Post on 29-Oct-2015
LAPORAN KASUS I
PINGUEKULA OS
Baiq Fariani Zuhra
H1A 007 007
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva yang secara
klinis tampak sebagai benjolan pada konjungtiva bulbi yang berdekatan dengan limbus nasal atau
limbus temporal. Benjolan tersebut berwarna kuning-putih (yellow-white deposits) dan tak
berbentuk (amorphous).
Pinguekula tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan
kering. Patogenesisnya belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar
mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula
adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di
udara dan faktor herediter.
Diagnosis pinguekula umumnya dapat ditegakkan dengan observasi eksternal. Pinguekula
jarang bertumbuh besar tetapi sering meradang. Penderita umumnya datang pada dokter karena
adanya peradangan tersebut atau karena penonjolan yang jelas sehingga penderita khawatir akan
suatu keganasan, atau karena alasan kosmetik.
Pada pinguekula umumnya tidak perlu diberikan pengobatan. Akan tetapi, apabila
terdapat tanda-tanda peradangan (pinguekulitis) dapat diberikan steroid topikal lemah atau obat
antiinflamasi nonsteroid.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Safrudin
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Peresak-Ampenan
Tanggal Pemeriksaan : 17 Juli 2013
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pasien mengeluhkan bahwa terdapat benjolan pada bola mata kiri.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik Mata RSU Mataram dengan keluhan terdapat benjolan pada
bola mata kiri sejak 10 bulan yang lalu. Pasien mengaku benjolan tersebut berwarna putih
kekuningan terletak dekat dengan bagian hitam bola mata kiri. Benjolan ini muncul tiba-
tiba, awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak 2 bulan yang
lalu. Saat ini mata kiri pasien tidak berwarna kemerahan, namun pasien mengaku sering
mengalami mata kiri merah sejak 2 bulan yang lalu dan biasanya sembuh sendiri setelah
diberi obat tetes mata. Pasien mengaku penglihatan masih normal dan selama ini tidak
pernah mengalami pandangan kabur. Nyeri pada mata kiri disangkal oleh pasien. Pasien
tidak mengeluhkan adanya benjolan serupa pada bola mata kanan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
3
Pasien menyangkal adanya riwayat kelainan pada mata kiri sebelumnya dan menyangkal
riwayat trauma pada mata kiri.
D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Sosial
Pasien mengaku tidak ada di keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa dengan
pasien. Pasien mengaku bahwa pekerjaan sehari-harinya adalah kuli bangunan yang
menyebabkan matanya sering terpajan sinar matahari dan terkena debu.
E. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku selama ini tidak pernah berobat ke dokter atau puskesmas untuk
mengatasi keluhan benjolan pada bola mata kirinya tersebut. Namun pasien mengaku
apabila terdapat keluhan mata kiri merah pasien biasanya mengobati dengan obat tetes
mata yang dibeli sendiri di apotik.
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6
B. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi Napas : 18 kali/menit
Suhu : 36,7 O C
C. Status Lokalis
No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
1. Visus naturalis 6/6 6/6
2 Posisi bola mata
Tes Hisberg
Ortoforia Ortoforia
4
3. Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
4. Palpebra Superior
Edema (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
5. Palpebra Inferior
Edema (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
6. Fissura palpebra + 10 mm + 10 mm
7. Konjungtiva Palpebra Superior
Hiperemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
8. Konjungtiva Palpebra Inferior
Hiperemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Injeksi Konjungtiva
(-) (-)
Injeksi Siliar (-) (-)
Massa (-) Terdapat nodul berwarna putih
kekuningan berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada bagian nasal.
Edema (-) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Kesan licin Kesan licin
Sikatrik (-) (-)
11. Bilik Mata Depan
Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
12. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular
13. Pupil Bentuk Bulat Bulat
5
RCL (+) (+)
RCTL (+) (+)
14. Lensa Kejernihan Jernih Jernih
15. TIO Palpasi Kesan normal Kesan normal
16. Funduskopi Refleks Fundus (+) (+)
Gambaran Papil : bulat, warna kekuningan
Arteri/vena : 2/3
Makula : refleks fovea (+)
Retina: perdarahan (-), eksudat (-), edema (-)
Papil : bulat, warna kekuningan
Arteri/vena : 2/3
Makula : refleks fovea (+)
Retina: perdarahan (-), eksudat (-), edema (-)
17. Gambaran Status Lokalis
Konjungtiva bulbi Okuli Sinistra
Keterangan :
Terdapat nodul berwarna putih kekuningan berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada bagian nasal
6
4. Foto mata pasien
7
Gambar 1. Mata kanan dan mata kiri pasien
Gambar 2. Mata kanan pasien Gambar 2. Mata kiri pasien
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan
medis yang terdapat pada pasien adalah:
SUBJECTIVE
a. Pasien mengeluhkan bahwa terdapat benjolan pada bola mata kiri yang muncul tiba-
tiba sejak 10 bulan yang lalu. Awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit
lebih besar sejak 2 bulan yang lalu.
b. Mata pasien sering terpajan sinar matahari, terkena debu dan riwayat sering
mengalami mata merah sebelumnya.
OBJECTIVE
a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kiri didapatkan :
Visus naturalis 6/6
Pada konjungtiva bulbi sinistra, terdapat nodul berwarna putih kekuningan yang
berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada bagian nasal.
2. Analisa Kasus
A. Benjolan pada bola mata kiri
Benjolan pada bola mata kiri ini terdapat pada area konjungtiva mata kiri. Benjolan pada
bola mata kiri yang dikeluhkan pasien ini mengarah pada diagnosa tumor jinak
konjungtiva. Terdapat dua jenis tumor jinak yang bisa tumbuh di konjungtiva, yaitu
pinguekula dan pterigium. Kedua tumor jinak ini dibedakan berdasarkan lokasi dan
manifestasinya. Pinguekula biasanya tumbuh di sekitar kornea dan berwarna putih
kekuningan yang tidak mengganggu penglihatan, sedangkan pterigium adalah
8
pertumbuhan jaringan konjungtiva ke dalam kornea dan biasanya menganggu
pengelihatan apabila sudah menutupi pupil.
Pada pasien ini diagnosa lebih mengarah pada pinguekula karena pasien mengeluhkan
benjolan yang timbul di mata tersebut berwarna putih kekuningan dan terletak disamping
limbus kornea. Hal ini merupakan tampakan klinis pada pinguekula yang merupakan
benjolan berwarna putih kekuningan pada konjungtiva bulbi akibat degenerasi hialin
jaringan submukosa konjungtiva. Tampakan klinis ini dapat dibedakan dengan
pterigium, tampakan klinis pterigium yang khas biasanya berbentuk segitiga dengan
kepala/apex menghadap kesentral kornea dan basis menghadap lipatan semilunar pada
cantus.
B. Mata pasien sering terpajan sinar matahari, terkena debu dan riwayat sering
mengalami mata merah sebelumnya
Mata pasien yang sering terpajan matahari dan debu ini merupakan salah satu faktor
resiko yang sangat berpengaruh untuk timbulnya tumor jinak pada konjungtiva. Riwayat
sering mengalami mata merah juga dapat menjadi indikator bahwa mata pasien sering
mengalami iritasi. Hal ini juga merupakan faktor resiko terjadinya tumor jinak pada
konjungtiva.
Penyebab pasti terjadinya pinguekula tidak diketahui. Namun terdapat beberapa faktor
resiko yang mempengaruhi terjadinya pinguekula. Faktor resiko yang mempengaruhi
pinguekula adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari
bahan tertentu di udara dan faktor herediter.
1. Radiasi ultraviolet
Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pinguekula adalah
terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi konjungtiva menghasilkan
kerusakan sel dan proliferasi sel. Paparan sinar ultraviolet ini dapat meyebabkan efek
mutagenik pada sel. Respon biologis pada sinar ini berefek akut dan kronik dan
paparan tertinggi akan diterima pada wilayah ekuator dan pada dataran tinggi. Efek
9
ultraviolet ini menimbulkan mutasi gen p53 (supressor tumor gene) sehingga dapat
menyebabkan pertumbuhan tumor pada konjungtiva.
2. Iritasi Kronik
Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area konjungtiva merupakan pendukung
terjadinya pinguekula. Iritasi yang disebabkan oleh debu mengakibatkan lisis lapisan
lipid pada film air mata dan prosesnya terus berlanjut jika terpapar dalam waktu yang
lama sehingga mempengaruhi permukaan konjungtiva. Kelembaban yang rendah,
dan trauma kecil dari bahan partikel tertentu, dry eye juga dapat menyebabkan
pinguekula.
C. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata k iri
Pemeriksaan status lokalis pada mata kiri pasien ditemukan visus naturalis 6/6 dan pada
konjungtiva bulbi terdapat nodul berwarna putih kekuningan dan berukuran sekitar 2mm
x 2mm di samping limbus pada bagian nasal.
Visus naturalis pada mata kiri pasien ini adalah normal. Hal ini berarti tidak terjadi
gangguan pada tajam penglihatan pasien sesuai dengan gejala klinis pada pinguekula
bahwa pinguekula biasanya tidak menyebabkan gangguan pada penglihatan. Selain itu,
nodul berwarna putih kekuningan di samping limbus pada konjuntiva bulbi mata kiri
bagian nasal ini sesuai dengan tampakan klinis yang ditemukan pada pinguekula.
Pinguekula sering bermanifestasi di dekat limbus pada zona interpapebral, paling sering
daerah nasal, berupa penonjolan putih kekuningan, dan deposit subepithelial yang amorf.
Pinguekula dapat membesar secara bertahap dalam periode waktu yang lama. Inflamasi
berulang dan iritasi okuli mungkin dijumpai.
D. Assessment
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat pada pasien
mengarahkan pada Pinguekula. Diagnosa ini dipilih karena sesuai dengan keluhan pasien
mengeluhkan bahwa terdapat benjolan pada bola mata kiri yang muncul tiba-tiba sejak 10
10
bulan yang lalu. Awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak 2
minggu yang lalu. Mata pasien sering terpajan sinar matahari, terkena debu dan riwayat
sering mengalami mata merah sebelumnya yang merupakan faktor resiko terjadinya
pinguekula. Dan temuan klinis pada pemeriksaan status lokalis terdapat nodul berwarna
putih kekuningan yang berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada konjungtiva
bulbi sinistra bagian nasal
Diagnosis Kerja:
- Pinguekula OS
E. Planning
- Tatalaksana Non-operatif
Terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi sering digunakan secara klinis.
Penggunaan dari steroid topical dapat juga dipertimbangkan pada pasien
dengan inflamasi kronis.
- Tatalaksana Operatif
Eksisi jaringan pinguekula hanya diindikasikan ketika pinguekula mengganggu
tampilan kosmetik atau lebih jauh pinguekula tersebut menjadi meradang secara
kronis.
F. KIE
- Pasien disarankan untuk memakai topi dan kacamata ketika keluar dari rumah untuk
menghindari pajanan sinar matahari dan debu pada mata yang merupakan salah satu
faktor resiko timbulnya peradangan pinguekula.
- Memberitahukan pasien bahwa pinguekula ini merupakan tumor jinak yang jarang
membesar dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan pengobatan kecuali terjadi
peradangan yang kronis atau karena alasan kosmetik dapat dilakukan pembedahan.
11
G. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Bonam
Prognosis nyawa (ad vitam)
Bonam
12
BAB IV
RINGKASAN AKHIR
Pasien seorang laki-laki, usia 20 tahun, datang dengan keluhan terdapat benjolan pada
bola mata kiri sejak sekitar 10 bulang yang lalu. Benjolan ini muncul tiba-tiba, awalnya
berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengaku
bahwa pekerjaan sehari-harinya adalah kuli bangunan yang menyebabkan matanya sering
terpajan sinar matahari dan terkena debu.
Pada pemeriksaan fisik, visus naturalis sinistra 6/6 dan terdapat nodul berwarna putih
kekuningan yang berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada konjungtiva bulbi
sinistra bagian nasal. Pasien di diagnosis dengan Pinguekula OS. Rencana tatalaksana sementara
untuk pasien adalah tatalaksana medis berupa terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi dan steroid
untuk mengurangi inflamasi. Prognosis penyakit mata dan visus pasien bonam. Prognosis
fungsional adalah bonam.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Bradford C. 2004. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy
of opthalmology
2. Gerhand K. 2004. Lang. Ophtalmology : A Pocket Book Atlas. 2nd Edition. Germany :
Theime.
3. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
4. J.Kankski. 2010 . Signs in Ophthalmology : Causes and Differential Diagnosis. United
Kingdom : Elsevier.
5. J.Kanski & Bowling. 2011. Clinical Opthalmology : A Systemic Approach. 7th Edition.
United Kingdom : Elsevier.
6. Vaughan & Asbury dkk. 2010. Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC.
14