dan lain-lain. Dimana kesemuanya
itu harus dijalankan,ditegakkan dan dipatuhi oleh semua individu yang ada
di dalam lembaga tersebut, sehingga kedisiplinan dapat berjalan dengan
baik. Maka segala tujuan yang diharapkan dan dicita-citakan akan tercapai
secara maksimal.
Dari definisi tersebut dapat pula diartikan bahwa kerja adalah fungsi
hidup manusia untuk mendapatkan kebahagiaan lahir dan bathin. Manusia
bekerja adalah untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhannya. Bila
kata " Disiplin" dan kata "kerja" digabungkan maka disiplin kerja dapat
bermakna suasana batin yang berupa perasaan senang atau tidak senang
atau tidak senang,bergairah atau tidak bergairah dan bersemanagt atau
tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.
Disiplin kerja nerupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi
produktifitas kerja, sedangkan produktifitas merupakan keberhasilan dari
13 Mahmud Yunus, Kamus Arab dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Hildakarya, 1989), h.458 14 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional,
1978), h.142
13
suatu organisasi. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara disiplin
kerja dengan produktifitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa disiplin
adalah salah satu penentu berhasil atau tidaknya tujuan organisasi.
Guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar maka dari itu dalam melaksanakan bidang
pekerjaannya agar dapat berhasil, guru dituntut untuk memiliki disiplin
kerja.
Untuk menguraikan definisi disiplin kerja guru, setidaknya istilah
yang mesti didefinisikan terlebih dahulu adalah disiplin kerja. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin adalah tata tertib, ketaatan
(kepatuhan) pada tata tertib dan sebagainya.15 Hodges mengatakan
bahwa disiplin dapat diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok
yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. 16 Dari
definisi di atas terlihat bahwa disiplin adalah suatu sikap seseorang,
misalnya guru untuk mematuhi semua aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Dalam hubungannya dengan pekerjaan, maka disiplin kerja dapat diartikan
sebagai sikap seseorang untuk mematuhi aturan dalam sebuah organisasi
atau perusahaan tempat orang tersebut bekerja.
Menurut Keith Davis, “discipline is management action to enforce
organization standard”.17 Sesuai dengan pendapat Keith Davis tersebut,
disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Sedangkan menurut Malayu
S.P. Hasibuan, kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang
menaati semua peraturan perusahaan atau organisasi dan norma-norma
sosial yang berlaku.18
15 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. Ke-3, h.
268 16 Avin Fadilla Helmi, Disiplin Kerja, http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/disiplin
_kerja_avin.pdf, h. 33 17 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. Keempat, h. 129 18 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), Cet. Ke-2, h. 193
14
Dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah organisasi, disiplin
sering digunakan pada hal yang “negatif”. Misalnya, ketika seorang
pegawai melanggar sebuah aturan yang berlaku maka pegawai tersebut
akan dikenai sanksi untuk menegakkan disiplin. Padahal, bila dikaitkan
dengan pengertian disiplin seperti di atas, maka sesungguhnya disiplin
tidak selalu berkenaan dengan pengertian atau untuk hal yang negatif.
Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat
pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,
mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.19 Menurut definisi ini, seorang karyawan atau guru akan dikatakan
disiplin jika datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan semua
pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan atau tata tertib yang
berlaku.
Berdasarkan berbagai uraian tersebut di atas, maka yang dimaksud
dengan disiplin kerja, sebagaimana dikemukakan oleh Avin Fadilla
Helmi, merupakan suatu sikap dan perilaku yang berniat untuk menaati
segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk
menyesuaikan dengan peraturan organisasi.20
Selanjutnya, definisi tentang guru telah banyak dikemukakan
oleh para ahli. Menurut pandangan tradisional, sesuai pendapat
Roestiyah, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan.21 Senada dengan pendapat
tersebut, Syaiful Bahri Djamarah menulis bahwa guru adalah orang
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.22 Definisi-
definisi tersebut masih sempit untuk menjelaskan guru secara utuh.
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik
19 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, …, h. 194 20 Avin Fadilla Helmi, Disiplin Kerja, …, h. 34 21 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Ciputat: Quantum
Teaching, 2005), h. 6 22 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000), Cetakan Pertama, h. 31
15
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Definisi ini lebih luas dan lebih jelas
dalam mendefinisikan tentang guru.
Sedangkan pengertian disiplin kerja guru adalah suatu ketaatan
kepada peraturan di dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang
dimiliki oleh seorang guru didalam proses belajar mengajar
disekolah agar mendapatkan hasil yang akan dicapai baik sekolah
maupun pendidik.
Dengan demikian, disiplin kerja guru yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah disiplin kerja guru yang dikaitkan dengan tugas
dan kewajibannya sebagai guru, sehingga disiplin kerja guru dapat
diartikan suatu kondisi kerja guru yang tertib karena adanya
kepatuhan atau ketaatan guru dalam melaksanakan peraturan yang
ada, tanpa adanya pelanggaran yang dilakukan dan menimbulkan
kerugian, baik langsung maupun tidak langsung.
2. Macam-macam Disiplin
A.S. Moenir membagi disiplin kerja menjadi dua aspek, yaitu
disiplin terhadap waktu dan disiplin terhadap pekerjaan.23
a. Disiplin waktu, yaitu disiplin yang berhubungan dengan waktu,
datang dan pulang mengajar, melaksanakan pengelolaan
administrasi kelas, mengawali dan mengakhiri proses kegiatan dan
melaksanakan program kegiatan sekolah.
b. Disiplin pekerjaan, yaitu bahwa segala pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab guru harus diselesaikan dengan segera, karena bila
tidak diselesaikan dengan segera akan menimbulkan pekerjaan yang
menghambat pekerjaan lainnya yang merupakan mata rantai atau
23A.S. Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian,
(Jakarta: CV. H. Mas Agung. 1992), h. 65-66
16
proses. Dan bila berlanjut terus, akan merugikan murid karena
target kurikulum tidak terselesaikan.
Kedua bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dengan denikian belajar mengajar dapat dicontohkan seperti terlambat
mengajar dikelas, mengakhiri sebelum pelajaran selesai, sering tidak
masuk kerja dan banyak hal lainnya. Sedangkan tindakan ketidaksiplinan
terhadap perbuatan dalam proses kerja guru, dapat dicontohkan seperti
jarang mengabsen, mengajar tanpa satuan pelajaran, dan lainnya.
Guru merupakan tenaga pendidik terdepan dalam melaksanakan
tugas pokok lembaga pendidikan. Guru mempunyai peran yang sangat
besar karena disamping membimbing para siswa untuk mencapai prestasi
serta mengatasi berbagai kesulitan belajar.
Sedangkan menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, ada 2
bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.24
a. Disiplin preventif
Disiplin prefentif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai
mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah
digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk
menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif,
pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan.
b. Disiplin korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.
Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu
diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan
pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar,
memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran
kepada pelanggar.
24 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia …, h. 129
17
Terlihat bahwa pembagian disiplin menurut A.S. Moenir agak
berbeda dengan apa yang disampaikan oleh A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara. Pada pembagian yang pertama, disiplin kerja yang
dimaksud adalah sikap ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau
tata tertib yang berlaku sedangkan pada pembagian yang kedua, disiplin
kerja yang dimaksud lebih ditekankan pada peneguhan atau penegakan
aturan-aturan dalam organisasi, sehingga ada yang preventif (untuk
mencegah terjadinya pelanggaran) dan ada yang korektif (untuk
memperbaiki pelanggaran yang sudah terjadi).
3. Fungsi Disiplin Kerja Guru
Fungsi disiplin kerja guru sebagaimana dikemukakan oleh A.
Tabrani Rusyan, dkk dalam bukunya " Upaya Meningkatkan Kinerja Guru
di Sekolah Dasar", Sebagai Berikut:
a. Disiplin membawa proseskinerja kearah produktifitas yang tinggi. b. Disiplin mempengaruhi kegiatan guru dalam proses kinerja. c. Disiplin memperteguh guru untuk memperoleh hasilkerja yang
memuaskan. d. Disiplin member kemudahan bagi guru dalam memperoleh hasilkerja
yang memuaskan. e. Disiplin memberikan kesiapan bagi guru dalam melaksanakan proses
kinerja. f. Disiplin akan menunjang hal-hal yang positif dalam melakukan
berbagai kegiatan dan proses kinerja.25
Dengan demikian betapapentingnya disiplin kerja guru. Telah
dipaparkan bahwa produktifitas ditentukan oleh disiplin kerja. Itulah guru
yang dapat diharapkan mampu meningkatkan produktifitas kerja.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa antara disiplin dan kerja terdapat
hubungan yang sangat erat sehingga satu sama lain sangat mempengaruhi,
disiplin yang tinggi akan menimbulkan semangat yang tinggi sebaliknya
semangat kerja yang tinggi menghasilkan disiplin yang tinggi pula.
25 A. Tabrani Rusyan, dkk. Upaya meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar,
(Jakarta : Inti Media Cipta Nusantara, 2001), cet. Ke-2, h.56
18
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru
Malayu S.P. Hasibuan menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi disiplin kerja guru, diantaranya: tujuan dan kemampuan,
teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi atau hukuman,
ketegasan, hubungan kemanusiaan.26 Adapun penjelasan setiap aspek
tersebut secara singkat diuraikan pada pemaparan berikut.
Aspek tujuan yang ingin dicapai dan kemampuan guru ikut
mempengaruhi tingkat kedisiplinan guru. Tujuan yang akan dicapai
harus jelas sehingga guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam mengajar. Kemampuan tersebut sebaliknya harus sesuai dengan
bidangnya guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Akan tetapi jika kegiatan mengajar berada di luar kemampuan guru atau
jauh di bawah kemampuannya dan tidak ada tujuan yang jelas maka
kesungguhan dan tingkat disiplin guru menjadi rendah.
Aspek keteladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan
kedisiplinan guru. Pimpinan , dalam hal ini kepala sekolah dijadikan
teladan dan panutan oleh para guru. Pimpinan harus memberi contoh
yang baik, disiplin, jujur, adil, serta harus disesuaikan antara kata dan
perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, penerapan disiplin kerja
guru pun akan ikut baik. Dengan demikian bila ingin menegakkan
kedisiplinan pada guru maka hendaknya diusahakan agar kepala sekolah
harus lebih dulu menegakkan disiplin.
Aspek balas jasa di sini lebih ditekankan pada aspek gaji dan
tunjangan kesejahteraan. Gaji dan tunjangan kesejahteraan ikut
mempengaruhi kedisiplinan guru karena balas jasa akan memberikan
kepuasan dan kecintaan guru terhadap pekerjaannya.
Aspek keadilan ikut mendorong terwujudnya tingkat kedisiplinan
guru. Hal ini disebabkan oleh sifat manusia yang selalu merasa dirinya
26Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, …, h. 195-196
19
penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Kepala
sekolah yang baik akan selalu berusaha bersikap adil terhadap tenaga
pengajar dan staf sekolah, tidak membeda-bedakan anatara guru yang
satu dengan yang lain. Dengan demikian maka diharapkan semua guru
tidak ada rasa cemburu dengan yang lain karena diperlakukan tidak adil
sehingga semangat kerjanya menjadi lebih baik. Dengan begitu diharapkan
guru dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan penuh
semangat dan disiplin.
Aspek waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan
paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan guru dalam pekerjaannya.
Dengan waskat berarti kepala sekolah harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja guru.
Aspek sanksi atau hukuman berperan penting dalam memelihara
tingkat disiplin kerja guru. Adanya sanksi atau hukuman bagi yang
melanggar akan membuat guru menjadi ragu untuk melakukan kesalahan
atau kekeliruan. Mereka akan mempertimbangkan sanksi yang akan
diterima jika melanggar peraturan atau tata tertib yang ada. Dengan begitu
maka kedisiplinan guru dalam bekerja dapat tetap terjaga.
Aspek ketegasan pimpinan dalam bertindak akan
mempengaruhi tingkat kedisiplinan guru. Seorang kepala sekolah harus
mampu mengatasi para guru yang bermasalah dalam pekerjaannya
dengan berani/tegas. Berani bertindak untuk menghukum setiap guru
yang tidak disiplin dalam pekerjaannya. Dengan begitu, guru akan
semakin menjaga diri agar tetap patuh dan taat (disiplin) pada aturan yang
berlaku.
Aspek hubungan kemanusiaan yang harmonis antara kepala
sekolah, para guru dan staf, ikut menciptakan tingkat kedisiplinan yang
baik. Kepala sekolah harus berusaha menciptakan suasana hubungan
kemanusiaan yang serasi serta mengikat, baik hubungan vertikal
maupun horizontal. Dengan demikian tingkat kedisiplinan para guru dan
staf akan meningkat.
20
IG Wursanto menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan
merosotnya disiplin kerja yaitu : 1). Faktor Kepemimpinan, 2). Faktor
Kebutuhan, 3). Faktor Pengawasan.
a. Faktor Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu proses mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi tingkah laku orang lain. Dalam mencapai tujuan yang
efektif, kepala sekolah sebagai pemimpin harus berusaha dengan segala
potensi yang dimilikinya untuk menggerakkan dan mempenagaruhi guru-
gurunya agar dapat bekerja dengan disiplin yang tinggi.
b. Faktor Kebutuhan
Pegawai tidak hanya menuntut terpenuhnya kebutuhan ekonomis,
tetapi kebutuhan sosial dan psikologis perlu diperhatikan pula.
Pada umunya yang diiinginkan para pegawai ialah sebagai berikut :
a. Pemimpin yang baik (mampu memberikan bimbingan dan
pengarahan).
b. Lingkungan kerja yang menyenagkan.
c. Kondisi kerja yang menyenagkan.
d. Gaji yang layak
e. Hubungan kerja yang harmonis
c. Faktor Pengawasan.
Faktor pengawasan atu controling sangat penting dalam usaha
untuk meningkatkan disiplin yang tinggi. Pengawasan hendaknya
dilaksanakan secara efektif, jujur dan objektif.27 Sedangkan menurut
Saroso mengemukakan Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
guru antara lain : Moril/semangat kerja pegawai, kesejahteraan pegawai,
dan suasana kerja yang harmonis.
a). Moril/semangat kerja pegawai Seseorang pegawai akan patuh terhadap disiplin kerja yang telah disepakati apabila moril/semangat kerja mereka tinggi. Sebaliknya apabila seorang pegawai mempunyai moril yang
27 IG Wursanto, Dasar-dasar Manajemen Personalia, (Jakarta : Pustaka Dian,1988), cet.
Ke-2, h.151
21
rendah maka ia akan berbuat tidak sesuai dengan peraturan yang telah disepakati. b). Kesejahteraan pegawai Kesejahteraan merupakan keinginan tetap setiap manusia, kesejahteraan selalu dikaitkan dengan terpenuhinya segala kebutuhan, untuk kesejahteraan pegawai pemimpin wajib intensif finansial sebagai imbalan jasa yang telah mereka berikan kepada perusahaan. c). Suasana kerja yang harmonis Suasana kerja yang harmonis ditandai dengan komunikasi yang lancar, pentilasi yang cukup, letak peralatan yang teratur, yang dapat membantu pegawai berbuat disiplin.28
5. Tugas Guru dan Tanggung Jawab Guru
Tugas guru sebagai seorang pendidik professional sesungguhnya
sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja guru
juga bertugas sebagai elevator, administrator,konselor dan lain-lain.
Guru adalh figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok
aksitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru
bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat
diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa.
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas
maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdiaan. Tugas guru tidak
hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan
kemasyarakatan.
Bila dipahami, maka tugas guru sebenarnya tidak hanya sebatas dinding
sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik
professional sesungguhnya sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan
belajar dan mengajar saja, guru juga bertugas sebagai
administrator,konselor,
Guru yang mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan
28 Suroso, Peranan Kepala Sekolah Terhadap Disiplin Kerja Guru, (Jakarta : Lembaga
Penelitian IKIP, 1991) h.22
22
belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
memuaskan.
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Nana
Sudjana.29 mengutip pendapat Peters ada tiga tugas dan tanggung jawab
guru, yakni; guru sebagai pengajar,guru sebagai pembimbing, dan guru
sebagai administrator dikelas.
Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran.dalam hal ini guru
dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan ketentuan teknis
mengajar. Disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan.
Guru sebagai pembimbing member tekanan kepada
tugas.memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah
yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tugas
guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi juga
menyangkut pengembangan dan pembentuk nilai-nilai para siswa.
Guru sebagai administrator di kelas pada hakikatnya merupakan
jalinan ketatalaksanaan bidang pengajaran, ketatalaksanaan pada
umumnya, tetapi ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan
lebih diutamakan bagi profesi guru.
Selanjutnya penulis dapat menguraikan satu persatu tentang
tanggung jawab guru sebagaimana sesuai dengan konsep pendidikan,
yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik. 30 adalah sebagai berikut:
1. Guru Harus Menuntun Murid-Muridnya Belajar
Tanggung jawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan
menuntun murid-muridnya melakukan kegiatan belajar guna
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
2. Turut Serta Membina Kurikulum Sekolah
29 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2004), cet. 7, H.15 30 Oemar Hamalik , Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet.4, h.
127-133
23
Sesungguhnya guru merupakan seorang yang paling mengetahui
tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat
perkembangan murid, karena itu sewajarnya apabila guru turut aktif
dala pembinaan kurikulum disekolah. Untuk mengubah kurikulum
itu tentu tidak mungkin, akan tetapi dalam rangka membuat atau
memperbaiki proyek pelaksanaan kurikulum, yang mana
berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya, tentu sangat
diperlukan.
Tentu saja pekerjaan ini akan lebih berhasil jika guru dapat
diikutsertakan duduk dalam panitia kurikulum sekolah, dalam biro
peragaan, atau dalam bagian bimbingan dan penyuluhan.
3. Melakukan Pembinaan Terhadap Diri Siswa
Memberikan pengetahuan kepada siswabukanlah hal yang sulit,
tetapi membina siswa agar menjadi manusia yang berwatak
(berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah.
Mengembangkan watak dan kepribadiannya, sehingga memiliki
kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan
bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas
dasar nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya itu adalah menjadi
tanggung jawab guru.
4. Memberikan Bimbingan Kepada Murid
Bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal dirinya
sendiri,memecahkan masalahnya sendiri,mampu menghadapi
kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat
diperlukan mereka perlu dibimbing kearah terciptanya hubungan
pribadi yang baik dengan temannya dimana perbuatan dan perkataan
guru dapat menjadi contoh yang hidup.
5. Melakukan Diagnosis Atas Kesulitan-kesulitan Belajar dan
Mengadakan Penilaian Atas Kemajuan Belajar
Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar
dengan minat,latar belakang dan kematangan siswa. Guru juga
24
bertanggung jawab mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar dan
kemajuan belajarserta melakukan diagnosis dengan cermat terhadap
kesulitan dan kebutuhan siswa. Karena itu guru harus mampu
menyusun tes yang objektif, menggunakannnya secara
intelegen,melakukan observasi secara kritis serta melaksanakan
usaha-usaha perbaikan (remedial), sehingga siswa mampu
menghadapi masalah-masalah sendiri dan tercapainya
perkembangan pribadi yang seimbang.
6. Menyelenggarakan Penelitian
Sebagai seorang yang berkehendak dalam bidang keilmuan bidang
pendidikan maka ia harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya,
tidak cukup sekedar melaksanakan pekerjaan rutin saja,melainkan
harus juga berusaha menghimpun banyak data melalui penelitian
yang kontinu dan intensif.
7. Mengenal Masyarakat dan Ikut Serta Aktif
Guru sebaiknya turut aktif dalam kegiatan yang ada dalam
masyarakat, apabila hal ini dikerjakan maka guru akan mendapatkan
peluang yang baik untuk menjelaskan tentang keadaan sekolah
kepada masyarakat sehingga mendorong masyarakat untuk turut
memikirkan kemajuan pendidikan anak-anak mereka.
8. Menghayati, Mengamalkan, dan Mengamalkan Pancasila
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari
semua sendi-sendi hidup dan kehidupan nasional, baik individu
maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok social yang
terbesar sekolah. Pendidikan bertujuan membentuk manusia
pancasila sejati, yang berarti melalui pendidikan diantaranya
sekolah, kita berusaha semaksimal mungkin agar tujuan itu tercapai.
9. Turut serta Membantu Terciptanya Kesatuan dan Persatuaan Bangsa
dan Perdamaian Dunia
Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswanya menjadi
warga Negara yang baik. Pengertian yang baik ialah antara lain
25
memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Perasaan
demikian dapat tercipta apabila para siswadidiksaling menghargai,
mengenal daerah, masyarakat, adat istiadat, seni budaya, sikap,
hubungan social, keyakinan, kepercayaan, dan sebagainya, dengan
pengenalan,pemahaman yang cermat maka akan tumbuh rasa
persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka akan saling meng hormati
dan menjunjung tinggi bersimpati serta toleransi terhadap
masyarakat dari daerah lainnya, di lain pihak guru berusaha
mencegah timbulnya gejala ataupun tindakan yang cenderung atau
bersifat kedaerahan atau kesukuan.
10. Turut menyukseskan pembangunan
Guru membantu menciptakan parasiswa menjadi manusia
seutuhnya, selain dari itu kerjasama dengan lembaga-lembaga atau
badan-badan kemasyarakatan lainnya.
11. Tanggung Jawab Meningkatkan peranan Profesional Guru
Guru sangat perlu meningkatkan peranan dan kemampuan
profesionalnya tanpa adanya kecakapan yang maksimal yang
dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut
mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan sebaik-
baiknya.
Dalam proses pelaksanaan pendidikan disekolah guru
mempunyai peranan yang utama dalam membimbing anak didik agar
mencapai tujuan yang diharapkan, dimana semuanya sangat
menentukan terhadap keberhasilan anak dalam mencapai tujuan, yaitu
adanya perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil belajar.
Guru mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
memuaskan.
Sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas pokok, yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi
26
hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan
bimbingan dan konseling.31
Adapun penjelasan mengenai lima tugas pokok guru sebagaimana
dikemukakan Sukadi di atas adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran harus dilakukan oleh seorang guru
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk membuat rencana
pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan
pembelajaran. Kemampuan merencanakan pembelajaran ini meliputi:
menguasai silabus, menyusun analisis materi pelajaran, menyusun
program tahunan/semester, menyusun rencana pengajaran.32
Sebelum tampil di depan kelas, guru harus menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik. Dengan
kemampuan guru yang baik dalam penguasaan materi akan
mempermudah guru dalam menyusun analisis materi pelajaran,
menyusun program tahunan/semester, dan menyusun rencana
pengajaran.
b. Melaksanakan Pembelajaran
Untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah
dibuat, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan
melaksanakan proses belajar mengajar ini meliputi; kemampuan dalam
membuka pelajaran, melaksanakan inti proses belajar mengajar, dan
menutup pelajaran.33 Dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
guru harus mampu menyampaikan materi dengan baik, menggunakan
31 Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2006), h. 26 32 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), h. 26. 33 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, … , h. 27.
27
metode dan media pembelajaran yang tepat, mengajukan pertanyaan
dan memberikan penguatan. Hal tersebut harus dilaksanakan oleh guru
dengan baik agar tercipta kegiatan pembelajaran yang baik.
c. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru diharapkan
untuk melaksanakan evaluasi/penilaian. Kemampuan guru dalam
mengevaluasi pembelajaran ini meliputi; kemampuan dalam
melaksanakan tes, mengolah hasil penilaian, melaporkan hasil
penilaian, dan melaksanakan program remedial/perbaikan
pembelajaran.34 Penilaian/evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pelajaran
yang telah ditetapkan.
d. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi Pembelajaran
Program remedial/perbaikan pembelajaran pada dasarnya
merupakan tindak lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat ditentukan materi
mana saja yang perlu untuk dilakukan pendalaman dan materi yang
dianggap telah dikuasai oleh peserta didik sehingga tidak perlu
dilakukan pendalaman materi.
e. Melakukan Bimbingan dan Konseling
Berbagai latar belakang siswa yang berbeda akan menimbulkan
perbedaan dalam kegiatan belajarnya. Ada siswa yang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan belajar dan psikologis yang stabil dan
ada pula siswa yang pertumbuhan dan perkembangan belajar dan
psikologisnya tidak stabil. Dari kondisi seperti itu, adakalanya terdapat
siswa yang membutuhkan bantuan guru untuk menyelesaikan
permasalahannya, baik melalui bantuan secara akademis maupun
secara psikologis. Guru harus mampu berperan sebagai seorang
konselor bagi siswanya. Bimbingan konseling yang dimaksud di sini
adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan guru berkenaan dengan
34 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, … , h. 27.
28
pembelajaran, bukan kegiatan konseling yang khusus ditempuh oleh
guru bimbingan dan konseling (konselor).
Dalam melakukan kegiatan bimbingan dan konseling
(pembinaan), guru harus berkomunikasi dengan baik, sabar, dan
telaten dalam membantu menyelesaikan persoalan siswanya. Guru
diharapkan untuk memberikan solusi. Melalui bantuan dan bimbingan
dari guru, diharapkan permasalahan yang dialami siswa dapat diatasi.
Dari berbagai uraian teori tentang persepsi dan disiplin, maka yang dimaksud
dengan persepsi siswa tentang disiplin kerja guru adalah pengungkapan pengalaman
siswa melalui penglihatan menilai guru yang dikaitkan dengan tugas dan
kewajibannya sebagai guru. Disiplin kerja guru ini dapat diartikan suatu kondisi kerja
guru yang tertib karena adanya kepatuhan atau ketaatan guru dalam melaksanakan
peraturan yang ada, tanpa adanya pelanggaran yang dilakukan dan menimbulkan
kerugian, baik langsung maupun tidak langsung. Maka disiplin kerja guru tersebut
dapat diukur melalui disiplin kerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil evaluasi
pembelajaran, serta melaksanakan bimbingan dan konseling (pembinaan).
C. Hakikat Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru
Sebagaimana telah diapaparkan di atas, bahwa persepsi merupakan
pengalaman seseorang melalui penglihatan untuk mengenali objek dari apa yang
dilihat dari lingkungannya. Persepsi ini akan muncul setelah adanya rangsangan
(stimulus) dalam diri peserta didik. Persepsi akan berbentuk positif yang
diwujudkan dalam bentuk rasa senang.
Kedisiplinan guru dalam proses pembelajaran sangat berkaitan dengan
keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri. Guru yang disiplin akan
mempersiapkan hal-hal yang diperlukan termasuk mempersiapkan dirinya sendiri
sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan disiplin yang baik, guru
tidak lagi merasa bingung dalam mencari hal-hal yang diperlukan saat
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, diharapkan tujuan pembelajaran
dapat dicapai dengan baik.
29
Proses pembelajaran di sekolah akan berjalan baik apabila guru dapat
mempersiapkan pembelajaran dengan baik sehingga mampu merangsang dan
memotivasi peserta didik sehingga peserta didik siap pula menghadapi proses
pembelajaran agar berlangsung aktif, efektif, dan efisien. Seperti yang telah
ditulis oleh Tabrani Rusyan tentang kesiapan peserta didik yaitu:
Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan sebagai landasan dalam belajar. Kesiapan itu sendiri merupakan kapasitas, baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Bila peserta didik siap untuk melakukan proses belajar, maka hasil akan diperoleh dengan baik, dan sebaliknya, jika tidak siap, maka tidak akan diperoleh hasil yang baik.35 Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang
dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Jabatan guru memiliki banyak
tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian.
Guru yang baik adalah guru yang mampu menciptakan suasana yang
nyaman dalam kelas sehingga semua siswa ingin belajar, yana disebabkan oleh
ingin tahu dengan sungguh-sungguh hasil belajarnya. Guru yang mampu akan
lebih cakap menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta
akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga siswa lebih termotivasi untuk
belajar. Tugas bukan hanya mengajar, tetapi lebih dari itu mengantar siswa agar
menjadi manusia dewasa yang cakap dan berbudi luhur, oleh sebab itu guru harus
memperhatikan siswa terutama sikap, tingkah laku, ketertiban, dan kedisiplinan.
Oleh karena itu, proses pembelajaran akan berhasil jika guru memiliki
kedisiplinan yang tinggi yang ditandai dengan kesiapannya dalam pembelajaran.
Dengan demikian, diharapkan peserta didik tidak memiliki persepsi negatif
terhadap disiplin kerja gurunya.
35 Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1989), h. 84
30
D. Kerangka berpikir
Syaodih mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang cukup
penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulumk. Guru adalah
perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.36 Disini
ditekankan peran seorang guru yang begitu beswar dala menentukan berhasil
tidaknya proses pembelajaran berlangsung.
Simon dan Alexander telah merangkum lebih dari 10 hasil penelitian di
negara-negara berkembang, dan menunjukkan adanya dua kunci penting dari
peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik;
yaitu jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran
di kelas dan kualitas kemampuan guru. 37 Rangkuman beberapa penelitian ini
semakin menegaskan bahwa guru adalah faktor yang tidak dapat diabaikan dalam
pembelajaran kelas.
Kedisiplinan guru yang baik dalam bekerja akan menghasilkan kegiatan
pembelajaran yang berkualitas baik. Hal ini karena guru yang disiplin akan
mempersiapkan hal-hal uang akan diperlukan dalam pembelajaran, guru yang
disiplin akan mendesain pembelajaran sedemikian rupa agar pembelajaran yang
terlaksana kemudian adalah pembelajaran yang baik dan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang baik dan berkualitas akan bermanfaat
bagi peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, siswa akan memperhatikan tingkah laku atau
perilaku guru dalam mengajar. Siswa akan mempersepsikan apa yang dilihat
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Persepsi siswa yang baik terhadap
gurunya akan berdampak positif terhadap siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Sebaliknya, persepsi siswa yang tidak baik terhadap gurunya dapat
berdampak negatif terhadap siswa sehinggga tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan akan susah dicapai oleh siswa.
36 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet
ke-7, h.13 37 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesianal,………….. h. 13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa
tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu, Pondok
Melati - Bekasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan secara langsung di MTs Al-Khairiyah
Jatirahayu, Pondok Melati – Bekasi. Adapun waktu yang diperlukan dalam
kegiatan penelitian ini yaitu pada bulan Mei-Juni 2010.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti..
Adapun penelitian persepsi siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-
Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati – Bekasi ini termasuk pada penelitian
deskriptif, yakni penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang
lain.1
1 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cetakan ke-16,
h. 11
31
32
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i MTs Al-
Khairiyah Jatirahayu, Pondok Melati - Bekasi. Sedangkan sampel dalam
penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII dari populasi yang ada (sebanyak 20
orang). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Penentuan sampel dari kelas VIII ini karena menurut penulis, mereka lebih
cocok karena mengetahui kondisi di sekolah. Siswa kelas VII tidak dijadikan
sampel karena mereka belum lama berada di sekolah tersebut sedangkan kelas
IX juga tidak dijadikan sebagai sampel karena mereka akan berkonsentrasi
pada ujian akhir.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
instrumen yang berupa:
1. Angket
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket (tertutup) yang
disertai sejumlah jawaban yang sudah disediakan dalam satu variabel yaitu
persepsi siswa tentang disiplin kerja guru. Angket tersebut terdiri dari 20
item pernyataan dengan menggunakan empat alternative jawaban siswa.
2. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang didokumentasikan
oleh pihak sekolah. Data yang akan dikumpulkan melalui tehnik
dokumentasi meliputi: data tentang keadaan guru, siswa, pendidik dan
tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana.
33
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen
Persepsi Siswa tentang Disiplin Kerja Guru
Dimensi Dimensi No. Item Jumlah
Persepsi siswa
tentang disiplin
kerja guru
1. Disiplin dalam
melaksanakan
pembelajaran
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9,
10, 11, 14,
15, 16, 20
15
2. Disiplin dalam
mengevaluasi hasil
pembelajaran
12, 13 2
3. Disiplin dalam
menindaklanjuti hasil
evaluasi pembelajaran
18 1
4. Disiplin dalam
melaksanakan
bimbingan dan
konseling (pembinaan)
17, 19 2
F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Kegiatan analisis data merupakan suatu cara yang
digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami baik
oleh peneliti, maupun oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap angket yang telah
diisi. Setiap angket diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan
34
dan kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kesalahan atau
kekeliruan dalam mendapatkan informasi sehingga dapat diperoleh data
yang akurat.
2. Scoring
Scoring mrupakan tahap pemberian skor terhadap setiap pernyataan
yang terdapat dalam angket. Dalam menentukan skoring hasil penelitian
untuk penyataan positif masing-masing jawaban diberi nilai sebagai
berikut:
• Untuk jawaban SL = 4
• Untuk jawaban SR = 3
• Untuk jawaban KD = 2
• Untuk jawaban TP = 1
Sebaliknya, untuk pernyataan negatif, maka masing-masing jawaban
diberi nilai sebagai berikut:
• Untuk jawaban SL = 1
• Untuk jawaban SR = 2
• Untuk jawaban KD = 3
• Untuk jawaban TP = 4
3. Tabulating
Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah
diberikan skor. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus statistik
presentase dengan rumus sebagai berikut:
P = NF x 100%
Keterangan:
F = Frekuensi yang sedang dicari frekuensinya
N = Number of cases (banyaknya individu)
35
P = Angka Presentase2
Untuk memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh
digunakan pedoman interpretasi sesuai yang dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto sebagaimana telah dikutip oleh Wira Cahya Dimulya, yaitu sebagai
berikut:3
1. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%
2. Cukup baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75%
3. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-55%
4. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%
Untuk menentukan persentase, digunakan rumus perhitungan sederhana
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai harapan (NH), nilai dapat diketahui dengan mengalikan
jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.
2. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya
yang diperoleh dari hasil penelitian.
3. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus :
P = NHNS
X 100 %
2 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidkan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006), Cet. 1, h. 43 3 Wira Cahya Dimulyo, ’Implemetasi Manajemen Kurikulum Berbasis Kompetensi di
SMP Islam Al-Ihsan Jakarta, Skripsi KIMP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006,td), h. 33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MTs Al-Khairiyah Jatirahayu
Pada awalnya MTs Al-Khairiyah bernaung pada Yayasan kecil,yang
didalamnya terdiri dari Majelis Taklim, Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Raudathul Atfal (RA) yang beralamat di Jalan Raya Hankam Rt.03/07
No.01 Jatirahayu Pondok Melati. Pada tahun 1993 berdirilah Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
2. Kepemimpinan Yayasan Al-Khairiyah Jatirahayu
Kepemimpinan Yayasan Al-Khairiyah Jatirahayu didirikan oleh
KH.Hamim setelah beliau meninggal dunia digantikan oleh anaknya yaitu KH.
As’yari Hamim.
Sedangkan Madrasah Tsanawiyah dipimpin oleh Kepala Madrasah
bernama Khodir Yadi.
3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Al-Khairiyah Jatirahayu
a. Visi Sekolah
Unggul Dalam berprestasi.
b. Misi Sekolah
1) Melaksanakan Pembelajaran dan bimbingan secara efektif
2) Terdepan dalam inovasi IPTEK.
36
37
3) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama.
4) Melaksanakan pelayanan prima.
5) Menumbuhkan semangat keunggulan secara efektif
4. Profil MTs Al-Khairiyah Jatirahayu
Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah : MTs Al-Khairiyah Jatirahayu
2. No. Statistik Sekolah : 212321801120
3. No.piagam : D/Wi/Mts/366/94
4. Provinsi : Jawa Barat
5. Kecamatan : Pondok Melati
6. Desa/kelurahan : Jatirahayu
7. Jalan dan nomor : Jl. Raya Hankam Rt03/07
jatirahayu pondok melati Bekasi
8. Kode Pos : 17414
9. Daerah : Bekasi
10. Status sekolah : Terakreditasi
11. Kelompok sekolah : MTs
12. Akreditasi : B
13. Tahun berdiri : 1993
14. Kegiatan BM : Pagi - sore
15. Bangunan sekolah : Milik Sendiri
16. Organisasi penyelenggara : Yayasan Al-Khairiyah
17. Luas bangunan : 700 meter
18. Luas tanah : 1000 meter
19. Status Bangunan : Permanen
20. Status Tanah : Wakaf
21. Ukuran : 6 X 7 meter
38
5. Keadaan Guru dan Karyawan
Guru adalah figure sentral dalam pendidikan.tugas guru dalam
mendidik,mengajar, membimbing anak didik merupakan bagian dari
upayanya dalam mencerdaskan manusia dalam bekal pengetahuan dan
penanaman nilai-nilai, seperti nilai agama, sosial, budaya sampai
kepribadian.
Modal atau bekal menjadi guru tidak hanya cukup dengan pengetahuan
akademis, tetapi juga pengalaman dan keterampilan, seperti kemampuan
mengajar, mengelola proses pembelajaran, memiliki wawasan
kependidikan, keterampilan komunikasi, juga peka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di dunia pendidikan.
Selain guru, sumber daya manusia yang ada disekolah adalah tenaga
kependidikan yang bertugas diluar proses pembelajaran yaitu
melaksanakan administrasi dan pelayanan teknis dalam menunjang proses
pendidikan agar berjalan baik.berikut adalah daftar guru dan karyawan Mts
Al-Khairiyah.
Daftar Guru dan Karyawan Mts Al-Khairiyah
No Nama Jabatan Pendidikan Bidang studi
1 KH.Asyari Hamim Ketua Yayasan PGA -
2 Khodir Yadi S.Pd Kepala Madrasah S.1 BK
3 Hj.Nurhayati S.Pd.I Wakil Kepala
Sekolah
S.1 Qirooat
& Al-quran
4 Hj. Sofiah S.Pd Bendahara S.1 Bendahara
5 Utjang. Marwan BSc kaurtu D3 Tu
6 Sarbinih HS SP.d Kabid Kurikulum S.1 Matematika
7 Drs.Muklis Pembina Osis S.1 Akidah
Akhlak dan
Mulok
8 Murdianin, SP.d Guru S.1 IPS
9 Lia Indriyani SP.d Guru S.1 Fisika
10 Vera Farhatun SP.d Guru S.1 SKI dan
Kesenian
39
11 Ilyas Guru S.1 Bahasa Arab
dan Fiqih
12 Abdul Rosyid Guru PGA Qurdis
13 Muh.Jamil Guru S.1 Orkes
14 Listyo Rumamah Guru S.1 Biologi
15 Amelia Guru S.1 Pkn
16 Oman Guru S.1 Komputer
17 M.Nasrullah Guru S.1 Bhs. Inggris
18 Abdul Sobur Guru S.1 Bahasa
Indonesia
19 dedi Penjaga sekolah SMP -
6. Data Siswa
Tabel 2
Data Siswa Tahun Ajaran 2009/2010
Jenis
KelaminKelas VII Kelas VIII Kelas IX Jml
L
P
15
13
13
12
17
13
45
38
Jml 28 25 30 83
Tabel 3
Sumber Belajar
No Jenis Sumber Belajar Jumlah ruangan Baik Kurang baik
1 Ruang Belajar 3
2 Perpustakaan 1
40
3 Lab. Komputer 1
4 Lapangan olahraga 1
5 Masjid 1
6 Ruang kesenian 1
Tabel 4
Ruang Penunjang
No Jenis Ruangan Baik Kurang
1 Ruang Kamad dan
Wakamad
2 Ruang Guru
3 Ruang tata usaha
4 Toilet (3)
5 Lapangan Upacara
Dari tabel diatas dapatdiketahui bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki
MTs Al-Khairiyah dapat dikatakan cukup baik. Untuk ruang perpustakaan
masih kurang baik karena koleksi bukunya masih kurang banyak.
Sedangkan laboratorium komputer memiliki 8 unit komputer. Untuk
lapangan memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat olahraga dan upacara.
Ruang kesenian digunakan sebagai tempat latihan dan menyimpan alat-
alat kesenian seperti marawis, hadroh, dan marching band.
41
B. Deskripsi Data
Hasil penelitian diperoleh dari angket yang telah diisi oleh responden.
Angket yang penulis sebarkan kepada 20 responden meliputi variabel persepsi
siswa tentang disiplin kerja guru IPS di MTs Al-Khairiyah Jatirahayu.
Tabel 5
Guru IPS Tepat Waktu Hadir di Kelas
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Tidak Pernah 1 5,0 5,0 Kadang-kadang 11 55,0 60,0 Sering 7 35,0 95,0 Selalu 1 5,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 55,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang tepat waktu hadir di kelas dan 35,5% responden yang
menjawab guru IPS sering tepat waktu hadir di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa
guru IPS kadang-kadang tepat waktu hadir di kelas. Hanya 5 % (1 orang
responden) yang menyatakan bahwa guru IPS selalu tepat waktu hadir di kelas.
Sebelum pelajaran di mulai guru hendaklah telah bersiap-siap untuk masuk
kelas sehingga kehadiran guru di kelas tepat waktu. Dengan hadirnya guru di
kelas tepat pada waktunya maka diharapkan waktu yang telah disediakan dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya. Di samping itu juga untuk menghindari
penambahan waktu diluar waktu mengajar yang telah disediakan.
Tabel 6
Guru IPS Memulai Pelajaran Tepat Waktu
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 10 50,0 50,0 Sering 10 50,0 100,0 Total 20 100,0
42
Dari data di atas menunjukkan bahwa 50,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang memulai pelajaran tepat waktu dan 50,0% responden
yang menjawab guru IPS sering memulai pelajaran tepat waktu.
Sebelum guru memulai pelajaran hendaklah mempunyai kedisiplinan waktu
dalam proses belajar mengajar. Disamping itu untuk menghindari kekosongan
dalam pelajaran.
Tabel 7
Guru IPS Istirahat Tepat Waktu
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Tidak Pernah 2 10,0 10,0 Kadang-kadang 15 75,0 85,0 Sering 3 15,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 75,0% responden yang menjawab
kadang-kadang guru IPS istirahat tepat waktu dan 15,0% responden yang
menjawab guru IPS sering istirahat tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa guru
IPS kadang-kadang istirahat tepat waktu. Hanya 10 % (2 orang responden) yang
menyatakan bahwa guru IPS istirahat tepat waktu.
Tabel 8
Guru IPS Mengakhiri Pelajaran Tepat Waktu
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 13 65,0 65,0 Sering 7 35,0 100,0 Total 20 100,0
43
Dari data di atas menunjukkan bahwa 65,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang mengakhiri pelajaran tepat waktu dan 35,5% responden
yang menjawab guru IPS sering mengakhiri pelajaran tepat waktu. Hal ini
menunjukkan bahwa guru IPS kadang-kadang mengakhiri pelajaran tepat waktu.
Sebelum kegiatan belajar mengajar selesai, guru hendaklah mengulang
pelajar yang telah disampaikan.
Tabel 9
Guru IPS Meninggalkan Kelas saat PBM berlangsung
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Sering 11 55,0 55,0 Kadang-kadang 6 30,0 85,0 Tidak Pernah 3 15,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 30,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang meninggalkan kelas saat PBM berlangsung dan
sebanyak 55,0% responden yang menjawab guru IPS sering meninggalkan kelas
pada saat PBM berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS sering
meninggalkan kelas saat PBM berlangsung. Hanya 15 % (3 orang responden)
yang menyatakan bahwa guru IPS tidak pernah meninggalkan kelas saat PBM
berlangsung.
Pada kegiatan PBM guru diharapkan tidak meninggalkan kelas karena di
khawatirkan akan tejadi kegaduhan dalam kelas.
44
Tabel 10
Guru IPS Meminta Tambahan Waktu
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Sering 7 35,0 35,0 Kadang-kadang 12 60,0 95,0 Tidak Pernah 1 5,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 60,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang meminta tambahan waktu, dan 35,0% responden yang
menjawab guru IPS sering meminta tambahan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa
guru IPS kadang-kadang meminta tambahan waktu. Hanya 5 % (1 orang
responden) yang menyatakan bahwa guru IPS selalu meminta tambahan waktu.
Dari hasil penelitian diatas guru IPS kadang-kadang meminta tambahan waktu.
Tabel 11
Guru IPS Mengabsen Siswa Sebelum Pelajaran dimulai
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 1 5,0 5,0 Selalu 19 95,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 95,0% responden yang menjawab
guru IPS selalu mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai. Hanya 5 % (1 orang
responden) yang menyatakan bahwa guru IPS kadang-kadang mengabsen siswa
sebelum pelajaran dimulai. Dalam mengabsen siswa guru IPS sudah maksimal.
Sehingga dengan persentase ini dapat diketahui berapa siswa yang masuk atau ada
didalam kelas.
45
Tabel 12
Guru IPS Mengabsen Siswa Sesudah Pelajaran selesai
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 2 10,0 10,0 Sering 8 40,0 50,0 Selalu 10 50,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 10,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang mengabsen siswa sesudah pelajaran selesai dan 40,0%
responden yang menjawab guru IPS sering mengabsen siswa sesudah pelajaran
selesai. Dan 50,0% responden yang menjawab guru IPS selalu mengabsen siswa
sesudah pelajaran selesai.
Sesudah pelajaran selesai, guru IPS Mengabsen siswa untuk mengetahui
apakah ada siswa yang keluar kelas. Dengan adanya absensi siswa, maka akan
diketahui jumlah siswa yang hadir selama pembelajaran.
Tabel 13
Guru IPS Mengisi Jurnal Kelas
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Selalu
Sering Total
182
20
90,010,0
100,0
90,0 10,0
100,0
Dari data diatas menunjukkan bahwa 90,0% responden yang menjawab
guru IPS selalu mengisi jurnal kelas dan 10,0% responden yang menjawab guru
IPS sering mengisi jurnal kelas.
Dalam kegiatan mengisi jurnal kelas, guru IPS lebih banyak selalu mengisi
jurnal kelas, dibanding sering mengisi jurnal kelas.
Diharapkan dengan mengisi jurnl kelas guru akan dapat meningkatkan
kedisiplinanannya.
46
Tabel 14
Guru IPS Menggunakan Alat Bantu Peragaan
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 10 50,0 50,0 Sering 10 50,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 50,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang menggunakan alat bantu peragaan dan 50,0% responden
yang menjawab guru IPS sering menggunakan alat bantu peragaan.
Dengan adanya Alat bantu peragaan dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi pelajaran.
Tabel 15
Guru IPS Memberikan Tugas Bila Berhalangan Hadir
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 9 45,0 45,0 Sering 11 55,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 45,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang memberikan tugas bila berhalangan hadir dan 55,5%
responden yang menjawab guru IPS sering memberikan tugas bila guru
berhalangan hadir.
Jika guru berhalangan hadir diwajibkan untuk memberikan tugas pengganti
agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Disamping itu juga untuk
menghindari pelajaran yang kosong.
.
47
Tabel 16
Guru IPS Memberikan Pre-test
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 6 30,0 30,0 Sering 12 60,0 90,0 Selalu 2 10,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 30,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang memberikan Pre-test dan 60,0% responden yang
menjawab guru IPS sering memberikan Pre-test. Hal ini menunjukkan bahwa guru
IPS sering memberikan Pro-test. Hanya 10 % (2 orang responden) yang
menyatakan bahwa guru IPS selalu memberikan Pre-test.
Sebelum pelajaran dimulai hendaklah guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan untuk membantu siswa mengingat pembahasan materi yang lalu.
Dengan adanya Pre-test guru dapat mengetahui apakah siswa dapat mengingat
pelajaran.
Tabel 17
Guru IPS Memberikan Post-test
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 9 45,0 45,0 Sering 11 55,0 100,0 Total 20 100,0
`Dari data di atas menunjukkan bahwa 45,5% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang memberikan Post-test dan 55,0% responden yang
menjawab guru IPS sering memberikan Post-test. Hal ini menunjukkan bahwa
guru IPS sering memberikan Post-test kepada siswa.
Bagi seorang guru yang ingin memberikan post-test sebaiknya
memberitahukan terlebih dahulu kepada siswa agar siswa dapat belajar sebelum
post-test itu dimulai. Dengan memberikan post-test, maka akan diketahui apakah
siswa dapat memahami pelajaran atau tidak.
48
Tabel 18
Guru IPS Menyampaikan Materi Pelajaran Dari Berbagai Sumber
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 4 20,0 20,0 Sering 2 10,0 30,0 Selalu 14 70,0 100,0 Total 20 100,0
`Dari data di atas menunjukkan bahwa 20,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang menyampaikan materi pelajaran dari berbagai sumber
dan 70,0% responden yang menjawab guru IPS selalu menyampaikan materi
pelajaran dari berbagai sumber. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS selalu
menyampaikan materi pelajaran dari berbagai sumber. Hanya 10% (2 orang
responden) yang menyatakan bahwa guru IPS sering menyampaikan materi
pelajaran dari berbagai sumber.
Dengan menggunakan materi dari berbagai sumber, maka akan
memudahkan guru dalam memberikan informasi kepada siswa. Dan memudahkan
siswa dalam memahami pelajaran dari berbagai sumber.
Tabel 19
Guru IPS Menyampaikan Materi Dengan Menghubungkannya
Dengan Keadaan Sekitar
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 1 5,0 5,0 Sering 10 50,0 55,0 Selalu 9 45,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 50,0% responden yang menjawab
guru IPS sering menyampaikan materi dengan menghubungkannya dengan
49
keadaan sekitar dan 45,0% responden yang menjawab guru IPS selalu
menyampaikan materi dengan menghubungkannya dengan keadaan sekitar. Hal
ini menunjukkan bahwa guru IPS sering menyampaikan materi pelajaran dengan
keadaan sekitar. Hanya 5 % (1 orang responden) yang menyatakan bahwa guru
IPS kadang-kadang menyampaikan materi dengan menghubungkannya dengan
keadaan sekitar.
Guru dapat memyampaikan materi dan menghubungkannya dengan
keadaan sekitar, maka siswa dapat mengetahui perkembangan apa yang terjadi
dilingkungan yang mencakup dalam materi pelajaran.
Tabel 20
Guru IPS Menyampaikan Pelajaran Sesuai dengan Pokok Bahasan yang Ada
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 1 5,0 5,0 Sering 6 30,0 35,0 Selalu 13 65,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 65,0% responden yang menjawab
guru IPS selalu menyampaikan materi pelajaran sesuai pokok bahasan yang ada
dan 30,0% responden yang menjawab guru IPS sering menyampaikan pelajaran
sesuai dengan pokok bahasan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS
selalu menyampaikan pelajaran sesuaia dengan pokok bahasan yang ada. Hanya 5
% (1 orang responden) yang menyatakan bahwa guru IPS kadang-kadang
menyampaikan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan yang ada.
Sebelum pelajaran di mulai guru hendaklah telah bersiap-siap memberikan
materi sesuai dengan pokok bahasan yang akan dipelajari. Dengan pokok bahasan
yang ada diharapkan guru dapat terfokus dengan materi yang ada.
50
Tabel 21
Guru IPS Memberikan Teguran dan Menasehati Siswa yang Tidak Disiplin
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 13 65,0 65,0 Sering 7 35,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 65,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang memberikan teguran dan menasehati siswa yang tidak
disiplin dan 35,5% responden yang menjawab guru IPS sering memberikan
teguran dan menasehati siswa yang tidak disiplin.
Dengan guru memberikan teguran dan menasehati, maka siswa akan merasa
diperhatikan. Disamping itu juga siswa akan lebih bertanggung jawab dalam
mematuhi peraturan sekolah terutama sikap disiplin.
Tabel 22
Guru IPS Memeriksa PR siswa
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 8 40,0 40,0 Sering 12 60,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 60,0% responden yang menjawab
guru IPS sering memeriksa pekerjaan rumah (PR) dan 40,0% responden yang
menjawab guru IPS kadang-kadang memeriksa pekerjaan rumah(PR). Hal ini
menunjukkan bahwa guru IPS sering memeriksa pekerjaan rumah.
Setelah pelajaran selesai hendaklah guru memberikan pekerjaan rumah (PR)
untuk siswa. Dengan adanya PR siswa diharapkan dapat memahami pelajaran
yang telah diajarkan. Di samping itu juga untuk mengetahui keberhasilan siswa
dalam memahami pelajaran.
51
Dengan siswa mengerjakan pekerjaan rumah maka siswa akan lebih
termotivasi tuk belajr lagi meningkatkan belajarnya.
Tabel 23
Guru IPS Memberi Hukuman ketika ada siswa yang tidak mematuhi peraturan
sekolah
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Kadang-kadang 8 40,0 40,0 Sering 9 45,0 85,0 Selalu 3 15,0 100,0 Total 20 100,0
Dari data di atas menunjukkan bahwa 40,0% responden yang menjawab
guru IPS kadang-kadang memberikan hukuman ketika ada siswa yang tidak
mematuhi peraturan sekolah dan 45,5% responden yang menjawab guru IPS
sering memberi hukuman ketika ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah
. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS sering memberi hukuman ketika ada siswa
yang tidak mematuhi peraturan sekolah. Hanya 15 % (3 orang responden) yang
menyatakan bahwa guru IPS selalu member hukuman ketika ada siswa yang tidak
mematuhi peraturan sekolah.
Sebelum pelajaran di mulai guru hendaklah mengecek apakah ada siswa
yang tidak mematuhi peraturan sekolah. Dengan memberikan hukuman kepada
siswa yang tidak patuh maka akan membuat siswa jera dan akan mematuhi
peraturan yang telah ditetapkan sekolah.
Tabel 24
Guru IPS Menggunakan Seragam sesuai dengan Peraturan Sekolah
Frequency Percent Cumulative
Percent Valid Sering 3 15,0 15,0 Selalu 17 85,0 100,0 Total 20 100,0
52
Dari data di atas menunjukkan bahwa 85,0% responden yang menjawab
guru IPS selalu menggunakan seragam sesuai dengan peraturan sekolah dan
15,0% responden yang menjawab guru IPS sering menggunakan seragam sesuai
dengan peraturan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPS selalu
menggunakan seragam sesuai dengan peraturan sekolah.
Dengan menggunakan seragam sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
sekolah, guru dapat memberikan contoh kedisiplinan dalam berseragam.
C. Analisis dan Interpretasi Data
Dari sebaran data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif,
yang perlu dibahas adalah nilai mean atau nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing aspek yang diteliti
berdasarkan tanggapan responden.
Berikut data hasil penyebaran angket terhadap 20 responden. Dari hasil
penyebaran angket tersebut di peroleh data tentang persepsi siswa terhadap
disiplin kerja guru yang terdiri dari 4 aspek, yaitu: disiplin dalam melaksanakan
pembelajaran, disiplin dalam mengevaluasi pembelajaran, disiplin dalam
menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran dan disiplin dalam melaksanakan
bimbingan dan konseling (pembinaan).
Selanjutnya data tersebut lebih jelas dapat dilihat pada tabel 25 di bawah ini.
Tabel 25
Deskripsi Data Persepsi Siswa tentang Disiplin Guru
Jumlah
Responden Aspek Penelitian
Jumlah
Item Skor
20
Disiplin dalam melaksanakan pembelajaran 15 906
Disiplin dalam mengevaluasi hasil
pembelajaran
2 107
53
Disiplin dalam menindaklanjuti hasil
evaluasi pembelajaran
1 52
Disiplin dalam melaksanakan bimbingan
dan konseling (pembinaan)
2 102
Selanjutnya untuk mengetahui keadaan/kondisi atau gambaran tiap-tiap
aspek digunakan perhitungan sebagaimana tabel 26 di bawah ini
Tabel 26
Nilai Rata-Rata Skor Penelitian
Aspek Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS) NHNS x 100%
Kategori
Nilai
Disiplin dalam
melaksanakan
pembelajaran
906 15 x 4 =
60
906 : 20 =
45,30
6030,45 x 100% =
75,50%
Baik
Disiplin dalam
mengevaluasi
pembelajaran
107 2 x 4 = 8 107 : 20 =
5,35 835,5 x 100% =
66,88%
Cukup
Baik
Disiplin dalam
menindaklanjuti hasil
evaluasi
pembelajaran
52 1 x 4 = 4 52 : 20 =
2,60 460,2 x 100% =
65,00%
Cukup
Baik
Disiplin dalam
melaksanakan
bimbingan dan
konseling
(pembinaan)
102 2 x 4 = 8 102 : 20 =
5,10 810,5 x 100% =
63,75%
Cukup
Baik
54
Dari tabel hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa:
1. Disiplin Guru IPS dalam Melaksanakan Pembelajaran
Aspek disiplin guru IPS dalam melaksanakan pembelajaran berkategori baik
yaitu 75,50%. Dimana hal tersebut dapat terlihat pada jumlah responden yang
menjawab guru IPS kadang-kadang tepat waktu hadir di kelas 55,5%, 50,0% guru
IPS sering memulai pelajaran tepat waktu, 75,0% guru IPS kadang-kadang
istirahat tepat waktu, 65,0% guru IPS kadang-kadang mengakhiri pelajaran tepat
waktu, 55,0% guru IPS sering meninggalkan kelas pada saat proses belajar
mengajar sedang berlangsung, 60,0% guru IPS kadang-kadang meminta tambahan
waktu walaupun waktu mengajar sudah habis, 95,0% guru IPS selalu mengabsen
siswa sebelum pelajaran selesai, 50,0% guru IPS selalu mengabsen siswa sesudah
pelajaran selesai, 90,0% guru IPS selalu mengisi jurnal kelas, 50,0% guru IPS
sering menggunakan alat bantu peragaan (media pembelajaran) sesuai dengan
materi yang disampaikan, 55,0% guru IPS sering memberikan tugas jika
berhalangan hadir, 70,0% guru IPS selalu menyampaikan materi pelajaran dari
berbagai sumber, 50,0% guru IPS sering menghubungkan keadaan sekitar dalam
penyampaian materi pelajaran IPS, 65,0% guru IPS selalu menyampaikan
pelajaran sesuai dengan pokok bahasan yang ada, 85,0% guru IPS selalu
menggunakan seragam sesuai dengan peraturan sekolah.
2. Disiplin Guru IPS dalam Mengevaluasi Pembelajaran
Disiplin guru IPS dalam mengevaluasi pembelajaran berkategori cukup baik
(66,88%). Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab guru IPS
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran
sebelumnya (60,0%) dan sebelum mengakhiri pelajaran, guru IPS sering
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah
diajarkan (55,0%).
55
3. Disiplin Guru IPS dalam Menindaklanjuti Hasil Evaluasi Pembelajaran
Disiplin guru IPS dalam menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran
berkategori cukup baik (65,00%). Hal ini terlihat dari jumlah responden yang
menjawab guru IPS sering memeriksa tugas/pekerjaan rumah (PR) siswa (60,0%)
4. Disiplin Guru IPS dalam Melakukan Bimbingan dan Konseling
(Pembinaan)
Disiplin guru IPS dalam melakukan bimbingan dan konseling (pembinaan)
terhadap siswa berkategori cukup baik (63,75%). Hal ini dapat dilihat dari jumlah
responden yang menjawab guru IPS sering memberikan teguran dan menasehati
siswa yang tidak disiplin (35,0%), dan 45,0% guru IPS sering memberikan
hukuman ketika ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai persepsi siswa
tentang disiplin kerja guru IPS di Madrasah Tsanawiyah Al-khairiyah dapat
disimpulkan, bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran berkategori
cukup baik ini terlihat pada perhitungan nilai rata-rata skor penelitian
sebesar 67,75 %, hanya dalam beberapa hal saja guru perlu meningkatkan
lagi disiplin waktu dalam mengevaluasi pembelajaran, disiplin dalam
menindaklanjuti hasil evalusi pembelajaran, disiplin dalam bimbingan dan
konseling. Tetapi sejauh ini disiplin kerja guru IPS dalam melaksanakan
pembelajaran berkategori baik, yaitu pada aspek pelaksananan pembelajaran
didalam kelas.
Dengan demikian maka Disiplin Kerja guru dapat mempengaruhi
prestasi dan produktifitas kerjanya. oleh karena itu kemampuan dan
keterampilan guru dalam mengelola dan mengatur kelas patut dikuasai guru,
karena dengan disiplin kerja guru yang baik akan menimbulkan kondisi
yang memungkinkan siswa belajar dengan baik.
Seorang guru yang mempunyai disiplin kerja yang tinggi akan
memotivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu guru harus senantiasa
meningkatkan disiplin kerjanya dan senantiasa melakukan evaluasi terhadap
kekurangan apa saja yang ada pada dirinya sehingga dengan demikian apa
yang menjadi tujuan dari proses belajar mengajar akan tercapai secara
maksimal.
56
57
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah sebagai seorang pengelola hendaknya secara intensif
memberikan motivasi kepada guru dan siswa.
2. Guru hendaknya meningkatkan kedisiplinannnya dan mematuhi
peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah dalam kegiatan proses
belajar mengajar.
3. Siswa agar lebih rajin lagi dalam belajar, bersikap kritis dan memiliki
rasa ingin tahu yang besar, sehingga guru dapat terus berkreasi dan
beinovasi dan berdisiplin dalam mengajar dan menjawab rasa ingin
tahu mereka.
58
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Atkinson, Rita, Psikologi sosial, Batam Interaksa Dimulyo, Wira Cahya., Implemetasi Manajemen Kurikulum Berbasis
Kompetensi di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta, [Skripsi KIMP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Dirgagunansa, Pengantar Psikologi, Jakarta : Mutiara Sumber Widya. 1993.
Dirjen Binbaga Islam, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan,
Jakarta: DEPAG, 2000. Djamarah, Syaiful Bahri., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
http://www.klubguru.com/content/filephp?file=pdf-edukasi2.pdf Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi
aksara,1995. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2005. Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi
Aksara, 2000.
Kunandar, Menjadi Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu., Manajemen Sumberdaya Manusia
Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005. Moenir, A.S, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan
Kepegawaian, Jakarta: CV. H. Mas Agung 2002.
59
_______, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Nurdin, Muhamad., Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta:
Primasophie, 2004. Nurdin, Syafruddin., Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,
Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, ( Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001. Rusyan, A Tabrani dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru
Sekolah Dasar, Jakarta : Inti Media Cipta Nusantara, 2001. Rusyan, A Tabrani, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.1989. Sabri, M Alisuf, Pengantar Psikologi dan Perkembangan, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya.1993. Sanjaya,Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Kencana, 2008. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta :
Bina Aksara. 1988. Soekanto, Soerjono, Remaja dan Masalah-masalahnya, Jakarta : Balai
Pustaka, 1990. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar
Baru Algesindo. 2004 Sudijono, Anas., Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 2008. Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, Bandung: Kolbu, 2006. Suroso, Peranan Kepala Sekolah Terhadap Disiplin Kerja Guru, Jakarta :
Lembaga Penelitian IKIP, 1991. Suryosubroto, B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002).
60
Syaukani, HR. Titik Temu dalam Dunia Pendidikan, Jakarta: Nuansa Madani, 2002.
Walgito, Bimo, Psikologi Sosial ( Suatu Pengantar) Edisi Revisi,
Yogyakarta : Andi Yogyakarta, 2003. Wursanto, IG, Dasar-dasar manajemen Personalia, Jakarta: Pustaka
Dian,1988. Yunus, Mahmud Kamus Arab dan Terjemahannya, Jakarta: PT
Hildakarya.1989. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2 4
47
3 3 2 3 2 2 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3
LampiranTabulasi Hasil Penelitian
No. Responden Item Pertanyaan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A1 2 2 2 3 3 2 4 3 4 2 2 3 2 4 3 4 2 2 3 42 A2 1 2 2 2 2 3 4 3 4 2 3 3 3 4 3 4 2 3 3 43 A3 2 2 2 2 3 3 4 3 4 2 3 3 2 4 3 4 2 2 2 44 A4 3 3 2 2 4 3 4 4 4 2 2 2 3 4 4 3 2 3 2 45 A5 3 3 2 2 4 3 4 4 4 2 2 2 3 4 4 4 2 3 2 46 B1 2 2 2 2 2 3 4 3 4 2 2 2 2 4 4 3 2 2 3 47 B2 2 2 2 3 3 3 4 3 4 2 3 2 2 4 3 3 2 2 2 48 B3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 49 B4 3 3 2 3 2 2 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3
10 B5 3 3 2 2 2 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 411 C1 2 3 1 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 412 C2 2 3 1 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 41313 C3C3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 314 C4 3 3 3 2 2 2 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 315 C5 2 2 2 2 3 4 2 2 4 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 416 D1 3 3 2 2 4 3 4 4 4 2 2 2 3 4 2 3 2 3 2 417 D2 2 2 2 3 3 2 4 3 4 2 2 3 2 4 3 4 2 2 3 418 D3 2 2 3 2 2 3 4 3 4 3 2 2 2 2 4 4 2 2 3 419 D4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 3 2 3 2 3 4 4 2 3 3 420 D5 2 2 2 2 2 3 4 3 4 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 4