Post on 22-Mar-2016
description
1
LAPORAN POPULER 2010
2
Pada tahun 2010, Indonesia mengalami
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
keterlibatan di dunia internasional secara
mengesankan. Saat ini Indonesia
merupakan anggota dari G20 dan
dipertimbangkan sebagai salah satu
kekuatan ekonomi baru di dunia. Masa
depan negeri in i terlihat lebih cerah.
Gambaran di atas memberikan berita lebih
positif tentang Indonesia, termasuk
rakyatnya. Pengeluaran domestik meningkat
dan di pulau wisata seperti Bali sangat
jelas terlihat makin banyak turis lokal
berkunjung. Meski demikian, hanya dengan
berkendara atau terbang beberapa jam dari
Bali, kita akan menemukan hal berbeda
tentang Indonesia. Banyak petani
menjalani kehidupan bermartabat tapi
mengalami kesulitan ekonomi serta
infrastruktur transportasi, kesehatan dan
pendidikan. Mereka umumnya berkembang
di daerah-daerah.
Pengantar
Daftar Isi2. Daftar Isi
2. Pengantar
4. Tentang VECO Indonesia
6. Ringkasan
8. Jakarta
10. Jawa
12. Bali
14. Sulawesi
16. Nusa Tenggara Timur 1
18. Nusa Tenggara Timur 2
20. Organisasi Belajar
22. Keuangan
2
3
Terlihat bahwa penikmat momentum
kebangkitan ekonomi baru ini bukanlah
sebagian besar petani di Indonesia. Negeri
in i memiliki lebih dari 240 juta penduduk,
ribuan pulau saling berjauhan, serta
tantangan besar di bidang infrastruktur dan
peningkatan kapasitas. Namun, hal itu tak
berarti alasan untuk meninggalkan petani.
Tantangan bagi keluarga petani adalah
mendapatkan akses lebih baik dalam
peluang ekonomi terutama di sektor
pertanian sehingga mereka bisa
memperbaiki taraf hidupnya. Kami, VECO
Indonesia, berpikir salah satu solusi adalah
dengan mengorganisir petani serta
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mereka di bidang usaha
pertanian. Upaya ini perlu dukungan
pemerintah dan pihak swasta dengan
menciptakan dan membangun iklim yang
mendukung petani, seperti peraturan dan
keputusan pemerintah. Isu lainnya dengan
mengajak konsumen sebagai faktor penting
dalam mendukung peningkatan kualitas
hidup keluarga petani.
Pada tahun 2010, VECO Indonesia bersama
para mitranya mendukung petani
menciptakan peluang usaha dan
meningkatkan produksi komoditi kopi,
kakao, beras sehat, serta kacang tanah
melalui pelatihan dan fasilitasi organisasi
petani. Beberapa jaringan dibangun antara
perusahaan swasta dan organisasi petani,
seperti PT Armajaro dengan Amanah, PT
Mars dengan Jantan, serta PT SBO dengan
Appoli. Tiga sesi panjang Sekolah Lapang
Petani untuk kakao dan kopi dilaksanakan
untuk meningkatkan produksinya. Adapun
di sisi konsumen, kami membangun
kemitraan antara organisasi petani dengan
kelompok konsumen. Program pangan sehat
yang fokus pada anak muda juga baru
diluncurkan pada tahun 2010. Kegiatan dan
program lebih detail pada tahun 2010 bisa
dibaca di Laporan Populer 2010 ini.
Selamat membaca dan silakan berbagi
pikiran bagaimana Anda melihat kami
bekerja.
Rogier Eijkens
Perwakilan Regional VECO Indonesia
3
4
Selama lebih dari 25
tahun,
Vredeseilanden
Country Office (VECO)
Indonesia secara
terus menerus
bekerja bersama para
mitranya, seperti
lembaga swadaya
masyarakat (LSM),
organisasi petani,
organisasi jaringan
nasional, pihak swasta maupun petani
terorganisir untuk mewujudkan satu cita-
cita, posisi tawar yang lebih baik bagi
petani. Cita-cita ini dilaksanakan melalui
tiga program utama, yaitu Pengembangan
Rantai Pertanian Berkelanjutan, Advokasi,
dan Penyadaran Konsumen.
Bersama seluruh jaringan di Afrika Barat,
Afrika Timur, Amerika Selatan, Amerika
Tengah, dan Asia Tenggara, VECO Indonesia
menginduk pada Vredeseilanden yang
berkantor di Belgia. Di Indonesia, VECO
Indonesia bekerja di enam wilayah utama,
yaitu DKI Jakarta, Bali, Jawa, Sulawesi,
Nusa Tenggara Timur (NTT 1), serta NTT 2.
Semuanya dikoordinasikan dari kantor
pusat VECO Indonesia di Denpasar, Bali.
Selain berusaha terus menjadi organisasi
Tentang VECO Indonesiapembelajar (learning
organization) , kami juga
terus melakukan inovasi
strategi dan pendekatan
program. Sebelumnya,
kami menekankan
campur tangan pada
aspek produksi
pertanian berkelanjutan.
Namun, saat ini, VECO
Indonesia menekankan
bahwa praktik pertanian
berkelanjutan merupakan satu rantai tak
terpisahkan. Maka, kami tak hanya
menekankan aspek produksi tapi juga
pemasaran, kebijakan politik, dan
penyadaran konsumen.
Melalui intervensi pada seluruh rantai
tersebut, kami berusaha agar cita-cita
besar yang kami perjuangkan bisa terwujud,
posisi tawar yang lebih baik untuk petani.
55
66
7
Tiga tahun terakhir, 2008 - 2010,
merupakan tahun perubahan VECO
Indonesia baik dari sisi struktur organisasi
maupun program dan strategi untuk
mewujudkan cita-cita yang terus
diperjuangkan, posisi tawar yang lebih baik
untuk petani. Tahun 2010 merupakan akhir
dari perubahan secara internal terkait
dengan struktur lembaga dan fungsi-
fungsinya, seperti penambahan kantor
lapangan dan staf-stafnya.
Di tingkat program, VECO Indonesia masih
melanjutkan tujuan-tujuan program sejak
2008, yaitu Pengembangan Rantai
Pertanian Berkelanjutan, Advokasi, dan
Penyadaran Konsumen. Kami juga terus
melanjutkan upaya menjadi organisasi
pembelajar (learning organization) melalui
metode-metode yang terus dikembangkan
sesuai kebutuhan. Di sisi mitra program,
kami mulai lebih fokus pada organisasi
petani daripada lembaga swadaya
masyarakat (LSM).
Sepanjang tahun 2010, sejumlah program
dukungan untuk LSM harus kami hentikan
selain karena kurangnya perkembangan
seperti yang direncanakan juga karena
perubahan fokus program kami.
Konsekuensinya, kami menambah lebih
banyak lagi organisasi petani di lokasi
program, seperti Sulawesi, Nusa Tenggara
Timur, serta Boyolali. Dukungan untuk
organisasi in i dilakukan melalui
pendampingan program, peningkatan
kapasitas terkait produksi atau usaha,
kelompok pemasaran, maupun koperasi
petani.
Jumlah keluarga petani yang didukung
pada tahun 2010 mencapai 17.289,
meningkat sekitar 24 persen dari jumlah
keluarga petani pada tahun 2009 sebanyak
13.844. Dukungan tersebut diberikan untuk
kelompok tani maupun LSM di 7 provinsi,
12 kabupaten, serta pemangku kepentingan
lain, termasuk pihak swasta dan
pemerintah.
Ringkasan
8
Untuk mendukung tujuan kedua, yaitu
Advokasi, sejak 2009 lalu Indonesia
membuka kantor lapangan di Jakarta, ibu
kota Indonesia. Melalui kantor di Jakarta,
VECO Indonesia bekerja bersama tiga
lembaga swadaya masyarakat (LSM), yaitu
Aliansi Petani Indonesia (API), Koalisi
Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP),
dan Perhimpunan Indonesia Berseru (PIB).
Melalui API sebagai organisasi petani
tingkat nasional, VECO Indonesia
mendukung target langsung sekitar 8.500
keluarga petani hingga akhir 2010. API
berjuang agar petani bisa lebih terlibat
dalam perumusan kebijakan pertanian,
terutama harga pembelian pemerintah
(HPP). Strateginya adalah dengan
memengaruhi perumusan dan isi kebijakan
berbasis hasil riset yang kuat serta
menciptakan kesadaran publik melalui
kerja-kerja media. Selain itu, API dan para
anggotanya juga menggerakan dukungan
publik bagi produsen beras skala kecil dan
membangun aliansi dengan individu
maupun organisasi masyarakat sipil untuk
memastikan ketiga strategi di atas dapat
dikerjakan dengan baik.
Agar bisa menyampaikan pesan advokasi,
API melakukan lobi kepada anggota DPR
terutama dari Fraksi Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) dan pihak lain seperti
Departemen Keuangan, Departemen
Pertanian, serta Departemen Perdangan.
Strategi lain adalah melalui diskusi dengan
media massa terkait Kebijakan Pertanian
khususnya HPP Beras dan kenaikan harga
eceran tertinggi (HET) pupuk.
Di wilayah Jakarta, VECO Indonesia juga
bekerja sama dengan KRKP untuk isu
kedaulatan pangan. Meskipun berada di
Bogor, KRKP juga melakukan advokasi
kebi jakan pangan tak hanya di skala
nasional tapi juga ke tiga daerah lain ,
yaitu Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat;
Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara
Timur (NTT) , serta Kabupaten Boyolali ,
Jawa Tengah. VECO Indonesia juga
mendukung PIB untuk kampanye pangan
sehat melalui media populer Respect.
Media in i memberikan informasi alternatif
tentang pangan sehat khususnya maupun
gaya hidup bertanggung jawab secara
umum.
Jakarta
99
1010
11
Di wilayah ini, VECO Indonesia mendukung
mitra lokal, baik lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yaitu Lembaga Sosial
Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSKBB)
dan Konsorsium Solo Raya (KSR) maupun
organisasi petani seperti Asosiasi Petani
Padi Organik Boyolali (Appoli) . Bersama
LSKBB dan Appoli, pada tahun 2010 VECO
Indonesia mendukung 2.863 keluarga
petani sebagai target langsung, dalam
program rantai beras organik. Sedangkan
bersama KSR, VECO Indonesia
mengampanyekan pangan sehat pada
konsumen.
Sepanjang tahun 2010, VECO Indonesia
memfasilitasi penguatan organisasi Appoli
terutama dalam kendali mutu produk
produk melalui internal control system
(ICS). VECO Indonesia juga memfasilitasi
studi banding untuk belajar pemasaran ke
PT Bloom Agro di Tasikmalaya, Jawa Barat
serta tentang organisasi petani di
Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Ketiga,
VECO Indonesia juga memfasilitasi
pertemuan multi stakeholder yang
mendukung rantai beras organik Boyolali
terutama yang membantu permodalan,
pemasaran dan pendampingan teknis,
seperti swasta, lembaga keuangan dan
pemerintah.
Dukungan-dukungan tersebut membuat
petani Boyolali sangat agresif
mengembangkan sistem pertanian ekologis,
ramah lingkungan, seperti menerapkan
sistem tanam padi model system of rice
intensification (SRI), mengembangkan
biodiversitas tanaman pangan seperti
jagung, ketela pohon dan ubi-ubian. Di sisi
lain Pemerintah Kabupaten Boyolali
mendukung upaya ini melalui kebijakan,
pemberian modal di tingkat kelompok tani,
bantuan teknologi pembuatan pupuk
organik dan benih, serta tenaga penyuluh.
Sinergi VECO Indonesia dengan pemerintah
Boyolali berdampak pada pemanfaatan
sumber daya pertanian berkelanjutan dan
ramah lingkungan.
Untuk wilayah Solo, VECO Indonesia juga
bekerja sama dengan KSR yang terdiri dari
LSKBB, Jaringan Kerja Pertanian Organik
(Jaker PO), serta Gita Pertiwi. Selama
tahun 2010, KSR telah melakukan kegiatan
kampanye pangan sehat, antara lain
melalui pengorganisasian kelompok
konsumen, sosialisasi pangan sehat di
sekolah, membentuk kios pangan organik di
beberapa wilayah, serta pengembangan
media kampanye. Hasilnya, hingga akhir
2010 ada 17 kelompok konsumen di Solo
dan 3 kelompok konsumen di Boyolali.
Total anggota sekitar 600 orang. Adapun
kios organik sebanyak 18 kios di dua kota
tersebut.
Jawa
11
12
Meneruskan dukungan yang pernah
diberikan pada tahun-tahun sebelumnya
melalui Bali Organic Association, pada
tahun 2010 juga VECO Indonesia kembali
mendukung mitra di Bali, yaitu Konsorsium
Penyadaran Konsumen Bali. Konsorsium ini
terdiri dari BOA, Pusat Pendidikan
Lingkungan Hidup (PPLH) Bali, dan
Indonesian Development of Education and
Permaculture (IDEP). Program ini
menjangkau sekitar 388 petani serta 795
konsumen di Bali.
Selama tahun 2010, Konsorsium Bali
melakukan kampanye tentang pangan sehat
melalui kelompok-kelompok terorganisir.
Strategi yang digunakan adalah dengan
pengembangan kios organik, melakukan
pertemuan rutin antara konsumen,
distributor, dan produsen tiap bulan
dengan tema berbeda-beda, penyebaran
dan pengembangan media informasi
pangan sehat, serta penguatan petani
produsen agar bisa menyediakan produk
pangan sehat. Konsorsium Bali juga
melaksanakan program Organic Go to School
di SDN 4 Panjer, Denpasar serta pameran
pangan sehat di mana konsumen bisa
mencicipi pangan sehat secara langsung.
Hasil program-program tersebut adalah
adanya Kelompok Konsumen Pangan Sehat
(KKPS) yang akan menjadi motor gerakan
konsumen di Bali serta lahirnya pangan
sehat sebagai salah satu mata pelajaran
muatan lokal di SDN 4 Panjer, Denpasar.
Keberadaan kios organik Bali berdampak
pada peningkatan jumlah petani yang bisa
menjual beras dan sayuran sehat, dari 150
petani menjadi 388 petani.
Bali juga menjadi wilayah untuk program
baru VECO Indonesia, yaitu Healthy Food
Healthy Living (HFHL) yang dilakukan sejak
2010 lalu. Melalui program bersama
Zuiddag Belgia ini, VECO Indonesia
mengajak kaum muda agar peduli pangan
sehat. Selain melalui diskusi tiap bulan
VECO Breakfast Club, kampanye juga
dilakukan melalui berbagai media ke
kampus dan sekolah-sekolah di Bali.
Semuanya dilakukan oleh anak-anak muda
itu sendiri.
Bali
1313
14
Tahun 2010 men jadi awal dukungan VECO
Indonesia pada petan i kakao di Polewali
Mandar (Polman) , Sulawesi Barat.
Dukungan di lakukan melalui dua mitra,
yaitu Pusat Koperasi Tan i (Puskoptan)
Amanah dan Wahana Sosial Pertan ian
Terpandang (Wasiat) . Dua lembaga in i
bekerja bersama sekitar 1 .500 petan i di
lima kecamatan di Polman , yaitu Tubbi
Taramanu (Tutar) , Luyo, Tapango, Mapi lli ,
dan Anreapi . Luas kebun di Polman
sekitar 59.000 hektar dari total luas
kebun kakao di Provinsi Sulbar 165.000
hektar. Luas lahan petan i di wi layah
dukungan Amanah dan Wasiat 27.433
hektar.
Dukungan VECO Indonesia melalui tekn is,
fasi li tasi , dan interaksi . Bantuan tekn is
diberikan terkait dengan proses produksi ,
seperti sambung pucuk dan pemangkasan
pohon . Interaksi dibangun untuk
menguatkan solidaritas antarpetan i di
kawasan in i antara lain pertemuan rutin
kelompok tan i . Adapun fasi li tasi berupa
pendampingan pada petan i dalam
pembuatan proposal dan merancang
kegiatan . VECO Indonesia juga
memfasi li tasi petan i maupun LSM mitra
untuk melakukan kun jungan belajar ke
lembaga lain yang berhasi l dalam rantai
kakao maupun koperasi .
Hasi l pendampingan in i adalah
berkembangnya kelompok tan i maupun
koperasi tan i , baik di skala desa maupun
di tingkat kecamatan . Pada Desember
2010, Amanah mendeklarasikan diri
sebagai pusat koperasi tan i (Puskoptan)
untuk mendukung usaha simpan pin jam
serta koperasi serba usaha (KSU) . Salah
satu dampak koperasi adalah mudahnya
petan i mengakses pin jaman untuk usaha
tan i maupun kebutuhan keluarga. Petan i
yang sebelumnya tergantung pada
tengkulak, kin i lebih berdaya melalui
koperasi m ilik bersama. H ingga akh ir
tahun lalu, Amanah mengelola uang
sekitar Rp 600 juta dari petan i anggota.
Di wilayah Sulawesi , VECO Indonesia juga
mendukung mitra, LSM maupun kelompok
tan i di Kabupaten Mamasa, Sulbar dan
Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan .
Mitra tersebut adalah Asosiasi Petan i
Kopi Toraja (APKT) , Yayasan Jaya Lestari
Desa (Jalesa) , Yayasan Duta Pelayanan
Masyarakat (YDPM) Mamasa, dan Yayasan
Komun itas Indonesia (Yakomi) Mamasa
untuk rantai kopi dan sayur. Melalui
dukungan VECO Indonesia dan mitranya,
para petan i berusaha men ingkatkan
produksi kopi sekaligus taraf h idupnya.
Sulawesi
14
1515
1616
17
Hingga 2010, Indonesia bekerja di empat
kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur
(NTT 1) yang semuanya di pulau Flores
bagian barat, antara lain Manggarai Barat,
Manggarai, Ngada, dan Nagekeo. Di wilayah
ini, VECO Indonesia mendukung mitra lokal,
kelompok tani dan LSM, seperti Yayasan
Komodo Indonesia Lestari (Yakines) dan
Asosiasi Petani Padi Organik Lembor
(Appel) di Manggarai Barat, Komunitas
Cinta Indonesia (KCI) dan Delegasi Sosial
(Delsos) di Manggarai, Persatuan Petani
Watuata (Permata) dan Lembaga Advokasi
dan Pendampingan Masyarakat (Lapmas) di
Ngada, serta Asosiasi Petani Padi Organik
Mbay (ATOM) dan Yayasan Mitra Tani
Mandiri (YMTM) di Nagekeo.
Kopi merupakan komoditas utama yang
didukung karena petani kopi di Flores
menghadapi tantangan rendahnya jumlah
produksi dan kualitas kopi akibat
kurangnya kemampuan dan posisi tawar
petani. Melalui mitra-mitranya, VECO
Indonesia berusaha untuk meningkatkan
kualitas kopi melalui pelatihan pascapanen,
standar kualitas kopi, analisis bisnis kopi
dalam berbagai bentuk produk, kemasan,
dan label. Dukungan lain melalui fasilitasi
petani dalam pengembangan asosiasi
pemasaran bersama. VECO Indonesia juga
mendukung program Sekolah Lapang untuk
produk kopi di wilayah ini.
Salah satu hasil dukungan adalah
terbentuknya pola pemasaran baru melalui
asosiasi petani karena rantai lebih pendek,
harga lebih tinggi dari harga pasar, volume
yang dijual lebih besar dan jumlah petani
yang terlibat mulai bertambah. Salah satu
unit pengolahan hasil (UPH) petani kopi
arabika mendapatkan harga Rp 6.000 per
liter dari PT Indokom. Padahal, harga di
pasar berkisar Rp 5.500 per liter.
Komoditi lain di wilayah NTT 1 adalah beras
organik di kawasan Mbay, Nagekeo dan
Lembor, Manggarai Barat. Sepanjang tahun
2010, dua kelompok tani setempat, ATOM
dan Appel, melanjutkan praktik pertanian
organik yang telah diterapkan pada tahun-
tahun sebelumnya. Selain bisa
mendapatkan hasil lebih banyak dari 3-4
ton per hektar jadi 8-9 hektar, petani juga
mau berorganisasi sehingga bisa menjual
hasil pertaniannya secara langsung tanpa
melalui tengkulak. Melalui kelompoknya,
petani di dua wilayah tersebut bisa
meningkatkan kesejahteraan.
Nusa Tenggara Timur 1
1818
19
Sepanjang tahun 2010, VECO Indonesia
mendukung mitra lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan kelompok tani di
tiga kabupaten di wilayah Nusa Tenggara
Timur (NTT) 2, yaitu Sikka, Flores Timur,
dan Timor Tengah Utara (TTU). Dukungan
tersebut diberikan kepada Jaringan Tani
Wulang Gitang (Jantan), Asosiasi Petani
Kakao Nangapenda (Sikap), Ayu Tani,
Asosiasi Petani Bituna, Yayasan Mitra Tani
Mandiri (YMTM) TTU, serta Yayasan An Feot
Ana (YAFA) Kefamenanu.
Tiga komoditi yang didukung di NTT 2
adalah kakao, kacang mete, dan kacang
tanah. Untuk komoditi kakao di Flores
Timur, pada tahun 2010 VECO Indonesia
mendukung sekitar 2.500 keluarga petani
secara langsung. VECO Indonesia juga
memfasilitasi petani kakao agar bisa
menjual langsung produknya pada PT Mars
Symbio Science Indonesia. Hasilnya, petani
anggota Jantan maupun Sikap mengalami
peningkatan pendapatan dari hasil kakao 8
persen sejak bergabung kelompok tani.
Mereka mendapat harga lebih baik karena
kualitas kakao sesuai standar PT Mars.
Produksi biji kakao pun meningkat sejak
menerapkan sistem panen sering,
pemupukan, pemangkasan dan sanitasi
(P3S) yang diperkenalkan melalui Sekolah
Lapang oleh VECO Indonesia.
Naiknya pendapatan ini berdampak pula
pada peningkatan posisi tawar keluarga
petani. Sebagai contoh mereka bisa
bernegosiasi dengan pemerintah untuk
mendapatkan 1 unit alat pengolahan biji
kakao. Petani anggota Sikap, misalnya,
mendapatkan hak pemanfaatan tanah untuk
pembangunan unit pengolahan hasil (UPH)
kakao di Kecamatan Nangapenda. Adapun
di Flores Timur, keluarga petani melalui
Jantan berhasil menegosiasikan harga
musim panen 2010 dengan harga Rp
10.000 hingga Rp 12.000 biji kering kepada
pedagang lokal.
Di TTU, ada 2.265 keluarga petani
tergabung dalam 147 kelompok tani.
Seluruh kelompok tani bergabung dalam 14
gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan
membentuk Aosiasi Petani Bituna
mencakup 18 desa di satu kawasan
penghasil kacang tanah ini. Melalui
asosiasi in i, petani tak hanya melepaskan
jerat tengkulak tapi juga mendapatkan
harga lebih layak. Dari semula Rp 3.000,
kini petani mendapat harga Rp 10.000 per
kilogram. Harga lebih mahal ini diiringi
dengan semakin banyaknya hasil produksi
mereka, dari sekitar 30 karung per hektar
jadi 100 karung.
Nusa Tenggara Timur 2
19
20
VECO Indonesia terus berkomitmen menjadi
organisasi belajar (learning organization) .
Untuk itu, berbagai inisiatif terus
dilahirkan agar tujuan tersebut bisa
terwujud. Setelah mulai menggunakan
media online sejak 2009, pada tahun 2010
pun VECO Indonesia tetap aktif
menggunakan media ini, baik website,
intranet, maupun jejaring sosial, sebagai
alat bertukar informasi sesama staf maupun
pihak lain. Media online menjadi pelengkap
media cetak yang diproduksi VECO
Indonesia selama ini, seperti Laporan
Tahunan, Kalawarta LONTAR, dan buku-buku
lain.
Tahun 2010 juga menjadi perpisahan
majalah pertanian SALAM dengan VECO
Indonesia. SALAM merupakan majalah tiga
bulanan yang diterbitkan VECO Indonesia
bekerjasama dengan Yayasan ILEIA Belanda
sejak 1997. Mulai awal 2010, SALAM
diterbitkan oleh LSM lain, yaitu Aliansi
Organis Indonesia (AOI) Bogor dengan
nama baru PETANI yang terbit tiap empat
bulan sekali juga.
Pada tahun ini, VECO Indonesia dan
mitranya juga menerbitkan buku sebagai
media belajar. Misalnya buku Komunikasi
untuk Inovasi Pedesaan (Kanisius, VECO
Indonesia, dan KRKP), Mengubah Cagar
Alam Watuata (VECO Indonesia, Lapmas
Ngada, dan Sloka Institute), Outcame
Mapping, Jejak Perubahan Menuju
Keberhasilan (VECO Indonesia dan
Australian Indonesia Partnership), tiga
buku hasil riset KRKP Kapasitas Tunda Jual
Petani Padi, Inovasi Pemerintah Daerah
dalam Pembiayaan Pertanian, Kebijakan
Harga Beras di Indonesia, serta buku
lainnya.
Di sisi lain, VECO Indonesia juga tetap
melaksanakan beberapa kegiatan baru
untuk bertukar informasi terkait tujuannya.
Misalnya, melalui VECO Breakfast Club,
forum di mana petani bisa berdiskusi
dengan konsumen tentang pangan sehat.
Selama tahun 2010, VECO Breakfast Club
diadakan tiga kali dengan peserta sebagian
besar adalah kaum muda. Inisiatif ini juga
bagian dari program pangan sehat Healthy
Food Healthy Living (HFHL). Kegiatan
belajar lain pada tahun 2010 adalah
lokakarya pengembangan rantai nilai
bersama Horticultural Partnership Support
Program (HPSP), VECO Indonesia, dan
Cordaid. Staf VECO Indonesia juga
mengikuti lokakarya internal, regional,
nasional, dan internasional agar terus bisa
belajar.
Organisasi Belajar
2121
22
Untuk melaksanakan program pada tahun
2010, VECO Indonesia mendapatkan
dukungan dana dari lima lembaga donor,
yaitu DGOS, NOVIB, ILEIA, Misereor, dan
Cordaid. Sumber dana terbesar, 56 persen,
diperoleh dari Pemerintah Belgia melalui
DGOS. Adapun sumber lain dari NOVIB
sebesar 15 persen, Misereor 12 persen,
Cordaid 15 persen, dan ILEIA 3 persen.
Total anggaran pada tahun 2010 sebesar €
1,215,594 atau Rp 14.658.488.994.
Anggaran tersebut digunakan antara lain
untuk biaya program mitra maupun
operasional program VECO Indonesia.
Adapun prosentasenya adalah 57 persen,
atau Rp 8.391.349.802, untuk mitra lokal
dan 43 persen, Rp 6.267.139.192, dikelola
VECO Indonesia.
Keuangan
57%Mitra Lokal
56%DGOS
43%Veco Indonesia
15%Cordaid
2%ILEIA
15%NOVIB
12%Misereor
Sumber Anggaran VECO Indonesia 2010
Penggunaan Anggaran VECO Indonesia 2010
22
23
DGOS 8,306,981,329 676,671 56%
NOVIB 2,183,159,990 185,439 15%
ILEIA 397,521,644 31,053 2%
MISEREOR 1,638,348,597 141,619 12%
CORDAID 2,132,477,434 180,812 15%
TOTAL 14,658,488,994 1,215,594 100%
ProsentaseSumber Anggaran 2010
Rupiah EuroDonor
Mitra Lokal 8,391,349,802 695,875 57%
VECO Indonesia 6,267,139,192 519,719 43%
TOTAL 14,658,488,994 1,215,594 100%
ProsentaseAlokasi Anggaran
Rupiah EuroAnggaran
Sumber Anggaran VECO Indonesia Tahun 2010
Alokasi Anggaran VECO Indonesia Tahun 2010
23
24
VECO Indonesia
Jl. Kerta Dalem No. 7, Sidakarya
Denpasar, Bali 80224, Indonesia
Telp. +62 361 7808264, 727378
Fax. +62 361 723217
Email. admin@veco-indonesia.net
Website: www.vecoindonesia.org