Post on 30-Jan-2016
description
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman yang semakin modern ini sudah banyak masyarakat
yang sadar pentingnya menjaga penampilan. Penampilan tidak hanya
dilihat dari pakaian, gaya rambut ataupun kecantikan, tetapi pada saat ini
masyarakat sudah menyadari kecantikan itu tidak hanya dilihat di wajah
saja tetapi juga kecantikan saat individu itu tersenyum. Hal yang dilihat
oleh orang lain saat kita tersenyum adalah gigi. Kerapian dari gigi
mempengaruhi kecantikan seseorang saat tersenyum, selain itu kerapian
gigi juga berpengaruh pada fungsi mastikasi, fungsi fonetik dan
kepercayaan diri seseorang.
Kerapian gigi tentunya harus di perhatikan pada saat gigi geligi itu
saat dalam masa pertumbuhan pada saat kecil. Banyak orang tua sekarang
ini memperhatikan kerapian gigi anaknya, sehingga perlu dilakukan suatu
perawatan pada saat gigi geligi tersebut tumbuh atau disebut masa gigi
pergantian. Pada masa ini jika pertumbuhan gigi tidak diperhatikan akan
menyebabkan gigi mengalami DDM (Disharmoni Dentomuskuler). DDM
adalah ketidakseimbangan antara volume rahang dan volune gigi. DDM
ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu gigi berdesakan dan juga diastema.
Dua hal tersebut yang sering terjadi pada anak- anak disaat gigi sudah
mulai mencapai permanen. Pada kasus DDM banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yang paling utama dalam kasusu DDM adalah faktor
keturunan. Dimana orang tua mempunyai perbedaan volume rahang dan
gigi geligi sehingga pada anaknya mengalami ketidakseimbangan pada
gigi geliginya. Faktor yang lain yaitu trauma, ini sangat besar pengaruhnya
terhadap DDM karena anak kecil memiliki kecenderungan hiperaktif
dalam segala hal. Dengan begitu sanagt besar kesempatan untuk terkena
trauma. Selain itu faktor gigi persistensi, ini dapat mengurangi tempat
yang dibutuhkan gigi permanen untuk tumbuh dan menempati lengkung
yang benar. dan faktor terakhir yang mempengaruhi DDM adalah agenisi,
2
gigi yang hilang atau bahkan tidak memiliki benih permanen akan
menyebabkan banyak space pada lengkung rahang yang artinya gigi
tersebut terlihat diastema.
Untuk mengurangi terjadinya DDM maka perlu dilakukan
perawatan serial ektraksi sejak dini. Serial ekstraksi merupakan prosedur
pengambilan gigi desidui dan permanen yang telah ditentukan secara
berurutan. Prosedur ini hanya dilakukan apabila lengkung rahang tidak ada
ruang untuk mengakomodasi gigi geligi yang akan tumbuh. Serial
ekstraksi banyak dilakukan pada kasus- kasus kelas 1 pada anak periode
gigi bercampur yang memiliki lengkung rahang yang tidak mencukupi
untuk gigi-giginya. Ketercukupan ruang untuk mengakomodasi seluruh
gigi permanen tidak selalu dapat diprediksi pada usia awal karena
pertumbuhan seringkali tidak dapat diperkirakan. Banyak anak yang
lengkung rahangnya tidak memenuhi ruang tumbuh gigi namun ternyata
mengalami pertumbuhan yang pesat dan ketersediaan ruang dapat teratasi
dengan sendirinya tanpa dilakukan pengambilan gigi permanen.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa definisi dan tujuan dari serial ekstraksi?
2 Apa saja indikasi dan kontrakindikasi dilakukannya serial
ekstraksi?
3 Bagaimana penatalaksanaan serial ekstraksi?
4 Apa keuntungan dan kelebihan serial ekstraksi?
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui dan menjelaskan definisi dan tujuan serial
ekstraksi
2 Untuk mengetahui dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi
serial ekstraksi
3 Untuk mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaan serial
ekstraksi
4 Untuk mengetahui dan menjelaskan kekurangan dan kelebihan
serial ekstraksi
3
1.4 Mapping
Disharmoni Dentomaksiler (DDM)
Serial ekstraksi
Indikasi dan kontraindikaasi Prosedur Serial ekstraksi Kelebihan dan kekurangan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Disharmoni Dentomaksiler (DDM)
Disharmoni dentomaksiler merupakan disproporsi besar gigi
dengan lengkung geligi. Faktor utama penyebab DDM adalah faktor
herediter atau keturunan, misalnya seorang anak mewarisi ukuran gigi
ibunya yang cenderung berukuran kecil dan anak tersebut
mewarisi ukuran lengkung geligi ayahnya yang berukuran relatif besar.
Sehingga terjadi diastema menyeluruh dikarenakan disproporsi ukuran
gigi dan lengkung geligi. Selain itu ada beberapa faktor lain
yang juga mendukung timbulnya kelainan ini, yaitu faktor lokal seperti
gaya hidup, misalnya anak tersebut kurang mengkonsumsi makanan keras
sehingga pertumbuhan rahang kurang maksimal, dan ukuran rahang
menjadi lebih kecil dari ukuran yang seharusnya. Hal ini menyebabkan
DDM tipe transitoir. Pada DDM tidak harus terjadi pada kedua rahang
ataupun pada kedua sisi, DDM bisa terjadi hanya pada salah satu sisi
ataupun pada salah satu rahang. Namun pada umumnya DDM lebih sering
terlihat pada rahang atas, karena lengkung rahang untuk tempat erupsi gigi
permanen pada rahang atas hanya terbatas pada tuberositas maksila saja,
sedangkan pada rahang bawah sampai pada ramus ascenden. DDM dibagi
menjadi tiga tipe yaitu:
1 Tipe berdesakan, merupakan keadaan yang sering dijumpai yaitu
ukuran gigi-gigi yang berukuran besar pada lengkung geligi yang
normal, atau ukuran gigi normal pada lengkung geligi yang kecil
sehingga menyebabkan letak gigi berdesakan.
2 Diastema multiple, tidak adanya harmoni antara besar gigi dan
lengkung gigi yaitu ukuran gigi kecil dengan lengkung
geligi normal ataupunukuran gigi normal dengan lengkung geligi
yang besar.
5
3 Tipe transitoir, ketidakharmonisan erupsi gigi dengan
pertumbuhan tulang, yang menyebabkan gigi berdesakan. DDM
tipe transitoir ini bisa terkoreksi seiring bertambahnya usia
karena pertumbuhan tulang rahang dan ukuran gigi tetap, sehingga
baketerlambatan pertumbuhan, maka tidak dianjurkan melakukan
pencabutan karena dapat menyebabkan diastema. Untuk
mendiagnosa DDM tipe transitoir bisa dilakukan
perbandingan antara gambaran normal gigi geligi saat itu dengan
gamaran dari gigi pasien.
Perawatan pada kasus DDM adalah sangat sederhana bahkan bisa
dikatakan apabila diagnosa dilakukan sejak dini oleh seorang dokter gigi
dapat merencanakan serial ekstraksi pada penderita DDM.
Dimana apabila ekstraksinya dilakukan secara tepat maka tidak
akan terjadi maloklusi pada rongga mulut. Namun jika diagnosa
dilakukan terlambat (umur 11-12 tahun) maka perawatan DDM tidak
hanya cukup dengan ekstraksi seri saja, terapinya perlu dilanjutkan
dengan penggunaan alat orthodonsi untuk menaroik gigi canius ke distal
dan dan meletakkan insisivus lateral dalam lengkung gigi yang baik dan
benar. (Buku Ajar Orthodonsi 2. 2003. 54-55)
2.2 Serial Ekstraksi
Untuk melakukan pencabutan serial diperlukan pemahaman yang
mendalam tentang pertumbuhkembangan, diagnosis dan perencanaan
perawatan agar didapat hasil yang memuaskan. Diperlukan pemahaman
tentang ukuran gigi, panjang lengkung gigi, pembentukan gigi dan
perkembangannya serta erupsi gigi permanen untuk perencanaan
pencabutan serial (Rahardjo, 2009)
Ekstraksi seri adalah suatu metode perawatan orthodonti dalam
periode gigi pergantian dan mencegah maloklusi pada gigi permanen
dengan jalan melakukan pencabutan pada gigi-gigi yang dipilih pada
interval waktu tertentu serta menurut cara-cara yang telah direncanakan
dengan observasi dan diagnose yang tepat dan teliti. Ini merupakan suatu
6
prosedur yang memerlukan kesabaran dan ketelitian yang lama tanpa
memakai perawatan orthodonti. Pengertian lain ekstraksi seri yaitu suatu
metode perawatan orthodonti yang dilakukan pada masa gigi-geligi
bercampus dengan hubungan rahang klas I Angle, dengan pencabutan gigi
secara berturut-turut dan kronologis. Pencabutan dilakukan pada gigi-
geligi sulung dan diikuti dengan pencabutan gigi permanen (Amirudin,
2002).
Tindakan ini disebut pencabutan serial karena secara garis besar
dilakukan pencabutan gig sulung dan kemudian dilakukan pencabutan gigi
permanen dan diakhiri dengan mekanoterapi. Dengan melakukan
pencabutan serial, maka perawatan komperhensif di kemudian hari akan
lebih mudah dan lebih cepat mencapai hasil akhir yang memuaskan.
Pencabutan seri sering dilakukan pada maloklusi kelas I karena pada
maloklusi kelas I terdapat keseimbangan neuromuskuler yang pada
perawatan pencabutan serial keseimbangan ini perlu dipertahankan.
Pencabutan serial tidak dianjurkan pada pasien yang mempunyai kelainan
relasi rahang atas dan bawah (Rahardjo, 2009).
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi dan Tujuan Ekstraksi Seri
Ekstraksi seri adalah suatu metode perawatan orthodonti dalam
periode gigi pergantian dan mencegah maloklusi pada gigi permanen
dengan jalan melakukan pencabutan pada gigi- gigi yang dipilih pada
interval waktu tertentu serta menurut cara- cara yang telah ditentukan
dengan observasi dan diagnosa yang tepat dan teliti. Ini merupakan suatu
prosedur yang memerlukan kesabaran dan ketelitian yang lama tanpa
memakai alat orthodontik. Pengertian lain ekstraksi seri yaitu suatu
metode perawatan orthodonti yang dilakukan pada masa gigi-geligi
bercampur dengan hubungan rahang klas I Angle, dengan pencabutan gigi
secara berurutan dan kronologis . pencabutan dilakuakn pada gigi geligi
sulung dan diikuti dengan pencabutan gigi permanen (Amirudin, 2002).
Tujuan ekstraksi seri:
1 Menghilangkan gigi yang berdesakkan
2 Menuntun dan mengontrol erupsi gigi-gigi permanen dalam
lengkung rahang dan untuk mencegah agar tidak terjadi
maloklusi pada gigi permanen
3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Seri
a. Indikasi:
DDM (Disharmoni Dento Maxilar)
Merupakan ketidak sesuaian antara volume rahang dan
volume gigi. Untuk gigi yang crowded (berdesakan) dapat
disebabkan oleh 2 hal yaitu karena ukuran gigi besar tetapi
ukuran rahang normal atau karena ukuran gigi normal akan
tetapi ukuran rahang kecil. Sehingga dengan adanya kondisi
tersebut dapat menyebabkan gigi berdesakan khususnya
untuk gigi anterior yang dapat terlihat melalui gejala klinis:
8
o keempat gigi insisiv berada pada lengkung
rahang yang normal sementara gigi kaninus
extruded, atau
o gigi kaninus berada pada lengkung rahang yang
normal sementara gigi insisiv lateral tumbuh
sesuai dengan benih giginya yakni di bagian
palatal akibat tidak mendapatkan tempat.
Dengan melihat kedua gejala klinis tersebut maka pasien
dapat diindikasikan untuk dilakukan ekstraksi seri.
Pada fase geligi pergantian
Tidak ada kelainan skeletal
Overbite normal
Terjadi diskrepansi atau kekurangan tempat, yaitu lebih
besar atau sama dengan 10 mm (crowded berat).
Benih gigi telah menembus alveolar crest, namun gigi
sulung belum tanggal
Keinginan pasien maupun orang tua (kooperatif)
b. Kontraindikasi :
Diastema, Agenisi
Ketika pasien yang memiliki diastema dan/atau agenisi
dilakukan ekstraksi seri, diastema dapat menjadi semakin
parah.
Maloklusi kelas I angle dengan crowded ringan
Crowded ringan bisa menjadi normal ketika pasien anak-
anak masih mengalami pertumbuhan rahang. Rahang yang
bertambah lebar akan memberikan ruang bagi gigi-gigi
berdesakan tersebut.
Deep overbite/openbite
Maloklusi kelas II dan III angle
Pasien kurang kooperatif
Kelainan skeletal (osteomyelitis)
Kelainan pembekuan darah
9
Rotasi maupun malposisi gigi lain yang menyebabkan
terkuncinya gigi geligi yang lain
Gigi geligi yang berdesakan dan terkunci oleh gigi lain
akan mempersulit operator dalam melakukan ekstraksi.
Profil wajah lurus atau cekung
Pasien dengan profil wajah yang lurus akan terlihat cekung
setelah dilakukan ekstraksi seri. Begitu juga dengan pasien
dengan profil wajah cekung yang akan semakin terlihat
cekung.
3.3 Penatalaksanaan Ekstraksi Seri
Prinsip pencabutan serial dikenalkan oleh Rubert Bunon pada tahun
1473, tetapi istilah pencabutan serial dipopulerkan oleh Kjellgren tahun
1940-an. Pencabutan serial hanya dapat menghilangkan berdesakan di
region anterior tetapi tidak dapat memberikan hasil perawatan seperti yang
dihasilkan dari perawatan secara komperhensif (Rahardjo, 2009).
Sebelum melakukan ekstrasksi dilakukan pemeriksaan seperti
anamnesa yang menanyakan riwayat kesehatan pasien, biasanya akan
berhubungan dengan faktor keturunan sehingga riwayat DDM ada, juga
pemeriksaan klinis intra oral dimana ditemukan gigi yang berdesakan
gejala DDM pada umur geligi pergantian. Kekurangan tempat pada pasien
dapat diukur melalui analisa model. Foto rontgen wajib dilakukan untuk
mengetahui urutan erupsi gigi , ada tidaknya benih permanen, lebar gigi
permanen dan letak benihnya itu sendiri.
Perawatan ekstraksi seri berdasarkan beberapa metode berbeda satu
sama lain. adanya evaluasi masing-masing metode ini penting untuk
keberhasilan perawatan.
10
a. Metode Tweed (1966)
Pencabutan gigi sulung molar pertama pada umur 8 tahun. Gigi
sulung caninus dipertahankan untuk memperlambat erupsi dari
caninus permanen. Setelah pertumbuhan premolar pertama berada
pada fase erupsi, dimana mahkota sudah berada dibawah tulang
alveolar secara radiografi, gigi sulung caninus dilakukan pencabutan
kemudian premolar satu juga demikian untuk memberikan tempat
bagi caninus permanen.
b. Metode Dewel (1978)
Sekitar umur 8 1/2 tahun gigi caninus sulung dilakukan
pencabutan untuk memberikan ruang untuk memperbaiki crowded
anterior. Pada umur 9 1/2 tahun, ketika crowded insisiv sudah pada
lengkung yang benar dan premolar pertama akarnya sudah lebih dari
setengah secara radiografi, gigi molar pertama sulung dilakukan
pencabutan untuk memberikan tempat premolar pertama erupsi ke
dalam rongga mulut. Kemudian premolar pertama ini dicabut juga
untuk memberi tempat caninus permanen yang sesuai pada lengkung
seharusnya. Keadaan ini berfungsi untuk gigi rahang atas, dimana
11
erupsi premolar pertama lebih dahulu dibandingkan gigi caninus
permanen.
Modifikasi metode Dewel pada rahang bawah dimana caninus
permanen dapat lebih dahulu atau hampir bersamaan erupsi dengan
premolar pertama bila dievaluasi radiograf. Teknik enukleasi pada
premolar pertama ketika ekstraksi gigi molar pertama sulung dapat
dilakukan namun kurang dianjurkan. Modifikasi lain lebih dianjurkan
yaitu melakukan pencabutan molar kedua sulung sehingga
memberikan tempat erupsi gigi premolar pertama untuk erupsi lebih
ke distal. Ketika gigi caninus permanen erupsi, premolar satu dapat
dilakukan pencabutan.
Selain itu, untuk menghindar enukleasi juga bisa dilakukan
cara lain yaitu mencabut molar pertama sulung, setelah 6 bulan molar
kedua sulung dicabut, supaya premolar pertama erupsi agak ke distal
diatas benih premolar kedua, bila premolar pertama telah erupsi maka
harus dicabut , kemudian perlu pemakaian space maintainer
supayamolar pertama permanen tidak bergerak ke mesial.
Premolar kedua biasanya erupsi secara normal menggantikan
molar kedua sulung. Ruangan bekas pencabutan premolar dipakai oleh
kaninus permanen yang bergeser kedistal, premolar kedua dan molar
pertama permanen bergeser ke mesial. Bila pencabutan serial tidak
diikuti oleh perawatan komperhensif dengan piranti cekat maka tidak
akan didapatkan susunan gigi yang ideal, letak akar gigi yang tidak
sejajar dan penutupan diastema tidak berhasil dengan baik.
Apabila terjadi Agenisi premolar pertama cabut molar pertama
sulung kemudian kaninus permanen akan menempati tempat tersebut.
Agenisi premolar kedua bila kaninus permane erupsi lebih dulu dari
premolar pertama maka cabut molar pertama sulung dan molar kedua
sulung bersama-sama agar kaninus sulung dan premolar pertama dapat
12
erupsi agak ke distal dan perlu dipasang space maintainer agar molar
pertama permanen tidak bergeser ke mesial.
Urutan erupsi gigi permanen dan letak benih gigi permanen
a. Letak benih gigi permanen
Gigi insisivus
Insisius central pada saat sebelum erupsi berada pada labial
gigi insisiv sulung. Adanya proses erupsi menyebabkan gigi insisiv
migrasi sesuai sudut inklinasinya. Sedangkan gigi insisiv lateral
sebelum erupsi berada lebih ke palatal dari gigi sulungnya, dengan
adanya proses erupsi menyebabkan gigi ini migrasi sesuai sudut
inklinasnya. “spacing” atau adanya diastema pada gigi sulung
anterior, merupakan kondisi yang normal dan termasuk penting,
karena ukuran dari gigi insisivus permanen penggantinya
berukuran lebih besar dibandingkan dengan gigi sulungnya.
Crowded yang terjadi biasanya diakibatkan oleh tidak adanya
diastem fisiologis, sehingga gigi insisivus pertama akan meresorbsi
gigi sulung insisiv lateral. Hal tersebut akan mengakibatkan
dislokasi dari gigi insisiv tetap lateral, sehingga terdapat crowded
pada anterior.
Gigi premolar dan kaninus
Kaninus maksila terletak di bawah dari gigi kaninus sulung
dan terletak tinggi dalam tulang maksila pada usia 3 tahun dengan
mahkota yang mengarah ke mesial dan lingual. Adanya proses
erupsi atau migrasi intraboni yang signifikan menyebabkan
mahkota kaninus permanen berkontak dengan aspek distal akar
gigi insisivus lateral. Akibat tekanan yang dihasilkan mahkota
kaninus terhadap akar insisivus lateral, keempat insisivus maksila
menjadi flared dan memperlihatkan susunan insisivus yang khas
dan dikenal dengan tahap ‘ugly duckling’. Selanjutnya kaninus
tampak seperti terdefleksikan ke poisisi yang lebih vertikal namun
13
gigi ini sering erupsi ke dalam rongga mulut dengan inklinasi
mesial yang menonjol.
Ukuran gigi kaninus dan premolar tetap lebih kecil
dibandingkan gigi sulungnya, kondisi ini akan membantu
tercapainya okusi Klas I dengan anterior normal, karena ukurannya
yang lebih kecil dapat mengkondisikan gigi molar pertama yang
erupsi dapa bergerak ke mesial sehingga terdapat hubugan Klas I
dari gigi molar pertama rahang atas terhadap gigi molar pertama
rahang bawah. Begitu juga dari arah anterior, gigi insisivus sentral
yang cenderung besar, dapat mendorong gigi – gigi disebelah
distalnya yaitu, insisivus lateral, kaninus dan premolar ke arah
distal, sehingga diastem tertutup dan kondisi oklusi normal atau
Klas I didapatkan.
Gigi molar pertama
Hubungan oklusi normal yaitu Klas I yang ditandai dengan
cusp mesiobukal molar pertama rahang berada pada bukal groove
molar rahang bawah. Pada saat fase geligi campuran, hubungan
oklusi Klas I ini dapat dicapai dengan kondisi :
- Pada geligi susu yang berakhiran dengan “mesial step”,
molar tetap pertama akan erupsi pada oklusi Klas I.
- Pada geligi susu yang renggang dengan garis akhir
lurus, erupsi molar pertama tetap mendorong molar
susu rahang bawah ke depan yang nantinya terbentuk
akhir “mesial step”, sehingga molar pertama berada
pada oklusi normal, atau Klas I.
- Pada kasus yang gigi geligi susu tidak terdapat ruang
interdental , pergerakkan gigi ke mesial tidak terjadi.
Molar tetap pertama akan erupsi pada cusp to cusp, dan
oklusi normal akan tercapai setelah gigi molar sulung
tanggal dan digantikan oleh gigi premolar yang
14
ukurannya lebih kecil dibandingkan gigi molar
sulungnya.
b. Pola erupsi gigi permanen
Tabel pola perkembangan kronologis pada gigi permanen menurut
McCall and Schour, yaitu:
15
Menurut Itjiningsih (1991), waktu erupsi gigi permanen menurut
urutan sebagai berikut:
1. Gigi Molar pertama satu atas dan bawah; dan gigi insisiv satu
bawah
2. Gigi incisive satu atas dan gigi insisivi dua bawah
3. Gigi incisive dua atas
4. Gigi caninus bawah
5. Gigi premolar satu atas
16
6. Gigi premolar satu bawah dan gigi premolar dua atas
7. Gigi caninus atas dan gigi premolar dua bawah
8. Gigi molar kedua bawah
9. Gigi molar kedua atas
10.Gigi molar ketiga bawah dan atas
Berikut ini adalah odontogram urutan erupsi gigi permanen.
17 27
13 23
1
5 25
14 24
12 22
11 21
165
554 53 52 51 61 62 63 64 65 26
468
584 83 82 81 71 72 73 74 75 36
41 31
42 32
43 33
44 34
4
5 35
17
47 37
Pada skenario telah diketahui bahwa diskrepansi pada rahang atas
adalah 11 mm dan rahang bawah adalah 10 mm, sehingga perawatan yang
dilaksanakan adalah serial ekstraksi. Pada umumnya, berdasarkan teori
serial ekstraksi rahang atas dimulai dengan mencabut atau mengekstraksi
gigi caninus sulung untuk menyediakan ruang bagi gigi insisiv permanen
yang kekurangan tempat. Namun karena pada skenario gigi caninus sulung
pasien telah tanggal secara prematur, maka dari itu tidak bisa dilakukan
ekstraksi. Selanjutnya, gigi molar sulung pertama atas diekstraksi untuk
mempercepat erupsi dari gigi premolar permanen pertama. Namun
sebelum itu kita perlu mengetahui apakah benih gigi premolar pertama
permanen tersebut ada atau tidak dikhawatirkan terjadi agenisi, hal ini
dapat kita tinjau dari hasil foto rontgen. Setelah gigi premolar permanen
pertama erupsi, selanjutnya gigi tersebut juga diekstraksi untuk
menyediakan tempat bagi gigi caninus permanen yang erupsinya paling
akhir. Selanjutnya, jika serial ekstraksi telah dilakukan semua tetapi gigi
anterior pasien masih sedkit berjejal maka, pasien dilakukan perawatan
ortodontik dengan menggunakan alat cekat. Dimana keuntungan dari
dilakukannya ekstraksi seri ini adalah, pasien tidak perlu membutuhkan
waktu yang lama dalam perawatan alat ortodontik cekat karena
sebelumnya telah dilakukan ekstrasksi seri.
3.4 Kelebihan dan Kekurangan Ekstraksi Seri
a. Keuntungan ekstraksi seri:
1 Dapat meratakan gigi berjejal
2 Sebagai usaha prevetif untuk mencegah pemakain alat
ortodonsi cekat
3 Menurunkan kemungkinan terjadinya karies karena gigi
berjejal
4 Memungkinkan pergerakan secara fisiologis dari gigi
insisive setelah ada ruangandengan jalan pencabutn gigi
desidui
18
5 Perawatan akhir dengan piranti cekat tidak butuh waktu
lama
b. Kerugian dari ekstraksi seri, antara lain yaitu:
1 Mungkin dapat merintangi pertumbuhan:
Terjadinya pergerakan ke distal gigi kaninus dan
insisivus karena kurangnya tekanan kearah mesial
dari premolar
Mengurangi prognatisme alveolar
Merintangi pertumbuhan ke depan rahang atas
2 Bertambahnya overbite
3 Miringnya gigi insisivus ke bawah kea rah lingual
4 Terbentuknya banyak jaringan parut yang akan merintangi
atau menghambat erupsi gigi permanen
5 Masuknya atau menonjolnya lidah ke ruangan pencabutan.
Hal ini akan menggangguerupsi dan susunan yang baik
gigi-gigi tetap yang telah bererupsi
6 Sering terjadi setelah pencabutan suatu gigi, ruangannya
tidak dapat tertutup seluruhnya.Penutupan ruangan yang
disebabkan oleh gigi-gigi belakang migrasi ke mesial
danketidakharmonisan intergiditasi atau hubungan antar
tonjol gigi-geligi, dapatmenyebabkan traumatik oklusi
7 Bila ruangan yang terjadi akibat suatu pencabutan tetap
terbuka maka pada saat mulutdibuka akan terlihat. Hal ini
akan mengganggu penampilan wajah yang
berhubungandengan faktor estetik
19
BAB IV
KESIMPULAN
DDM merupakan ketidakseimbangan antara volume rahang dan volume
gigi. DDM dapat dibedakan menjadi 2 yaitu DDM karena berdesakan dan
diastema. Pada kasusu berjejal dapat dilakukan serial ekstraksi yang memang
kasusnya memiliki ruang yang kurang untuk gigi permanen erupsi, sedangkan
pada kasusu diastema tidak perlu dilakuakan serial ekstraksi.
Serial ekstraksi merupakan DDM berdesakan dapat disebabkan oleh karena
ukuran gigi yang normal namun lengkung rahangnya kecil atau ukuran rahang
yang normal dengan ukuran gigi yang besar (makrodonsia), kemudian DDM
multiple diastema disebabkan karena adanya ukuran gigi yang normal dengan
lengkung rahang besar atau ukuran rahang normal dengan ukuran gigi yang kecil
(mikrodonsia) sedangkan untuk DDM transitoir ini disebabkan oleh karena
adanya asynkronisme dari gigi - gigi dan pertumbuhan tulang (umur gigi tidak
sesuai dengan umur tulang).
Perawatan pada kasus DDM adalah sangat sederhana bahkan bisa
dikatakan apabila diagnosa dilakukan sejak dini oleh seorang dokter gigi dapat
merencanakan serial ekstraksi pada penderita DDM, dimana serial
ekstraksi merupakan metode untuk melakukan perawatan orthodonti dalam
periode geligi campuran (mixed dentition) untuk mencegah terjadinya maloklusi
pada gigi – gigi tetap (permanent dentition) dengan jalan melakukan pencabutan
gigi - gigi yang dipilih pada interval waktu yang tertentu.
20
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R.J. dan W.R Rock. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta.Widya Medika
Indrayanti R, Pertiwi AS, Sasmita IS. 2006. Laporan Penelitian Pola Erupsi Gigi
Permanen Ditinjau dari Usia Kronologis pada Anak Usia 6 sampai 12 tahun.
Bandung: FKG UNPAD. Hal: 1-25.
Itjiningsih, WH. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.
JADA. 2005. Tooth Eruption The Primary Teeth. Journal American Dental
Association, vol 136.
Mc Donald, R. and Avery. 2000. Dentistry for The Child and Adolescent.
Missoury: Mosby-Year Book, Page. 184-214.
Salzmann, J. A. 1974. Orthodontic in Daily Practice. Philadelpia:J.B. Lipincott
Co.
Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontics second edition. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers.,569-570.