Post on 13-Aug-2015
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU REPRODUKSI TERNAK
HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI JANTAN
Disusun oleh :
mahah
Disusun oleh :
Liya Hasta Puspa Liny
11/318302/PT/06189
Kelompok : XX
Asisten : Laelatul Rahmah
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2012
Acara Histologi Organ Reproduksi Hewan Jantan
Tinjauan Pustaka
Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara
fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi
kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Pada umumnya
reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa
pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon
yang dihasilkannya (Feradis, 2010).
Testis
Testis agak bervariasi dari spesies ke spesies dalam hal bentuk,
ukuran, dan lokasi, tetapi struktur dasarnya adalah sama. Masing-masing
testis terdiri dari banyak sekali tubulus seminiferosa yang dikelilingi oleh
kapsul berserabut, tunica albuginea, rate testis, dan sel leydig (Frandson,
1992). Testes berfungsi dengan cara memproduksi sperma di dalam
tubulus konvolusi (saluran berkelok) yang sangat kecil, yang membentuk
keseluruhan testes. Sel-sel interstisial yang terletak di ruang antara
tubulus seminiferus di dalam testes menghasilkan hormon jantan yang
disebut testosterone (Blakely and Bade, 1991).
Pada sapi jantan dewasa, sel-sel interstisial cukup banyak hampir
7% dari seluruh volume testis dan jumlahnya lebih banyak lagi pada babi
jantan (20-30% dari jaringan testis dewasa) dan kuda jantan dewasa.
Bentuk sel-sel interstisial endokrin tidak teratur, sel-selnya polyhedral
dengan inti bulat dengan kandungan kromatin perifer (Dellmann and
Brown, 1992). Sperma dihasilkan di tubulus seminiferus yang merupakan
lebih dari 90% dari massa testis. Tubulus-tubulus tersebut sangat berliku-
liku. Struktur histologi tubulus berubah secara cepat dengan
bertambahnya umur. Pada jantan muda struktur tubulus masih sederhana,
epitelium lembaga hanya terdiri atas sel-sel spermatogonia dan sel Sertoli.
Pada manusia dan sapi, sel sel leydig jauh lebih sedikit dan tidak
membentuk sarang-sarang yang besar seperti yang terjadi pada spesies
lain (Nalbandov, 1990).
Epididimis
Epididimis merupakan pipa panjang dan berkelok-kelok yang
menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan duktus deferens (vas
deferens) (Frandson, 1992). Epididimis mempunyai empat fungsi utama,
yaitu: pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan
(konsentrasi) sperma. Struktur epididmis berperan penting dalam
menyalurkan sperma ke kelenjar kelamin aksesoris. Air diserap kembali
untuk meningkatkan konsentrasi. Pemasakan dicapai karena ekskresi sel,
dan sperma disimpan terutama pada epididimis bagian ekor (kaudal)
(Blakely and Bade, 1991).
Ductus Deferens
Ductus deferens adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi
mendorong spermatozoa dari epididimis ke duktus ejakulatoris dalam urea
prostatik. Ductus deferens meninggalkan ekor epididimis bergerak melalui
kanal inguinal; yang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada
cincin inguinal internal memutar ke belakang, memisah dari pembuluh
darah dan saraf dari korda (Frandson, 1992). Pada ductus deferen,
epitelium komplek semu yang berstereosilia yang membatasinya menjadi
lebih pendek bila dibandingkan dengan yang membatasi epididimis.
Ductus deferen dibungkus oleh lapisan otot yang berkembang baik, yaitu
lapisan-lapisan otot longitudinal luar dan dalam dengan lapisan sirkuler di
antara keduanya (Nalbandov, 1990).
Lipatan mukosa ductus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak
lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel berubah menjadi silinder
sebaris. Dekat epididimis, sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan
bercabang. Pada sapi jantan, butir lipid halus tersebar pada sel-sel basal.
Jaringan ikat longgar pada propria submukosa banyak mengandung
pembuluh darah, fibroblast dan serabut elastik (Dellmann and Brown,
1992).
Penis
Penis terdiri dari dua struktur erektil, korpus kavernosa penis,
korpus spongiosum penis yang mengitari uretra spongiosa, dan glans
penis. Korpora kavernosa penis dibalut oleh tunika albuginea, berbentuk
jaringan ikat pekat tidak teratur dan tebal, mengandung serabut elastis
dan otot polos. Pada ruminansia dan babi, jaringan ikat yang mengitari
ruang kaverna mengandung sedikit otot polos. Penis kuda jantan
diklasifikasikan dalam tipe vaskular, karena banyaknya kaverna dalam
korpus kavernosum. Pada ruminansia dan babi jantan, kaverna kurang
ekstensif dan jaringan ikat banyak, sehingga penis diklasifikasikan dalam
tipe fibroelastik. Pada anjing dan kucing, penis cenderung diklasifikasikan
sebagai tipe intermedia (Dellman and Brown, 1992).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop,
pensil warna dan kertas kerja.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah preparat
histologi jantan testis, epididimis, vas deferens, dan penis.
Metode
Metode yang dilakukan pada saat kegiatan praktikum adalah
preparat histologi jantan yang meliputi histologi testis, epididimis, vas
deferens, dan penis, diamati menggunakan mikroskop untuk
membedakan masing-masing preparat histologi untuk diketahui peran dan
fungsi reproduksi secara keseluruhan. Hasil pengamatan digambar
menggunakan pensil warna pada kertas kerja.
Hasil dan Pembahasan
Testis
Berdasarkan hasil pengamatan, struktur dari testis tersusun atas
membrane basement yang di dalamnya terdapat sel interstisial (sel leydig)
dan sel sertoli. Serta di bagian samping terdapat tubulus seminiferus.
Testis dibungkus oleh kapsul yang tebal dan lembut, kecuali pada
bagian hilum. Kapsul testis tersusun atas tiga lapisan yaitu mulai dari yang
terluar ke dalam: lapisan epitelium sederhana pada permukaannya (tunika
vaginalis), dibawahnya terdapat lapisan jaringan ikat padat (tunika
albuginea), dan lapisan yang paling dalam tersusun atas jaringan ikat
longgar (tunika vasculosa). Parenkim tersusun atas tubulus seminiferus
dan interstisium. Tubulus seminiferus mengandung sel Sertoli yang
dikelilingi oleh membrane basement, lapisan sel myoid peritubular, dan
lapisan gelendong sel fibroblastic peritubular. Septa interlobular membagi
tubulus seminiferus menjadi sekitar 250 lobul, yang masing-masing
mengandung 1 sampai 4 lingkaran tubulus seminiferus. Interstisium
mengandung sel Leydig, gelendong sel stroma, pembuluh, syaraf, sel
mast, dan makrofag (Ernst et al., 2011).
Menurut Nalbandov (1990), Ternak jantan muda memiliki struktur
tubulus yang masih sederhana, epithelium lembaga hanya terdiri atas sel-
sel spermatogonia dan sertoli. Ternak jantan yang tua spermatogonia
tumbuh menjadi spermatosit primer, dan setelah pembelahan meiosis
pertama tumbuh menjadi spermatosit sekunder haploid. Spermatosit
sekunder tumbuh menjadi spermatid, yang telah mengalami sederetan
transformasi disebut spermiogenesis. Kemudian tumbuh menjadi sel
sperma yang terdiri atas sebuah kepala, tubuh, dan ekor.
Menurut Dellman and Brown (1992), sel interstitial tersusun dalam
kelompok atau berbentuk tali, sehingga tidak tiap sel dekat dengan
kapiler. Di antara sel yang berdekatan terdapar kanalikuli interstitial seperti
gap junction. Bentuk sel interstitial endokrin tidak teratur, sel-selnya
polyhedral dengan inti bulat dengan kandungan kromatin perifer.
Gambar 1. Struktur Histologi Testis
TA: Tunica albuginea ; TV: Tunica Vasculosa
(Ernst et al., 2011)
Epididimis
Berdasarkan hasil pengamatan, bagian dari epididmis yang diamati
adalah epididimis dan lumen epididmis. Pada bagian atasnya terdapat
Ductus deferens dan dibawahnya terdapat pembuluh darah serta bagian
sampingnya terdapat tubulus seminiferus, testis dan sel interstitial.
Secara makroskopik, epididimis terdiri dari kepala, badan, dan ekor
terbungkus oleh tunica albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat
tidak teratur, dibalut oleh lapis visceral tunica vaginalis. Duktus epididimis
dibalut oleh epitel banyak lapis, dikitari oleh sedikit jaringan ikat longgar
dan otot polos dengan susunan melingkar. Dua tipe sel terdapat pada
epitel: sel utama berbentuk silinder dan sel basal kecil berbentuk
poligonal. Atas dasar kriteria histologi, histokimia, dan ultrastruktur, duktus
epididimis dapat dibagi lagi dalam beberapa segmen (enam segmen pada
sapi jantan). Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap spesies
(Dellmann and Brown, 1992)
Gambar 2. Histologi Epididimis
Kepala epididimis (kiri) dan ekor epididimis (kanan)
(Ernst et al., 2011)
Ductus Deferens
Ductus deferens dilindungi oleh tunica serosa, kemudian dari arah
luar ke dalam terdapat musculus longitudinal luar, musculus circuler,
musculus-musculus longitudinal dalam, lamina propria, sel epitel, dan
lumen. Menurut Nalbandov (1990), Ductus deferens dibungkus oleh
lapisan otot yang berkembang dengan baik yaitu lapisan otot longitudinal
luar dan dalam dengan lapisan sirkuler di antara keduanya. Kontraksi
lapisan otot-otot ini mungkin merupakan sebagian yang bertanggung
jawab pada gerakan sperma yang melalui sistem duktus
Vas deferens Ductus deferens adalah struktur tubular dengan
lumen epitel berlapis dan mesenchymal atau selubung otot. Epithelium
berkembang dengan baik dan terlihat seperti kubus menjadi
pseudostratified epitel kubus. Perbatasan apikal sel yang melapisi terminal
menampilkan tonjolan eosinofilik bar, penanda stereocilia hadir pada
permukaan sel. Lapisan sel basal tergambar jelas terdapat pada vas
deferen yang telah matang, tetapi sulit terlihat pada bagian fetal. Studi
ultrastructural telah mengidentifikasi sedikitnya 4 perbedaan tipe sel
epitelium pada vas deferens yang telah matang (Ernst et al., 2011).
Menurut Dellman and Brown (1992), lipatan mukosa Ductus
deferens dibalut oleh sel epitel silinder banyak lapis, sebelum mencapai
akhir saluran epitel berubah menjadi silinder sebaris. Sel-sel silindris
sebaris memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Pada sapi jantan, butir
lipid halus tersebar pada sel-sel basal. Jaringan ikat longgar pada propria-
submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblast, dan serabut
elastik.
Gambar 3. Histologi Ductus Deferens
Histologi vas deferens (kiri) dan ampula vas deferen (kanan)
(Ernst, 2011)
Penis
Berdasarkan hasil pengamatan, penis berisi bagian-bagian yaitu
tunica albuginea, corpus cavernosum urethra, corpus cavernosum penis,
uretra dan lumen. Menurut Dellmann and Brown (1992). Penis terdiri dari
dua struktur erektil, korpora kavernosa penis, kormus spongiosum penis,
mengitari uretra spongiosa dan glans penis. Korpora kavernosa penis
dibalut oleh tunika albuginea, berbentuk jaringan ikat pekat tidak teratur
dan tebal, mengandung serabut elastic dan otot polos. Glans penis dibalut
oleh tunika albuginea yang kaya akan serabut elastic, berlanjut
membentuk trabekula yang mengitari rongga yang mengandung jaringan
erektil, mirip dengan korpus spongiosum penis (pada kuda) atau pleksus
kaverna besar (pada anjing).
Gambar 4. Histologi
Penis
(Anonim, 2001)
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, testis terdiri dari
membran basement yang berisi sel interstisial (sel leydig), tubulus
seminiferus dan sel sertoli. Bagian epididmis berisi lumen epididimis dan
mengandung banyak pembuluh darah yang mengarah ke Ductus
deferens. Lapisan-lapisan pada ductus deferens dari yang terluar ke
dalam yaitu tunica serosa, musculus longitudinal luar, musculus
longitudinal dalam, lamina propria, sel epitel, musculus circuler, dan
lumen. Histologi penis terdiri dari bulatan besar yang berisi corpus
cavernosum penis dan dilapisi tunika albuginea, dan bulatan kecil yang
berisi urethra, lumen, dan corpus cavernosum urethra yang juga dilapisi
oleh tunika albuginea.
Daftar Pustaka
Anonim. 2001. Male reproductive system. Available at http:// legacy. owensboro. kctcs.edu. Diakses pada 10 November 2011. Pukul 21.38 WIB.
Blakely, J dan Bade, H. D. 1998. Ilmu Peternakan Edisi keempat. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Feradis. 2010. Reprodusi Ternak. Alfabeta. Bandung.
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Dellman, H.D and Brown, E.M. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Widayati, D. Tri., Kustono., Ismaya., S. Bintara. 2008. Bahan Ajar MataKuliah Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta