Post on 23-Nov-2020
LAPORAN PENELITIAN
PENGENDALIAN SIKLUS ESTRUS
DENGAN PROSTAGLANDIN F2 ALPHA
PROVEK
PADA SAPI-SAPI DARA P.O.
PPPT-UGM. TH.197B/ 1979 /
No.1 32
OIA.JUKAN OLEH
u/s . SOEBAGYO, PARTIMAN DAN HARSOYO :---SEKSI REPRODUKSI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
KEPAOA
LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
c. . ,.
··,
DAFTAB. ISI
PRAKATA .
DJ.l'TAR. I SI •
INTISARI •
PENGANTAR
CARA PENELITI_~ • . . HASIL PENELITI AN DAN PEHBAHASAN •
KESIMPULAN • •
DAFTAR PUSTMCA •
.,
. ~ •
•
. . • •
f
.. '
6
9
13
14
I
·.
PRA!.CATA
Dalam usaha untuk meningkatkan pr~duksi ternak gJ.. ... .
na memenuhi kebutuhan protein h ewani , salah s atu C <;>----· __._ ._.
U":"l:tuk mel aksanakannya adalah dengan me:':).j.ngkatkan j"Jml~:\
lr~lalli.ra11 o Berbaga:L cara yang dapa.f:; dipe::'{! "~D.Jr2.'!1 ~lr-tuJ :
t ian ini jalan yang ditempuh adalah d engan mempercepat
t erjadinya s:iklus estrus (birahi) sapi-sapi dara yang
b elum pernah birahi (kurang lebih umur 1-t tahun) dengan
menggunakan prostaglandin F2 alpha , sehingga denez.!l de.·
mikiail perkaw·inan dapat dilalrukan lebih awal .. Dengan
prostaglandin' F2 alpha dapat pula diketahui pengaruhnya
t e rhadap conception rate (angka konsepsi)
tersebut. Sebagai sasaran terakhir dalam penelitian ini
adalah memberikan pengertian k epada rakya.t (petani- pe
t eJ.'Ilak) bahwa sapi-sapinya yang berumur 1 t tahun sudah
dapat dikawinkan .. Sapi-sapi dara Pera.naan Ongole (P .0.)
yang merupakan ternak potong atau ternak tipe daglng di
pergunrucan sebagai hewan percobaan dalam p enelitian ini .
Pada penelitian ini terdapat perubahan namun tidak me
nyanglro.t jala.11 atau proses percobaan yang dilaku.ka."l dan
tidak menggang._.q:u. sasaran utamanya yai tu bahl'ra pengamat
an siklus estrus sapi-sapi induk t idak terlaksana ber
hubung pemilik-pemilik sapi-sapi dara P .0. untuk per c':'
baan pada umumnya tidak memiliki sapi- sapi induknya , se-
hingga analisa dengan menggunakan t tes ~ -l:;idal'.: d~p:.:rlu··
ltan l agi.
/
.•
Pada k esempatan ini peneliti i ngi n men yampaikan rc
sa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada drh. MoP .
Eddy Mo eljono, MSA., Ph.D. yang dengan suka rela i elah
memberik8...n pr ostaglandin dan juga k epada Kepala :bina:.:l . ·
~eternakan Kabupaten Kulon Progo yang telah mamhantu d.a
lam menyed.iaka.n hewan:-·hewan percobaano Demikian pula !~:G
7ada semua pihak yang belum tersebut t e tapi telah :meml:·~:3
rikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terlaksa
na peneliti mengucapkan banyak t erima ka sih.
,
Yogyakarta, · :rvraret 1 979 .
Penel iti
INTI SARI
Dari 20 ek~r sapi dara P.O. yang t elah mendapat
su..n.tikan intramuskuler 30 mg pr ostaglandin F2 al pha.
yang pertama , 7 ekor telah menunjukkan ge j a l a estrus
(birahi) dengan jelas. Pada s api-sapi yang telah ment~
jukkan gej a la est rus ini kemud i a:n dj.laku.kan Insemina:.:i
Buatan (I.B.) • . Penyuntikan ulangan dengan dosis pros
tagland in F2 alpha yang aama dila.lrukan lagi setelah 11
. hari dari suntikan prostaglandin F2 alpha yang pertama \
pada sapi-sapi yang tidak jelas menunjukkan gejala-ge-
jala estrus . Tiga hari kemudian ternyata dar-t s emua sa
pi yang disuntik menampakkan gejala-gejala estrus dan
pada s a pi-...sapi ini kemudian dUaku.kan Inseminasi Bu.at-
an (I.B.). /
Dna bulan sesudah suntikan prostaglandin F2 al
pha yang t e rakhir, dila,kukan diagnosa kebuntingan.Dari
20 ekor sapi dara yang estrus, hanya seeko r yang menja
di buntl\ng ( angka konsepsi 5%).
Dengan demikian disarnkan bahwa sapi-sapi dara
P.O. yang berumur 1f-2 ta.hun sudah dapat dikawinkan dan
mungkin menghasilkan kebuntingan asal makanan yang di
b erikan sapi-aapi mempunyai nilai gizi yang baik dan '
pemilik dapat mengamati sapinya yang sedang estrus.
1
PENGANTAR
Sapi potong merupakan hewan penghasil protein he ··~
wani di Indonesia, disamping sapi perall dan ayam. Popu
lasi sapi potong di Indonesia menurun sebanyak 1 .4% ~c·.
tiap t ahunnya ' (3). Mubyarto et al. ( 14) mensinyalir bs:~1
Wf1 kalau tidak segera diadakan perba ikan sistem pe t ez::: ·.1.· .•
an maka b eberapa propinsi di Indonesia pada tahun 1980
tersebut akan terpaksa menyembelih 11l4Uk-induk sapi dan
kerbau untuk mencukupi kebutuhan akan daging.
Salah satu dari empat peranan peternaka.n da.lam RE
PELITA II adalah meningkatkan populaei ternak dan da~am
kebijaksana.an pokok untuk menoapai tujuan ini antara la
in mengusahakan penyediaan ternak. Menurut Wiryosuharta
( 21 ) salah satu tujuan yang tidak tercapai d alam PELITA
II adalah dalam hal p eningkatan populasi ternak. Dalam '
perkembangan popu.lasi t e rnak selama empat tahun. terakhir
dalam PELITA I I menunjukkan adanya. ke cenderungan makin
menurun dan penyebabnya antara lain adalah rendahnya ting
kat kela.hiran serta ba.nyaknya sapi-sapi yang dipotong \
( 2) . Uleh "sebab itu, usaha un.tuk meningkatkan kela.hiran
t ernak ma:u tidak mau harus dllak.ukan.
Bermaoam-macam percobaan telah dila.kuka.n gu.na me
ngembangkan cara-cara yang praktis dalam mengendalikan
s iklus estrus pada sapi. Estrus pertama terjadi bila pu
bertas telah dicapai. Ovarium sapi yang hampir mencapai
kedewasaannya me.ngandung folikel-folikel yang sedang tum
buh, t etapi folikel-folikel ini akan mengalami atresia,
~) t ..
l'ogrcsi dan akhirnya lenyap dan hanya folike1-foli:wl
ya::1g ·tertinggaJ.. saja yang tumbuh yang kemudiu:n. akan me.;.
·~·· ... ~ ....... J ... ,d...,.'p .. .'.·" .. a" a· ,.~,:n:,.:t.r 1, 0 "'amT'Ia4 1.., +"" 1~11'1 ··(l~. c· 1 ... '. · '"'11 - -f.l .\.. - V - .~ _ I·J • .l:" .L t;,. '-rC io:.J. •.. :. ' l .... t~•-· .. - ...... .1.-"l'-
sapi betina (dara) yang mencapai :puber~:: ns 1ebih m-:.:tda da:1.
beberapa d:ianta:r.anya lebih tua ( 6). Serinr;kn1i fol:i.kel
dapat beroVl..l.J.asi tanpa disertai tnnda·-tand.a estr us d2.~·
ri l u ar, ha.l ini mu.ngkin karena ln:dar estroeen c~cln.m
darah tid.ak cukup besar u:n:hu.k dape;·:;; melJ.yebabkan peru--
bahan tingkah l ab::. seksu.a l r:':~.p:i. yang ",;elah !:1cn.ca)?ai do
\'las a kelamin (pubertas) •
Pubertas sangat dipengaruhi oleh bang-sa s.:J.p54 dar;. J;;.
kadar nutrisi yang diberikan pada anak·-anak sa:p:LKac,.a~r.· , nutr.isi yang rendah aka":1 monu.:nda tj.ml:m.~.nya ptlbert;as ..
Reid dan Sorensen serta. :penyeli.dilr.··-penyel:: .. d j_k lain yang
disitasi oleh 11.1cDonald ( 12) member:i:t;aka:n bah't·ra permula··
cw.1. tj.mbulnya estrus (birahi) €.n:-a-t~ hrJ.btmgannya dengru1.
kelamin lebih awal •. Persiln.p.gan (cress b:r0eding) an tar
bangsa sa:pi sering meraperpendelt UL1Ju r saa·t; 11uber·~~a0 ( 20)
Beberapa ca:~atan menunjukkan barnra ada ~apt-sapi cl.arn
yang beranak pada umur ·1 tahun,. Deng~.j,1. d. E:':rn. j J.~:ian kira ....
kira berumu: ... 3 sampai 4 bu.lan sapj_ .... sa,pi ·~: err.:JelJu:li tela.h
11/le...,u""'''~-: '!VI'cn..-.':"l<:'.>"~ d ( 12) · ; :J·.~.,~·)11. ":~""-.. :·· ~t ''?1.1'1) ··~':"'-~~..-:"Z ;:nrv<:>r~i.-. -** .... \.4 .. - .. • .,. ,J.J. •• ' ·•·"- • / ' c..1 ~ - ._.!..I- - - - - '-" ,_ ""'
,.., J
as i ant ara 5 sampa i 20 bulan dengan r at a-rata 9 sampai
11 bulan sedang kan menurut Lasky yang disita i ol eh
Hafez (7) dimulai nya pubertas antar a 4 sempai 14 bula~.
Pndn. sapi pnnj ang siklus estrus bias~1ya 20 SL'llll.pc•.i
21 hari sapi dara s er ing mempunyni s i klus
penclek dar i pada sapi induk . Selama siklus
luteal (periods berfungsinya corpus
g lebj.ll
rlcmgsung
sampai kira-kira hari ke 16 ketika corpus luteum mula i
r egr es i (menyusut).
Pada beber apa mammalia , dikenal bahwa selain hypophys i s
uterus juga memainkan peranan panting dalam mengkontrol
fungs i corpus luteum. Thibault dan Levasseur (1 8 ) menya
takan bahwa r egres i corpus luteum disebabkan ol eh suatu
f aktor luteolitik dal am uterus yang t ampaknya ~dalah
pr~staglandin F2 alpha pada domba , sapi dan babi.
Sebagai faktor luteolitik, prostagl andin mungkin melin
t nsi di nding vena ut erus dan arteri ~varium ketikn pem
bul uh- pembuluh darah ini berjal an ber dampingan. Anderson
( 1 ) mcnun jukkc.m bahwa histarektomi ~pengrunbilan u t erus )
memperpanj ang fUngs i corpus luteum sehingga mengrucibnt
k:..m periode 8.Ilestrus diperpanjang. Yrunauchi dan Sasaki
(sitasi Hufs ot al ., 9) membukt fro.n bahwa 3H- prostagl an
din F2 a lpha dapat dipindahkan l angsung dari vena uterus
ke arteri ovarium dan t ernyata padn. sapi dan dcmba hu··
bungan anatomis diant ara vena uterus dan arteri ova r ium
diper antarakan socar a s ot empat (1 3).
Pharris dan Wyngarden yang disit asi oleh Hafs ·et ru_
( 9) untul{ pertama kalinya memperl i hatkan bahwn prosta-
(]..
I
glA.ndin F2 alpha. ruenyeb?..bkan luteol:L8is (koh8.ncura n. cor
pus luteum) pndn tikus-tilrus. Rowson, Tervi t dan Brand
( 15) sorta Inskeep ( 1 0) telr.ili. menunjukkan ba hvlr?. p:r~st <'L· ...
glrmdin F2 alpha merupnltan f aktor lutGolitik pr.~.d .~ S r..'.}:·: ..
\rfn&.rn.Gr et al. ( 22) berpendapat bahvra prostaglnndin 2~·
t1.~.phc:L dn.n estrogen m,embontuk sua tu siklus ynng sn.lin;
m~munjang s e.til S f';I!lA. lain, sebab pemberian dari s al a:t
satu zat tursobut akan mcrangsang kenaikan lainnya.
HafE~ et al. ( 9) memberi:taJran bahwa suntikan 30 mg pros-·
taglandin ],2 alpha pada sapi-sap1 dtara seh:una di0strus
monyebabkan terjadinya estrus yang dimula:t 72 jam sesu.
dah pemberian, s edang suntikan prostaglandin F2 alpha
pada hari ke 3 siklus estrus tidak mempunyai pengaruh
luteolitik. Lauderdale (11) serta Rowson, Tervit dan
Brand (15) telah mengamati bahwa prostaglandin F2 alpha
tidak akan menimbulkan luteolisis bila diberikan atau
disuntikkan pad a 4 hari pertama siklus estrus. Diberi ta
kan pula bahwa pemborian 33.5 mg prostaglandin F2 nlpha
intra muskuelr pada hri ke 1 2 dari saat timbulnya estrus
36 dari 37 sapi-sapi percobaan menunjukkan estrus (17)
sedangkan Donnldson (5) menjumpai bahwa suntikan 8 mg
prostaglandin F2 alpha pada sapi-sapi dara dengan berat
dibawah 300 kg dan 1 0 mg prostaglandin F2 alpha pada sa I
pi-s~pi dara dengnn berat dia tas atau lebih dari 300
kg dapat mensinkronisasikan estrus secara e.fektif dan ·
estrus terjadi pada hari ke 3 sesudah suntikan.
Dcngan menggun[-tk~:.n 500 mg estruma te ( suatu prostaglan -·
din F2 a lphr. sintetik) b.1.ru-baru ini diberikan bahwa
E~1::1trus dapat ditimbulkan dalam i'l"ak:t"l.J. 43 :-·c::.:nl~a::.. ';'2 j,:,;.n
ses:Jdah suntikan pr:da sapi-sepi clara bun~.;j_,.,_,:, 1;.5 ~:"'..':"1"0'-. ::..
60 bari (Thain, 16).
-·
gla""r -j-., li'2 !)lph"' a1-"'n d""pa·'- me"14-, 1---11r .... -... ,.. ... n~···~, .... {'· .... ·! ........ , •• ;\ ''"'"t. -.~• ..... <.M n .. J.~\r.L t.:" lJ ·- · ·~•-'-.. ~---.:..'\.'"""&. " ~ ·:.;' '"'"':..." ·~..~ , ... ... J.c.-.~ : . . ·:
sapi- sapi dara P oO . I
Dua puluh ekor sap i dara pera.nP.~J. Ont:;'Jle berumu.r
kurang lebih 1 t sampai 2 tahu.n d:i.Stlnti1;: dc~:;ga,1 pros~ja
gland in F2 alpha seba.1.1ya'k 30 ng in:tra m,,r:11m2e::c .. D1~. Er-.Jl
pai tujuh ~1.ri sesudah suntilcan sap:L-sn.p:L -~~~ ... .,., ... ~,· • ... : ~ ~:. ·· '"
mati gejal_a estrus (birahi)nyn.~ Bi.le.. cl~.e~.~.t'lrr .. n:¥::. n~ln.
yang menunjukkan gejala estrus yo.ng j elas J.~;:~r;FJ-:J..,n; cl.i: . .:1
\...
seminasi. Sapi yang tid.ak menam.pakka:;l gcj ala cH-1'.';-;t'J.S d:L
sudah suntikan kedua sapi-sapi tersoh:.rb kr-?..rt1l.'.ci. ::l.a:o::. cJ.:::..:.:: • .:w
minasi. Dua bulan kemudian dilakukan po:w.m.:-:.".!::c.?,ru1 kc'b,)-1.1.-~
si (conception rate)nya .
CARA PENELITIAN
::-. . Bahan _don a~_at-alat
1 • Prostagland in F2 alpha dalam bentuk l nrut a.n dc-
ngan merck dagang Prostin F2 alphn, disediakan o~
l eh drh .N. P*Eddy Moeljono, MSA. , Ph.D. buatan
Up john Company, Am erika Serikat;
2. Kapas dan alkohol~
3. Sebua h thermos;
4. Ala t - a lat suntik 20 , 10 dan 5 cc bes~rta j~rumnya
5. Sta t escope dan arteri klem ;
6. Semen beku dan sapi;
a . Sc~en beku besert a a l nt- a l at inseminas i di
sediakan oleh Dinas Petcrnakan Dati II Ku
lon Progo;
b . Duo.puluh ekor s api da t-a P er a.nakan Ongole
,,
(P .0 . ) berumur 1 t - 2 t ahun (berdasar peme
r iksnan gigi) dengan bera t diantara 160 -
180 kg yang berasal dari desa Glagah dan
Kaliwu.ngu .
b. Jalan penE;_l.i t ie..n
1 • Cara penyuntikan
Penyuntika.n prostagl andin F2 sebonyak ;J mg
alpha dilakukan secara intramuskuler diwilayah
pnngkal paha kiri a t au kanon yang t erlebih
dohulu dibersihkan dengan kapas yo.ng diberi
alkohol .
Bila ada sapi- sapi yang t i.dak menunjukkan
menunjukkan estrus, suntikan diulangi lagi
sesudah 11 hari kemudian; -
2. Cara pengamatan estrus (birahi) :
' Dun sampai tujuh hari sesudah suntikaJ est rd;.
diamati 3 kali sehar i (pagi, siang~ sore-malan .'.
Gejal n- gejala estrus ynng diamati i alah
a. perubahan t ingkah laku (menguak , saling
menaiki temannya ) ;
b. keluarnya lendir dari vagina;
c. vulva menjadi merah, bengkak dan hangat ;
d. lordosis (punggung melengkung kebawah
bila sedikit ditekan) disertai ekor di
angkat.
3. Cara inseminasi :
Inseminasi dilakukan secara buatan dengan meng
gunakan semen beku oleh seorang inseminator.
4. Saat inseminasi :
Inseminasi dilakukan sesudah sapi- sa:pi menun-.
jukkan' gejala estrus yang jelas:
a. ada lendir yang keluar da ri vagina
b. uterus menjadi tegang (dengan palpasi
r ektal, dan dengan rabaan l ewat rectum
kadang-kadang lendir y~g berada dalnm
vagina dapat keluar);
c. cervix cukup )nembu.ka sehingga alat in
seminasi dapat masuk cervix dan semen
dapat diletakkan dalam lumen ut erus de
kat cervix (:posisi
8
Da 1c1ID penelit io.n ini penelit i mendapatkan kc~suknrc:-~xl
y··d tu ba.h';·Ta p:'ldr:.. umUl1'.!l1Ya induk-induk sapi··Sn.p i d.n.r ·:~
untul;: percob .-::1.an tj_dak dipunyai oleh para pemilik
pi~·snpi d~~.rn t er sebut s ehingga. pengnmatn.n estrus ·tln
tu.k. snpi-snpj_ incb .. ~.k tida .. i:l.: darmt t erletkso.na • .DEmg:l.n
(lom j ·:r·i ~.,.. t'n '"• l· ·l ?.!•) · d r.:.:rl ·:''"'11 rn c"•n.c-··.-, .... ,... l""'~ll <::!i·u•l' '"'11~- ' ;:;o i· ... l .. · •Y'· lo• -' ··~ ..w (.~J.,I,.,i. t, ~ I I, .J. • ._,~·l. \;,.. ~:>(_.(, \:,.: • t:."'\. ) l.~..&..J.C.. • ., •. ..._(,;,.,._, l...r I l , ,.. " V o:;'l J I ,. 1,.1 t,
untuk membandingkan antarn :p<'.njang siklus estrus in
duk dt-Ul anaknya tid.ak dapat dilo.kukan .
5.Pemeriks aan kebuntingan
Pemeriksa an k ebuntingan d i l ruDikan setel ah 2 bu-
1&~ k emudian, dengan eksplor asi r ektal.
c. Car a af1P:1-Js9:
Cnra yang dipergunaknn un tuk menganalisa keber
hasila n suntu Inseminnsi Buatan (I.B.) pada peneliti
an ini dengan mengguna.kan "Conce ption r o.te" (angka
konse·psi).
Co.r a ini mBrupo.k o.n s a lah satu uJcure.n yang terbaik t nr
h adap hc.sil inseminas i . Yang dimaksud dengan "Concep-
tion raton ( angka konsepsi) a d a lah prosentase h ewan -
h ewan b e t j.na yang bunting pada inseminasi pertama, yn..."'lg
diperj_ksc-~ secar£~. rel~:tnl . Adnnya kebuntingan didasarkan
pada po.lpnsi rektnl 40 s~unpn:i 60 hnri sesudah insemi-
11 Conception rate 11 ( %) . iumlah be t:il!-a y ;)_:ng bunting = .Pt1rt~::!. J~1J:12--·-··- x1 oo:~
juml a h seluruh b et inu yang d iinseminns i
,
HASIL PENELITIAN D.AJ-T P]lii-IB.AHAS.Al\T
Pnda peny~~ikan pertama 30 mg prostaglandin F2
r:.lpha intramuslruler pada sapi-sapi darn P. 0. (Gam bar 1 )
menm•.;jukkan b'ahwa d.ari 20 ekor sapi dara yang disun'bik ~
s omu·-.nyn mom;'1jukkan gejala-gejala estrlls (birahi) seBu
dah 3 hari kemudian.
Tujuh ekor sapi dara dengan nomer (201), 204), (206 ),
( 209), ( 210), ( 21 6) dan ( 217) yang dengan r•j elas menun
jukknn tandn-tanda estrus kemudian dilakukan Inseminasi
Buatan (I.B.). Tiga belas ekor sapi lainnya yang tidruc
jolas menunjukkan estrus yaitu sapi-sapi nomer (202),
(203), 205), (207), 20[), 211), 212), (213), (214),(215)
(218), (21 9) dan (220) disuntik untuk kedua kalinya se
sudah 11 ha.ri dari suntikan prostaglandin F2 alpha yang
pertama dengnn dosis yang sama. Hasil suntikan kedua ini
monunjukkru'l semua sapi yang disuntik ternyata memberikA.n
tanda-tanda estrus (birahi) yang jelas. Pada sapi-sapi
ynng telah menunjukkan gejala estrus, a±lakukan Insemi
nasi Buata:n. (I .B.).
Sn:!iu dari tujuh ekor sapi yang di I .B. kGIDbali menunjuk
ko.n estrus dan kemudian diinseminasi l agi untuk kodua
kalinya. Dua dari tiga belas ekor sapi yang mendapat
suntikan kedua kembali estrus dan kemudian di I.E. lagi
untuk k edua kalinya.
Tanda-tanda a tau gejala-gejala yang tampak dari lu
ar dapat berupa perubahan-perubahan tingkah la.ku yang
dapat di tunjukkan dengan menguak-nguak dan menaiki a tau
I ·to
dinaiki tom..:n;nya ~ keluarnya lendir ( l el eran) dari d nl:)J.n
·:agina, vulv8 mcr ah! bengkak de.n hnngat .
Pada P=~eriksaau kebuntingan yang d i lakukan 2 bulan
sesud11h ~untikan pros t aglandin F2 alpha yang terakhi~~
"G 0rnyata da ri 20 elm:- sapi-sapi dar a P.O. hanyu · so:to. ·
y ;.·1ng de:n.gan j olns menj adi bunting ( sap i nomer 213). Do ..
ngan demiki.~ angka konsepsinya hanya 5%. /
Dengan timbuln.:ra tanda atau ge j al a estrus yang di
tunjukkan oi.eh sap.i - s api dara P .0. akibat suntikan 30
mg prostaglcniin F2 a lpha berarti bahwa sapi-sapi dar a ·.
P.O. t erseb~t telah d ewasa penuh. Jika s api- sapi dar a
P.O. t ersebvt belum mencapai dewas a kelamin, ovulasi
dnn pembentuksn corpus luteum tidak akan t erjadi. Tandn
t anda bahwa hewan· t elah mencapai de'\trasa kelamin ditun -
jukkan denga:n. terj ad inya estrus a tau ovulasi yang perta
rna kalinya •: thibault dan Levasseur , · 18). Sesudah ovulas i
t erj adi lah ;~mbentukan corpus luteum. Dengan demikian ,
prostagland-~ F2 al~ha dapat melakukan fungsinya yai tu
sebagai sua-:;l agen luteolisis (agen yang merusak/mol i -:S
s i s corpus l uteum) dan juga sebagai suatu agen
merangsang sstrus (birahi).
yang
Berhas:.l....--:~.ya suatu kebuntingan pada Inseminasi Bu-
atan yang pertama kalinya melibatkan beberapa f ru{tor ya
itu pemilik =" 3api, semen beku, inseminator dan dokt er •
hewan yang :oemeriksa kebuntingan.
Fructor ~~ilik ~eliputi pengelolaan sapi yang dimi
l ikinya. Pata umumnya para pemilik sapi atau para peta
ni pet ernak ll'3meliha-c·a sapi-sapinya d i kandang dan makan ....
;
f2
Buatan di Lembang cukup baik.
Ket e rlibatan seorang dokter hewan da:iam mendiag·- ,
~osa kebuntingan memang tidak dapat dikesamp~lgkan,n~
mun sebagei seora.ng ahli dalam bidang diagnosa kebun-·
tingan k emungkinan gagal sedikit seknli .
,.
KESIMPUL.AN
.i?i! IJ
Dari peneli tian ini dapat disimpulkan bahwa sun·--· ·.
t.Ucan 30 mg prostaglandin F2 alpha pada sapi-sapi dara
:P~O .. umur 1t - 2 tahun dap&t menimbulkan gejala atau
f;and a. e.stru.s (birahi). Dengan c1emikian, pada s.api-sapi
tersebut sudah dapat dikawinkan dan mungkin dapat meng
hasilkan kebuntingan.
~aktor pengelolaan yang mempengaruhi kondisi tu-
buh h~wan dan yang dengan mudah terlihat dari luar me
rupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan suatu
kebuntingan meskipun faktor-faktor lain seperti hewan
nya sendir~, semen beku, inseminator dan dokter hewan
yang memeriksa kebunt~gan juga mempengaruhinya •
. (
•'
I 14
DAE'T.AR ?UJT t~EA
1 .' Anderson , L.L. Pi tui t ~1r;y·--o1.rr\ria,n-utm:.'o :r.elationsl:.d.J)r:J in ovn:!.~i~;n regulF.ttory m. ochr.:l.nis;n. J .Reprod . F8:rtil . Sur.}'>. I, 21, 1966 .
2 • .!\.noni.!nus. J?olwk- pokok kebija.ks a.-·'lar-~n oprn•e.s ion il pombrl..."'lgunan p ot8rnakDll Peli t:::. III . Dj_roktorat Jend:c~~J. :P~3tern~.kan. J 8.karta·, 1 978.
3o Atmadil aga , D. Pros pek p e:::-kembnngan petornakan di Indonesia ditinjau dari beb erapa segi sosi~l ekonomis . Fakultas Ekonomi, Universita s Gadjah Mada , Yogyakarta. 1974 .
4. Cole, H. H. and Cupps, P. Reproduction in Domestic -~L~als, p.223 . Academic Pres s . New York, 1959.
5. Donaldson, L.E. Synchronisation nf estrus in beef cattle a rtificial "breeding programs using prostaglandi n F2 alpha. Austr . Vet. Journal. 53 ' 1 977 .
6 . Foote, vl.D. Ca ttlo. In 11H.eproduction .in Farm AnimalS 11
p.257, Edited by E .S.~. Hafez . Lea & Febiger . Philade lphia, 1974. ·
~ . Haf ez, E.S.E. Reproduction in Farm Animals, second editionv p . 81 . Lea & Febi.ger. Philadelphia
·1 969.
8. Hafez, E.S.:m. and Jainudcen, Ivi.R. Gestation, prenatal phys iology and parturition. In 11 Reproduc-· tion i n Fann Animal~?! 11 p . 1 66 . Edi t erl by E. S. E. Haf'Gz ~ V9a & J?ebigor. :Philadelphia ~ 1 97 4 .
9. Hafs, H.D., Louis, T.l\'1., ~1odan, P.A. anc1 Ox<::nder, W.D. Control of the oestrous cycle vrith prostagl andin F2 alpha in cattle and horses . J • .J.\.n j.m.Sci., 38~ Supp . I ., 10y 1974 • ...
10. Inskeep, E.K. Potential use s of prostaglandin in .control of reprodu ction cycle s of domes tic animals . J . Anim.Sci 36, , 1149, 1913.
11 . Lauderdale, J. V.i. Effec-t;s of prostaglandin ~~2 a lpha on pregnancy and estrnus cycle of cattle. J • .Ar.l.im., 35, 246, 1972.. .
12 . NcDona ld, ThE. Vet erinary Endocrinology and Reproduction. Lea & Febige r . Philadelphia, 1969 .