Post on 14-Aug-2015
description
Pembahasan
A. Pemeriksaan Makroskopis
1. Warna
Normal : berwarna putih kelabu homogen, kadang didapat butiran seperti jeli yang
tidak mencair
Hasil pemeriksaan : warna sperma putih kelabu. Warna sperma dapat dikatakan
normal karena tidak berwarna kuning ( terinfeksi ) ataupun ada bercak – bercak
merah ( terdapat sel darah merah ).
Warna semen putih keruh (putih kelabu). Untuk melihat warna semen, perlu
mengamati semen tersebut dengan latar belakang putih. Adanya sejumlah sel
darah putih yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan
warna semen menjadi putih kekuning-kuningan. Perdarahan traktus reproduksi
pria dapat menyebabkan warna semen menjadi kemerah-merahan.
2. Bau
Normal : bau khas seperti bunga akasia
Hasil pemeriksaan : bau sperma khas seperti bunga akasia. Baunya normal
karena tidak tercium bau busuk sebagai indikasi bahwa sperma terinfeksi.
Semen mempunyai bau yang khas. Bau semen yang khas tersebut disebabkan
oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar
prostat
3. Likuefaksi ( mencairnya semen )
Normal : mencair dalam waktu 60 menit dan rata – rata mencair pada 15 menit
Hasil pemeriksaan :
Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar
dalam waktu 15 – 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan
(Liquefaction). Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim – enzim yang
diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim.
4. Volume
Normal : sekali ejakulat > 2 ml
Hasil pemeriksaan : -------------------------------
Volume semen sebaiknya diukur dengan memakai gelas yang mempunyai
perbedaan skala 0,1 ml. Seseorang dinamakan aspermia bila tidak mengeluarkan
semennya pada waktu ejakulasi.Dinamakan hipospermia bila volume semen
kurang dari 1 ml dan dinamakan hiperspermia bila volume semen lebih dari 6 ml.
Rata-rata volume semen pria Indonesia ialah 3,56 ± 1,35 ml atau sekitar 2-5 ml.'
5. Konsistensi
Normal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung pipet hanya
sedikit
Hasil pemeriksaan :
Viskositas (kekentalan) semen dapat diukur setelah likuifaksi semen sempurna.
Pengukuran viskositas semen dapat dilakukan dengan berbagai cara :
Dapat dilakukan dengan menggunakan pipet Pasteur.
Sejumlah kecil semen dihisap ke dalam pipet dan kemudian mudah atau
sulitnya cairan semen tersebut masuk ke dalam pipet dilihat. Pada keadaan
normal semen tersebut dapat masuk ke dalam pipet dengan mudah. Panjang
cairan semen yang dibentuk ketika meninggalkan pipet diukur. Pada keadaan
normal panjangnya antara 3--5 cm meskipun koagulum semen telah
berlifuifaksi sempuma. Pada semen yang lebih kental maka panjang cairan
yang terbentuk akan lebih panjang.
6. pH
Normal : pH 7,2 – 7,8
Hasil pemeriksaan :
pH semen diukur dengan menaruh setetes semen kepada kertas pH yang
mempunyai pH antara 6,6 sampai 8,0. Untuk lebih teliti dapat dipakai pH meter
listrik. pH semen normal ialah basa lemah; pH semen diukur segera setelah
likuifaksi. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 –
7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair
karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama
disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi
oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan
sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat,
Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
B. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma
2. Pemeriksaan motilitas sperma
Motilitas sperma normal :
Klasifikasi motilitas sperma :
a) Jika sperma bergerak cepat dan lurus
b) Jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus
c) Jika tidak bergerak maju
d) Jika sperma tidak bergerak
Motilitas sperma. Berat gelas penutup akan menyebarkan sampel semen
sehingga diperoleh lapangan pandang yang optimal. Pemeriksaan motilitas
sperma terdiri dari pemeriksaan motilitas kuantitatif dan kualitatif.
Motilitas kuantitatif
Motilitas kuantitatif ditentukan dengan menghitung spermatozoa motil
dan imotil pada sekurang-kurangnya 5 lapangan pandangan yang
terpisah dan dilakukan secara acak (tetapi tidak boleh yang dekat
pojok gelas penutup). Presentase spermatozoa motil dihitung dari
rata-rata persentase motilitas untuk semua lapangan pandangan yang
dihitung.
Motilitas kualitatif
Motilitas kualitatif ditentukan secara subjektif berdasarkan pergerakan
spermatozoa yang bergerak lurus ke depan dengan baik.
Semen yang normal menunjukkan 60% spermatozoa motil atau lebih dengan
sebagian besar menunjukkan pergerakan baik sampai sangat baik dalam
waktu setengah sampai tiga jam sesudah ejakulasi. Rata-rata persentase
sperma motil pria Indonesia 55,10±9,02% atau sekitar 45-65%.
3. Pemeriksaan morfologi sperma
Bentuk Normal :
Bentuk kepala normal ( bulat / oval )
Bentuk ekor ( panjang dan lurus )
Bentuk spermatozoa abnormal :
Bentuk Piri ( Seperti buah pir )
Brntuk terato ( tidak beraturan dan berukuran besar )
Bentuk lepto ( ceking )
Bentuk Mikro ( Kepala seperti jarum pentul )
Bentuk Strongyle ( seperti larva stongyloides )
Bentuk Lose Hezel ( Tanpa kepala )
Bentuk Immature ( spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic )
4. Pemeriksaan elemen lain bukan sperma
Partikel kotoran.
Setiap kontaminasi eksesif oleh bakteri,sel epitel, sel darah merah, sel darah putih
atau sel germinal muda perlu dicatat. Perlu ditambahkan bahwa, setiap mucus dari
semen yang nonlikuifaksi atau semen yang mempunyai viskositas tinggi perlu
dilaporkan.
5. Pemeriksaan jumlah sperma