Post on 24-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam
bentuk,yang diberikan melalui rectal,vaginal, atau uretra. Bentuk dan
ukurannya harus sedemikin rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan
kedalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan
begitu masuk,harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu( Ansel,2005).
Tujuan penggunaan suppositoria yaitu :
1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan
penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan
sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini
dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti
pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih
cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam
sirkulasi pembuluh darah.
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni,
2005).
Bahan dasar suppositoria yag digunakan sangat berpengaruh pada
pelepasan zat terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak
tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat
yang larut dalam lemak pada tempat yang dibati. Polietilen glikol adalah bahan
dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara
sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar
diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun olehbentuk noionik
dapat dilepas dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin
tergliseninasidan polietilen glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat
larut sehingga menghambat pelepasan. Bahan pembawa berminyak seperti
lemak coklat jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk
residu yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang
digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan
penggantinya ( lemak keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti
pada sediaan homoroid internal. ( Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995 ).
Basis suppositoria ideal dapat di uraikan sebagai berikut: (1)Telah
mencapai kesetimbangan krisnalitas,dimana sebagian besar komponen
mencapai temperatur rektal 36oC,tetapi basis dengan kisaran leleh lebih tinggi
dapat digunakan untuk campuran eutektikum,penambahan minyak-
minyak,balsam-balsam,serta suppositoria yang digunakan pada iklim tropis. (2)
Secara keseluruhan basis toksis dan tidak mengiritasi pada jarring tersebut
yang peka dan jaringan yang meradang. (3) Dapat bercampur dengan berbagain
jenis obat. (4) Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk stabil. (5)
Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan,sehingga
dapat dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan pelumas cetakan. (6) Basis
suppositoria tersebut tidak merangsang. (7) Basis suppositoria tersebut
mempunyai sifat membasahi dan mengemulsi. (8) “Angka air” tinggi,
maksudnya presentase air yang tinggi dapat dimasukkan kedalamnya. (9) Basis
suppositoria tersebut stabil pada penyimpanan,maksudnya warna,bau,atau pola
pengeplasan obat tidak berubah. (10) Suppositoria dapat dibuat dengan
mencetak dengan tangan,mesin,kompresi,atau ekstruksi. (Lachman,1994)
Jika basis tersebut berlemak,basis suppositoria mempunyai persyaratan
tambahan sebagai berikut: (11) “Angka asam”dibawah 0,2; (12) “Angka
penyabunan” berkisar dari 200 sampai 245; (13) “angka iod” kurang dari 7;
(14) interval antara titik leleh dan titik memadar kecil atau kurva SFI-nya
tajam. (Lachman,1994).
I.2 Tujuan Percobaan
a) Mengetahui bentuk suppositoria
b) Mengetahui bahan dasar suppositoria
c) Mengetahui persyaratan dan evaluasi suppositoria
I.3 Prinsip Percobaan
Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada
suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat,
polietilenglikol atau gelatin.
Pembuatan suppositoria secara umum : bahan dasar yang digunakan supaya
meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum.
Obatnya supaya dapat larut dalam bahan dasar, bila perlu dipanaskan. Bila
obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus. Setelah
campuran mencair, dituangkan ke dalam cetakan suppositoria dan didinginkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 ALAT
Mortir
Stamper
Termometer
Cawan Porselen
Beaker Glass
Spatula
Sudip
Serbet
Aluminum Foil
Pencetak Suppositoria
Timbangan Kasar
Lempeng Alum
Penara
Anak Timbangan
Kertas perkamen
Timbangan --- keseragaman bobot
Batang Pengaduk
Kapas
Lemari Pendingin (kulkas)
Pipet tetes kecil
3.2 BAHAN
Ol.Cacao (Dasar Suppositoria)
Benzocain
Theophyllin
Air Panas
Parafin
3.3 FORMULA
Oleum Cacao (FI-III hal 453)
Lemak coklat adalah coklat padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji
Theo Broma Cacao L. Yang telah dikupas / dipanggang.
Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa
khas lemak agak rapuh.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95 %), mudah larut dalam
kloroform , dalam eter dan dalam eter minyak tanah.
Suhu lebur : 310 – 340 C.
Khasiat : Zat tambahan.
Benzokain
Nama : Ethyl p-aminobenzoae; benzoic acid, 4-amino ethyl
esterEthoform.
Rumus molekul : C9H11NO2
Berat molekul : 165.19
Bentuk : Hablur kecil atau serbuk hablur putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Agak pahit
Warna : Putih
Kelarutan : Menurut FI IV kelarutan benzokain adalah sangat sukar
larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam
eter. Agak sukar larut dalam minyak zaitun dan minyak amandel, larut
dalam asam encer.
Teofilin ( FI IV hal 783, FI III hal 597, Martindale 35 hal 1023)
Rumus Molekul : C7H8N4O2.H2O
Berat Molekul : 198,18
Pemerian : serbuk berserat atau granul, bearna putih, suspensi dalam
air bereaksi netral terhadap lakmus , mengembang dalam air dan
membentuk suspensi yang jernih hingga opalesen kental,koloidal
Kelarutan : sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam larutan
alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida agak sukar larut dalam
etanol.
Stabilitas : dapat disimpan pada suhu kamar, dibawah cahaya
florosensi terus menerus selama sekurang – kurangnya 180 hari tanpa
perubahan konsentrasi yang signifikan dalam bentuk larutan sebaiknya
dilindungi cahaya,stabil di udara.
Khasiat : obat asma, stimulasi SSP dan pernafasan, stimulasi
jantung bekerja sebagai diuretik lemah.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Dosis : untuk sediaan lepas lambat dewasa dan anak-anak
maximal 400mg/hr. 3-4 dd 125-250 mg
3.4 PERHITUNGAN BAHAN
R / Benzocain 0,500
Theophyllin 0.500
Dasar Supp q.s
m.f.supp.dtd
s.I dd supp I
Pro : Tn.Jalal
1. Benzocain 0.500 x 3 = 1,5 g
2. Theophyllin 0,500 x 3 = 1,5 g
3. Dasar Supp q.s (3 g x 3) = 9 g – (1,5 g + 1,5 g)
= 9 g – 3 g
= 6 g
3.5 PROSEDUR
Dimasukkan bahan obat benzocain dan theophyllin kedalam lumpang,di
gerus menggunakan alu secara kontinyu sampai homogen. Perlu
diperhatikan, dalam menggerus dilakukan secara satu arah saja.
Disiapkan air panas di dalam gelas beaker. Diukur temperature air panas
menggunakan thermometer. Suhu yang diinginkan ±40° C
Diletakkan cawan porselen diatas gelas beaker.
Dimasukkan Ol.Cacao ke dalam cawan porselen
Ol.cacao diaduk menggunakan batang pengaduk sampai massanya
mencair sempurna.
Dimasukkan bahan obat yang sebelumnya digerus dalam lumpang
Bahan obat dan ol.cacao diaduk secara kontinyu sampai massanya
homogen.
Disiapkan cetakan suppositoria bentuk torpedo.
Pada cetakan dioleskan dengan kapas yang sudah dibasahi paraffin.
Dimasukkan cairan suppositoria dengan bantuan kawat (dalam hal ini
kami menggunakan kawat (Ni/Cr)
Kemudian, cetakan yang sudah berisi cairan suppositoria dimasukkan ke
dalam lemari pendingin
Setelah … menit, cetakan dikeluarkan dari lemari pendingin. Kemudian
ditambahkan kembali cairan suppositoria yang bersisa di tempat yang
massanya menyusut.
Cetakan dimasukkan kembali ke dalam lemari pendingin. ± menit
Cetakan dikeluarkan dari lemari pendingin.
Cetakan dibuka secara perlahan, untuk menghindari massa suppositoria
tertinggal atau lengket pada cetakan.
Setelah suppositoria selesai dicetak, dilakukan evaluasi.
3.6 Evaluasi
1. Keseragaman bobot
Ditimbang 4 supp (A)
Dihitung bobot rata-rata = A4
= (B)
Ditimbang satu persatu = (C)
Syarat : Penyimpangan beratnya tidak boleh lebih besar dari 5-10 %
Rumus Penyimpangan : B−C
Bx100 %=…%
2. Penentuan Titik Leleh
Digunakan alat khusus seperti thermometer tetapi tidak sama
3. Homogenitas
Diambil sedikit bagian dari suppositoria
Diletakkan di atas objek glass
Diatas massa suppositoria diletakkan lagi objek glass
Diamati homogenitas dari massa supositoria
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1 Keseragaman Bobot
Berat 4 Suppositoria (A) : 9,85 gram Berat rata-rata (B) : 2,4625 gram Berat masing masing suppositoria (C) :
No. Berat Suppositoria (gram)1. 2,52. 2,253. 2,54. 2,6
Jumlah 9,85
Penyimpangan :
Rumus penyimpangan : B−C
Bx100 %
Suppositoria 1 : 2,4625−2,5
2,4625x100 %=1,5 %
Suppositoria 2 : 2,4625−2,25
2,4625x100 %=8,63%
Suppositoria 3 : 2,4625−2,5
2,4625x100 %=1,5 %
Suppositoria 4 : 2,4625−2,6
2,4625x100 %=5,5 %
4.1.2. Penentuan Titik leleh
Penentuan titik leleh tidak dilakukan
4.2 Pembahasan
Syarat-syarat suppositoria :
a. Tidak lebih dari 2 suppositoria yang mempunyai penyimpangan bobot
lebih dari 5% dan tidak ada yang lebih dari 10 %
b. Harus homogen
( Anonim, 2012 )
Dalam pembuatan suppositoria pada percobaan menggunakan bahan obat
yaitu benzocain yang digunakan sebagai anestetik local, umumnya sebagai
penghilang rasa sakit topical dan juga dapat digunakan dalam obat batuk serta
theophyllin yang digunakan sebagai pelemas otot polos dalam pengobatan asma.
Selain itu digunakan pula bahan dasar suppositoria yaitu oleum cacao. Pada
proses pembuatan, air yang dipanaskan harus mencapai 39 OC agar oleum cacao
dapat larut dengan mudah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Suppositoria yang dibuat berbentuk peluru
Bahan dasar yang digunakan adalah oleuum cacao
Suppositoria memenuhi persyaratan evaluasi keseragaman bobot dimana
tidak ada satu suppositoria pun yang penyimpangannya lebih dari 10%
5.2 SARAN
Praktikan hendaknya mengetahui prosedur kerja dari percobaan
Praktikan hendaknya melakukan prosedur percobaan dengan baik agar
hasil yang baik.
Dalam percobaan selanjutnya hendaknya praktikkan memakai bahan dasar
suppositoria yang lain seperti lemak coklat
BAB VI
LAMPIRAN DAN DAFTAR PUSTAKA
6.1 Lampiran
6.2 Daftar Pustaka
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Ed.IV.Jakarta:Depkes RI.
Anief, Moh. 2000, Ilmu Meracik Obat, Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat, Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Ansel, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta :UI Press.
Ansel, Howard C. dan Shelly J.Prince. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Depkes R.I. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri III. Edisi Ketiga.
Jakarta :UI Press.
Syamsuni,H.A.2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
HTTP :// selfiamona.blogspot.co.id/2013/10/formulasi-dan-teknologi-sediaan-semi_9878.html?m=1