Post on 02-Dec-2015
description
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Kebutuhan hidup manusia jaman sekarang sudah semakin berkembang,
terutama masalah kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya adalah
pemenuhan akan udara bersih dan segar pada daerah yang memiliki suhu udara
yang ralatif tinggi. Panas yang membuat orang menjadi gerah berada di dalam
ruangan pada saat bekerja menjadikan suatu inspirasi bagi para ilmuwan untuk
menciptakan alat yang bisa memberikan kesegaran udara di sekitarnya. Oleh
karena itu diciptakan alat “air conditioning ”.
Kebutuhan mesin pendingin yang akhir-akhir ini meningkat di negara kita
telah menyebabkan adanya permintaan yang sangat banyak mengenai tenaga-
tenaga yang memiliki kemampuan dasar tentang prinsip kerja mesin pendingin.
Secara umum mesin pendingin mempunyai prinsip kerja yaitu dengan cara
refrigerant yang berada di dalam kompresor dinaikkan tekanannya sampai
menjadi gas. Kemudian zat refrigerant itu dialirkan ke dalam kondensor untuk
diubah menjadi cair untuk selanjutnya dialirkan ke dalam katup ekspansi. Setelah
melewati katup ekspansi kemudian zat refrigerant itu di ekspansikan ke dalam
evaporator dalam keadaan gas untuk mengambil panas dari lingkungan untuk
selanjutnya diteruskan ke kompresor demikian seterusnya. Secara umum mesin
pendingin hanya dipakai untuk proses pendinginan ruangan saja, tetapi pada
masa-masa sekarang ini telah dijumpai prinsip kerja dari mesin pendingin yang
diaplikasikan untuk proses pengawetan, penyerapan kalor dari bahan-bahan kimia
pada industri petrokimia, perminyakan serta industri lain.
Pada laporan ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Berapakah besarnya COP total dari seluruh instalasi mesin pendingin,
energi yang hilang dari setiap potongan duct, dan efisiensi ketel sebagai
komponen pelengkap instalasi P.A. HILTON.
2. Berapakah besarnya kapasitas pendinginan, COP berdasarkan siklus
refrigerant , dan efisiensi dari evaporator sebagai komponen utama heat
exchanger.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini bermaksud :
1. Mengetahui tentang besarnya COP dari instalasi mesin pendingin, energi
yang hilang dari setiap potongan duct, dan efisiensi ketel sebagai komponen
pelengkap instalasi P.A. HILTON.
2. Mengetahui besarnya kapasitas pendinginan, COP berdasarkan siklus
refrigerant , dan efisiensi dari evaporator sebagai komponen utama heat
exchanger.
1.3 Manfaat Praktikum
Dengan melaksanakan praktikum mesin pendingin ini, akan dapat
memahami dan mengenal proses serta siklus-siklus termodinamika yang terjadi
dan dapat mengetahui komponen yang terlibat di dalamnya sehingga praktikan
dapat mengetahui pengaruh-pengaruhnya dalam unjuk kerja mesin.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi mesin pendingin
Mesin pendingin adalah mesin konversi energi yang dipaki untuk
memindahkan kalor dari reservoir panas bertemperatur tinggi menuju reservoir
panas bertemperatur lebih tinggi dengan menambahkan kerja kalor dari luar.
Secara jelasnya, mesin pendingin merupakan peralatan yang digunakan dalam
proses pendinginan suatu materi (fluida) sehingga mencapai temperatur dan
kelembapan yang diinginkan dengan jalan menyerap panas (kalor) dari meteri
(fluida) yang dikondisikan atau dengan kata lain menyerap panas dari suatu panas
dari reservoir dingin dan diberikan ke reservoir panas.
2.2 Mesin Pendingin
2.2.1 Macam Mesin Pendingin
Berdasarkan penggunaannya, mesin pendingin dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Air conditioner
Untuk mempertahankan kelembapan relatif di dalam suatu ruangan,
sehingga diperoleh kesegaran serta kenyamanan. Mesin ini banyak digunakan
pada laboratorium, tempat tinggal, kantor, dll
2. Cold storage
Mesin ini digunakan untuk menjaga kestabilan temperatur ruangan
(menjaga temperatur dan kelembapan). Berfungsi untuk menyimpan bahan
makanan dan minuman, alat kedokteran, dan yang lainnya.
3. Freezer
Mesin ini berfungsi untuk mendapatkan temperatur yang sangat rendah
dan biasanya mencapai 00 C.
Digunakan pada pembuatan es, untuk pengawetan daging, ikan, dan lainnya.
Menurut cara kerjanya, mesin pendingin dibagi menjadi :
a. Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap Mesin ini menggunakan
kompresor untuk menaikkan tekanan uap zat pendingin dari evaporator kemudian
mendorongnya ke dalam kondensor agar mudah diembunkan.
Siklus pada mesin ini hampir menggunakan kebalikan dari siklus rankine,
perbandingannya adalah siklus ini menggunakan klep yang menghasilkan
penurunan tekanan secara iso enthalpy.
b. Mesin pendingin dengan siklus pendinginan absorbsi Mesin ini
menggunakan zat penyerap, generator, dan absorbsi fluida. Kerja sistem zat
pendingin yang bertekanan rendah dihisap oleh larutan cair dalam absorber.
Proses absorbsi dilakukan secara adiabatis, suhu larutan naik dan absorbsi uap
akan berhenti. Untuk mengaitkan proses absorbsi, absorber didinginkan oleh
udara atau air lalu melepas kalor ke udara bebas. Lalu dipompakan ke tekanan
tinggi. Di dalam generator uap dikeluarkan dan larutan penyerap dengan
menambahkan kalor. Larutan cairan dikembalikan ke absorber melalui katup
throttle untuk menurunkan tekanan.
Gambar 2.2 Sistem Pendinginan Absorbsi Sumber : Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara (W.F.Stoecker,1992 : l87)
2.2.2 Fungsi Mesin Pendingin
Secara umum mesin pendingin mempunyai fungssi sebagai berikut :
1. Menjaga temperatur udara yang berada pada suatu ruang
2. Menyimpan bahan makanan agar tidak cepat membusuk
3. menyerap kalor yang ada pada suatu ruangan
2.2.3 Bagian Utama Mesin Pendingin Kompresi Uap
1. Kompresor
Alat yang digunakan untuk mengkompresikan refrigerant (zat pendingin)
yang berbentuk uap ke dalam kondensor sehingga tekanannya naik dan mudah
diembunkan.
a. Kompresor positif
Gas masuk ke dalam silinder dan dikompresikan
b. Kompresor dinamik
Gas yang dihisap masuk dipercepat alirannya oleh sebuah impeler yang
kemudian merubah energi kinetik untuk menaikkan tekanan.
Kompresor dapat digolongkan berdasarkan spesifikasinya antara lain :
1. Berdasarkan metode kompresi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Metode kompresi positif dibagi menjadi 4 yaitu :
- Kompresi torak bolak-balik
Gambar 2.3 Kompresi torak bolak-balik Sumber : Penyegaran Udara, (Wiranto
Aris, 2002 : 127)
- Kompresi tingkat ganda bolak-balik
Gambar 2.4 Kompresi tingkat ganda bolak-balik Sumber : Penyegaran Udara,
(Wiranto Aris, 2002 : 129)
- Kompresor putar
Gambar 2.5 Mekanisme Kompresor Putar Sumber : Penyegaran Udara, (Wiranto
Aris, 2002 : 127)
- Kompresor Sekrup
Gambar 2.6 Mekanisme Kompresor Sekrup Sumber : Penyegaran Udara,
(Wiranto Aris, 2002 : 131)
b. Metode Kompresi sentrifugal dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
- Kompresor sentrifugal tunggal
- Kompresor sentrifugal tingkat ganda
2. Penggolongan berdasarkan bentuk :
- Kompresor vertikal
- Kompresor horizontal
- Kompresor sumbu banyak
3. Penggolongan berdasarkan kecepatan putar :
- Jenis kecepatan tinggi
- Jenis kecepatan rendah
4. Penggolongan berdasarkan refrigerant
- Kompresor amonia
- Kompresor freon
- Kompresor CO2
5. Penggolongan berdasarkan konstruksi
- Jenis terbuka
- Jenis hermetik
Pada dasarnya kompresor hermetik hampir sama dengan kompresor semi
hermetik. Perbedaannya terletak pada penyambungan rumah baja kompresor
dengan stator motor penggeraknya. Pada kompresor jenis semi hermetik rumah
tersebut terbuat dari besi tuang dan bagian penutup dan penyambungnya masih
dapat terbuka. Sebaliknya kompresor hermetik rumah kompresor dibuat dari baja
dengan sambungan las sehingga tidak dapat terbuka.
Gambar 2.7 Kompresor Hermetik Sumber : Anonymous 1 : 2013
2. Kondensor
Alat yang berfungsi untuk mengubah refrigerant (zat pendingin) yang
mempunyai fase/wujud uap menjadi cair pada tekanan konstan (sebagai alat
pengembun refrigerant ). Kondensor dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Kondensor tabung dan pipa horizontal
Banyak digunakan pada unit pendinginan air dan penyegar udara baik
untuk amonia maupun freon. Untuk amonia pipa pendingin biasanya
terbuat dari pipa baja. Sedangkan pada freon pipa pendingin
menggunakan pipa tembaga. Jika dikehendaki adanya ketahanan korosi
sebaiknya digunakan pipa kuningan atau cupro nikel dan pelat pipa
kuningan.
Gambar 2.8 Kondensor tabung dan pipa horizontal Sumber : Penyegaran Udara,
(Wiranto Aris, 2002 : 150)
b. Kondensor tabung dan pipa coil
Banyak digunakan pada unit freon sebagai refrigerant berkapasitas kecil
misal pada penyegar udara jenis paket pendinginan air dan sebagainya.
Pipa pendinginan terbuat dari tembaga dengan atau tanpa sirip. Pipa itu
mudah dibuat dan harganya murah.
Gambar 2.9 Kondensor tabung dan koil Sumber : Penyegaran Udara,(Wiranto Aris, 2002 : 151)
c. Kondensor jenis pipa ganda
Merupakan susunan dari dua pipa koaksial yang dipakai pada pipa
refrigerasi berkapasitas rendah dan freon sebagai refrigerant-nya.
Digunakan pipa dalam dan pipa luar terbuat dari pipa tembaga dan
bersirip.
Gambar 2.10 Kondensor Jenis Pipa Ganda Sumber : Penyegaran Udara, (Wiranto
Aris, 2002 : 152)
d. Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat
Terdiri dari koil pipa pendingin bersirip pelat dengan sirip alumunium
atau pipa tembaga dan sirip tembaga.
Gambar 2.11 Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat Sumber :
Penyegaran Udara, (Wiranto Aris, 2002 : 152)
3. Katup Ekspansi
Mempunyai fungsi untuk menguapkan cairan refrigerant agar mudah menguap
jika mendapat panas. Ada 3 jenis katup ekspansi, yaitu :
a. Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Jenis Pengaman
Gambar 2.12 Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Jenis Pengaman
Sumber : Penyegaran Udara, (Wiranto Aris, 2002 : 163)
b. Katup Ekspansi Manual
Adalah katup ekspansi dengan throttle yang diatur secara manual yaitu
menggunakan katup jarum yang berbeda dengan katup stop biasa.
Gambar 2.13 Katup Ekspansi Manual Sumber- : Penyegaran Udara (Wiranto Aris, 2002 : 163
c. Katup ekspansi tekanan konstan
Katup digerakkan oleh tekanan evaporator untuk mempertahankan tekanan
konstan di evaporator.
Gambar 2.14 Katup Ekspansi Tekanan Konstan Sumber : Penyegaran Udara,
(Wiranto Aris, 2002 : 163)
4. Evaporator
Berfungsi untuk menyerap panas dari udara luar sehingga refrigerant berubah fase
menjadi uap. Evaporator dibagi dalam beberapa golongan sesuai dengan
refrigerant yang ada di dalamnya, yaitu :
a. Jenis ekspansi kering
Cairan yang diekspansikan melalui katup ekspansi pada waktu
masuk ke dalam evaporator sudah dalam keadaan campuran dengan uap
sehingga keluar dari evaporator dalam keadaan kering.
b. Jenis setengah basah
Evaporator dengan kondisi refrigerant antara evaporator jenis
ekspansi kering dan evaporator jenis basah. Dalam evaporator jenis basah
selalu ada refrigerant dalam pipa penguapannya.
c. Basah
Dalam evaporator ini sebagian besar evaporator terdiri oleh cairan
refrigerant. Evaporator memiliki 3 macam konstruksi, yaitu :
1. Evaporator Tabung Dan Koil Dipakai pada mesin pendingin kecil.
Terdapat pipa koil tunggal atau pipa ganda di dalam sebuah silinder.
Gambar 2.15 Evaporator Tabung Dan Koil Sumber : Penyegaran Udara, (Wiranto
Aris, 2002 : 157)
Evaporator Tabung Dan Pipa Jenis Ekspansi Kering Menggunakan
banyak pipa yang dipasang di dalam tabung seperti pada gambar di
bawah ini :
Gambar 2.16 Evaporator Tabung Dan Pipa Jenis Ekspansi Kering Sumber :
Penyegaran Udara, (Wiranto Aris, 2002 : 157).
2. Evaporator Kecil Dengan Pendingin Udara Terdiri dari pipa koil
bersirip di bagian luarnya. Ada 2 macam koil dengan pendinginan
udara ekspansi langsung. Pada ekspansi langsung refrigerant diuapkan
langsung di pipa evaporator. Sedangkan pada ekspansi tak langsung
udara didinginkan dulu oleh refrigerant
Gambar 2.17 Evaporator Kecil Dengan Pendingin Udara Sumber :
Penyegaran Udara, (Wiranto Aris, 2002 : 160)
2.2.4 Beban Pendinginan
1. Internal
a. Produk (orang) Beban pendinginan yang diakibatkan adanya
sejumlah kalor yang dilepas dari produk (orang) yang berada di dalam
ruangan pendinginan itu. Beban ini tergantung dan sebanding dengan
banyaknya orang (n), kalor yang dilepas (q) dan faktor beban (CL).
b. Peralatan Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah
kalor yang dilepas dari peralatan-peralatan yang berada di dalam ruangan
qx = P.Bf.CLf
qb= n.mv.∆h.CLf
qA =m v.∆h.CLf
pendinginan tersebut. Beban ini tergantung dan sebanding dengan
besarnya power atau daya (P), faktor bullast (CB) dan faktor beban (CL).
dimana : qx : beban pendinginan peralatan (J/s)
P : power peralatan
Bf : faktor bullast (lampu Fo 1,25 ; lampu pijar = 30)
CLf : faktor beban pendinginan 2.
2. Eksternal
a. Ventilasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara
dengan luar ruangan tetapi terkendali untuk memenuhi kebutuhan
akan udara yang dibutuhkan oleh tiap produk (orang). Beban ini
tergantung dan sebanding dengan jumlah orang (n), kebutuhan udara
tiap orang (Vr), besar perbedaan enthalpy udara luar dengan dalam
serta densitas (ρ)
dimana : qb : beban pendinginan ventilasi (J/s)
mv : kebutuhan udara tiap detik (kg/s)
∆h : kandungan kalor (beda enthalpy luar & dalam)
Kj/kg
b. Infiltrasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara
pendinginan denganudara luar tanpa terkendali. Beban ini tergantung dan
sebanding dengan bukaan tiap jalan (x), volume ruangan (Vr), besar
perbadaan enthalpy udara luar dengan dalam, serta densitas (ρ).
Q = u.A.∆T (Kj/det)
dimana : qA : beban pendinginan infiltrasi (J/s)
mv : laju infiltrasi
CLf : faktor beban pendinginan
c. Radiasi
Beban pendinginan yang disebabkan adanya kalor yang berasal
dari luar ruangan berupa radiasi sinar matahari (beban panas matahari
yang melalui permukaan tembus cahaya).
d. Perpindahan panas
Beban pendinginan yang disebabkan adanya kalor yang diserap
oleh dinding (tak tembus cahaya) yang kemudian terkonduksi ke dalam
ruangan.
dimana : u : koefisien perpindahan panas total (KJ/det.m2.K)
A : luas panas (m2)
∆T : beda suhu terhadap lingkungan (K)
2.2.5 Refrigerant
Refrigerant adalah zat yang pada tekanan 1 atm mempunyai titik didih
sangat rendah sampai -157 oC. Refrigerant bertindak sebagai media penghantar
kalor pada proses pemindahan kalor dari produk yang diinginkan ke media
pendingin. Refrigerant mengalir dalam refrigerator dan bersirkulasi melalui
komponen fungsional untuk menghasilkan efek mendinginkan dengan cara
menyerap panas melalui ekspansi dan evaporasi.
2.2.5.1 Macam – macam Refrigerant
1. Berdasarkan penggunaan refrigerant dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Refrigerant Primer
Refrigerant yang digunakan pada sistem kompresi uap (R-22, R-134).
b. Refrigerant
Sekunder Cairan-cairan yang digunakan untuk membawa energi kalor
bersuhu rendah dari suatu lokasi ke lokasi lain.
2. Berdasarkan komponen penyusun
a. Senyawa Holocarbon
Mempunyai satu atau lebih atom dari salah satu halogen.
2.1 Tabel Penamaan Refrigrant
Persamaan :
Nomor pertama dari kanan : Jumlah atom florida pada senyawa (F)
Nomor kedua dari kanan : Jumlah atom H dikurangi satu dari
jumlah atom hydrogen
Nomor ketiga dari kanan : Jumlah atom C ditambah 1 dari jumlah
atom hydrogen dari senyawa
b. Anorganik
Merupakan refrigerant terdahulu yang masih digunakan pada saat
ini, contoh : amonia (NH3), air (H2O), udara, CO2, SO2
c. Hidrocarbon
Banyak senyawa hidrocarbon yang digunakan sebagai
refrigerant, khususnya untuk dipakai pada industri perminyakan
dan petrokimia. Diantaranya adalah metana (CH4), propana (C3H8)
dan etana (C2H6).
d. Azeotrop
Suatu senyawa azeotrop dua substansi adalah campuran yang dapat
dipisahkan komponen-komponennya secara destilasi. Azeotrop
menguap dan mengembun sehingga suatu substansi tunggal yang
sifat-sifatnya berbeda dengan unsur pembentuknya. Misal :
refrigerant SO2 yang merupakan campuran 48,8% R-22 dengan
51,2% R-115.
2.2.5.2 Syarat – syarat Refrigerant
Agar diperoleh sistem refrigerasi yang memiliki peforma
maksimum maka pemilihan refrigerant harus benar-benar diperhatikan.
Adapun syarat-syaratnya antara lain
1. Tekanan penguapan harus tinggi Sebaiknya refrigerant memiliki
temperatur penguapan pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat
dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya
efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi.
2. Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi Apabila tekanan
pengembunannya rendah, maka perbandingan kompresinya menjadi lebih
rendah sehingga penurunan prestasi kompresor dapat dihindari. Mesin
dapat bekerja lebih aman.
3. Kalor laten penguapan harus tinggi Karena menguntungkan untuk
kapasitas refrigerasi yang sama jumlah refrigerant bersirkulasi menjadi
lebih kecil.
4. Volume spesifik (terutama dalam fase gas) Memungkinkan penguapan
kompresor dengan volume langkah torak yang lebih kecil.
5. Koefisien prestasi harus tinggi.
6. Konduktivitas termal yang tinggi.
7. Viskositas yang rendah dalam fase cair maupun gas
8. Refrigerant harus stabil dan tidak bereaksi pada material
9. Tidak boleh mudah terbakar
10. Harga tidak mahal
11. Mudah diperoleh
12. Tidak berbau
13. Ramah lingkungan
2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Refrigerant Hydrocarbon dan Holocarbon
a. Refrigerant Holocarbon
- Kelebihan
1. Kemudahan mengalir yang tinggi keadaan cair
2. Tidak menyebabkan ledakan
3. Tidak membawa aliran listrik
4. Tekanan kondensasi dan suhu keluar yang tinggi dalam mesin
refrigerant
- Kekurangan
1. Dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan pemanasan
global
2. Jenis refrigerasi yang kurang aman untuk digunakan dalam
proses refrigerant
b. Refrigerant hydrocarbon
- Kelebihan
1. Ramah lingkungan yang ditunjukkan dengan nilai
ozon depleting potensial
2. Properti termofisika dan karakteristik perpindahan yang baik
3. Kerapatan fase uap yang rendah
4. Kelarutan yang baik
5. Dapat menurunkan konsumsi tenaga listrik 15–25%
- Kekurangan
1. Sifatnya mudah terbakar
2.2.7 Istilah - istilah Mesin Pendingin
1. Panas Laten
Adalah jumlah panas yang diambil atau diberikan kepada suatu zat dimana
akan menyebabkan terjadinya perubahan fase/wujud dari zat yang bersangkutan
tanpa mengalami perubahan temperatur.
2. Panas Sensible
Adalah jumlah panas yang diambil atau diberikan kepada suatu zat dimana
akan menyebabkan terjadinya perubahan temperatur tanpa mengalami perubahan
fase/wujud dari zat yang bersangkutan.
3. Panas Spesifik
Adalah jumlah panas/kalor yang diperlukan setiap kilogram massa zat
untuk menaikkan temperaturnya sebesar satu derajat Celcius.
4. Wet Bulb Temperatur
Adalah temperatur udara yang tidak memperhitungkan pengaruh radiasi,
konduksi, dan konveksi.
5. Dry Bulb Temperatur
Adalah temperatur udara yang memperhitungkan.pengaruh radiasi,
konduksi, dan konveksi .
6. Dew point Temperatur
Adalah temperatur pada saat udara menjadi jenuh, artinya udara mulai
berubah menjadi kondensat (mengembun) setelah mengalami proses pendinginan
pada tekanan konstan dan kelembaban absolut yang konstan.
7. Kelembaban Absolut
Adalah perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering
dalam suatu volume campuran.
8. Kelembaban Relatif
Adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air dalam suatu campuran
tehadap tekanan jenuhnya pada temperatur yang sama.
9. Refrigerant effect
Yaitu kemampuan suatu Refrigerant (zat pendingin) untuk menyerap
panas/kalor agar berubah fase/wujudnya berubah dari cair menjadi uap.
10. Enthalpy
Adalah jumlah kalor yang dikandung oleh setiap kilogram zat pada
tekanan dan temperatur tertentu ditambah dengan kerja yang bekerja pada zat
tersebut yang merupakan perkalian antara tekanan yang bekerja pada zat tersebut
dengan volume spesifiknya.
11.Coeficient of Performance (COP)
Adalah perbandingan antara panas yang diserap oleh refrigerant (zat
pandingan) dengan kerja kompresor.
12. Beban Pendinginan
Yaitu kalor yang diambil tiap detik dari produk yang diinginkan (kJ/detik).
Manfaatnya untuk meramalkan kalor yang mampu diserap tiap detik oleh instalasi
mesin pendingin.
13.Kapasitas Pendinginan
Adalah jumlah kalor yang diserap oleh refrigerant dari benda atau fluida
yang hendak didinginkan.
14.Tor refrigerant
Laju aliran kapasitas refrigerant digunakan untuk menyerap panas yang
ada di dalam sistem tiap satuan waktu. Jadi tor refrigerant merupakan satuan
daya dalam British (Btu/jam).
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Praktikum 1
3.1.1 Peralatan praktikum
1. Tabung gas
2. Brander las
3. Penekuk pipa
4. pemotong pipa
5. Falring tool
6. Swaging tool
7. Penggaris
3.1.2 Bahan Praktikum
1. Pipa tembaga
2. Kawat las tembaga
3. Kikir bulat
4. Ampelas halus
3.1.3 Prosedur pelaksanaan Praktikum 1 Perpipaan Sistem Pendingin
1. Pembuatan Socket Cabang T
Untuk membuat pencabangan pipa saluran mesin pendingin baik
itu untuk menempatkan alat ukur tekanan rendah maupun tekanan tinggi
atau pemasangan pentil atau komponen lainnya, maka disini diperlukan
suatu alat accessories yang disebut dengan socket T.
Gambar 3.1 Sambungan Socket
Prosedur Kerja pembuatan socket cabang T :
1. Meluruskan pipa tembaga yang masih dalam bentuk rol/ gulungan.
2. Mengukur panjang pipa dengan penggaris dan beri tanda.
3. Memotong panjang pipa tembaga.
4. Mengikir bagian pipa utama yang di sambung T
5. Mengikir pipa sambungan disesuaikan dengan lubang yang akan di
sambung.
6. Bagian yang akan dilas di bersihkan dengan ampelas.
7. Pengelasan sambungan T.
8. Pengikiran untuk menghaluskan hasil las.
2. Bengkokan pipa
Dalam pembuatan system perpipaan juga sering di buat bengkokan
pipa, terutama dalam pembuatan evaporator dan kondensor.
Gambar 3.2 Bengkokan Pipa (Elbow)
Prosedur Pembuatan bengkokan pipa (Elbow)
1. Memotong panjang pipa tembaga (10 cm)
2. Membengkokan pipa dengan alat penekuk pipa
Gambar 3.3 Alat penekuk pipa
3. Cara pengelasan (Brasing)
Brasing (penyoderan) adlah salah satu cara penyambungan 2 (dua)
buah logam atau banyak yang sejenis maupun tidak sejenis dengan
menggunakan bahan tambah yang titik cairnya jauh lebih rendah
dibanding logam yang akan disambungnya, jadi brasing dapat juga
disebut pengelasan dengan alat dengan alat pemanas dengan temperature
rendah.
Untuk pengelasan pipa tembaga bahan tambah yang digunakan adalah
kawat las silver, untuk pengelasan penyambungan besi atau baja misalnya
unutk kondensor digunakan kawat las kuningan, untuk menyambung
bahan alumunium digunakan kawat las platinum 52.
Cara pengelasan pipa :
1. Membersihkan kedua ujung bagian pipa yang akan disambung dari
kotoran baik itu oli dan kotoran lainnya dengan menggunakan
kertas ampelas dan kain kering.
2. Ujung pipa yang telah dibersihkan tadi ditaburi dengan borak/
fluks yang sesuia dengan jenis bahan tambah/ kawat las yang akan
dipergunakan
3. Memasukkan ujung pipa yang akan dilabur tadi ke dalam lubang
pipa yang satunya (socket) secara tepat dan benar – benar lurus
seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut.
4. Pengelasan dilakukan dengan nyala api yang sesuai. Untuk
penyambungan pipa tembaga digunakan nyaala netral (netral
flame), adapun cara pemanasannya dimana nyala apinya jangan
terlalu dekat dengan benda yang akan dilas kira – kira 1 s/d 2 cm
dengan sudut kemiringan kira – kira 30 s/d 40 derajat dari benda
kerja. Pemanasan dilakukan secara merata pada semua bidang.
Jika pemanasannya sudah merata (ditandai perubahan warna pipa
tembaga menjadi berpijar kemerah – merahan) berilah bahan
tambah pada salah satu bahan tambah tadi akan mengalir ke
seluruh bidang yang akan dilas. Khusus untuk penyambungan
alumunium dengan bahan tambah platinum 52, fluks yang telah
dilaburkan pada permukaan ujung pipa yang akan dilas tidak boleh
terkena nyala api (flame) secara langsung, dan dipergunakan nyala
api dengan suhu yang rendah dengan menggunakan pipa hembus
yang kecil.
3.1.4 Hasil Praktikum
3.1.5 Saran Praktikum 1
1. Dalam pengambilan dan pembacaan pada diagram/ tabel hendaknya
dilakukan dengan teliti oleh praktikan.
2. Asisten yang bersangkutan seharusnya jadi pembimbing kelompok yang
dibimbing ketika pelaksanaan praktikum.
3. Pada saat praktikum seharusnya mesin yang digunakan praktikum harus
dengan kondisi maksimal agar tidak terjadi masalah dengan mesin saat
praktikum.