Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

70

Transcript of Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

Page 1: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf
Page 2: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

i

Periode Februari 2014

Kata Pengantar

Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di fora Multilateral, ASEAN, APEC dan organisasi internasional lainnya, Bilateral, serta Perundingan Perdagangan Jasa setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan, dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini, dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini.

Terima kasih.

Jakarta, Februari 2014

DIREKTORAT JENDERAL KPI

Page 3: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

ii

Periode Februari 2014

Page 4: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

iii

Periode Februari 2014

Ringkasan Eksekutif Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama

Perdagangan Internasional pada bulan Februari 2014, antara lain:

Sidang TRIPS Council WTO

Sidang diselenggarakan tanggal 25-26 Februari 2014 membahas 17 mata agenda baik

yang bersifat reguler maupun mata agenda baru usulan anggota, di antaranya:

Notifications Under Provisions of the Agreement; Non Violation and Situation Complaints

(NVSC); Contribution of Intellectual Property to Facilitate the Transfer of Environmentally

Rational Technology; dan Concerns with Respect to Measures Related to Plain Packaging

of Tobacco Products and Their Compatibility with the TRIPS Agreement.

Six Bilateral Economic Working Groups Ministerial Meeting Indonesia-Singapore dan

Koordinasi Revitalisasi SIJORI

Six Bilateral Economic Working Groups Ministerial Meeting Indonesia-Singapore

bertujuan mendiskusikan dan menetapkan kesepakatan Joint Report to Leader on the

Bilateral Economic Working Groups The Republic of Indonesia and The Republic of

Singapore, dilaksanakan pada tanggal 10-11 februari 2014 di Singapura. Sementar Rapat

koordinasi Revitalisasi SIJORI pada tanggal 12-13 Februari di Johor Bahru, Kota Tinggi,

Malaysia.

BIMP-EAGA Strategic Planning Meeting 2014 and Special Senior Officials’ Meeting

Disampaikan dalam pertemmuan ini, upaya penguatan BIMP-EAGA yaitu: continue

coordination and convergence between and among clusters; cluster should develop

project prorosal; and private sectors to work closely with clusters. Pertemuan juga

ditujukan untuk membahas priority projects/activities/programmes dalam lingkup Kerja

sama BIMP-EAGA di tahun 2014.

Pertemuan the 25th High Level Task Force on ASEAN Economic Integration (HLTF-EI)

Pertemuan membahas: (i) Public Communication on the AEC 2015; (ii) AEC Post 2015; (iii)

AEC Scorecard Phase 4; (v) ASEAN Economic Community: A Work in Progress; (vi) HLTF-EI

Recommendations to the 46th ASEAN Economic Ministers Meeting; (vii) Regional

Comprehensive Economic Partnership (RCEP); dan (viii) Strengthening of the ASEAN

Secretariat.

Page 5: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

iv

Periode Februari 2014

The ASEAN Economic Ministers’ Retreat and Related Meetings

AEM Retreat merupakan pertemuan rutin para Menteri guna membahan hal-hal penting

yang memerlukan keputusan untuk ditindaklanjuti oleh SEOM atau ASEAN Secretariat.

Rangkaian didahului SEOM Preparatory Meeting dan AEM Working Dinner, dilanjutkan

pertemuan mengenai AEC Scorecard, ASEAN Framework on Equitable Economic

Development, ASEAN Medical Device Directive (AMDD), ASEAN Agreements and Protocols

dan sejumlah pertemuan lainnya.

50th Asian and Pacific Coconut Community (APCC) Session

Pada sidang yang diselenggarakan pada 11-14 Februari 2014 di Pohnpei, Federated States

of Micronesia. Tiap-tiap negara anggota mempresentasikan kebijakan dan programnya

terkait perkelapaan. Indonesia menyampaikan program peremajaan dengan

menggunakan benih unggul untuk mengatasi rendahnya produktivitas dan banyaknya

tanaman tua.

APEC First Senior Officials Meeting (SOM I)

APEC First Senior Officials Meeting (SOM I) and Related Meetings telah diselenggarakan di

Ningbo, RRT pada 15-28 Februari 2014. Selain menghadiri pertemuan SOM 1, Delri juga

melakukan pertemuan bilateral dengan RRT, Peru, Filipina, Chinese Taipei, PNG, Australia

dan Amerika Serikat serta mengikuti pertemuan ASEAN Caucus, ASEAN-Jepang Breatfast

Meeting dan ASEAN-RRT. Sebelum pelaksanaan SOM 1, Delri telah menghadiri pula

pertemuan Friends of the Chair (FotC) on Connectivity.

3rd Meeting of the Committee for Economic Cooperation (COMCEC) Trade Working

Group

Mengangkat tema "Facilitating the Intra-OIC Trade: Improving Efficiency of the Customs

Procedures in the OIC Member States", disampaikan bahwa COMCEC Strategy bertujuan

menjadikan COMCEC sebagai forum berbasis pengetahuan yang akan memproduksi dan

menyebarkan informasi/pengetahuan dan menyediakan platform untuk anggotanya.

Intersessional Meeting Indonesia-EFTA CEPA

Pertemuan telah membahas naskah consolidated draft Chapter CCB artikel per artikel dan

berhasil menyetujui sejumlah poin, di antaranya terkait frekuensi pertemuan sub-

committee CCB serta pertemuan pertama sub-committee. Juga diadakan pemaparan

rencana aksi proposal program kerja sama teknik yang tercantum dalam list of Indonesian

Proposal for Capacity Building.

Joint Commision Meeting (JCM) ke-4 RI-AS

Joint Commission Meeting (JCM) IV Rl - AS telah dilaksanakan pada hari ini, Senin 17

Februari 2014, bertempat di ruang Nusantara, Kementerian Luar Negeri. Forum ini

merupakan tindak lanjut dari hasil kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia tahun

2010.

Page 6: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

v

Periode Februari 2014

Indonesia – Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA) ke-7

Perundingan ke-7 yang diselenggarakan pada tangggal 21-28 Februari 2014 di Seoul,

Korea Selatan ini belum berhasil menyelesaikan package deal di bidang Trade in Goods

dan Investment yang merupakan deal breaker dari penyelesaian seluruh draft text

perjanjian IKCEPA.

77th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services and Related Meetings

Pertemuan membahas sejumlah isu backtracking commitment di Mode 3, terkait dengan

Foreign Equity Participation (FEP) untuk beberapa subsektor dalam AFAS Paket 9

Myanmar. Pertremuan juga mencatat 6 (enam) negara anggota ASEAN telah

menyelesaikan/ memenuhi threshold AFAS Paket 9 yaitu Kamboja, Laos, Malaysia,

Myanmar, Singapura dan Thailand.

Pertemuan APEC Group on Services (GOS)

Pertemuan tanggal 23 Februari 2014 di Ningbo, RRT ini terdiri dari sejumlah mata agenda,

antara lain: APEC 2014 Priorities; CTI 2014 Work Program; Transparency in Services

Sectors; Trade in Services Statistics; Workshop FISIM, Workshop on Retailing Services; Self-

funded Symposium oleh Australia; APEC Busniess Advisory Council dan GOS Convenor

Chairmanship for 2014-2015.

World Trade Organization (WTO) Services Meetings

Sebagai bagian dari rangkaian Sidang Services Cluster pada tanggal 25–26 Februari 2014,

di Sekretariat WTO, Jenewa telah dilangsungkan pertemuan empat badan bawahan

Council for Trade in Services yaitu Working Party on GATS Rules (WPGR), Working Party

on Domestic Regulation (WPDR) dan Committee on Trade in Financial Services (CTFS).

Konsinyering Penyusunan Peta jabatan dan Form Data Pegawai

Pertemuan bertujuan melakukan penataan pegawai di mana setiap unit Eselon II

berkewajiban menysusn peta jabatan dan mengisi form data PNS sebagai data kekuatan

pegawai di unit kerja Ditjen KPI.

Workshop Keuangan Negara Ditjen KPI

Workshop diselenggarakan untuk meningkatkan pengentahuan dan pemahanman bagi

para pengelola keuangan agar diperoleh pengelolaan yang lebih tertib dan administrasi

keuangan yang lebih baik serta dapat meminimalisasi kesalahan-kesalahan dalam rangka

mendukung terciptanya laporan keuangan yang akuntabel.

Pertemuan Penyusunan LAKIP Ditjen KPI

Pertemuan diselenggarakan pada tanggal 23-25 Februari 2014, di Bogor dengan tujuan

Workshop dilaksanakan menyusun LAK Ditjen KPI Tahun Anggaran 2013, dihadiri para

Pejabat Eselon III, IV, Kasubbag TU dan Pelaksana dari masing-masing unit di lingkungan

Ditjen KPI yang menangani Penyusunan LAK.

Page 7: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

vi

Periode Februari 2014

Daftar Isi

KATA PENGANTAR I

RINGKASAN EKSEKUTIF III

DAFTAR ISI VI

DAFTAR GAMBAR VIII

BAB I KINERJA 1

A. PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN MULTILATERAL 1

1. Sidang TRIPS Council-WTO ................................................................................................. 1

B. PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN ASEAN 4

1. Six Bilateral Economic Working Groups Ministerial Meeting Indonesia-Singapore dan Koordinasi Revitalisasi SIJORI ...................................................................................................... 4

2. BIMP-EAGA Strategic Planning Meeting 2014 and Special Senior Officials’ Meeting ....... 7

3. Pertemuan the 25th High Level Task Force on ASEAN Economic Integration (HLTF-EI) .. 10

4. The ASEAN Economic Ministers’ Retreat and Related Meetings ..................................... 13

C. PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN APEC DAN ORGANISASI INTERNASIONAL LAINNYA 21

1. 50th Asian and Pacific Coconut Community (APCC) Session ............................................ 21

2. APEC First Senior Officials Meeting (SOM I) and Related Meetings ................................. 24

3. 3rd Meeting of the Committee for Economic Cooperation (COMCEC) Trade Working Group ........................................................................................................................................ 33

D. PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN BILATERAL 36

1. Intersessional Meeting Indonesia-EFTA CEPA .................................................................. 36

2. Joint Commision Meeting (JCM) ke-4 RI-AS ..................................................................... 37

3. Indonesia – Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA) ke-7 ...... 39

E. PENINGKATAN KERJA SAMA PERDAGANGAN JASA 45

1. 77th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services and Related Meeting 45

2. Pertemuan APEC Group on Services (GOS) ...................................................................... 47

3. World Trade Organization (WTO) Services Meetings ...................................................... 50

F. PENINGKATAN PERAN DAN KEMAMPUAN DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 56

1. Konsinyering Penyusunan Peta Jabatan dan Form Data Pegawai ................................... 56

2. Workshop Keuangan Negara Ditjen KPI ........................................................................... 57

3. Pertemuan Penyusunan LAKIP Ditjen KPI ........................................................................ 57

Page 8: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

vii

Periode Februari 2014

BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT 58

A. KENDALA DAN PERMASALAHAN 58

B. TINDAK LANJUT PENYELESAIAN 58

BAB III PENUTUP 60

Page 9: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

viii

Periode Februari 2014

Daftar Gambar GAMBAR 1 SIX BILATERAL ECONOMIC WORKING GROUPS MINISTERIAL MEETING INDONESIA -

SINGAPORE .......................................................................................................... 5

GAMBAR 2 BIMP-EAGA STRATEGIC PLANNING MEETING 2014 ................................................. 8

GAMBAR 3 ASEAN HLTF-EI, 17-18 FEBRUARI 2014 .................................................................. 12

GAMBAR 4 20TH ASEAN ECONOMIC MINISTERS’ RETREAT DI SINGAPURA ............................... 13

GAMBAR 5 PERTEMUAN BILATERAL INDONESIA-SINGAPURA DI SELA-SELA 20TH AEM RETREAT . 19

GAMBAR 6 APEC SOM 1 AND RELATED MEETINGS ................................................................. 27

GAMBAR 7 KONSINYERING PENYUSUNAN PETA JABATAN DAN FORM DATA PEGAWAI .......... 56

GAMBAR 8 PERTEMUAN PENYUSUNAN LAKIP DITJEN KPI ...................................................... 57

Page 10: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

1

Periode Februari 2014

BAB I KINERJA

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral

1. Sidang TRIPS Council-WTO

Sidang TRIPS Council diselenggarakan tanggal 25-26 Februari 2014

membahas 17 mata agenda baik yang bersifat reguler maupun

mata agenda baru usulan anggota. Sidang dihadiri oleh Delri dari

Kemendag, Kemenlu dan unsur PTRI Jenewa.

Notifications Under

Provisions of the

Agreement

Ketua memberikan informasi mengenai sejumlah anggota yang

telah menyampaikan notifikasi peraturan domestik terkait HKI,

antara lain: Australia, Kolombia, Taiwan, Gambia, Korea dan Swiss.

Ketua kembali mengimbau seluruh anggota untuk dapat

menyampaikan notifikasi atas semua peraturan terkait HKI

termasuk amandemen-nya. Sebagai informasi, saat ini Indonesia

sedang dalam proses amandemen sejumlah peraturan HKI dan

RUU Hak Cipta akan mulai dibahas dengan DPR pada bulan Juni

2014.

Review of the Provisions

of Article 27.3(b);

Relationship Between the

TRIPS Agreement and the

Convention of Biological

Diversity (CBD);

Protection of Traditional

Knowledge and Folklore

Pada mata agenda ini, pemri kembali menyampaikan intervensi

mengenai pentingnya ketentuan mandatory disclosure

requirement untuk meningkatkan transparansi dan mencegah

penyalahgunaan Sumber Daya Genetik (SDG) dan pengetahuan

tradisional terkait serta pemberian paten yang keliru (erroneous

patent). Oleh karena itu, sebagai proponen dokumen W/59

Indonesia mendukung amandemen TRIPS Agreement untuk

mengakomodir hal tersebut.

Selain Indonesia, sejumlah anggota juga memberikan pandangan

serupa seperti Angola, India, China, Bangladesh, Peru, Afrika

Selatan dan Kolombia. Amerika Serikat kembali menyampaikan

penolakan atas perlunya amandemen TRIPS Agreement.

Ditambahkan, anggota WTO yang menjadi proponen W/59 justru

sebagian besar hingga kini belum melakukan ratifikasi atas

Protokol Nagoya.

Non Violation and

Situation Complaints

(NVSC)

Ketua menyampaikan bahwa KTM ke-9 Bali telah memperpanjang

moratorium NVSC terhadap TRIPS Agreement hingga KTM ke-10.

Anggota diharapkan dapat melakukan pembahasan secara intensif

untuk mencari cakupan dan modalitas pemberlakuan NVSC.

Page 11: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

2

Periode Februari 2014

Amerika Serikat dan Swiss kembali menyampaikan bahwa NVSC

relevan diterapkan terhadap TRIPS Agreement. Amerika Serikat

menyatakan bahwa perpanjangan moratorium harus dilakukan

dengan consensus, jika tidak ada konsensus maka otomatis

berlaku. Swiss menambahkan bahwa ketentuan pasal 64.3 TRIPS

Agreement harus diartikan bahwa cakupan dan modalitas NVSC

sudah ada dan oleh karenanya dapat diberlakukan terhadap TRIPS

Agreement. Jika ada tambahan cakupan dan modalitas lainnya

maka anggota yang bersangkutan diminta menyampaikan

proposalnya.

Mayoritas anggota berpandangan bahwa mereka tidak sepakat

dengan pemberlakuan NVSC terhadap TRIPS Agreement.

Argumentasi yang disampaikan antara lain:

TRIPS Agreement berbeda dengan GATT dan GATS yang

merupakan persetujuan terkait dengan akses pasar. TRIPS

Agreement bersifat sui generis dan mengatur standar

minimum perlindungan dan penegakan HKI.

Pemberlakuan NVSC akan mencederai fleksibilitas yang ada

dalam TRIPS Agreement misalnya terkait dengan kesehatan

masyarakat.

Moratorium NVSC terus berlaku jika tidak ada konsensus

terhadap cakupan dan modalitas yang diberlakukan.

Mengajak anggota dapat kembali mempelajari dokumen

IP/C/W/385 yang disampaikan oleh sejumlah berkembang.

Contribution of

Intellectual Property to

Facilitate the Transfer of

Environmentally Rational

Technology

Merupakan mata agenda usulan Ekuador yang diusulkan sejak

sidang TRIPS Council bulan Juni 2013 (dokumen IP/C/W/585)

dengan tujuan agar Anggota dapat melakukan diskusi terkait

peran HKI dalam menunjang alih teknologi khususnya

Environmentally Sound Technologies (ESTs) untuk menghadapi

dampak perubahan iklim.

Ekuador kembali menyampaikan pandangan bahwa HKI khususnya

paten berpotensi menghambat alih teknologi dari Environmentally

Rational Technology. HKI dapat menghambat akses dan

menciptakan biaya mahal bagi negara berkembang dalam upaya

memerangi dampak perubahan iklim. Sejumlah negara

berkembang kembali menyampaikan dukungannya agar proposal

Ekuador dapat dibahas dalam TRIPS Council.

Negara maju seperti AS, UE, Jepang, Swiss dan Australia kembali

menyampaikan pandangan bahwa HKI bukan hambatan

melainkan insentif bagi teknologi dan transfer teknologi. Banyak

faktor lain yang diperlukan untuk mendukung alih teknologi

seperti peraturan yang memadai, infrastruktur yang baik dan

Page 12: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

3

Periode Februari 2014

rendahnya biaya paten.

Swiss dan Australia memanfaatkan agenda ini untuk

mempromosikan inisiatif yang telah dilakukan oleh 14 anggota

WTO pada pertemuan WEF di Davos bulan Januari 2014 untuk

memulai perundingan plurilateral atas Environmental Goods

(EGs). Keempat belas anggota WTO tersebut adalah Australia;

Kanada; China; Kosta Rika; UE; Hong Kong, China; Jepang; Korea;

Selandia Baru; Norwegia; Singapura; Swiss; Taiwan; dan AS.

Basis perundingannya adalah 54 produk EGs list APEC dan

ditujukan membentuk Environmental Goods Agreement. Guna

mencapai critical mass agar diberlakukan secara MFN kepada

seluruh anggota WTO, mereka mengajak anggota lainnya untuk

bergabung dalam inisiatif tersebut. Sebagai informasi, critical

mass kerap dianggap telah terpenuhi bila mencapai angka 90%

dan saat ini persentase perdagangan EGs dari kelompok tersebut

terhadap perdagangan EGs global telah mencapai 86%.

Concerns with Respect to

Measures Related to Plain

Packaging of Tobacco

Products and Their

Compatibility with the

TRIPS Agreement

Merupakan mata agenda yang diusulkan Kuba untuk mengkritisi

kebijakan kemasan polos atas produk tembakau yang telah

diterapkan Australia dan akan diikuti beberapa negara lainnya

seperti Selandia Baru, Irlandia, Inggris dan Uni Eropa. Sejumlah

anggota yang menentang kebijakan tersebut seperti Kuba,

Honduras, Republik Dominika, Ukraina, Nikaragua dan Nigeria

menyampaikan intervensi yang intinya antara lain:

1. Kebijakan tersebut dipandang bertentangan dengan TBT

Agreement dan TRIPS Agreement;

2. Mengakui atau tidak mempertanyakan hak Australia dan

anggota lainnya untuk melindungi kesehatan masyarakat,

namun kebijakan tersebut akan berdampak luas pada sosial

ekonomi negara; dan

3. meminta anggota lain yang berencana untuk menerapkan

kebijakan yang sama untuk menunggu hasil proses

penyelesaian sengketa yang sedang berlangsung di WTO.

Sebagai catatan, saat ini 5 (lima) anggota yaitu Ukraina,

Honduras, Republik Dominika, Kuba, dan Indonesia telah

secara resmi menjadi complainant atas kebijakan Australia

tersebut.

Pada kesempatan ini, Pemri turut menyampaikan intervensi untuk

mendukung negara-negara tersebut karena kebijakan kemasan

polos dipandang berpotensi memberikan dampak serius terhadap

industri dan petani domestik. Pemri juga meminta agar anggota

lain yang akan menerapkan kebijakan serupa untuk

mempertimbangkan kembali rencananya dan mencari alternatif

Page 13: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

4

Periode Februari 2014

kebijakan lain yang konsisten dengan aturan WTO.

Australia menyampaikan bahwa proses penyelesaian sengketa

yang sedang berlangsung saat ini antara Australia dan para

complainant tidak boleh menjadi penghambat anggota lain untuk

menerapkan kebijakan pengendalian tembakau dan mencapai

legitimate objective-nya yaitu melindungi kesehatan masyarakat.

Dukungan terhadap kebijakan plain packaging datang dari

Selandia Baru, Uruguay, Kanada dan Swiss.

Khusus untuk Selandia Baru, mereka menyampaikan

perkembangan proses legislasi domestik kebijakan plain

packaging di mana saat ini Smoke-Free Environment (Tobacco

Plain Packaging) Amendment Bill telah disampaikan kepada

Parlemen. Sesuai prosedur legislasi domestik dan kewajiban

dalam TBT Agreement, Selandia Baru telah melakukan notifikasi

melalui Committee on TBT dengan nomor dokumen

G/TBT/N/NZL/62.add.1 tertanggal 17 Februari 2014. Anggota

WTO yang ingin memberikan tanggapan diberikan batas waktu

hingga 18 April 2014.

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN

1. Six Bilateral Economic Working Groups Ministerial Meeting Indonesia-Singapore dan Koordinasi Revitalisasi SIJORI

Six Bilateral Economic Working Groups Ministerial Meeting

Indonesia-Singapore, telah dilaksanakan pada tanggal 10 - 11

Februari 2014 di Singapura. Sementara Rapat Koordinasi

Revitalisasi SIJORI pada tanggal 12-13 Februari 2014 di Johor

Bahru, Kota Tinggi, Malaysia.

Six Bilateral Economic

Working Groups

Ministerial Meeting

Pertemuan yang ditandatangani oleh Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian dan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura.

Pertemuan ini didahului dengan rapat internal Delegasi Indonesia

di KBRI Singapura.

Pertemuan didahului dengan rapat koordinasi internal di KBRI

Singapura pada tanggal 10 Februari 2014, yang bertujuan untuk

menyempurnakan isi Draft Joint Report on the Bilateral Economic

Working Groups Indonesia-Singapore yang membawahi beberapa

working group yaitu WG BBK, WG Investments, WG Air

Connectivity, WG Tourism, WG Manpower dan WG Agribusiness.

Draft joint report to Leader secara internal disepakati dan

selanjutnya pada tanggal 11 Februari 2014 dibawa ke forum

Ministerial Meeting untuk disepakati bersama Rl-Singapura.

Page 14: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

5

Periode Februari 2014

Gambar 1

Six Bilateral Economic Working Groups Ministerial Meeting Indonesia - Singapore

Pada naskah Joint Report to Leader ini, disepakati untuk setiap

Working Group agar membuat rencana aksi tindak lanjut

kerjasama antara Indonesia dan Singapura. WG BBK dan KEK

lainnya, perlu secara bersama sama mendorong BP Batam, BP

Bintan dan BP Karimun untuk secara kolektif membawa investasi

baru ke kawasan tersebut sampai akhir tahun 2014; WG on

Investments, pada tahun 2014 akan menangani proyek terbaru

dengan lembaga terkait seperti PLN, Pelindo dan Angkasa Pura,

kepada perusahaan Singapura untuk proyek infrastruktur MP3EI

dan memfasilitasi kemungkinan kerjasama dengan perusahaan

Indonesia; WG on Air Connectivity, kedua belah pihak sepakat

untuk melanjutkan identifikasi peluang pertumbuhan lintasan

udara kedua belah pihak dalam rangka pelayanan jasa

penerbangan antara Indonesia dan Singapura; WG on Tourism,

Kedua belah pihak akan melanjutkan kerjasama untuk saling

berbagi pengalaman pada MICE dan mendorong Capacity

building untuk industri MICE, Indonesia dan Singapura

mendorong yang lain seperti yang ditujuankan dari sebelum dan

sesudah kegiatan tour MICE; WG on Manpower, kedua belah

pihak akan melanjutkan kerjasama untuk berbagi pengalaman

pada managemen tripartis dan manpower.

Rapat Koordinasi

Revitalisasi SIJORI

Rapat Koordinasi Revitalisasi SIJORI, dipimpin oleh Bapak Herman

Prayitno, Duta Besar Rl untuk Malaysia, Bapak Taufiqur Rijal,

Konsul General Rl untuk Johor Bahru-Malaysia, turut hadir dalam

pertemuan tersebut adalah perwakilan dari Direktorat Kerja

Sama ASEAN, Kementerian Perdagangan, Kementerian

Koordinator Bidang Prekonomian, BKPM, Kementerian Luar

Negeri, Pemerintah Provinsi Kepri, staf dari KBRI Malaysia dan

Atase Perdagangan Rl untuk Malaysia, Otoritas Batam.

Page 15: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

6

Periode Februari 2014

Rapat koordinasi ini bertujuan untuk menindaklanjuti amanat

para pimpinan Rl dan Malaysia terkait revitalisasi kerjasama

SIJORI sebagaimana hasil pertemuan ke -10 konsultasi Tahunan

RI-Malaysia pada 19 Oesember 2013 di Jakarta.

Pertemuan SIJORI tidak menghasilkan kesimpulan atau

kesepakatan, dikarenakan pertemuan ini merupakan yang

pertama kalinya setelah sekian lama kerangka SIJORI ini mati

suri, namun dari pertemuan tersebut terdapat beberapa

masukan yang disampaikan oleh KJRI Johor, KBRI Malaysia, KBRI

Singapore, BKPM, Pemerintah Kepri dan Kementerian

Perdagangan. Pada intinya semua informasi dan masukan

dimaksudkan untuk membangun kembali kerjasama SIJORI ini

dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya untuk

Indonesia, terutama dikawasan Kepulauan Riau.

Informasi dan masukan disampaikan oleh perwakilan

Kementerian Perdagangan, selain data dan informasi

perdagangan Indonesia-Singapore dan Indonesia-Malaysia, juga

disampaikan dukungan Kementerian Perdagangan terkait

dengan pemberian pelimpahan kewenangan penerbitan

perizinan impor produk hortikultura kepada Badan Pengusahaan

BBK melalui Permendag no. 06/M-DAG/PCR/1/2013. Serta

presentasi informasi pengembangan Zona Free Trade Iquique

(ZOFRI) Chile. Kawasan Bebas Iquique didirikan pada tanggal 25

Juni 1975, terletak di daerah utara Chile, sejauh 1.853 km dari

Santiago dan berbatasan dengan negara tetangga Peru, Bolivia

dan Argentina, serta berdekatan dengan Brasil bagian barat dan

Paraguay yang keduanya dapat ditempuh dengan jalan darat.

Pada tahun 1990 otoritas kawasan bebas tersebut diserahkan

kepada perusahaan Iquique Free Trade Zone Inc. (ZOFRI S.A.).

Saham pemerintah Chile di ZOFRI S.A. sebesar 71,2% dan sisanya

dimiliki oleh perusahaan-perusahaan swasta Chile. Kawasan

Bebas Iquique lebih mendalam antara lain, luas Zofri sekitar 200

hektar yang terbagi atas tempat terbuka, 87 ha; sektor industri,

56 ha; dan tempat terlindung (berpagar) seluas 57 hektar. Selain

itu dijelaskan bahwa selain sebagai Otoritas ZOFRI, bidang usaha

ZOFRI SA lainnya adalah Real Estate; Shopping Mall dan Logistic

Service dengan memiliki gudang penyimpanan barang seluas

16.000 m2, semua bisnis tersebut berada di lingkungan Kawasan

Bebas Iquique, serta juga mengelola Kawasan Industri Khusus

"Chacalluta Park" di kota Arica yang berdekatan dengan kota

Iquique. Presentasi ini dimaksudkan sebagai bahan masukan

untuk menjadi perbandingan dan pertimbangan dalam

pengembangan kawasan Ekonomi Khusus BBK, terkait dengan

Page 16: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

7

Periode Februari 2014

informasi ini Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

sebagai host meminta agar dapat disampaikan secara formal

kepada pimpinan Kemenko Perekonomian Rl.

Peserta rapat juga melakukan kunjungan pada tanggal 13

Februari 2014 ke kawan industri Iskandar, di kantor ISDA tersebut

dilakukan presentasi oleh otoritas ISDA terkait pengembangan

kawasan ISDA. Kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat lebih

dekat kawasan industri Iskandar untuk dapat dijadikan bahan

perbandingan dalam kerangka pengembangan kawasan Batam,

Bintan dan Karimun.

2. BIMP-EAGA Strategic Planning Meeting 2014 and Special Senior Officials’ Meeting

BIMP-EAGA Strategic -Planning Meeting 2014 and Special Senior

Officials' Meeting diselenggarakan pada tanggal 10-13 Februari

2014 di Davao City, Filipina. Pertemuan diselenggarakan sebagai

kelanjutan dari pertemuan BIMP-EAGA Strategic Planning

Meeting 2013 yang telah diselenggarakan pada tanggal 7-9

Januari 2013 di Kota Kinabalu, Malaysia. Selain itu, pertemuan

ditujukan untuk membahas priority projects/activities/

programmes dalam lingkup Kerja sama BIMP-EAGA di tahun 2014

Ini.

BIMP-EAGA Strategic Planning Meeting 2014

Dalam pertemuan ini, disampaikan menyampaikan beberapa hal

penting yang harus dilakukan guna penguatan BIMP-EAGA, yaitu:

continue coordination and convergence between and among

clusters; cluster should develop project prorosal; and private

sectors to work closely with clusters. Chair juga menyampaikan

expected outcome dari pertemuan: i) to identify 2014 BIMP-EAGA

Target Deliverables; ii) to prepare the Operational and Work Plans

for the 2014 programs and projects of each cluster and working

group, dan iii) developing the draft manual of BJMP EAGA Project

Implementation. Pada pertemuan ini juga disampaikan paparan

mengenai BIMP-EAGA & IMT-GT Trade Fair and Business Leaders'

Conference yang akan dilaksanakan pada tanggal 23-26 Oktober

2014 di Davao City, Filipina.

Page 17: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

8

Periode Februari 2014

Gambar 2

BIMP-EAGA Strategic Planning Meeting 2014

Plennary Session:

Highlights of the 17th

BlMP EAGA MM

Paparan mengenai Highlights of the 17th BIMP-EAGA MM

disampaikan oleh BIMP-FC. Hal-hal yang dipaparkan dalam

pertemuan ini terdiri dari: 2012-2016 BIMP-EAGA

Implementation Blueprint, duster initiatives, engagement with

private sector, BIMP-EAGA Facilitation Center, cooperation with

strategic partner and development partners. Terkait dengan

Cluster on Trade and Investment Facilitation (CTIF), hal yang

ditekankan adalah completion of the scoping study on the

"Protection: of Borneo Island from Quarantine Pests towards one

Borneo SPS system”, strengthen collaboration and cooperation

among the member countries corridor initiatives, dan BIMP-EAGA

Statistical Profile on Trade, Investment and Tourism yang akan

disampaikan pada pertemuan 1001 BIMP-EAGA Summit.

Plennary Session: ASEAN

Economic Community and

Subreaional Cooperation

Paparan disampaikan oleh ASEAN Secretariat (ASEC). Hal penting

dalam paparan tersebut adaiah perlunya penguatan struktur

organisasi dan mekanisme koordinasi yang dapat dicapai melalui

fasilitasi sharing dan diskusi tentang master plan, roadmaps and

sector studies sebagai input dalam planning and investment

programming", pelaksanaan annual consultation meeting antara

ASEC dan BIMP-EAGA; workshop and seminars; share date; serta

extend institutional links to relevant sectoral bodies of ASEAN and

the subregional programs.

Selain itu turut disampaikan pula kerja sarna antara BIMP-EAGA

dan ASEAN dalam bentuk: i) ADB TA 7718: Promoting Links and

Improving Coordination Among the GMS, BIMP-EAGA, JMT-GT

and ASEAN yang dilaksanakan pada 2 Oktober 2012 di ASEC,

Jakarta (Stakeholder Consultation) dan 27 November 2012 di

Bangkok (Regional Consultation Workshop), dan ii) ASEAN

Secretariat-BlMP-EAGA Consultation pada bulan Maret 2013

bertempat di ASEC.

Page 18: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

9

Periode Februari 2014

Manual of the BIMP-

EAGA Protect

Implementation (ABD)

ADB menyampaikan paparan mengenai BIMP-EAGA Project Cycle

Manual yang memiliki tujuan sebagai: i) pedoman untuk

perencanaan, pemilihan, dan implementasi proyek-proyek BIMP-

EAGA; ii) result-based monitoring agar terukur hasil dan manfaat

proyek yang dilaksanakan; dan iii) spesifikasi tanggung jawab dan

akuntabilitas dari para stakeholders.

Breakout Session Breakout session untuk Cluster on Trade and Investment

Facilitation (CTlF) dilaksanakan pada tanggal 11-12 Februari 2014

dan dipimpin oleh Direktur Kerjar Sama ASEAN Kementerian

Perdagangan serta dihadiri oleh perwakilan dari CTIF, Small

Medium Enterprises Development Working Group (SMED WG)

dan Customs, Immigration, Quarantine, and Security Working

Group (ClQS WG).

Pertemuan tersebut rnenghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu:

On-going Project

Promoting trade and investment through comprehensive and

sound information program:

Proyek tersebut berada di bawah CTIF dan terbagi ke dalam

2 jenis, yaitu: (i) compilation of the BIMP-EAGA Trade,

Investment Statistical Profile termasuk di dalamnya

kompilasi data tentang ekonomi makro, perdagangan,

investasi, dan pariwisata periode 2009-2012; dan (ii)

expansion of BIMP-GAGA Trade, Investment, ad tourism

Statistical Profile yang turut memasukkan kompilasi data

tentang ekonomi makro, perdagangan, investasi, dan

pariwisata untuk periode 2013, data perdagangan dan

investasi dari Development Partners (China and Japan), top

ten traded commodities, serta iriformasi atas kebijakan dan

insentif dari masing-masing negara anggota BIMP-EAGA.

Increase BIMP-EAGA SME Trade and Investments (BIMP-

EAGA SME promotion, Business Matching and Conference):

Proyek tersebut berada di bawah SMED WG, dan akan

dilaksanakan melalui penyelenggaraan exposition, trade fair,

dan International Expo. Para negara anggota BIMP-EAGA

perlu untuk menyampaikan 10 private sectors untuk

mengikuti acara tersebut. Proyek ini masih membutuhkan

endorsement dari BIMP-EAGA Ministers.

Increase BIMP-EAGA SME Trade and Investments (BIMP-

EAGA SME promotion, Business Matching and Conference)

Proyek ini juga masuk ke dalam lingkup SMED WG dan

menekankan pada access to market.

Recognition of SMEs - Top 200 BIMP-EAGA recognized SMEs

Page 19: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

10

Periode Februari 2014

Proyek ini berada di bawah SMED WG dan akan dilaksanakan

dengan menyampaikan daftar 50 SMEs dari "masing-masing

negara sebelum 30 Maret 2014.

New Project

Establishment of BIMP-EAGA Trade, Investment, and

Tourism, Database Task Force (BTITD-TF)

1st BTITD-TF akan dibentuk pada 2nd CTIF Meeting pada

bulan September 2014 di Sabah, Malaysia. Adapun concept

paper project tersebut akan disampaikan ke SOM guna

mendapatkan persetujuan.

Assessment on the performance of the BIMP EAGA CIQS

Working Group

Proyek tersebut dibawah CIQS WG dan bertujuan untuk:

nurturing existing and proposed trade links. Proyek tersebut

akan dilaksanakan dengan menjalarikan survei, konsultasi,

dan publikasi dari' hasil studi

Pertemuan ini juga menyepakati untuk rutin melaksanakan

diskusi dengan BIMP-EAGA private sectors guna mendapatkan

feedback untuk Cluster agar dapat mernfasilitasi perdagangan

dan investasi dengan lebih baik. Pertemuan lebih lanjut

menyepakatj untuk membuka kembali dialogue dengan private

sector pada Cluster meeting selanjutnya guna merribicarakan

beberapa kegiatan/proyefc dari CIQS WG yang terhenti.

Special Senior Officials’ Meeting (SOM)

Special SOM dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2014 dihadiri

oleh para SOs, Clusters, WGs, National Secretariat (NS), BIMP-FC

dan Asian Development Bank (ADB). Dalam pertemuan tersebut,

masing-masing Cluster menyampaikan paparan mengenai

projects yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 ini. Terkait

dengan CTiF, SOM menyampaikan usulan mengenai pembuatan

“buy-able investment projects package” guna mendorong

aktivitas investasi di BIMP-EAGA, Lebih lanjut CTIF diharapkan

dapat memperkuat kerja sama dan koordinasi dengan Transport

Cluster dalam establishment of General Santos/Davao-Bitung

route, mengingat project tersebut merupakan salah satu dari

priority projects 41 kedua Clusters.

3. Pertemuan the 25th High Level Task Force on ASEAN Economic Integration (HLTF-EI)

Pertemuan HLTF-EI Ke-25 diselenggarakan pada tanggal 17-18

Februari 2014 di Yangon, Myanmar membahas: (i) Public

Communication on the AEC 2015; (ii) AEC Post 2015; (iii) AEC

Scorecard Phase 4; (v) ASEAN Economic Community: A Work in

Progress; (vi) HLTF-EI Recommendations to the 46th ASEAN

Page 20: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

11

Periode Februari 2014

Economic Ministers Meeting; (vii) Regional Comprehensive

Economic Partnership (RCEP); dan (viii) Strengthening of the

ASEAN Secretariat.

Public Communication on

AEC 2015

Pertemuan membahas dan memberikan catatan atas draft

komunikasi publik AEC 2015 yang disusun Sekretariat ASEAN

antara lain: (i) agar mencakup seluruh elemen AEC; (ii) penekanan

bahwa tahun 2015 hanya bagian dari perjalanan panjang ASEAN;

(ii) agar disusun beberapa versi untuk berbagai pemangku

kepentingan seperti UKM, pelajar, petani dan pekerja; (iii) agar

diberikan penjelasan yang lebih komprehensif bagi perusahaan

besar; (iv) agar menggunakan ilustrasi yang lebih tepat untuk

memperkuat pesan kunci yang ingin disampaikan. Selanjutnya,

Pertemuan sepakat agar Sekretariat ASEAN dapat

menyempurnakan draft tersebut dengan fokus kepada masukan

yang telah diberikan oleh Task Force.

AEC Post 2015 Pertemuan membahas 2 (dua) kertas kerja mengenai konsep

visioner AEC Post 2015 yang disusun masing-masing oleh ERIA

dan RSIS-ISEAS. ERIA menekankan pada kerangka kerja bagi

perluasan dan pendalaman dari seluruh Pilar AEC 2015 menuju

ASEAN Miracle 2030, sedangkan RSIS-ISEAS menekankan pada

visi misi ASEAN 2025, target baru dan menitikberatkan beberapa

Pilar AEC. Kedua paper menyampaikan berbagai rekomendasi dan

target pencapaian masing-masing.

Beberapa catatan dari HLTF atas kertas kerja tersebut antara lain:

(i) perlunya penjabaran yang lebih spesifik baik tantangan

ataupun hasil yang berimbang bagi seluruh negara anggota; (ii)

lebih adaptif terhadap dinamika internal ASEAN dan global

setidaknya untuk satu dekade kedepan; (iii) perlunya sasaran dan

langkah yang ambisius (bold targets and measures). Selanjutnya

HLTF sepakat membentuk kelompok kerja dari negara anggota

untuk menyusun kertas kerja visioner AEC post 2015 dengan

kerangka waktu hingga 2025. Malaysia akan bertindak sebagai

ketua kelompok kerja dan diharapkan seluruh negara anggota

menyampaikan kontak utamanya kepada Sekretariat ASEAN

selambat-lambatnya tanggal 25 Februari 2014. Kelompok kerja

bersama Sekretariat ASEAN perlu menyusun rencana kerja dan

menggunakan kajian dari ERIA dan RSIS-ISEAS sebagai referensi.

Pertemuan sepakat agar kelompok kerja dapat melaporkan hasil

awalnya pada bulan Juli 2014.

Page 21: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

12

Periode Februari 2014

Gambar 3

ASEAN HLTF-EI, 17-18 Februari 2014

AEC Scorecard Phase 4 Pertemuan membahas paparan ERIA mengenai 6 (enam) kajian

yang ditujukan sebagai analisis implementasi dan hambatan AEC

melalui konsultasi intensif dengan pemangku kepentingan untuk

mendapatkan rekomendasi spesifik. Kajian meliputi NTMs,

fasilitasi perdagangan, liberalisasi jasa, liberalisasi investasi, MRA

jasa profesional dan pergerakan tenaga terampil dan standard

kesesuaian. HLTF memberikan arahan agar 6 kajian tersebut

dilakukan secara pararel dan diselesaikan pada bulan September

2014.

ASEAN Economic

Community: A Work in

Progress

Pertemuan mencatat laporan ISEAS mengenai kilasan singkat

kemajuan AEC yang mengulas tentang pencapaian, tantangan

dan langkah kritikal yang perlu dilakukan selanjutnya. HLTF lebih

lanjut mencatat bahwa kilasan singkat tersebut telah

dipublikasikan oleh ADB dan ISEAS.

Regional Comprehensive

Economic Partnership (RCEP)

Indonesia selaku Ketua Komite Perundingan RCEP menyampaikan

perkembangan negosiasi RCEP termasuk adanya proposal dari

berbagai Negara AFPs (ASEAN FTA Partners) untuk mengangkat

isu-isu baru seperti SMEs, government procurement dan food.

HLTF sepakat agar: (i) ASEAN fokus perdagangan barang, jasa,

investasi dan kerjasama ekonomi dan teknik sebagai prioritas

utama; (ii) menempatkan aspek lain seperti persaingan, HKI,

penyelesaian sengketa sebagai prioritas berikutnya; (iii)

meningkatkan soliditas dengan tetap mengacu kepada prinsip,

elemen dan pendekatan yang digunakan dalam perjanjian

internal ASEAN ataupun ASEAN Plus 1 FTAs; (iv) Sekretariat

ASEAN memberi dukungan penuh kepada setiap kelompok kerja

yang ada; (v) tidak membentuk kelompok kerja baru.

HLTF-EI Recommendations

to the 46th AEM Meeting

HLTF-EI sepakat untuk merekomendasi kepada AEM beberapa hal

yaitu: (i) Penyusunan Komunikasi Publik tentang AEC yang lebih

Page 22: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

13

Periode Februari 2014

tepat sasaran; (ii) Fokus pada Perundingan RCEP; (iii)

Pembentukan Working Group untuk penanganan AEC post 2015;

(iv) pertanyaan negara anggota ASEAN terkait Trade Policy

Review di WTO suatu negara anggota ASEAN lainnya dapat

dikoordinir dengan baik vide ASEAN Geneva Committee, dan (vi)

penguatan kelembagaan Sekretariat ASEAN.

Strengthening of the ASEAN

Secretariat

Memperhatikan perkembangan ASEAN pasca 2015, pertemuan

sepakat bahwa untuk meningkatkan daya dukung Sekretariat

ASEAN maka upaya penguatan kelembagaan Sekretariat ASEAN

merupakan hal yang mutlak dilakukan secara sistematis.

4. The ASEAN Economic Ministers’ Retreat and Related Meetings

Pertemuan AEM (ASEAN Economic Minister) Retreat ke-20

berlangsung pada tanggal 26-27 Februari 2014 di Singapura.

Pertemuan didahului dengan SEOM Preparatory Meeting dan

AEM Working Dinner pada tanggal 26 Februari 2014. Pertemuan

ini merupakan pertemuan rutin para Menteri dalam format

retreat guna membahas hal-hal penting yang memerlukan

keputusan maupun arahan untuk ditindaklanjuti oleh SEOM

dan/atau Sekretariat ASEAN.

Gambar 4

20th ASEAN Economic Ministers’ Retreat di Singapura

Prep-SEOM for the 20th AEM Meeting

AEC Scorecard SEOM mencatat laporan Sekretariat ASEAN bahwa pada bulan

Agustus 2013, nilai rata-rata scorecard menurun dari sebesar

79,7% (279/71) menjadi 72,3% (300/115) pada Desember 2013.

Penurunan nilai ini akibat banyak perubahan measures baik yang

diusulkan dimasukkan ataupun dikeluarkan dari scorecard AEC

oleh sectoral bodies di bawah pilar AEC. Untuk menghindari

pandangan dan pertanyaan publik yang pada akhirnya

memberikan dampak serius bagi kredibiltas pencapaian AEC

2015, pertemuan sepakat agar menggunakan AEC Scorecard per

bulan Agustus 2013. Sedangkan penghitungan scorecard untuk

tahun 2014 dan 2015 akan disusun kembali secara tersendiri.

Page 23: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

14

Periode Februari 2014

Untuk itu Sekretariat ASEAN akan melakukan pendataan ulang list

of measures untuk target 2014 – 2015 yang akan dibahas pada

pertemuan SEOM 2/45 bulan April 2014 di Solo, Indonesia.

ASEAN Framework on

Equitable Economic

Development

Sebagai tindaklanjut kesediaan Bank Dunia untuk membantu

memfasilitasi operasionalisasi prakarsa AFEED, SEOM menyetujui

proposal World Bank mengenai AFEED Monitoring Product (AMP)

yang akan dipergunakan untuk mengamati perkembangan

equitable economic development di masing-masing negara

anggota ASEAN. AMP ini akan dikembangkan lebih lanjut untuk

dilaporkan kepada Leaders pada KTT ke-24 ASEAN pada bulan

Mei 2014.

Other Matters Pertemuan mencatat mengenai rencana pertemuan Joint

Preparatory Meeting (JPM) and related meetings dan ASEAN

Coordinating Council Working Group yang secara khusus akan

membahas visi ASEAN pasca 2015 pada tanggal 25 – 26 Maret

2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Salah satu agenda pertemuan

JPM adalah pembahasan draft statement for the 24th ASEAN

Summit yang saat ini masih menunggu masukan dan tanggapan

dari AMS. SEOM menyampaikan pandangannya bahwa tanggal

pertemuan JPM berdekatan dengan perundingan RCEP maka

negara anggota ASEAN akan mengirimkan masing-masing

wakilnya untuk hadir pada pertemuan dimaksud.

Terkait dengan OECD Technical Assiatance on Public-Private

Partnership Framework, diharapkan agar SEOM dapat

mempertimbangkan untuk menyetujui usulan project dimaksud.

ASEAN Medical Device

Directive (AMDD)

Pertemuan mencatat bahwa rencana penandatanganan AMDD

pada pertemuan AEM Retreat ini tertunda karena beberapa

negara anggota ASEAN termasuk Indonesia masih menyelesaikan

prosedur internal dalam negeri masing-masing.

AEM Working Dinner

ASEAN-India Trade and

Investment Centre

Pertemuan para Menteri sepakat atas rekomendasi SEOM untuk

meleburkan usulan pembentukan ASEAN-India Trade and

Investment Center kedalam ASEAN-India Center, hal ini mengingat

di beberapa kerja sama ASEAN+1 FTAs lainnya seluruh kegiatan

baik promosi perdagangan, investasi, pariwisata, dan lainnya

dilakukan secara terpusat dalam satu Center.

AEM Roadshow to

Canada

Indonesia sebagai Country Coordinator kerja sama ASEAN-Canada

menyampaikan rencana pelaksanaan AEM Road Show to Canada

yang kemudian disepakati pelaksanakan pada minggu pertama

Juni 2014, dengan program yang dipersingkat 1 hari dari rencana

awal dengan tujuan kota Toronto dan Vancover serta tema yang

Page 24: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

15

Periode Februari 2014

digunakan adalah connectivity antara ASEAN dengan Canada.

Mengingat kendala waktu beberapa Menteri ASEAN, Pertemuan

sepakat menggunakan format Troika yang terdiri dari Country

Coordinator (Indonesia), ASEAN Chairman 2014 (Myanmar) dan

Sekjen ASEAN. Pertemuan juga menyepakati usulan Indonesia

untuk mengikutsertakan dunia usaha hingga maksimal 5 wakil per

negara anggota ASEAN. Pertemuan juga meminta agar terdapat

pembagian tugas di antara negara anggota ASEAN pada rangkaian

program roadshow dimaksud.

Agenda Pilot case studies

on non-tariff

measures/non-tariff

barriers

Pertemuan mencatat perkembangan penanganan pilot projects

NTMs/NTBs yang telah dipilih oleh masing-masing Negara

Anggota ASEAN. Dari total 6 kasus pilot project, tercatat bahwa 2

kasus sudah terselesaikan yaitu dengan Kamboja dan Filipina dari

3 kasus dimana Indonesia sebagai complaining/reporting country.

Sedangkan 1 kasus lain sebagai responding country saat ini

Indonesia masih dalam proses pembahasan dengan Malaysia.

Pertemuan menekankan kembali bahwa penanganan hambatan

teknis akibat adanya NTMs/NTBs harus diselesaikan secara

berkelanjutan, komprehensif dan transparan. Pada kesempatan

ini, Indonesia mengusulkan perlunya penanganan yang intensif

ditingkat kelompok kerja CCA (Coordinating Committee on ATIGA)

antara lain dengan meningkatkan koordinasi fungsi fasilitasi

perdagangan dengan sectoral bodies lainnya.

The 20th AEM Retreat

Myanmar’s ASEAN

Chairmanship deliverables

for 2014

Para Menteri Ekonomi ASEAN mendukung prioritas capaian tahun

2014 di bawah kepemimpinan Myanmar. Prioritas capaian

tersebut adalah: (i) Post-2015 Vision; (ii) Financial Integration; (iii)

Strategic Plan of Action on Food Security under ASEAN Integration

on Food Security (AIFS); (iv) ASEAN Good Aquaculture Practices

Standards; (v) Public Private Partnership (PPP) Framework; (vi)

Key Messaging for AEC 2015; (vii) Operationalization of AFEED;

(viii) Development of a model for SME Credit Rating Agencies; (ix)

Establishment of SME Service Centres with Sub-regional and

Regional Linkages; (x) Signing ASEAN Agreements & Protocols.

ASEAN Agreements and

Protocols

Pertemuan mencatat beberapa perjanjian/protokol di bawah

koordinasi AEM yang perlu diselesaikan dan ditandatangani pada

tahun 2014, yaitu: (i) ASEAN Medical Device Directive (AMDD); (ii)

ASEAN MRA on Accountancy; (iii) ASEAN-India Trade in Services

and Investment Agreements; (3) Protocol to Implement the 9th

AFAS Package; (4) Protocol to Amend ACIA; (5) Protocol to Amend

the Agreement Establishing the AANZFTA; (6) Protocol to

incorporate the Chapters on Trade in Services, MNP, and

Page 25: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

16

Periode Februari 2014

Investment in the AJCEP.

Di samping itu terdapat beberapa perjanjian/protokol di bawah

koordinasi AEC, namun berada di luar lingkup AEM, yang perlu

diselesaikan dan ditandatangani pada tahun 2014, yaitu: (1)

Protocol 2 & 7 of AFAGIT; (2) ASEAN-China MOU on SPS

Cooperation; (3) Protocol to Implement 6th Package of Financial

Services Commitments under AFAS; (4) Agreement on the

Establishment of ASEAN Coordinating Centre for Animal Health

and Zoonosis; (5) MOU on ASEAN Cooperation Mechanism for

Joint Spill Preparedness and Response (OSRAP).

Para Menteri Ekonomi ASEAN berpandangan bahwa prioritas

capaian dan kegiatan di bawah Kepemimpinan Myanmar tahun

2014 perlu mendapat atensi khusus dan didukung penuh oleh

negara anggota ASEAN mengingat batas waktu realisasi AEC

2015. Dari beberapa prioritas capaian Myanmar, Menteri

Ekonomi ASEAN sepakat bahwa peningkatan keterlibatan UKM

dan pembangunan infrastruktur melalui skema PPP harus

mendapat prioritas. Selain itu, Menteri Ekonomi ASEAN

menegaskan bahwa ASEAN harus fokus untuk menyelesaikan

kesepakatan terkait dengan komitmen AFAS paket 9 karena

keberhasilan pemenuhan tersebut akan mempengaruhi

pemenuhan AFAS paket berikutnya pada tahun 2015.

The 20th HLTF-EI

recommendations to the

AEM

Pertemuan menyetujui rekomendasi hasil pertemuan ke-20 HLTF-

EI yang disampaikan kepada para Menteri Ekonomi ASEAN,

antara lain mengenai: (a) penyusunan draft “key message” yang

akan digunakan sebagai media komunikasi nasional dan regional

menjelang terbentuknya AEC 2015; (b) memberikan pengawasan

terhadap perundingan RCEP untuk memastikan sentralitas

ASEAN; (c) mempertimbangkan rekomendasi untuk membentuk

working group yang diketuai oleh Malaysia untuk membahas

kajian yang dilakukan oleh ERIA mengenai “Moving ASEAN and

AEC Beyond 2015,” dan studi dari RSIS/ISEAS mengenai “Vision

Paper on the AEC Beyond 2015”; (d) usulan ERIA untuk melakukan

studi tentang AEC Scorecard Tahap ke-4 mengenai langkah-

langkah yang ditempuh ASEAN untuk melanjutkan Implementasi

AEC Blueprint; (e) mekanisme Trade Policy Review (TPR) di WTO;

dan (f) memperkuat Sekretariat ASEAN dengan dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada.

Dalam kesempatan pembahasan agenda tersebut, Indonesia

menyampaikan pandangannya mengenai masih sangat

rendahnya pemahaman masyarakat mengenai ASEAN baik

ditingkat nasional ataupun regional ASEAN. Menyikapi kondisi

Page 26: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

17

Periode Februari 2014

tersebut Indonesia menekankan perlunya upaya edukasi yang

lebih ekstensif dan intensif kepada publik/pemangku

kepentingan. Salah satu upaya yang diusulkan Indonesia adalah

melaksanakan comedown to the public oleh para menteri

ekonomi ASEAN ke berbagai kota di ASEAN untuk berinteraksi

dengan pemangku kepentingan di ASEAN. Hal ini mendapat

tanggapan positif dari semua menteri ASEAN dan perlu dijajagi

kemungkinannya dalam tempo yang tidak terlalu lama.

AEC Post 2015 Para Menteri Ekonomi ASEAN menegaskan bahwa target 2015

bukan merupakan batas akhir untuk menyelesaikan semua

inisiatif dalam merealisasikan AEC. Untuk itu pembahasan isu

ASEAN pasca 2015, harus lebih diperluas dan diperkuat

khususnya dalam aspek single market and production base guna

mencapai kesinambungan pembangunan ekonomi regional yang

berkelanjutan, serta meningkatkan peran ASEAN di Asia timur

dan ekonomi global. Para Menteri juga mendukung rencana

pembentukan Working Group untuk membahas dan

mengembangkan draft kerangka kerja untuk meningkatkan

integrasi ekonomi ASEAN sepuluh tahun mendatang (AEC 2016-

2025) yang telah diadopsi oleh para Kepala Negara ASEAN

mengenai ASEAN Community’s Post 2015 Vision pada KTT ASEAN

di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam tahun 2013 lalu.

Diharapkan working group dapat menghasilkan kerangka

landasan yang konstruktif bagi proses integrasi ekonomi ASEAN

untuk periode sepuluh tahun kedepan.

Regional Comprehensive

Economic Partnership

Pertemuan sepakat bahwa penyelesaian RCEP merupakan

prioritas utama ASEAN, sedangkan agenda kerja sama ASEAN+1

FTAs perlu menyesuaikan dengan prioritas tersebut. Pertemuan

mencatat perkembangan perundingan RCEP meskipun seluruh

negara anggota ASEAN dihadapkan pada berbagai keterbatasan

sumberdaya. Brunei menyampaikan perlunya ASEAN

memanfaatkan dinamika politik dan ekonomi di kawasan saat ini

khusus di wilayah Asia Timur. Hampir seluruh negara anggota

menekankan kembali area utama yang terdapat dalam Guiding

Principle, sementara Singapura berpandangan bahwa

pembahasan area tambahan lain dan pembentukan kelompok

kerjanya perlu tetap dibuka. AEM sepakat untuk tetap

memelihara dan menjaga momentum yang baik dalam negosiasi

untuk menuntaskan negosiasi RCEP pada akhir tahun 2015.

Agenda Review of the

ASEAN+1 FTAs

Para Menteri Ekonomi ASEAN membahas usulan SEOM terkait

strategic approach dalam implementasi ASEAN+1 FTAs vis-a-vis

RCEP. Pertemuan sepakat atas beberapa hal, yaitu: (i)

memberikan prioritas terhadap perundingan RCEP untuk dapat

Page 27: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

18

Periode Februari 2014

diselesaikan pada akhir tahun 2015; (ii) memahami dampak dan

kesulitan apabila menghentikan secara penuh pelaksanaan

pertemuan ASEAN+1 FTAs. Oleh karena itu, pembahasan atas

beberapa inisiatif/usulan dari Para Mitra Dialog terkait

permasalahan implementasi perlu disusun berdasarkan asas

prioritas dan diutamakan bagi yang memberikan manfaat

terbesar bagi ASEAN secara keseluruhan, serta tetap membuka

peluang untuk membentuk working group dalam perundingan

RCEP.

Pertemuan turut sepakat atas prioritas yang perlu dilakukan oleh

ASEAN pada tahun 2014 di dalam kerangka ASEAN+1 FTAs, yaitu:

a. ASEAN-Japan CEP: menyelesaikan perundingan Perdagangan

Jasa dan Investasi dengan target penandatanganan pada

November 2014;

b. ASEAN-India FTA: menandatangani Persetujuan

Perdagangan Jasa dan Investasi pada Agustus 2014;

c. ASEAN-Korea FTA: menyusun prioritas capaian untuk

Pertemuan ASEAN-Korea Commemorative Summit yang akan

diselenggarakan pada Desember 2014;

d. AANZFTA: melanjutkan serangkaian kegiatan dalam program

built-in agenda FTA;

e. ACFTA: menyelesaikan pembahasan mengenai elemen-

elemen terkait rencana upgrade ACFTA;

f. AHKFTA: perundingan untuk dilaksanakan pada awal tahun

2014.

Informal Meeting mengenai Prakarsa Indonesia di Fora

APEC

Proposal Indonesia di

forum APEC

Indonesia telah melakukan Pertemuan Informal dengan 6 (enam)

negara anggota ASEAN yang juga termasuk negara anggota APEC

(Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand,

Vietnam) untuk meminta dukungan terkait implementasi dari

prakarsa Indonesia tentang “Promoting Products which

Contribute to Sustainable and Inclusive Growth through Rural

Development and Poverty Alleviation” yang telah disetujui oleh

para Kepala Negara APEC tahun 2013 lalu. Langkah tersebut

ditempuh dalam rangka memperjuangkan sektor unggulan

Indonesia baik di tingkat regional dan internasional sekaligus

mendorong peningkatan ekspor non-migas nasional.

Lima dari enam negara anggota ASEAN menyatakan dukungan

kecuali Thailand yang harus menunggu perkembangan situasi

domestik serta kajian lebih lanjut atas prakarsa tersebut. Brunei

mendukung dan menyarankan agar Indonesia dapat melakukan

Page 28: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

19

Periode Februari 2014

pendekatan ke China selaku Chair APEC 2014. Malaysia

mendukung dan akan memberikan masukan atas bagi proses

implementasi prakarsa dengan catatan Indonesia dapat

memberikan beberapa timbal balik atas dukungan yang diperoleh

dari Malaysia. Singapura mendukung dan secara khusus

Indonesia mengharapkan agar Singapura dapat menyuarakan

realisasi dari prakarsa ini kepada negara-negara lain. Philippine

mendukung upaya Indonesia namun demikian tetap perlu

melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan sektor

pertaniannya. Vietnam mendukung dan akan memberikan

masukan bagi proposal tersebut

Bilateral Indonesia-

Singapura

Menteri Perdagangan Indonesia dan Singapura melakukan

pertemuan bilateral untuk meningkatkan kerja sama bilateral

khususnya terkait dengan upaya pengembangan kerja sama

kawasan Batam-Bintan-Karimun dengan fokus pengembangan di

wilayah Batam dalam rangka meningkatkan total perdagangan

antara kedua belah pihak. Dalam kesempatan tersebut Indonesia

kembali menyampaikan permintaan dukungan dan bantuan

penuh dari Singapura atas implementasi prakarsa APEC mengenai

“Promoting Products which Contribute to Sustainable and

Inclusive Growth through Rural Development and Poverty

Alleviation. Sebagai timbal balik Singapura juga menyampaikan

permintaan agar Indonesia dapat membantu mengatasi 2 (dua)

yang saat ini tengah terjadi di Batam yaitu (i) masalah perburuhan

serta (ii) status tanah yang digunakan berbagai perusahaan/

investor asing akibat adanya klaim dari Kemenhut atas sebagian

besar tanah di Batam sebagai daerah yang peruntukan bagi

konservasi alam. Indonesia mencatat masukan Singapura dan

akan menindaklanjuti di tingkat pusat atas dua hal tersebut.

Gambar 5

Pertemuan Bilateral Indonesia-Singapura di sela-sela 20th AEM Retreat

Page 29: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

20

Periode Februari 2014

Pertemuan ASEAN Caucus untuk ASEAN-Hong Kong FTA

Pertemuan ASEAN Caucus ASEAN-Hong Kong FTA telah

dilaksanakan secara paralel dengan Pertemuan Preparatory

SEOM untuk pertemuan ke-20 AEM Retreat. Hal ini merupakan

bentuk tindak lanjut atas arahan SEOM 1/45 untuk membahas

lebih lanjut Scoping Paper dan Term of Reference rencana

perundingan ASEAN-Hong Kong FTA.

Pertemuan membahas dua dokumen yaitu Scoping Paper dan

Term Of Reference AHKFTA, khususnya elemen yang terkait

liberalisasi tarif perdagangan barang, ketentuan asal barang,

hambatan non-tarif, prosedur kepabeanan dan fasilitasi

perdagangan, TBT dan SPS, perdagangan jasa, mekanisme

dispute, institutional issues, horizontal issues, dan economic and

technical cooperation. Terkait pembahasan atas elemen tersebut,

ASEAN sepakat atas beberapa hal antara lain:

a. Melakukan perubahan dan menyesuaikan cakupan

perundingan sesuai dengan ketentuan yang disepakati di

perundingan WTO dan ASEAN+1 FTAs;

b. Menggabungkan pembahasan perundingan investasi

menjadi satu bagian dalam perundingan;

c. Menghapus pengaturan mengenai trade remedies dan

intelectual property;

d. Merubah elemen Non-Tariff Barriers menjadi Non-Tariff

Measures.

e. Menetapkan referensi mengenai pengaturan special and

differential treatment berdasarkan kesepakatan yang

diformulasikan di perundingan RCEP.

f. Tidak mencantumkan jadwal pertemuan dan target

penyelesaian perundingan yang semula diharapkan dapat

selesai pada tahun 2015.

Pertemuan mencatat pandangan dari beberapa Negara Anggota

ASEAN untuk dapat melihat rencana perundingan AHKFTA ini dari

spektrum yang lebih luas dengan mengupayakan pembukaan

akses pasar China melalui Hong Kong. Hal ini mengingat produk

yang berasal dari Hong Kong sebagian besar merupakan re-

ekspor dari China. Selain itu perlu dilakukan joint scoping exercise

untuk melakukan pemetaan atas kebijakan strategis masing-

masing AMS dalam mewujudkan ASEAN-Hong Kong FTA.

Terkait hal tersebut, Pertemuan sepakat untuk memberikan

rekomendasi kepada SEOM sebagai berikut:

Page 30: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

21

Periode Februari 2014

a. Untuk segera melangsungkan pertemuan ASEAN-Hong Kong

Preparatory Meeting guna membahas scope and coverage

dan term of reference perundingan AHKFTA;

b. Pertemuan Preparatory Meeting tersebut diharapkan dapat

memberikan rekomendasi kepada Pertemuan SEOM-Hong

Kong Consultations terkait upaya pembentukan arsitektur

perundingan ASEAN-Hong Kong untuk selanjutnya dapat

dijadikan dasar dimulainya perundingan AHKFTA.

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya

1. 50th Asian and Pacific Coconut Community (APCC) Session

Sidang Asian and Pacific Coconut Community (APCC) ke-50

diselenggarakan pada tanggal 11-14 Februari 2014 di Pohnpei,

Federated States of Micronesia.

Situasi Perkelapaan

Negara Anggota

Tiap-tiap negara anggota mempresentasikan kebijakan dan

programnya terkait perkelapaan. Adapun hal-hal yang menjadi

perhatian antara lain:

Indonesia: untuk mengatasi rendahnya produktivitas dan

banyaknya tanaman tua, Kementerian Pertanian melaksanakan

program peremajaan dengan menggunakan benih unggul.

Program ini didukung oleh Balai Penelitian Palma yang

menyediakan benih unggul di sentra produksi kelapa dan

teknologi budidaya termasuk pengendalian hama penyakit dan

pola jarak tanam kelapa yang lebih efisien. Terkait ekspor, data

sampai September 2013 menunjukkan adanya penurunan ekspor

baik dari nilai maupun volume produk-produk ekspor seperti

kopra, minyak kelapa dan desiccated coconut sedangkan untuk

coconut shell charcoal mengalami peningkatan.

Indonesia memperhatikan bahwa negara-negara anggota APCC,

pemasok 84% produk kelapa dunia, memiliki kesamaan program

untuk meningkatkan produksi kelapa tetapi kurang memiliki

program untuk menjaga tingkat harga produk kelapa di pasar

internasional. Untuk itu, kami mengusulkan agar APCC memiliki

program bersama untuk menetapkan harga komoditas kelapa

yang wajar di pasar internasional, sebagai bagian dari tujuan APCC

untuk memberikan manfaat bagi petani.

India: memperluas program rejuvenasi dan peremajaan tanaman

kelapa, membentuk Coconut Producers Society dan Coconut

Producers Federations di mana integrasi dari Coconut Producers

Federations akan membentuk Farmer Producer Company. Untuk

mengatasi kurangnya tenaga kerja ahli untuk memanen kelapa

maka dilakukan pelatihan bagi golongan muda dalam program

Page 31: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

22

Periode Februari 2014

Friend of Coconut Tree (FoTC). Di bidang penelitian dan

pengembangan, India melakukan pendekatan Technology Mission

on Coconut (TMoC).

Malaysia: permintaan terhadap kelapa di Malaysia meningkat

seiring dengan meningkatnya konsumsi per kapita sampai 25

butir/tahun, Kementerian Pertanian melakukan program

peremajaan menggunakan benih unggul (MATAG – Malayan

Tagalan).

Thailand: permintaan terhadap fresh coconut meningkat karena

kurangnya produksi di dalam negeri. Program untuk

meningkatkan produktivitas antara lain mendorong penggunaan

produk kelapa bernilai tambah dan mempromosikan manfaat

produk kelapa dari sudut pandang kesehatan.

Situasi Perkelapaan Dunia Produksi kelapa tahun 2013 adalah 11,32 juta ton dan produksi

tahun 2014 diperkirakan menurun sekitar 1% menjadi 11,19 juta

ton. Hal disebabkan antara lain oleh banyaknya peralihan area

kelapa ke komoditi lain di Indonesia dan bencana topan Haiyan di

Filipina yang merusak 15 juta pohon kelapa.

Minyak kelapa dengan produksi di tahun 2013 sebesar 3,52 juta

ton terus mengalami kompetisi dengan minyak-minyak lainnya

seperti minyak sawit. Untuk tetap dapat berkompetisi, diperlukan

adanya kepastian supply untuk pasar produk edible dan non-edible

serta perlu mendorong kampanye dengan bukti-bukti ilmiah

mengenai nutrisi dan manfaat kelapa bagi kesehatan.

FAO RAP-APCC Expert

Consultation on Coconut

Sector Development

High Level Expert Consultation telah diselenggarakan selama dua

hari pada tanggal 30 Oktober – 1 November 2013 di Bangkok,

Thailand atas kerja sama Food and Agriculture Organization

Regional Office for Asia and Pacific (FAO RAP) dengan APCC.

Pertemuan yang dihadiri oleh 8 menteri dari 13 negara produsen

kelapa di Asia Pasifik menghasilkan 3 strategi dan 5 rekomendasi

yaitu:

Strategi I: Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Pendapatan

Petani

I.1 : Peningkatan program peremajaan kelapa dengan benih

unggul

I.2 : Pengembangan lebih lanjut Coconut Based Farming System

I.3 : Pembentukan Integrated Pest Management Network for

Coconut Pest and Disease

Strategi II: Peningkatan Pengolahan dan Pemasaran Produk Kelapa

Bernilai Tambah

II.1 : Pemberian Bantuan Teknis antara lain untuk survei pasar dan

transfer teknologi

Page 32: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

23

Periode Februari 2014

Strategi III: Peningkatan Capacity Building dan Pemberian

Dukungan Institusional

I.1:Pemerintah masing-masing negara anggota diminta antara lain

untuk memprioritaskan sektor kelapa dalam rencana

pembangunan dan mengalokasikan anggaran bagi pembangunan

industri kelapa; memberikan insentif finansial bagi usaha kecil dan

menengah; mendukung kegiatan promosi pasar termasuk

kampanye mengenai manfaat kelapa bagi kesehatan;

memfasilitasi pembentukan koperasi petani kelapa, masyarakat

produsen kelapa atau coconut producer company; dan menyusun

coconut industry strategic plan and roadmap.

Negara anggota menyetujui strategi dan rekomendasi di atas dan

menugaskan Sekretariat APCC untuk menyusun metode

pendekatan dalam rangka implementasi strategi dan rekomendasi

tersebut serta melaporkan konsepnya kepada negara anggota

pada waktu pertemuan COCOTECH 2014 di Sri Lanka.

COCOTECH 2014 Pertemuan COCOTECH 2014 akan dilaksanakan pada tanggal 7- 11

Juli 2014 di Colombo, Sri Lanka dengan tema “Policies, Programs

and Technologies towards a Resilient and Sustainable Coconut

Sector”

COCOTECH yang diadakan sekali dalam dua tahun merupakan

forum diskusi bagi wakil pemerintah, kalangan swasta, ilmuwan,

peneliti, petani, prosesor, eksportir dan pihak-pihak terkait

lainnya, untuk membahas perkembangan dan inovasi terbaru di

bidang teknologi, coconut based farming system, temuan-temuan

menyangkut kesehatan, kebijakan dan program untuk mendorong

ketahanan industri perkelapaan, diversifikasi produk dan

pemasaran produk kelapa.

Pelatihan Produk Bernilai

Tambah

Pelatihan mengenai pengolahan kelapa menjadi produk bernilai

tambah yang dihadiri oleh 11 negara anggota APCC termasuk

wakil dari Indonesia telah dilaksanakan oleh Kementerian

Pertanian dan Koperasi Thailand dan Sekretariat APCC pada

tanggal 24-28 Juni 2013 di Bangkok, Thailand. Pelatihan ini

bertujuan untuk melatih dan mentransfer teknik-teknik dan

keahlian berusaha dalam mengolah kelapa menjadi produk

bernilai tambah terutama produk virgin coconut oil (VCO) dan

produk turunannya, air kelapa, coconut sap syrup dan santan

kelapa. Kunjungan dilakukan ke perkebunan organik kelapa dan

tempat pengolahan high value product (HVP) seperti tempat

pengolahan VCO, santan kelapa dan air kelapa serta pengolahan

kelapa muda.

Page 33: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

24

Periode Februari 2014

Keanggotaan Sekretariat APCC melaporkan bahwa telah mengirimkan undangan

resmi kepada Pemerintah Maldives dan Timor Leste untuk

menjadi anggota APCC. 15. Selain itu, negara anggota menyetujui

anggaran APCC tahun 2014 sebesar USD 513,000 dan kontribusi

Indonesia tahun 2014 sebesar USD 76.275,12.

2. APEC First Senior Officials Meeting (SOM I) and Related Meetings

APEC First Senior Officials Meeting (SOM I) and Related Meetings

telah diselenggarakan di Ningbo, RRT pada 15-28 Februari 2014.

Selain menghadiri pertemuan SOM 1, Delri juga melakukan

pertemuan bilateral dengan RRT, Peru, Filipina, Chinese Taipei,

PNG, Australia dan Amerika Serikat serta mengikuti pertemuan

ASEAN Caucus, ASEAN-Jepang Breatfast Meeting dan ASEAN-RRT.

Sebelum pelaksanaan SOM 1, Delri telah menghadiri pula

pertemuan Friends of the Chair (FotC) on Connectivity.

Friends of the Chair (FoTC) on Connectivity

FoTC on Connectivity dihadiri oleh seluruh ekonomi dan sebagian

besar adalah Senior Officials FotC membahas secara mendalam

inisiatif dan usulan RRT dan Indonesia mengenai Diaft APEC

Blueprint of Connectivity Suggested General Outline dan Work

Planto develop the, 2014 APEC Connectivity Blueprint yang

diusulkan PSU.

Pembahasar isu connectivity sangat penting mengingat hal ini

merupakan inisiatif yang diangkat oldl Indonesia pada tahun

keketuaan APEC 2013 dan menjadi bagian dari arahan leaders.

Sejalan dengan hal tersebut, pihak RRT juga ingin mengangkat isu

connectivity menjadi salah satu deliverables di tahun 2014 dan

telah meminta Indonesia untuk menjalan kain leading role dalam

hal ini. Dalam pertemuan ini, Indonesia c.q. Dir KSI Aspasaf- Kemlu

telah menyampaikan presentasi mengenai Draft APEC Blueprint of

Connectivity Suggested General Outline yang disusun Rl.

FotC dipimpin oleh SO RRT dan menyepakati hal-hal sebagai

berikut:

a. Draft APEC Blueprint of Connectivity Suggested General Outline

adalah sebuah living document yang akan terus disempurnakan

sesuai dengan pembahasan dan keinginan bersama ekonomi

anggota APEC.

b. Pembentikan FoTC on Connectivity sebagai overseeing

mechanism terhadap blueprint dengan ksanggotaan Senior

Officials, serta Ketua CTI, EC, SCE, dan SFOM. Selain itu FoTC

bertugas melakukan review terhadap draft Blueprint.

c. Policy Support Unit (PSU) sebagai pihak yang ditugaskan untuk

menyusun Blueprint.

Page 34: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

25

Periode Februari 2014

d. Penyelenggaraan sebuah simposium mengenai blueprint dan

PSU diharapkan dapat menghasilkan draft awal dari Blueprint

sebelum SOM3 berdasarkan hasil masukan dari simposium.

Senior Officials Meeting (SOM) 1

SOM 1 membahas 3 area prioritas yang ditentukan oleh tuan

rumah RRT, yaitu mata agenda mengenai Advancing Regional

Economic Integration, Promoting Innovative Development,

Economic inform and Growth dan Strengthening Comprehensive

Connectivity and Infrastructure Development. SOM 1 juga

membahas mata agenda Economic and Technical Cooperation

(ECOTECH) dan Budget and Other Management Issues. Secara

khusus, SOM Chair dari RRT mengundang Ketua Finance Deputies

Meeting sebagai bentuk interaksi SOM dengan Finance Ministers

Process.

Opening Session SOM Chair menyampaikan tema APEC 2014 "Shaping the Future

through Asia-Pacific Partnership", dengan 3 prioritas utama yaitu

(i) Advancing Regional Economic Integration (REI), (ii) Promoting

Innovative Development, Economic Reform and Growth dan (Hi)

Strengthening. Comprehensive Connectivity and Infrastructure.

Tema diusung dengan latar belakang perkiraan perkembangan

perekonomian global tahun 2014, yang menandakan perbaikan

namun masih terdapat resiko dan ketidakpastian.

ABAC Chair melaporkan kemajuan program kerja ABAC dan

rencana kerja tahun 2014. Salah satu rencana kerja tahun 2014

adalah melakukan pemetaan prosperityJangka panjang dengan

lima prioritas target yaitu membantu mempercepat REI,

strengthening infrastruktur, connectivity, promoting development

dan integration.Work plan ditargetkan untuk lebih fokus dengan

dialog yang efektif dengan APEC Leaders, target untuk mencapai

FTAAP, connectivityar\\ara infrastruktur dan pembangunan.

Agenda Advancing

Regional Economic

Integration

Pada agenda ini, pembahasan terkait dengan laporan pertemuan

CTI 1, dukungan APEC terhadap sistem perdagangan mutilateral,

isu mendorong REI dan pembentukan roadmap FTAAP 2025 serta

upaya mendorong kegiatan prioritas di bidang perdagangan dan

investasi lainnya: supply chain connectivity, global value chains,

implementation ofAPEC EG List.

Laporan CTI

a. SOM mengesahkan laporan Ketua CTi mengenai hasil

pembahasan CTI 1 dan work plan CTI di tahun 2014. Dalam

laporannya, disampaikan antara lain mengenai rekomendasi

yang akan diangkat sebagai deliverables pada APEC Leaders

seperti dukungan terhadap sistem perdagangan multilateral

Page 35: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

26

Periode Februari 2014

yang menindaklanjuti hasil MC9 WTO di Bali tahun 2013.

b. Agenda CTI dinilai sudah menjadi sangat luas sehingga perlu

dilakukan streamlining agar Sub Fora dapat bekerja lebih

efektif. CTI mengalami hambatan terkait hal yang bersifat cross

cutting seperti bidang jasa. Group on Services (GOS) diharapkan

lebih fokus dalam kerjanya dan berkoordinasi dengan fora

APEC lainnya.

c. RRT selaku tuan rumah mengajukan proposal mengenai Global

Value Chain (GVC) dan meminta dukungan atas dokumen

tersebut.

Isu dukungan terhadap sistem perdagangan multilateral

a. Ekonomi APEC menegaskan dukungannya terhadap sistem

perdagangan multilateral dan mendukung adanya pernyataan

Ministers Responsible for Trade (MRT) yang lebih kuat.

b. Ekonomi APEC sepakat untuk menurunkan tarif hingga

dibawah 5% untuk produk dalam daftar Environmental Goods

(EG list).

c. Indonesia menyampaikan dukungan kepada RRT dan

menekankan agar APEC berkontribusi dalam menindaklanjuti

hasilpertemuan WTO Ministerial Conference ke-9 utamanya

mengenai kesepakatan trade facilitation

Isu mendorong Regional Economic Integration (REI) dan

pembentukan Free Trade Area in Asia Pacific (FTAAP)

a. Ekonomi APEC sepakat untuk mendorong upaya menuntaskan

REI menuju suatu FTAAP dan menilai APEC perlu memiliki

capaian target dengan batasan jangka waktu yang jelas setelah

Bogor Goals 2020.

b. RRT mengusulkan agar target capaian FTAAP adalah tahun

2025 dan mendorong pembentukan Friends ofthe Chair (FotC)

on REI. Komitmen yang tinggi terhadap proses REI akan

memberi sinyal positif bagi pasar terhadap kemajuan dan

keutuhan integrasi ekonomi di wilayah APEC.

c. Beberapa Ekonomi menegaskan perlunya mempertimbangkan

kembail target tahun 2025.

d. Pertimbangan ini dapat didukung dengan membahas dan

menentukan prinsip-prinsip yang akan mendasari

pembentukan FTAAP. Langka-langkah yang akan dilakukan oleh

China dalam mendorong agenda ini adalah melakukan studi

kelayakan, stock take regional RTA, menganalisa daya saing

ekonomi APEC, dan menentukan cakupan dan isi FTAAP.

Page 36: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

27

Periode Februari 2014

Gambar 6

APEC SOM 1 and Related Meetings

Isu mendorong perdagangan dan investasi melalui supply chain

connectivity, global value chain, APEC EGs List, Bogor Goals,

capacity buiding

a. Supply Chain Connectivity: RRT menyampaikan beberapa

proposal, antara lain concept note mengenai Promoting Supply

Chain Connectivity through a Model E-Port Initiative, dan

konsep MRT statement mengenai supply-chain connectivity. AS

menyampaikan proposal Capacity Building Plan to Improve

Supply Chain Performance.

b. Global Value Chain: RRT menyampaikan proposal APEC

Strategic Blueprint for Advancing Global Value Chains

Development through Asia-Pacific Partnership. Draft Blueprint

rencana akan disirkulasikan oleh RRT sebelum CTI2.

c. APEC EGs List: RRT menyampaikan concept note Capacity

Building on Implementation of APEC’s Environmental Goods

Commitments.

d. Bogor Goals: (PSU) menjelaskan persiapan Bogor Goals

Progress Report (BGPR) 2014 sesuai update tentang Individual

Action Plan (IAP) yang sudah disampaikan 19 Ekonomi

(termasuk Indonesia). PSU akan sirkulasikan konsep laporan

BGPR tiga minggu sebelum SOM2 2014

e. Capacity Buiding: rencana capacity building tahun ini antara

lain Workshop on research and analysis for preparation of FTA

negotiations (Selandia Baru), Capacity building for FTA

negotiators on non-conforming measures and services and

investment chapter (AS), dan Workshop mengenai IPR

(Vietnam), dan Workshop on Provisions of RTAs/FTAs in The

Asia-Pacific Region Concerning Safeguards, including

Transitional Safeguards (Indonesia) di Surabaya (tentatif

tanggal 10-11 Juni 2014).

Terkait dengan usulan Indonesia Promoting Products which

Contribute to Sustainable and Inclusive Growth through Rural

Page 37: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

28

Periode Februari 2014

Development and Poverty Alleviation atau disingkat Development

Products, Indonesia menyampaikan apresiasi atas dukungan

seluruh ekonomi APEC terhadap pengesahan Terms of Reference

studi APEC Policy Support Unit (PSU) mengenai Development

Products dimaksud. Pada kesempatan tersebut, Indonesia kembali

menekankan pentingnya pengembangan prioritas APEC di masa

mendatang bagi liberalisasi dan keterbukaan pasar pada produk-

produk yang mendukung pengentasan kemiskinan, khususnya

yang menyangkut kepentingan pelaku usaha kecil dan petani

produsen.

Promoting Innovative

Development, Economic

Reform and Growth

RRT mengidentifikasi lima wilayah kerja sama utama antara lain

economic reform, new economy, innovative development,

inclusive support dan urbanisasi. Pembahasan meliputi:

Laporan EC

a. SOM mengesahkan laporan Ketua Economic Committee (EC)

mengenai hasil pertemuan EC 1. Laporan juga menyampaikan

prioritas kerja sama dan kerangka kerja EC tahun 2014. Di

bidang structural reform, RRT mengajukan proposal mengenai

upaya mengatasi middle income trap.

b. Australia akan menyelenggarakan Workshop capacity building

ANSSR pada bulan Juni 2014 di Bali.

Isu Innovative Growth through Science and technology, ICT,

Internet Economy, dan urbanization

a. Science, technology and innovation: RRT menyampaikan

proposal Toward Innovation- Driven Development: Consensus

and Action.

b. ICT dan Internet Economy: RRT menyampaikan proposal

berjudul Developing the Internet Economy through Enhanced

ICT Cooperation. Concept paper akan dibahas di

Telecommunication Working Group (TELWG).

c. Urbanization: RRT menyampaikan concept paper berjudul

Shaping the future through Asia Pacific partnership for

urbanization and sustainable city development. PSU akan

melakukan sutdi mengenai urbanisasi dan sustainable cities

untuk mendukung policy dialogue pada SOM2 atau SOM3.

Isu Inclusive Development including Food Security, Human

Resources, SMEs, Anticorruption, Women and Health

a. SOM mengesahkan laporan Ketua PPFS dari RRT mengenai

tema PPFS tahun 2014 (Strengthening Partnership through

Food Security). PPFS 2014 akan melaksanakan APEC Food

Security Roadmap Towards 2020dan mengembangkan

operational business plan.

b. Human Resources: RRT menyampaikan concept paper

Page 38: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

29

Periode Februari 2014

mengenai Youth Development Skills.

c. SMEs: Ekonomi APEC memberikan dukungan yang luas

terhadap pengembangan UKM di kawasan. Chinese Taipei akan

menjadi tuan rumah pertemuan SMEWG berikutnya.

d. Anti-corruption: RRT akan menyelenggarakan pertemuan ACT-

NET pada tahun 2014 dengan agenda mengenai anti bribery

and extradiction of criminal suspects and asset recovery.

e. Women: Terdapat dukungan yang luas dari ekonomi terhadap

agenda perempuandi tahun 2014 dan peran APEC Policy

Partnership on Women and the Economy(PP\NE).

f. Health: RRT menyampaikan concept paper berjudul Healthy

Asia Pacific 2020. Indonesia menyampaikan dukungan

terhadap proposal ini dan menegaskan agar deliverables APEC

2013 mengenai traditional medicine dapat ditindaklanjuti di

bawah agenda ini.

Isu Green Growth including Sustainable Energy, Environment,

Forestry, Mining, Ocean related issues and Disaster Management

a. Sustainable energy: RRT akan menyelenggarakan APEC Energy

Ministerial Meeting pada tanggal 2-3 September 2014 di

Beijing.

b. Environment: RRT berencana untuk menyelenggarakan High-

Level Roundtable on Promoting Green Development and

Transformation in the Asia-Pacific Region" pada tahun 2014.

c. Forestry: RRT menyampaikan 2 proposal: Establishing a

Regional Timber Legality Recognition Mechanism dan

Assessment of the Progress Towards the APEC 2020 Forest

Cover Objective.

d. Mining: Pertemuan ke-5 APEC Ministers Responsible for Mining

(MRM5) akan diselenggarakan pada tanggal 27-28 Juni 2014 di

Beijing.

e. Ocean related issues: RRT akan menindak lanjuti komitmen

APEC 2013 mengenai mainstreaming oceans related issues dan

menyelenggarakan APEC Oceans Related Ministerial

Meetingpada tanggal 27-28 Agustus 2014 di Xiamen.

f. Disaster management: Ekonomi APEC menyuarakan

pentingnya mendorong kerja sama dalam disaster

management untuk memastikan ketahanan kawasan dari

bencana.

RRT telah mengusulkan 18 concept papers dan proposal dimana 7

diantaranya meminta pertimbangan dan persetujuan SOM dan

akan dibahas lebih lanjut di level working groups. Khusus untuk

paper yang tidak memiliki working groups yang dapat

membahasnya, maka akan dibahas pada tingkat SOM.

Page 39: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

30

Periode Februari 2014

ECOTECH SOM 1 mengesahkan laporan Ketua SCE. SO Filipina sebagai ketua

pertemuan SCE-COW. SCE menyampaikan laporan hasil

pertemuan SCE COW dan SCE.

Laporan pertemuan SCE-COW

Pertemuan menyepakati empat hal penting, yaitu: (i)

Penyempurnaan strategic plan fora dibawah SCE, dan

menyepakati tindak lanjutnya : fokus pada outcomes (termasuk

Key Performance Indicators) dan konsisten dengan template KPI;

(ii) Komunikasi SCE Chair dengan fora/working group agar

merevisi Strategic Plans (iii) Pembahasan isu cross-cutting yang

mencakup topik: travel facilitation, ocean-related issues, gender;

cross border education, health, connectivity, and services; serta

(iv) Persetujuan rencana kerja untuk 12 SCE Working Groups, dan

4 working groups sisanya akan didiskusikan secara intersesional.

Laporan pertemuan SCE

Pertemuan menyepakati 8 (delapan) hal, yaitu: (i) Pelaksanaan

review dan revisi TOR untuk dua tahun ke depan; (ii) Pelaksanaan

review terhadap Medium-Term Priorities (iii) Pembahasan upaya

peningkatan kualitas capacity building sebagai tindak lanjut proses

penyiapan draft APEC capacity building guidelines; (iv)

Pembahasan 10 proposal kegiatan yang diusulkan oleh ekonomi

APEC; (v) Pembahasan implementasi independent assessments

tahun 2014; (vi) Pembahasan laporan APEC Secretariate tentang

Alignment of SCE Fora Workplans with APEC’s Overall Vision and

Objectives; (vii) Amandemen terhadap annual fora workplan

template, sehingga dapat mencakup bagian tentang kegiatan

capacity building dan area prioritas; serta (viii) Pelaksanaan

sejumlah pertemuan tingkat menteri di tahun 2014.

Pada agenda ECOTECH, Indonesia menyampaikan 3 (tiga) hal

utama, yaitu: (i) pentingnya KPI yang spesifik dan terukur sebagai

landasan bagi proses monitoring dan evaluasi serta sebagai

indikator terhadap efektivitas implementasi kegiatan; (ii)

mendukung review prioritas jangka menengah, serta mengangkat

isu SMEs, Health, Women, dan Technological Innovation agar

sejalan dengan agenda APEC yang mendorong pembangunan

inklusif dan inovatif; (iii) menyampaikan isu cross-cutting antar

fora (antar CTI, SCE, dan EC) dan belum adanya mandat untuk

memonitor dan mengarahkan kegiatan lintas fora.

Interaction with Chair of

the Finance Deputies

Meeting (FDM)

Ketua FDM menyampaikan hasil-hasil pertemuan Deputies

Meeting yang pada intinya membahas beberapa isu, yaitu antara

lain current economic development, cooperation on infrastructure

and investment, fiscal policies for restructuring and economic

Page 40: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

31

Periode Februari 2014

reform, dan improving financial services.

Disampaikan pula mengenai pertemuan pertama APEC PPP

Experts Advisory Pane/yang diselenggarakan back-to-back dengan

pertemuan FDM. Petemuan yang di pimpin bersama oleh RRT dan

Kanada tersebut membahas secara khusus upaya pembentukan

PPP Center di Indonesia.Ekonomi anggota APEC menyampaikan

dukungannya terdapat pilot project PPP Center tersebut dan

diharapkan dapat menjadi kesuksesan yang dapat dicontoh oleh

ekonomi-ekonomi lain dalam membentuk PPP Centers.

Strengthening

Comprehensive

Connectivity and

Infrastructure

Development

SOM1 telah membahas inisiatif Indonesia yang berlanjut di tahun

APEC RRT 2014, yaitu isu konektifitas dan infrastuktur, termasuk

APEC Blueprint on Connectivity, APEC Public-Private Partnership

(PPP) initiative, serta soft connectivity dan people-to-people

connectivity. Sesuai permohonan tuan rumah RRT, Indonesia telah

diminta untuk memulai diskusi pembahasan konektifitas

khususnya terkait dengan perkembangan APEC Blueprint on

Connectivity, serta PPP termasuk pembahasan Multi-Year Plan on

Infrastructure Development and Investment (MYPIDI).

SOM1 telah mengesahkan dua dokumen penting terkait dengan

isu konektifitas yang merupakan hasil kerjasama yang baik antara

Indonesia dan RRT, yaitu:

a. DraftAPEC Blueprint of Connectivity Suggested General Outline

b. The Workplan to Develop the 2014 APEC Bluepnnt of

Connectivity.

Kedua dokumen tersebut sebelumnya telah dibahas pada

pertemuan SOMFriends of the Chair (FoTC). Sebagai sebuah living

document, masukan-masukan ekonomi atas draft outline tersebut

akan diajukan kembali pada perteman SOM FoTC berikutnya.

Dua kesepakatan lain mengenai APEC Blueprint of Connectivity

adalah APEC Policy Support Unit (PSU) akan lead penyusunan

Blueprint dan mekanisme pengawasan akan dilakukan oleh SOM

Friends of the Chair on Connectivity yang akan bertemu secara

regular.

Terkait dengan pembahasan Public-Private Partnership (PPP) dan

Multi-Year Plan on Infrastructure Development and Investment

(MYPIDI), Indonesia menyampaikan tindak lanjut dari MYPIDI,

yaitu penyusunan “Guidebook on PPP Framework in APEC Region”

dan pembentukan APEC PPP Advisory Panel, yang beranggotakan

ahli-ahli PPP dari ekonomi anggota APEC, untuk membantu

pemerintah Indonesia dalam pendirian PPP Center di Kementerian

Keuangan RI. PPP Center tersebut akan berfungsi mempersiapkan

penyusunan project infrastruktur di Indonesia dalam kerangka

Page 41: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

32

Periode Februari 2014

PPP.

Ekonomi anggota APEC menyambut baik upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh Indonesia. Dukungan serupa juga telah

disampaikan kepada Indonesia saat pertemuan sub-fora

Investment Experts’ Group (IEG).

Budget and Other

Management Issues

SOM 1 mengesahkan laporan hasil pertemuan BMC 1. Ketua BMC

dari Indonesia menyampaikan laporan mengenai work plan tahun

2014

Laporan BMC

a. BMC mencatat pembentukan Sub Fund on Supply Chain

Connectivity pada APEC Support Fund. Dengan demikian,

rekening APEC tersebut sudah operasional dan dapat

membiayai kegiatan yang terkait dengan supply chain

connectivityuntuk ekonomi berkembang.Sejumlah ekonomi

telah menyampaikan pledge yaitu AS, Hong Kong, Selandia

Baru, Chinese Taipei dan Singapura.

b. Ketrua BMC menyampaikan permasalahan finansial yang saat

ini dihadapi APEC, khususnya berkurangnya kontribusi sukarela

untuk pendanaan proyek capacity building di masa mendatang.

Menanggapi dana yang semakin menipis tersebut, telah

dibentuk Steering Group on Voluntary Contribution (Indonesia,

RRT, Filipina dan Peru) yang telah berkoordinasi dengan APEC

Secretariat dan mengusulkan modus operandi dalam menarik

kontribusi sukarela. Namun Opsi modus operandi kontribusi

sukarela yang diusulkan oleh Steering Group masih belum

dapat disetujui. APEC Secretariat ditugaskan untuk melakukan

pendekatan kepada masing-masing ekonomi guna

memperoleh kontribusi sukarela.

c. BMC sepakat untuk menentukan aspirational target untuk

kontribusi sukarela sebesar USD 30 juta untuk kurun waktu 3

tahun. Disampaikan pula kesepakatan agar nilai pendanaan

proyek per tahun dibatasi agar pendanaan masih mencukupi

untuk tahun- tahun berikutnya.

d. Dalam hal manajemen proyek, khususnya Project Prioritisation

and Ranking Process, BMC sepakat untuk melakukan upaya

sistem seleksi proyek APEC yang lebih transparan dan semakin

melibatkan sub-fora. BMC juga menyetujui untuk menjajaki

pelaksanaan usulan scoring system Kanada sebagai pilot

project. APEC Secretariat akan mengembangkan

mekanismenya dan menyampaikan kepada masing-masing

ekonomi.

Page 42: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

33

Periode Februari 2014

APEC Executive Director juga berkesempatan untuk

menyampaikan perkembangan isu management lainnya, yaitu

terkait usulan revisi Guidelines on Hosting APEC Meeting dan

Remote Participation. Usulan ini mendapat dukungan ekonomi

APEC.

3. 3rd Meeting of the Committee for Economic Cooperation (COMCEC) Trade Working Group

Pertemuan Ketiga COMCEC Trade Working Group telah

dilaksanakan tanggal 27 Februari 2014 di Ankara, Turki, dengan

mengangkat tema "Facilitating the Intra-OIC Trade: Improving

Efficiency of the Customs Procedures in the OIC Member States".

COMCEC Strategy bertujuan menjadikan COMCEC sebagai forum

berbasis pengetahuan yang akan memproduksi dan menyebarkan

informasi/pengetahuan dan menyediakan platform untuk

anggotanya.

Pertemuan dihadiri delegasi dari 21 negara anggota yakni

Bangladesh, Kamerun, Comoros, Mesir, Indonesia, Irak, Yordania,

Kazakhstan, Libya, Malaysia, Mali, Maroko, Oman, Pakistan,

Palestina, Qatar, Arab Saudi, Sudan, Tunisia, Turki dan Yaman

serta organ-organ subsider dan yang berafiliasi dengan OKI,

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD),

Organisasi Kepabeanan Dunia (WCO) dan GTI.

COMCEC Trade Outlook Wakil COMCEC Coordinating Office memaparkan gambaran umum

perdagangan intra OKI dan tantangan yang dihadapi negara-

negara OKI dalam perdagangan. Total perdagangan OKI meningkat

sekitar 25 persen pada tahun 2010 dan 2011 pulih kuat setelah

krisis global. Hal ini terutama menyumbang peningkatan aktivitas

ekonomi global dan harga minyak. Dengan demikian, total

perdagangan OKI (jumlah ekspor dan impor) sebesar USD 3,9

triliun pada tahun 2011. Pada 2012, total perdagangan OKI

mencapai 4,1 triliun dolar dan terus tumbuh hingga 5,2 persen.

Hal ini terutama disebabkan oleh perlambatan permintaan global,

transisi politik di banyak negara di Timur Tengah dan penurunan

harga komoditas non-BBM.

Sementara itu, sebagian besar ekspor intra-OKl hanya dilakukan

oleh beberapa negara OKI. Hal ini disebabkan oleh pangsa negara-

negara OKI dalam ekspor dunia secara nil, terbatasnya jumlah

mitra dagang, konsentrasi komoditas tertentu, ketergantungan

pada komogitis;ste,rtentu yang umum dan besarnya perbedaan

di antara negara-negara anggota dalam mencapai target intra-

trade 20 persen.

Page 43: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

34

Periode Februari 2014

Improving the Efficiency

of the Customs

Procedures: Challenges

and Global Trends

Wakil COMCEC Coordinating Office mempresentasikan mengenai

efisiensi prosedur kepabeanan dalam rangka mengoptimalkan

keiancaran arus barang Tantangan yang dihadapi adalah biaya

yang tinggi dalam proses pengeluaran barang impor dan

ketepatan waktu. Untuk itu, dalam dua dekade terakhir, banyak

negara yang fokus dalam mengurangi biaya transaksi dan

keterlambatan guna meningkatkan perdagangan luar negeri

Salah satu bentuk dari upaya menurunkan hambatan

perdagangan adalah dengan fasiltasi perdagangan. Kenyataannya,

rendahnya daya saing, penguasaan teknologi dan standardisasi

produk di negara berkembang dan kurang berkembang

menempatkan isu fasilitasi perdagarfgan menjadi penting dalam

pembahasan mata rantai perdagangan. Dengan demikian, faktor

potensial yang menentukan suksesnya reformasi kepabeanan

antara lain adalah kuatnya political will, kerangka hukum,

manajemen administrasi dan kelembagaan, sumber daya manusia

dan pembiayaan.

Overview of Customs

Procedures in the OIC

Member States

Wakil COMCEC Coordinating Office kembali memaparkan sebuah

presentasi mengenai kendala yang dihadapi untuk ekspor ke

Negara anggota OKI. Berdasarkan data WEF tahun 2012,

mengidentifikasi potensi pasar (16%), akses pembiayaan

perdagangan (135), akses mengenai produk impor dengan harga

bersaing (12%), produksi teknologi dan keterampilan yang tidak

sesuai (10%), prosedur dan korupsi di perbatasan (8%), sulitnya

menemukan persyaratan kulaitas/kuantitas pembeli (10%), dan

hambatan-hambatan lain (31%).

Reforming Customs

Procedures: Success

Stories

Delegasi Malaysia menyampaikan pengalaman dalam

meningkatkan efisiensi prosedur kepabeanan. Salah satunya

adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam sistem

pelayanan kepabeanan. Dalam sesi ini, wakil Kementerian Bea

Cukai dan Perdagangan Turki memaparkan mengenai peluncuran

Program Authorized Economic Operator (AEO) pada tanggal 10

Januari 2013. Tujuan program ini adalah untuk memfasilitasi

operasional perdagangan luar negeri dengan meminimalkan lead

time dan biaya yang diperlukan. Manfaat terbesar muncul ketika

Mutual Recognition Agreements (MRA) yang ditandatangani

dengan negara-negara lain. Program AEO Turki diharapkan dapat

memfasilitasi perdagangan Turki dengan mitra dagangnya. Selain

AEO, Turki juga memperkenalkan serangkaian inisiatif seperti Joint

Use of Border Gates, Silk Road Customs Initiative, Dialog Customs

Administrations-sektor swasta dan konsep Local Clearance sebagai

contoh-contoh yang dilakukan dalam administrasi kepabeanan.

Page 44: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

35

Periode Februari 2014

Private Sector

Involvement in Customs

Modernization

GTI, sebuah perusahaan swasta, berbagi pengalaman membangun

banyak Border Gates di Turki bersama dengan negara-negara

tetangganya. Pengalaman menunjukkan bahwa Border Gates

dapat dengan mudah dimodernisasi dengan investasi sektor

swasta dan tanpa membebani anggaran negara. Pengalaman GTI

ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara anggota OKI lainnya

dan GTI berminat untuk bekerja dan berinvestasi di negara

anggota OKI.

The WTO Trade

Facilitation Agreement

and Its Possible Impact on

Customs Modernization

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)

memaparkan mengenai WTO Trade Facilitation Agreement,

perjanjian multilateral pertama yang dihasilkan WTO sejak

organisasi ini terbentuk. Melalui perjanjian ini, negara anggota

berkomitmen untuk melakukan penyederhanaan dan peningkatan

transparansi berbagai ketentuan yang mengatur ekspor, impor,

dan barang dalam proses transit sehingga kegiatan perdagangan

menjadi semakin cepat, mudah, dan murah. Dalam Perjanjian ini,

negara berkembang dan, negara kurang berkembang akan

mendapatkan bantuan agar dapat melaksanakan komitmennya.

Untuk itu, negara anggota OKI yang belum menjadi anggota WTO

dihimbau agar dapat berkontribusi dalam negosiasi multilateral

dan mengaksesi WTO.

The Way Forward Dalam menghadapi tantangan modernisasi kepabeanan di Negara

angota OKI, CCO mempresentasikan mengenai langkah-langkah

yang diperlukan yakni mendesain dan mengimplementasi

reformasi kepabenan, memonitor implementasi tersebut dan

melakukan kerja sama internasional serta modernisasi

kepabeanan di Negara anggota OKI. Untuk maksud tersebut,

konvensi internasional, rekomendasi, alat dan panduan telah

dikembangkan WCO, UNECE dan institusi internasional lainnya.

Wakil CCO juga menyampaikan presentasi mengenai teknis

pengajuan proposal untuk memperoleh pembiayaan kegiatan dari

program Project Cycle Management (PCM) khususnya

pembiayaan proyek COMCEC. Adapun jenis pembiayaan proyek di

bawah PCM ini adalah hibah (grant). Pada periode pertama

proposal proyek ini diminati oleh banyak negara anggota dan

badan-badan subsider OKI. Periode kedua proposal proyek akan

dimulai pada bulan September 2014.

Page 45: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

36

Periode Februari 2014

D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral

1. Intersessional Meeting Indonesia-EFTA CEPA

Pada tanggal 12-14 Februari 2014, telah diadakan Intersessional

Meeting Working Group on Cooperation and Capacity Building

(WG CCB) Perundingan Putaran ke-9 Indonesia-EFTA

Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) di

Hotel Grand Royal Panghegar, Bandung.

Pembahasan substansi pada tanggal 12-13 Februari 2014, yaitu: 1)

pembahasan consolidated draft Chapter on Cooperation and

Capacity Building dan, 2) pemaparan rencana aksi proposal

program kerja sama teknik yang tercantum dalam list of

Indonesian Proposal for Capacity Building yang disampaikan oleh

masing-masing instansi pengusul (kementerian/lembaga terkait).

Sedangkan kunjungan lapangan ke pusat-pusat yang memiliki

kapasitas unggulan Indonesia di Bandung, pada tanggal 14

Februari 2014.

Pertemuan telah membahas naskah consolidated draft Chapter

CCB artikel per artikel dan berhasil menyetujui sejumlah poin, di

antaranya terkait frekuensi pertemuan sub-committee CCB serta

pertemuan pertama sub-committee.

Selain itu, terdapat beberapa isu terkait pembahasan consolidated

draft chapter CCB yang belum dapat disepakati dalam pertemuan

dan masih perlu dikaji oleh kedua belah pihak di antaranya:

a) Persetujuan pihak EFTA mengenai sektor-sektor kerjasama

yang diajukan oleh Indonesia masih memerlukan diskusi

internal negara-negara EFTA;

b) MoU kerja sama akan diatur setelah daftar proposal disetujui

oleh pihak EFTA;

c) Artikel mengenai pengaturan finansial akan dibahas

bersamaan dengan pembahasan MoU.

Pihak Indonesia telah memberikan pemaparan tentang rencana

aksi program-program peningkatan kapasitas yang dicantumkan

pada pada list of project proposal. Pemaparan rencana aksi

dilakukan oleh Delri dari kementerian/lembaga terkait, di

antaranya: Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan

Kementerian Pertanian. Menanggapi pemaparan tersebut, Pihak

EFTA menyampaikan ketertarikannya pada beberapa program

yang menjadi fokus perhatian EFTA. Di samping itu, ada beberapa

program yang diusulkan serupa dengan program kerjasama yang

telah dilaksanakan secara bilateral Indonesia dengan negara-

Page 46: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

37

Periode Februari 2014

negara anggota EFTA, dalam hal ini Norwegia dan Swiss. Dalam hal

ini, pihak EFTA akan menomorduakan program-program yang

serupa tersebut untuk menghindari duplikasi program kerjasama.

Selain itu, pihak EFTA mengharapkan agar Indonesia memberikan

perbaikan list of project proposal dengan informasi yang lebih

terinci. Mengingat proposal yang diajukan oleh Indonesia cukup

banyak, Pihak EFTA menginginkan agar Indonesia dapat membuat

daftar prioritas proposal program untuk diajukan kembali 2 (dua)

minggu sebelum perundingan putaran ke-9 berlangsung.

Pihak EFTA telah menyampaikan reaksi awal atas usulan proyek-

proyek dari sektor transportasi maritim, perdagangan, dan

kompetensi sertifikasi. Catatan terkait masukan EFTA atas proyek-

proyek ini akan kami sampaikan kepada K/L terkait secara tertulis.

Kedutaan Besar Norwegia di Jakarta juga memberikan presentasi

tentang program kerja sama peningkatan kapasitas yang telah

dilakukan oleh Pemerintah Norwegia dengan Pemri. Pihak EFTA

menyampaikan presentasi ini guna menghindari duplikasi

proposal program kerja sama dalam kerangka EFTA-Rl dengan

kerja sama yang telah dilakukan dalam kerangka bilateral.

Guna memperlihatkan kepada pihak EFTA mengenai kapasitas

unggulan yang dimiliki oleh Indonesia, Delegasi EFTA dibawa

untuk mengunjungi 3 (tiga) lokasi, diantaranya: a) Sekolah Tinggi

Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; b) Balai

Besar Barang dan Bahan Teknik, Kementerian Perindustrian; dan

c) Balai Besar Tekstil, Kementerian Perindustrian. Pada kunjungan

ini ketua delegasi EFTA menyampaikan ketertarikannya untuk

bekerjasama pada bidang-bidang tersebut sesuai dengan yang

diajukan pada list of project proposal.

2. Joint Commision Meeting (JCM) ke-4 RI-AS

Joint Commission Meeting (JCM) IV Rl - AS telah dilaksanakan pada

hari ini, Senin 17 Februari 2014, bertempat di ruang Nusantara,

Kementerian Luar Negeri. Forum ini merupakan tindak lanjut dari

hasil kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia tahun 2010.

Dalam sambutan pembukaannya, Menlu Marty menyampaikan

apresiasi atas kedatangan dan kunjungan Menlu Kerry ke Masjid

Istiqlal sebagai sinyal kuat bagi hubungan kedua Negara dalam

toleransi beragama. Selain itu, Menlu Marty menekankan

perlunya monitoring dari pelaksanaan Plan of Action JCM yang

telah disepakati pada tahun 2010. Kerja sama bilateral RI-AS

seyogyanya juga didasarkan pada prinsip saling menghargai dan

saling menguntungkan. Selanjutnya Menlu Marty juga

menggarisbawahi pendapat Menlu Kerry bahwa isu climate

Page 47: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

38

Periode Februari 2014

change merupakan isu hangatyang perlu ditindaklanjuti melalui

kerja sama kedua negara di bidang ini.

Menlu Kerry dalam tanggapannya menyampaikan bahwa semakin

tingginya intensitas hubungan kedua negara, menyebabkan kerja

sama Rl dan AS menjadi sangat penting. Potensi kerja sama yang

masih dapat dikembangkan antara lain pada bidang climate

change, ketahanan pangan dan ketahanan energi. Menlu Kerry

juga menginformasikan beberapa kerja sama atau bantuan AS

kepada Indonesia, di antaranya dalam program pengembangan

energi terbarukan melalui USAid dan program Millennium

Challenge Corporation (MCC) serta beberapa program di bidang

pertahanan dan pendidikan. AS menargetkan peningkatan

perdagangan kedua negara dapat ditingkatkan sebesar 7% pada

tahun 2014.

Dialog Interaktif:

Indonesia Indonesia menyampaikan laporan atas pelaksanaan 3 Working

Groups (WG) yaitu WG on Education (WGE), WG on Democracy

and Civil Society (WGDCS), dan WG on Trade and Investment

(WGTI).

Dalam Laporan Senior Official bidang trade and investment,

disampaikan bahwa berdasarkan pertumbuhan perdagangan Rl -

AS dalam 4 tahun terakhir yang menunjukkan peningkatan rata-

rata sebesar 9,31% per tahun, kedua Negara sepakat untuk

mentargetkan perdagangan Rl -AS dari US$ 27 billion menjadi US$

30 billion pada tahun 2015. Untuk itu, telah dilakukan beberapa

kegiatan dalam kerangka JCM ini, antara lain:

a. Penyelesaian Joint Plan of Action (POA) di bidang Intellecual

Property Right. Perumusan POA dimaksudkan bukan hanya

untuk meningkatkan status Indonesia dalam Priority Watch

List (PWL) menjadi Watch List (WL) special 301 reports, akan

tetapi Indonesia berharap dapat keluar dari daftar tersebut.

(US comment on draft of POA on IPR dari Indonesia.

b. Pelaksanaan SOM Level meeting dalam kerangka Commercial

Dialogue yang telah dilaksanakan di Bali pada tanggal 5

Oktober 2014 disela-sela Konferensi APEC akan

ditindaklanjuti pada 2014 oleh kedua negara.

c. Usul Indonesia untuk melaksanakan Trade and Investment

Framework Agreement (TIFA)-Trade Investment Councils (TIC)

secara back to back dengan Commercial Dialogue pada bulan

Mei 2014 di Washington DC.

d. Kerja sama Energy Saving Company dengan memperkenalkan

penghematan energi pada bangunan pemerintah.

Page 48: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

39

Periode Februari 2014

Selain kerja sama tersebut, Indonesia juga mengharapkan

penerbangan langsung ke Amerika Serikat dapat segera

direalisasikan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi

kedua negara dan people to people connection.

Amerika Serikat Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert O. Blake

melaporkan hasil kerja tiga working groups selanjutnya yaitu WG

on Security, WG on Climate and Environment, dan WG on Energy.

Dalam hal isu Palm Oil, AS juga melihat peluang kerja sama dalam

bidang peningkatan produksi dan perdagangan palm oil melalui

pembangunan berkesinambungan dalam industri palm oil di

Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar penanaman dan produksi

palm oil di Indonesia lebih berwawasan lingkungan.

Penandatanganan 2 buah MoU, yaitu:

a. MoU South - South and Triangular Cooperation, bersama

Menteri Luar Negeri Rl;

b. MoU on Combating Wildlife Trafficking and Promoting

Wildlife Conservation, bersama Menteri Kehutanan Rl.

3. Indonesia – Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA) ke-7

Perundingan Putaran Ketujuh Indonesia - Korea Comprehensive

Economic Partnership Agreement (IKCEPA) telah dilaksanakan

pada tanggal 21-28 Februari 2014 di Seoul, Korea Selatan.

Pertemuan terbagi dalam dua pertemuan yaitu Chief Negotiator

Meeting dan Working Groups Meeting yaitu WG on Trade in

Goods (TIG), WG on Services (Financial Services dan

Telecommunication), WG on Rules of Origin, Customs Procedures

and Trade Facilitation (RCTF), WG on Investment, WG on Rules

(IPR, E-commerce, Government Procurement), WG on Cooperation

and Capacity Building (CCB), WG on Legal and Institutional Issues

(LII) serta pertemuan Industrial Technology Cooperation (ITC).

Perundingan ke-7 belum berhasil menyelesaikan package deal di

bidang Trade in Goods dan Investment yang merupakan deal

breaker dari penyelesaian seluruh draft text perjanjian IKCEPA.

Package deal Indonesia yang mengkaitkan investasi otomotif

dalam trade in goods dan investment serta permintaan tambahan

offer dari 81 tariff lines (TLs) yang di request Indonesia tidak di

tawarkan oleh Korea. Untuk mencegah kebuntuan, Indonesia

menyampaikan offer list 11 TIs (automotive parts) yang

diharapkan dan ditujukan untuk dapat menciptakan "posisi

keseimbangan baru" dalam package deal.

Untuk mempercepat proses penyelesaian outstanding issues di

masing-masing draft texts, perundingan lanjutan IKCEPA akan

Page 49: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

40

Periode Februari 2014

dilaksanakan dalam format Intersessional Meeting antar Ketua

Perunding yang akan dimulai pada bulan Maret 2014.

Working Group on Trade In

Goods (TIG)

Kedua pihak telah mencapai kesepakatan beberapa artikel dalam

draft text. Artikel yang masih belum disepakati temporary

admission, facilitation for the importation of commercial samples

and advertising materials dan artikel terkait dengan perpindahan

kontainer dan kapal.

Indonesia's First Package Deal (Februari 2014). Indonesia

menyampaikan offer list 81 tariff lines (TIs) dari 114 TIs yang di-

request Korea dengan skema sebagi berikut: 11 TIs

(unconditional); 39 TIs produk baja (User Specific Duty Scheme)

serta 31 TIs produk otomotif (Investment: x+2 tahun). Offer

Indonesia dikaitkan komitmen investasi, CCB, Temporary

Suspension dan offer Korea atas 81 TIs yang di-request Indonesia.

Korea's Second Package Deal (25 Februari 2014). Korea belum

memberikan tambahan offer list atas 81 TIs yang di-request

Indonesia. Korea hanya memberikan 16 TIs sesuai posisi Chief

Negotiator Meeting, 15 Januari 2014 di Jakarta.

Package deal yang ditawarkan Korea hanya menerima skema

USDS dan tidak menerima skema investasi yang di request

Indonesia. Korea tidak lagi mengkaitkan isu AKFTA, namun

mengajukan additional request list 18 TIs yang berasal dari 55 TIs

AKFTA yaitu 15 TIs petrokimia (unconditional) dan 13 TIs produk

baja (USDS). Indonesia dan Korea sepakat akan kembali

memperbaiki package deal masing-masing pada Bulan Maret

2014.

Trade Remedies. Kedua belah pihak membuat kemajuan pada

beberapa elemen serta menegaskan kembali perbedaan posisi

pada consolidated text terkait safeguard measures, anti dumping

and countervailing measures, serta fungsi dari Joint Committee.

Safeguard: kedua belah pihak sepakat perlunya diskusi internal

mengenai tariff rate of the measures, suspension of the measures,

and global safeguards action, yang akan dibawa ke putaran

negosiasi berikutnya.

Anti-dumping and countervailing (notification and consultation):

Korea akan mempertimbangkan permintaan Indonesia untuk

mengubah time frame, dari 15 hari menjadi 30 hari kerja, sejak 30

hari kerja sesuai dengan peraturan pemerintah Indonesia.

Mengenai Pasal 5.9 melakukan ayat 1, tentang anti-dumping dan

countervailing, Korea akan mempertimbangkan permintaan

Indonesia untuk menghapus ayat ini karena tidak relevan dengan

perjanjian anti-dumping.

Page 50: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

41

Periode Februari 2014

Working Group on Investment Indonesia's Package Deal for Investment. Indonesia tidak dapat

menerima Package Deal usulan Korea yang mengatur Taxation

Measure, Performance Requirements, Non-Conforming Measures.

Terkait Taxation Measure, Indonesia tetap mengusulkan agar

semua hal terkait perpajakan agar dikecualikan dalam agreements

sesuai surat edaran Menteri Keuangan, kecuali artikel Transfer,

sehingga posisi Indonesia sama dengan posisi dalam AKFTA minus

expropriation. Sementara untuk Protection of Investment of

Services, Indonesia masih menolak isu proteksi services dalam

chapter ini.

Korea's Package Deal for Investment. Fall Back position Korea

dapat menerima isu taxation tidak masuk dalam IKCEPA, namun

mengusulkan tambahan artikel yang mengkaitkannya dengan

perjanjian Investasi di AKFTA. Korea juga meminta agar protection

of services diberlakukan dalam chapter of Investment.

Working Group on Trade in

Services (TIS)

Article Schedule of Specific Commitment dan Modification of

Schedule telah disepakati. Namun, beberapa bagian pembahasan

pada isu ini masih harus menunggu hasil pembahasan dari WG

lainnya seperti WG LII dan WG Investment.

Terkait dengan pembahasan MNP, kedua pihak telah membahas

consolidated text, terdapat banyak kemajuan di mana kedua pihak

telah menyepakati beberapa artikel dan term yang sebelumnya

pending.

Terkait Request/Offer, kedua pihak kembali membahas secara

mendalam. Korea meminta konfirmasi kembali mengenai

beberapa request utamanya. Indonesia telah mendapat

konfirmasi positif dari beberapa sektor untuk dapat memberikan

offer lebih dalam, namun tetap dengan kondisi Korea juga dapat

memenuhi request Indonesia pada mode 4 (professional).

Telecomunication. Korea secara resmi telah mecabut rencana

memasukkan isu telekomunikasi dalam Annex of Trade in Services

dikarenakan lambannya pembahasan di sektor ini. Posisi Korea

selama ini mengkaitkan annex of telecommunication dengan

MNP. Jika pihak Korea menarik Annex of Telecommunication,

Indonesia secara tegas meminta konsesi MNP tetap ada dalam

Annex Trade in Services.

Financial Services. Kedua pihak sepakat bahwa prudential

measures adalah kewenangan otoritas keuangan di masing-

masing negara sehingga dikecualikan dari kewajiban-kewajiban di

seluruh perjanjian internasional. Oleh karena itu kedua pihak

sepakat untuk melihat kembali seluruh pasal dalam Annex on

Page 51: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

42

Periode Februari 2014

Financial Services yang berpotensi membatasi kewenangan

prudential measures dimaksud.

Kedua pihak juga berhasil menyepakati dua pasal yaitu Pasal 5

(Treatment of Certain Information) dan pasal 6 (Recognition)

sebagai clean texts. Adapun pasal-pasal yang terkait dengan

Chapter 7 Investment, kedua pihak sepakat untuk melanjutkan

pembahasan pada perundingan berikutnya di mana masing-

masing pihak akan menyampaikan proposal penyempurnaan draft

text yang terkait dengan Chapter 7 Investment dimaksud.

Working Group on Rules of

Origin, Customs Procedures

and Trade Facilitation (RCTF)

Product Specific Rules (PSR). Dalam pertemuan Chief Negotiators

Meeting, Korea menyampaikan usulan penyelesain perundingan

terhadap isu PSR, di mana pada intinya pihak Korea menarik

kembali usulan request-nya yang berjumiah 37 tariff lines (TLs)

dari total 154 TIs, yang terdiri dari chapters 17 (sugar), 19

(preparations of cereals, flour, stc), 22 (beverages, spirits), dan 87

(vehicles).

Korea juga mengusulkan agar kedua pihak dapat mengadopsi

Indonesia-Japan CEPA untuk 117 TLs yang tersisa.

Origin Procedure. Kedua belah pihak sepakat untuk menunda

dimasukkannya skema self-certification ke dalam Draft Text on

Origin Procedures (Section B of Draft Text on Rules of Origin and

Origin Procedures) dalam jangka waktu tertentu yang belum

disepakati, sambil menunggu pengimplementasian pilot project

terkait self-certification yang diikuti Indonesia. Atas usulan Korea,

penundaan pelaksanaan skema self-certification tersebut

dimasukkan sebagai Work Program yang dituangkan dalam pasal

11 berikut annex-nya, yang menampung pasal-pasal tentang self-

certification, sebagai basis perundingan berikutnya.

Pending issue terkait preferential tariff treatment (pasal 3 ayat (4))

akan dibahas lebih lanjut dalam perundingan selanjutnya.

Working Group on Rules Intellectual Property Right (IPR). Kedua pihak telah menyetujui

pasal Objectives, sebagian Transparency dan Geographical

Indications.

Indonesia menyampaikan usulan baru pada pasal 10 mengenai

Copyright sebagai tanggapan atas posisi Korea. Kedua belah pihak

sepakat untuk menyampaikan usulan reformulasi beberapa pasal

yang belum disetujui dan akan dibahas pada perundingan

berikutnya.

Beberapa pasal masih memiliki perbedaan posisi yang signifikan

antara kedua belah pihak. Pasal-pasal yang memerlukan perhatian

khusus tersebut antara lain Dispute Settlement, di mana Korea

Page 52: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

43

Periode Februari 2014

ingin menyelesaikan sengketa IPR melalui arbitrase sebagaimana

diatur di Chapter Dispute Settlement, Exclusion from Patentability

di mana Korea menginginkan ketentuan yang melampaui TRIPS

(TRIPS Plus) dan Enforcement of IPR, di mana Korea ingin

mengatur penegakan hukum IPR dengan formulasi yang lebih

preskriptif dan mengharuskan perubahan hukum acara perdata

Indonesia. Indonesia menolak usulan Korea tersebut, dan

menawarkan formulasi TRIPS sebagai jalan tengah.

Kedua pihak menyepakati kemungkinan pertemuan intersessional

di Indonesia guna membahas lebih lanjut draft text IPR.

Electronic Commerce. Korea mengusulkan perubahan atas Artikel

X.3.1 menjadi: "Each party shall endeavor to maintain the current

WTO practice of not imposing customs duties on electronic

transmissions".

Indonesia tetap berkeinginan untuk menghapus artikel dimaksud

karena akan melanggar ketentuan dalam UU No. 17/2006.

Government Procurement. Indonesia tetap berkeinginan agar

Government Procurement dimasukkan dalam Chapter of CCB.

Untuk itu, Indonesia mengusulkan adanya program kerja sama

government procurement dalam Plan of Action CCB.

Korea masih menginginkan adanya market access dalam

government procurement. Pihak Indonesia menolak usulan

dimaksud dan menekankan bahwa Government Procurement

dalam CCB hanya mencakup pertukaran informasi saja.

Working Group on

Cooperation and Capacity

Building

Pertemuan WG CCB difokuskan pada dua agenda yaitu: (1)

pembahasan tanggapan Korea terhadap draft Plan of Action (PoA)

Indonesia, dan (2) pembahasan draft text Chapter CCB IK-CEPA.

Dalam pembahasan draft Plan of Action (PoA), pertemuan telah

menyepakati secara prinsip beberapa sektor dalam PoA yang

diajukan oleh Indonesia. Sementara itu sektor lainnya akan

dikonsultasikan lebih lanjut oleh para pejabat/tenaga ahli bidang

terkait. Adapun bidang-bidang yang tidak dihadiri oleh expert

terkait akan dikonsultasikan dengan expert tersebut untuk

memperoleh tanggapan.

Walaupun terkait PoA terdapat banyak kemajuan terkait sektor-

sektor yang telah disepakati, namun pendekatan Korea yang

langsung mencoret semua usulan yang terkait dengan

pembangunan fasilitas atau infrastruktur memperlihatkan ketidak

seriusan pihak Korea atas kesepakatan bahwa pilar yang ketiga

dari CEPA ini adalah kerja sama dan pembangunan kapasitas.

Bukan hanya Pembangunan Kapasitas.

Page 53: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

44

Periode Februari 2014

Pada pembahasan Chapter CCB, terlihat adanya ketidak

sepahaman antara pihak Indonesia dan Korea terkait kesepakatan

"time frame" yang akan dicantumkan dalam Implementation Plan.

Hal ini suatu set back yang sangat disesalkan.

Working Group on Legal and

Institutional Issues (LII)

Kedua delegasi telah membahas klausul-klausul yang masih

pending, antara lain transparency, general exception, dispute

settlement, hubungan antara chapter legal and institutional issues

dengan bab lain dalam perjanjian dan review mechanism.

Pertemuan juga membahas klausul mengenai measures dan

territory yang terdapat pada pasal definisi. Pada kesempatan

tersebut pihak Korea telah menyampaikan draft teks baru

mengenai General Exception, sementara Indonesia telah

menyerahkan definisi teritori Indonesia.

Kedua belah pihak menyepakati beberapa pasal pada bab dispute

settlement (Scope of Application, Consultation, Request for

Establishment of Arbitration Panel dan ToR of the Arbitration).

Secara prinsip kedua belah pihak juga sepakat mengenai perlunya

klausul yang mengatur hubungan antara chapter legal and

institutional issues dengan chapter lainnya, klausul yang mengatur

review dan pembahasan pasal definisi pada akhir perundingan.

Hal-hal yang perlu ditindaklanjuti Indonesia untuk perundingan

berikutnya adalah tanggapan terhadap usulan Korea mengenai

General Exception dan lampiran A serta lampiran B pada Bab

Dispute Settlement.

Industrial Technology

Cooperation (ITC)

Indonesia mengusulkan kerja sama di sektor (i) enginering

(machine tools, textile machinery, medical devices), (ii) material

(rare earth metal), (iii) Energy Alternative (enzymatic-biological

catalyst), dan (iv) other possible sectors (petrochemical industry,

defence industry).

Pihak Korea memberikan indikasi positif untuk sektor machines

tools namun untuk sektor lainnya pihak Korea meminta Indonesia

memberikan usulan kerja sama yang lebih spesifik (material,

produk, teknologi).

Masing-masing pihak akan menyusun Terms of Reference (TOR)

joint study yang selanjutnya diharapkan dalam waktu 2 (dua)

minggu dapat menghasilkan consolidated TOR ITC. Diperkirakan

joint study dapat diselesaikan dalam waktu 2 (dua) bulan sehingga

diperoleh kesepakatan sektor/industri yang akan dicakup ke

dalam ITC yang dimaksud. Bila memungkinkan, maka MoU on ITC

dapat ditandatangani bersamaan dengan IKCEPA.

Page 54: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

45

Periode Februari 2014

Environment Kedua pihak sepakat untuk mengeluarkan isu lingkungan dalam

perundingan IKCEPA. Namun demikian, masih perlu

diklarifikasikan apakah dikeluarkannya isu lingkungan tersebut

juga mencakup pasal terkait lingkungan dalam Chapter Investasi

dan pembahasan jasa lingkungan dalam WG on Trade in Services.

Pasal terkait lingkungan dalam Chapter Investasi sebaiknya tetap

dipertahankan, demi menjaga pelestarian dan perlindungan

lingkungan hidup. Dalam hal ini, kedua pihak telah menyetujui

wording dalam article dimaksud.

E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa

1. 77th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services and Related Meeting

Pertemuan the 77th Meeting of the ASEAN Coordinating

Committee on Services and Its Related Meetings telah

dilaksanakan pada tanggal 10-14 Pebruari 2014 di Yangon,

Myanmar.

AFAS Paket 9 Tercatat 6 (enam) negara anggota ASEAN telah menyelesaikan/

memenuhi threshold AFAS Paket 9 yaitu Kamboja, Laos, Malaysia,

Myanmar, Singapura dan Thailand.

Pertemuan meminta agar negara anggota ASEAN yang belum

memenuhi target threshold AFAS Paket 9, agar menyampaikan

revised/final offers satu bulan sebelum Pertemuan CCS ke-78 yang

akan diselenggarakan bulan Mei 2014 di Vietnam.

Rencana penandatanganan Protocol to Impelement 9th AFAS

Package beserta Annex (SoC) disepakati tetap akan dilaksanakan

pada Pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) ke-46 bulan

Agustus 2014.

Pertemuan juga telah membahas isu backtracking commitment di

Mode 3, terkait dengan Foreign Equity Participation (FEP) untuk

beberapa subsektor dalam AFAS Paket 9 Myanmar. Adapun

perubahan batasan FEP yang disampaikan Myanmar, tidak lebih

rendah dari target threshold AFAS Paket 9 sebesar 70%.

Pertemuan CCS sepakat menerima perubahan komitmen

Myanmar dengan beberapa pertimbangan antara lain hak yang

sama apabila di masa yang akan datang terjadi perubahan

kebijakan serupa. Selain itu, saat ini belum ada data mengenai

keberadaan perusahaan nasional ASEAN di Myanmar di sektor-

sektor jasa yang backtracking.

Dalam rangka menetapkan kriteria apakah suatu backtracking

dapat diterima, Indonesia secara sukarela menyampaikan akan

menyiapkan non-paper mengenai disiplin backtracking

commitments.

Page 55: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

46

Periode Februari 2014

AFAS Paket 8 Tercatat hingga saat ini 6 negara anggota ASEAN yaitu Brunei

Darussalam, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan

Vietnam telah menyampaikan instrumen notifikasi Protocol to

implement 8th AFAS Package.

Untuk Indonesia, Rancangan Peraturan Presiden Rl tentang

Pengesahan Protocol to Implement the Eighth Package of

Commitments under the ASEAN Framework Agreement on

Services telah disampaikan kembali kepada Sekretariat Kabinet.

ASEAN Agreement on MNP Tercatat hingga saat ini 7 negara anggota ASEAN yaitu Brunei

Darussalam, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand,

dan Vietnam telah menyampaikan instrumen notifikasi ASEAN

MNP Agreement kepada Sekretariat ASEAN. Untuk Indonesia,

proses ratifikasi saat ini dalam tahap Harmonisasi Peraturan

Pemerintah yang dikoordinasikan oleh Kementerian Hukum dan

HAM.

ASEAN Trade in Services

Agreement (ATISA)

Pertemuan kedua ATISA diselenggarakan pada tanggal 13 Pebruari

2014 mencatat beberapa negara anggota ASEAN yang

menyampaikan pertanyaan dan tangggapan secara lisan atas Draft

Text ATISA yang telah kami paparkan selaku Interim Chair ATISA

pada Pertemuan CCS ke-76 bulan November 2013 di Luang

Prabang, Laos.

Pertemuan sepakat ATISA akan menggunakan modalitas positive

list approach. Hal ini berdampak terhadap draft text yang

disiapkan Indonesia. Untuk itu Indonesia diharapkan dapat

merevisi draft text tersebut.

Pertemuan mencatat beberapa pertanyaan maupun permintaan

klarifikasi untuk beberapa Chapter/Article dan sepakat agar

negara anggota ASEAN menyampaikan pertanyaan/masukan/

proposal text ATISA secara tertulis dengan batas waktu paling

lambattiga minggu sebelum Pertemuan CCS ke-78 bulan Mei

2014.

Pertemuan juga sepakat agar negara anggota ASEAN melakukan

konsultasi domestik dengan para pemangku kepentingan sektor

jasa telekomunikasi masing-masing terkait dengan usulan CCS

untuk mengaktifkan Telecommunication Services Sectoral Working

Group (TSSWG).

Jadwal Pertemuan CCS

tahun 2014

CCS sepakat untuk melakukan pertemuan sebanyak 3 kali selama

tahun 2014. Dua pertemuan selanjutnya adalah CCS 78 bulan Mei

2014 di Vietnam dan CCS 79 bulan Agustus 2014 di Indonesia.

Page 56: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

47

Periode Februari 2014

2. Pertemuan APEC Group on Services (GOS)

Pertemuan APEC Group on Services (GOS) telah dilaksanakan pada

tanggal 23 Februari 2014 di Ningbo, China. Pertemuan dihadiri

delegasi dari Ekonomi APEC, kecuali Peru dan Meksiko, ABAC dan

PECC serta Kolombia dan Kosta Rika sebagai Guest Members GOS.

APEC 2014 Priorities China selaku pemegang APEC Chairmanship tahun 2014

menyampaikan tema APEC tahun 2014 yaitu "Shaping the Future

through Asia Pacific Partnership" dengan 3 (tiga) prioritas utama,

yakni: (i) Advancing Regional Economic Integration (REI); (ii)

Promoting Innovative Development, Economic Reform and

Growth; dan (iii) Strengthening Comprehensive Connectivity and

Infrastructure.

CTI 2014 Work Program CTI Chair menyampaikan presentasi mengenai prioritas CTI di

tahun 2014 khususnya yang terkait dengan isu Jasa: (a) REI

(Environmental Goods and Services); (b) Strengthening

Connectivity; (c) Regulatory Cooperation on Good Regulatory

Practices; (d) Contributions to APEC cross-cutting mandates; dan

(e) CTI Recommendations to SOM on the review of CTI Sub-Fora

Supporting the Multilateral

Trading System

Pertemuan membahas hasil WTO MC9 utamanya terkait dengan

operasionalisasi LDCs Services Waiver. Untuk itu, GOS Convenor

menggarisbawahi atas pentingnya kontribusi APEC terhadap

operasionalisasi waiver dimaksud derujan meminta kepada PECC

agar dapat memberikan masukan atas operasionalisasi waiver

tersebut khususnya sehubungan dengan kebutuhan LDCs atas

preferential treatment yang dapat diberikan oleh anggota WTO

lainnya. Pada kesempatan ini, China juga menyampaikan rencana

dan permohonan dukungan atas rencananya untuk bergabung

pada perundingan plurilateral Trade in Services Agreement (TISA).

Transparency in Services

Sectors

Australia menyampaikan concept note on the APEC Services

Trade Access Requirements Database-Phase 4 guna

memperbaharui seluruh informasi yang terdapat di STAR

Database secara komprehensif termasuk memperluas cakupannya

untuk seluruh 21 ekonomi APEC untuk 8 sektor jasa di mana saat

ini untuk 3 sektor jasa (jasa pendidikan, jasa distribusi dan CRS)

hanya mencakup 15 ekonomi APEC. Pertemuan sepakat dengan

concept note tersebut dan Indonesia meminta Australia agar

dapat menambahkan sektor baru di dalam STAR Database yaitu

Jasa Konstruksi, namun Australia menyampaikan bahwa fokusnya

saat ini adalah untuk pemutahirkan data dan coverage ekonomi

APEC termasuk kemungkinan untuk menambahkan data investasi.

Page 57: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

48

Periode Februari 2014

Trade in Services Statistics Pertemuan membahas Action Plan on Statistics on Trade on

Services yang diusulkan oleh Russia dengan tujuan: capacity

building, improvement on quality of measuring trade statistics,

improvement on compatibility & visibility of national statistics

serta progress on quantitative indicators on regulatory measures

on trade in services termasuk kemungkinan tindak lanjut dari

action plan dimaksud.

Workshop FISIM Pada kesempatan ini Indonesia juga menyampaikan completion

report mengenai Workshop "Measuring Financial Intermediation

Services Indirectly Measured (FISIM)" yang telah diselenggarakan

pada tanggal 18-19 September 2013 di Jakarta, Indonesia. Sebagai

tindak lanjut, Indonesia menyampaikan rencananya untuk

mengumpulkan informasi dari seluruh peserta terkait action

plans/future plans implementasi FISIM di masing-masing BOP.

Workshop on

Retailing Services

Pertemuan mencatat dan menerima completion report yang

disampaikan Indonesia mengenai Workshop on Retailing Services:

Potential for and Challenges to enhancing SME Participation in

Supply Chains in APEC yang telah dilaksanakan pada tanggal 10-11

April 2013.

Self-funded Symposium oleh

Australia

Pertemuan mencatat concept note Australia mengenai Self-funded

Symposium on "Facilitating Good Regulatory Practices for Trade

and Investment in Transport and Logistics Services in APEC" yang

bertujuan untuk mempromosikan good regulatory practices

perdagangan dan investasi di bidang jasa transportasi dan logisitik

di kawasan APEC yang direncanakan akan dilaksanakan pada

bulan Juli 2014 di Hongkong. Sehubungan dengan itu, Indonesia

mengusulkan agar narasumber pada simposium tersebut dapat

berasal dari negara yang bersifat archipelagic (kepulauan) dan

mainland state guna memberikan gambaran aturan dan regulasi

untuk sektor jasa logistik dan transportasi sesuai dengan

karateristik geografis. Untuk itu, Australia meminta tanggapan

kepada seluruh ekonomi paling lambat 1 minggu setelah

pertemuan GOS1 berlangsung.

Education Services Pertemuan membahas APEC Draft Work Plan on Promoting Cross-

Border Education Cooperation yang merupakan mandat dari APEC

Ministers mengenai tindak lanjut dan implementasi kegiatan-

kegiatan yang ada di dalam workplan dimaksud. Sehubungan

dengan itu, Indonesia menyampaikan rencana pengusulan

kegiatan simposium mengenai Capacity Building for the Quality

Assurance System Linked to the National Qualifications

Framework (NQF). Sebagai informasi Indonesia saat ini sedang

mengembangkan concept note kegiatan dimaksud dan akan

mempertimbangkan masukan/tanggapan dari seluruh ekonomi.

Page 58: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

49

Periode Februari 2014

Lebih lanjut, Australia juga menyampaikan status implementasi

kegiatan proyek "Enhancing provider mobility in cross order

education in the APEC region" yang bertujuan untuk

mengidentifikasi hambatan-hambatan praktis terhadap

pembentukan dan pemeliharaan dari keberadaan penyedia jasa

pendidikan dari satu ekonomi APEC ke ekonomi APEC lain

(mobilitas penyedia jasa).

APEC Busniess Advisory

Council

Pertemuan mencatat presentasi ABAC mengenai perkembangan

ABAC services action plan for 2014 yang telah dibahas pada

Pertemuan ABAC pertama di Selandia Baru. Untuk itu, pertemuan

menggarisbawahi tentang pentingnya ABAC action plan agar

dapat sejalan dengan agenda GOS termasuk kemungkinan untuk

menyeleggarakan Public Policy Dialogue on Services di tahun

2014.

Streamlining of CTI Sub-

Fora

Pertemuan membahas draft concept paper mengenai 8 (delapan)

rekomendasi CTI kepada SOM dalam upaya merampingkan CTI

Sub-Fora yang akan disampaikan pada pertemuan SOM1 2014.

Secara umum pertemuan dapat menerima draft concept paper

dimaksud namun Indonesia menyampaikan bahwa terdapat

duplikasi isu-isu yang dibahas di tingkat GOS tetapi juga dibahas di

tingkat CTI seperti Environmental Services. Indonesia juga

mengusulkan agar interaksi GOS dan CTI dapat lebih terarah.

Terkait dengan rekomendasi mengenai kemungkinan untuk

berkolaborasi dengan sub-fora lainnya, Indonesia dan beberapa

ekonomi lainnya akan meminta arahan mengenai hal ini kepada

CTI. Hal ini dikarenakan diperlukannya agenda yang jelas dan

terstruktur sebelum melakukan kolaborasi dengan sub-fora

lainnya.

GOS-MAG Collaboration Untuk tahun 2014 direncanakan akan dilaksanakan pertemuan

kolaborasi antara GOS dan MAG dengan possible agenda antara

lain: (a) Global Value Chain; (b) Non-Tariff Measures (NTMs); dan

(c) Environmental Goods and Services sebagaimana hasil diskusi

pertemuan MAG pada tanggal 22 Februari 2014.

Sehubungan dengan adanya usulan ABAC untuk menggabungkan

MAG dan GOS, GOS Convenor dan Indonesia tidak dapat

menyepakati hal ini dikarenakan antara sektor barang dan jasa

merupakan dua hal yang berbeda, namun demikian masih

terdapat kemungkinan unluk menggabungkan GOS dan IEG karena

masih terdapat keterkaitan pembahasan khususnya mengenai

investasi di sektor Jasa. Sehubungan dengan itu, GOS Convenor

meminta tanggapan secara intersesi kepada seluruh ekonomi

terkait penyelenggaraan pertemuan dimaksud termasuk

Page 59: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

50

Periode Februari 2014

kemungkinan agenda yang akan dibahas paling lambat 1 bulan

setelah pertemuan GOS1 berlangsung.

GOS Convenor Chairmanship

for 2014-2015

Guna mengatasi masalah pemilihan GOS Convenor untuk tahun

2015, Pertemuan membahas kemungkinan opsi-opsi pemilihan

GOS Convenor yang lebih jelas dan terstruktur. Sebagaimana

diketahui, Indonesia telah menjadi GOS Convenor selama 2 tahun

(2012-2013). Untuk Itu diperlukan adaya rotasi atau pergantian

GOS Convenor untuk tahun 2015. GOS Convenor mengusulkan 2

(dua) opsi pemilihan GOS Convenor yaitu secara alphabetical

order atau attached kepada hosting economy.

Sehubungan dengan itu, Indonesia mengusulkan untuk merevisi

GOS TOR yang ada saat ini dengan menambahkan mekanisme

pemilihan GOS Convenor di dalam TOR dimaksud. Terhadap

usulan GOS Convenor tersebut beberapa ekonomi menyampaikan

reservasinya antara lain Amerika Serikat, Selandia Baru,

Singapura, dan Australia. Sementara Filipina dan Jepang akan

melakukan konsutasi domestik terlebih dahulu terkait permintaan

GOS Convenor atas opsi tersebut diatas. Yang menjadi perhatian

ekonomi-ekonomi tersebut adalah adanya isu-isu seperti

keterbatasan sumber daya manusia atau sudah adanya

perwakilan suatu ekonomi di suatu sub-fora atau working group

lainnya.

3. World Trade Organization (WTO) Services Meetings

Sebagai bagian dari rangkaian Sidang Services Cluster pada tanggal

25–26 Februari 2014, di Sekretariat WTO, Jenewa telah

dilangsungkan pertemuan empat badan bawahan Council for

Trade in Services yaitu Working Party on GATS Rules (WPGR),

Working Party on Domestic Regulation (WPDR) dan Committee on

Trade in Financial Services (CTFS).

Working Party on GATS Rules

(WPGR)

Sidang membahas isu-isu Dedicated Discussion on ESM Provisions

in FTAs/RTAs; tanggapan terhadap working paper: The

Relationship between Services Trade and Government

Procurement Commitments; Insights from Relevant WTO

Agreements and Recent RTAs; dan tanggapan atas usulan Ketua

Working Party untuk menyederhanakan Secretariat's Paper:

"Subsidies for Services Sectors-Information Contained in WTO

Trade Policy Reviews".

Dedicated Discussion on ESM Provisions in FTAs/RTAs. Pada

Pertemuan WPGR bulan Oktober 2013, anggota telah

menyepakati usulan Friends of ESM (ASEAN Minus) untuk

melakukan dedicated discussion mengenai keberadaan ESM,

maupun provisi serupa dalam FTAs/RTAs. Dedicated discussion ini

Page 60: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

51

Periode Februari 2014

didasari oleh adanya studi dari Sekretariat WTO yang

mengindikasikan meningkatnya penggunaan ESM maupun provisi

sejenis dalam negosiasi FTAs/RTAs.

Dalam Secretariat Note: Safeguards Procesures in RTAs (dokumen

S/WPGR/W/4 serta addendum 2) terlihat bahwa dalam beberapa

FTA, termasuk pembentukan EU, terdapat klausul mengenai

safeguard di bidang jasa.

ASEAN Committee in Geneva telah meminta masukan kepada

ASEAN Secretariat mengenai motivasi dari tujuan ASEAN dalam

memasukkan provisi mengenai ESM dalam beberapa FTA dengan

negara mitra. Filipina mempresentasikan paper mengenai ESM

yang telah ada pada FTAs dan RTAs di Filipina. negara anggota

seperti: Selandia Baru, Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa

memberikan tanggapan yang pada umumnya akan mencatat

semua penjelasan dari Friends of ESM dan meminta agar data-

data lebih dilengkapi. Pada kesempatan ini, Indonesia

menyampaikan intervensi mengenai perkembangan perdagangan

jasa yang mengalami defisit. Indonesia juga menyampaikan ESM

yang sudah ada pada FTAs/RTAs Indonesia dengan negara mitra

yaitu dengan: AKCEPA, AANZFTA, IJEPA, AITISA.

Negotiations on Government Procurement Under Article XIII of

The GATS. Sekretariat telah mengeluarkan paper yang berjudul

“The Relationship between Services Trade and Government

Procurement Commitments: Insights from Relevant WTO

Agreements and Recent RTAs". Paper tersebut menganalisa

berbagai lingkup komitmen di bidang perdagangan jasa dalam

kerangka pengadaan jasa pemerintah di berbagai tingkat akses

pasar, balk plurilateral maupun regional dalam FTAs/RTAs.

Tercatat hanya 3 (tiga) negara yang menyampaikan tanggapan

terhadap paper tersebut yaitu : Uni Eropa, Swiss dan India. Posisi

Delri dan wakil dari LKPP bahwa paper ini dianggap masih belum

mewakili WTO secara institusional dan masih bersifat preliminary

dan hanya procurement yang bernilai di atas 50 miliar yang dapat

diikuti oleh Badan Hukum yang mayoritas kepemilikannya adalah

pihak asing.

Penyederhanaan Secretariat's Paper: "Subsidies for Services

Sectors-Information Contained in WTO Trade Policy Reviews".

Pada tanggal 18 Maret 2013, atas permintaan anggota, Sekretariat

telah mengeluarkan Note "Subsidies for Services Sectors

Information Contained in WTO Trade Policy Review"

(S/WPGR/W/Add.6).

Indonesia pada dasarnya mendukung peraturan subsidi. Jika

subsidi tidak disisiplinkan, perusahaan jasa asing yang masuk ke

Page 61: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

52

Periode Februari 2014

Indonesia dari negara maju akan lebih unggul karena perusahaan

tersebut telah mendapat subsidi dari pemerintahnya.

Working Party on Domestic

Regulation (WPDR)

Discussion on Technical Issues. Pada pertemuan Oktober 2013,

anggota telah menyelesaikan diskusi teknis yang berisikan 93

pertanyaan terkait isu domestic regulation yang tedapat dalam

dokumen "List of Potential Technical Issues Submitted for

Discussion" (RD/SERV/68).

Kompilasi hasil diskusi tersebut telah disirkulasikan kepada

anggota dan mendapat reaksi dalam dokumen yang merupakan

refleksi bersama dari negara anggota yaitu dari Australia,

Kolombia, Hongkong, Tiongkok, Korea, Meksiko, Selandia Baru

dan Swiss yang tertuang dalam dokumen RD/SERV/96. Tujuan

dokumen tersebut untuk membantu anggota agar dapat

mengikuti perkembangan diskusi dan lebih mudah melakukan

tindak lanjut yang dianggap perlu.

Discussion on Regulatory Issues. Pertemuan kali ini membahas

isu/sektor/mope of supply: development, financial services,

tourism services, environmental services, energy services, health

services dan mode of supply 3.

Financial Services (Jasa Keuangan). Afrika Selatan memberikan

gambaran kerangka peraturan yang mengatur non-banking

financial services yang meliputi 6 area: penyedia jasa

keuangan, pasar modal, skema investasi kolektif, dana pensiun,

asuransi dan lembaga pemeringkat kredit. Penjelasan Afrika

Selatan tersebut mendapat tanggapan dari Kanada yang

menyampaikan apresiasi atas laporan transparansi yang dapat

meningkatkan perdagangan dan pemahaman tentang

persyaratan peraturan dalam negeri termasuk untuk penyedia

jasa keuangan lintas batas. Kanada menyarankan agar laporan

Afrika Selatan harus dibahas juga dalam CTFS.

Brazil menekankan bahwa diskusi tentang regulasi keuangan

diperlukan dari para ahli yang menguasai secara teknis dan

harus memperhatikan peraturan organisasi-organisasi

internasional seperti Dewan Stabilitas Keuangan, Bank of

International Settlement dan Dana Moneter International

(IMF). Brazil juga menyoroti masalah perizinan, kualifikasi,

pembatasan iklan, modal minimum untuk bank internasional

dan praktek regulasi.

Environmental Services (Jasa Lingkungan). Isu Jasa Lingkungan,

sesuai yang terkandung dalam paragraph 177-184, yang

diangkat meliputi: kurangnya kerangka peraturan yang tepat;

proses administrasi yang tidak efisien; kurangnya informasi

Page 62: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

53

Periode Februari 2014

mengenai prosedur perizinan, sertifikasi dan proses tender;

keterlambatan dalam aplikasi pengolahan dan informasi

pemasok; serta lemahnya penegakan hukum atau tidak

konsistennya peraturan mengenai lingkungan

Uni Eropa menanggapi bahwa liberalisasi jasa lingkungan

sangat penting karena dapat memberikan manfaat besar bagi

semua pihak yang terlibat. Sebagaimana yang tercantum dalam

secretariat note, liberalisasi ini harus berjalan seiring dengan

penguatan kerangka hukum. Kerangka peraturan harus

mencegah perilaku anti kompetitif, melidungi kepentingan

umum dan berkontribusi untuk tujuan sosial.

Energy Services (Jasa Energi). Isu yang diangkat meliputi:

kurangnya kerangka peraturan yang memadai; sistem

administrasi yang buram; miskinnya peraturan transparansi

mengenai korupsi; bisnis dan praktek perizinan yang

sewenang-wenang; dan perubahan kebijakan/rezim yang tidak

terduga.

Australia menanggapi dengan menggambarkan reformasi yang

terjadi di Australia dalam dekade terakhir terjadi perbaikan

terhadap peraturan jasa lingkungan yang berhubungan dengan

energi. Dampak dari reformasi ini adalah tersedianya jaringan

transportasi energi bagi konsumen seperti kabel listrik dan pipa

gas. Reformasi juga menghasilkan pembentukan dua badan

hukum baru yaitu : Australian Market energy Commission dan

The Australian Energy Regulator.

Dedicated Discussion on Members' Experiences with Domestic

Regulation Disciplines in Services Regional Trade Agreements

(RTAs). Pada pertemuan Oktober 2013, disepakati akan

diadakannya dedicated discussion mengenai pengalaman anggota

dalam memasukkan elemen domestic regulation dalam

FTAs/RTAs. Pertemuan akan melakukan diskusi mengenai:

Jenis ketentuan dalam domestic regulation yang ada pada

FTAs/RTAs

Persamaan dan Perbedaan dalam negosiasi sesuai amanat

Pasal VI : 4.

Pengalaman dalam negosiasi dan implementasinya.

Committee on Specific

Commitments (CSC)

Sectoral Discussion. Sejak akhir 2011, CSC telah melakukan diskusi

sektoral dengan tujuan untuk melihat secara sektor per sektor

ketidakharmonisan antara klasifikasi sketor jasa dalam W/120 dan

UN CPC serta tantangan yang dihadapi dalam sistem klasifikasi

perdagangan jasa sebagai akibat perkembangan teknologi dan

bisnis selama 20 tahun terakhir.

Page 63: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

54

Periode Februari 2014

Pada pertemuan bulan Oktober 2013, disepakati untuk

melanjutkan diskusi sektoral di bidang educational services, health

services, tourism, recreational dan cultural services yang terdapat

dalam dokumen Job/Serv/158 s/d 160

Secretariat's Note on WTO Jurisprudence. Pada pertemuan bulan

Maret 2013, Sekretariat telah mengeluarkan note berjudul:

"Services Clasification in WTO Jurisprudence" (S/CSC/W/61 dan

S/CSC/W/61 Corr 1). Nota tersebut menganalisa isu klasifikasi

perdagangan jasa yang muncul dalam yurisprudensi WTO

termasuk pendekatan yang dilakukan oleh Panel dan Appelate

Body dalam menginterpretasikan masuknya suatu sektor dalam

schedule of specific commitments (SoC).

Dalam beberapa pertemuan sebelumnya, anggota telah berbagi

pandangan mengenai kepastian hukum komitmen yang saat ini

ada dalam SoC, status hukum Chairman's Note on Basic Telecom

dan fleksibilitas dalam melakukan scheduling di luar sistem yang

ada. Untuk isu ini, tidak ada komentar/intervensi dari anggota.

Committee on Trade in

Financial Services (CTFS)

Trade in Financial Services and Development. Pada

pertemuan Oktober 2013, anggota menginginkan untuk

dilaksanakan diskusi mengenai Financial Inclusion dan perannya

terhadap pembangunan. Dalam pertemuan informal CTFS bulan

Januari 2014, China Taipei menyatakan akan mempresentasikan

makalah mengenai mobile banking dan perannya dalam

pembangunan dan pada pertemuan Februari 2014, telah

disampaikan presentasinnya terkait mobile banking antara lain

fasilitasi dan keamanan dari financial services, Governing

Branches, Financial Regulation.

Regulatory Issues in Trade in Financial Services. Pada pertemuan

informal CTFS bulan Januari 2014, anggota meminta agar

dilakukan briefing dari international standard setting organization

mengenai perkembangan reformasi pengaturan jasa keuangan

global, terutama menyangkut isu macruprudential measures.

Untuk isu ini akan diadakan diskusi dengan mengundang dari

organisasi-organisasi internasional seperti Dewan Stabilitas

Keuangan, Bank of International Settlement, Dana Moneter

Internasional (IMF) dan Islamic Development Bank.

Council for Trade in Services

(CTS)

Operationalization of the Services Waiver. Salah satu hasil dari

KTM IX WTO di Bali adalah Ministerial Decision on the

Operationalization of the Waiver concerning Preferential

Treatment to Services and Services Suppliers of LDCs. Dari hasil

tersebut, CTS harus selalu memonitor perkembangan proses

pemberian preferensi perdagangan tersebut. Selain itu, LDCs

Page 64: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

55

Periode Februari 2014

diminta untuk menyusun collective request mengenai sektor jasa

dan mode of supply yang menjadi kepentingannya untuk kemudian

ditawarkan kepada anggota lain untuk diberikan preferensi. Hingga

saat ini collective request tersebut belum tersusun.

Pada pertemuan informal CTS tanggal 12 February 2014, Kolombia

mengusulkan agar dalam menyusun collective request ini dapat

ditempuh beberapa cara, antara lain : mengidentifikasi sektor dan

mode of supply; pemberian akses pasar; presentasi kisah sukses

ekspor jasa dan memanfaatkan hasil riset berbagai organisasi

internasional seperti ITC. Uganda selaku koordinator LDCs dan

beberapa anggota LDCs lainnya seperti Lesotho dan Zambia

meminta agar anggota tidak mengkaitkan antara collective request

dengan pemberian preferensi. Mereka juga menolak usulan

diperbantukannya ITC dalam proses tersebut.

Work Programme in E-Commerce. Salah satu hasil KTM IX adalah

kelanjutan diskusi mengenai peran E-Commerce dalam

peningkatan kesempatan pembangunan ekonomi terutama bagi

negara berkembangan dan LDCs sebagaimana dokumen

WT/L/907, tanggal 11 Desember 2013. Telah menginstruksikan

Dewan Umum dan badan-badan yang relevan "to continue

substantialy invigorating" bekerja di bawah Program Kerja,

terutama di bawah inisiatif yang diambil dalam kaitannya dengan

isu-isu komersial, pengembangan dan teknologi berkembang

dibahas dalam diskusi/lokakarya perdagangan elektronik yang

diselenggarakan di bawah naungan CTD dan CTS. Selain itu juga

mengharuskan Dewan Umum untuk mengadakan tinjauan secara

periodik, untuk menilai kemajuan dengan Program Kerja ,

berdasarkan laporan yang disampaikan oleh badan-badan WTO

yang relevan. Sebagai langkah awal, dengan latar belakang untuk

merespon perintah Menteri, Dewan akan melakukan pembahasan

pertama dijadwalkan pada bulan Juli.

Compliance With CATS Notification Requirements. Sebagaimana

dokumen Secretariat note pada tanggal 12 Februari,

JOB/SERV/174 tentang pemberitahuan notifikasi jasa (SPS dan

TBT) secara online system, bahwa Sekretariat telah memberikan

penjelasan kepada delegasi pada bulan Oktober. Untuk itu

menyarankan agar Anggota lebih fokus pada bagian catatan

terakhir, yang berisi sejumlah pertimbangan terkait dengan dua

elemen, khususnya biaya membangun sebuah sistem online yang

diperkirakan akan menghabiskan biaya sekitar 100.000 CH dan

Komite Pengarah Tl menyampaikan keterbatasan anggaran saat

ini.

Page 65: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

56

Periode Februari 2014

Perwakilan Swiss mengucapkan terima kasih kepada Sekretariat

dan merujuk pada proposal yang telah diajukan terkait pendirian

sebuah sistem online untuk pemberitahuan notifikasi jasa. Pada

kenyataannya data menunjukkan bahwa hanya 50 % dan 35 %

dari SPS dan TBT yang menyampaikan pengajuan pemberitahuan

jasa yang disampaikan melalui sistem pendaftaran online yang

relevan. Terhadap kenyataan ini dan dengan pengamatan dalam

catatan ayat 4,8 bahwa lebih refleksi itu dibenarkan dan bahwa

mungkin terlalu dini untuk mengambil keputusan tentang

proposal pada tahap itu.

F. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional

1. Konsinyering Penyusunan Peta Jabatan dan Form Data Pegawai

Pada tanggal 17-18 Februari di Bogor, dilaksanakan Pertemuan

Permabahsan penyusunan Peta Jabatan dan Nama Jabatan

Fungsional Pegawai di lingkungan Ditjen KPI. Pertemuan bertujuan

melakukan penataan pegawai di mana setiap unit Eselon II

berkewajiban menysusn peta jabatan dan mengisi form data PNS

sebagai data kekuatan pegawai di unit kerja Ditjen KPI.

Pertemuan yang menghadirkan narasumber, yaitu pejabat dan

staf dari Biro Organisasi dan Kepegawaian tersebut menghitung

jumlah kebutuhan pegawai baru (CPNS) sehingga Ditjen KPI dapat

melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan dengan lebih efektif dan

efisien.

Gambar 7

Konsinyering Penyusunan Peta Jabatan dan Form Data Pegawai

Page 66: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

57

Periode Februari 2014

2. Workshop Keuangan Negara Ditjen KPI

Workshop Keuangan Negara Ditjen KPI diselenggarakan pada 18-

19 Februari 2014 di Hotel Salak, Bogor. Workshop bertujuan

menicptakan manajemen keuangan negara yang efisien dan

efektifserta sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.

Workshop dihadiri Para Pejabat di lingkungan Ditjen KPI dengan

beberapa narasumber yaitu dari Direktorat Sistem Penganggaran,

Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Ditjen Sistem

Perbendaharaan Kementerian Keuangan.

Workshop Keuangan Negara dianggap penting untuk

meningkatkan pengentahuan dan pemahanman bagi para

pengelola keuangan agar diperoleh pengelolaan yang lebih tertib

dan administrasi keuangan yang lebih baik serta dapat

meminimalisasi kesalahan-kesalahan dalam rangka mendukung

terciptanya laporan keuangan yang akuntabel.

3. Pertemuan Penyusunan LAKIP Ditjen KPI

Pertemuan diselenggarakan pada tanggal 23-25 Februari 2014, di

Bogor dengan tujuan menyusun LAK Ditjen KPI Tahun Anggaran

2013, dihadiri para Pejabat Eselon III, IV, Kasubbag TU dan

Pelaksana dari masing-masing unit di lingkungan Ditjen KPI yang

menangani Penyusunan LAK.

Pertemuan menghadirkan narasumber dari Inspektorat

KEMENPANRB yang melakukan pendampingan dan memberikan

arahan atas penghitungan dan evaluasi capaian kinerja yang

terdapat pada LAK Ditjen KPI Tahun 2013 agar sesuai dengan

prinsip-prinsip yang ada di dalam pelaporan. Rapat menghasilkan

finalisasi draft LAK Ditjen KPI Tahun 2013, yang selanjutnya di-

review oleh Tim Review (ad hoc).

Gambar 8

Pertemuan Penyusunan LAKIP Ditjen KPI

Page 67: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

58

Periode Februari 2014

BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kendala dan Permasalahan

Sidang TRIPS Council-WTO Pada TRIPS-CBD dan NVSC, terdapat pandangan bahwa kedua isu

tersebut tidak seimbang di mana melalui isu NVSC negara

penuntut akan memperoleh kompensasi jika memenangkan

sengketa di DSB sedangkan melalui isu TRIPS-CBD negara

berkembang hanya akan mendapatkan transparansi dalam bentuk

disclosure requirement pada pengajuan paten. Di sisi lain, aspek

dari CBD bukan sebatas disclosure requirement namun juga

mencakup access and benefit sharing yang memiliki nilai ekonomi

dan juga dapat mencegah penyalahgunaan SDG yang kerap

dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

Indonesia – Korea

Comprehensive Economic

Partnership Agreement

(IKCEPA) ke-7

Perundingan ke-7 belum berhasil menyelesaikan package deal di

bidang Trade in Goods dan Investment yang merupakan deal

breaker dari penyelesaian seluruh draft text perjanjian IKCEPA.

B. Tindak Lanjut Penyelesaian

The ASEAN Economic

Minister’s Retreat and

Related Meetings

Guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam rangka

memperjuangkan produk-produk unggulan dari sektor agro-

kehutanan nasional, maka seluruh kementerian terkait dan

pemangku kepentingan lain untuk bersinergi dan berkolaborasi

dalam memperjuangkan prakarsa Indonesia di APEC. Kemendag

perlu melakukan pendekatan kepada seluruh pihak/mitra APEC

yang memiliki posisi strategis seperti China, Jepang dan AS serta

memastikan bahwa sebelum APEC MRT seluruh pihak penting

tersebut telah dilobi guna mendukung implementasi prakarsa

Indonesia tersebut.

APEC SOM I and Related

Meetings

Pada SOM1 APEC 2014, terdapat beberapa prakarsa Indonesia

yang telah di endorse oleh SOM maupun pada pertemuan tingkat

Committee, antara lain:

a. DraftAPEC Blueprint of Connectivity Suggested General Outline

b. The Workplan to Develop the 2014 APEC Blueprint of

Connectivity

c. Perubahan pada TOR SCE mengenai pembahasan perluasan

mandate untuk penyelesaian isu-isu lintas fora atau cross

cutting issues, “to guide and oversee the cross cutting work

implementation’1

Page 68: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

59

Periode Februari 2014

d. Dalam rencana Healthy Asia Pacific 2020, Indonesia berhasil

memasukan isu-isu public health dan Traditional and

Complementary Alternative Medicines (TCAM) dimasukan.

e. Dalam CTI1 terdapat pengesahan prakarsa Indonesia mengenai

TOR Development Products yang merupakan upaya untuk

mempromosikan produk-produk yang berkontribusi pada

pembangunan yang berkesinambungan dan inklusif melalui

pembangunan perdesaan dan pengentasan kemiskinan.

Indonesia – Korea

Comprehensive Economic

Partnership Agreement

(IKCEPA) ke-7

Indonesia perlu segera menyusun posisi final atas beberapa

pending issues IKCEPA. Khusus pada bidang Investment,

Kementerian Perdagangan dapat menetapkan posisi final

Indonesia atas Taxation. Sementara pada bidang Trade in

Services, diharapkan Kementerian Perdagangan dapat menyusun

posisi untuk menyelesaikan pending issues yang terkait dengan

WG on Investment dan WG on LII serta Protection of Investment of

Services.

Pertemuan APEC Group on

Services (GOS)

Pemerintah pusat perlu mempertimbangkan pengusulan kegiatan

dalam Forum GOS seperti pemanfaatan kembali kegiatan dalam

Action Plan on Statistics on Trade on Services 21. Termasuk juga

mendorong Kemendikbud untuk menyusun usulan Indonesia

mengenai simposium Capacity Building for the Quality Assurance

System Linked to the National Qualifications Framework (NQF).

World Trade Organization

(WTO) Services Meetings

Terkait dengan isu Financial Services (macruprudential measures,

Financial Inclusion dan Mobile Banking), perlu diadakan diskusi

yang mengundang organisasi-organisasi internasional seperti

Dewan Stabilitas Keuangan, Bank of International Settlement dan

Dana Moneter International (IMF) dan Islamic Development Bank.

Selain itu, hal yang menjadi prioritas utama ke depan adalah

pembahasan tindak lanjut dari Paket Bali khususnya arahan MC9

yang terkait dengan. LDC Waiver, UMKM sektor jasa dan e-

commerce.

Page 69: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf

60

Periode Februari 2014

BAB III PENUTUP

Kesimpulan umum Selama bulan Februari 2014, Direktorat Jenderal Kerja Sama

Perdagangan Internasional telah berpartisipasi dalam berbagai

perundingan baik di forum multilateral, regional, dan bilateral.

Sementara itu sebagian perundingan lainnya sedang dalam proses

pembahasan.

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

menyadari adanya kendala-kendala dalam mencapai kesepakatan

kerja sama perdagangan internasional dalam berbagai perundingan

internasional baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal-hal

yang belum optimal dilaksanakan pada bulan ini menjadi bahan

evaluasi untuk perbaikan. Sedangkan hal-hal yang harus

ditindaklanjuti menjadi catatan untuk pelaksanaan kinerja pada

bulan berikutnya oleh unit terkait.

Page 70: Lapbul DJKPI Februari 2014.pdf