Post on 26-Jan-2016
LAPORAN PRAKTIKUMORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
ACARA IVIDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA
Oleh:Nama : Febrina Safa’atiNIM : A1L010189Rombongan : C2
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman secara umum dibagi menjadi dua, yaitu tanaman yang
menguntungkan dan tanaman yang merugikan. Tanaman yang
menguntungkan biasanya merupakan tanaman yang sengaja ditanam dan
dibudidayakan oleh manusia karena mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan
tanaman yang merugikan adalah tanaman yang tidak dikehendaki
keberadaannya atau dalam bahasa pertanian sering disebut dengan gulma
(weed) (Filter, 1981).
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi
melalui kompetisi. Terdapat beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma
utama, seperti rumput-rumputan, teki dan alang-alang. Gulma yang tumbuh
biasanya yang dapat berassosiasi dengan tanaman budidaya. Gulma yang
tumbuh bersama tanaman akan menjadi pesaingan bagi tanaman dalam
memperoleh kebutuhan hidup. Persaingan akan terjadi bila salah satu bahan
yang berlebihan berkurang. Akibat persaingan gulma ini akan menghambat
pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman budidaya (Sukman, 1991).
Gulma, merupakan tumbuhan yang telah berhasil menyesuaikan diri
dengan ekosistem yang dikembangkan oleh manusia dalam membudidayakan
tanaman pada suau lahan. Hingga saat ini batasan gulma masih
bersifatkonroversi, tergantung kepada konsepsi dan ruang kajiannya. Dalam
ekosistem termasuk ekosistem pertanian, setiap spesies mampu berkembang
biak dengan cepat dan bersaing untuk mendapatkan dan memanfaatkan
unsure hara, air, ruang, CO2, dan cahaya yang seharusnya di manfaatkan
untuk tanaman yang kita budidayakan, baik itu dilahan kering maupun di
lahan basah. Akibat sangat berpengaruh bagi tanaman budidaya kita antara
lain penurunan hasil panen, dapat sebagai tempat inang bagi organisme
pengganggu tanaman, baik itu hama maupun penyakit, menyulitkan dalam
pemeliharaan tanaman dan saat pemanenan, serta menambah biaya produksi,
yang mengakibatkan penurunan keuntungan. Karenanya pengenalan spesies
gulma dan sifat-sifatnya diperlukan dalam usaha mengendalikan populasi
gulma dalam lahan budidaya tanaman (Badrus, 2003;Tjitrosoedarmo, 1984).
B. Tujuan
1. Mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing dengan
tanaman budidaya yang tumbuh di lahan pertanian, baik di lahan basah
maupun lahan kering.
2. Mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi
hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi
konkrit. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:
1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan
bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan
kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi
semak belukar.
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses
produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena
mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena
batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman
berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap
gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di
sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun
pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun
demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan
alang-alang (Moenandir, 1988).
Menurut Natawigena (1993), beberapa diantara kerugian-kerugian yang
disebabkan oleh gulma, antara lain:
1. Menurunkan hasil (akibat persaingan dalam mendapatkan air, unsure hara,
udara, ruang, cahaya matahari, dan sebagainya).
2. Menurunkan kualitas hasil. Beberapa bagian dari gulma yang ikut terpanen
akan memberikan pengaruh negatif terhadap hasil panenan.
Identifikasi sangat penting terutama dalam memahami tanda-tanda
karakteristik seperti yang berkenaan dengan morfologi (terutama morfologi luar)
gulma. Dengan memahami karakteristik tersebut, dalam melakukan upaya
pengendalian gulma akan lebih mudah. Disamping itu juga kita harus
memperhatikan faktor-faktor lain, seperti misalnya iklim, jenis tanah, biaya yang
diperlukan, dan pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkannya (Moenandir,
1990).
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial)
dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan
tumbuhanhanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum
saja,sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang
mempunyaihubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang
terpisah dansebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit
persamaanmungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demikian
inilah yangmerupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada
klasifikasisistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa
sifatmorfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada
klasifikasisistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan
yangmempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam
kelompokyang sama (Sastro Utomo, 1990).
III. METODE
A. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan sekaligus media yang digunakan dalam praktikum ini ada dua
macam yaitu lahan sawah dan lahan kering.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya yaitu:
a. Alat sguare method ukuran 50 cm x 50 cm
b. Buku deskripsi gulma atau herbarium
c. Cangkul
d. Kantong plastic
e. Alat tulis
f. Kertas Koran
g. Lem atau Label
h. Oven
i. Timbagan Elektrik
B. Prosedur Kerja
1. Identifikasi Vegetasi Gulma
a. Dibuat petak contoh dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan square
method pada lahan kering
b. Gulma yang tumbuh pada petak tersebut diambil atau dicabut
c. Diidentifikasi jenis gulma yang ada dengan menggunakan buku
deskripsi gulma berdasarkan ciri morfologinya, dan tulislah nama
species, morfologi dan perkembangbiakannya, daur hidupnya serta
tempat tumbuhnya
d. Jenis gulma dipisahkan berdasarkan golongan, yaitu rumput, teki –
tekian, dan daun lebar
2. Analisis Vegetasi Gulma
a. Dibuat petak contoh dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan square
method pada lahan kering sebanyak lima petak contoh pada
masing-masing jenis lahan
b. Semua gulma yang tumbuh pada petak contoh tersebut diambil atau
dicabut
c. Dihitung jumlah masing-masing gulma yang ada, kemudian
dimasukan dalam kantong kertas dan dikeringkan dalam oven pada
suhu 700 C sampai kering konstan
d. Diovenan selama dua hari
e. Masing-masing jenis gulma yang telah dikeringkan ditimbang.
f. Dihitung kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing jenis
gulma.
g. Dihitung nilai jumlah dominasi masing-masing jenis gulma.
h. Ditentukan jenis gulma yang dominan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data Analisis Gulma Sebelum Pengendalian
No. Nama GulmaPetak Contoh Jumlah Frekuensi
Bobot
KeringKR FR DR SDR
I II III (K) (F) (D) gram (%) (%) (%) (%)
1 Digitaria ciliaris 0 0 48 48 1/3 12,1 31,6 7,1 32,7 23,8
2 Cyperus brevifolius 0 0 7 7 1/3 1,5 4,6 7,1 4,0 5,3
3 Alternanthera sp 5 0 10 15 2/3 2,9 9,8 14,3 7,7 10,6
4 Ageratum conyzoides 0 4 2 6 2/3 1,1 3,9 14,3 2,9 7,0
5 Eupotorium aderatum 4 0 0 4 1/3 1,3 2,6 7,1 3,4 4,4
6 Euphorbia hirta 2 8 0 10 2/3 2,4 6,6 14,3 6,44 9,1
7 Eleusin indica (L) 0 22 28 50 2/3 12,3 32,9 14,3 33,0 26,7
8 Axonopus compressus 0 1 0 1 1/3 1,4 0,7 7,1 3,8 3,9
9 Cyperus rotundus 0 2 0 2 1/3 1 1,3 7,1 2,7 3,7
10 Fimbristylis ovata 9 0 0 9 1/3 1,25 5,9 7,1 3,3 5,4
Jumlah 16 37 95 152 14/3 37,25 99,9 99,9 99,9 99,9
Data Analisis Gulma Setelah Pengendalian
No. Nama GulmaPetak Contoh Jumlah Frekuensi Bobot Kering KR FR DR SDR
I II III (K) (F) (D) gram (%) (%) (%) (%)
1 Cyperus rotundus 13 0 0 13 1/3 1.6 33,3 16,6 39,0 29,6
2 Leptochloa chinensis (L) 5 0 0 5 1/3 0,1 12,8 16,6 2,4 10,6
3 Ludwiga peruviana (L) 1 0 0 1 1/3 0,2 2,5 16,6 4,9 8
4 Eleusin indica (L) 0 15 4 19 2/3 2 48,7 3,3 48,7 43,5
5 Lindernia antipoda 0 0 1 1 1/3 0,2 2,5 16,6 4,9 8
Jumlah 19 15 5 39 6/3 4,1 99,8 99,7 99,9 99,7
B. Pembahasan
1. Identifikasi gulma
a. Gulma teki-tekian
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap
pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah
yang mampu bertahan berbulan-bulan. Ciri-cirinya adalah penampang
lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga,
memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris,
tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok
ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang
menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), udelan
(Cyperus kyllinga), dan Scirpus moritimus.
b. Gulma rumput-rumputan
Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian
tetapi memiliki stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah
membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh
gulma kelompok ini adalah alang-alang (Imperata cylindrica).
c. Gulma daun lebar
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk
dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa
budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi
cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif
terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada
permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada
nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini
ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.),
sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa
pudica).
1. Eleusin indica (L)
Nama umum
Indonesia : Rumput belulang, [jampang, carulang (Sunda)], [suket
lulangan, suket welulang (Jawa)]
Inggris : Goose grass, bullgrass, crabgrass
Jepang : Ohishiba
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica (L.) Gaertn
Rumput ini punya ciri:
1. Tumbuh liar, biasanya di lapangan atau pinggir jalan
2. Akarnya sangat kuat
3. Tinggi mencapai 80cm
4. Daun berbentuk pita dan berseling
5. Bunga berbentuk seperti payung, berwarna hijau muda atau
putih kehijauhan
Arti penting dan ciri morfologi:
Rumput ini bermanfaat karena punya kandungan kimia yaitu
mengandung saponin, tanin, polifenol, protein dan lemak. Rumput
berumur pendek, kerapkali berumpun kuat, kadang-kadang pada buku
yang bawah keluar akar: batang kerapkali berbentuk cekungan yang
terbentang; tinggi 0,1-1,9 m. Batang menempel pipih sekali, bergaris,
kerap bercabang. Daun dalam dua baris. Pelepah daun menempel kuat
bertulas. Lidah seperti selaput, pendek. Helaian bentuk garis dengan
tepi kasar pada ujung, pada pangkalnya ada rambut panjang, 12-40 x
0,41-1 cm. Bulir terkumpul 2-12, satu sisi. Poros bulir bersayap dan
berlunas, panjang 2,5-17 cm. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri
kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting, menempel rapat,
panjang 4-7 mm. Sekam terekat rapat berlunas, dua yang terbawah tetap
tinggal lama. Benang sari 3; kepala sari pendek. Tangkai putik 2; kepala
putik sempit, ungu. Di tempat cerah matahari, kerapkali di tanah keras
karena terinjak; 1-2000 m.
2. Euphorbia hirta
Klasifikasi:
Kerajaan : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliophyta
Genus : Euphorbia
Spesies : E. hirta
Arti penting dan cirri morfologi:
Herba satu tahun, dengan batang tegak atau naik sedikit demi
sedikit, tinggi 0,1-0,6 m. Batang terutama berambut pada ujungnya. Daun
berbaris 2 memanjang, dengan pangkal miring, setidaknya pada ujung
bergerigi, sisi bawah berambut jarang, panjangnya 0,5-5 cm, tangkai 2-4
mm. Cyathia dalam payung tambahan yang berbentuk setengah bola, yang
sendiri-sendiri atau dua-dua terkumpul menjadi karangan bunga yang
bertangkai pendek, duduk di ketiak daun, piala panjang 1 mm, barambut
menempel. Buah tinggi 1,5 mm. Berasal dari Amerika tropis, di Jawa
umumnya bersifat liar. Hidup pada daerah dengan ketinggian 1-1400 m,
daerah padang rumput, halaman, tepi jalan, tanggul, tegalan dan kebun.
2. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan dengan melakukan berbagai
perhitungan yang mempunyai tujuan untuk mengetahui suatu dominansi
gulma pada suatu lahan. Perhitungan tersebut antara lain:
a. Kerapatan yaitu menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan
pada tiap petak contoh. Kerapatan mutlak (Km) suatu spesies sama
dengan jumlah individu spesies itu dalam petak contoh.
Kerapatan relatif (Kr) = Kerapatan mutlak spesies itu X 100 %
Jumlah Kerapatan mutlak semua spesies
b. Frekuensi jenis tumbuhan adalah beberapa jumlah petak contoh
(dalam persen) yang memuat jenis tersebut dan sejumlah petak contoh
yang dibuat. Frekuensi mutlak (Fm) suatu spesies sama dengan hasil
pembagian jumlah petak contoh berisi spesies itu dengan semua petak
contoh yang diambil.
Frekuensi relatif (Fr) = Frekuensi mutlak spesies itu X 100 %
Jumlah Frekuensi mutlak semua spesies
c. Dominansi menyatakan berapa luas area yang ditumbuhi oleh sejenis
tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya. Dominansi
dinyatakan dengan istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau
biomassa atau volume. Dominansi mutlak (Dm) suatu spesies sama
dengan biomassa atau bobot kering gulma.
Dominansii relatif (Dr) = Dominansi mutlak suatu spesies X 100 %
Jumlah Dominansi mutlak semua spesies
d. Perbandingan nilai penting (SDR)
SDR menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran SDR,
biasanya dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100 % sehingga
mudah diinterpretasi. SDR suatu jenis sama dengan nilai penting
dibagi 3.
Pada perhitungan nilai Koefisien Relatif (Kr) untuk gulma pada
lahan kering didapatkan dari semua gulma 99,8%. Dengan Kr tertinggi
Eleusin indica (L) dengan 48.7 % dan Kr terendah Ludwiga peruviana (L)
dan Lindernia antipoda dengan Kr 2.5 %. Pada perhitungan nilai
Frekuensi Relatif (Fr) untuk gulma pada lahan kering didapatkan data
Frekuensi Relatifnya terendah adalah Eleusin indica (L) sebesar 3.3%
sedangkan frekuensi tertinggi yaitu Cyperus rotundus, Leptochloa
chinensis (L), Ludwiga peruviana (L), Lindernia antipoda sebesar 16.6 %.
Pada lahan basah, Frekuensi Relatif besarnya sama antar semua
gulma. Pada perhitungan nilai Dominansi Relatif (Dr) untuk gulma pada
lahan kering didapatkan data yaitu Dominansi Relatif yang terbesar adalah
Eleusin indica (L) sebesar 48.7 %. Sedangkan yang terkecil yaitu
Leptochloa chinensis (L) sebesar 2.4 %. Pada perhitungan nilai SDR untuk
gulma pada lahan kering didapatkan data yaitu SDR yang terbesar adalah
Eleusin indica (L) sebesar 43.5 % sedangkan yang terkecil yaitu Ludwiga
peruviana (L) dan Lindernia antipoda sebesar 8%.
Perbandingan dari kedua tabel gulma yang belum menggunakan
herbisida dan yang sudah menggunakan herbisida relatif berbeda
jumlahnya pada lahan yang sebelum di beri herbisida jumlah gulma lebih
banyak di bandingkan sesudah diberi herbisida,karena herbisida sangat
baik peranannya untuk membrantas gulma karena perannya untuk
mengendalikan gulma pada lahan budidaya dan menekan persaingan
tanaman budidaya dengan gulma yang ada di dalam lahan tersebut.
Absorpsi herbisida, yang berarti herbisida yang diserap oleh
tumbuhan dan masuk dalam tubuhnya secara difusi, osmose, imbibisi, dan
lain-lain. Absorpsi herbisida akan serupa dengan absorpsi nutrisi, sehingga
perlu diingat adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Translokasi
herbisida dalam tubuh tumbuhan terjadi setelah herbisida masuk ke
dalamnya (Jody Moenandir, 1990).
Cara aplikasi penting dalam penentuan derajat keberhasilan
pengendalian gulma, seperti aplikasi yang mengurangi kontak dengan
tanaman budidaya dan memperbanyak kontak dengan gulma, ialah dalam
alur setempat, langsung dan lain-lain. Cara terbaik ialah semprotan terarah
dengan menggunakan gugusan non selektif dan kontak ke dalam herbisida
yang selektif (Jody Moenandir, 1990).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Gulma merupakan tumbuhan yang tidak diharapkan kehadirannya karena
dapat mengganggu tanaman yang dibudidayakan dan dapat menurunkan
hasil produksi.
2. Jumlah populasi gulma pada suatu lahan sangat mempengaruhi
produktivitas tanaman utama yang terdapat pada lahan tersebut jika tidak
dikendalikan.
B. Saran
Dalam melakukan praktikum hendaknya praktikan lebih teliti dalam
menentukan identifikasi pada gulma tersebut dan teliti pada saat menimbang
dan menghitung KR, FM, FR, DM, DR, SDR.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Emanuel, 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta.
Fitler, A.H. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajahmada Press. Yogyakarta.
Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Press. Jakarta.
Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali Press: Jakarta.
Moenandir, Jody. 1990. Fisiologi Herbisida. Rajawali Press. Jakarta.
Nata wigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya: Bandung.
Sastroutomo, Sutikno. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers: Jakarta.
Tjitrosoedarmo, S. 1984. Pengeloaan Gulma di Perkebunan. Gramedia. Jakarta.
BIODATA
Nama : Febrina Safa’ati
NIM : A1L010189
Tempat, tanggal lahir : Magelang, 29 Februari 1992
Alamat : RT 06/II
Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes
52273
No telp : 085640422984
E-mail : chybycha@yahoo.co.id