Post on 12-Aug-2015
Skenario
Idham, 9 tahun datang ke RSIGM dengan keluhan sakit tajam pada rahang bawah kanan
disertai susah membuka mulut, dan gigi geraham atas goyang setelah kecelakaan sepeda
motor 6 jam sebelumnya. Pasien sadar, dapat berkomunikasi dengan baik, dan menyatakan
tidak mual dan muntah setelah kejadian. Pasien sudah minum obat pengurang rasa sakit
namun masih terganggu dengan rasa sakitnya.
Pemeriksaan klinis didapatkan:
EO: inspeksi: laserasi (+) pada kulit pipi kanan, diffuse fasial oedema, step (diskontinuitas)
pada regio parasimfisis kanan
IO: laserasi pada mukosa bukal 84 – 85
Pemeriksaan tambahan:
Tongue blade test memberikan rasa sakit.
Pemeriksaan Ro: didapatkan garis fraktur pada diantara regio 84 – 85
Pasien dilakukan tindakan immobilisasi dan diberi obat
I. Pendahuluan
Fraktur merupakan diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oelh
adanya kecelakaan yang timbul secara langsung. Fraktur mandibula adalah putusnya
kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kintinuitas pada rahang bawah atau mandibula,
dapat menyebabkan fatal bila tidak ditangani dengan baik dan benar. Mandibula adalah
tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi.
Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, kecelakaan industry atau
kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk, perkelahian, atau kekerasan fisik.
Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada
mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah lebih besar dibandingkan
dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian fraktur mandibula lebih sering terjadi
dibandingkan dengan bagian skeleton lainnya.
Fraktur mandibula merupakan frakturkedua tersering pada rangka wajah. Hal ini
disebabkan karena kondisi mandibula yang terpisah dari cranium. Diagnosis mandibula dapat
ditunjukan dengan adanya: rasa sakit, pembengkakakn, nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya
gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus dentalis, adanya laserasi intra
oral, gigi yang longgar dan adanya krepitasi menunjukkan kemungkinan adanya fraktur.
Selain hal itu, mungkin juga tejadi trismus (nyeri waktu rahang digerakkan). Evaluasi
radiografis pada mandibula mencakup foto polos, bila perlu dilakukan foto waters, CT scan
dan pemeriksaan panoramic.
Secara khusus penanganan fraktur mandibula dan tulang pada wajah (maksilofasial)
mulai diperkenalkan oleh Hipocrates (400 – 373 SM). Dengan menggunakna panduan oklusi
(hubungan ideal antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah) sebagai dasar pemikiran dan
diagnostic fraktur mandibula. Pada perkembangan selanjunya oleh para ahli klinis
menggunakan oklusi sebgai konsep dasar penanganan fraktur mandibula dan tulang wajah
terutama dalam diagnostic dan penatalaksanaannya. Hal ini diikuti dengan pekembangan
teknik fiksasi mulai dari hand bandage (pengikat kepala), pengikat rahang atas dan rahang
bawah dengan kawat (intermaxillary fixation), serta fiksasi dan imobilisasi fragmen fraktur
dengan menggunakan pien tulang (plate and screw).
II. Rumusan Masalah
Dari scenario yang sudah kami baca sebagai latar belakang pada LBM 4 ini,
kami menganalisis dan mendapat beberapa masalah yang timbul. Yaitu mengenai
fraktur mandibula dan penatalakasanaannya.
Pada step pertama, kami membahas kata – kata yang belum dimengerti yang
terdapat paa scenario diatas terdapat kata laserasi, dikontinuitas, dan tongue blade test.
Laserasi adalah luka yang biasanya disebabkan oleh trauma atau robekan bentuknya
tidak teratur seperti bekas sayatan bedah. Dikontinuitas merupakan terputusnya garis
normal antar tulang. Tongue blade test merupakan merupakan pemeriksaan stabilatas
tulang mandibula dengan meletakan spatel lidah diantara gigi, dilihat apakah pasien
dapat menahan spatel tersebut.
Kemudian semua anggota SGD kami menyampaikan bebagai pertanyaan yang
berhubungan d3engan rumusan masalah utama yang sesuai dengan scenario diatas.
Didapatkan ada 16 pertanyaan yang telah disampaikan dan disetujui oleh semua
anggota SGD kami. Pertanyaan tersebut terdiri dari:
1. Interpretasi EO, IO, dan pmeriksaan tambahan tersebut?
2. Klasifikasi fraktur mandibula?
3. Etiologi secara umum?
4. Diangnosa skenario?
5. Gambaran klinis dan Ro dari diagnosa diskenario?
6. Penatalaksanaan selain obat yang diberikan oleh dokter?
7. Tindakan immobilisasi dan obat apa yang akan diberikan dokter?
8. Pemeriksaan Ro apa yang dapat mengetahui fraktur?
9. Mekanisme penyembuhan fraktur?
10. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari perawatan?
11. Komplikasi yang timbul akibat adanya fraktur mandibula?
12. Mengapa pasien mengeluh sakit tajam dan sulit membuka mulut?
13. Mengapa terjadi diskontinuitas pada daerah parasimfisis?
14. Kenapa obat rasa sakitnya tidak dapat mengurangi rasa skit pada pasien?
15. Apakah ada pengaruh jawaban pasien mual dan muntah terhadap komplikasi?
16. Regio mana yang sering terkena fraktur mandibula dan alasannya?
III. Pembahasan
Fraktur mandibula merupakan putusnya kontinuitas tulang mandibula.
Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh
wajah ataupun keadaan patologis, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan
baik.
Banyak klasifikasi fraktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun secara
praktisfraktur secara umum dapat dikelompokan menjadi:
a. Menurut penyebab terjadinya fraktur
- Fraktur traumatic
Trauma langsung (direct), terjadi secra langsung mengenai anggota tubuh
penderita.
Trauma tidak langsung (indirect), terjadi seperti pada penderita yang jatuh
dengan tangan menumpu dan dan lengan atas – bawah lurus, berakibat
fraktur kaput radii atau klavikula. Gaya tersebut dihantarkan melalui
tulang – tulang anggota gerak atas berupa gerak berputar, pembengkakan,
atau kombinasi pembengkakan dengan kompresi.
- Fraktur stress atau fatik, trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang
mengakibatkan tulang lemah. Contohnya fraktur fibula pada kecelakaan olah
raga.
- Fraktur patologis, terjadi karena proses patologis yang mengakibatkan tulang
tersebut rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi secara spontan.
b. Menurut hubungan dengan jaringan ikat sekitarnya
Fraktur simple/tertutup, oleh karena kulit disekeliling fraktur sehat dan tidak
sobek
Fraktur terbuka, kulit di sekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang
berhubungan dengan dunia luar (bone expose) dan potensi terjadinya infeksi.
Fraktur komplikasi, fraktur ini berhubungan dengan kerusakan jarigan atau
strukstur lain seperti saraf, pembuluh darah atau sendi.
c. Menurut Bentuk Fraktur
Fraktur komplit, garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau lebih.
Garis fraktur bias transversal, oblik atau spiral.
Fraktur inkomplit, kedua fragmen terlihat saling impaksi atau masih saling
tertancap
Fraktur komunitif, fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.
Fraktur kompresi, fraktur ini sering terjadi pada tulang konselus.
Diatas merupak fraktur secara umum. Sedangkan Klasifikasi Fraktur Mandibula
dapat digolongkan menjadi:
1. Menunjukkan regi – region pada mandibula, yaitu: badan, simfisis, parasimfisis, angulus,
ramus, prosesus koronoideus, prosesus kondilaris, prosesus alveolar.
2. Berdasarkan ada tidanya gigi:
Fraktur kelas I: gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penangan fraktur ini dapat dengan
melakukan interdental wiring
Fraktur kelas II: gigi hanya ada disalah satu fraktur
Fraktur kelas III: tidak terdapat gigi dikedua sisi fraktur, pada keadaan ini dilakukan
open reduction, kemudian dipasang plate and screw atau dengan intermaxillary
fixation.
3. Berdasarkan pola fraktur:
Fraktur unilateral, biasanya hanya tunggal, tapi kadang terjadi lebih dari satu fraktur
yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi, sering
didapatkan perpindahan fragmen secara nyata.
Fraktur bilateral, sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan langsung dan
tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat dari mekanisme yang menyangkut
angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau daerah kaninus dan angulus
yang berlawanan.
Fraktur multiple, gabungan yang sempurna dari kecelakan langsung dan tidak
langsung dapat menimbulkan terjadinya fraktur multiple.
Fraktur berkeping – keping (comminuted), fraktur ini hamper selalu diakibatkan oleh
kecelakaan yang cukup keras pada daerah fraktur.
4. Berdasarkan jenis:
a. Fraktur tunggal: tulang patah pada satu sisi, biasanya pada angulus, for.mentale
dan leher condilus
b. Sederhana: tidak terjadi dislokalisasi atau displacement, biasanya disebut fraktur
tertutup
c. Greenstick: fraktur yang tidak seluruh kontinuitas tulang terputus tapi hanya
sebagian, baiasa terjadi pada anak” (tulang ank bersifat lentur, tulang belum
sepenuhnya terkalsifikasi)
d. Compound: fraktur yang mempunyai hubungan tulang yang patah dengan
permukaan tulang, biasa terjadi hubungannya melalui kulit, jaringan mukosa dan
membran periodontal (open fracture)
e. Community: tulang terbagi menjadi bebrapa bagian, atau tulang yang patah
menjadi frakmen yang kecil, biasa pada regio simfisis mandibula
f. Complex : fraktur yang melukai jaringan lunak, atau bagian yang berdekatan
seperti pembuluh darah dan saraf
g. Patologi: disebabkan penyakit di tulang mandibula
Berdasarkan textbook:
a. Greenstick: terkena pada condil dan subcondil
b. simpel: anglus mandibula
c. comminusi: pada simfisis dan parasimfisis
d. compound: pada regio simfisi
Berdasarkan arah:
a. Horizontal
b. Vertical
Fraktur maxilla
a. Levort I
b. Levort II
c. Levort III
Etiologi dari fraktur dikarenakan adanya suatu pukulan keras pada muka dan
mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada mandibula. Fraktur mandibula dapat
dikarenakan kecalakaan lalu lintas sebanyak 27%, 69% karena kekerasan fisik, 12% karena
kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat olah raga dan 1% akibat patologi. Kelainan
sistemik, kista atau tumor ganas, osteogenesis, osteoporosis (orang tua), atropi fraktur
patologis, banyak dijumpai pada anak – anak (osteomilitis), pada tulang yang lemah. Adanya
faktor patologik, dari perawatan radiasi osteoradionekrosis (orang yang terpapar radiasi).
Tanda dan gejala fraktur mandibula biasanya diketahui dari gambaran klinisnya,
berikut adalah tanda dan gejala klinis dari fraktur mandibula:
a. Asimetri wajah
b. Pembengkakan
c. Penyempitan pembukaan mulut, karena gangguan fungsional berupa penyempitan
pembukaan mulut. Fraktur pada simfisis dan parasimfisis berhubungan pada
fraktur condil, sehingga berhubungan dengan TMJ, adanya retak sehingga
membuka mulut sakit, karena sub kondil sampai angulus merupakan tulang yang
tipis
d. Terjadi kelumpuhan pada bibir, karen fraktur mengenai n.alveolaris
e. Dilokasi dan posisi rahang
f. Pergerakan rahang abnormal Karena pasien mengalami pergerakan abnormal
pada rahang yang fraktur dan rasa sakit itu muncul ketika pasien menggerakan
rahangnya.
g. Deformitas angulasi media
h. Krepitasi
i. Diskontinuitas tulang
j. Nyeri saat menggunyah dan maloklusi gigi (avulse dan subluksasi), bersifat akut
biasanya dapat diperberat gerakan ringan (berbicara, mengunyah, palpasi)
k. Disability, gangguan fungsional berupa penyempitan pembukaan mulut
l. Tidak simetrisnya arcus dentalis serta adanya laserasi intra oral
m. Hipersalivasi dan halitosis akibat berkurangnya pergerakan mandibula dan
hilangnya efek self cleansing akibat gangguan fungsi pengunyahan
n. Fragmen fraktur akan bergerak jika digerakan dengan jari tangan.
Berikut adalah regio mandibula yang sering terkena fraktur , antara lain:
a. Condyl 29, 1%, tulangnya tipis, berhubungan dengan maxila
b. Angulus 24, 5%, pada sudut jika terkena fraktur bisa menyebar ke TMJ
diperlemah karena adanya gigi impaksi
c. Simfisis dan parasimfisis 22%, diperlemah karena akar gigi taring yang panjang.
d. Body (Corpus) 16%,
e. Dentoalveolar 3,1%, karena adanya fraktur bagian simfisis dan parasimfisis yang
menyebar sampai dentoalveolar
f. Ramus 1, 7%
g. Coronoideus 1,3
Prinsip dasar umum dalam perawatan fraktur mandibula dalah sebagai berikut:
a. Anamnesa: kapan terjadinya kecelakaan, parastesi atau tidak, laserasi atau
perdarahan atau tidak
b. Pemeriksaan klinis
c. Kerusakan gigi dievaluasi bersamaan dengan perawatan fraktur mandibula
d. Penatalaksanaan awal:
- Memberikan jalan nafas (airway),
- Pernafasan (breathing) biasanya dilakukan untuk mengetahui frekuensi
pernafasan, saturasi O2, keadaan penderita (cyanosis tidak),
- Penanganan sirkulasi darah
- Penanganan shock,
- Penanganan luka jaringan lunak, dilihat warna darahnya dan dilakukan
penghitungan kadar Hb, laju endap darah dan jumlah sel darah putihnya,
kemudian dilakukan closed reduction atau penutupan luka (ditutup tampon
slma 24 jam untuk menghindari infeksi, apabila tahap II ditunda dilakukan
penjahitan terlebih dahulu),
- Immobilasasi sementara serta,
- Evaluasi adanya kemungkinan cedera otak dengan CT scan. Biasanya pasien
akan mengeluh mual atau muntah hingga pasien tidak sadar setelah
kecelakaan. Hubungan mual atau muntah serta menurunnya kesdaran pasien
berhubungan karena didaerah kepala banyak saraf. Sehingga untuk
mengetahui cidera pada kepala atau tidak untuk mengetahi cidera kepala
ringan atau berat. Kalau pasien tidak sadar CKB (cidera kepala berat).
Kalau pasien tidak mengeluh mual, muntah CKR (cidera kepala ringan).
- Melakukan foto rontgen untuk mengetahui letak fraktur dan jenis fraktur.
Berikut adalah jenis foto rontgen yang dapat digunakan untuk melihat fraktur
rahang:
Ro panoramik: bisa melihat seluruh tulang mandibula dari 1 foto,
kurang detail melihat TMJ, simfisis dan tlg alveolar
Foto Ro. Polos: dapat menentukan posisi oblig lateral (mendiagnosa
fraktur ramus, angulus dan corpu posterior, untuk pencetriaan fraktur
koronoideus), poterior anterior(untuk melihat dislokasi pada bagian
medial atau latertal dari fraktur ramus, angulus, corpus, simfisi),
oklusal(melihat sisi mesial dan lateral corpus mandibula), periapikal
CT scan: untuk melihat fraktur condil yang susah dilihat, rekontruksi
wajah, fraktur bgaian lain
Waters, untuk pencitraan wajah sehingga gambaran wajah tidak
terganggu
Foto revers towne’s view: bisa juga untuk fraktur kondilar, body dan
angulus mandibula,
Foto TMJ:pembuatan foto TMJ yang standart biasanya dilakukan
proyeksi lateral buka mulut (parma), dan proyeksi lateral tutup mulut
biasa (schuller), dan biasnya dibuat sendi kanan kiri untuk
perbandingan.
Foto Eisler: foto untuk pencitraan mandibula bagian ramus dan korpus,
dibuat sisi kanan atau kiri sesuai kebutuhan.
e. Tahap II: penanganan fraktur secara definitif dengan reduksi dan reposisi fragmen
– fragmen fraktur, teknik fiksasi mandibula ada 3 cara:
- Diikat kepalanya,
- Mengikat RA dan RB dengan kawat, Tindakan immobilasasi secara
interdental:
Menggunakan kawat
Batang lengkung karet: batang lengkung dipasang pada lengkung gigi
maxila dan semua gigi mandibula yang patah, mandibula ditambatkan
seluruhnya pada maxila dengan karet pada kait dibatang lengkungan
atas dan bawah.
Apabila Rb terkena fraktur akan menimbulkan gaya tensi dan
kompresi, kekuatan kompresi yang dihasilkan pada tepi mandibula apabila
terkena fraktur maka akan timbul diskontinuitas yang akan menyebar
keatas, perawatan mempertimbangkan kedua sisi mandibula. Apabila
immobilisasi tidak stabil maka akn menimbulkan asimetri. Presure
trajektori dan plat osteosistesis, arch bar yang berfungsi sebagai
mengurangi kekuatan yang membengkokan pada bagian alveolar
- Plate and screw (fiksasi dan immobilasisi dengan plat tulang) akan membawa
dampak yang tidak sedikit.
Tujuan perawatan untuk mengembalikan fungsi (latihan luas gerak
sendi, latihan peregangan, latihan penguatan yang disebut progresif muscle
relaxasion) yang biasanya dilakukan oleh terapis.
f. Kalau pasien dengan fraktur ringan tidak perlu diberi sedasi, kalau fraktur berat
perlu diperhatikan dalam pemberian sedasi
g. Setelah dilakukan reduksi, harus difiksasi dan di imobilisasi +/- 5 mggu pada px
dewasa dengan KU yang baik. Kalau pada anak – anak imobilisasi 3 – 1 bulan.
Pada Ortu dengan KU buruk atau terinfeksi imobilisasi +/- 6 – 7 mggu.
h. Pemberian obat. Obat yang biasanya diberikan muscle relaxan. Anti relaxan
(myonal tab 50mg 3x1), kalau ada bengkak diberi anti inflamasi (kalium
diklofenak), kalau nyeri (antibiotic: as.mef, paracetamol jika disertai demam).
i. Intruksi pasien:
- Teruskan obat
- Sikat gigi dan makan makanan lunak
- Berkumur dengan air hangat + garam
- Rongen foto pada saat control
Mekanisme penyembuhan fraktur mandibula yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak
yang terkena fraktur.
Penyembuhan Tulang:
a. Intial stage, dari hematoma yang terjadi akibat darah yang mengalir pada
daerah yang robek didaerah sekitar fraktur, 24 jam setelah benturan.
Kemudian sel akan berdeferensiasi dan berproliferasi dalam lapisan
periosteum yang kemudian akan muncul osteoblas. Osteoblas akan
membentuk fibro kartilago kartilaginous kalus. Setelah 2 hari kecelakaan.
b. Kartilaginaous adan internal (antar tulang yang fraktur) bony kalus, dimana
akan berdeferensisasi menjadi wofen bone dan eksternal (berada disekeliling
area fraktur). Dimana osteoblas akan membentuk jaringan lunak tersebut
setelah 3 – 10 pasca kecelakaan.
c. Remodeling, wofen bone akan menjadi lamellar bone, dan akan muncul
osteoklas yang akan membentuk kembali tulang yang rusak dan
menghilangkan tulang yang berlebihan. Proses ini akna berjalan selama 3 – 5
bulan.
Penyembuhan jaringan lunak:
a. Inflamasi: reaksi vaskuler (vasikonstriksi vasodilatasi) dan seluler
(leukosit dan PMN masuk ke jar. Luka diiringi makrofage)
b. Tahap proliferasi: fibroblast berperan penting membentuk kolagen,
termasuk proses epitelialisasi
c. Maturasi: akan menyempurnakan kolagen pada tahap proliferasi sehingga
kolagen menjadi lebih matang/sempurna
Penyembuhan fraktur tulang dipengaruhi beberapa hal:
a. Vaskularisasi cukup
b. Terdapat permukaan yang lebih luas
c. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi cepat.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari perawatan fraktur mandibula
a. Usia, anak – anak penyembuhan fraktur lebih cepat karena aktivitas osteogenesis
dan osteoklas lebih aktif disbanding dewasa, dan anak – anak mempunyai
vaskularisasi yang baik.
b. Nutrisi
c. Sistemik
d. Kooperatifan pasien
Komplikasi yang dapat timbul akibat fraktur mandibula an tara lain adanya:
a. Osteomilitis, proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan struktur sekunder
karena infeksi bakteri piogenik. Dapat terjadi local dan meyebar melalui
peristeum, korteks, sumsum tulang dan jaringan radikuler. Terdapat 2 kategori
osteomilitis akut:
Hematogenous: infeksi yang disebabkan oleh bakteri mll darah. Bagian
yang terkena infeksi adalah bagian yang kaya akan vaskularisasi. Karena
bakteri menyerang tulang nekrosis lokasi hyperemia dan udem.
Karena tekanan akan menimbulkan nyeri yang hebat. Co: tlg vemur,
humerus, ulnar, tibia.
Osteomilitis langsung: karena trauma terbuka dan langsung dan tindakan
pembedahan. Kontak langsung tulang dan bakteri, co: pembedahan
ortopedi. Penyakit yang menyertai :DM, AIDS, pengguna obat – obatan,
alcohol, penyakit sendi
Tanda – tanda dan gejala osteomelitis:
Terbatasnya gerakan
Kelelahan
Eodem local
Nyeri pada penekanan
Demam tinggi, misalnya pada tulang belakang : terdapat bakterimia
b. TMD
c. Komplikasi pada tulang :
Delay union(penyembuhan yang melebihi masa umumnya),
Mall union(tulang menyambung tapi tidak pada posisi anatomis) akan
berakibat rasa tidak nyaman serta sakit pada otot – otot pengunyahan dan
otot sekitar wajah yang dapat menimbilkan myofacial pain.
d. Jarang terjadi 5 -10%
Penyebabnya karena kesehatan RM: karies pada gigi geligi dan memiliki kelainan
jaringan periodontal, imobilisasi yang tidak adekuat, dan penundaan waktu
perawatan dapat mengakibatkan infeksi. Infeksi peran dari bakteri streptococcus
dan bakterioides
e. Ankylosis
f. Resopsi eksternal
g. Pembentukan periodontal
h. Kelainan periapikal
i. Parastesi n.alveolaris inferior
Kesimpulan
Pada kasus ini didapatkan pasien pasca kecelakaan , dengan kesadaran penuh, tidak
mual, tidak muntah. Inspeksi ekstra oral didapatkan laserasi (+) pada kulit pipi kanan, diffuse
fasial oedema, step (diskontinuitas) pada regio parasimfisis kanan. Pada intra oral didapatkan
laserasi pada mukosa bukal 84 – 85 . Setelah dilakukan pemeriksaan tambahan Tongue blade
test memberikan rasa sakit. Dari gambaran rontgen didapatkan garis fraktur pada diantara
regio 84 – 85. Maka didapatkan diagnose yaitu fraktur mandibula regio parasimfisis
unilateral. Lalu dilakukan perawatan berupa reduksi atau reposisi fraktur, fiksasi pada fraktur,
imobilisasi dan mobilisasi. Serta pemberian obat antibiotic, analgetik, antiinflamasi dan
antirelaxan.
Daftar Pustaka
1. Ajmal S, Khan M. A, Jadoon H, Malik S. A., (2007). Management Protocol of
mandibular ractures at Pakistan Institute of Medical sciences, Islamabad, Pakistan. J
Ayub Med Coll Abbottabad Volume 19, issue 3.
2. Laub D, R. Facial Trauma, Mandibular Fractures. (2009).
3. Sjamsuhidajat, Jong W. D., (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
4. www.usu.ac.id
5. www.ui.ac.id
Trauma / kecelakaan
Klasifikasi dari fraktur rahang
Gambaran Klinis
Diagnosis: Fraktur Mandibula Regio Parasimfisis Unilateral
Anamnesa
Penatalaksanaan
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan klinis
Komplikasi
- Osteomilitis
- TMD