Post on 10-Jul-2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut PPNI (2006), pelayanan keperawatan adalah salah satu faktor terpenting dalam
pemberian pelayanan kesehatan klien di rumah sakit, oleh karena itu profesi keperawatan
harus sejalan dengan kualitas asuhan yang diberikan. Pengembangan ilmu dan teknologi
memungkinkan perawat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam rangka
menerapkan asuhan bagi klien dengan kebutuhan yang kompleks. Pelayanan keperawatan di
rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang
merupakan salah satu tolak ukur bagi keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit.
Pelaksanaan pelayanan keperawatan suatu rumah sakit tak akan berjalan dengan baik apabila
manajemen proses keperawatan yang dilaksanakan tidak terstruktur dengan baik pula
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2007) Manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan
untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber- sumber yang
ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
.
Komponen utama dalam manajemen keparawatan adalah fokus pada sumber daya
manusia dan materi secara efektif dan tujuannya untuk meningkatkan serta mempertahankan
kualitas pelayanan keperawatan, untuk kepuasan pasien melalui peningkatan produktifitas
dan kualitas kerja perawat. Pengkajian yang dilakukan menggunakan metode 5M + 1E yaitu
man, media, methode, machnie, material dan environment.
Rumah sakit umum Siloam (RSUS) merupakan salah satu rumah sakit umum swasta
yang berada di kota Tangerang. RSUS mempunyai visi yakni international quality, scale,
reach, godly compassion dan misi yakni the trusted destination of choice for holistic, word
class healthcare, health education, dan research. Nilai-nilai yang dianut di RSUS yaitu love,
1
caring, integrity, honesty, emphaty, compassion, dan profesionalism. Mahasiswa-mahasiswi
program profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Pelita Harapan, melaksanakan
praktik manajemen keperawatan di RSUS ruang surgikal yang adalah ruang rawat inap
dewasa untuk pasien pre operasi dan post operasi serta untuk one day care. Di ruang surgikal
terdapat 56 kapasitas tempat tidur yang terbagi dalam hole B, C untuk one day care, dan
hole F sampai G untuk surgikal.
1.2 TUJUAN PENULISAN
a. Menerapkan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan dan pelayanan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan
pada klien di tingkat unit atau ruang rawat di suatu tatanan pelayanan kesehatan.
b. Berpikir kritis di dalam menganalisa situasi dan masalah di dalam praktek
keperawatan.
c. Berperan sebagai agen pembaharuan dan model peran dalam kepemimpinan dan
pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar.
d. Mengidentifkasi tantangan permasalahan yang akan dihadapi oleh kepala ruangan
dan mendiskusikan hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
1.3 MANFAAT PENULISAN
a. Rumah sakit umum Siloam adalah sebagai bahan informasi tambahan dan masukan
dalam rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam pelayanan
rumah sakit dan kualitas manajemen di setiap ruangan.
b. Ruangan surgikal adalah sebagai masukan dan informasi kepada perawat ruangan
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan terutama dalam efektifitas pengisian pengkajian keperawatan.
c. Mahasiswa Keperawatan adalah sebagai pembelajaran ini bagi mahasiswa praktik
untuk meningkatkan pengetahuan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara
komprehensif kepada pasien.
d. Masyarakat adalah untuk meningkatkan kepuasan dalam pemberian pelayanan
2
asuhan keperawatan di unit rawat inap.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOAL
Menurut The Joint Commision’s Patient Safety 2013 tujuannya adalah untuk
meningkatkan perkembangan spesifik keselamatan pasien. Tujuan tersebut
menitikberatkan pada isu-isu didalam pelayanan kesehatan serta menjabarkan solusi
berbasis buku/ahli sebagai upaya untuk mengatasinya. Menerapkan suatu sistem
pelayanan kesehatan yang berbobot merupakan hal-hal potensial yang penting guna
menyediakan suatu wujud pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi.
Berikut adalah penjabaran International Pasient Safety Goals:
1. Identifikasi pasien secara tepat
a. Menggunakan mininal dua identifikasi pasien yaitu nama, tanggal lahir dan
nomor rekam medis pasien
b. Identifikasi dilakukan saat pemberian obat (6 benar pemberian obat), darah atau
produk darah
c. Identifikasi dilakukan saat melakukan pengambilan darah, spesimen lain dan
prosedur medis
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
a. Perintah lengkap,lisan dan via telepon,atau hasil tes dicatat si penerima
b. Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dibaca ulang si penerima
c. Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau
hasil tes
d. Penerima perintah menandatangani catatan perintah dan memberi tanda read
back dengan tinta atau tanda merah
e. Verifikasi oleh pemberi perintah dalam waktu 1 x 24 jam
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat-obatan high alert
a. Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali jika secara
klinis diperlukan seperti Nacl 3%, KCL, Bicnat, dan jika diperlukan harus
disiapkan oleh farmasi.
4
b. Obat dengan konsentrasi tinggi yang disimpan di unit perawatan pasien misalnya
insulin, harus diberi label merah dan disimpan sedemikian rupa hingga tidak
mudah diakses
4. Memastikan benar pasien, lokasi, dan prosedur pembedahan
a. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk mengidentifikasi
lokasi pembedahan dan melibatkan pasien dalam proses pemberian tanda (site
marking)
b. Read back sebelum operasi untuk memverifikasi apakah lokasinya, prosedur,
dan pasien sudah benar dan bahwa seluruh dokumen dan peralatan yang
dibutuhkan sudah ada, tepat, dan fungsional.
5. Mengurangi resiko infeksi karena pelayanan kesehatan
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air atau bahan yang berbasis
alkohol saat:
1) Sebelum menyentuh pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah terpapar cairan pasien
4) Setelah menyentuh pasien
5) Setelah menyentuh lingkungan pasien
6. Mengurangi resiko cidera pasien akibat jatuh
a. Melakukan pengkajian resiko jatuh saat pasien baru masuk dan pengkajian ulang
setiap ada perubahan kondisi pasien
b. Pasang gelang resiko jatuh dan tanda resiko jatuh di meja atau dekat kepala
pasien
c. Pastikan posisi posisi tempat tidur paling rendah, pagar pengaman tempat tidur
terpasang, bel dekat dengan pasien, rem tempat tidur terkunci, lantai tidak basah
dan penerangan cukup.
d. Berikan edukasi pada keluarga
5
B. KEAMANAN PENGOBATAN
Obat merupakan salah satu bentuk intervensi klinis yang paling sering digunakan dalam
bidang perawatan kesehatan. Masalah keamanan pengobatan juga terkait salah satu IPSG
yaitu IPSG pertama.
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi
salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam
proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu
diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan
kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya,
pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk
kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan
harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian,
pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program
dokter (PPNI, 2010)
Terdapat istilah/prinsip enam benar dalam keamanan pemberian obat. Para tenaga
kesehatan harus menerapkan aturan ini demi menghindari kesalah pengobatan.
Enam benar terdiri dari:
1. Benar obat.
Selalu membaca dengan seksama label yang tertera pada obat. Memperhatikan nama
obat ketika memberikannya atau meminumnya.
a. Apakah benar obat adalah yang diresepkan dokter
b. Apakah obat merupakan obat generiknya
2. Benar dosis
Selalu memeriksa dosis obat yang akan diberikan
c. Berapa tablet atau dosis yang diperlukan dalam sehari
d. Berapa kali dalam sehari obat diberikan
e. Berapa lama pasien harus mengkonsumsi obat itu
6
3. Benar waktu
Diperhatikan kapan atau jam obat harus diberikan dan apakah obat diberikan sebelum
makan, saat makan, atau setelah makan.
4. Benar rute pemberian
Selalu memperhatikan bagaimana atau dengan apa obat diberikan apakah diminum,
diinjeksi baik IV, IM atau SC atau topikal
5. Benar pasien
Selalu memastikan bahwa obat yang diberikan untuk pasien yang benar dengan cara
identifikasi pasien (IPSG 1).
6. Benar dokumentasi
a. Mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat
b. Mencantumkan nama/ inisial dan paraf
c. Mencatat keluhan pasien
d. Mencatat penolakan pasien
e. Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat (pada pasien yang
memerlukan pembatasan cairan
f. Mencatat segera setelah memberikan obat
Selain prindip enam benar perlu dilakukan pula standar precaution yaitu:
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan obat
b. Menggunakan sarung tangan saat memberikan obat pada pasien dengan diagnosa
tertentu
c. Membuang jarum suntik bekas pada tempat khusus dalam keadaan terbuka
7
8
C. METODE ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang
benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut
adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan yang
diberikan. Penetapan dan keberhasilan model pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang model-model asuhan keperawatan
tersebut. Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan yaitu :
No. Metode Penugasan Definisi Kelebihan Kekurangan
1. Metode Fungsional Menurut Arwani & Supriyatno
(2005), metode fungsional ini
efisien, namun penugasan seperti ini
tidak dapat memberikan kepuasan
kepada pasien maupun perawat.
Keberhasilan asuhan keperawatan
secara menyeluruh tidak bisa dicapai
dengan metode ini karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada
pasien terpisah-pisah sesuai dengan
tugas yang dibebankan kepada
perawat. Di samping itu, asuhan
Perawat terampil untuk tugas
/pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan
kerja bagi perawat setelah
selesai tugas.
Kekurangan tenaga yang ahli
dapat diganti dengan tenaga
yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas yang
sederhana.
Memudahkan kepala ruangan
untuk mengawasi staf atau
Pelayanan keperawatan
terpilah-pilah sehingga
proses keperawatan sulit
dilakukan.
Apabila pekerjaan selesai
cenderung meninggalkan
klien dan melakukan tugas
non keperawatan.
Kepuasan kerja keseluruhan
sulit dicapai dan sulit
diidentifikasi kontribusinya
9
keperawatan yang diberikan tidak
profesional yang berdasarkan
masalah pasien. Perawat senior
cenderung akan sibuk dengan tugas-
tugas administrasi dan manajerial,
sementara asuhan keperawatan
kepada pasien dipercayakan kepada
perawat junior
peserta didik yang praktek
untuk keterampilan tertentu.
Lebih sedikit membutuhkan
perawat
Tugas-tugas mudah dijelaskan
dan diberikan
Para pekerja lebih mudah
menyesuaikan tugas
Tugas cepat selesai
terhadap pelayanan.
Perawat hanya melihat
asuhan keperawatan sebagai
keterampilan saja.
Tidak efektif
Membosankan
Komunikasi minimal
2. Metode Kasus Menurut Sitorus (2006), pada
metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang klien secara total
dalam satu periode dinas. Jumlah
klien yang dirawat oleh satu perawat
bergantung pada kemampuan
perawat tersebut dan kompleksnya
kebutuhan klien.
Setiap perawat ditugaskan
untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien pada saat
dinas sehingga memenuhi
kebutuhan pasien secara
komprehensif
Satu pasien satu perawat, dan
hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti:
isolasi, intensive care
Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk
setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya
3. Metode Alokasi
Klien/Keperawatan
Yaitu pengorganisasian
pelayanan/asuhan keperawatan
Fokus keperawatan sesuai Beban kerja tinggi terutama
jika jumlah klien banyak 10
Total untuk satu atau beberapa klien oleh
satu orang perawat pada saat
bertugas/jaga selama periode waktu
tertentu atau sampai klien pulang.
Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan
menerima semua laporan tentang
pelayanan keperawatan klien.
dengan kebutuhan klien.
Memberikan kesempatan untuk
melakukan keperawatan yang
komprehensif.
Memotivasi perawat untuk
selalu bersama kien selama
bertugas, non keperawatan
dapat dilakukan oleh yang
bukan perawat.
Mendukung penerapan proses
keperawatan.
Kepuasan tugas secara
keseluruhan dapat dicapai.
sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
Pendelegasian perawatan
klien hanya sebagian selama
perawat penanggung
jawab klien bertugas.
4 Metode Tim
Keperawatan/
Keperawatan
Kelompok
Metode tim merupakan pemberian
asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien
melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif. Namun pada metode ini,
asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan objektif
pasien sehingga pasien merasa
puas.
dapat meningkatkan kerjasama
dan koordinasi perawat dalam
melaksanakan tugas,
memungkinkan adanya transfer
Rapat tim memerlukan waktu
sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan komunikasi
dan koordinasi antar anggota
tim terganggu sehingga
11
kesinambungan asuhan keperawatan
belum optimal sehingga para pakar
mengembangkan metode
keperawatan primer (Douglas,1992
dalam Nursalam 2007).
of knowledge dan transfer of
experiences di antara perawat
dalam memberikan asuhan
keperawatan
meningkatkan pengetahuan
serta keterampilan dan motivasi
perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan
Konflik atau perbedaan
pendapat antar staf daapt
ditekan melalui rapat tim.
Memberi kepuasan anggota tim
dalam hubungan interpersonal
Memungkinkan menyatukan
kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda dengan aman dan
efektif.
Memberikan kepuasan pada
pasien & perawat
kelancaran tugas terhambat.
Perawat yang belum terampil
dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota
tim yang mampu atau ketua
tim.
Akontabilitas dalam tim
kabur.
Tidak efektif bila pengaturan
tidak baik
Membutuhkan banyak
kerjasama dan komunikasi
Membingungkan bila
komposisi tim sering dirubah
5 Metode
Keperawatan
Primer/Utama
Menurut Nursalam (2007), metode
penugasan di mana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh
Hanya ada satu perawat yang
bertanggung jawab dalam
perencanaan dan koordinasi
Hanya dapat dilakukan oleh
perawat profesional
Biaya relatif lebih tinggi 12
(Primary Nursing) selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
asuhan keperawatan
Jangkauan observasi setiap
perawat 4-6 klien
Perawat primer bertanggung
jawab selama 24 jam
Rencana pulang klien dapat
diberikan lebih awal
Rencana asuhan keperawatan
dan rencana medik dapat
berjalan parallel
Memungkinkan asuhan
keperawatan yang
komprehensif dengan
pertanggungjawaban yang jelas.
Memberikan kepuasan kerja
bagi perawat
Memberikan kepuasan bagi
klien dan keluarga yang
menerima asuhan keperawatan
Lebih mencerminkan otonomi
dibandingkan metode lain
karena lebih banyak
menggunakan perawat
profesional.
Perawat harus mampu
mengimbangi kemajuan
teknologi
kesehatan/kedokteran
Perawat anggota dapat
merasa kehilangan
kewenangan
Masalah komunikasi
6 Metode Modular Metode modular merupakan bentuk
variasi dari metode keperawatan
Memfasilitasi pelayanan
keperawatan yang
Beban kerja tinggi terutama
jika jumlah klien banyak 13
primer, dengan perawat profesional
dan perawat non-profesional bekerja
sama dalam memberikan asuhan
keperawatan, disamping itu karena
dua atau tiga orang perawat
bertanggung jawab atas sekelompok
kecil pasien. Dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode modifikasi
primer , satu tim terdiri dari 2 hingga
3 perawat memiliki tanggung jawab
penuh pada sekelompok pasien
berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani
& Supriyatno, 2005)
komprehensif dan holistik
dengan pertanggungjawaban
yang jelas.
Memungkinkan pencapaian
proses keperawatan
Konflik atau perbedaan
pendapat antar staf daapt
ditekan melalui rapat tim, cara
ini efektif untuk belajar.
Memberi kepuasan anggota tim
dalam hubungan interpersonal
Memungkinkan menyatukan
kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda dengan aman dan
efektif.
Produktif karena kerjasama,
komunikasi dan moral
Model praktek keperawatan
profesional dapat dilakukan
atau diterapkan.
Memberikan kepuasan kerja
bagi perawat
sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
Pendelegasian perawatan
klien hanya sebagian selama
perawat penanggung
jawab klien bertugas
Hanya dapat dilakukan oleh
perawat profesional
Biaya relatif lebih tinggi
dibandingkan metode lain
karena lebih banyak
menggunakan perawat
profesional.
Perawat harus mampu
mengimbangi kemajuan
teknologi
kesehatan/kedokteran
Perawat anggota dapat
merasa kehilangan
kewenangan
Masalah komunikasi
14
Memberikan kepuasan bagi
klien dan keluarga yang
menerima asuhan keperawatan
Lebih mencerminkan otonomi
Menurunkan dana perawatan
7 Metode Kasus Yaitu pengorganisasian
pelayanan/asuhan keperawatan
dimana perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan
mencakup seluruh aspek
keperawatan yg dibutuhkan.
Perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang pasien
secara menyeluruh, untuk
mengetahui apa yang harus
dilakukan pada pasien dengan baik.
Dalam metode ini dituntut kualitas
serta kuantitas yang tinggi dari
perawat, sehingga metode ini sesuai
jika digunakan untuk ruangan ICU
Sederhana dan langsung
Garis pertanggung jawaban
jelas
Kebutuhan pasien cepat
terpenuhi
Memudahkan perencanaan
tugas
Moral perawat
profesional melakukan
tugas non profesional
Tidak dapat dikerjakan
perawat non profesional
Membingungkan
15
ataupun ICCU.
16
BAB III
ANALISA SITUASI
Lantai empat Rumah Sakit Umum Siloam terdiri dari 84 kapasitas tempat tidur yang dibagi
menjadi tiga ruang yaitu ruang pediatrik, ruang surgical dan ruang one day care. Ruang One
Day care terdiri dari hole B dan C, ruang surgical terdiri dari hole D sampai G sedangkan
ruang pediatrik terdiri dari hole H dan I.
Tenaga kesehatan di ruangan ini terdiri dari dokter umum, perawat, assisten perawat (HCA).
Jumlah tenaga keperawatan di ruang pediatrik sebanyak sembilan orang, di ruang surgical
dan one day care sebanyak 30 perawat. Khusus ruang surgical dan one day care, terdapat
perawat dengan tingkat pendidikan S1 keperawatan sebanyak satu orang, Ners sebanyak
tujuh orang dan D3 keperawatan sebanyak 21 orang. Metode asuhan keperawatan yang
digunakan adalah metode alokasi pasien. Pembagian kerja perawat menggunakan sistem
rasio dimana jumlah perawat yang bertugas dalam satu shift dibagi dengan jumlah pasien
yang ada. Ratio jumlah perawat yang berdinas di ruangan surgikal RSUS yaitu dinas pagi
1:7, dinas sore 1:7, dinas malam 1:10.
Telah dilakukan pengkajian yaitu pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan
kuisioner selama empat hari khusus di ruang surgical. Hasil pengkajian yang menjadi
perhatian observer adalah pertama tentang metode asuhan keperawatan, kedua tentang
pelaksanaan IPSG terutama IPSG 1, 5 dan 6, dan ketiga tentang enam benar pemberian obat
dengan hasil pengkajian di bawah ini. Pengkajian dengan observasi dilakukan dengan cara
satu mahasiswa mengikuti satu perawat tiap shift pagi dan siang. Mahasiswa mengobservasi
semua tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat tersebut apakah sesuai dengan
SOP atau tidak. Sebelumnya mahasiswa menanyakan terlebih dahulu tindakan keperawatan
yang akan dilakukan oleh perawat tersebut kemudian mahasiswa membaca SOP tentang
tindakan yang akan dilakukan sehingga bisa mengetahui tindakan yang dilakukan sesuai
atau tidak. Pengkajian dengan wawancara dilakukan kepada HN, PP dan PA, begitu juga
dengan pengkajian menggunakan kuisioner diberikan kepada HN, PP dan PA.
17
Berdasarkan hasil observasi pada 16 PA (59,2%) dari total keseluruhan 27 PA, tidak
melaksanakan enam benar pemberian obat dan IPSG terutama IPSG 1, 5 dan 6. Hasil
wawancara dengan dua PP (66%) dari tiga PP di ruang surgical tentang metode asuhan
keperawatan, mereka mengatakan bahwa metode asuhan keperawatan yang digunakan saat
ini masih membingungkan dan tidak jelas. Begitu juga dengan hasil wawancara dengan 14
PA (51,8%), mereka mengatakan bahwa metode yang digunakan sekarang tidak jelas.
18