Post on 03-Mar-2019
LAPORAN EVALUASI RENJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH
PROVINSI LAMPUNG TA. 2016
DINAS KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2017
i
KATA PENGANTAR
Menindaklanjuti Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah maka dianggap
perlu dilakukan Evaluasi terhadap hasil Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
lingkup Provinsi yang hasilnya akan disampaikan kepada menteri Dalam Negeri.
Penyusunan Laporan Evaluasi Rencana Kerja (Renja) SKPD Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung ini bertujuan agar dapat diketahuinya pencapaian
realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian sasaran,
tujuan, misi dan visi sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan stratejik sehingga
dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan dimasa yang
akan datang.
Semoga Laporan ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan pelaksana
program/kegiatan di bidang ketahanan pangan.
Bandar Lampung, Februari 2017 Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Ir. Kusnardi, M. Agr. Ec NIP. 19631123 198803 1 005
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................................................ i
Daftar Isi............................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.3 Tupoksi .............................................................................................................................................. 2
1.4 Sasaran Strategis ............................................................................................................................ 5
BAB II PERBANDINGAN PROGRAM DAN KEGIATAN RENJA, RENSTRA...................................... 7
2.1 Program dan Kegiatan .................................................................................................................. 7
2.2 Kesesuaian Program dan Kegiatan antara Renstra dan Renja SKPD ........................... 10
2.3 Kesesuaian Target Renstra dan Renja SKPD ........................................................................ 11
BAB III CAPAIAN KINERJA SKPD .............................................................................................................. 12
3.1 Capaian Kinerja SKPD ................................................................................................................... 12
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja.................................................................................... 16
BAB IV HAMBATAN DAN KENDALA ........................................................................................................ 74
4.1 Hambatan dan Kendala ................................................................................................................ 74
BAB V PENUTUP ............................................................................................................................................. 75
LAMPIRAN........................................................................................................................................................ 77
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi setiap
manusia untuk hidup dan beraktifitas, dengan demikian pangan sangat
mempengaruhi stabilitas Nasional, stabilitas nasional dapat terguncang
jika ketersediaan pangan tidak terjamin.
Secara umum Ketahanan Pangan dapat dikatakan terwujud
apabila tersedianya pangan yan cukup dan merata untuk seluruh
penduduk, kemudian setiap penduduk mempunyai akses fisik dan
ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi gizi guna menjalani
kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari.
Ketahanan Pangan pada tingkat rumah tangga merupakan
landasan bagi Ketahanan Pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi
pilar bagi ketahanan pangan daerah dan nasional. Berdasarkan
pemahaman tersebut, maka salah satu prioritas utama pembangunan
ketahanan pangan adalah memberdayakan masyarakat, agar mampu
menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta mewujudkan
ketahanan pangan rumah tangganya secara berkelanjutan.
Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2012 Ketahanan Pangan
adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
Salah satu upaya Pemerintah untuk mewujudkan Ketahanan
Pangan dilaksanakan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun
2002 tentang Ketahanan Pangan, yang menyatakan bahwa penyediaan
pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan
rumah tangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu melalui : a)
pengembangan sistem produksi pangan yang bertumpu pada
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 2
sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal; b) pengembangan efisiensi
sistem usaha pangan; c) pengembangan teknologi produksi pangan; d)
pengembangan sarana dan prasarana produksi pangan; dan e)
mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud disusunya Laporan Evaluasi Rencana Kerja adalah
sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Rencana Kerja
Pembangunan Daerah Tahun 2016.
Tujuan disusunya laporan ini adalah sebagai bahan evaluasi atas
kinerja SKPD khususnya Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung dalam rangka mencapai sasaran kinerja di tahun anggaran
2016.
1.3 Tupoksi SKPD
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 10 Tahun
2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah Provinsi Lampung yang kemudian disempurnakan kembali
melalui Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2009 dan disempurnakan
kembali melalui Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perubahan kedua Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Rincian Tugas, Fungsi dana Tatakerja Inspektorat Daerah, Badan
Perencanaan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, tugas pokok dan
fungsi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung adalah
sebagai berikut :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 3
A. Tugas Pokok Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung :
Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
bidang ketahanan pangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan
yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Badan Ketahanan Pangan Daerah dalam melaksanakan tugas
pokoknya mempunyai 5 (lima) fungsi yang harus dijalankan, yaitu :
1. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan ketahanan pangan
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah dibidang ketahanan pangan
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang ketahanan pangan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang
ketahanan pangan
5. Pengololaan Administratif.
Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung terdiri dari :
1. Kepala Badan
2. Sekretariat, membawahi :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi
3. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, membawahi :
a. Sub Bidang Ketersediaan dan Akses Pangan
b. Sub Bidang Kerawanan Pangan
4. Bidang Distribusi dan Harga Pangan, membawahi :
a. Sub Bidang distribusi Pangan
b. Sub Bidang Harga dan Cadangan Pangan
5. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan,
membawahi :
a. Sub Bidang Konsumsi Pangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 4
b. Sub Bidang Penganekaragaman Pangan
6. Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, membawahi :
a. Sub Bidang Mutu Pangan dan Gizi
b. Sub Bidang Keamanan Pangan
Berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 10 Tahun
2011 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan Produk Hasil
Pertanian pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung pada
BKPD Provinsi Lampung dipimpin oleh seorang Kepala UPT berada di
bawah dan betanggungjawab kepada Kepala BKPD Provinsi Lampung.
Tugas Pokok dan Fungsi UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan
Pangan Produk Hasil Pertanian pada Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :
a. UPT mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
menyelenggarakan pelayanan adinistrasi di bidang sertifikasi mutu
dan keamanan pangan produksi hasil pertanian secara terpadu
dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi,
keamanan dan kepastian.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud UPT mempunyai
fungsi sebagai berikut :
- Pengawasan mutu dan keamanan produk segar hasil pertanian;
- Pelayanan sertifikasi dan labelisasi produk pangan segar hasil
pertanian yang beredar;
- Pelayanan pendaftaran produk pangan segar hasil pertanian yang
beredar;
- Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan sertifikasi,
labelisasi dan pendaftaran produk pangan segar hasil pertanian
yang beredar sesuai dengan rencana strategis yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;
- Pemberian dukungan atas perencanaan,pembinaan dan
pengendalian kebijakan teknis di bidang pelayanan sertifikasi,
labelisasi dan pendaftaran produk pangan segar hasil pertanian
yang beredar;
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 5
- Penyelenggaraan urusan ketatausahaan; dan
- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
C. Susunan organisasi UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan
Produk Hasil Pertanian terdiri dari :
1. Kepala;
2. Sub Bagian Tata Usaha;
3. Seksi Pelayanan Teknis;
4. Seksi Pengujian dan Sertiikasi;
5. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.4 Sasaran Strategis
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung mempunyai
sasaran strategis sesuai dengan sasaran Rencana Strategis Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, berikut adalah sasaran
strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung:
Tabel Sasaran Kinerja Tahun 2016
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1.
2.
3.
4.
5.
Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn)
3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg)
4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)
7. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari)
85,6
1
≥ HPP
CV < 10% 85,0 2.019
56,3
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 6
6.
Tercapainya keamanan pangan segar
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)
10%
80% (dibawah ambang batas)
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 7
BAB II PERBANDINGAN PROGRAM DAN KEGIATAN
RENJA, RENSTRA
2.1 Program dan Kegiatan
Berdasarkan sasaran strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung dijabarkan dalam program-program Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung yaitu:
1. Peningkatan Disiplin Aparatur
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran
3. Pelayanan Administrasi Perkantoran
4. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
5. Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Didalam 5 (lima) program yang terdapat di dalam renstra dan renja
tersebut tersebut terdapat beberapa kegiatan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
KODE Urusan Bidang RENSTRA Tahun 2016 APBD Tahun 2016
Pagu Indikatif Target Pagu Indikatif Target
2 5 6 7 8
URUSAN WAJIB BUKAN PELAYANAN DASAR
Pangan
15 Peningktan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan Pangan
15 3
Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu Keamanan Pangan Segar 200.000.000
15 kab/kota 0 15 kab/kota
15 5 Peningkatan, Penerapan Standar BMR (Batas Maksimum Residu) 150.000.000
15 kab/kota 96.250.000 15 kab/kota
15 6 Pengembangan Desa Mandiri Pangan 250.000.000 6 Kws 88.600.000 6 Kws
15 7 Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP 150.000.000
15 kab/kota 55.500.000 15 kab/kota
15 8 Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah 400.000.000 40 Ton 1.000.000 0 Ton
15 9 Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat 260.000.000 8 kab/kota 25.000.000 6 kab/kota
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 8
15 10
Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan Pangan 250.000.000 1 Laporan 68.850.000 1 Laporan
15 11 Pemberdayaan GAPOKTAN dalam rangka stabilisasi harga pangan 250.000.000 8 kab/kota 100.000.000 5kab/kota
15 13 Alur Distribusi Pangan 200.000.000 5 kab/kota 0 0 15 14 Kegiatan Akses Pangan 200.000.000 5 kab/kota 46.312.000 15 kab/kota
15 15 Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan OKKPD 200.000.000 12 Bulan 50.000.000 12 Bulan
15 16
Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian Yang Sudah Sertifikasi / Regristrasi / Produk yang Beredar 165.000.000 9 kab/kota 60.092.000 9 kab/kota
15 17
Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu pada ISO/IEC 17065 90.000.000 4 Laporan 14.000.000 4 Laporan
15 19
Sertifikasi,Registrasi Produk Labelisasi Prima 3 mendukung Terminal Agrobisinis 250.000.000
45 Pelaku_usaha 146.588.000
35 Pelaku_usaha
15 20 Audit Internal 75.000.000 30 Orang 8.170.000 20 Orang
15 21
Promosi Produk Unggulan Lampung Yang Sudah Sertifikasi/Registrasi 110.000.000 2 Kali 25.000.000 1 Kali
15 22
Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Pertanian di Lokasi Sentra 100.000.000 3 kab/kota 0 0 kab/kota
15 25
Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan 300.000.000
15 kab/kota 65.080.000 15 kab/kota
15 26 Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional 150.000.000
6 Pemenang 85.555.000 6 Pemenang
15 28 Promosi Pangan Segar dan Olahan 250.000.000 1 Paket 0 0
15 29 Hari Pangan Sedunia Tk. Provinsi dan Tk. Nasional 350.000.000 2 Keg 283.965.750 2 Keg
15 30 Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan 375.000.000
15 kab/kota 158.050.000 15 kab/kota
15 33
Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar 300.000.000
10 kab/kota 128.900.000 15 kab/kota
15 34 Pengembangan usaha pangan lokal 250.000.000
5 Pelaku_usaha 131.655.000
7Pelaku_usaha
15 35 Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan 200.000.000 1 Tahun 50.000.000 1 Tahun
15 37
Pengembangan Produk Pangan Segar yang Bermutu dan Bersertifikat 110.000.000
1 Dokumen 80.000.000 1 Dokumen
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 9
15 38
Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium Pengujian Mutu dan Sarana Prasarana OKKPD Provinsi Lampung (DAK+Pendampingan) 3.450.000.000 1 Laporan 2.509.989.000
1 Laporan (1 Unit)
15 39 Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil pertanian 100.000.000
10 kab/kota 0 15 kab/kota
15 40 Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga 165.000.000
10 kab/kota 26.000.000 15 kab/kota
15 41 Penyusunan Pola Pangan Harapan 250.000.000 1 Laporan 33.400.000 1 Laporan
15 42
Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) 250.000.000
15 kab/kota 37.510.000 15 kab/kota
URUSAN PENDUKUNG Non Urusan (Eks BAU)
15 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
15 2 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik 140.000.000 12 Bulan 102.000.000 12 Bulan
15 7 Penyediaan jasa administrasi keuangan 175.000.000 12 Bulan 190.900.000 12 Bulan
15 10 Penyediaan alat tulis kantor 35.000.000 12 Bulan 25.000.000 12 Bulan
15 11 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan 23.000.000 12 Bulan 16.700.000 12 Bulan
15 12
Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor 26.250.000 1 Tahun 10.000.000 1 Tahun
15 13 Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor 168.000.000 1 Tahun 0 0
15 14 Penyediaan peralatan rumah tangga 26.250.000 1 Tahun 12.500.000 1 Tahun
15 15 Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan 15.750.000 12 Bulan 16.500.000 12 Bulan
15 18 Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah 157.500.000 1 Tahun 80.205.250 1 Tahun
15 22 Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi dalam daerah 157.500.000 1 Tahun 59.426.000 1 Tahun
15 46 Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPD 69.140.000 1 Paket 87.600.000 1 Paket
15 56 Penatausahaan Aset Daerah 10.500.000 1 Tahun 7.000.000 1 Tahun
16 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
16 20 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional 210.000.000 12 Bulan 100.000.000 12 Bulan
16 24 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor 157.500.000 12 Bulan 9.000.000 12 Bulan
16 29 Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor 24.150.000 1 Paket 10.000.000 1 Paket
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 10
17 Program Peningkatan Disiplin Aparatur
17 2 Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya 100.934.000 1 Paket 0 1 Paket
17 19 Peningkatan SDM dan Budaya Kerja BKPD Prov. Lampung 61.425.000 1 Tahun 3.600.000 1 Tahun
20
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
20 7
Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD- 115.500.000 1 Laporan 43.500.000 1 Laporan
20 8 Penyusunan Rencana Kerja (RenJa) dan RKA SKPD- 105.000.000
2 Dokumen 33.507.000 2 Dokumen
11.578.399.000 5.182.905.000
Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa semua Program dan
Kegiatan yang terdapat pada Rencana Kerja yang dibiayai Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2016 terdapat pada Rencana
Strategis (Renstra) 2015-2019.
Untuk target-target yang direncanakan pada Renstra sedikit
berbeda dengan dengan Target yang didanai oleh APBD Tahun 2016 hal
ini disebabkan oleh optimalisasi APBD Tahun 2016.
2.2 Kesesuaian Program dan Kegiatan antara Renstra dan Renja SKPD
Berdasarkan Program dan Kegiatan yang terdapat pada Rencana
Strategis (Renstra) 2015-2019 dan Rencana Kerja (Renja) 2015 telah
sesuai dan tidak ada program Renja yang tidak terdapat pada Renstra
2015-2019, namun ada beberapa kegiatan pada Rencana Strategis 2015-
2019 seperti Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu
Keamanan Pangan Segar, Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan
Hasil Pertanian di Lokasi Sentra, Promosi Pangan Segar dan Olahan,
Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil pertanian,
Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor dan Pengadaan pakaian
dinas beserta perlengkapannya tidak dapat didanai oleh Anggaran
Belanaja dan Pendapatan Daerah karena keterbasan dana sehingga
hanya program prioritas yang dapat di danai.
.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 11
2.3 Kesesuaian Target antara Renstra dan Renja SKPD
Berdasarkan Target Kegiatan antara Renstra dan Renja Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung terdapat beberapa
perbedaan antara lain:
a. Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah dari 35 Ton
menjadi 0 Ton karena terjadi perubahan Mou sehingga tidak dapat
terserapnya anggaran Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung. b. Audit Internal dari target jumlah orang yang di audit sebanyak 30
orang menjadi 20 orang
c. Jumlah Orang yang mengikuti Bimtek target Renstra 30 Orang
sedangkan Renja 25 Orang pada kegiatan Bimtek Penerapan Mutu
dan Keamanan Pangan.
d. Jumlah pelaku usaha pada kegiatan Sertifikasi,Registrasi Produk
Labelisasi Prima 3 mendukung Terminal Agrobisinis pada Renstra
sebesar 45 pelaku usaha sedangkan pada Renja hanya sebesar 35
pelaku usaha.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 12
BAB III CAPAIAN KINERJA SKPD
3.1 Capaian Kinerja SKPD
Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target
indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja
masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel
dibawah ini:
Tabel Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
70,31 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/th)
0,68 1 0,43 43 1% 43
3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp/Kg)
≥ HPP Rp.
4.100
≥ HPP Rp. 3.700
≥ HPP Rp. 3.776
100 ≥ HPP
HPP tahun 2019
belum diketahui
4. Coefisien Variasi
pangan beras di tingkat konsumen
CV : 6% CV<10%
CV : 2% 100 CV <10% 100
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
79,3 85,0 78,0
91,76 92,5 84,32
6.
Jumlah Konsumsi energi(kkal/kap/hr)
1.841,5 2.019 1.856,7 91,96 2.150 86,36
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 13
7. Jumlah Konsumsi Protein(gr/kap/hr)
49,6 56,3 50,3 89,34 57 88,25
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)
3,16 10 7,33 73,3 10 73,3
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)
91,39
80% 83,78 104,73 80% 104,73
Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU)
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, 5 indikator
menunjukkan capaian lebih dari 91, 2 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤
90, 1 indikator kinerja memiliki capaian 66 ≤ 75 dan 1 indikator menunjukkan
capaian kinerja antara ≤ 50. berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 terdapat 5 indikator
menunjukkan capaian sangat tinggi, 2 indikator menunjukkan capaian tinggi, 1
indikator menunjukkan capaian sedang dan 1 indikator menunjukkan capaian
sangat rendah.
Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016
Sangat Tinggi 55,56% Tinggi
22,22%
Sangat Rendah 11,11%
Sedang 11,11%
Tingkat Capaian IKU Tahun 2016
Sangat Tinggi 55,56%
Tinggi 22,22%
Sedang 11,11%
Sangat Rendah 11,11%
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 14
Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana
dan realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :
Tabel. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 per Triwulan
No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Satuan
Target
Tahunan
Triwulan Target Realisasi %
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan
- 85,6 Triwulan I 85,6 79,3 92,64 Triwulan II 85,6 79,3 92,64 Triwulan III 85,6 79,3 92,64 Triwulan IV 85,6 75,08 87,71
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Pesentase Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
% 1 Triwulan I 1 0,68 68 Triwulan II 1 0,68 68 Triwulan III 1 0,68 68 Triwulan IV 1 0,43 43
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Rp/kg 3.700≤ Triwulan I 3.700 ≤ 3.915 100 Triwulan II 3.700 ≤ 3.577 99 Triwulan III 3.700 ≤ 3.822 100 Triwulan IV 3.700 ≤ 3.776 100
Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen
% 10% > Triwulan I 10% > 6 100 Triwulan II 10% > 6 100 Triwulan III 10% > 6 100 Triwulan IV 10% > 2 100
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
- 85,0 Triwulan I 85,0 79,3 93,29 Triwulan II 85,0 79,3 93,29 Triwulan III 85,0 79,3 93,29 Triwulan IV 85,0 78,0*) 91,76
5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
Jumlah Konsumsi Energi
Kkal/kap/hr 2.019 Triwulan I 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan II 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan III 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan IV 2.019 1.856,7*) 91,96
Jumlah Konsumsi Protein
Gram/kap/hr
56,3 Triwulan I 56,3 49,6 88,10 Triwulan II 56,3 49,6 88,10 Triwulan III 56,3 49,6 88,10 Triwulan IV 56,3 50,3*) 89,34
6. Tercapainya keamanan pangan segar
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
-% 10 Triwulan I 10 7,4 74 Triwulan II 10 7,4 74 Triwulan III 10 7,4 74 Triwulan IV 10 7,33 73,3
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
% 80 Triwulan I 80 91,39 114,24 Triwulan II 80 91,39 114,24 Triwulan III 80 91,39 114,24 Triwulan IV 80 83,78 104,73
Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016
Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi
triwulan dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter
indikator yang spesifik, termasuk tentang metode pengukuran indikator.
Indikator yang dimaksud dan penjelasan mengapa dipergunakan proxy
indikator adalah sebagai berikut :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 15
1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi
pada pencapaian target kinerja IKU secara langsung, seperti indikator
penurunan jumlah penduduk rawan pangan.
2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran
secara periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang
biasanya dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam
kategori ini adalah PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH)
konsumsi, Konsumsi energi dan Konsumsi Protein.
Tabel Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017
No Sasaran Strategi
Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2016 Tahun 2017
Target Capaian Realisasi Target RPJMD PK
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan - 85,6 75,08 87,71 88,0 88,0
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
%/Tahun 1 0,43 43 1 1
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen Rp/Kg
HPP≤
3.700≤ 3.776 100 3.700 3.700
Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen
% <10% 2% 100 < 10% < 10%
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi - 85,0 78,0 91,76 85,9 85,9
5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
Jumlah Konsumsi Energi Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7 91,96 2.034 2.034
Jumlah Konsumsi Protein Gram/kap/
hr 56,3 50,3 89,34 56,5 56,5
6. Tercapainya keamanan pangan segar
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
% 10 7,33 73,3 10 10
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
%
80% (dibawah ambang batas)
83,78 104,73 80 % 80 %
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 16
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang
menjelaskan laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam
sub bab sebelumnya. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
memiliki 6 sasaran, yaitu :
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
6. Tercapainya keamanan pangan segar
yang diukur dengan 9 indikator, yaitu :
1. Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan
2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen
4. Coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen
5. Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi
6. Jumlah konsumsi energi
7. Jumlah konsumsi protein
8. Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi
9. Persentase tingkat keamanan pangan segar yang di uji
Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator
yang terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.
Capaian kinerja tahun 2016 merupakan capaian kinerja tahun kedua dari
periode 5 (lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung. Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun
2016 adalah sebagai berikut:
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 17
Tabel . Rencana dan Realisasi Capaian Indikator Kinerja BKPD TA. 2016
NO
Sasaran Srategis Indikatir Kinerja Satuan
2016 2019
Target Realisasi % Target RPJMD %
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
- 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
%/Tahun 1 0,43 43 1 43
3.
Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Rp/Kg HPP≤
3.700
3.776 100 HPP≤ Belum diketahui HPP nya
4. Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen
% <10% 2% 100 <10% 100
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
- 85,0 78,0*) 91,76 92,5 84,32
5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
6. Jumlah Konsumsi Energi
Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7*) 91,96 2.150 86,36
7. Jumlah Konsumsi Protein
Gram/kap/hr
56,3 50,30*) 89,34 57 88,25
6. Tercapainya keamanan pangan segar
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
% 10 7,33 73,3 10 73,3
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
% 80% (dibawah ambang batas)
83,78 104,73 80 104,73
Catatan *) Angka sementara
Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam
menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut
dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari berfungsinya output yang
telah dilaksanakan bidang yaitu Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,
Bidang Distribusi dan Harga Pangan, Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi
Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, UPT serta Sekretariat Badan
Ketahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan
Pangan Daerah tersebut dilaksanakan secara tahunan, sedangkan pengukuran
realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan tri
wulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 18
Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar
mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai
bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar
untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka
mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk
mencapai tujuan dan sasaran.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja
kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa indikator kinerja
dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung
menjadi satu dalam analisis ini. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun
2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung per indikator dapat
dijelaskan sebagai berikut :
SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN
Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagi Indonesia
mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki
dimensi yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan
pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai
subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, keterjangkauan
dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan
sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem ketersediaan pangan
mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.
Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun
produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi
volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya
serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan
pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan
yang dapat berfungsi menjaga kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan,
disamping itu juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya kekurangan pangan yang bersifat sementara disebabkan gangguan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 19
atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya karena putusnya prasarana
dan sarana transportasi akibat bencana alam.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan,
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 13. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
No Indikator Kinerja
Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan
70,31 85,60
75,08
87,71
88,70
84,64
Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2016
ini ditargetkan 85,6 dan terealisasi 75,08 atau 87,71%, meskipun pencapaian
kinerjanya belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah
tergolong tinggi yaitu mencapai 87,71%.
Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan selama lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi
Lampung 2012 – 2016
Kelompok Pangan Skor Maks
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2012 2013 2014 2015 2016
Padi-Padian Umbi-Umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-Kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-Lain
25 2,5 24
5 1
10 2,5 30
-
25 2,5
7,08 5,0
0
1,55 2,5
30,0 -
25 1,97
10,06 2,36
-
1,97 2,5 30
-
25 2,00 9,87 2,82
-
1,72 2,50
30,00 -
25 1,65 9,40 1,03
-
0,73 2,50
30.00 -
25 1,0
10,7 3,2 1,0
1,6 2,5
30,0 -
T O T A L 100 73,63 73,86 73,92 70,31 75,08 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Prov. Lampung
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 20
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung
Gambar2. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi
Lampung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan,
hanya saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakan ada
beberapa komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga
masih dibawah skor maksimal, untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan
buah ketersediaannnya sudah melebihi dari skor maksimal, sementara untuk
kelompok pangan umbi-umbian, hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di bawah skor
maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung
belum ideal yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi
Lampung belum beragam/berimbang. Dan pada tahun 2016 skor pola pangan
harapan (PPH) ketersediaan mengalami peningkatan yaitu 75,08, meskipun
mengalami peningkatan di tahun 2016 ini, tapi PPH ketersediaan menunjukkan
bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang
karena belum mencapai 100.
Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan
selama lima tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
73,63 73,86 73,92
70,31
75,08
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
SKOR PPH KETERSEDIAAN
Series 1
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 21
Tabel Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2012 – 2016
No. Komoditas Surplus (+)/Minus (-) (ton) 2012 2013 2014 2015 2016
I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Pangan Nabati Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sayur Buah Minyak Goreng Gula Pasir
889.523
1.508.442 -87.733
1.671 -2.796
6.810.249 11.125
-340.047 1.230.602
49.240 650.819
952.622
1.506.991 -91.857
1.442 -3.469
6.752.862 8.367
-360.415 1.609.894
-48.954 722.018
780.725
1.557.589 -85.814
274 -77
8.122.537 19.889
-444.243 1.481.576
-63.528 628.267
873.967
1.509.246 -80.588
7.257 -9
6.657.508 14.042
- 20.764.046
- -
1.020.287 1.315.733
- 87.702 2.440
- 1 6.101.486
1.337 - -
16.613 531.241
II. 1. 2. 3. 4.
Pangan Hewani Daging Telur Susu Ikan
-4.528 87.443
-341.961 248.798
19.134 98.106
-350.308 491.323
5.927 3.176
-362.463 367.435
-
-15.943 -
7.913
6.897 2.231
- 362.707 -
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan
pangan di Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya
energi dan protein yang telah melebihi standar yang ditetapkan melalui
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Sebagai gambaran
ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016.
No. Uraian Standar WNPG
Tahun 2012 (ATAP 2011)
Tahun 2013 (ATAP 2012)
Tahun 2014 (ATAP 2013)
Tahun 2015 (ATAP 2014)
Tahun 2016 (ATAP 2015
1
Energi (kal/kap/hr) 2.200 2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29 2.819
a. Nabati 2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63 2.686
b. Hewani 78,36 111,71 109,93 104,66 133
2
Protein (gram/kap/hr) 57 58,31 68,23 55,90 67,93 68,67
a. Nabati 49,36 55,47 43,57 55,65 51,82
b. Hewani 8,95 12,76 12,33 12,28 16,85 Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 22
Gambar 3. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2012 - 2016
Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2012 – 2016
Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah
melakukan penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan
Makanan ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang pola penyediaan
pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu. Neraca Bahan Makanan (NBM)
78,36 111,71 109,93 104,66 133,00
2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63 2.686,00
2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29 2.819,00
-
500,00
1.000,00
1.500,00
2.000,00
2.500,00
3.000,00
3.500,00
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Sumber Hewani
Sumber Nabati
Total Energi
0
10
20
30
40
50
60
70
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
8,95 12,76 12,33 12,28
16,85
51,19 49,36
55,47
43,57
51,82
66,41
58,31
68,23
55,9
68,67
Sumber Hewani
Sumber Nabati
Total Protein
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 23
digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun kebijakan ketersediaan
pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu dan
berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau
pola ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai
acuan dalam perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan
dalam penetapan kebijakan pangan dan gizi.
Pada tahun 2016 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan
sebesar 85,6 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di
Provinsi Lampung baru mencapai 75,08, masih lebih rendah dari yang di
inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi
Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil
penghitungan ketersediaan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan (NBM)
menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung masih di
dominasi oleh kelompok pangan padi-padian (66,54%), kelompok gula (7,96%),
kelompok sayur/buahan (10,97%), pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak
(5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-
kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%.
Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena
Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut
belum seluruhnya mencapai skor maksimum,. Sedangkan kelompok pangan
yang memiliki skor dibawah skor maksimal PPH yaitu kelompok umbi-umbian
sebesar 1,0 (skor maksimal 2,5), kelompok pangan hewani sebesar 10,7 (skor
maksimal 24) kelompok kacang-kacangan sebesar 1,6 (skor maksimal 10) dan
kelompok minyak dan lemak sebesar 3,2 (skor maksimal 5). Hal ini
mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang
dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor
maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam
komposisi gizi seimbang.
Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang,
maka untuk komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok umbi-
umbian, kacang-kacangan,kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan
lemak) agar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 24
lahan yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk beberapa
komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat
dimanfaatkan sebagai aset provinsi untuk di eksport guna meningkatkan
pendapatan daerah.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan
mengukur rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna
sebagai masukan bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan
meningkatkan penyediaan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
Provinsi Lampung. Untuk melihat kecukupan ketersediaan dan konsumsi,
dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi aktual dengan angka
kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan protein.
Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu
memperoleh bahan pangan. Pada tahun 2016 ini angka kecukupan energi
tingkat ketersediaan di targetkan 2.400 Kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan
neraca bahan makanan Provinsi Lampung tahun 2016 angka kecukupan energi
tingkat ketersediaan mencapai 2.819 Kkal/kapita/hari (117,45% dari target
angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.400
Kkal/kapita/hari). Dari total ketersediaan energi, sumbangan terbesar berasal
dari pangan nabati yaitu sebesar 2.686 kkal/kapita/hari atau 95,28% dan
sisanya 4,72% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari
kelompok pangan tersebut sebagai berikut :
Tabel Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya
Sumber Pangan Ketersediaan energi Ketersediaan Protein
Kkal/kapita/hari % Gram/kap/hari %
Nabati 2.686 95,28 51,82 75,46
Hewani 133 4,72 16,85 24,54
Total 2.819 100 68,67 100 Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2016
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 25
Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016
Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016
Total ketersediaan protein adalah sebesar 68,67 gram/kapita/hari atau lebih
besar 9 % dari angka yang dianjurkan yakni 63 gram/kapita/hari. Jika dilihat
sumbangannya menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi,
protein dan lemak masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 1.876
kkal/kapita/hari atau 66,55%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan
10,03%, gula 7,95%, makanan berpati 1,74%, daging 1,06%, minyak dan lemak
5,36%, ikan 2,66%, sayuran 0,99%, telur 0,92%, dan buah/biji berminyak
2,69%. Sedangkan yang memberi sumbangan yang paling kecil adalah
NABATI; 95,28%
HEWANI; 4,72%
KETERSEDIAAN ENERGI
75,46%
24,54%
Ketersediaan Protein Nabati Hewani
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 26
kelompok susu dengan ketersediaan energi yang hanya mencapai 1% per 1000
kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016
Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan
Makanan tahun 2016 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi
Lampung menurut kelompok pangan sebagai berikut :
Tabel Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th.
2016
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori % % AKE*) Bobot Skor
Aktual Skor AKE
Skor Maks
Skor PPH
Padi-padian 1.876 66,54 78,2 0,50 33,27 39,09 25,00 25,00 Umbi-umbian 49 1,73 2,0 0,50 0,87 1,02 2,50 1,0 Pangan Hewani 128 4,55 5,4 2,00 9,11 10,70 24,00 10,7 Minyak &Lemak 155 5,51 6,5 0,50 2,75 3,23 5,00 3,2 Buah/Biji Berminyak 58 2,04 2,4 0,50 1,02 1,20 1,00 1,0
Kacang-kacangan 20 0,69 0,8 2,00 1,39 1,63 10,00 1,6
Gula 224 7,96 9,3 0,50 3,98 4,67 2,50 2,50 Sayur dan Buah 309 10,97 12,9 5,00 54,85 64,44 30,00 30,00 Lain-lain - - - - - - - - Total 2.819 100 117,5 107,24 125,98 100 75,08
% KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN
Padi-Padian 66,55%
Buah-Buahan 10,03%
Gula 7,95%
Minyak dan Lemak 5,36%
Buah/Biji Beminyak 2,69%
Ikan 2,66%
Makanan Berpati 1,74%
Daging 1,06%
Sayuran 0,99%
Telur 0,92%
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 27
Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok
Pangan
Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan
berdasarkan pola pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun
2016 memiliki ketersediaan energi sebesar 2.819 kkal/kapita/hari atau lebih
17,45% dari angka kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH
75,08 yang menyatakan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung
belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.
Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas)
telah mencapai 2.819 kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 17,45% dari angka
kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH
75,08) belum ideal. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut
disebabkan karena :
1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan
tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak
seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan
2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan
kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang
Skor Maksimum
0,00
10,00
20,00
30,00 25,00
2,50
24,00
5,00 1,00
10,00
2,50
30,00
0,00
25,00
1,00
10,70
3,20 1,00 1,60 2,50
30,00
0,00 Skor Maksimum
Skor PPH
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 28
3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan
pada beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu
pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-
umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan dengan
kontribusi energi sebesar 0,69%. Kondisi ini dikarenakan produksi untuk
masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih rendah.
Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap 2015)
menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras
surplus 1.020.287 ton, Jagung surplus 1.315.733 ton, Kacang Tanah surplus
2.440 ton, Ubi Kayu surplus 6.101.486 ton, Ubi Jalar surplus 1.337 ton, cabe
merah 4.122, daging sapi 6.897 ton, daging ayam ras dan buras 7.157 ton, telur
2.231 ton, gula pasir 531.241 ton, dan minyak goreng 16.613 ton, sedangkan
untuk komoditas kedelai, kacang hijau, bawang merah, dan susu
ketersediaannya mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai minus 87.702
ton, kacang hijau minus 1 ton, bawang merah minus 315. 220 ton, dan susu
minus 362.707 ton. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi
Lampung tahun 2016 (atap 2015) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 29
Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap Tahun 2015)
No. Komoditas Produksi (Ton)
Benih/Pakan/Tercecer Ketersediaan (Ton)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Konsumsi/kapita (Kg/Kap/Th)
Total Konsumsi
(Ton)
Surplus/Minus
Ketersediaan/Konsumsi (%)
Skor % (Ton)
Padi 3.641.895 7,3 265.858 3.376.037
1. Beras 2.133.655 3,3 70.411 2.063.245 9.890.538 105,45 1.042.957 1.020.287 197,83 1
2. Jagung 1.502.800 11 165.308 1.337.492 9.890.538 2,20 21.759 1.315.733 6.146,79 1
3. Kedelai 9.815 5 491 9.324 9.890.538 9,81 97.026 - 87.702 9,61 4
4. Kacang Tanah 4.963 5 248 4.715 9.890.538 0,23 2.275 2.440 207,26 1
5. Kacang Hijau 2.445 7 171 2.274 9.890.538 0,23 2.275 - 1 99,96 3
6. Ubi Kayu 7.387.084 15 1.108.063 6.279.021 9.890.538 17,95 177.535 6.101.486 3.537 1
7. Ubi Jalar 28.494 12 3.419 25.075 9.890.538 2,40 23.737 1.337 105,63 1
8. Bawang Merah 1.987 1.987 9.890.538 33,18 317.207 - 315.220 0,63 4
Cabe Merah 31.273 31.273 9.890.538 2,84 27.151 4.122 115,18 1
9. Daging Sapi 12.337 12.337 9.890.538 0,55 5.440 6.897 226,79 1
10. Daging ayam
ras dan buras
57.203 57.203 9.890.538 5,06 50.046 7.157 114,30 1
Susu 78,19 78 9.890.538 36,68 362.785 - 362.707 0,02 4
11. Telur
(ayam,itik) 79.377 79.377
9.890.538 7,80 77.146 2.231 102,89 1
Gula Pasir 723.711 723.711 9.890.538 19,46 192.470 531.241 376,01 1
12. Minyak Goreng 129.167 129.167 9.890.538 11,38 112.554 16.613 114,76 1 Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%) Skor 2 : Swasembada ( rasio 100 – 114%) Skor 3 : Cukup (rasio 95 – 100%) Skor 4 : Defisit (rasio < 95%)
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 30
Jika dibandingkan dengan tahun 2015, pencapaian skor pola pangan harapan
(PPH) ketersediaan pada tahun 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2015
skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan mencapai 70,31 dan pada tahun
2016 naik menjadi 75,08. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok
pangan ada yang mengalami peningkatan seperti kelompok pangan umbi-
umbian, kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, dan kelompok kacang-
kacangan.
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di
bandingkan dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah
target renstra dan nasional pada tahun 2016 sebesar 85,6, sedangkan
pencapaian di tahun 2016 baru 75,08 atau baru mencapai 87,71% dari target
renstra dan nasional
Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan
(PPH) ketersediaan, antara lain :
1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk
mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya
program dan kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan
suatu wilayah.
Solusi
1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya
perlu dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju
alih fungsi lahan, serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar
2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan
melalui peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan
potensi wilayah
3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile
dan di Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat
tergantung pasokan dari luar
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 31
PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (%)
Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan
pangan, sebagai berikut :
Tabel Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan
No Indikator Kinerja
Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%)
0,68 1
0,43
43 1%
43
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan
jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% hanya bisa
dicapai 0,43% atau terealisasi 43%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran
menurunnya jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1%
tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator persentase penurunan
jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sangat rendah,
Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini
sulit untuk tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang
mempengaruhi dan harus diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan
berhubungan erat dengan kerawanan pangan yang ditinjau dalam dua dimensi:
a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat
b. Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka
panjang dan transien untuk jangka pendek/fluktuasi
Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran,
karena terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli
masyarakat. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 32
jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin sejak tahun 2011 – 2016
cenderung turun :
Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu
Jiwa) Persentase Penduduk Miskin
Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah 2012 (Maret)
2012 (Sept)
2013 (Maret)
2013 (Sept)
2014 (Maret)
2014 (Sept)
2015 (Maret)
2015 (Sept)
2016 (Maret)
2016 (Sept)
241,10
240,11
235,47
224,81
230,63
224,21
233,27
197,94
233,39
227,44
1.023,39
990,05
939,88
919,95
912,28
919,73
930,22
902,74
936.21
912,34
1.264,48
1.230,16
1.175,35
1.144,76
1.142,92
1.143,93
1.163,49
1.100,68
1.169,60
1.139,78
12,00
11,88
11,59
10,89
11,08
10,68
10,94
9,25
10,53
10,15
17,63
16,96
15,99
15,62
15,41
15,46
15,56
15,05
15,69
15,24
16,18
15,65
14,86
14,39
14,28
14,21
14,35
13,53
14,29
13,86
Sumber Data : BPS Provinsi Lampung
Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2012 -
2016
Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2012 - 2016, bahwa jumlah
penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Pada tahun 2016
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
11,88 10,89 10,68
9,25 10,15
16,96 15,62 15,46 15,05 15,24 15,65
14,39 14,21 13,53 13,86
Kota
Desa
Jumlah
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 33
penurunan penduduk miskin sebesar 0,43% sementara target nasional dan
target Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung Pada tahun 2016 dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu
1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung
tahun 2016 dalam menurunkan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1%
per tahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari rata-rata
penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08%
menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung
selama lima tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk
rawan pangan.
Tabel Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2016
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Target Nasional 1% 1% 1% 1% 1%
Target Renstra 1% 1% 1% 1% 1%
Realisasi Capaian
Kinerja
0,92% 1,26% 0,18% 0,68% 0,43%
Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan
0,92%
1,26%
0,18%
0,68%
0,43%
1% 1% 1% 1% 1%
0,00%
0,20%
0,40%
0,60%
0,80%
1,00%
1,20%
1,40%
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Realisasi Kinerja
Target Renstra
Target Nasional
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 34
Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung dalam rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu
:
a. Pengembangan desa mandiri pangan
b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP
c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah
d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat
e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan.
f. Akses Pangan
g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
Pada tahun 2016 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan
pemantauan dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan
pembinaan dan pemantauan di 6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil
pemantaun dan pembinaan, dampak dari kegiatan pengembangan desa mandiri
pangan, antara lain :
· meningkatkan kelembagaan khususnya Kelompok Afinitas dan Lembaga
Keuangan Desa (LKD) namun masih kurang untuk Tim Pendamping Desa
(TPD)
· Menurunkan tingkat kemiskinan
· Menurunkan kerawanan pangan
· Meningkatkan tahan pangan
· Meningkatkan pola pikir
Pada tahun 2016 ini ada 6 kawasan desa mandiri pangan tahap pengembangan
yang tersebar di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan,
Tanggamus, Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Lampung Barat. Dari Hasil
pembinaan dan pemantauan untuk kegiatan kawasan mandiri pangan ini
dampaknya belum terlihat karena rata-rata pemberian bantuan modal dari
anggaran APBN ke kawasan desa mandiri pangan untuk usaha kelompok belum
menunjukkan perubahan yang signifikan, pada umumnya dana tersebut untuk
usaha pertanian, seperti menanam bawang merah, jahe, memelihara ikan dsb.
Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi
pangan dan Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 35
penyebab dominan yaitu indikator ketersediaan, dari 15 Kabupaten tidak ada
satupun dalam kondisi aman, untuk faktor ketersediaan pangan dalam kondisi
waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur,
Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, dan Tulang Bawang Barat,
sementara Kabupaten yang dalam kondisi rawan yaitu Kabupaten Lampung
Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan
Metro. Dari hasil analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif
serealia dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan
pangan yang baik, hanya di Kota Metro dan Kota Bandar Lampung. Sedangkan
akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan aman, dari 15
Kabupaten tiadak ada yang posisi rawan, untuk akses pangan di Provinsi
Lampung dalam kondisi aman dan waspada. Sementara untuk indikator
pemanfaatan pangan di Provinsi Lampung masih relatif aman, hanya Kabupaten
Tanggamus dan Bandar Lampung yang kondisi rawan untuk pemanfaatan
pangannya. Jika dilihat secara keseluruhan dari ketiga indikator (Komposit)
yang dalam kondisi aman hanyalah Kabupaten Pringsewu, kondisi waspada
yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah,
Pesawaran, Mesuji dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang rawan
jika dilihat dari ke tiga indikator tersebut yaitu Tanggamus, Lampung Selatan,
Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro.
Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di 2.632
desa di bagi dalam 4 kelompok prioritas, yaitu : 130 desa/pekon pada prioritas
1, 358 desa/pekon pada prioritas 2, 719 desa/pekon prioritas 3, 1.425
desa/pekon prioritas 4.
Faktor yang menyebabkan desa/pekon tersebut menjadi rawan terhadap
kerentanan pangan disebabkan oleh :
a. Tingginya rasio rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah rata-
rata 0,2004. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 2 – 4 rumah tangga dari 10
rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
b. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar
dengan rata-rata data rasio sebesar 0,0831 hal ini diasumsikan bahwa
terdapat 7 – 8 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki
sanitasi yang baik.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 36
c. Tingginya Rumah Tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dengan
rata-rata 0,0369. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga
dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air bersih.
d. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih
dengan rata-rata 0,2450. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah
tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
Pada tahun 2016 kegiatan cadangan pangan tidak direalisasikan karena adanya
surat dari bulog Nomor 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang
perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi
adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog no. KD-
199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan
melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai kompensasi
terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Pada tahun 2016 ini kegiatan
cadangan pangan pemerintah daerah tidak direalisasikan karena adanya surat
dari bulog nomor : 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang
perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi
adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog No. KD-
199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan
melakukan penyesuaian harga terhadap stok milik Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung yang dititipkan di gudang bulog sebagai kompensasi
terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat tersebut
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan
pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena
belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan surat penyesuaian harga tersebut terhadap stok cadangan pangan
pemerintah yang sudah dititipkan di bulog. Sehingga pada APBD-P tahun 2016
kegiatan cadangan pangan anggarannya diubah.
Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan
pangan pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di
masyarakat yaitu lumbung pangan masyarakat. Berdasarkan Undang-undang
No. 18 tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 37
sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata
dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih bersifat sosial dan
sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat di musim paceklik.
Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan
alternatif dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam
suatu organisasi modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata
mengalami kegagalan dan menyebabkan petani selalu berada dalam posisi
lemah. Berdasarkan hasil penelitian PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan
bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa daerah terbukti memiliki daya
adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga alternatif yang diintervensi
dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif dalam melayani
kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani kebutuhan
finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung.
Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara
sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi
salah satu lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah
salah satu kelembagaan yang ada di masyarakat yang telah lama berperan
dalam pengadaan pangan terutama dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi
perlu dilakukan, mengingat (1) keberadaan lumbung pangan pada akhir-akhir
ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan sistem perdagangan dan
berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; (2) terjadinya reformasi
peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang sebagai salah satu
solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik (cadangan pangan) di pedesaan
dan perkotaan; dan (3) terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai
program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah
satu alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangan/defisit pangan
di musim paceklik, serta merosotnya harga pangan (padi) pada saat panen raya
di wilayah sentra produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
sejak tahun 2011 melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan
masyarakat, dan pada tahun 2016 pengembangan lumbung pangan masyarakat
untuk pengisian lumbung dianggarkan dari dana APBN, masing-masing
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 38
lumbung mendapat anggaran Rp. 20.000.000,- untuk pengisian lumbung.Pada
tahun 2016 di targetkan untuk 38 lumbung dan terealisasi 38 lumbung yang
berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat, yaitu :
No. Nama Kelompok Alamat Lumbung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Bangun Karya I Jaya Lestari Karya Maju Margo Seto Mekar Jaya Rejosari II Subur Makmur Suka Maju Sumber Rejeki Harapan Tani II Baru Muncul Mugi lestari Rukun Sentosa Sido Dadi Sido Makmur Sido Dadi Trimo Maju Tunas Baru I Tunas Remaja Untung Jaya Ngudi Makmur Tani Maju Setia Bakti Tirta Waru Flamboyan Harapan Jaya Sederhana Sumber Nabati Tri Kencana Tani Maju Muda Karya Sumber Makmur Ngudi Agung Ngudi Santoso Ngudi Luhur Mekar Sari Margo Mukti II
Kp. Daya Sakti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Sumber Rejo, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Makarti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Gunung Timbul, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Karta Sari, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mulya Asri, Tulang Bawang Tengah, Tuba Barat Kp. Mekar Yekti Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Margo Dadi, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Gunung Menanti, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mekar Sari Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Panca Marga, Batu Putih, Tulang Bawang Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Murni Jaya, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Mulya Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Karta Sari, Tuba Udik, Tulang Bawang Tengah Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Toto Katon, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar Tulang Bawang Barat Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Tiyuh Tunas Asri, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Mulya Jaya Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Panaragan, Tuba Tengah, Tulang Bawang Barat Kp. Candra Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Kata Raharja, TB. Udik, Tulang Bawang Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Penumangan Baru, TB. Tengah, Tuba Barat
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 39
Sementara untuk pembinaan dan pemantauan lumbung melalui dana APBD
tahun 2016, didapatkan hasil dana bansos cair pada saat petani tidak ada
panen, maka rata-rata kelompk lumbung membeli gabah cukup tinggi yaitu
antara Rp. 4.500 – Rp. 5.000, tapi masih sesuai dengan RUK. Dari hasil
pembinaan dan pemantauan diharapkan kelompok lumbung meningkatkan
pertemuan rutin untuk membahas kegiatan kelompok agar dalam pengelolaan
lumbung ini bisa berhasil dan bermanfaat. HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) DI TINGKAT PRODUSEN DAN KOEFISIEN VARIASI PANGAN (BERAS) DI TINGKAT KONSUMEN
Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan
kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga
bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan,
permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar
internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli
masyarakat, kesejahteraan petani/produsen, dsb. Dengan menganalisis
informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang
diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan
ketahanan pangan.
Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di
tingkat produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen
No Indikator Kinerja Capaian 2014
Tahun 2015 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2015 terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
2.
Harga Gabah Kering Panen (GKP)) di Tingkat produsen
Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
3.557 (HPP : 3.300)
CV : 6%
≥ HPP (3.700)
CV<10
%
≥ HPP (4.000)
CV =
2%
100
100
≥ HPP
CV<10%
HPP tahun 2019
belum diketahui
100
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 40
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan
yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan
pemantauan, pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan analisis data.
Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap
kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data
harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perumusan kebijakan. Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan
pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi
yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.
Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan
kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi
beberapa aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan,
kelancaran arus distribusi pangan dan pengaturan impor pangan, misalnya
beras dan kedelai.
Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam
negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan
menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.
Situasi harga tahun 2016 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi
Lampung sebagai berikut :
Tabel Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016
Nama Bahan Pangan Harga Rata-Rata per Kg Produsen Grosir Eceran
Padi.Gabah - GKP - GKPG - GKG
3.776 4.049 4.603
- - -
- - -
Beras - Premium - Medium - Asalan
8.719 8.034
-
9.937 8.797 7.982
10.558 9.374 8.505
Kacang kedelai - Kering 6.268 8.648 9.962 Jagung pipilan kering
- Kering 3.052 4.371 5.363
Cabe - Merah Keriting 26.081 34.750 39.415 Bawang Merah - Bawang Merah 28.520 31.604 36.110 Daging - Sapi di tingkat - 103.661 -
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 41
pemotong - Sapi hidup tingkat
peternak - Daging sapi murni - Ayam broiler/potong
- - -
45.440 -
27.194
- 116.755
30.808
Telur - Ayam ras - 19.153 21.183 Gula Pasir - Dalam Negeri/Lokal - 12.889 14.201 Minyak Goreng - - 12.279 Tepung Terigu - - 7.451
Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen dilihat
dari tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari
harga pembelian pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015,
Harga HPP Tahun 2016 untuk Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700/kg.
Berdasarkan Panel harga yang dilakukan dihasilkan harga gabah kering panen
di produsen pada tahun 2016 di Provinsi Lampung mencapai Rp. 3.776/kg atau
lebih tinggi 2,05% dari harga pembelian pemerintah (HPP).
Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen
Koefisien variasi (CV) merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan
untuk membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang
berbeda atau perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang
dinyatakan dengan persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan
untuk mengetahui tingkat kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil,
maka harga tersebut semakin stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV,
maka harga komoditas tersebut tidak stabil. Kondisi kestabilan harga pangan
tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2016 di Provinsi Lampung
No. Komoditas Tahun 2016
Target CV Realisasi CV Ket.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jagung Pipilan Kering Biji Kedelai Kering Beras Premium Beras Medium Beras Termurah Bawang merah Cabai Merah Keriting
5 5 5 5 5
25 25
2 3 2 2 2 7
35
S S S S S S
TS
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 42
8. 9. 10. 11. 12. 13.
Gula Pasir Lokal Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi Murni Tepung Terigu Minyak goring
10 10 10 10 10 10
6 4 5 2 2 4
S S S S S S
Keterangan :CV : Koefisien Variasi S : Stabil TS : Tidak Stabil
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi
Pangan (Beras) di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV < 10%. Dari
Tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 harga beras baik yang
kualitas premium, medium ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang
ditunjukkan dengan nilai CV < 10%.
Tabel Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 – 2016
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
Tahun
2016
Target Nasional
(>HPP)
Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700
Target Renstra
(>HPP)
Rp. 3.300 Rp.3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700
Capaian Kinerja Rp. 3.453 Rp. 3.350 Rp. 3.557 Rp. 4.067 Rp. 3.776
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di
tingkat produsen dari tahun 2012 – 2016 sudah diatas harga pembelian
pemerintah (HPP). Dan pencapaian koefisien variasi pangan (beras) di tingkat
konsumen jika dibandingkan dengan target nasional dan target renstra dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 - 2016
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
Tahun
2016
Target Nasional CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
Target Renstra CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
Capaian Kinerja CV : 2% CV : 2% CV : 6% CV : 6% CV : 2%
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 43
Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki
topografi yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung
sektor tersebut (produksi, pengolahan, dan penyimpanan) bervariasi dari satu
wilayah dengan wilayah lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa
wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen
raya sehingga petani, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani selalu
dihadapkan pada berbagai masalah :
- Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan,
penyimpanan, pendistribusian/pemasaran
- Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan
dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya
dengan harga rendah kepada para pelepas uang (pedagang perantara)
- Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena
tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah,
menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat
menyebabkan :
- Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat
terjadi panen raya
- Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik
Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani,
gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui
Kementerian pertanian cq Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah
mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan
gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui kegiatan
penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan-PLDPM). Dan
melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap
gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN.
Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering
panen (GKP) di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan (beras) di
tingkat konsumen yaitu melalui kegiatan
a. Pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 44
b. Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan
Dalam rangka untuk mewujudkan sasaran stabilnya harga pangan pokok di
tingkat produsen dan konsumen dengan indikator kinerja harga gabah kering
panen (GKP) di tingkat produsen dan indikator coefisien variasi pangan beras di
tingkat konsumen, salah satunya melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan
dalam rangka stabilisasi harga pangan. Masalah yang sering di hadapi oleh
Gapktan ataupun poktan antara lain :
1. Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan,
penyimpanan, pendistribusian/pemasaran;
2. Posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan
dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya
dengan harga rendah;
3. Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena
tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidak berdayaan petani dalam mengolah, menyimpan dan
pendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :
1. Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat panen
raya
2. Kekurangan pangan pada saat musim paceklik.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani/Gapoktan di daerah sentra
produksi padi dan jagung, maka pemerintah melalui kementerian pertanian Cq.
Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN
untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehingga mempunyai
akses terhadap pangan melalui Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat ( Penguatan LDPM). Provinsi Lampung dari tahun 2009 sampai
tahun 2016 telah mengalokasikan anggaran APBN untuk PLDPM kepada 113
gapoktan yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung
Tengah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Tulang Bawang, Tanggamus,
Lampung Timur, Way Kanan dan Kota Bandar Lampung. Gapoktan yang sudah
masuk ke tahap mandiri, untuk pembinaannya dilanjutkan dengan dana yang
dialokasikan dari APBD Provinsi Lampung. Pembinaan, monitoring dan evaluasi
PLDPM tahap mandiri (PLDPM tahun 2009 - 2012) pada tahun 2016
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 45
dilaksanakan di 83 Gapoktan di 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung
Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Lampung Selatan dan Tanggamus.
Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Perkembangan Unit Distribusi/Pemasaran
Tahun 2009 gapoktan yang mendapat dana P- LDPM sebanyak 25
gapoktan, tahun 2010 sebanyak 20 Gapoktan, Tahun 2011 sebanyak 17
Gapoktan, dan tahun 2012 sebanyak 21 Gapoktan, total Gapoktan yang
mendapat dana P-LDPM dari tahun 2009 – 2012 sebanyak 83 Gapoktan.
Dana pada unit distribusi mengalami kenaikan sebesar 10,8% untuk
Gapoktan Tahun 2009, untuk Gapoktan tahun 2010 naik 11%, Gapoktan
Tahun 2011 naik sebesar 10,7% dan perkembangan dana bansos
gapoktan tahun 2012 sebesar 9,5%.
2. Perkembangan Unit Cadangan Pangan
Perkembangan pada unit cadangan pangan sangat kecil hal ini
dikarenakan unit ini diasumsikan oleh anggota sebagai unit sosial, stok
cadangan pangan di butuhkan padaa saat paceklik dan dikembalikan
pada saat panen dengan penambahan sebanyak 5 – 10%.
Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang
dihadapi, antara lain :
1. Jaringan pemasaran gapoktan belum/kurang luas, masih sebatas antar
desa/kecamatan
2. Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan
modal untuk saprodi
3. SDM gapoktan yang belum memadai
4. Masih rendahnya mutu/kualitas gabah/jagung anggota gapoktan/petani
5. Sarana transportasi yang kurang mendukung (jalan rusak, jarak jauh, dll)
sehingga biaya angkut jadi tinggi
6. Pembukuan dan pelaporan yang dibuat oleh gapoktan masih banyak
yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan.
7. Pengurus Gapoktan kurang tertib dalam mengisi pembukuan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 46
8. Masih banyak pendamping yang kurang dalam melakukan pembinaan
terhadap gapoktan yang menjadi tanggungjawabnya dengan alasan
kesibukan diluar tugas sebagai PPL.
Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani
terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya
bantuan modal dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli
kelompok terhadap hasil produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga
tetap stabil baik pada saat panen raya ataupun pada saat musim paceklik dan
harga bisa diatas harga pembelian pemerintah (HPP), harga tidak lagi
dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen raya harga jual
turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani. Dan
diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok
tani/kelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis.
Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah
ketergantungan pada alam (musim) dan antisipasi pemasaran . Dengan
ketergantungan yang tinggi pada ketersediaan air hujan dan pemasaran
menghadapi hari-hari besar, makan sebagian besar sentra produksi pangan
mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga mengalami pola panen
serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang luas, maka disebut
dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil panen
yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani
mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah
ditingkat petani umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah (HPP)
dan harga panen asal temak/ikan di tingkat petani kadang-kadang berada di
bawah harga biaya produksi.
Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen
(petani) sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman
fluktuasi tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada
giliranya juga berdampak pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga petani. Lemahnya daya "Tawar" petani sangat dipengaruhi oleh
tersedianya modal usaha, tingkat penerapan teknologi pasca panen,
ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi prasarana
angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, "Cash Flow", petani pada umumnya
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 47
segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses
pengolahan dan penyimpanan terlebih dahulu.
Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil
pertanian pada saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem
"tunda jual " yang sesuai dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal
sistem tunda jual di daerah sentra produksi pangan bertujuan untuk
memperkuat permodalan kelompok tani yang selama ini masih menjadi kendala
besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini maka posisi tawar
dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian, sasaran
untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah/rumah
tangga dapat terealisasi.
Distribusi pangan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk menyalurkan
produk komoditas pangan dari produsen agar dapat sampai ke konsumen
secara tepat waktu dan jumlah yang cukup serta terjangkau oleh daya beli
masyarakat. Aspek distribusi dalam hal ini sangat berperan dalam rangka
stabilisasi harga pangan, sehingga ketersediaan data dan informasi distribusi
pangan yang terkini serta mudah di akses merupakan salah satu upaya untuk
mengantisipasi permasalahan distribusi. Pada tahun 2016 kegiatan mobilitas
pangan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Way
Kanan, Mesuji, dan Kota Bandar Lampung, komditas yang di pantau yaitu
gabah/beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur
ayam ras dan pangan pokok lainnya. Pelaksanaan pengamatan mobilitas dan
pasokan komoditas pangan di Kabupaten/Kota yang berupa jembatan timbang
gayam dan way urang Kabupaten Lampung Selatan, Way Umpu Kabupaten Way
Kanan dan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji. Pelabuhan laut dan pelabuhan
sungai : pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung, pelabuhan Labuhan
Marunggai, Lampung Timur, pelabuhan Kota Agung Kabupaten Tanggamus,
Pasar Induk : Pasir Gintung Kta Bandar Lampung.
Pencapaian indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan
koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen pada tahun 2016 ini
telah memenuhi target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra
maupun target nasional.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 48
Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat
Produsen dan indikator koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat
konsumen menemui beberapa masalah di antaranya :
1. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil-
hasil pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan
konsumen pangan khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik
dan hari-hari besar disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan
peraturan untuk menjamin siste pemasaran yang adil dan
bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras dan lunak untuk
mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya kemampuan
teknis petugas dan pelaku pemasaran.
2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang
memadai serta terjadinya bencana alam
3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah
bersaing dengan para tengkulak
4. Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin
kemitraan, baik dengan pihak perbankan maupun pihak swasta
5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan
usahanya
6. Kualitas SDM yang masih kurang
7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi
masih berantakan
Solusi
1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran
serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana
umum distribusi serta pengaturan agar proses distribusi pangan
terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga peran
masyarakat baik bersifat individu skala kecil, usaha kelompok/koperasi
hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha distribusi di bidang
jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan perlu terus
di tinngkatkan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 49
2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan
program dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui
peningkatan pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan
kelembagaan distribusi pangan masyarakat serta peningkatan akses
pangan.
3. Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin
kemitraan agar usahanya lebih berkembang
4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis
melalui pelatihan dan pendampingan
5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek
SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KONSUMSI, JUMLAH KONSUMSI ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN
Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Indikator
Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu,
karena kegiatan yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut
sama.
Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di
Badan Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi,
identifikasi, pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan
penganekaragaman pangan.
Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan
aman berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan
ketahanan pangan daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman
pangan. untuk meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan, antara lain : Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi
pangan (pelatihan bagi petugas/aparat Kabupaten/Kota), Lomba cipta menu
tingkat Provinsi dan Nasional, Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP), Promosi P2KP, Pengembangan
usaha pangan lokal.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 50
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) Konsumsi,
Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2016 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun 2016
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap
2019 (%) Target Capaian %
1.
2.
3.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)
Jumlah Konsumsi Protein (Gr/kap/hr)
79,3
1.841,5
49,6
85,0
2.019
56,3
78,0*)
1.856,7*)
50,3*)
91,76
91,96
89,34
87,7
2.064
57
88,94
89,96
88,25
Sumber data : BKPD Prov. Lampung Keterangan *) Angka Sementara Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah
susunan keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari
kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola
ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO –RAPA (1989) mendefinisikan
PPH sebagai komposisi kelomok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.Dengan demikian PPH
merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi
keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi
kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi
daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi
pangan penduduk dapat dilihat dari skor pangan (dietary score) dan dikenalnya
sebagai skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin
berimbang dan seimbang.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 51
Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang
akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut
mencakup kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan
lemak, buah/biji berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor
PPH di nilai dengan angka 100.Kegunaan PPH merupakan instrummen
sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah
maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang dinyatakan dalam skor
PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi
pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi
pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman
dalam evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan
penduduk, baik secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada
tahun 2016 ini, skor PPH di Provinsi Lampung ditargetkan 85,0 dan ternyata
dari hasil analisis target PPH tahun 2016 tercapai yaitu 78,0 (Angka Sementara),
seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori % % AKE*) Bobot Skor
Aktual Skor AKE
Skor Maks
Skor PPH
Padi-padian 1.038,4 55,9 51,9 0,5 28,0 26,0 25,0 25,0 Umbi-umbian 25,9 1,4 1,3 0,5 0,7 0,6 2,5 0,6 Pangan Hewani 160,5 8,6 8,0 2,0 17,3 16,0 24,0 16,0 Minyak &Lemak 284,4 15,3 14,2 0,5 7,7 7,1 5,0 5,0 Buah/Biji Berminyak 59,8 3,2 3,0 0,5 1,6 1,5 1,0 1,0
Kacang-kacangan 75,5 4,1 3,8 2,0 8,1 7,6 10,0 7,6
Gula 100,7 5,4 5,0 0,5 2,7 2,5 2,5 2,5 Sayur dan Buah 81,1 4,4 4,1 5,0 21,8 20,3 30,0 20,3 Lain-lain 30,5 1,6 1,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total 1.856,7 100 92,8 87,9 81,6 100 78,0
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara
Untuk skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi tahun 2016 yang ditampilkan
pada tabel diatas merupakan angka sementara (ASEM) karena angka tetapnya
baru akan keluar sekitar bulan Juni 2017.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 52
Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beras/padi-
padian, sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu
perlu ditingkatkan kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan
pangan dari umbi-umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga
masih kurang, masih bisa ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung
merupakan penghasil ikan dan daging yang cukup besar. Untuk itu gerakan
makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan, namun yang lebih penting
lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harga produk
hewani cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan rumah
pangan lestari (KRPL) di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun
bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan era global. Untuk itu, tubuh
memerlukan makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan
kebutuhan untuk dapat menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.
Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat
gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang
cukup dan tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu
manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses
dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut akan terpenuhi bila pangan yang kita
konsumsi beragam, karena secara alami komposisi setiap jenis bahan pangan
memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu, sehingga dengan
mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang lainnya
akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga
mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan
memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan.
Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman
konsumsi pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih
beranekaragam, seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup
(Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman) yang dimulai dari masing-masing
rumah tangga.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 53
Tabel Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2012 2013 2014 2015 2016
Target Nasional 89,8 91,5 93,3 84,10 86,2
Target Renstra 89,8 91,5 93,3 84,10 85,0
Realisasi Kinerja 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0
Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun 2012 - 2016
Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari); Jumlah Konsumsi Protein
(gr/kapita/hari)
Pada tahun 2016 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 1.856,7
kkal/ kapita/hari dari target 2.019 kkal/kapita/hari atau 91,96%, sedangkan
untuk jumlah konsumsi protein terealisasi 50,3 gram/kapita/hari dari yang
ditargetkan sebesar 56,3 atau 89,34%. Untuk kedua indikator yaitu jumlah
konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein capaian kinerjanya termasuk
tinggi karena pencapainnya antara dari 76 ≤ 90%. Secara rinci pencapaian
jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
70
75
80
85
90
95
2012 2013
2014 2015
2016
89,8 91,5
93,3
84,1 86,2
89,8 91,5 93,3
84,1 85
86,5
84,3 83,4
79,3 78
Target Nasional
Target Renstra
Realisasi Kinerja
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 54
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2016
No Indikator Kinerja
Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
2.
Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)
Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hr)
1.841,5
49,6
2.016
56,3
1.856,7*)
50,3*)
92,10
89,34
2.064
57
89,96
88,25
Sumber Data BKPD Prov. Lampung
Keterangan *) Angka Sementara
Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi
dalam satuan Kkal/Kap/Hari atau Gram/Kap/Hari. Penilaian aspek ini ditinjau
dari volume pangan yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung
bahan pangan. Kedua hal tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi
pangan sudah dapat memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang
dikenal dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( WNPG). Untuk menilai kuantitas
konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi
(TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan
bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma
atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain
juga akan terpenuhi dari konsumsi pangan.
Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada
aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya
beranekaragam makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi
bahan pangan lainnya.
Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan
disajikan pada tabel di bawah ini :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 55
Tabel Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016
PPH Jumlah
Konsumsi
Energi
Jumlah Konsumsi
Protein
Target Nasional
Target Renstra
Capaian Kinerja
86,2
85,0
78,0*)
2.040
2.019
1.856,7*)
56,4
56,3
50,30*) Keterangan *) Data Sementara
Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2016
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2016 untuk
indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi protein
dan jumlah konsumsi energi masih dibawah target nasional dan target di
renstra.
Perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, konsumsi energi dan
konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012 – 2016 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
86,2 56,4
2.040
85,0 56,3
2.019
78,0 50,3
1.856,7
0
500
1000
1500
2000
2500
PPH Konsumsi Protein Konsumsi Energi
Target Nasional
Target Renstra
Realisasi Kinerja
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 56
Tabel Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 -
2016
Uraian Th. 2012 Th. 2013 Th.
2014 Th. 2015 Th. 2016
Skor PPH Konsumsi
86,5 84,3 83,4 79,3 78,0*)
Jumlah Konsumsi Energi
2.228 2.156 2.067 1.841,5 1.856,7*)
Jumlah Konsumsi Protein
59,5 57,2 54,8 49,6 50,3*)
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : *) Angka Sementara
Grafik 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
86,5
84,3 83,4
79,3 78,0
72
74
76
78
80
82
84
86
88
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
SKOR PPH KONSUMSI
PPH
2.228,0 2.156,0 2.067,0 1.841,5 1.856,7
0,0
500,0
1.000,0
1.500,0
2.000,0
2.500,0
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 57
Grafik 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012-
2016
Grafik 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012-
2016
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan (PPH)
konsumsi masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada
beragam, bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA), PPH konsumsi dari tahun 2012 –
2016 terjadi penurunan, hal ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data
BPS dan BKP Pusat. Dan pada tahun 2015 terjadi perubahan cara penghitungan
dalam pengelompokan jenis pangan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dalam meningkatkan skor PPH konsumsi ini yaitu melalui beberapa kegiatan
diantaranya terus mensosialisasikan dan mengkampanyekan keseimbangan
pangan melalui lomba cipta menu dan makanan sehat, pameran dan
penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK.
upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain :
a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional
c. Pengembangan usaha pangan lokal
Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua
aspek penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi (% AKE) dan aspek kualitas
konsumsi (mutu Konsumsi : Skor PPH). Mutu pangan atau kualitas pangan
59,5
57,2
54,8
49,6 50,3
44 46 48 50 52 54 56 58 60 62
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Konsumsi Protein
Konsumsi Protein
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 58
dalam hal ini dapat mencakup aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan
mikrobiologi/aspek keamanan pangan, aspek organoleptic dan aspek gizi.
Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada
aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukan hanya
beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga anekaragaman
konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan yang
dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak
ada satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup
jumlah jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan
Pola Pangan Harapan (PPH). Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung
menggunakan pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin
beragam dan komposisinya semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman
konsumsi pangan berada di bawah anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat
perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengetahuan pangan
dan gizi.
Pada tahun 2016 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan
Ketahanan Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya
melalui kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran
anak SD/usia dini, petugas Kabupaten/Kota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan
kelompok wanita tani di 3 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Utara,
Way Kanan dan Bandar Lampung. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi kelompok tani dan anak-anak SD
dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan
aman (B2SA).Serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pokok beras.
Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan
sosialisasi gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan
beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) kepada tim penggerak PKK,
karena tim penggerak PKK merupakan organisasi wanita yang mempunyai
anggota sampai pada tingkat desa, oleh karena itu TP_PKK merupakan mitra
yang sangat cocok dan tepat dalam mensosialisasikan dan menyebarluaskan
gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan
konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung tombak dalam
menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 59
Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam,
bergizi, seimbang dan aman (B2SA), maka Badan Ketahanan Pangan Daerah
harus melakukan sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta mengubah pola konsumsi
pangan masyarakat menuju beragam, bergizi, seimbang dan aman. Dalam
rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan daerah
melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yang
diikuti oleh perwakilan dari Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung. Pada tahun
2016 ini lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 10
Oktober 2016 yang diikuti oleh 13 tim penggerak PKK Kabupaten/Kota. Adapun
2 Kabupaten tidak ikut yaitu Lampung Timur dikarenakan tidak dianggarakan
oleh APBD setempat dan Kab. Tulang Bawang karena harus menyiapkan diri
mengikuti LCM tingkat nasional tahun 2016 sebagai wakil Provinsi Lampung,
karena pada tahun 2015 Kabupaten Tulang Bawang menjadi pemenang di LCM
tingkat Provinsi.
Lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) ini merupakan
salah satu upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu
rumah tangga dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan
diversifikasi penganekaragaman pangan, dan diharapkan dapat diterapkan di
tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju
ketahanan pangan nasional.
Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber
daya lokal dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha
pengolahan pangan lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin
sulit berkembang dan makin terpinggirkan oleh produk-produk makanan
produk industri yang umumya berbahan baku terigu. Pada tahun 2016, Badan
Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung memberikan bantuan alat
penepung kepada kelompok wanita di 7 Kabupaten, yaitu
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 60
No Nama Kelompok Ketua Kelompok Kecamatan Kabupaten
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tlawung Sari
Tresno Maju
Dewi Sri
Kuntum Berseri
Serunai
Karya Sejahtera
Permata Bunda
Samitri
Hindun Muasoma
Dewi Novita Sari
Suparni
Titik Sadarsih
Darsilah
Tri Handayani
Gunung Sugih
Way Kenanga
Tanjung Raya
Sumberejo
Gading Rejo
Tanjung Sari
Bengkunat
Lampung Tengah
Tlg. Bawang Barat
Mesuji
Tanggamus
Pringsewu
Lampung Selatan
Pesisir Barat
Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan
(PPH) konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai
berikut :
Masalah
1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan
pangan secara umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat
disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan
sehingga kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan
masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta masih rendahnya
konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur dan buah
2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan
asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal
3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan
pokok bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih
relative lebih tinggi daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan
yang salah dimasyarakat yaitu belum makan kalau belum makan nasi serta
masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi dalam penganekaragaman
konsumsi pangan melalui berbagai media.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 61
Solusi
1. Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya
pemanfaatan pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga.
2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan
keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola
konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam
diversifikasi konsumsi pangan.
3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan
makanan tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha
dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal (MP3L)
PENINGKATAN PRODUK PANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI (%)
Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada
tahun 2016 sebesar 10% dan terealisasi 7,33% atau 73,3%. Secara rinci di
sajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
No Indikator Kinerja Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1..
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
10% 7,33%
73,3%
10% 73,3%
Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi baru mencapai 7,33% dari yang ditargetkan. Target renstra dan
tar get nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi adalah 10%, pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar
yang tersertifikasi belum dijadikan indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 62
indikator. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister & sudah Tersertiifikasi
Tahun
Jumlah Kebun dan lahan usaha
yang sudah Teregister
Jumlah kebun dan lahan usaha yang sudah
tersertifikasi Presentase
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
360 430 468
42 76
117
11,67 17,67 25,00
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi dari tahun 2015 sampai tahun 2016 baru mencapai 7,33% atau
73,30% dari yang ditargetkan yaitu 10%.
Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi yaitu dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara
sosiallisasi atau pelatihan pelatihan
dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman.
Dalam upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan
domestik dan internasional, penerapan sistem jaminan/manajemen mutu dan
keamanan pangan produk (food safety) agribisnis terutama untuk produk segar
adalah sanngat penting dan menjadi satu keharusan, sehingga Petani/pelaku
usaha dituntut menjalankan proses produksi yang baik, yang berujung pada
penerapan Hazard analysis critical control point (HACCP), selain hal tersebut,
untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan segar dengan benar
diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan segar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk jaminan
mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label
yang menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia (SNI)
atau standar lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan
keamanan pangan, petani/pelaku usaha harus menerapkan system jaminan
mutu dan mengajukan permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait
seperti Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 63
Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi sebesar 10% ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa
faktor, yaitu :
1. Dari segi pelaku usaha
Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami
tentang tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun
prima 2 dan belum memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas
produk yang sudah bersertifikat/teregistrasi sehingga perlu kerja keras
dari OKKP-D untuk mensosialisasikan tata cara pengajuan
sertifikat/registrasi dan merubah pola pikir petani/pelaku usaha untuk
menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini kurang dipahami
dan kurang diperhatikan
2. Dari segi konsumen
Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi
sehingga pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap
penting sertifikat untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang
dihasilkannya.
3. Dari segi pasar
Pasar belum menghargai sertifikat/registrasi yang dimiliki oleh
petani/pelaku usaha, dipasaran harga produk pertanian baik yang
bersertifikat maupun yang tidak memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal
ini menjadi salah satu sebab petani enggan untuk mengajukan sertifikasi
atas produk pangan segar yang dihasilkannya.
Menghadapi kendala – kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan
beberapa upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang
penerapan mutu dan keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk
yang sudah memiliki sertifikat agar tetap konsisten menerapkan mutu dan
keamanan pangan dalam budidaya produk pangan segarnya, melakukan
sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi produknya, dan juga
melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi dan
registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai
jualnya.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 64
Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan
segar yang tersertifikasi, antara lain :
1. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang
teregister
2. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh
atas produk yang telah bersertifikat/teregister
3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu (sertifikasiregistrasi yang
dimiliki oleh petani/pelaku usaha)
4. Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikat/teregistrasi
Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Melakukan edukasi konsumen (retailer, supplier, dan konsumen akhir)
untuk lebih menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai
media massa secara intensif
2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir
dalam hal pemasaran produk segar bersertifikat/teregistrasi
3. Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasi/registrasi
4. Meningkatkan kepedulian stakeholder tentang pentingnya
sertifikasi/registrasi dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya
saing produk hortikultura
PERSENTASE MENINGKATNYA KEAMANAN PANGAN SEGAR
Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah
menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem
Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur
Lampung No. G/564/II.06/HK/2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung merupakan revisi dari Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor
G/744/II.05/HK/2013 tanggal 30 September 2013 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dengan
menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap bahan berbahaya yang
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 65
disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan Segar dilakukan
melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan
pangan segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 36.Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%)
No Indikator Kinerja
Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar (Uji Lab)
91,39% (114,24%
)
80% (dibawah
ambang batas)
83,78%
104,73
80% (dibawah
ambang batas)
104,73
Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada
tahun 2016 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung
melakukan inspeksi mendadak (SIDAK) ke pasar tradisional dan pasar modern.
Sidak dilaksanakan dalam rangka hari besar keagamaan yaitu pada saat
menyambut bulan suci ramadhan 1437 H dan hari raya idul fitri 1437 H serta
menjelang hari raya natal tahun 2016.
Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di
dapatkan hasil tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai
83,78% dari target 80%. Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium
menunjukkan ada beberapa sampel yang mengandung bahan berbahaya seperti
Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi kadarnya masih di bawah
ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi.
Indikator keamanan pangan segar (uji lab) pada tahun 2016 Badan Ketahanan
Pangan Daerah menargetkan 80% dan terealisasi 83,78%. Upaya Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan
pangan segar antara lain melalui kegiatan
a. Peningkatan, penerapan standar mutu BMR (Batas Maksimum Residu)
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 66
b. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan
segar
c. Pengembangan produk pangan segar yang bermutu dan bersertifikat
d. Sosialisasi dan promosi peningkatan gizi pangan keluarga
Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja,
tetapi merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan
membentuk jejaring kerja (Networking) yang berjalan secara efektif dan efisien.
Keamanan pangan menjadi sangat penting mengingat bahwa pada saat ini
tuntutan akan mutu dan keamanan pangan oleh masyarakat dan dunia semakin
tinggi.
Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung
pada tahun 2016 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan
pangan, masih rendahnya kesadaran masyarakat
(produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang keamanan pangan, kurangnya
monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang. Dari
permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan
pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas
pengawas serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas
keamanan pangan, koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring
keamanan pangan serta menggiatkan sosialisasi dan promosi keamanan pangan
secara berkesinambungan. Jejaring keamanan pangan daerah menjadi kunci
kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh karena itu memerlukan
upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi fungsi-fungsi
jejaring keamanan pangan daerah (JKPD) dan mengintegrasikan program yang
ada di daerah.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 67
TABEL REKAP HASIL UJI CEPAT ( FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 2016
No. Kabupaten Jenis uji
Jumlah Sampel yang
Diuji
Hasil Uji Jumlah Komoditi
Asal Komoditi
Negatif Positif
Terdeteksi Aman
dikonsumsi 1 Lampung Barat Formalin 6 4 2 4 Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu Pestisida**) 4 4 0 4 Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu
2 Pringsewu Formalin 1 1 0 1 Buah (jeruk
madu) Pasar Sukoharjo, Gading Rejo
Rhodamin B 3 0 3 0
Kolkan dadu, cendol aci pink,
merah Pasar Sukoharjo, Gading Rejo
Pestisida**) 18 15 3 15 Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo
3 Tanggamus Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting Pestisida**) 15 11 4 11 Buah dan Sayur Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
Rhodamin B 1 0 1 0 Cendol merah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
4 Pesawaran Formalin 3 3 0 3 Buah Pasar Sukaraja, Gedong Tataan Pestisida**) 19 18 1 18 Buah dan Sayur Pasar Wiyono dan Pasar Sukaraja Gedong Tataan 5 Tulang Bawang Formalin 5 5 0 5 Buah Pasar Unit II Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Unit II 6 Metro Formalin 9 7 2 7 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih Pestisida**) 12 11 1 11 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih
7 Bandar Lampung Formalin*) 17 10 7 10 Buah dan Sayur Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lampung
Pestisida**) 0 0 0 0 Buah dan sayur Pasar Tradisional dan Modern Bandar Lampung 8 Lampung Timur Formalin 7 7 0 7 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan Pestisida**) 14 12 2 12 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan 9 Lampung Selatan Formalin*) 10 10 0 10 Buah dan Sayur Pasar Natar Pestisida**) 19 17 2 17 Buah dan Sayur Pasar Natar
10 Lampung Tengah Formalin 7 4 3 4 Buah Pasar Wates
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 68
Pestisida**) 13 10 3 10 Sayuran dan Buah Pasar Wates 11 Lampung Utara Pestisida**) 15 15 0 15 Buah dan Sayur Pasar Impres Formalin 8 7 1 7 Buah Pasar Impres
12 Way Kanan Formalin 5 4 1 4 Buah Pasar Baradatu Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Baradatu
13 Tulang Bawang Barat Pestisida**) 4 4 0 4 Buah dan Sayur Pasar Mulya Asri
Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Mulya Asri 14 Mesuji Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Brabasan dan Gedung Ram Formalin 7 6 1 6 Buah Pasar Brabasan dan Gedung Ram
15 Pesisir Barat Pestisida**) 5 5 0 5 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat Formalin 5 4 1 4 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat
Jumlah 259 217 42 217 Persentase (%) 100 83,78 16,22 83,78
Ket; *) Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin
**)
Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu (BMR) (Masih aman untuk dikonsumsi)
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 69
Permasalahan :
1. Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan
2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat
(produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang keamanan pangan
3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang.
4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan
Solusi :
Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di
Provinsi Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain :
1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM
2. Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel
keamanan pangan segar
3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar
4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah
maupun vertical yang terkait dengan penanganan keamanan pangan
dengan membentuk tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah
5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu
dan keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung
seperti pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.
3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016
Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2016 sebesar 98,83% dari
total yang dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran penyerapan anggaran terbesar pada kegiatan untuk indikator Skor pola
pangan harapan (PPH) ketersediaan, Skor PPH konsumsi, Jumlah konsumsi
energi, dan Jumlah konsumsi protein (99,47%). Sedangkan penyerapan terkecil
pada
kegiatan untuk indikator Persentase penurunan jumlah penduduk rawan
pangan (97,24%).
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang
dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input
tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 70
keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga
sebaliknya semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai
sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2016 secara umum tidak
menunjukkan tingkat efisiensi anggaran. Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas
dari seluruh indikator menunjukkan realisasi anggarannya hampir sama dengan
realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja
sesuai dengan anggaran yang dianggarkan.
Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi
anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan,
yang realisasi anggarannya mencapai 97,24% namun realisasi kinerjanya baru
mencapai 43%, untuk indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor
apa sajakah yang menyumbang kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa
baik koordinasi dan sinergi dengan stakeholder telah terbangun untuk
menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor kemiskinan, karena
masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi harus
melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana
membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.
Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2016 yang dialokasikan untuk
membiayai kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan
dalam tabel berikut :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 71
Tabel Pencapaian Kinerja dan anggaran
Sasaran Indikator
Kinerja Anggaran
Target Realisasi %
Realisasi Target Realisasi
%
Realisasi
1. Peningkatan ketersediaam pangan yang beragam
2. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yanng sehat dan aman
3. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
3. Jumlah Konsumsi Energi
4. Jumlah Konsumsi Protein
85,6
85,0
2.019
56,3
75,08
78,0*)
1.856,7*) 50,30*)
87,71
91,76
91,96 89,34
637.165.750
633.781.000
99,47
4. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
1 0,43 43 397.000.000 386.025.000 97,24
5. Stabilnya hasil pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
HPP ≤ (HPP : 3.700)
3.776
100
196.312.000
192.648.800
98,13
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 72
7. Coefisien Variasi
Pangan (beras) di Tingkat Konsumen
CV<10%
2 %
100
6. Tercapainya keamanan pangan segar
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
10 % 7,33 % 73,3 % 2.813.839.000.
2.789.545.300
99,14
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
80%
83,78 104,73 331.150.000
328.028.000
99,06
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 73
3.4 Analisis Efisiensi
Bagian yang disajikan dalam tabel ini terkait dengan efisiensi anggaran untuk indikator
yang pencapaian kinerjanya mencapai atau lebih dari 100%, terlihat bahwa dari 9
indikator menunjukkan pencapaian yang sama atau lebih dari 100%, yaitu sebanyak 3
indikator, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini, sebagai contoh indikator
harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dengan realisasi anggaran sebesar
98,13 dari total anggaran telah mencapai kinerja 100%, Indikator persentase tingkat
keamanan pangan segar yang diuji dengan realisasi anggaran 99,06% telah mencapai
kinerja 104,73%.
Tabel Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Sasaran Strategis Indikator %
Capaian Kinerja
% Penyerapan
Anggaran
Tingkat Efisiensi
1. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
2. Tercapainya keamanan pangan segar
1. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat
2. Coefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumen
3. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
100
100
104,73
98,13
98,13
99,06
1,87
1,87
0,94
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 74
BAB IV
HAMBATAN DAN KENDALA
4.1 Hambatan dan Kendala
Pelaksanaan Program dan Kegiatan di Badan Ketahanan Provinsi Lampung yang
didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Lampung Tahun
Anggaran 2016 terdapat beberapa hambatan dan kendala. Berikut hambatan dan
kendala yang berada pada Badan Ketahanan Pangan :
a. Keterbatasan waktu pelaksanaan yang bersamaan dengan kegiatan yang ada
sehingga tidak dapat mengikuti rencana anggaran yang baik dan benar
b. Perubahan Peraturan di Perum Bulog sehingga Pengadaan Cadangan Pangan
Pemerintah Provinsi Lampung tidak dapat dilaksanakan
c. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang
teregister
d. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh
atas produk yang telah bersertifikat/teregister
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 75
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Sasaran Strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
· Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam melalui Skor Pola Pangan
Harapan Ketersediaan dari target 85,6 hanya terealisasi 75,08 atau sebesar
87,71% dari target
· Jumlah penduduk rawan pangan berkurang minimal 1 % setiap tahun tidak
tercapai hanya 0.43% atau sebesar 43% dari target
· Stabilnya harga pangan (gabah/beras) di tingkat Produsen target HPP
sebesar 3700 (≥HPP) terealisasi sebesar 3776 (≥HPP) atau sebesar 100%.
· Stabilnya harga pangan (beras) di tingkat konsumen Coefisien Variant
(CV<10%) Realisasi 2%, masih di bawah 10% atau sebesar 100%.
· Meningkatnya keragaman konsumen pangan yang sehat dan aman Skor Pola
Pangan Harapan Konsumsi 85,0 realisasi 79,3 (angka sementara) atau
sebesar 91,76% .
· Meningkatnya pengawasan keamanan pangan segar melalui peran dan
partisipasi masyarakat telah tercapai melalui kegiatan keamanan pangan.
Hasil penilaian rata-rata capaian kinerja anggaran 2016 BKPD Provinsi
Lampung Tahun 2016 Cukup (98,8%) dan capaian kinerja program/kegiatan
mencapai 99 %.
5.2 Saran
Potensi dan tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi
Lampung secara umum masih cukup tersedia. Masih tersedia potensi
sumberdaya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan
kapasitas sumberdaya manusia dan teknologi memiliki potensi untuk
ditingkatkan dalam upaya mendukung ketersediaan dan distribusi pangan serta
perbaikan konsumsi pangan. Penguatan kelembagaan ketahanan pangan
pemerintah dan masyarakat berpeluang besar untuk mendorong pencapaian
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 76
sasaran program ketahanan pangan di Provinsi lampung. Dalam upaya tindak
lanjut pemecahan masalah/hambatan yang dihadapi dalam pembangunan
ketahanan pangan di Provinsi Lampung perlu dilakukan beberapa hal yaitu :
a. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran
serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasiltasi prasarana
umum distribusi, serta pengaturan agar proses distribusi pangan
terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga
peran masyarakat baik bersifat individu berskala kecil, usaha
kelompok/koperasi hingga perusahanan besar dalam pengembangan
usaha distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengakutan, pengolahan dan
penyimpanan perlu terus ditingkatkan;
b. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan,
penyempurnaan program dan kegiatan dalam pengembangan sistem
distribusi melalui peningkatan pemantauan dan analisis harga pangan
serta pengembangan kelembagaan distribusi pangan masayarakat serta
peningkatan akses pangan.
c. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan
keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola
konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam
diversifikasi konsumsi pangan;
d. Peningkatan sosialisasi dan promosi dalam penganekaragaman konsumsi
pangan melalui berbagai media;
e. Pengetahuan pelaku usaha, kelompok wanita/tani sehingga
meningkatnya pengetahuan dalam pengembangan diversifikasi konsumsi
pangan.
f. Peningkatan koordinasi lintas sektor dan subsektor terkait dengan
keamanan pangan;
g. Perlu peningkatan koordinasi mulai dari perencanaan sampai
pelaksanaan.
FORM EVALUASI KINERJA
No. Kode Rekening Program / Kegiatan Indikator
1 2 3 4
K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp
1.21.1.21.01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
1 02 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
Pembiayaan
Rekening Telepon,
Listrik dan Air
60 Bulan 756.570.000Rp 12 Bulan 102.000.000Rp 12 Bulan 73.614.197Rp 100% 72,17 40% 24%
2 07 Penyediaan jasa administrasi keuangan
Pembiayaan
Honorarium
Pengelola Keuangan
80 Pegawai, 35
PTHL; 60 Bulan920.472.000Rp
16 Pegawai, 7
PTHL190.900.000Rp 16 Pegawai, 7 PTHL 190.900.000Rp 100% 100,00 40% 40%
3 10 Penyediaan alat tulis kantorJumlah Penyediaan
ATK60 Bulan 180.855.000Rp 12 Bulan 25.000.000Rp 12 Bulan 25.000.000Rp 100% 100,00 40% 30%
4 11 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
Jumlah Penyediaan
Cetakan dan
Penggandaan
60 Bulan 120.976.000Rp 12 Bulan 16.700.000Rp 12 Bulan 16.700.000Rp 100% 100,00 40% 32%
5 12Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan
bangunan kantor
Jumlah Penyediaan
Komponen Listrik60 Bulan 138.142.000Rp 12 Bulan 10.000.000Rp 1 Tahun 10.000.000Rp 100% 100,00 40% 25%
6 13 Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantorJumlah Penyediaan
Perlengkapan Kantor60 Bulan 884.101.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 7%
7 14 Penyediaan peralatan rumah tangga
Jumlah Penyediaan
peralatan rumah
tangga
60 Bulan 138.142.000Rp 12 Bulan 12.500.000Rp 12 Bulan 12.500.000Rp 100% 100,00 40% 18%
8 15Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-
undangan
Jumlah jenis bahan
bacaan 20 Jenis (45eks) 82.885.000Rp
4 Jenis (9
Eksemplar per
bulan)
16.500.000Rp 9 Jenis 16.500.000Rp 100% 100,00 40% 38%
9 18 Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
Jumlah Rapat dan
Konsultasi Ke Luar
Daerah
45 Kali 828.845.000Rp 9 Kali 80.205.250Rp 9 Kali 79.744.700Rp 100% 99,43 40% 28%
10 22 Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke dalam daerahJumlah Pembinaan ke
Kab/Kota 145 Kali 828.845.000Rp 29 Kali 59.426.000Rp 29 Kali 59.291.000Rp 100% 99,77 40% 24%
11 46 Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPDPembiayaan
Operasional SIPKD5 Paket 363.851.000Rp 1 Paket 87.600.000Rp 1 Paket 75.000.000Rp 100% 85,62 40% 42%
12 56 Penata Usahaan Aset Daerah Jumlah Dokumen 5 Dokumen 44.267.855Rp 1 Dokumen 7.000.000Rp 1 Dokumen 7.000.000Rp 100% 100,00 40% 38%
1.21.1.21.02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
13 20 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
Pembiayaan
Operasional
Kendaraan
60 bulan;25 Unit
Roda 41.105.126.250Rp
12 Bulan; 5 Unit
Roda 4
10 Unit Roda 2
100.000.000Rp
12 Bulan; 5 Unit
Roda 4
10 Unit Roda 2
99.992.000Rp 100% 99,99 40% 21%
14 24 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantorJumlah Unit
Komputer dan AC
40 Unit Komputer,
100 Unit AC828.845.000Rp
7 Unit Komputer,
20 Unit AC9.000.000Rp
7 Unit Komputer, 20
Unit AC9.000.000Rp 100% 100,00 40% 3%
15 29 Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor Jumlah Unit 5 Paket 127.090.000Rp 5 Unit WC
1 Taman10.000.000Rp
5 Unit WC
1 Taman10.000.000Rp 100% 100,00 40% 39%
1.21.1.21.03 Program Peningkatan Disiplin Aparatur
16 02 Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya Jumlah Aparatur 420 PNS,35 PTHL 528.423.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 0% 12%
17 19Peningkatan SDM dan Budaya
Kerja BKPD Prov.Lampung
Jumlah Aparatur
yang diklat / Bimtek150 Pegawai 323.249.000Rp 3 Pegawai 3.600.000Rp 30 Pegawai 3.450.000Rp 100% 95,83 40% 10%
9
Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi
Anggaran Renja Tahun 2016 (%)
8
Realisasi Kinerja dan Anggaran
Renstra SKPD s/d Tahun 2016
5
Target Renstra pada Tahun 2019
6
Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran
Tahun 2016
7
No. Kode Rekening Program / Kegiatan Indikator
1 2 3 4
K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp
9
Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi
Anggaran Renja Tahun 2016 (%)
8
Realisasi Kinerja dan Anggaran
Renstra SKPD s/d Tahun 2016
5
Target Renstra pada Tahun 2019
6
Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran
Tahun 2016
7
1.21.1.21.06Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan
18 07
Penyusunan Laporan Capaian
Kinerja dan Ikhtisar Realisasi
Kinerja SKPD
Jumlah Dokumen
Capaian Kinerja35 Laporan 607.820.000Rp 7 Laporan 43.500.000Rp 7 Laporan 42.820.000Rp 100% 98,44 40% 22%
19 08 Penyusunan Renja dan RKA SKPDJumlah Dokumen
Renja dan RKA10 Dokumen 552.564.000Rp 2 Dokumen 33.507.000Rp 2 Dokumen 32.039.900Rp 100% 95,62 40% 21%
1.21.1.21.15Peningktan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan
Pangan
20 01 Bimtek Mutu dan Keamanan Pangan
Jumlah Petugas Mutu
dan Keamanan
Pangan
150 Orang 577.200.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 10%
21 03Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu
Keamanan Pangan Segar
Jumlah Lokasi
pemantauan dan
pengawasan
keamanan pangan
segar
75 Kab/Kota 1.207.500.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 10%
22 05Peningkatan, Penerapan Standar BMR (Batas Maksimum
Residu)
Jumlah
petugas/petani/pelak
u usaha pedagang
yang terbina dalam
penerapan BMR
175 Orang 902.000.000Rp 35 Orang 96.250.000Rp 35 Orang 96.055.000Rp 100% 99,80 40% 18%
23 06 Pengembangan Desa Mandiri Pangan
Jumlah Kawasan
Desa Mandiri Pangan
yang terbina dalam
upaya penurunan
daerah rawan
pangan
40 Kawasan 1.393.000.000Rp 6 Kawasan 88.600.000Rp 6 Kawasan 88.499.200Rp 100% 99,89 40% 15%
24 07 Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRPJumlah Pemantauan
SKPG dan PDRP75 Kali 1.077.500.000Rp 15 kali 55.500.000Rp 15 kali 45.389.000Rp 100% 90,00 35% 12%
25 08 Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah
Jumlah Cadangan
Pangan Pemerintah
Provinsi Lampung
100 Ton 3.259.995.000Rp 0 1.000.000Rp 0 Ton 1.000.000Rp 85% 100,00 1% 4%
26 09 Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
Jumlah Lumbung
Pangan Masyarakat
yang diberdayakan
25 Kelompok
Lumbung1.287.673.000Rp
5 Kelompok
Lumbung25.000.000Rp
5 Kelompok
Lumbung24.920.000Rp 100% 99,68 40% 12%
27 10Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan dan
Kerentanan Pangan
Jumlah Analisa dan
Peta Ketahanan
Pangan dan
Kerentanan Pangan
5 Laporan 1.120.000.000Rp 1 Laporan dan 1
Peta68.850.000Rp
1 Laporan dan 1
Peta68.796.800Rp 100% 99,92 40% 12%
28 11Pemberdayaan GAPOKTAN dalam rangka stabilisasi harga
pangan
Jumlah Gapoktan
yang diberdayakan
dalam pengelolaan
LUP
427 Orang 1.393.000.000Rp 50 Orang 100.000.000Rp 50 Orang 97.558.000Rp 100% 97,56 12% 16%
29 13 Alur Distribusi PanganJumlah Laporan Alur
Distribusi5 Laporan 1.177.500.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 0%
30 14 Kegiatan Akses PanganJumlah Laporan Akses
Pangan5 Laporan 1.177.500.000Rp
1 Laporan /
Dokumen46.312.000Rp
1 Laporan /
Dokumen45.614.800Rp 100% 98,49 40% 6%
No. Kode Rekening Program / Kegiatan Indikator
1 2 3 4
K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp
9
Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi
Anggaran Renja Tahun 2016 (%)
8
Realisasi Kinerja dan Anggaran
Renstra SKPD s/d Tahun 2016
5
Target Renstra pada Tahun 2019
6
Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran
Tahun 2016
7
31 15Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan
OKKPD
Pembiayaan
Operasional
Pengawasan Mutu
dan Keamanan
Pangan OKKPD
60 Bulan 1.202.500.000Rp 12 Bulan 50.000.000Rp 12 Bulan 49.877.400Rp 100% 99,75 40% 11%
32 16Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian Yang
Sudah Sertifikasi / Regristrasi / Produk yang Beredar
Jumlah Surveilen dan
pengawasan
produk/komoditas
yang sudah
bersertifikat/registra
si
47 Kab/Kota 915.765.000Rp 8Kab/Kota 60.092.000Rp 8Kab/Kota 60.081.800Rp 100% 99,98 30% 16%
33 17Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu pada
ISO/IEC 17065
Jumlah Dokumen
Sistem Mutu yang
sesuai dengan
ISO/IEC 17065
23 Dokumen 451.000.000Rp 7 Dokumen 14.000.000Rp 7 Dokumen 12.433.300Rp 100% 88,81 25% 6%
34 19Sertifikasi,Registrasi Produk Labelisasi Prima 3 mendukung
Terminal Agrobisinis
Jumlah Pelaku Usaha
yang akan di
sertifikasi Prima 3
/Registrasi
250 Pelaku 1.443.000.000Rp 40 pelaku 146.588.000Rp 20 pelaku 146.262.200Rp 50% 99,78 30% 20%
35 20 Audit Internal
Jumlah Personil
OKKPD Provinsi
Lampung yang di
Audit secara teknis
dan administrative
150 Orang 459.450.000Rp 20 orang 8.170.000Rp 20 orang 8.170.000Rp 100% 100,00 13% 14%
36 21Promosi Produk Unggulan Lampung Yang Sudah
Sertifikasi/Registrasi
Jumlah Kegiatan
Promosi produk
unggulan
bersertifikat
10 Kegiatan 610.510.000Rp 1 Kegiatan 25.000.000Rp 1 Kegiatan 24.957.000Rp 100% 99,83 40% 15%
37 22Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil
Pertanian di Lokasi Sentra
Jumlah Pelaku Usaha
yg memahami
Penerapan Mutu dan
Keamanan Pangan di
Lokasi Sentra
150 Pelaku Usaha 656.500.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 4%
38 25 Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Jumlah Lokasi
gerakan
pengembangan
pangan lokal dan
produk pangan
olahan
70 Kab/Kota 1.443.000.000Rp 10 Kab/Kota 65.080.000Rp 10 Kab/Kota 62.465.000Rp 100% 95,98 30% 12%
39 26 Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan NasionalJumlah Pemenang
Lomba Cipta Menu30 Pemenang 740.152.000Rp 6 Pemenang 85.555.000Rp 6 Pemenang 85.555.000Rp 100% 100,00 40% 23%
40 28 Promosi Pangan Segar dan OlahanJumlah Kegiatan
Promsi Pangan Segar5 Keg 1.443.000.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 14%
41 29 Hari Pangan Sedunia Tk. Provinsi dan Tk. NasionalJumlah Kegiatan Hari
Pangan Sedunia10 Kegiatan 1.891.250.000Rp 2 Kegiatan 283.965.750Rp 2 Kegiatan 283.905.000Rp 100% 99,98 20% 31%
42 30 Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
Jumlah Rapat dan
Koordinasi antara
Pusat dan Daerah
Lingkup Dewan
Ketahanan Pangan
10 Kali 1.925.000.000Rp 2 kali 158.050.000Rp 2 kali 157.420.000Rp 100% 99,60 40% 10%
No. Kode Rekening Program / Kegiatan Indikator
1 2 3 4
K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp
9
Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi
Anggaran Renja Tahun 2016 (%)
8
Realisasi Kinerja dan Anggaran
Renstra SKPD s/d Tahun 2016
5
Target Renstra pada Tahun 2019
6
Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran
Tahun 2016
7
43 33Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi
keamanan pangan segar
Jumlah Pembinaan
Promosi dan
Keamanan Pangan
Segar
60 Kab/Kota 1.658.500.000Rp 15 Kali 128.900.000Rp 15 Kali 128.162.000Rp 100% 99,43 30% 18%
44 34 Pengembangan usaha pangan lokalJumlah pelaku usaha
yang terbina33 Pelaku Usaha 1.202.500.000Rp 5 Pelaku Usaha 131.655.000Rp 5 Pelaku Usaha 131.305.000Rp 100% 99,73 30% 19%
45 35 Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan
Jumlah Dokumen /
Laporan Data
Mobilitas Pangan
Keluar Masuk Provinsi
Lampung
5 Laporan 1.125.000.000Rp 1 Laporan 50.000.000Rp 1 Laporan 49.476.000Rp 100% 98,95 20% 13%
46 36 Pembinaan Manajemen KelembagaanJumlah Kelompok /
Orang yang terbina150 Orang 1.202.500.000Rp 0 -Rp 0 -Rp 0% 0,00 20% 8%
47 37Pengembangan Pangan Segar yang bermutu dan
bersertifikat
Jumlah Laporan /
Dokumen Kajian
Pengembangan
Pangan Segar yang
bermutu dan
Bersertifikat
5 Laporan 610.510.000Rp 1 Laporan 80.000.000Rp 1 Laporan 79.088.000Rp 100% 98,86 35% 26%
48 38
Pembangunan Gedung Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB)
Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D)
Provinsi Lampung, Laboratorium Pengujian Mutu OKKP-D,
dan Penyediaan Sarana Pendukung (DAK) dan
Pendampingan
Jumlah Gedung yang
terbangun1 Gedung 7.850.000.000Rp 1 Gedung 2.300.000.000Rp 0 Gedung 238.560.000Rp 100% 10,37 40% 32%
49 40 Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga
Jumlah Kabupaten
yang di sosialisasi
peningkatan gizi dan
pangan keluarga
50 Kab/Kota 915.765.000Rp 15 kab/kota 25.000.000Rp 15 kab/kota 24.723.000Rp 100% 98,89 20% 3%
50 41 Penyusunan Pola Pangan HarapanJumlah Laporan Pola
Pangan Harapan5 Laporan 1.410.250.000Rp 1 Laporan 33.400.000Rp 1 Laporan 33.319.000Rp 100% 99,76 20% 2%
49 42Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan
Lestari
Jumlah Kab/Kota
yang di bina KRPL-nya75 Kab/Kota 1.327.500.000Rp 15 Kab/Kota 37.510.000Rp 15 Kab/Kota 37.232.000Rp 100% 99,26 20% 3%
83% 63,67 31% 18%Rata-rata Capaian Kinerja (%)
Predikat Kinerja