Post on 02-Mar-2019
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 1
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 2
I. SUBDIT INDUK
1.1. Produksi Induk di Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Berdasarkan hasil monitoring terhadap pencapaian produksi induk unggul di Unit
Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB)
pencapaian produksi induk unggul untuk komoditas ikan air tawar 16,973 ekor, ikan
air payau 20,090 ekor dan ikan air laut 1,141 ekor dengan rincian dalam Tabel 1:
Tabel 1. Produksi Induk Unggul di UPT
Berdasarkan Tabel 1. sampai dengan Maret Produksi Induk Unggul Tahun 2018
mencapai 38,204 ekor yang dihasilkan dari UPT Lingkup Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Apabila disandingkan dengan target komulatif pada bulan Maret
2018 sebesar 38,720 ekor, maka pada bulan Maret tercapai sekitar 98,67%. Adapun
rincian perkomoditas induk dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Produksi Induk Unggul UPT DJPB sampai bulan Maret Tahun 2018
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 3
1.2. Monitoring Produksi Induk Unggul di UPT dan UPTD
Produksi perikanan budidaya, merupakan tolok ukur terhadap kinerja Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Ketersediaan benih merupakan kunci sukses keberhasilan usaha budidaya. Keterkaitan dengan kondisi tersebut maka peranan produksi benih di UPT Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan dari UPTD Dinas Kelautan Dan Perikanan Propinsi menjadi sangat penting karena selama ini Ketersediaan benih, sangat tergantung pada unit - unit pembenihan milik pemerintah, namun dengan perkembangan teknologi sumber benih juga sudah dapat dikembangkan oleh masyarakat bahkan saat ini sumber benih sudah lebih banyak dipenuhi dari hasil usaha pembenihan skala kecil maupun unit pembenihan skala besar.
Selain ketersediaan benih, keunggulan dari induk unggul sebagai sumber penghasil benih bermutu juga sangat diperlukan, kondisi ini menuntut adanya pemantauan dan evaluasi yang baik, sehingga ketersediaan benih bermutu dari hasil induk yang unggul dapat mendorong dalam peningkatan produksi perikanan budidaya.
1. Tujuan
Monitoring Produksi Benih dan Induk Unggul di UPT, dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan benih yang dihasilkan UPT sebagai penghasil utama benih khususnya untuk bantuan pemerintah juga melakukan pemantauan terhadap induk unggul yang dihasilkan oleh UPT dengan tujuan agar produksi benih dan induk ungguk dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Kegiatan Monitoring Produksi Induk Unggul di UPT dilakukan pada tanggal 27 Februari – 1 Maret di BBBAP Takalar, Tanggal 28 Februari – 2 Maret di BPBL Batam dan Tanggal 14-16 Maret 2018 di BBPBAT Sukabumi.
3. Hasil Monitoring
Berdasarkan hasil Monitoring terhadap Produksi Induk Unggul di BPBAP Takalar, BPBL Lombok dan BBPBAT Sukabumi dapat digambarkan sebagai berikut :
1.2.1. BPBAT Takalar
1) Operasional Pembenihan di BPBAP Takalar
Operasional BPBAP takalar dalam kegiatannya mengembangkan beberapa
komoditas yang dianggap penting dan ekonomis diantaranya adalah pembenihan
udang windu (Penaeus monodon fabs), rajungan (P. pelagicus), kepiting bakau
(Scylla sirata), bandeng (Chanos-chanos), kerapu macan (E. fuscoguttatus), kakap
putih (Lates calcalifer), nila salin ( Orichronus nil aticus ) serta penyediaan bibit
rumput laut (E. cottoni ,Gracillari sp dan Caulerva sp). Untuk kegiatan pembesaran
antara lain pembesaran udang vaname (P. vanamei) dan Bandeng (Chanos-chanos).
Selain itu terdapat kegiatan yang bersifat dukungan terhadap kegiatan produksi yaitu
produksi pakan alami (Fitoplankton dan Zooplantonkton), produksi pakan buatan
serta pengelolaan Laboratorium Uji yang meliputi pengendalian hama penyakit ikan
dan pemantauan kualitas air.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 4
Gambar 1. Prasarana dan Sarana di BPBAP Takalar
2) Keragaan Produksi calon induk
Berdasarkan data yang tersedia di BPBAP Takalar untuk keragaan produksi induk /
calin unggul yang dihasilkan Balai Perikanan Budididaya Air Payau takalar
sebanyak 1.546 ekor sebagai ketersediaan induk PS dan 700 ekor calon
induk yang dihasilkan pada Bulan Januari 2018 dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel 3. Ketersediaan Induk dan Produksi Calin BPBAP Takalar Bulan Januari 2018
No Komoditas Satuan Induk Calin Kapasitas
Produksi Keterangan
GPS PS Produksi Bantuan
1 Udang Windu ekor 240 15.000
2 Udang Vaname ekor 50 15.000 Calin 45 -95 gr
3 Bandeng ekor 185 90 calin 2-3 kg/ekor
4 Kepiting Bakau ekor
5 Rajungan ekor 10
6 Kakap ekor 10
7 Kerapu Macan ekor 7
8 Nila Salin ekor 1.054 600
Jumlah 1.546 700
3) Produktivitas induk udang vaname Nusantara
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar, dalam menjalankan tugas dan
fungsinya terutama dalam menghasilkan calon induk lebih mengutamakan pada
produksi calon induk udang vaname dan windu, kondisi ini menuntut lebih banyak
prasarana dan sarana yang dibutuhkan untuk memproduksi calon induk. Saat ini
untuk menghasilkan calon induk udang vaname selama tahun 2017 sampai saat ini,
masih melanjutkan kegiatan pengelolaan induk udang Vaname yang sumber
benihnya sebagai calon induk dari BPIUKK Karang asem dengan produktivitas
sampai saat ini seperti terlihat dalam tabel.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 5
Tabel.4. Produktivitas udang Vaname Nusantara
4) Analisa Kapasitas Produksi Calon Induk Udang Vannamei
Dalam menjalankan produksi udang vaname, ketersediaan lahan untuk
menghasilkan calon induk sangat dibutuhkan, adapun analisa kebutuhan yang
dibutuhkan untuk memproduksi calon induk dapat dijbarkan sebagai berikut:
a) Ketersediaan Sarana dan Prasarana
No. Sarana Produksi Jumlah Luasan (m2) Kondisi
1. Petak IPAL 1 1.000 baik
2. Petak Pemeliharaan 3 1.000 baik
b) Sistem Produksi Calin Udang Vaname di Tambak
No. Sistem Produksi Satuan
1. Kisaran Padat Tebar Pemeliharaan 50 - 75 ekor/m^2
2. Lama Pemeliharaan Cut Off I 3 bulan
3. Lama Pemeliharaan Cut Off II 2 bulan
4. Lama Pemeliharaan Cut Off III 2 bulan
5. Seleksi Pemeliharaan Cut Off I 50% SR
6. Seleksi Pemeliharaan Cut Off II 50% SR
7. Seleksi Pemeliharaan Cut Off III 50% SR
c) Sistem Produksi Calin Udang Vaname di Tambak
No. Sistem Produksi / Waktu
Petak A (1000 m2) Petak B (1000 m
2) Petak C (1000 m
2)
1. Januari Petak Emergency Persiapan Persiapan
2. Februari Petak Emergency Tebar 75.000 ekor PL Tebar 75.000 ekor PL
3. Maret Petak Emergency Pemeliharaan Pemeliharaan
4. April Petak Emergency Pemeliharaan Pemeliharaan
5. Mei Persiapan Hasil Cut Off I Cut Off I (30.000 ekor) Cut Off I (30.000 ekor)
6. Juni Pemeliharaan Pemeliharaan Petak Emergency
7. Juli Cut Off II (15.000 ekor) Cut Off II (15.000 ekor) Persiapan Hasil Cut Off II
Kegiatan : Siklus VI / Nopember 2017
Asal Induk : BPPIUUK Karang Asem Bali Betina = 300ekor (Berat Rataan : 41,54 g/ekor) : 17,3 cm/ekor)
Tanggal mulai : 10 Oktober 2017 Jantan = 300ekor (Berat Rataan : 34,65 g/ekor) : 16,1 cm/ekor)
Tanggal Ablasi : 16 Oktober 2017
SAMPLING KAWINLEPAS
TELUR
TIDAK
LEPAS
TIDAK
KAWINJANTAN BETINA JANTAN BETINA
1 Bulan Oktober 2017 1,194 529 493 36 665 44,029,000 22,391,000 51.64 467 416 37 28
2 Bulan Nopember 2017 834 354 339 15 480 33,700,000 23,590,000 7.52 365 384 119 90
3 Bulan Desember 2017 83 15 15 - 68 1,200,000 - - 19 48 2 15
4 Bulan Januari 2018 20 3 2 1 17 - 77 84 8 14
5 Bulan Pebruari 2018 4 - - - - - - - 17 12 4 5
6 Bulan Maret 2018
2,135 901 849 52 1,230 78,929,000 45,981,000 58.26 945 944 170 152
92,967 54,159 58.26
T O T A L
R A T A - R A T A
PRODUKTIVITAS INDUK VANAME NUSANTARA
PADA KEGIATAN PRODUKSI BENIH UDANG VANAME
BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU TAKALAR TA.2017/2018
Jumlah awal :
N0 TANGGAL
JUMLAHYANG DIPIJAHKAN (ekor)
JUMLAH TELUR
(Butir)
JUMLAH
NAUPLIUS (ekor)HR (%)
MOLTING (EKOR) MATI (EKOR)
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 6
No. Sistem Produksi / Waktu
Petak A (1000 m2) Petak B (1000 m
2) Petak C (1000 m
2)
8. Agustus Petak Emergency Pemeliharaan Pemeliharaan
9. September Persiapan Penampungan Cut Off III (7.500 ekor) Cut Off III (7.500 ekor)
10. Oktober Penampungan Stock Calin Petak Emergency Persiapan
11. November Penampungan Stock Calin Petak Emergency Tebar 75.000 ekor PL
12. Desember Penampungan Stock Calin Petak Emergency Pemeliharaan
Nb. Petak emergency (untuk kondisi darurat yang perlu penanganan kolam baru), Penampungan stock calin (siap distribusi)
Persiapan Hasil Cut Off I dan II (persiapan seleksi hasil Cut Off), Cut Off III (Produk akhir calin UV yang siap pijah)
d) Kapasitas Produksi 1 Tahun
No. Jumlah Produksi Jumlah
1. Calon Induk Siap Pijah 15.000 ekor
2. Calon Induk Untuk Cut Off I 30.000 ekor
1.2.2. BPBL Batam
Data ketersediaan induk dan calon induk Payau dan Laut di UPT BBL Batam
Tabel 5. Data Ketersediaan Induk dan Calin BPBL Batam
No. Komoditas Satuan Induk Calin Kapasitas
Produksi GPS PS Produksi Bantuan
1 U. Windu ekor
2 U. Vaname ekor
3 Bandeng ekor
4 U. Putih/Lokal ekor
5 Kepiting/Rajungan ekor
6 Bawal Bintang ekor 223 50 400
7 Kakap Putih ekor 237 50 100
8 Kerapu ekor 41 37 100
9 Kerapu Hybrid ekor
10 Cobia ekor
11 Abalone ekor
12 Bubara ekor
Total ekor 501 137 600
Keterangan Tabel:
1. Kapasitas produksi adalah kapasitas produksi calon induk (data keseluruhan
calon induk)
2. Calon induk yang diberikan adalah umur 4-6 bulan
3. PS yang dimaksud adalah ketersediaan induk yang ada di UPT untuk produksi
benih
4. GPS yang dimaksud adalah ketersediaan induk yang ada di UPT untuk produksi
calon induk dan benih
5. Ketersediaan untukproduksi induk adalah jumlah induk yang ada bulan tersebut
6. Komoditas yang perlu ditingkatkan produksinya perlu dicatat
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 7
Catatan:
Komoditas unggulan yang dikembangkan di Balai Perikanan Budidaya Laut
Batam saat ini ada tiga komoditas yaitu Ikan Bawal Bintang, Kerapu Macan dan
Kakap Putih. Komoditas yang paling berkembang di BBL Batam adalah Ikan
Bawal Bintang. Selain tiga komoditas tersebut terdapat 1 komoditas yaitu ikan
kerapu kertang sebanyak 9 ekor dan 2 komoditas yang rencananya akan
dikembangkan yaitu Ikan Kakap Lobo dan Kerapu Sunu. Tetapi akan
berkoordinasi terlebih dahulu dengan Tim Pusat supaya tidak terjadi double
tupoksi dengan UPT lain. Ada beberapa ketersediaan stok induk selain tiga
komoditas unggulan, diantaranya adalah:
1. Induk Ikan Kakap Lobo GGPS 10 ekor;
2. Induk Ikan Kerapu Kertang GGPS 9 ekor;
3. Calon Induk Ikan Kerapu Sunu GGPS 34 Ekor
Ikan Bawal Bintang Ikan Kerapu Macan
Ikan Kakap Putih
Gambar 2. Komoditas Unggulan BPBL Batam
Gambar 3. Ikan Kerapu Kertang yang diproduksi di BPBL Batam
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 8
Ikan Kerapu Sunu Ikan Kakap Lobo
Gambar 4. Kerapu Sunu dan Kakap Lobo akan dikembangakan di BPBL Batam
Kendala yang dihadapi dalam produksi calon induk ikan oleh BPBL Batam
adalah kondisi alam. Dimana ketika musim angin datang maka kondisi perairan
menjadi dingin. Kondisi perairan yang dingin menyebabkan parasit dan jamur
berkembang secara cepat dan menyebabkan kematian pada ikan yang
dibudidaya. Jika kondisi alam baik baik, maka Survival Rate (SR) yang di
hasilkan mencapai 85 %. Jika Kondisi alam tidak bagus maka SR yang
dihasilkan bisa mencapai 0 %. Induk-induk yang sudah dipijahkan akan
dikarantina batau diistirahatkan di karamba, hal ini dilakukan agar induk bisa
recovery dengan kondisi alam.
Gambar 5. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi di BPBL Batam
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 9
Untuk produksi calon induk ikan target yang di alokasikan oleh BPBL Batam
sejumlah 6.000 ekor dari komoditas unggulan tersebut. Adapun untuk jumlah
bantuan induk ikan yang didistribusikan sesuai kebutuhan dari usulan calon
penerima. Komoditas bantuan calon induk yang didistribusikan sesuai dengan
target yang ditetapkan untuk BBL Batam di dalam juknis bantuan calon induk
adalah 2.125 ekor. Jika tidak ada usulan calon penerima bantuan yang diajukan
kepada BPBL Batam, maka ketersediaan calon induk yang ada akan digunakan
sendiri dan sebagiannya lagi akandi jual sebagai PNBP.Hal ini dikarenakan agar
menekan jumlah pengeluaran untuk kebutuhan pakan induk.
1.2.3. BBPBAT Sukabumi
Monitoring Produksi Induk Unggul di UPT di Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Tawar (BBPBAT) Sukabumi tanggal 14-16 Maret 2018, beberapa hal yang dapat
kami sampaikan sebagai berikut :
Data Induk Great Grant Parent Stock (GGPS) Balai Besar Perikanan Budidaya
Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi sebanyak 792 ekor yang terdiri dari dua
komoditas yaitu Ikan Nila dan Ikan Mas (lampiran 1);
Data Induk Grant Parent Stock (GPS) Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi sebanyak 6.966 ekor yang terdiri dari lima komoditas yaitu
Ikan Nila, Ikan Lele, Ikan Mas, Udang Galah dan Ikan Hias dengan berbagai
ukuran (lampiran 2);
Data Calon Induk dan Induk Parent Stock (PS) Balai Besar Perikanan Budidaya
Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi sebanyak 26.012 ekor yang terdiri dari lima
komoditas yaitu Ikan Nila, Ikan Lele, Ikan Patin, Ikan Baung, Ikan Mas, Udang
Galah, Ikan Lokal (nilem, tawes dan grass carp) dan Ikan Hias dengan berbagai
ukuran (lampiran 3);
Data Calon Induk Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi sebanyak 201.909 ekor yang terdiri dari lima komoditas yaitu Ikan
Nila, Ikan Lele, Ikan Patin, Ikan Baung, Ikan Mas, Udang Galah, Ikan Lokal
(nilem dan grass carp) dan Ikan Hias dengan berbagai ukuran (lampiran 4);
Data Realisasi Bantuan Calon Induk sampai dengan bulan februari 2018
sebesar 225 ekor yang terdiri dari calin lele dan katak lembu sedangkan realisasi
bantuan benih sebesar 741.500 ekor terdiri dari benih patin, mas, nila, lele, koi,
udang galah dan baung (lampiran 5);
Beberapa usulan perbaikan ukuran untuk spesifikasi calon induk yang akan
diberikan kepada masyarakat diantaranya untuk ukuran calon induk ikan mas
menjadi ukuran 250 gram, ikan lele menjadi ukuran 500 gram dan ikan patin
menjadi ukuran 500 gram;
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi mengharapkan revisi
anggaran (refining) lebih cepat dilakukan agar dapat merevisi data Penetapan
Kinerja (PK) yang terdapat di Unit Pelaksana Teknis (UPT) karena PK yang
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 10
sekarang masih mengacu pada target benih dan calon induk yang sesuai
dengan DIPA awal sebelum adanya anggaran refining.
Tabel 6. Data Calon Induk BBPBAT Sukabumi
KOMODITAS CALIN
UKURAN VOLUME (Ekor)
JUMLAH (Ekor) 201.909
IKAN NILA 93.160
Sultana 40-60 g 31.920
60-80 g 20.700
80-100 g 19.530
Gesit 40 g 500
Nila Merah 10 g 9000
40-60 g 3000
IKAN GURAME
Gurame > 1 Kg 490
0,7 - 1 Kg 3500
100 g 2500
40 g 1320
IKAN TAMBAKAN
Tambakan 50 g 700
LELE 16.051
Sangkuriang < 500 g 4395
> 500 g 738
> 700 g 3148
300-400 gram 3.031
Afrika 400-500 g 2728
> 700 g 2011
PATIN 5.250
400-500 g 3250
500-600 g 2000
BAUNG 2.000
200 g 2000
IKAN MAS 4.766
Mantap 100-200 g 1147
Cangkringan 100-200 g 1806
200-400 g 345
400-1000 g 419
Rajadanu 400-1000 g 190
Sinyonya 200-400 g 434
400-1000 g 328
Majalaya 400-1000 g 97
UDANG GALAH 5.000
Siratu 10-15 g 5.000
IKAN LOKAL 20.750
Nilem 10-20 g 5000
50-100 g 12000
Grasscarp 100-200 g 3500
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 11
KOMODITAS CALIN
UKURAN VOLUME (Ekor)
200-300 g 250
IKAN HIAS 54.932
Koi 50-70 g, 15-20 cm 1.312
100-200 g, 20-30 cm 65
50-70 g, 15-20 cm 22.000
10-15 g, 8-10 cm 3.115
Komet 10-12 cm, 80-100 g 27.000
Manfish 1440
II. SUBDIT PERBENIHAN IKAN AIR TAWAR
2.1. Rekapitulasi Realisasi Bantuan Benih Ikan Air Tawar
Sehubungan dengan program prioritas Bantuan Benih Ditjen Perikanan Budidaya
Tahun Anggaran 2018 pasca refining, UPT lingkup DJPB ditargetkan untuk
memproduksi benih bermutu sebanyak 155 juta ekor yang kemudian akan disalurkan
kepada calon penerima bantuan. Data perkembangan realisasi program bantuan
benih khususnya komoditas ikan air tawar sampai dengan bulan Maret 2018 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Realisasi Bantuan benih komoditas air tawar di UPT Pusat s.d bulan Maret
2018
No. UPT Realisasi Benih (ekor)
1 BBPBAT Sukabumi 741.500
2 BPBAT Sei Gelam 355.000
TOTAL 1.096.500
TARGET 35.987.290
(%) 3,05
Tabel 8. Sebaran realisasi bantuan benih ikan air tawar dari UPT Pusat s.d bulan
Maret 2018
No. Provinsi Kab/Kota Realisasi
Benih (ekor) Jumlah
penerima
Jumlah Total 1.096.500 48
1 Jambi Kab. Muaro Jambi 80.000 3
Kota Jambi 50.000 5
2 Lampung Kab. Lampung Tengah 225.000 9
3 Jawa Barat Kab. Bandung Barat 612.200 28
Kota Banjar 43.000 1
Kab. Sukabumi 86.300 2
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 12
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa realisasi bantuan benih pada bulan Maret
2018 berjumlah sebesar 1.096.500 ekor benih (3,05%) telah diberikan kepada 48
penerima dari kelompok masyarakat di 3 provinsi, 6 kab/kota. Komoditas yang
diberikan dapat terlihat pada grafik dimana mayoritas komoditas yang diberikan
adalah ikan patin, mas, lele, dan nila.
Gambar 6. Persentase jenis ikan pada program bantuan benih
komoditas ikan air tawar
2.2. Sertifikasi dan Pembinaan CPIB di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menyadari pentingnya sistem manajemen mutu dalam unit pembenihan, melalui
kegiatan Standardisasi dan Sertifikasi Cara pembenihan ikan yang baik (CPIB),
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya mendorong para pelaku usaha perbenihan
perikanan untuk menerapkan Sertifikasi CPIB pada setiap unit pembenihan.
Penerapan CPIB dapat menjamin mutu benih yang dihasilkan, memperkecil resiko
kegagalan, meningkatkan produktivitas dan produksi, meningkatkan daya saing
produkdan kepercayaan pelanggan serta memudahkan kelancaran perdagangan.
Kegiatan sertifikasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa unit pembenihan telah
melakukan penerapan CPIB atau sistem mutu perbenihan dengan benar dan
konsisten.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tanggal 14 – 16 Maret 2017 telah
dilakukan kegiatan Sertifikasi CPIB di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada BBI Kab.
Lombok Barat, Pokdakan Sehati, Pokdakan Benih Segar dan BBI Lenek serta
pembinaan CPIB pada kelompok Mina Keramba I.
2.2.1. Hasil Kegiatan Sertifikasi dan Pembinaan
a. Sertifikasi CPIB BBI Kab. Lombok Barat
Nama Unit Pembenihan Ikan : BBI KAB. LOMBOK BARAT
Alamat : DESA GONTORAN KEC. LINGSAR LOMBOK BARAT.
Nila 8%
Mas 36%
Lele 9%
Patin 38%
Gurame 2%
Nilem 0%
Lainnya Tawar 5%
Ikan Hias Tawar
2%
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 13
Komoditas : NILA ANJANI
Nama Pimpinan PI : HAYUDIN S.IP
Tanggal : 15 MARET 2018
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 7
3. Minor : 0
Uraian Temuan Tindak lanjut
1 Tidak ada bak karantina induk
A.II.2.2 12 Menyediakan bak karantina induk
2 Tidak tersedia peralatan laboratorium sederhana (termometer, pH meter/pH paper, DO Meter, Refraktometer/ Salinometer, mikroskop)
A.II.3.2 20 Menyediakan peralatan laboratorium sederhana (termometer, pH meter/pH paper, DO Meter, Refraktometer/ Salinometer, mikroskop)
3 Tidak dilakukan pengendapan / filtrasi / sterilisasi air, sehingga air tidak layak untuk pemeliharaan induk/benih dan produksi pakan hidup
A.III.1 21 Melakukan pengendapan / filtrasi / sterilisasi air, sehingga air layak untuk pemeliharaan induk/benih dan produksi pakan hidup
4 Tidak dilakukan pengukuran parameter kualitas air (Suhu, pH, DO dan Salinitas)
A.III.2 22 Melakukan pengukuran parameter kualitas air (Suhu, pH, DO dan Salinitas)
5 Tidak dilakukan pengamatan pertumbuhan, sintasan keseragaman dan abnormalitas
A.VI.2 46 Melakukan pengamatan pertumbuhan, sintasan keseragaman dan abnormalitas
6 Tidak ada rekaman pengamatan kesehatan/pertumbuhan ikan
B.II.3.4 76 Melengkapi rekaman pengamatan kesehatan/pertumbuhan ikan
7 Tidak dilakukan sanitasi lingkungan
D.1 102 Melakukan sanitasi lingkungan
Rencana Tanggal Perbaikan 6-Apr-2018
b. Sertifikasi CPIB Pokdakan Sehati
Nama Unit Pembenihan Ikan : Pokdakan Sehati
Alamat : DESA BATU KUMBUNG KEC. LINGSAR
Komoditas : LELE MANDALIKA
Nama Pimpinan PI : SAEPUDIN ZUHRI
Tanggal : 15 MARET 2018
Jumlah Ketidak sesuaian
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 14
1. Kritis : 0
2. Mayor : 5
3. Minor : 2
Uraian Temuan Tindak Lanjut
1 Tidak dilakukan
pengamatan pertumbuhan,
sintasan keseragaman dan
abnormalitas secara berkala
A.VI.2 45 Melakukan pengamatan
pertumbuhan, sintasan
keseragaman dan
abnormalitas secara berkala
2 Tidak tersedia SPO
manajemen benih (aklimasi,
pengamatan
pertumbuhan,sintasan,
keseragaman, abnormalitas
dan kesehatan, pemberian
pakan dan obat-obatan,
bahan kimia dan bahan
biologi)
B.II.1.1.b 63 Menyediakan SPO
manajemen benih (aklimasi,
pengamatan
pertumbuhan,sintasan,
keseragaman, abnormalitas
dan kesehatan, pemberian
pakan dan obat-obatan,
bahan kimia dan bahan
biologi)
3 SPO tidak absah dan tidak
mutakhir
B.II.1.2 67 SPO dibuat absah dan
mutakhir
4 Rekaman tidak mutakhir
dan tidak absah
B.II.2.1 69 Rekaman dibuat mutakhir
dan absah
5 Tidak ada rekaman
pembelian/pengadaan
sarana produksi
B.II.3.1 71 Melengkapi rekaman
pembelian/pengadaan
sarana produksi
6 Tidak ada rekaman
pengamatan
kesehatan/pertumbuhan
ikan
B.II.3.4 74 Melengkapi rekaman
pengamatan
kesehatan/pertumbuhan
ikan
7 Tidak ada pengujian
Kadmium (Cd), Timbal (Pb),
Merkuri (Hg), Bakteri e-coli
C.I.2 78 Melakukan pengujian
Kadmium (Cd), Timbal (Pb),
Merkuri (Hg) dan Bakteri E.
coli pada laboratorium
Rencana Tanggal Perbaikan 6-Apr-18
c. Sertifikasi CPIB Pokdakan Benih Segar
Nama Unit Pembenihan Ikan : KELOMPOK PETANI IKAN BENIH SEGAR
Alamat : KEC. LINGSAR, LOMBOK BARAT
Komoditas : LELE MANDALIKA
Nama Pimpinan PI : ABDUL MUHID
Tanggal : 15 MARET 2018
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 15
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 4
3. Minor : 4
Uraian Temuan Tindak lanjut
1 Tidak ada bak
pengendapan atau filter
atau tandon
A.II.2.1 10 Menyediakan bak
pengendapan atau filter
atau tandon
2 Tidak ada unit pengolah
limbah
A.II.2.8 17 Menyediakan unit
pengolah limbah
3 Tidak tersedia SPO
manajemen benih (aklimasi,
pengamatan
pertumbuhan,sintasan,
keseragaman, abnormalitas
dan kesehatan, pemberian
pakan dan obat-obatan,
bahan kimia dan bahan
biologi)
B.II.1.1.b 63 Menyediakan SPO
manajemen benih
(aklimasi, pengamatan
pertumbuhan,sintasan,
keseragaman, abnormalitas
dan kesehatan, pemberian
pakan dan obat-obatan,
bahan kimia dan bahan
biologi)
4 Tidak tersedia SPO
biosekuriti
B.II.1.1.e 66 Menyediakan SPO
biosekuriti
5 SPO tidak absah dan tidak
mutakhir
B.II.1.2 67 SPO dibuat absah dan
mutakhir
6 Rekaman tidak mutakhir
dan tidak absah
B.II.2.1 69 Rekaman dibuat mutakhir
dan absah
7 Tidak ada pengujian
Kadmium (Cd), Timbal (Pb),
Merkuri (Hg), Bakteri e-coli
C.I.2 78 Melakukan pengujian
Kadmium (Cd), Timbal
(Pb), Merkuri (Hg) dan
Bakteri E. coli pada
laboratorium
8 Tidak melakukan
pengolahan limbah
D.2 92 Melakukan pengolahan
limbah
Rencana Tanggal Perbaikan 6-Apr-18
d. Sertifikasi CPIB BBI Lenek
Nama Unit Pembenihan Ikan : BBI LENEK
Alamat
: DESA LENEK, KEC. AIKMEL LOMBOK
TIMUR
Komoditas : NILA ANJANI
Nama Pimpinan PI : HUSNI WARDI, S.PI
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 16
Tanggal : 16 MARET 2018
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 7
3. Minor : 3
Uraian Temuan Tindak lanjut
1 Tidak ada ruang
laboratorium
A.II.1.3 7 Menyediakan ruang
laboratorium
2 Tidak tersedia peralatan
laboratorium sederhana
(termometer, pH meter/pH
paper, DO Meter,
Refraktometer/
Salinometer, mikroskop)
A.II.3.2 20 Menyediakan peralatan
laboratorium sederhana
(termometer, pH meter/pH
paper, DO Meter,
Refraktometer/
Salinometer, mikroskop)
3 Tidak dilakukan
pengukuran parameter
kualitas air (Suhu, pH, DO
dan Salinitas)
A.III.2 22 Melakukan pengukuran
parameter kualitas air
(Suhu, pH, DO dan
Salinitas)
4 Tidak dilengkapi SKA
untuk induk lokal berasal
dari anggota jejaring
pemuliaan
A.IV.1.3 25 Melengkapi SKA untuk
induk lokal berasal dari
anggota jejaring pemuliaan
5 SPO tidak absah dan tidak
mutakhir
B.II.1.2 69 SPO dibuat absah dan
mutakhir
6 Rekaman tidak mutakhir
dan tidak absah
B.II.2.1 71 Rekaman dibuat mutakhir
dan absah
7 Tidak ada sterilisasi roda
kendaraan yang masuk ke
unit pembenihan
(pencelupan roda
kendaraan)
C.V.4 97 Diadakan sterilisasi roda
kendaraan yang masuk ke
unit pembenihan
(pencelupan roda
kendaraan)
8 Personil/Karyawan tidak
menggunakan
perlengkapan kerja (sepatu
boot, sarung tangan dll)
C.V.5 98 Personil/Karyawan
menggunakan
perlengkapan kerja (sepatu
boot, sarung tangan dll)
9 Tidak dilakukan sanitasi
lingkungan
D.1 102 Melakukan sanitasi
lingkungan
10 Tidak melakukan
pengolahan limbah
D.2 103 Melakukan pengolahan
limbah
Rencana Tanggal Perbaikan 13-Apr-18
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 17
e. Pembinaan CPIB Kelompok Mina Keramba I
Kelompok Mina Keramba I berkedudukan di Dusun Taman Baru, Desa Pengenjek
Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Didirikan pada 16 Desember 2013,
Kelompok Mina Keramba I sampai saat ini memiliki 47 orang anggota dengan
segmen usaha pembenihan ikan, pembesaran ikan, mina padi, pakan mandiri,
pengolahan hasil perikanan, perkebunan dan pertanian, distribusi, P2MKP dan
Koperasi Syari’ah.
Untuk usaha pembenihan dan pembesaran ikan, Kelompok Mina Keramba I memiliki
sarana dan prasarana yang cukup memadai. Kelompok Mina Keramba I memiliki
kolam seluas 7,5 ha kapasitas 375.000 ekor, keramba apung 38 unit kapasitas
38.000 ekor, kolam terpal 3 unit kapasitas 10.000 ekor dan bak bioflok 3 unit
kapasitas 12.000 ekor. Dari kapasitas yang ada, Kelompok Mina Keramba I
memproduksi Nila 125 ton, Mas 10 ton dan lele 15 ton per tahun. Produksi budidaya
dipasarkan di daerah antar kecamatan, antar kabupaten dan sampai ke Pulau
Sumbawa.
Oleh karena hasil benih dan pembesaran tersebar ke berbagai daerah dan dalam
rangka meningkatkan kualitas benih maka Kelompok Mina Keramba I ingin usaha
pembenihannya disertifikasi CPIB. Berikut ini poin – poin hasil pembinaan pada
Kelompok Mina Keramba I:
1. Penerapan CPIB dimulai dengan memahami pedoman CPIB. Persepsi
Kelompok Mina Keramba I akan sulitnya menerapkan CPIB perlu diluruskan.
Persepsi akan mutu bukanlah menuju pada satu titik kesempurnaan melainkan
menuju perbaikan berkelanjutan (tiada berhenti). Maka penerapan CPIB
sebaiknya dilakukan bertahap. Mutu adalah upaya untuk menjadi lebih baik
mengikuti dinamika pasar dan persepsi pelanggan. Tuntutan pasar dan persepsi
pelanggan sifatnya tidak statis tetapi terus berubah secara dinamis sejalan
dengan berbagai perubahan.
2. Tidak direkomendasikan pengunaan induk hasil seleksi sendiri dari Induk yang
tidak jelas asal usulnya. Induk unggul hasil pemuliaan BBIAT Aikmel yaitu Nila
Anjani dapat digunakan karena jelas asal usulnya, diketahui keunggulannya dan
sudah dirilis oleh pemerintah.
3. Biosecurity perlu diterapkan dengan menerapkan prinsip-prinsipnya, yaitu (1)
Membatasi keluar masuk unit dengan 1 pintu (pemagaran) agar menghindari
kontaminasi silang, (2) pengaturan tata letak (3) penyekatan ruang dan wadah
dan (4) desinfeksi wadah dan peralatan.
4. Memperbaiki SPO dan rekaman yang sudah ada kemudian menerapkannya
minimal selama 1 siklus. Selanjutnya Pimpinan Unit atau MPM dapat
mengajukan permohonan sertifikasi CPIB.
2.2.2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilaian pada Unit pembenihan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
pada tanggal 14 – 16 Maret dapat disimpulkan bahwa :
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 18
1. Dukungan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Dinas Kabupaten Lombok Barat, Dinas Kabupaten Lombok Timur, dan Dinas
Kabupaten Lombok Tengah dalam penerapan CPIB sudah optimal, namun untuk
mencapai continual improvement (perbaikan berkelanjutan) dalam pelaksanaan
kegiatan di unit pembenihannya serta untuk mendukung akselerasi penerapaan
standar dan sertifikasi CPIB masih perlu dilakukan beberapa upaya terhadap
pemenuhan persyaratan CPIB, diantaranya penyegaran kembali tentang
pedoman CPIB pada unit – unit pembenihan serta dukungan pengadaan sarana
prasarana pembenihan yang sesuai standard CPIB (pakan, induk, dll);
2. Secara umum Pimpinan unit pembenihan mempunyai komitmen yang kuat untuk
melaksanakan penerapan CPIB pada setiap tahapan proses produksi dan
secara kontinu mengkomunikasikan kepada seluruh personil yang terlibat dalam
kegiatan untuk mencapai penerapan CPIB yang lebih baik.
3. Tindak lanjut dari hasil penilaian sertifikasi ke unit pembenihan di atas adalah
tindakan perbaikan dari auditi sesuai dengan kesanggupan auditi untuk
melakukan tindakan perbaikan. Selanjutnya akan dilakukan peninjauan tindakan
perbaikan oleh auditor. Jika hasil tinjauan tindakan perbaikan dinyatakan
“cukup” maka dilanjutkan dengan rapat Tim Teknis untuk menentukan kelulusan
sertifikasi.
2.3. Pembinaan Unit Pembenihan di Kalimantan Selatan
Dalam rangka pembinaan unit pembenihan ikan air tawar sesuai Surat Tugas Nomor
404/DP/ST/III/2018 tanggal 13 Maret 2018, dilaksanakan perjalanan dinas pada
tanggal 14 s.d 17 Maret 2018 ke Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil pelaksanaan
kegiatan dilaporkan sebagai berikut :
1. Monitoring dan evaluasi ke lokasi penerima bantuan revitalisasi UPR TA. 2017,
Kelompok UPR Agro Mina Wisata IV, sebagai berikut :
a. Unit pembenihan dan pendederan ikan nila sistem RAS sudah beroperasi dan
pembudidaya masih pada tahap penyesuian dengan sistem RAS.
b. Terjadi banjir besar pada awal Maret 2018, menyebabkan induk ikan nila
yang merupakan paket bantuan hanyut terbawa air.
c. Pengaturan pada outlet dan inlet air dari/ke bak biofilter belum seimbang, inlet
air dari pompa terlalu besar, sehingga air pada bak penampungan melimpah.
Kelompok untuk sementara mengganti pompa dengan yang berkapasitas
lebih kecil.
d. Tandon dengan kapasitas 3 ribu liter dan dudukan terbuat dari kayu, jika diisi
penuh dikuatirkan tidak kuat menahan beratnya, serta peletakan posisi
tandon belum pas.
2. Kunjungan dalam rangka penjajakan pembudidaya untuk ikut serta pada acara
Marine Fisheries Business and Investment (MBFI) pada tanggal 12 April 2018 di
kelompok pembudidaya patin dan Unit Pengolahan Ikan (UPI), laporannya
sebagai berikut :
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 19
a. UPR Suhadi, Kec. Cindai Alus, Kab. Banjar
Bapak Suhadi adalah pendeder dan pembudidaya patin, serta ketua APCI
(Asosiasi Perikanan Catfish Indonesia) Prov. Kalimantan Selatan. Tergabung
dengan koperasi INKOPAT BORNEO, namun koperasi belum berjalan dengan
baik. Punya kolam berukuran rata2 : 40 x 50 M dan kedalaman 3 M ditebar benih
50.000 ekor/kolam bisa panen 50 Ton/kolam dengan ukuran panen > 1Kg/ekor
dan masa pemeliharaan 8 bulan. Total kebutuhan benih sekitar 600.000
ekor/tahun. Hasil panen dijual untuk pasar lokal dengan harga Rp. 18.000/Kg.
Lokasi budidaya berada di kawasan minapolitan dan berdekatan dengan UPI
milik Dinas Kabupaten. Bersedia hadir dan menjajaki kerjasama bisnis pada
acara pada acara MBFI.
b. UPR Ruspan - Kec. Cindai Alus, Kab. Banjar
Merupakan pendeder dan pembudidaya patin serta pembenih ikan Haruan, Nila
dan Mas :
budidaya patin : memiliki 4 kolam dengan ukuran 600 – 750 m2 dan
kedalaman 2 meter. Total produksi berkisar 50 Ton/Tahun dan kebutuhan
benih 50.000 Ekor/Tahun dengan lama pemeliharaan rata-rata 7- 8 bulan.
Benih dibeli dari Bogor ukuran 3 – 4 Cm dengan harga Rp. 140,/ekor
kemudian didederkan kembali. Untuk biaya pakan berkerjasama dengan
Pak Firdaus (PT. CP). Apabila pembayaran non tunai, dikenai tambahan
bayaran Rp. 2.500/Zak dalam masa 3 bulan. Hasil panen dijual kembali
kepada PT.CP dengan harga Rp. 15.500 - 16.000,- per Kg selanjutnya
dikirim ke Surabaya.
Pembenihan ikan papuyu : dilakukan 8 siklus/Tahun. Produksi benih 20.000
– 25.000 ekor/bulan dengan ukuran 4-6 cm dengan masa pemeliharaan 45-
50 hari dan dijual seharga Rp. 200,-/ekor.
Pembenihan ikan mas : dilakukan 4 siklus/Tahun, produksi 300.000 –
400.000 ekor/Tahun. Harga jual benih ukuran 3-4 cm sebesar Rp. 125,-.
c. Kunjungan ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) berada di Kec. Cindai Alus, Kab.
Banjar, kapasitas 3 ton/Hari baru diresmikan akhir Februari 2018, sekarang di
kontrakkan kepada PT. Satya Trinadi Komira Perkasa (PT STKP). UPI baru
menyerap sekitar 300 Kg/hari, hal ini disebabkan harga beli patin yang tinggi
yaitu Rp.18.000 - Rp. 18.500/Kg. PT STKP berharap adanya kontrak kerja
dengan pembudidaya sehingga ada konsistensi pasokan dan harga ikan patin.
Sementara dalam waktu dekat, Dinas Perikanan Kab. Banjar akan mengadakan
sosialisasi antara pembudidaya dengan UPI agar ada kerjasama.
3. Diskusi dan permasalahan
Hasil diskusi dengan petugas Dinas Kabupaten dan Pembudidaya dapat
disimpulkan sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 20
Kelompok UPR Agro Mina Wisata IV diminta membuat Berita Acara dan
membuat laporan induk ikan nila yang hanyut, selanjutnya mengajukan
permohonan bantuan ke BPBAT Mandiangin.
Produksi ikan patin tiap hari 30 Ton/Hari untuk kebutuhan pasar lokal
dengan harga Rp. 18.000/Kg dan untuk kebutuhan industri pengolahan
sebanyak 15 Ton/Minggu dengan harga 15.500 -16.000/Kg, dikirim ke
Surabaya kerjasama pembudidaya dengan PT. CP.
Produksi budidaya patin berkisar : 200 – 100 Ton/Ha dengan rata –rata
kedalaman kolam 2 (dua) meter.
Benih umumnya berasal dari Bogor, secara kualitas dan kuantitas
mencukupi.
UPI berharap ada kesepakatan dengan pembudidaya dalam hal harga
sehingga dapat beroperasi normal dan bisa menyerap 3 ton patin/hari.
Limbah dari processing patin belum ada yang menampung, diharap ada
kelompok pakan mandiri yang menampung limbah tersebut sebagai bahan
baku pakan.
Unit pembudidaya patin di Kab. Banjar yang bersertifikasi CBIB baru 2 unit
dan total Prov. Kalsel berjumlah 307 unit (data Desember 2017). Perlu
menjadi perhatian karena sebagian UPI mulai mempersyaratkan.
2.4. Rapat Audiensi dengan Komisi II DPRD Kab. Bangka Barat
Sehubungan penugasan menghadiri undangan rapat dari Direktur Kawasan dan
Kesehatan Ikan (KKI), pada hari Senin Tanggal 5 Maret 2018 perihal sebagaimana
diatas, dengan ini dilaporkan :
1. Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Kerapu GMB IV lt 8 dipimpin oleh Direktur
KKI, dihadiri oleh Rombongan dari Komisi II DPRD dan Kepala Dinas Kelautan
dan Perikanan Bangka Barat serta perwakilan direktorat lingkup DJPB.
2. Rapat diawali dengan perkenalan peserta yang hadir dan dilanjutkan dengan
penyampaian potensi perikanan dan kelautan di Kab Bangka Barat. Potensi
utama daerah ini adalah untuk budidaya laut dan payau yaitu budidaya ikan
kerapu di KJA, kepiting soka serta kekerangan yang dikelola oleh BUMDES.
Tahun 2018 ini rencana pembangunan pabrik kemasan kerang dengan
kapasitas 2 ton/hari.
3. Setelah penyampaian kegiatan prioritas DJPB tahun 2018. dilanjutkan dengan
diskusi. Hasil diskusi dirangkum sebagai berikut :
- Perlu pengujian kandungan logam berat dari laboratorium yang terakreditasi
untuk memastikan kerang yang dihasilkan aman dari cemaran logam berat.
Saat ini produksi kekerangan Indonesia masih ditolak di Uni Eropa.
- Perlu zonasi kawasan budidaya, agar usaha budidaya yang ada saat ini
diharapkan dapat berkelanjutan.
- Tahun 2017, Bangka Barat belum ada permohonan bantuan benih maupun
gerpari, dan dipersilahkan kelompok yang memenuhi persyaratan untuk
mengajukan proposal bantuan untuk tahun 2018/2019.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 21
- Sudah memiliki BBI yaitu BBI Kelapa, dan pernah terkena dampak longsor
beberapa waktu lalu. Tahun 2017 dan 2018 menerima dana DAK, diminta
agar melengkapi laporannya ke bagian program DJPB. BBI agar disiapkan
untuk sertifikasi CPIB serta disarankan agar menetapkan komoditas
prioritas. (karena ikan yang dipelihara mencapai 6 komoditas)
2.5. FGD Marine Fisheries Business and Investment (MFBI)
Sehubungan penugasan untuk menghadiri undangan rapat Sesditjen PDSPKP pada
tanggal 22 Maret 2018 bertempat di RR. Tiram GMB IV lantai 15 perihal
sebagaimana diatas. Pertemuan ini merupakan tindaklanjut dari pertemuan 8 Maret
2018 guna memfasilitasi peluang kerjasama antara pembudidaya, pengolah patin
dan pemasar (horeka dan pasar modern) pada acara MFBI. Rapat dipimpin oleh
Sesditjen PDSPKP dan Direktur Pengolahan dan Bina Mutu, dihadiri oleh pelaku
usaha patin (PT. Central Pertiwi Bahari, PT. Dimas Reiza Perwira, PT. Cahaya Murni
Lestari), APCI, pasar modern (Superindo dan Transmart), horeka (ACS, Fish n Co),
UNIDO, perwakilan Ditjen Budidaya, BKIPM serta perwakilan Direktorat Lingkup
Ditjen PDSPKP, hasil sebagai berikut:
1. Beberapa hal yang dapat diinformasikan terkait peluang pasar patin:
a) Kebutuhan Aero Catering untuk menu berbahan baku patin mencapai 300
ton/bulan, dimana patin menempati urutan ketiga menu favorit bagi
penumpang penerbangan. Kriteria vendor ACS harus memiliki ISO 22000,
memiliki fasilitas yang memadai dan pengiriman tepat waktu serta kuantitas
yang kontinyu.
b) Superindo mensyaratkan bahan baku dari suplier yang memiliki sertifikasi
CBIB, namun ada keluhan pembudidaya kesulitan untuk perpanjangan
sertifikat.
c) Kebutuhan patin Transmart mencapai 30 ton per bulan, saat ini display patin
masih menggunakan merek “dori” karena belum ada instrumen legal untuk
menghapusnya.
d) Fish n Co mensyaratkan patin yang tidak berbau lumpur, ukuran seragam.
e) PT. Dimas Reiza Perwira memproduksi fillet patin 5 ton per hari dengan
sumber bahan baku dari Tulungagung. Saat ini, PT. Dimas Reiza Perwira
bermitra dengan PT. Cahaya Murni Lestari sebagai distributor.
2. Beberapa masukan terkait penyelenggaraan MFBIF :
a) Smartfish-Unido mengusulkan launching SOP Budidaya Patin
b) Penyerahan simbolis kredit dari Bank Jatim kepada pembudidaya patin
c) Promosi patin Indonesia melalui pameran/booth yang diisi oleh pelaku
usaha patin
d) Bazar kuliner berbahan baku patin
e) Ditjen Perikanan Budidaya telah mensosialisasikan rencana
penyelenggaraan MFBIF ke beberapa provinsi sentra patin, perlu disiapkan
undangan resmi
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 22
3. Hal yang perlu dikoordinasikan lebih lanjut :
a) Pada tanggal 4 April 2018, UNIDO dan APCI berencana melaksanakan
FGD tentang patin guna membahas keberlanjutan industri patin, sehingga
diharapkan kehadiran dan arahan dari sisi pemerintah selaku pemangku
kebijakan.
b) Terbitnya PP No. 9/2018 perlu dicermati terutama terkait import produk
perikanan.
c) Kebutuhan fillet patin lk 800-1.000 ton/tahun dan produksi nasional
diperkirakan 650 -700 ton/Tahun, perlu diwaspadai masih ada import illegal.
d) Penetapan tanggal pelaksanaan MFBIF yang diusulkan tanggal 12 April
2018.
e) Menindaklanjuti inisiasi kesepakatan bersama antar pelaku pengolahan fillet
patin dengan pelaku pemasaran.
f) Peluncuran Aplikasi Least Cost Formulation (LCF) oleh Menteri Kelautan
dan Perikanan ditandai dengan pemutaran video tentang aplikasi dimaksud
oleh UNIDO
g) Penyempurnaan agenda acara MFBIF.
2.6. Revitalisasi dan Pembinaan Unit Perbenihan Ikan Air Tawar di Kabupaten
Asahan, Sumatera Utara
Desakan gelombang globalisasi perdagangan dunia termasuk bidang perbenihan
perikanan tidak dapat dibendung lagi. Para pelaku usaha perbenihan di Indonesia
harus segera kreatif dan proaktif membenahi dan memperbaiki kinerja manajemen
agar mampu bersaing dalam menghasilkan induk/benih bermutu untuk memenuhi
kebutuhan, persyaratan dan harapan pembudidaya.
Menyadari pentingnya sistem mutu dalam unit pembenihan, melalui kegiatan
bimbingan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya mendorong para pelaku usaha
perbenihan perikanan untuk menerapkan sistem mutu pada setiap unit pembenihan
agar dapat menjamin benih yang dihasilkan, memperkecil risiko kegagalan,
mengurangi pemborosan, meningkatkan daya saing dan kepercayaan pelanggan
serta memudahkan kelancaran perdagangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan pembinaan untuk
mendorong pelaku usaha perbenihan, sehingga mempunyai komitmen untuk
menerapkan sistem mutu dalam proses produksinya. Berdasarkan hal tersebut, telah
dilakukan perjalanan dinas dalam rangka Pembinaan Unit Perbenihan Ikan Air Tawar
dan Revitalisasi unit pembenihan pada tanggal 07 – 10 Maret 2018 pada unit
pembenihan rakyat yang ada di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Kegiatan pembinaan perbenihan bertujuan untuk :
- Mendorong para pelaku usaha perbenihan untuk menerapkan Cara
Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dan sistem mutu perbenihan;
- Mengetahui kemampuan unit pembenihan dalam memenuhi persyaratan
sertifikasi CPIB dan sistem mutu perbenihan.
Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan pembinaan perbenihan adalah
pelaku usaha yang telah menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik dan unit
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 23
pembenihannya dapat disertifikasi sehingga dapat meningkatkan produksi dan benih
yang dihasilkan dapat terjamin mutunya baik komoditas ikan lele maupun air tawar
lainnya.
Kegiatan pembinaan perbenihan dilaksanakan pada tanggal 07 - 10 Maret 2018
berlokasi di ruang pertemuan unit pokdakan revitalisasi UPR thn 2017 kelompok
Kube Lele Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara :
No Nama Kelompok Komoditas Jumlah (Org)
1 Kelompok mekar Jaya Ikan Gurami 2
2 Kelompok Kube lele Ikan Lele 4
3 Kelompok Lestari Ikan Lele 2
4 Kelompok Tunas Baku Ikan Lele 1
5 Kelompok Seikamah Sejahtera Ikan Lele 1
6 Kelompok Karya Sepakat Ikan Lele 1
7 Kelompok Sejahtera ikan lele, nila
dan gurami
1
8 Kelompok Tani Makmur ikan lele, patin ,
gurami
1
9 Kelompok Teratai Jaya Ikan Gurami 1
10 Kelompok Sopo Nyono Ikan Lele 2
11 Kelompok Berkah Ikan Mas 1
12 Kelompok Sehati kerja Ikan Lele 1
13 Kelompok Maju Berkah Ikan Lele 2
14 Kelompok Senteng Ikan Gurami 1
15 Kelompok Dian Ikan Nila 1
Adapun hasil pertemuan pembinaan tersebut adalah :
Komitmen dan keberlanjutan dalam menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang
Baik;
Pembentukan sistem/jaringan/asosiasi pembenihan air Tawar seKabupaten
Asahan;
Penggunaan teknologi dalam proses produksi;
Unit pembenihan yg belum menerapkan dan sertifikasi CPIB komitmen dalam
penerapan dan melanjutkan sampai pada sertifikasi CPIB seperti Penggunaan
induk unggul (Surat Keterangan Asal induk), penanganan induk matang gonad
s/d pasca pemijahan, penataan kolam, management air inlet dan outlet,
Pencatatan (jumlah induk, produksi benih, daerah pemasaran), sterilisasi
peralatan dan wadah, penggunaan pakan terdaftar sesuai kebutuhan ikan.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 24
III. SUBDIT PERBENIHAN IKAN AIR PAYAU
3.1 Realisasi Bantuan Benih Ikan Air Payau
Realisasi bantuan benih tahun 2018 s.d bulan Maret sudah mencapai 8.220.500
ekor dengan jumlah bantuan ke pokdakan 8.220.500 ekor dan bantuan untuk
restocking sebanyak 0 ekor benih. Adapun sebaran bantuan benih tersebut sebagai
berikut :
No Nama UPT Jumlah Benih
Pokdakan Restocking
1 BPBAP Situbondo 3.173.000 0
2 BPBAP Takalar 3.547.500 0
3 BPIUUK Karangasem 1.500.000 0
Adapun rekapan bantuan benih untuk pokdakan berdasarkan kelengkapan
administrasi, baik SK maupu BAST adalah sebagai berikut:
No Nama UPT Jumlah Benih Pokdakan
BAST Non BAST
1 BPBAP Situbondo 0 3.173.000
2 BPBAP Takalar 0 3.547.500
3 BPIUUK Karangasem 0 1.500.000
3.2 Rapat Koordinasi
3.2.1 Koordinasi Alternatif Mekanisme Jaminan Kualitas Produk Akuakultur
Sehubungan dengan telah dilaksanakannya Rapat Koordinasi Alternatif Mekanisme
Jaminan Kualitas Produk Akuakultur pada hari Jumat, tanggal 2 Maret 2018 di Ruang
Rapat Vaname terdapat hasil rapat sebagai berikut:
a. Rapat telah dipimpin oleh Direktur Perbenihan dan dihadiri oleh Ketua Asosiasi
Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I);
Komisi Catfish Indonesia (KCI); United National Industrial Development
Organization (UNIDO); Forum Kemunikasi Pembenihan Udang Indonesia
(FKPUI); Badan Standardisasi Nasional (BSN); perwakilan dari Sustainable
Fisheries Partnership; PT Hatfield; Kedutaan Besar Belanda; Direktorat
Pengolahan dan Bina Mutu (Ditjen PDS); PT Charoen Pokpan (CP); Pusat
Standardisasi, Sistem dan Kepatuhan (BKIPM); Biro Hukum dan Organisasi;
Biro Kerjasama dan Humas; Bagian Hukum, DJPB; Direktorat lingkup DJPB.
b. Sustainable Fisheries Partnership menyampaikan mengenai zona manajemen
dalam produksi perikanan budidaya yang berkelanjutan. Zona manajemen dalam
program AIP (Aquaculture Improvement Project) adalah cara untuk menangani
limbah perikanan budidaya dan memastikan dampak kumulatif produksinya
dikelola dengan baik atau diminimalisasi melalui komunikasi dan koordinasi
antara pembudidaya di kawasan tersebut. Aktivitas untuk zonal management
antara lain manajemen dan surveilen untuk mengontrol penyakit, manajemen
sumber air, koordinasi sumber dan stok benih, transparansi dan manajemen
data produksi, konsultasi dan pelaporan secara teratur.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 25
c. Dalam rapat disampaikan bahwa beberapa pembudidaya di daerah menyatakan
bahwa sertifikat CBIB tidak memberikan nilai lebih bagi mereka, sebagai contoh
tidak ada penawaran harga yang lebih tinggi jika pembudidaya memiliki sertifikat
CBIB. (masukan bagi UPI agar menerapkan nilai tambah bagi pembudidaya
yang memiliki sertifikat CBIB sehingga dapat mendorong pembudidaya lain
untuk disertifikasi).
d. Saat ini keberadaan sertifikat CBIB telah diterima oleh UPI dan pasar
internasional, meskipun untuk pelaksanaan surveilen dianggap masih kurang
optimal karena belum dapat dilaksanakan sesuai dengan prosedur waktu yang
ditetapkan.
e. Sertifikat CBIB dibutuhkan oleh Unit Pengolahan Ikan (UPI) untuk penerimaan
produk perikanan yang akan diekspor, namun berdasarkan arahan MKP
meminta agar sertifikasi ditangani oleh pihak swasta dan pemerintah diminta
untuk lebih fokus kepada pembinaan. Terkait dengan hal tersebut maka Subdit
yang menangani sertifikasi dihilangkan dan anggaran untuk melakukan kegiatan
sertifikasi ditiadakan. Namun kesiapan pihak swasta untuk dapat melakukan
terkendala payung hukum yang mengatur belum ditetapkan sehingga masalah
sertifikasi CBIB masih menjadi tanggung jawab Ditjen Perikanan Budidaya
namun secara tugas dan fungsi sudah tidak ada dukungan anggaran;
f. Terkait dengan permasalahan diatas, telah diusulkan alternatif penjaminan mutu
tidak melalui sertifikasi namun melalui mekanisme penguatan inspeksi seperti
yang dilakukan oleh internal negara-negara di Eropa. Inspeksi ini dilakukan
terhadap SOP yang dilaksanakan secara acak baik terhadap farm dan maupun
waktu pelaksanaan. Kegiatan inspeksi ini dilakukan oleh Unit Pengolahan Ikan
(UPI) sebagai Quality Control.
g. Sertifikasi dilakukan berdasarkan permintaan pasar yang bekerjasama dengan
UPI. Sehingga UPI akan melakukan sertifikasi dengan mengadopsi sistem dari
WWF/ASC/GlobalGAP. Sehubungan dengan tugas tersebut, maka setiap UPI
harus memiliki inspektur yang bersertifikat. Inspektur ini dapat memanfaatkan
auditor CBIB di daerah. Hasil inspeksi tersebut berupa kartu hijau yang
mengijinkan produk diterima oleh UPI, kartu kuning yang menyaratkan agar
pembudidaya melakukan tindakan perbaikan jika ingin produknya diterima oleh
UPI dan kartu merah dimana UPI tidak akan menerima produk hasil
pembudidaya tersebut.
h. Tugas pemerintah pusat terkait dengan sistem tersebut adalah mengaudit
proses audit yang dilakukan oleh inspekur. Dengan cara ini maka sesuai
permintaan GSSI bahwa pemerintah sebagai pemilik sistem sertifikasi
melakukan audit terhadap pihak ketiga selaku pelaksana sertifikasi.
i. Untuk mendukung konsep tersebut sebaiknya pembudidaya dikelola dalam satu
kluster dan menerapkan zonal management.
j. Untuk mendukung traceability, sebaiknya UPI menyaratkan pembudidaya yang
menjual produknya ke UPI harus memiliki kartu identitas permbudidaya
(KUSUKA);
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 26
k. Dengan konsep tersebut diatas maka sistem jaminan mutu dan keamanan
pangan tersebut kuat terlebih jika didukung adanya monitoring residu yang
secara acak mengambil hasil budidaya di pembudidaya dan di UPI.
l. Jika sistem tersebut dapat berjalan maka biaya sertifikasi akan menjadi murah
atau terjangkau karena pembudidaya tidak perlu melakukan sertifikasi karena
pasar telah menerima sistem jaminan mutu yang ditawarkan oleh UPI.
m. Perlu dilakukan komunikasi antara pembudidaya dengan UPI terkait
ketersediaan dan permintaan produk. Seringkali UPI menyatakan bahwa
terdapat kekosongan produk untuk diolah sedangkan di pembudidaya
menyatakan produk berlimpah dan tidak dapat dipasarkan. Sebaiknya UPI dapat
menyampaikan produk yang diminta oleh pasar ke pembudidaya dan
pembudidaya diharapkan dapat menghasilkan produk sesuai dengan permintaan
UPI.
n. Terkadang pembeli (buyer) di luar negeri menyaratkan UPI untuk mengambil
produk dari pembudidaya yang bersertifikat sesuai permintaan buyer. Biasanya
pembiayaan sertifikasi ini ditanggung bersama antara UPI dengan buyer. Namun
terkadang pembudidaya menjual produknya ke UPI yang lain. Hal ini yang
menyebabkan UPI merasa berat jika biaya sertifikasi diserahkan ke UPI.
o. Berdasarkan hasil rekomendasi hasil audit dari Directorate General for Health
and Food Safety (DG SANTE) tahun lalu disebutkan bahwa sertifikat CBIB telah
memenuhi persyaratan, tidak harus dalam bentuk IndoGAP. IndoGAP
merupakan jembatan atas permintaan negara dengan permintaan buyer dimana
istilah IndoGAP dirasa lebih memiliki nilai jual di pasar internasional
dibandingkan CBIB.
p. Selama ini pemerintah dianggap belum dapat menjamin aspek food safety
perikanan dari hulu. Untuk meningkatkan nilai ekspor sebaiknya bukan hanya
memperhatikan pasar namun sebaiknya memperhatikan aspek food safety di
hulu terlebih dahulu.
q. Pemerintah diharapkan dapat melakukan sertifikasi untuk tambak semi intensif
dan tradisional atau tambak rakyat. Sedangkan untuk tambak intensif, proses
sertifikasi dapat dilakukan sendiri atau bekerjasama dengan UPI.
r. Untuk mendukung LSPro perlu segera didukung adanya auditor yang
independent dan diakui secara dunia internasional.
s. Badan Standardisasi Nasional (BSN) selaku penginisiasi Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP) tentang Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)
menginformasikan bahwa saat ini RPP telah berada di Sekretariat Negara untuk
mendapatkan persetujuan (paraf) dari Kementerian/Lembaga terkait. Terjadi
keterlambatan dalam proses persetujuan dari Kementerian/Lembaga pada
sebelumnya karena adanya masukan untuk penambahan pasal yang
menyangkut keberpihakan terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM) yang
menyebabkan pengulangan proses persetujuan (paraf) oleh Sekretariat Negara
kepada Kementerian/Lembaga terkait;
t. Sehubungan dengan mendesaknya kebutuhan pembentukan Lembaga
Sertifikasi (LSPro) untuk melakukan sertifikasi dibidang CBIB/IndoGAP
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 27
sedangkan Peraturan Pemerintah yang memayungi Peraturan Menteri tersebut
saat ini belum disahkan, maka BSN memberikan masukan agar KKP segera
memproses Peraturan Menteri tentang Pembentukan LSPro untuk Sertifikasi
IndoGAP tanpa menunggu Peraturan Pemerintah disahkan.
u. Terkait hal tersebut Ditjen Perikanan Budidaya perlu segera berkoordinasi
dengan Biro Hukum untuk membicarakan masukan dari BSN untuk memproses
Draft Permen KP tentang Pembentukan LSPro.
3.2.2 Rapat Lanjutan Rencana Pembentukan Lembaga Sertifikasi Perikanan
Budidaya
Dalam rapat untuk menindaklanjuti rencana pembentukan Lembaga Sertifikasi (LS)
Independent dibawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka kami telah
melaksanakan rapat lanjutan dengan hasil rapat kami laporkan sebagai berikut:
a. Rapat dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2018 di Ruang Rapat Haruan yang
dipimpin oleh Kasubdit Perbenihan Ikan Air Payau dan dihadiri oleh Ir. Maskur
M.Si; Kasubdit Perbenihan Ikan Air Tawar; Kasie. Budidaya Ikan Air Payau dan
Laut (Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya); perwakilan dari auditor
Sertifikasi CPIB dan sekretariat Sertifikasi CPIB.
b. Dasar pembentukan LS mengacu pada PP No 28 tahun 2017 tentang
Pembudidayaan Ikan yaitu untuk pengendalian mutu pembudidayaan ikan.
c. Struktur organisasi lembaga akan ditetapkan melalui Peraturan/Surat Keputusan
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Ketetapan ini hanya dapat mengatur
tugas dan fungsi dari lembaga sertifikasi belum dapat mengatur mengenai
pembiayaan yang perlu dilakukan oleh suatu unit pembudidayaan kepada
lembaga sertifikasi.
d. Terkait hal tersebut diatas maka sumber pembiayaan sertifikasi masih harus
ditanggung oleh pemerintah. Pada tahun ini penyediaan anggaran adalah
melalui dana dekonsentrasi (pembudidaya tidak dibebankan biaya sertifikasi).
e. Untuk rencana kedepan, pemerintah diharapkan dapat menanggung biaya
sertifikasi pembudidaya skala kecil dan semi intensif. Sedangkan untuk
pembudidaya skala besar dapat melakukan sertifikasi melalui LS yang
terakreditasi;
f. Susunan anggota Tim Otoritas Kompeten sebaiknya berasal dari perwakilan
masing-masing stakeholder seperti FKPUI, GPMT, AP5I, dan sebagainya.
Sehingga peranan mereka dapat sebagai pengambil keputusan terhadap
permasalahan pengendalian mutu yang ada bukan hanya sekedar memberi
saran/masukan.
g. Untuk penyusunan struktur organisasi disarankan dapat mengundang
perwakilan dari GlobalGAP.
h. Penentapan personil untuk LS sebaiknya dilakukan setelah struktur organisasi
LS terbentuk.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 28
i. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian antara lain :
Perlu dipastikan adanya nilai tambah dari kebijakan pembentukan LSPro
IndoGAP
Perlu dipastikan ruang lingkup IndoGAP apakah menggunakan konsep
CBIB versi 1 plus yaitu food safety dan traceability atau menggunakan
konsep CBIB versi 2 dengan 4 pilar (food safety, kesehatan dan
kenyamanan ikan, kelestarian lingkungan dan sosial ekonomi).
Perlu memastikan pasar/buyer yang akan menerima produk perikanan
budidaya untuk dapat menentukan ruang lingkup sertifikasi IndoGAP yang
akan dilaksanakan.
3.2.3 Rapat Pembahasan Rancangan Permen KP tentang Usaha Pembudidayaan
Ikan
Sehubungan dengan telah dilaksanakannya Rapat Pembahasan Rancangan Permen
KP tentang Usaha Pembudidayaan Ikan tanggal 8-9 Maret 2018 di Ruang Rapat
Trichodhina, Instalasi Litbang Pengendalian Penyakit Ikan, Depok, Jawa Barat,
terddapat hasil rapat sebagai berikut:
a. Rapat dipimpin oleh Direktur Produksi dan Usaha dan dihadiri oleh Kepala
Bagian Perundang-Undangan-Biro Hukum dan Organisasi KKP;
Kepala Subbagian Perundang-Undangan Bidang Perikanan Budidaya dan PDS-
Biro Hukum dan Organisasi KKP; Kabag. Hukum, Organisasi dan Kerjasama-
DJPB; perwakilan Ditjen Perikanan Tangkap; perwakilan Ditjen PSDKP,
Direktorat Perbenihan; Direktorat Pakan dan Obat Ikan; Direktorat Kawasan dan
Kesehatan Ikan; Staf Bagian Hukum-DJPB dan Subdit Pelayanan Usaha.
b. Beberapa catatan yang menjadi usulan dari Direktorat Perbenihan antara lain:
Untuk mengatasi gini ratio yang lebar serta mempertahankan penataan
ruang dan wilayah sebagai peruntukan usaha pembudidayaan, diharapkan
unit usaha pembudidayaan dapat membuka saham 25 - 40 % yang dapat
dibeli oleh penduduk sekitar dan masyarakat lain. Masalah Gini Ratio yang
diatasi dengan skema Crowd funding seperti ket diatas akan memperkuat
posisi lahan sebagai wilayah budidaya dlm RTRW arena keterlibatan
banyak pihak dan juga dari segi sosial dan keamanan karena penduduk yg
berbatasan langsung telah memiliki saham dalam usaha ini
Ketentuan ini diharapkan dapat diatur dalam Permen tentang Usaha
Pembudidayaan Ikan. Namun disampaikan oleh Biro Hukum dan Organisasi
bahwa terkait dengan investasi terdapat aturan tersendiri yang mengaturnya
sehingga tidak dapat dimasukkan dalam Permen Usaha Pembudidayaan
Ikan. Selain itu jika suatu unit pembudidayaan tidak membuka saham untuk
penduduk sekitar dan masyarakat lain, kita tidak dapat memberikan sanksi
ke mereka;
Pengaturan untuk pembudidaya skala kecil agar membentuk klaster di
wilayah usaha untuk mempermudah pengendalian lingkungan dan penyakit
serta kontrak produksi dengan pengolahan dan pemasaran tidak dapat
diakomodasi dalam pasal karena kita belum dapat memberikan sanksi jika
pembudidaya skala kecil tidak membentuk klaster;
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 29
Pembudidaya skala kecil memiliki kelemahan dalam ketelusuran identitas
dan produk sehingga memerlukan suatu alat atau perangkat untuk
membantu ketelusuran tersebut. Dengan memasukkan pemberian kartu
identitas (Kusuka) ketika unit usaha mendapatkan surat ijin usaha perikanan
diharapkan dapat mengatasi permasalahan ini. Hal ini juga akan
mempermudah pembinaan dan mengontrol unit pembudidayaan karena
semua data unit dapat kita akses. Dijelaskan oleh Biro Hukum bahwa
mekanisme permohonan ijin usaha perikanan berbeda dengan mekanisme
permohonan kartu Kusuka sehingga tidak dapat diberikan bersamaan.
Usulan untuk memasukkan penerapan CBIB dalam persyaratan usaha
pembudidayaan tidak dapat diakomodir karena SNI CBIB belum ditetapkan
sebagai SNI wajib sehingga belum dapat diatur sanksinya jika unit
pembenihan tidak menerapkan. Disarankan penerapan CPIB dimasukkan
dalam lampiran perencanaan sebagai persyaratan permohonan ijin usaha
pembudidayaan.
c. Terkait masukan yang tidak dapat diakomodir dalam Rancangan Permen KP
tentang Usaha Pembudidayaan Ikan dapat diatur melalui Surat Keputusan (SK)
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.
3.2.4 Rapat Pembahasan Penyusunan Skema Sertifikasi IndoGAP oleh LSPro
Berdasarkan surat undangan Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Nomor 2026/DJPB/TU.330.S4/III/2018 hal Undangan Pembahasan Penyusunan
Skema Sertifikasi LSPro IndoGAP, terdapat hasil diskusi sebagai berikut:
a. Rapat dipimpin oleh Direktur Perbenihan dan dihadiri oleh perwakilan Pusat
Akreditasi dan Lembaga Sertifikasi (BSN); Biro Hukum Organisasi Humas
(BSN); Bagian Perundang-undangan I (Biro Hukum dan Organisasi); Bagian
Hukum, Kerjasama dan Humas (DJPB); Direktorat Perbenihan; Direktorat
Produksi dan Usaha; Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan; Direktorat Pakan
dan Obat Ikan; Bapak Dwika Herdikiawan; Bapak Maskur.
b. Tujuan dilaksanakan rapat adalah sebagai tindaklanjut persiapan pembentukan
LSPro/LPK Independen untuk melaksanakan sertifikasi IndoGAP.
c. Sertifikasi terhadap proses budidaya (CBIB) sangat diperlukan sebagai
persyaratan penerimaan produk perikanan budidaya oleh Unit Pengolah Ikan
(UPI). Namun kondisi saat ini, pelaksanaan sertifikasi CBIB tidak dapat
dilaksanakan karena tidak adanya bagian yang menangani sertifikasi
(Pemerintah sudah tidak memiliki tugas untuk sertifikasi namun pihak ketiga
(Lembaga Sertifikasi) untuk sertifikasi CBIB belum dapat dibentuk).
d. Terkait kondisi tersebut, AP5I menyampaikan bahwa kondisi ekspor Indonesia
sudah dalam kondisi “lampu kuning” yang jika tidak dilakukan tindakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut maka Indonesia tidak akan dapat lagi
melakukan ekspor karena tidak memenuhi persyaratan sertifikasi yang diminta
oleh buyer.
e. BSN menyampaikan bahwa Rancangan PP mengenai Lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK) telah mendapat paraf dari K/L terkait dan posisi saat ini
berada di Kementerian Koordinator Perekonomian.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 30
f. Terdapat salah pengertian dalam mengartikan sertifikasi CPIB dimana yang
disertifikasi unit pembenihan sehingga sertifikat yang diberikan merupakan
jaminan atas proses pembenihan tersebut. Namun seringkali disebutkan istilah
benih yang bersertifikat yang berarti jaminan atas produk.
g. Berdasarkan penjelasan BSN mengenai keinginan AP5I untuk dicantumkan logo
CBIB terhadap produk perikanan yang dihasilkan dari unit pembudidayaan yang
telah menerapkan CBIB atau bersertifikat CBIB hal ini dimungkinkan atau
diperbolehkan. Hal ini seperti yang telah diterapkan di pakan organik dimana
yang disertifikasi sistem/prosesnya namun logo penerapannya dicantumkan di
produk.
h. Penerapan CBIB dapat dibedakan menjadi versi 1 dan versi 2 menyesuaikan
kebutuhan pasar/buyer. Hal ini pernah diterapkan pada Kementerian Lingkungan
Hidup dalam Ecolabeling yaitu versi 1 dan versi 2.
i. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pelaksanaan CBIB:
versi 1 :
(+) selama ini berjalan dengan versi 1 sehingga lebih mudah
pelaksanaannya
(-) memastikan buyer yang mau menerima dengan kondisi sertifikasi CBIB
versi 1
versi 2 :
(+) daya saing lebih tinggi
(-) peraturan menteri yang mengatur belum ditetapkan
(-) pembudidaya belum siap untuk penerapan
(-) auditor belum siap untuk mengaudit dengan sistem tersebut dalam
waktu dekat sehingga membutuhkan peningkatan kompetensi
j. Di Undang-undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) tidak mengatur atau
mengamanatkan agar suatu K/L memiliki LPK atau menunjuk LPK untuk
mensertifikasi, yang dapat dilakukan adalah K/L meregistrasi LPK yang telah
teregistrasi oleh KAN. Terkait dengan hal tersebut maka sebaiknya dalam
Permen diatur agar LPK yang melakukan sertifikasi harus terakreditasi oleh KAN
kemudian meregistrasikan ke K/L yang menangani.
k. Apabila LPK tidak melakukan registrasi ke K/L maka KAN dapat melakukan
tindakan terhadap LPK karena dianggap mal-administrasi.
l. Beberapa ketentuan pengaturan LPK
SNI sukarela
- Jika belum ada LPK yang terakreditasi namun sertifikasi tersebut sangat
dibutuhkan untuk digunakan maka:
BSN dapat menunjuk LPK untuk menyertifikasi
Berdasarkan konsensus maka sertifikasi dilakukan oleh K/L yang
menangani
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 31
- Jika sudah ada LPK yang terakreditasi maka K/L meregistrasi LPK tersebut
SNI wajib
LPK yang melakukan sertifikasi harus terakreditasi KAN dan teregistrasi di
K/L yang menangani
m. Apabila LPK independen untuk sertifikasi IndoGAP terbentuk maka perlu
dilakukan revisi terhadap PP 75 tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara bukan Pajak yang berlaku pada KKP.
n. Pembinaan pemerintah terhadap pembudidaya skala kecil dapat dilakukan
dengan menfasilitasi sertifikasi meskipun dilakukan oleh LPK swasta yaitu
dengan mengalokasikan APBD untuk kegiatan sertifikasi seperti yang telah
dilakukan di Provinsi Jawa Timur.
o. Mekanisme IndoGAP dapat dilakukan dengan LPK independen milik pemerintah
yang telah ada saat ini yaitu LPK Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil
Perikanan (BBP2HP) yang berada di Ditjen Peningkatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan.
3.2.5 Hasil Koordinasi Alternatif LSPro dengan Ditjen PDSPKP
Menindaklanjuti masukan dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) tentang alternatif
pelaksanaan sertifikasi IndoGAP melalui LSPro BBP2HP, maka telah diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Rapat koordinasi dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2018 di ruang Sekretaris
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
(PDSPKP) yang dihadiri oleh Seditjen. PDSPKP, perwakilan Balai Besar
Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP), Kasubdit. Perbenihan Ikan Air
Tawar, Kasie Perbenihan Ikan Air Payau Skala Besar, Kasie Perbenihan Ikan Air
Payau Skala Besar, perwakilan auditor CPIB dan CBIB.
b. Tujuan dilaksanakan rapat adalah untuk menjajaki alternatif pelaksanaan
sertifikasi IndoGAP melalui LSPro BBP2HP. Alternatif ini dilakukan untuk
mengakomodir pelaksanaan sertifikasi IndoGAP oleh lembaga independen milik
pemerintah yang dibutuhkan segera untuk memenuhi persyaratan mutu pasar
domestik dan internasional.
c. Beberapa catatan hasil rapat antara lain:
Sesdit PDSPKP pada dasarnya menyetujui apabila Ditjen Perikanan
Budidaya berencana untuk melakukan sertifikasi IndoGAP dibawah LSPro
yang dikelola secara independen oleh Balai Besar Pengujian Penerapan
Hasil Perikanan (BBP2HP) melalui penambahan ruang lingkup sertifikasi di
LSPro BBP2HP.
Terkait dengan hal tersebut perlu dilakukan tinjauan atau kajian hukum
terhadap kemungkinan tersebut dan berdasarkan tugas dan fungsi masing-
masing bagian.
Saat ini LSPro BBP2HP telah memiliki 15 (lima belas) ruang lingkup
sertifikasi untuk produk perikanan. Sertifikasi ini sedikit berbeda dengan
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 32
sertifikasi di perikanan budidaya dimana menggunakan ruang lingkup
proses.
BBP2HP meminta jika penambahan ruang lingkup untuk sertifikasi IndoGAP
dapat dilakukan, maka Ditjen Perikanan Budidaya harus berkoordinasi dan
mendukung segala kebutuhan untuk proses akreditasi dan operasional
sertifikasi tersebut. Hal ini disebabkan:
- proses akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dilakukan
terhadap LSPro BBP2HP sehingga memerlukan dukungan data dan
lain-lain sesuai persyaratan akreditasi dimana data tersebut berada di
Ditjen Perikanan Budidaya
- LSPro BBP2HP harus mampu memberikan jaminan terhadap hasil audit
yang dilakukan oleh Ditjen Perikanan Budidaya karena sertifikat yang
dikeluarkan ditanda tangan oleh Kepala Badan/LSPro.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain:
- Perlu pembahasan lebih lanjut antara BSN, Biro Hukum KKP, Ditjen
PDSPKP dan Ditjen Perikanan Budidaya terkait kajian hukum dan
pembagian tugas.
- LSPro BBP2HP merupakan LS untuk produk dengan tusi sertifikasi
produk berbeda dengan LS untuk IndoGAP untuk proses.
- Jika diperlukan sebaiknya dilakukan koordinasi lebih lanjut berupa
kunjungan ke LSPro BBP2HP.
3.2.6 Rapat Koordinasi Alternatif Mekanisme Jaminan Kualitas Produk
Pada tanggal 2 Maret 2018 di Ruang Rapat Vannamei telah dilaksanakan rapat
perihal mengenai koordinasi alternative mekanisme jaminan kualitas produk yang
dipimpin oleh Direktur Perbenihan dan dihadiri oleh perwakilan dari Sustainable
Fisheries Partnership, Forum Komunikasi Perbanihan Udang Indonesia (FKPUI),
Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan (AP5I), PT.
Hatfield, Ketua Aquaculture Stewardship Council (ASC), United Nation Industrial
Development Organization (UNIDO), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Kedutaan
Besar Belanda, Direktorat Pengolahan Bina Muti – Ditjen PDS, SIKPI, Marketing
Indomaret dan Alfamart, BKIPM, Biro Hukum dan Organisasi - KP, Biro Kerjasama
dan Humas - KP, Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan, Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya, dan Subbag Hukum. Hasil rapat didapat sebagai berikut:
a. AP5I menyampaikan informasi terkait inspeksi dari Tim Uni Eropa yang
berdampak ancaman penolakan (banned) terhadap produk perikanan Indonesia.
Hal ini terjadi karena produk perikanan Indonesia dianggap belum terjamin
keamanan pangannya (food safety). Oleh karena itu diharapkan peningkatan
kualitas dan keberlanjutan pelaksanaan Sertifikasi CPIB/CBIB sebagai salah
satu proses jaminan mutu produk perikanan budidaya yang telah diakui oleh Uni
Eropa;
b. Pelaksanaan Sertifikasi CPIB/CBIB saat ini kurang optimal karena dalam
pelaksanaannya surveilen belum sesuai dengan standar. Untuk itu diusulkan
penerapan sertifikasi melalui mekanisme inspeksi yang dilakukan oleh Unit
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 33
Pengolahan Ikan (UPI) sebagai Quality Control mengacu pada Pedoman
CPIB/CBIB dengan melibatkan peran serta auditor di daerah. Konfirmasi
kesesuaian penerapan CPIB/CBIB dilakukan oleh auditor pusat sebagai Quality
Assurance;
c. Badan Standardisasi Nasional (BSN) menginisiasi Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang saat ini proses
tersebut telah sampai pada tahap mendapatkan persetujuan dari
Kementerian/Lembaga terkait penambahan klausul Pasal yang menyangkut
keberpihakan terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM), yang selanjutnya
dikembalikan ke Sekretariat Negara untuk pengesahan Presiden;
d. Sehubungan dengan Peraturan Pemerintah tentang Lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK) saat ini belum disahkan maka Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya (DJPB) belum dapat menerapkan skema Sertifikasi CPIB/CBIB yang
diusulkan menjadi Sertifikasi Indonesian Good Aquaculture Practices (IndoGAP)
3.2.7 Sosialisasi Bantuan Pemerintah Lingkup DJPB di Kendari
Sehubungan dengan pelaksanaan Forum Bantuan Pemerintah Lingkup DJPB di
Provinsi Sulawesi Tenggara, hasil pertemuan dimaksud sebagai berikut :
a. Kegiatan sosialisasi bantuan pemerintah ini dihadiri oleh peserta dari 15 (lima
belas) Kabupaten/kota dengan narasumber dari Direktorat Teknis Lingkup DJPB
serta dari pihak Asuransi Jasindo;
b. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 06 s/d 07 Maret 2018 di Blitz Hotel, Kota
Kendari;
c. Hasil diskusi dengan peserta pertemuan adalah sebagai berikut:
Kebutuhan induk udang unggul dirasakan cukup mendesak untuk
menghasilkan benih dalam jumlah dan mutu yang lebih memadai. Hal ini
mengingat kebutuhan benih udang maupun ikan bandeng di Provinsi
Sulawesi Tenggara yang cukup besar dan sebagian besar harus didatangkan
dari Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Bali. Terkait dengan hal tersebut,
pemerintah kabupaten/kota mengharapkan adanya bantuan induk unggul dari
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;
Pabrik pengolah Rumput Laut di Kabupaten Bombana masih kekurangan
suplai bahan baku dari wilayah sekitar karena kebutuhan minimal dalam satu
kali proses produksi adalah sebesar 10 ton. Mengantisipasi kekurangan
rumput laut tersebut, pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bombana telah berkoordinasi dengan BPBAP Takalar untuk pemenuhan
kebutuhan bibit yang diharapkan merupakan hasil dari perbanyakan bibit
Kultur Jaringan;
Dengan telah selesainya rehabilitasi HSRT di Kabupaten Kolaka maka
kelompok pengelola membutuhkan pendampingan teknis produksi minimal 1
siklus. Hal ini mengingat kelompok hanya berpengalaman dalam pembesaran
naupli atau PL4 menjadi PL 8-10, sedangkan operasional HSRT selanjutnya
termasuk kegiatan pemijahan induk Vaname Nusantara yang di suplai dari
BPBAP Takalar. Terkit dengan hal tersebut maka telah dilakukan koordinasi
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 34
dengan BPAP Takalar untuk mengupayakan kebutuhan pendampingan
dimaksud;
Total KJA yang ada dan aktif saat ini di Kabupaten Buton sejumlah 23 unit,
berfungsi menjadi tempat penampungan ikan-ikan kecil komoditas penting
dari hasil tangkapan untuk kemudian dipelihara sekitar 3 s/d 6 bulan,
tergantung ukuran saat tebarnya. Untuk mendukung kegiatan budidaya yang
telah berjalan tersebut, diharapkan bantuan benih ikan kerapu dari DJPB;
Dinas KP di Daerah berharap pembinaan dan pemantauan serta evaluasi
penerapan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) tetap dilaksanakan
secara konsisten karena disamping sebagai sarana pembinaan, para
pembenih sangat mengandalkan lisensi/sertifikat tersebut dalam memasarkan
produk mereka. Dengan demikian upaya penerapan CPIB serta proses
sertifikasinya perlu terus dijalankan tanpa mengabaikan unsur independensi
dan keobyektifannya demi menjaga nilai dari sebuah sertifikat dan
mempertahankan kepercayaan pasar;
3.2.8 Perayaan 40 (Empat Puluh) Tahun FAO di Indonesia
Sehubungan dengan pelaksanaan “Celebrating the 40th years Anniversary of the
FAO Representation and a near 70 years Partnership with Indonesia” di Gedung
Sapta Pesona - Kementerian Pariwisata pada tanggal 15 Maret 2018, hasil dari
pertemuan tersebut adalah :
a. Narasumber pada pertemuan ini antara lain Siti Nurbaya (Menteri Kehutanan
dan Lingkungan Hidup), Mark Smulders (perwakilan FAO di Indonesia), Dr.
Suseno Sukoyo (perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan), Prof.
Sjarifuddin Baharsjah (mantan Menteri Pertanian), dan Prof. Indroyono Soesilo
(mantan Direktur Kelautan dan Perikanan FAO di Roma);
b. Indonesia telah menjalin kerjasama dengan FAO sejak tahun 1949 dan
mendirikan kantor perwakilan tetapnya di Jakarta pada tahun 1979. Selama
tujuh dekade, FAO telah menyelesaikan lebih dari 650 (enam ratus lima puluh)
proyek dan program di seluruh Indonesia dengan mitra-mitra di Indonesia, dan
bantuan teknis lebih dari 1600 (seribu enam ratus) pakar dan konsultan baik dari
Indonesia maupun internasional;
c. Kerjasama FAO dalam mendukung sektor pangan dan pertanian di Indonesia
adalah kemitraan jangka panjang dengan banyak menghadirkan pakar teknis di
sektor pertanian, perikanan dan kehutanan dan juga memfasilitasi keterlibatan
pakar Indonesia melalui kerjasama selatan-selatan. Tidak hanya di wilayah Asia-
Pasifik, tapi juga di seluruh dunia;
d. Proyek kerjasama yang telah dilaksanakan FAO di Indonesia di bidang
perikanan dan kelautan diantaranya adalah : program mina padi di Kabupaten
Sleman dan Limapuluh Kota, memperkenalkan konsep “Blue Growth Initiative”
(polikultur untuk budidaya rumput laut, ikan dan kerang) di Lombok, peningkatan
nilai tambah produk perikanan melalui budidaya rumput laut dan pengolahannya
di Sumba (NTT), dan sebagainya;
e. Kemitraan FAO – Indonesia di masa depan menuju Sustainable Development
Goals (SDGs) pada tahun 2030 akan menghadapi banyak tantangan terkait
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 35
kemiskinan pedesaan, perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan
kepastian aman pangan sehat yang terjangkau bagi seluruh masyarakat
terutama untuk mengatasi tingginya malnutrisi;
f. Tugas FAO bekerja sama dengan kementerian-kementerian terkait akan terus
berlanjut melalui pertukaran pengetahuan, teknologi dan praktik terkini di bidang
pangan. FAO juga akan membantu memberikan masukan terkait kebijakan yang
dibutuhkan untuk membantu mewujudkan ketahanan pangan dan gizi yang lebih
baik.
3.2.9 Diskusi Rencana Pembentukan Lembaga Sertifikasi Perikanan Budiddaya
Menindaklanjuti arahan Bapak Direktur Jenderal Perikanan Budidaya untuk
membentuk Lembaga Sertifikasi (LS) Independent dibawah Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya pada masa transisi sebelum sertifikasi dilakukan oleh LSPro
dapat dilaksanakan, hasil rapat sebagai berikut:
a. Rapat persiapan awal LS Independent telah dilaksanakan pada tanggal 07 Maret
2018 di ruang rapat Haruan yang dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat
Perbenihan dan Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya;
b. Tujuan dilaksanakannya rapat adalah untuk menyusun persiapan pembentukan
lembaga independen yang antara lain membahas usulan struktur organisasi,
personil, rencana kerja dan usulan kebutuhan anggaran LS tersebut;
c. Hasil pembahasan berupa :
Usulan Struktur Organisasi (akan dikonsultasikan dengan Badan
Standarisasi Nasional–BSN) (Lampiran 1)
Rencana jadwal kegiatan (Lampiran 2)
Usulan personil dan struktur organisasi LS Pro Independent (Lampiran 3)
Usulan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 218.450.000 (Lampiran 4)
d. Target sertifikasi pada tahun 2018 sebanyak 2.200 unit terdiri dari CPIB 200 unit
dan CBIB 2.000 unit.
3.2.10 Diskusi Lanjutan Rencana Pembentukan Lembaga Sertifikasi Perikanan
Budidaya
Menindaklanjuti rencana pembentukan Lembaga Sertifikasi (LS) Independent
dibawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka telah dilaksanakan rapat
lanjutan dengan hasil sebagai berikut:
a. Rapat dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2018 di Ruang Rapat Haruan yang
dipimpin oleh Erigenius P dan dihadiri oleh Ir. Adang Sudjana, Ir. Maskur M.Si,
Debora Prihatmajanti (Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya), Herry Subhan,
Sri Ismaryati, Akbar A., Fatimah Sau, Aditya H.E., dan seluruh staf subdit
Perbenihan Ikan Air Payau;
b. Dasar pembentukan LS Pro mengacu pada PP no 28/ 2017 tentang
Pembudidayaan Ikan. Struktur organisasi lembaga akan ditetapkan melalui SK
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya;
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 36
c. Sumber pembiayaan sertifikasi adalah melalui dana dekonsentrasi (tidak ada
pungutan) dengan target penerima sertifikat adalah pembudidaya skala kecil dan
semi intensif;
d. Anggota Tim Otoritas Kompeten sebaiknya dipilih juga perwakilan dari masing-
masing stakeholder seperti FKPUI, GPMT, AP5I, dan sebagainya;
e. Pembentukan LSPro IndoGAP ini diharapkan akan lebih independent,
terakreditasi dan memiliki nilai tambah selain food safety juga traceability
(Aquaculture Improvement Project);
f. Agar dapat mengundang perwakilan dari Global GAP untuk bisa mengarahkan
pembentukan struktur organisasi;
3.3 Sertifikasi dan Pelatihan MPM CPIB
3.3.1 Sertifikasi CPIB di Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan kegiatan Sertifikasi CPIB di Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan
pada tanggal 07-10 Maret 2018. Sertifikasi dilakukan di Kabupaten Bandung pada
Pokdakan Tunas Mina Lestari, Kabupaten Bandung Barat pada UPR Istana Mutiara
dan UPR Sinar Bintang Mandiri, Kabupaten Subang pada CDKPWU Cijengkol,
Kabupaten Sukabumi pada UPTD Balai Benih Ikan Cimaja dan Kota Sukabumi pada
BBI Sukakarya UPT Agribisnis Perikanan Kota Sukabumi, kami sampaikan informasi
terkait hasil sertifikasi yang diaudit sebagai berikut :
A. Pokdakan Tunas Mina Lestari (Ikan Mas)
Pokdakan Tunas Mina Lestari adalah salah satu unit pembenihan yang secara
kontinyu melakukan kegiatan pembenihan ikan mas dan nila yang berlokasi di Jl.
Raya Pacet Km.2 Kp. Cipaku, Desa Pakutandang, Kecamatan Ciparay,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pembenihan ikan mas
mulai operasional tahun 1996 dengan menggunakan induk yang berasal dari
BBPBAT Sukabumi. Deskripsi produk akhir adalah benih berumur 21 hari
dengan ukuran 2-3 cm. Berdasarkan sarana prasarana yang dimiliki, Pokdakan
Tunas Mina Lestari memiliki kapasitas produksi benih ikan mas 800.000 –
1.500.000 ekor/tahun. Produksi riil rata-rata per tahun 900.000 ekor/tahun yang
dihasilkan dari 12-18 siklus produksi dalam setahun dengan harga Rp. 17/ekor.
Wilayah pemasaran meliputi Kabupaten Bandung dan sekitarnya.
Kegiatan pembenihan ikan nila mulai operasional tahun 1996 dengan
menggunakan induk yang berasal dari BBPBAT Sukabumi. Deskripsi produk
akhir adalah benih berumur 30 hari, 60 hari dan 90 hari dengan ukuran 3-5 cm,
5-7 cm, 9-12 cm. Berdasarkan sarana prasarana yang dimiliki, Pokdakan Tunas
Mina Lestari memiliki kapasitas produksi benih ikan nila 500.000 – 700.000
ekor/tahun. Produksi riil rata-rata per tahun 600.000 ekor/tahun yang dihasilkan
dari 10 siklus produksi dalam setahun dengan harga Rp. 150/ekor, Rp.300,-/ekor
dan Rp.500,-/ekor. Wilayah pemasaran meliputi Kabupaten/Kota Bandung dan
Kabupaten Garut.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 37
Manajer Pengendali Mutu (MPM) dalam kegiatan pembenihan di Pokdakan
Tunas Mina Lestari atas nama Hendar Kadarusman, S.Pi dengan No.Register
MPM: 17/MPMCPIB-106/Ditnih DJPB-BPPP Tegal/X/2014.
Gambar 7. Pokdakan Tunas Mina Lestari (Ikan Mas dan Ikan Nila)
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 16
3. Minor : 5
Uraian Temuan Acuan / Ref Rencana Tindakan Perbaikan
1 Tidak ada unit pengolah limbah A.II.2.8 17 Menyediakan unit pengolah limbah
2 Tidak dilengkapi SKA untuk induk lokal berasal dari anggota
jejaring pemuliaan
A.IV.1.3 24 Melengkapi SKA untuk induk lokal berasal dari anggota jejaring
pemuliaan
3 Tidak tersedia SPO manajemen induk (karantina induk,
pengamatan pertumbuhan, dan kesehatan, pemberian pakan
dan obat-obatan, bahan kimia dan bahan biologi)
B.II.1.1.a 62 Menyediakan SPO manajemen induk (karantina induk,
pengamatan pertumbuhan, dan kesehatan, pemberian pakan
dan obat-obatan, bahan kimia dan bahan biologi)
4 Tidak tersedia SPO manajemen benih (aklimasi, pengamatan
pertumbuhan,sintasan, keseragaman, abnormalitas dan
kesehatan, pemberian pakan dan obat-obatan, bahan kimia dan
bahan biologi)
B.II.1.1.b 63 Menyediakan SPO manajemen benih (aklimasi, pengamatan
pertumbuhan,sintasan, keseragaman, abnormalitas dan
kesehatan, pemberian pakan dan obat-obatan, bahan kimia dan
bahan biologi)
5 Tidak tersedia SPO manajemen air (treatment, pengamatan
kualitas air untuk induk dan benih)
B.II.1.1.c 64 Menyediakan SPO manajemen air (treatment, pengamatan
kualitas air untuk induk dan benih)
6 Tidak tersedia SPO panen, pengemasan dan distribusi B.II.1.1.d 65 Menyediakan SPO panen, pengemasan dan distribusi
7 Tidak tersedia SPO biosekuriti B.II.1.1.e 66 Menyediakan SPO biosekuriti
8 SPO tidak absah dan tidak mutakhir B.II.1.2 67 SPO dibuat absah dan mutakhir
9 SPO tidak mudah didapatkan B.II.1.3 68 SPO diatur agar mudah didapatkan
10 Rekaman tidak mutakhir dan tidak absah B.II.2.1 69 Rekaman dibuat mutakhir dan absah
11 Rekaman tidak mudah didapatkan B.II.2.2 70 Rekaman diatur agar mudah didapatkan
12 Tidak ada rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi B.II.3.1 71 Melengkapi rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi
13 Tidak ada rekaman penggunaan pakan,obat-obatan dan bahan
kimia
B.II.3.2 72 Melengkapi rekaman penggunaan pakan,obat-obatan dan bahan
kimia
14 Tidak ada rekaman pengamatan kualitas air secara lengkap B.II.3.3 73 Melengkapi rekaman pengamatan kualitas air
15 Tidak ada rekaman pengamatan kesehatan/pertumbuhan ikan B.II.3.4 74 Melengkapi rekaman pengamatan kesehatan/pertumbuhan ikan
16 Tidak ada rekaman produksi dan distribusi benih B.II.3.5 75 Melengkapi rekaman produksi dan distribusi benih
17 Tidak ada rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan B.II.3.6 76 Melengkapi rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan
18 Tidak ada pengujian Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg),
Bakteri e-coli
C.I.2 78 Melakukan pengujian Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg)
dan Bakteri E. coli pada laboratorium
19 Tidak ada pemagaran unit dengan pembatasan akses masuk
satu pintu
C.IV.2 86 Diadakan pemagaran unit dengan pembatasan akses masuk
satu pintu
20 Sanitasi lingkungan kurang bersih D.1 91 Melakukan sanitasi lingkungan yang lebih bersih
21 Tidak melakukan pengolahan limbah D.2 92 Melakukan pengolahan limbah
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 38
B. UPR Istana Mutiara
UPR Istana Mutiara adalah salah satu unit pembenihan yang secara kontinyu
melakukan kegiatan pembenihan ikan lele yang berlokasi di Jalan Tank Blok AA
No 06 RT 09 RW 19 Desa Cilame Kecamatan Ngamprah Badung Barat Jawa
Barat. Kegiatan pembenihan ikan mas mulai operasional tahun 2013 dengan
menggunakan induk yang berasal dari BPPI Sukamandi dan BPAT Cijengkol.
Deskripsi produk akhir adalah benih lele berumur 30 hari dengan ukuran 7 cm.
Berdasarkan sarana prasarana yang dimiliki, UPR Istana Mutiara memiliki
kapasitas produksi benih ikan lele 2.880.000 ekor/tahun. Produksi riil rata-rata
per tahun 2.880.000 ekor/tahun yang dihasilkan dari 12 siklus produksi dalam
setahun dengan harga Rp. 250/ekor. Wilayah pemasaran meliputi Kabupaten
Bandung Barat dan DKI Jakarta.
Manajer Pengendali Mutu (MPM) dalam kegiatan pembenihan di UPR Istana
Mutiara atas nama Didin Ristandi, S.St. dengan No.Register MPM:
05/MPMCPIB-77/Ditnih-DJPB-DKP prop.JaBar/V/2013.
Gambar 8. UPR Istana Mutiara
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 5
3. Minor : 4
Uraian Temuan Acuan / Ref Rencana Tindakan Perbaikan
1 Tidak ada ruang mesin A.II.1.3 7 Menyediakan ruang mesin
2 Tidak dilengkapi SKA untuk induk lokal berasal dari anggota
jejaring pemuliaan
A.IV.1.3 24 Melengkapi SKA untuk induk lokal berasal dari anggota jejaring
pemuliaan
3 Tidak ada personel mekanik *) B.I.2.5 58 Melengkapi personel mekanik *)
4 SPO tidak absah dan tidak mutakhir B.II.1.2 67 SPO dibuat absah dan mutakhir
5 Rekaman tidak mutakhir dan tidak absah B.II.2.1 69 Rekaman dibuat mutakhir dan absah
6 Tidak ada rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan B.II.3.6 76 Melengkapi rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan
7 Tidak ada pengujian Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg),
Bakteri e-coli
C.I.2 78 Melakukan pengujian Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg)
dan Bakteri E. coli pada laboratorium
8 Tidak ada pemagaran unit dengan pembatasan akses masuk
satu pintu
C.IV.2 86 Diadakan pemagaran unit dengan pembatasan akses masuk
satu pintu
9 Sanitasi lingkungan kurang bersih D.1 91 Melakukan sanitasi lingkungan yang lebih bersih
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 39
C. UPR Sinar Bintang Mandiri
UPR Sinar Bintang Mandiri adalah salah satu unit pembenihan yang secara
kontinyu melakukan kegiatan pembenihan ikan lele yang berlokasi di Jl. Infantri
Blok Lapang, Ds. Cilame, Kec. Ngamprah, Kab. Bandung Barat, Provinsi Jawa
Barat. Kegiatan pembenihan ikan lele mulai operasional tahun 2015 dengan
menggunakan induk yang berasal dari BBPBAT Sukabumi dan BPAT Cijengkol.
Deskripsi produk akhir adalah benih lele berumur 40 hari dengan ukuran 4-6 cm.
Berdasarkan sarana prasarana yang dimiliki, UPR Sinar Bintang Mandiri
memiliki kapasitas produksi benih ikan lele 3.000.000 ekor/tahun. Produksi riil
rata-rata per tahun 3.000.000 ekor/tahun yang dihasilkan dari 10 siklus produksi
dalam setahun dengan harga Rp. 150/ekor. Wilayah pemasaran meliputi
Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang.
Manajer Pengendali Mutu (MPM) dalam kegiatan pembenihan di UPR Sinar
Bintang Mandiri atas nama Didin Ristandi, S.St. dengan No.Register MPM:
05/MPMCPIB-77/Ditnih-DJPB-DKP prop.JaBar/V/2013.
Gambar 9. UPR Sinar Bintang Mandiri (Ikan Lele)
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis
2. Mayor : 9
3. Minor : 4
Uraian Temuan Acuan / Ref Rencana Tindakan Perbaikan
1 Tidak ada unit pengolah limbah A.II.2.8 17 Menyediakan unit pengolah limbah
2 Tidak tersedia peralatan laboratorium (termometer, pH meter/pH
paper, DO Meter, Refraktometer/ Salinometer (untuk payau laut),
Mikroskop)
A.II.3.2 19 Menyediakan peralatan laboratorium (termometer, pH meter/pH
paper, DO Meter, Refraktometer/ Salinometer (untuk payau laut),
Mikroskop)
3 SPO tidak absah dan tidak mutakhir B.II.1.2 67 SPO dibuat absah dan mutakhir
4 Rekaman tidak mutakhir dan tidak absah B.II.2.1 69 Rekaman dibuat mutakhir dan absah
5 Rekaman tidak mudah didapatkan B.II.2.2 70 Rekaman diatur agar mudah didapatkan
6 Tidak ada rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi B.II.3.1 71 Melengkapi rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi
7 Tidak ada rekaman penggunaan pakan,obat-obatan dan bahan
kimia
B.II.3.2 72 Melengkapi rekaman penggunaan pakan,obat-obatan dan bahan
kimia
8 Tidak ada rekaman pengamatan kualitas air secara lengkap B.II.3.3 73 Melengkapi rekaman pengamatan kualitas air
9 Tidak ada rekaman pengamatan kesehatan/pertumbuhan ikan B.II.3.4 74 Melengkapi rekaman pengamatan kesehatan/pertumbuhan ikan
10 Tidak ada rekaman produksi dan distribusi benih B.II.3.5 75 Melengkapi rekaman produksi dan distribusi benih
11 Tidak ada rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan B.II.3.6 76 Melengkapi rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan
12 Tidak ada pengujian Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg),
Bakteri e-coli
C.I.2 78 Melakukan pengujian Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg)
dan Bakteri E. coli pada laboratorium
13 Tidak melakukan pengolahan limbah D.2 92 Melakukan pengolahan limbah
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 40
D. Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara (CDKPWU) Cijengkol
CDKPWU Cijengkol adalah salah satu unit pembenihan yang secara kontinyu
melakukan kegiatan pembenihan ikan patin dan lele yang berlokasi di Jl.
Sukamandi - Purwadadi KM.2, Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi,
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kegiatan pembenihan ikan patin mulai
operasional tahun 1998 dengan menggunakan induk yang berasal dari BRPI
Sukamandi. Deskripsi produk akhir adalah benih patin berumur 0 hari dan 30
hari dengan ukuran larva dan 1 inchi. Berdasarkan sarana prasarana yang
dimiliki, CDKPWU Cijengkol memiliki kapasitas produksi benih ikan patin
masing-masing sejumlah 192.000.000 ekor larva/tahun dan 9.600.000 ekor
benih 1 inchi/tahun. Produksi riil rata-rata per tahun masing-masing sejumlah
90.000.000 ekor larva dan 8.000.000 ekor benih 1 inchi yang dihasilkan dari 8
siklus produksi dalam setahun dengan harga masing-masing Rp.5,-/ekor (larva)
dan Rp. 85,-/ekor (benih 1 inchi). Wilayah pemasaran meliputi Jawa Barat, DKI
Jakarta, Banten, Sumatera dan Kalimantan.
Kegiatan pembenihan ikan lele mulai operasional tahun 1998 dengan
menggunakan induk yang berasal dari BBPBAT Sukabumi. Deskripsi produk
akhir adalah benih lele berumur 12-90 hari dengan ukuran 1-12 cm.
Berdasarkan sarana prasarana yang dimiliki, CDKPWU Cijengkol memiliki
kapasitas produksi per tahun benih ikan lele masing-masing sejumlah 5.000.000
ekor larva, 4.000.000 ekor benih ukuran 2-3 cm, 3.500.000 ekor benih ukuran 3-
5 cm dan 2.000.000 ekor benih ukuran 5-7 cm. Produksi riil rata-rata per tahun
masing-masing sejumlah 3.000.000 ekor larva, 2.000.000 ekor benih ukuran 2-3
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 18
3. Minor : 6
Uraian Temuan Acuan / Ref Rencana Tindakan Perbaikan
1 Tidak ada ruang mesin A.II.1.3 7 Menyediakan ruang mesin
2 Tidak ada ruang penyimpanan peralatan A.II.1.4 8 Menyediakan ruang penyimpanan peralatan
3 Tidak ada ruang penyimpanan pakan, obat ikan, bahan kimia
dan biologik
A.II.1.5 9 Menyediakan ruang penyimpanan pakan, obat ikan, bahan kimia
dan biologik
4 Tidak ada unit pengolah limbah A.II.2.8 17 Menyediakan unit pengolah limbah
5 Tidak tersedia peralatan laboratorium (termometer, pH meter/pH
paper, DO Meter, Refraktometer/ Salinometer (untuk payau laut),
Mikroskop)
A.II.3.2 19 Menyediakan peralatan laboratorium (termometer, pH meter/pH
paper, DO Meter, Refraktometer/ Salinometer (untuk payau laut),
Mikroskop)
6 Tidak dilengkapi SKA untuk induk lokal berasal dari anggota
jejaring pemuliaan
A.IV.1.3 24 Melengkapi SKA untuk induk lokal berasal dari anggota jejaring
pemuliaan
7 Tidak tersedia SPO manajemen induk (karantina induk,
pengamatan pertumbuhan, dan kesehatan, pemberian pakan
dan obat-obatan, bahan kimia dan bahan biologi)
B.II.1.1.a 62 Menyediakan SPO manajemen induk (karantina induk,
pengamatan pertumbuhan, dan kesehatan, pemberian pakan
dan obat-obatan, bahan kimia dan bahan biologi)
8 Tidak tersedia SPO manajemen benih (aklimasi, pengamatan
pertumbuhan,sintasan, keseragaman, abnormalitas dan
kesehatan, pemberian pakan dan obat-obatan, bahan kimia dan
bahan biologi)
B.II.1.1.b 63 Menyediakan SPO manajemen benih (aklimasi, pengamatan
pertumbuhan,sintasan, keseragaman, abnormalitas dan
kesehatan, pemberian pakan dan obat-obatan, bahan kimia dan
bahan biologi)
9 Tidak tersedia SPO manajemen air (treatment, pengamatan
kualitas air untuk induk dan benih)
B.II.1.1.c 64 Menyediakan SPO manajemen air (treatment, pengamatan
kualitas air untuk induk dan benih)
10 Tidak tersedia SPO panen, pengemasan dan distribusi B.II.1.1.d 65 Menyediakan SPO panen, pengemasan dan distribusi
11 Tidak tersedia SPO biosekuriti B.II.1.1.e 66 Menyediakan SPO biosekuriti
12 SPO tidak absah dan tidak mutakhir B.II.1.2 67 SPO dibuat absah dan mutakhir
13 SPO tidak mudah didapatkan B.II.1.3 68 SPO diatur agar mudah didapatkan
14 Rekaman tidak mutakhir dan tidak absah B.II.2.1 69 Rekaman dibuat mutakhir dan absah
15 Rekaman tidak mudah didapatkan B.II.2.2 70 Rekaman diatur agar mudah didapatkan
16 Tidak ada rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi B.II.3.1 71 Melengkapi rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi
17 Tidak ada rekaman penggunaan pakan,obat-obatan dan bahan
kimia
B.II.3.2 72 Melengkapi rekaman penggunaan pakan,obat-obatan dan bahan
kimia
18 Tidak ada rekaman pengamatan kualitas air secara lengkap B.II.3.3 73 Melengkapi rekaman pengamatan kualitas air
19 Tidak ada rekaman pengamatan kesehatan/pertumbuhan ikan B.II.3.4 74 Melengkapi rekaman pengamatan kesehatan/pertumbuhan ikan
20 Tidak ada rekaman produksi dan distribusi benih B.II.3.5 75 Melengkapi rekaman produksi dan distribusi benih
21 Tidak ada rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan B.II.3.6 76 Melengkapi rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan
22 Tidak ada pengujian Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg),
Bakteri e-coli
C.I.2 78 Melakukan pengujian Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg)
dan Bakteri E. coli pada laboratorium
23 Sanitasi lingkungan kurang bersih D.1 91 Melakukan sanitasi lingkungan yang lebih bersih
24 Tidak melakukan pengolahan limbah D.2 92 Melakukan pengolahan limbah
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 41
cm, 1.000.000 ekor benih ukuran 3-5 cm dan 700.000 ekor benih ukuran 5-7 cm
yang dihasilkan dari 6-8 siklus produksi dalam setahun dengan harga Rp. 5,-
/ekor (larva), Rp.30,-/ekor (benih 2-3 cm), Rp.70,-/ekor (benih 3-5 cm) dan
Rp.150,-/ekor (benih 5-7 cm). Wilayah pemasaran meliputi Jawa Barat, DKI
Jakarta, Banten, Sumatera dan Kalimantan.
Manajer Pengendali Mutu (MPM) dalam kegiatan pembenihan di CDKPWU
Cijengkol atas nama Yayan Taryana dengan No.Register MPM: 01/MPMCPIB-
01/Ditnih-DPB/XII/2007.
Gambar 10. CDKPWU Cijengkol (Ikan Patin dan Ikan Lele)
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 11
3. Minor : 2
Uraian Temuan Acuan / Ref Rencana Tindakan Perbaikan
1 Tidak ada ruang mesin A.II.1.4 8 Menyediakan ruang mesin
2 Tidak ada ruang penyimpanan peralatan A.II.1.5 9 Menyediakan ruang penyimpanan peralatan
3 Tidak ada personel manajemen Induk*) B.I.2.1 55 Melengkapi personel manajemen Induk*)
4 Tidak ada personel produksi benih B.I.2.2 56 Melengkapi personel produksi benih
5 Tidak ada personel pemeriksaan kualitas air dan kesehatan ikan B.I.2.5 59 Melengkapi personel pemeriksaan kualitas air dan kesehatan
ikan
6 Tidak ada personel mekanik *) B.I.2.6 60 Melengkapi personel mekanik *)
7 SPO tidak absah dan tidak mutakhir B.II.1.2 69 SPO dibuat absah dan mutakhir
8 Tidak ada rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi B.II.3.1 73 Melengkapi rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi
9 Tidak ada rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan B.II.3.6 78 Melengkapi rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan
10 Tidak melakukan pengujian bakteri pathogen (coliform) pada
laboratorium yang sudah terakreditasi KAN
C.I.5 83 Melakukan pengujian bakteri pathogen (coliform) pada
laboratorium yang sudah terakreditasi KAN
11 Tidak ada hasil uji Mikro organisme pathogen (coliform) C.II.4 87 Melengkapi hasil uji mikro organisme pathogen (coliform)
12 Tidak ada sterilisasi roda kendaraan yang masuk ke unit
pembenihan (pencelupan roda kendaraan)
C.V.4 97 Diadakan sterilisasi roda kendaraan yang masuk ke unit
pembenihan (pencelupan roda kendaraan)
13 Personil/Karyawan tidak menggunakan perlengkapan kerja
(sepatu boot, sarung tangan dll)
C.V.5 98 Personil/Karyawan menggunakan perlengkapan kerja (sepatu
boot, sarung tangan dll)
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 11
3. Minor : 2
Uraian Temuan Acuan / Ref Rencana Tindakan Perbaikan
1 Tidak ada ruang mesin A.II.1.4 8 Menyediakan ruang mesin
2 Tidak ada ruang penyimpanan peralatan A.II.1.5 9 Menyediakan ruang penyimpanan peralatan
3 Tidak ada personel manajemen Induk*) B.I.2.1 55 Melengkapi personel manajemen Induk*)
4 Tidak ada personel produksi benih B.I.2.2 56 Melengkapi personel produksi benih
5 Tidak ada personel pemeriksaan kualitas air dan kesehatan ikan B.I.2.5 59 Melengkapi personel pemeriksaan kualitas air dan kesehatan
ikan
6 Tidak ada personel mekanik *) B.I.2.6 60 Melengkapi personel mekanik *)
7 SPO tidak absah dan tidak mutakhir B.II.1.2 69 SPO dibuat absah dan mutakhir
8 Tidak ada rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi B.II.3.1 73 Melengkapi rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi
9 Tidak ada rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan B.II.3.6 78 Melengkapi rekaman keluhan dan kepuasan pelanggan
10 Tidak melakukan pengujian bakteri pathogen (coliform) pada
laboratorium yang sudah terakreditasi KAN
C.I.5 83 Melakukan pengujian bakteri pathogen (coliform) pada
laboratorium yang sudah terakreditasi KAN
11 Tidak ada hasil uji Mikro organisme pathogen (coliform) C.II.4 87 Melengkapi hasil uji mikro organisme pathogen (coliform)
12 Tidak ada sterilisasi roda kendaraan yang masuk ke unit
pembenihan (pencelupan roda kendaraan)
C.V.4 97 Diadakan sterilisasi roda kendaraan yang masuk ke unit
pembenihan (pencelupan roda kendaraan)
13 Personil/Karyawan tidak menggunakan perlengkapan kerja
(sepatu boot, sarung tangan dll)
C.V.5 98 Personil/Karyawan menggunakan perlengkapan kerja (sepatu
boot, sarung tangan dll)
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 42
E. UPTD Balai Benih Ikan Cimaja-Kabupaten Sukabumi
UPTD Balai Benih Ikan Cimaja-Kabupaten Sukabumi adalah salah satu unit
pembenihan yang secara kontinyu melakukan kegiatan pembenihan ikan patin
yang berlokasi di Desa Karangpapak, Kec. Cisolok, Kab. Sukabumi-Jawa Barat.
Kegiatan pembenihan ikan patin mulai operasional tahun 1998 dengan
menggunakan induk yang berasal dari BPBAT Cijengkol. Deskripsi produk akhir
adalah benih patin berumur 2 bulan dengan ukuran 1-2 inch. Berdasarkan
sarana prasarana yang dimiliki, UPTD Balai Benih Ikan Cimaja-Kabupaten
Sukabumi memiliki kapasitas produksi benih ikan patin 1.000.000 ekor/tahun.
Produksi riil rata-rata per tahun 500.000 ekor/tahun yang dihasilkan dari 6 siklus
produksi dalam setahun dengan harga Rp.200,-/ekor. Wilayah pemasaran
meliputi Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kabupaten
Bekasi dan Kabupaten Lebak Banten.
Manajer Pengendali Mutu (MPM) dalam kegiatan pembenihan di UPTD Balai
Benih Ikan Cimaja-Kabupaten Sukabumi atas nama Irsan Lubis, S.Pi. dengan
No.Register MPM: 08/MPMCPIB-129/Ditnih-DJPB-DKP Kab.Sukabumi/V/2016.
Gambar 11. UPTD BBI Cimaja (Ikan Patin)
F. BBI Sukakarya UPT Agribisnis Perikanan – Kota Sukabumi
BBI Sukakarya UPT Agribisnis Perikanan-Kota Sukabumi adalah salah satu unit
pembenihan yang secara kontinyu melakukan kegiatan pembenihan ikan patin
yang berlokasi di Desa Sukakarya, Kec. Warudoyong, Kota Sukabumi, Provinsi
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 11
3. Minor : 0
Uraian Temuan Acuan / Ref Rencana Tindakan Perbaikan
1 Tidak ada personel manajemen Induk*) B.I.2.1 55 Melengkapi personel manajemen Induk*)
2 Tidak ada personel mekanik *) B.I.2.6 60 Melengkapi personel mekanik *)
3 Tidak ada rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi B.II.3.1 73 Melengkapi rekaman pembelian/pengadaan sarana produksi
4 Tidak melakukan pengujian Kadmium (Cd) pada laboratorium
yang sudah terakreditasi KAN
C.I.2 80 Melakukan pengujian Kadmium (Cd) pada laboratorium yang
sudah terakreditasi KAN
5 Tidak melakukan pengujian Timbal (Pb) pada laboratorium yang
sudah terakreditasi KAN
C.I.3 81 Melakukan pengujian Timbal (Pb) pada laboratorium yang sudah
terakreditasi KAN
6 Tidak melakukan pengujian Merkuri (Hg) pada laboratorium yang
sudah terakreditasi KAN
C.I.4 82 Melakukan pengujian Merkuri (Hg) pada laboratorium yang
sudah terakreditasi KAN
7 Tidak melakukan pengujian bakteri pathogen (coliform) pada
laboratorium yang sudah terakreditasi KAN
C.I.5 83 Melakukan pengujian bakteri pathogen (coliform) pada
laboratorium yang sudah terakreditasi KAN
8 Tidak ada hasil uji Kadmium (Cd) C.II.1 84 Melengkapi hasil uji Kadmium (Cd)
9 Tidak ada hasil uji Timbal (Pb) C.II.2 85 Melengkapi hasil uji Timbal (Pb)
10 Tidak ada hasil uji Merkuri (Hg) C.II.3 86 Melengkapi hasil uji Merkuri (Hg)
11 Tidak ada hasil uji Mikro organisme pathogen (coliform) C.II.4 87 Melengkapi hasil uji mikro organisme pathogen (coliform)
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 43
Jawa Barat. Kegiatan pembenihan ikan patin mulai operasional tahun 2008
dengan menggunakan induk yang berasal dari BPBAT Cijengkol. Deskripsi
produk akhir adalah benih patin dengan ukuran 1/2-3/4 inchi. Berdasarkan
sarana prasarana yang dimiliki, BBI Sukakarya UPT Agribisnis Perikanan-Kota
Sukabumi memiliki kapasitas produksi benih ikan patin 500.000 ekor/tahun.
Produksi riil rata-rata per tahun 200.000 ekor/tahun yang dihasilkan dari 3 siklus
produksi dalam setahun dengan harga Rp. 60-80,-/ekor. Wilayah pemasaran
meliputi Kabupaten Sukabumi.
Manajer Pengendali Mutu (MPM) dalam kegiatan pembenihan di BBI Sukakarya
UPT Agribisnis Perikanan-Kota Sukabumi atas nama Teten Sutandi, S.Pi.
dengan No. Register MPM: 13/MPMCPIB-64/Ditnih-DJPB-DKP Prov.Jabar/
VI/2012.
Gambar 12. BBI Sukakarya UPT Agribisnis Perikanan
3.3.2 Sertifikasi CPIB di Provinsi Banten
Berdasarkan rangka Pembinaan Unit Perbenihan Ikan Air Payau (pembinaan dan
sertifikasi) pada tanggal 13 - 16 Maret 2018 pada unit pembenihan rakyat yang ada
di Kabupaten Pandeglang dan Tangerang, Banten dengan Surat Perintah Tugas
Jumlah Ketidak sesuaian
1. Kritis : 0
2. Mayor : 16
3. Minor : 2
Uraian Temuan Acuan / Ref Rencana Tindakan Perbaikan
1 Tidak ada ruang mesin A.II.1.4 8 Menyediakan ruang mesin
2 Tidak ada ruang penyimpanan peralatan A.II.1.5 9 Menyediakan ruang penyimpanan peralatan
3 Tidak ada unit pengolah limbah A.II.2.8 18 Menyediakan unit pengolah limbah
4 Tidak ada personel manajemen Induk*) B.I.2.1 55 Melengkapi personel manajemen Induk*)
5 Tidak ada personel pemasaran benih B.I.2.3 57 Melengkapi personel pemasaran benih
6 Tidak ada personel produksi pakan hidup B.I.2.4 58 Melengkapi personel produksi pakan hidup
7 Tidak ada personel pemeriksaan kualitas air dan kesehatan ikan B.I.2.5 59 Melengkapi personel pemeriksaan kualitas air dan kesehatan
ikan
8 Tidak ada personel mekanik *) B.I.2.6 60 Melengkapi personel mekanik *)
9 Tidak ada personel administrasi B.I.2.7 61 Melengkapi personel administrasi
10 Tidak melakukan pengujian bakteri pathogen (coliform) pada
laboratorium yang sudah terakreditasi KAN
C.I.5 83 Melakukan pengujian bakteri pathogen (coliform) pada
laboratorium yang sudah terakreditasi KAN
11 Tidak ada hasil uji Mikro organisme pathogen (coliform) C.II.4 87 Melengkapi hasil uji mikro organisme pathogen (coliform)
12 Tidak ada sterilisasi roda kendaraan yang masuk ke unit
pembenihan (pencelupan roda kendaraan)
C.V.4 97 Diadakan sterilisasi roda kendaraan yang masuk ke unit
pembenihan (pencelupan roda kendaraan)
13 Personil/Karyawan tidak menggunakan perlengkapan kerja
(sepatu boot, sarung tangan dll)
C.V.5 98 Personil/Karyawan menggunakan perlengkapan kerja (sepatu
boot, sarung tangan dll)
14 Tidak ada disinfeksi terhadap alas kaki pada footbath C.V.6 99 Melengkapi sarana disinfeksi terhadap alas kaki pada footbath
15 Tidak ada sarana pencucian tangan personil/karyawan yang
masuk ke unit pembenihan, kultur pakan alami, dan induk
C.V.7 100 Melengkapi sarana pencucian tangan personil/karyawan yang
masuk ke unit pembenihan, kultur pakan alami, dan induk
16 Tidak ada penerapan desinfeksi wadah, peralatan dan ruangan C.V.8 101 Melengkapi sarana penerapan desinfeksi wadah, peralatan dan
ruangan
17 Tidak dilakukan sanitasi lingkungan D.1 102 Melakukan sanitasi lingkungan
18 Tidak melakukan pengolahan limbah D.2 103 Melakukan pengolahan limbah
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 44
Direktur Perbenihan Nomor 401/DP/SPT/III/2018.kami sampaikan informasi terkait
hasil sertifikasi yang diaudit sebagai berikut :
1. PT. Suri Tani Pemuka Carita
PT. Suri Tani Pemuka Carita berlokasi di Jl. Labuan – Carita, Km. 06 Kp.
Pamatang Desa Banjarmasin Kecamatan Carita Kbupaten Pandeglang, Banten.
Pembenihan udang vaname ini memulai operasi pada tahun 2009 dengan
deskripsi produk akhir, yaitu post larva. Asal induk dan alamat unit produksinya
yaitu impor dari hawai dengan produksi riil rata-rata 360.000.000 ekor/ tahun.
Jumlah siklus 12 siklus dan daerah pemasarannya di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Lampung dan DIY.
Gambar 13. PT. Suri Tani Pemuka Carita (Udang Vaname)
No Uraian Hasil Pembinaan
1 Pengujian bakteri pathogen
(coliform)
Belum melakukan pengujian bakteri
pathogen (coliform)
2 Hasil uji bakteri pathogen
(coliform)
Belum ada hasil uji bakteri pathogen
(coliform)
3 Bahan kimia, obat ikan dan
bahan biologi terdaftar di KKP
Pengunaan vitamin C belum terdaftar di
KKP
4 Sanitasi lingkungan Sanitasi lingkungan belum maksimal
2. UPR Karya Mitra Abadi
UPR Karya Mitra Abadi berlokasi di Kp. Blok Kelapa Rt.03/02 Desa Serdang
Wetan Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang. Benih lele ukuran 3 – 5 Cm,
dengan induk berasal dari BBPBAT Sukabumi dengan produksi riil rata-rata
5.000.000 ekor/ tahun. Jumlah siklus 10 siklus dan daerah pemasarannya di
Tangerang.
Gambar 14. UPR Karya Mitra Abadi (Ikan Lele)
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 45
No Uraian Hasil Pembinaan
1 Teknis - Belum melakukan pengukuran
parameter kualitas air (suhu dan ph)
- Belum melakukan aklimasi benih
disetiap tahapan pemeliharaan benih.
2 Manajemen - Tidak ada SPO Biosecurity
- SPO Manajemen Benih belum lengkap
- SPO tidak absah
- Tidak ada rekaman pembelian sarana
produksi
- Tidak ada rekaman penggunaan pakan
- Tidak ada rekaman pengamatan
kualitas air
- Tidak ada rekaman pengamatan
kesehatan dan pertumbuhan ikan
- Tidak ada rekaman keluhan dan
kepuasan pelanggan
- Rekaman tidak mutakhir dan absah
- Rekaman tidak mudah didapatkan
3 Keamanan Pangan - Belum melakukan uji logam berat dan
bakteri pathogen
- Belum melakukan pemagaran unit
pembenihan dengan pembatasan
akses keluar dan masuk satu pintu
4 Lingkungan - Sanitasi lingkungan belum maksimal
3. UPR Mina Bhakti Lestari
UPR Mina Bhakti Lestari berlokasi di Desa Telagasari Kecamatan Cikupa
Kabupaten Tangerang. Benih lele ukuran 1– 3 Cm, dengan induk berasal dari
BBPBAT Sukabumi dengan produksi riil rata-rata 4.800.000 ekor/ tahun.
Jumlah siklus 12 siklus dan daerah pemasarannya di Tangerang.
Gambar 15. UPR Mina Bhakti Lestari (Ikan Lele)
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 46
No Uraian Hasil Pembinaan
1 Teknis - Belum melakukan aklimasi benih disetiap
tahapan pemeliharaan benih
- Belum melakukan pengamatan
pertumbuhan, sintasan, keseragaman dan
abnormalitas
- Belum melakukan pengamatan kesehatan
benih
2 Manajemen - SPO tidak absah
- SOP Manajemen Benih belum lengkap
(Aklimasi, pengamatan pertumbuhan,
sintasan, keseragaman dan abnormalitas)
- Rekaman tidak mutakhir dan absah
- Rekaman tidak mudah didapatkan
- Tidak ada rekaman pembelian sarana
produksi
- Tidak ada rekaman pengamatan kualitas air
- Tidak ada rekaman pengamatan kesehatan
dan pertumbuhan ikan
3 Keamanan Pangan - Belum melakukan uji logam berat dan bakteri
pathogen
- Belum melakukan pemagaran unit
pembenihan dengan pembatasan akses
keluar dan masuk satu pintu
4. UPR Multi
UPR Multi berlokasi di Desa Gajan Barang Kelurahan Bantarpanjang Kecamatan
Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Benih lele ukuran 3 – 4 Cm, dengan induk
berasal dari BBPBAT Sukabumi dengan produksi riil rata-rata 2.400.000 ekor/
tahun. Jumlah siklus 12 siklus dan daerah pemasarannya di Tangerang.
Gambar 16. UPR Mina Bhakti Lestari (Ikan Lele)
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 47
No Uraian Hasil Pembinaan
1 Teknis - Belum melakukan pengukuran parameter
kualitas air (suhu dan ph)
- Belum melakukan aklimasi benih disetiap
tahapan pemeliharaan benih
2 Manajemen - Tidak ada SPO Biosecurity
- SPO tidak absah
- Rekaman tidak mutakhir dan absah
- Rekaman tidak mudah didapatkan
- Tidak ada rekaman pembelian sarana
produksi
- Tidak ada rekaman penggunaan pakan, obat
ikan, bahan kimia dan bahan biologi
- Tidak ada rekaman pengamatan kualitas air
- Tidak ada rekaman pengamatan kesehatan
dan pertumbuhan ikan
- Tidak ada rekaman produksi dan distribusi
benih
- Tidak ada rekaman keluhan pelanggan
3 Keamanan Pangan - Belum melakukan uji logam berat dan bakteri
pathogen
4 Lingkungan - Sanitasi lingkungan belum maksimal
5. Pokdakan Griyam 998
Data umum Pokdakan Griyam 998 berlokasi di Jl. Anggrek 01/09 Kampung
Onyam Kelurahan Sukabakti Kec. Curug Kabupaten Tangerang. Benih lele
ukuran 7 – 9 Cm, dengan induk berasal dari BBPBAT Sukabumi dengan
produksi riil rata-rata 2.400.000 ekor/ tahun. Jumlah siklus 12 siklus dan daerah
pemasarannya di Tangerang dan sekitarnya
No Uraian Hasil Pembinaan
1 Teknis - Belum melakukan pengukuran parameter
kualitas air (suhu dan ph)
- Belum melakukan aklimasi benih disetiap
tahapan pemeliharaan benih
- Belum melakukan pengamatan
pertumbuhan, sintasan, keseragaman dan
abnormalitas
- Belum melakukan pengamatan kesehatan
benih
2 Manajemen - Tidak ada SPO Biosecurity
- Tidak ada rekaman pembelian sarana
produksi
- Tidak ada rekaman penggunaan pakan, obat
ikan, bahan kimia dan bahan biologi
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 48
No Uraian Hasil Pembinaan
- Tidak ada rekaman pengamatan kualitas air
- Tidak ada rekaman pengamatan kesehatan
dan pertumbuhan ikan
- Tidak ada rekaman produksi dan distribusi
benih
- Tidak ada rekaman keluhan pelanggan
3 Keamanan Pangan - Belum melakukan uji logam berat dan bakteri
pathogen
3.3.3 Sertifikasi CPIB di Provinsi Lampung
1. PT. Suri Tani Pemuka unit hatchery Canti
PT. Suri Tani Pemuka berkantor pusat di Jl. Raya mayar, Kelurahan Manyarejo,
Kecamatan Manyar Kabupataen Gresik, sedangkan unit pembeniihannya
terletak di Jl. Raya pesisir way muli, Desa way muli, Kecamatan Raja basa,
Kabupaten lampung selatan unit pembenihan ini mulai beroperasi sejak tahun
2014 dengan komoditas udang vanname. Perusahaan yang berdiri ditanah
seluas 400m2 ini memiliki kapasitas produksi sebanyak 168.000.000 ekor per
tahun dengan produksi per tahunnya sebanyak 12 siklus.
Gambar 17. PT. Suri Tani Pemuka – Unit Hatchery Canti, Kab. Lampung Selatan
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 49
2. UPR King of Fish
UPR King of Fish terletak di Jl. Dusun IV RT 19, Desa Bandar Negeri,
Kecamatan Labuhan Maringgai dengan Herry Hermawan sebagai kepala unit
tersebut. UPT tersebut berdiri pada tahun 2008 dengan komoditaas gurame dan
saat ini sedang belajar untuk budidaya udang vanname, induk gurame
menggunakan induk hasil tangkapan alam yang didapat dari purwekorto (tidak
ada SKA) dengan kapasitas produksi 900.000 ekor/tahun.
Gambar 18 . Kunjungan unit pentokolan ikan gurame, King of Fish
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 50
3.3.4 Pelatihan MPM CPIB di Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Pelatihan MPM merupakan pelatihan manajemen pengendalian mutu yang
dilaksanakan di Kota Agung pada tanggal 6 – 9 Maret 2018 dengan narasumber Ir.
Erigenius Patongloan dan M. Rizky Burhanuddin, S.Pi nomor SPT
317/DP/SPT/II/2018, pelatihan ini diikuti oleh 32 (tiga puluh dua) siswa dengan hasil
29 (dua puluh Sembilan) siswa dengan predikat sangat baik, 2 (dua) siswa dengan
predikat baik, 1 (satu) siswa dengan predikat cukup. Hasil pelatihan sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Evaluasi MPM CPIB Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
No Nama
Nilai
Praktek Teori Total Mutu
60% 40%
1 I Putu Sukma widiya Utama 50,1 39,6 89,7 A
2 Adinata Surya Pratama 49,5 40 89,5 A
3 Moh. Shouqi Hidayatullah 49,35 40 89,4 A
4 Muhammad Firman Maulana 49,5 39,6 89,1 A
5 Whin Icha Titi Mulyani 49,05 39,8 88,9 A
6 Nurul Khotimatun Khasanah 48,6 40 88,6 A
7 Asri Fajar Fitriani 48,9 39,6 88,5 A
8 Dyan Denalla 49,65 38,8 88,5 A
9 Eko Yulianto Putra 48,45 40 88,5 A
10 Giri Setiawan Bagaskara 49,05 38,8 87,9 A
11 Badar Ardafa 48,6 39,2 87,8 A
12 Luthfi Oktifia Azmi 49,35 38,4 87,8 A
13 Shintia Indah Apsariningsih 48,45 39,2 87,7 A
14 Eko Wahyu Al Alam sampurno 49,05 38 87,1 A
15 Cahyani Eka Prastiti 47,55 39,2 86,8 A
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 51
No Nama
Nilai
Praktek Teori Total Mutu
60% 40%
16 Dilla Yulian Alvionita 48 38,8 86,8 A
17 Rindang Riyo Situmeong 48,3 38,4 86,7 A
18 Dewi Novita sari 48,45 37,6 86,1 A
19 Nanda Putri Utami 48,45 37,6 86,1 A
20 Zidni Nur Hakim 48,6 37,2 85,8 A
21 Ega Pradana 49,65 35,8 85,5 A
22 Muhammad Zainul Hasan 47,25 38 85,3 A
23 Nashirotul Mu'minin 48,3 36,8 85,1 A
24 Teguh satriyo Wibowo 48,9 34,4 83,3 A
25 Nur Fitriani Kalimatussakdiah 47,1 36 83,1 A
26 Khusniatus Sajiyah 49,35 33,6 83 A
27 Liko Adi Nurcahyo 49,65 30,8 80,5 A
28 Nia Maharani 48 32 80 A
29 Tri Bagoes wahyu Pamungkas 47,7 32 79,7 A
30 Muhammad Aqim Romadhon 47,85 26,8 74,7 B
31 Rupitalia 48 26,4 74,4 B
32 Wahzir 39,6 20,4 60 C
IV. SUBDIT PERBENIHAN IKAN LAUT
4.1 Realisasi Bantuan Benih Ikan Laut
Tabel 10. Jumlah bantuan benih ikan laut s.d Maret 2018
NO UPT / UPTD Kontrak Kinerja (ekor) Realisasi Benih (Ekor)
Total 9,049,856 52,860
1 BBPBAP Jepara - -
2 BPBAP Situbondo 314,334 20,860
3 BPBAP Ujung Batee 246,438 -
4 BPBAP Takalar - -
5 BBPBL Lampung 3,056,388 -
6 BPBL Ambon 2,475,810 -
7 BPBL Lombok 811,995 -
8 BPBL Batam 1,733,027 32,000
9 BPIUUK Karangasem 411,864 -
4.2 Kajian/Penelitian Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Mengenai Kesempatan
Penyelesaian Pekerjaan Pengadaan Percontohan Instalasi Budidaya Laut
Lepas Pantai (KJA Offshore)
Berdasarkan hasil Kajian/Penelitian PPK (pada hari ini Senin, tanggal Dua Puluh
Enam bulan Maret tahun 2018) memberikan kesempatan penyelesaian
pekerjaan Pengadaan Percontohan KJA Offshore selama 30 hari yaitu hingga
tanggal 30 April 2018, dan kemampuan penyedia dalam hal ini PT. Perikanan
Nusantara (Persero) untuk menyelesaikan pekerjaan, dengan hasil sebagai
berikut:
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 52
1. Progres pekerjaan sampai dengan tanggal 25 Maret 2018 yaitu; Kabupaten.
Pangandaran (96%), Kabupaten Karimun Jawa (91%), dan Kota Sabang
(96%);
2. bahwa berdasarkan progres sebagaimana angka (1) tersebut apabila
dilakukan pemutusan kontrak, dapat menyebabkan pekerjaan yg telah
dikerjakan tidak dapat termanfaatkan (mangkrak), sedangkan anggaran
yang dikeluarkan cukup besar, selain itu apabila tidak dilanjutkan akan
menyebabkan tidak tercapai target kinerja/program pengembangan
budidaya ikan lepas pantai;
3. Kendala penyelesaian pekerjaan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca
yang cukup ekstrim (seperti kerasnya gelombang, arus, kecepatan angin
dan derasnya hujan) dan keadaan ini sangat sulit diprediksi kapan terjadinya
sehingga sangat memungkinkan terjadinya kecelakaan bagi para pekerjaan
instalasi di laut dan sehingga dapat menghambat kecepatan penyelesaian
pekerjaan;
4. Tenaga ahli, peralatan dan sarana prasarana pendukung lainnya saat ini
sudah tersedia, sehingga pada saat ini hanya menunggu kesempatan waktu
yang tepat dengan cuaca yang mendukung penyelesaian pekerjaan.
5. Kondisi cuaca pada saat ini dan bulan mendatang diprediksi lebih baik
dibandingkan bulan-bulan sebelumnya (Januari s/d Maret 2018) karena saat
ini kondisi cuaca sangat dipengaruhi musim barat yang diharapkan dapat
mendukung penyelesaiannya pekerjaan instalasi tersebut berdasarkan
jadwal yang telah ditentukan;
6. Penyelesaian pekerjaan saat ini oleh penyedia adalah pekerjaan instalasi
berupa perakitan dan pemasangan, sisa pekerjaan ini diprediksi sebesar
berkisar antara 4 – 9 %. Dispensasi / pemberian kesempatan ini diberikan
untuk penyelesaian sisa pekerjaan yaitu instalasi & commissioning
pekerjaan hingga instalasi siap dioperasionalkan untuk kegiatan budidaya;
7. PPK dan penyedia masing-masing memiliki komitmen dan keyakinan untuk
penyelesaian sisa pekerjaan ini hingga 100%;
8. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas kami mengusulkan pekerjaan
tersebut diberikan kesempatan waktu penyelesaian pekerjaan kepada
penyedia untuk meyelesaikan sisa pekerjaan sampai dengan rentang waktu
30 hari yaitu sampai dengan tanggal 30 April 2018.
4.3 Perjalanan Dinas Dalam Rangka Operasional KJA Lepas Pantai
Berdasarkan hasil perjalanan dinas dalam rangka Operasional KJA Offshore
pada tanggal 26 – 30 Maret 2018 di Jepara. Beberapa hal yang dapat
disampaikan dalam perkembangan pembangunan KJA Offshore tersebut di
Jepara yang dilaksanakan oleh PT. Perinus adalah sebagai berikut:
a. Penyelesaian pembangunan masih dalam tahap pekerjaan mooring di
Karimunjawa oleh KM. Bawal Putih 3 dan KM. Samara Young dengan
pembagian pekerjaan sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 53
- Penarikan/towing workboat dan feed barge rencana dilakukan oleh KM.
Bawal Putih 3 serta mengangkut 6 feeding pipe dan 4 jaring/net. Selain
persiapan untuk BBM 10 ribu ton dan freshwater 20 rb liter
direncanakan pada tanggal 29 Maret 2018 oleh KM. Bawal Putih 3
melakukan pemasangan 4 jaring/net tersebut ke cage yang telah
terkirim sejak 2 Maret 2018.
- Secara bersamaan juga direncanakan pengiriman sisa cage sebanyak
4 pasang oleh kapal nelayan ke Karimunjawa dan pemasangannya
dilakukan setelah KM. Bawal Putih 3 menyelesaikan pekerjaan tanggal
24 Maret 2018 tersebut.
b. KM. Samara Young secara bersamaan juga dengan KM. Bawal Putih 3
direncanakan melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
- pemuatan net cleaner dan feeding pipe masing-masing sebanyak 2
buah, 4 jaring/net, 8 top net, 7 jaring/net kecil serta 8 pemberat jaring.
Setelah menyelesaikan pengisian BBM sebanyak 20 ribu ton dan
freshwater sebanyak 25 rb liter direncanakan pada tanggal 29 Maret
2018 akan dilakukan pemasangan jangkar dan buoy (nomor 17),
pemasangan jangkar no. 7 dan 6 dan opsi pemasangan dan perbaikan
buoy no. 2 dan no. 3.
- Pada 31 Maret 2018 direncanakan pemasangan sisa 2 jaring ke cage
yang terkirim oleh kapal nelayan sejak tanggal 10 Maret.
c. Pembuatan Surat Ijin Penggunaan Bendera Kapal untuk Workboat
Barramundi 3 Jepara pada tanggal 25 Maret 2018 ke Kantor Pelayanan
Satu Atap (PTSP) Kementerian Perhubungan, Jakarta. Adapun syarat
dalam pembuatan surat ijin tersebut diantaranya sebagai berikut:
- Surat Permohonan dari Pemilik
- Surat Kuasa jika dikuasakan beserta foto copy KTP Pemberi Kuasa dan
Penerima Kuasa
- Kontrak Pembangunan Kapal
- Invoice
- Builder Certificate
- Berita Acara Serah Terima Kapal
- Pengesahan Gambar
- NPWP
- Anggaran Dasar dan Pengesahan Kemenkumham.
Berkas dokumen tersebut telah disampaikan, namun dapat dilaporkan
bahwa untuk syarat Berita Acara Serah Terima Kapal dan Invoice belum
dapat dipenuhi mengingat sampai saat ini pihak PT. Perinus belum dapat
ditandatangani oleh Direktur Utama. Selain itu syarat yang belum dipenuhi
adalah Invoice dimana sampai saat ini juga belum dipenuhi karena tengah
proses penyelesaian dokumen antara PT. Perinus dengan Aqua Optima
(Sub Kontrak).
d. Pemasangan sackle sebanya 8 buah, namun kekurangan sebanyak 3 buah
sackle tengah diselesaikan oleh PT. Perinus untuk segera dipasang oleh
KM. Samara Young pada 30 Maret 2018.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 54
4.4 Rapat Koordinasi Penebaran Benih KJA Offshore
Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi pada tanggal 5 Maret 2018 terkait Rencana
Penebaran Perdana Benih Ikan Kakap Putih di 3 Lokasi Budidaya Ikan Lepas
Pantai (Offshore) di Ruang Rapat Haruan, Direktorat Perbenihan, GMB IV lantai
5, membahas mengenai Rencana Penebaran Perdana Benih Ikan Kakap Putih
di lokasi Budidaya Ikan Lepas Pantai (Offshore) yaitu di Pangandaran oleh
Presiden. Rapat tersebut dihadiri oleh Kepala BBPBL Lampung (Mimid A.
Hamid), perwakilan Kepala BBPBAP Jepara (Akhmad Fairus M. dan Maskar
Jayadi), Kepala BPBAP Ujung Batee (M. Tahang), Kepala BPBL Batam berserta
staf (Toha Tusihadi, Nur Muflich Juniyanto, dan Dwi Martha), dan perwakilan
Kepala BPBAP Situbondo (Manijo) serta 2 orang dari rekanan yaitu CV. Raya
Waru dan PT. Era Global yang terpilih sebagai pemenang lelang pekerjaan
Benih Ikan Kakap Putih.
Untuk lokasi KJA Offshore di Sabang, rencana peresmian akan ditebar 150.000
ekor benih ikan kakap putih pada Upacara bersama Presiden dan MKP sekitar
minggu ke-empat bulan April. Kemudian untuk lokasi KJA Offshore di
Pangandaran, akan ditebar sebanyak 120.000 ekor benih ikan kakap putih dan
peresmian dilaksanakan pada minggu ke-dua bulan Desember dengan agenda
panen raya yang dibuka oleh Presiden* bersama MKP. Untuk lokasi KJA
Offshore di Karimun Jawa - Jepara, peresmian akan dilakukan pada minggu ke-
dua bulan Oktober oleh MKP dengan benih yang akan ditebar sebanyak 120.000
ekor benih ikan kakap putih. Dalam agenda peresmian KJA Offshore di 3 lokasi,
masing-masing akan ditebar dalam 1 lubang cage KJA, dengan target 3 lubang
untuk tahun 2018, kemudian selebihnya akan diambil alih oleh swasta apabila
anggaran pemerintah tidak tersedia.
V. TATA USAHA
5.1. Kepegawaian
5.1.1. Pegawai
Jumlah Pegawai Direktorat Perbenihan bulan Maret 2018 berjumlah 57 (lima
puluh tujuh) orang dengan rincian Pegawai Negeri Sipil (PNS) 47 (tiga puluh
empat) orang dan Honorer 10 (sepuluh) orang.
No Status Golongan Non
Golongan
Jumlah
IV III II I Pria Wanita
1 PNS 9 31 6 1 25 27
2 CPNS
3 Honorer 10 5 5
Jumlah 9 31 6 1 10 57
5.1.2. Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) 2018
1. Pengisian Formulir Sasaran Kinerja Pengawai Pegawai Negeri Sipil Tahun 2017 sebanyak 47 ( empat puluh tujuh) orang dengan rincian sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 55
Eselon II : 1 Dokumen
Eselon III : 4 Dokumen
Eselon IV : 9 Dokumen
Staf : 33 Dokumen 2. Pengisian Realisasi Sasaran Kinerja Pegawai Bulan Maret 2018 sebanyak
47 ( empat puluh tujuh) orang dengan rincian sebagai berikut:
Eselon II : 1 dokumen
Eselon III : 4 dokumen
Eselon IV : 9 dokumen
Staf : 33 dokumen
5.1.3. Absensi
Rekapitulasi daftar hadir Pegawai Direktorat Perbenihan bulan Maret 2018.
No Unit Kerja Jumlah
Pegawai Kehadiran
/hari
Jumlah Hadir ( Hari)
DL sakit izin cuti TI R TB
1 Tata Usaha 15 236 21 14 5 21 0 0 0
2 Subdit Induk 11 185 31 9 6 0 0 0 0
3 Subdit Perbenihan Ikan Air Tawar
11 146 46 3 4 0 0 0 21
4 Subdit Perbenihan Ikan Air Payau
10 156 41 3 5 0 0 0 0
5 Subdit Perbenihan Ikan Laut
9 112 73 1 0 0 0 0 0
Jumlah 57 935 212 30 20 21 0 0 21
5.1.4. Hak Cuti Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil yang mengambil hak cuti periode Maret 2018 sebanyak 4
(empat) orang.
No Nama Lama Cuti Tempat Ket
1 Marni Manalu 12 Maret s.d 13 Maret 2018
Jln. Cibubur II SMP Negeri 258 Blok Duku Jakarta Timur
Cuti Tahunan No.1875/DJPB/KP.610.S3 /III/2018 Tgl 9 Maret 2018
2 RM. Akbar Ariyanto. S.St.Pi
26 Maret 2018 s.d 09 3 April 2018
Kel.banjit Kec. Pasar Banjit Kab. Waykanan Bandar Lampung
Cuti Tahunan No.2233/DJPB/KP.610.S3/III/ 2018 Tgl. 22 Maret 2018
3 Hj. Yarmiati, A.Md
26 Maret 2018 s.d 29 Maret 2018
Jln. Perdatam Terusan No.8 Rt.03 Rw.05 Ulujami Jakarta Selatan
Cuti Tahunan No. 2235/DJPB/KP.610. S3/III/2018 tgl. 22 Maret 2018
4 Sinur Rosita Simanjuntak
29 Maret 2018 s.d 2 April 2018
Jln. Jeruk No.96 Rt.11 Rw.01 Jagakarsa Jaksel
Cuti Tahunan No.2236/DJPB/KP.610.S3/III/ 2018 Tgl. 22 Maret 2018
5 R. Haryati 27 Maret 2018 s.d 09 3 April 2018
Jln. Akasia Rt.02 Rw.09 No.10 Pondok Melati
Cuti Tahunan No.2234/DJPB/KP.610.S3/III/ 2018 Tgl. 22 Maret 2018
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 56
5.2. Persuratan
Persuratan dan arsiparis jumlah memorandum, surat masuk dan surat keluar
lingkup KKP,Dinas dan swasta.
No Jenis Surat Jumlah Keterangan
1 Surat Keluar 38 Lingkup DKP, Dinas dan Swasta
2 Memo 32 Lingkup Ditjen PB
3 Surat Masuk 192 Lingkup DKP, Dinas dan Swasta
Jumlah 262 Lingkup DKP, Dinas dan Swasta
5.3. Bidang Rumah Tangga dan Perlengkapan
Bidang Rumah Tangga dan Perlengkapan :
Pemeliharaan kebersihan di lingkup Direktorat Perbenihan
Menyiapkan kelengkapan pemakaian ruang rapat beserta konsumsinya
5.4. Bidang Keuangan
Realisasi Keuangan pada Satuan Kerja Direktorat Perbenihan sampai dengan
31 Maret 2018 adalah Rp. 857.177.200 atau 2,24% dan realisas fisik 3% dari
Total Pagu Anggaran sebesar Rp. 38.350.000.000. adapun rincian realisasi per
output seperti tabel berikut :
Output Uraian
Kegiatan Pagu Awal Blokir
Pagu Setelah
Blokir
Target Realisasi
Fisik
%
Keuangan Fisik
% Keuangan %
2344 Pengemban
gan Sistem
Perbenihan
38.350.000.000 0 38.350.000.000 3,00 1.150.312.500
-
857.177.200 2,24
2.344.002 Produksi
Induk Unggul
500.000.000 0 500.000.000 12,60 63.000.000 12,50 60.134.200 12,03
2.344.010 Kebun Bibit
Rumput Laut
5.000.000.000 0 5.000.000.000
-
-
-
-
-
2.344.012 Layanan
Ketatausaha
an di
Direktorat
Perbenihan
yang
dilaksanakan
1.150.000.000 0 1.150.000.000 15,00 172.500.000 14,00
157.184.100
13,67
2.344.014 Sentra
Kelautan dan
Perikanan
Terpadu
(SKPT) Rote
Ndao Yang
Mandiri
30.000.000.000 0 30.000.000.000 2,00 600.000.000 1,50 334.228.700 1,11
2.344.017 Benih
Bermutu Ikan
Air Tawar
Yang
didistribusika
n ke
1.368.750.000 0 1.368.750.000 23,00 314.812.500 23,00 305.630.200 22,33
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERBENIHAN // 03 2018 ● 57
Output Uraian
Kegiatan Pagu Awal Blokir
Pagu Setelah
Blokir
Target Realisasi
Fisik
%
Keuangan Fisik
% Keuangan %
Masyarakat
2.344.018 Benih
Bermutu Ikan
Air Payau
Yang
didistribusika
n ke
Masyarakat
168.750.000 0 168.750.000
-
-
-
-
-
2.344.019 Benih
Bermutu Ikan
Air Laut
Yang
didistribusika
n ke
Masyarakat
162.500.000 0 162.500.000
-
-
-
-
-