BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAUdiskepang.riau.go.id/home/download/lakip_2015.pdf · Ketahanan...

126
BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU PEKANBARU 2016

Transcript of BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAUdiskepang.riau.go.id/home/download/lakip_2015.pdf · Ketahanan...

BADAN KETAHANAN PANGAN

PROVINSI RIAU

PEKANBARU 2016

i

IKHTISAR EKSEKUTIF

Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999

tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Keputusan Kepala LAN RI

Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah serta mengacu pada Rencana Strategis Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2014-2018, Badan Ketahanan Pangan

Pangan Provinsi Riaumelaksanakan penerapan sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah melalui penyusunan Rencana Strategis tahun 2014-2018,

Penyusunan Rencana Kerja 2015 serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah tahun 2015.

Untuk mewujudkan kinerja yang diharapkan, sasaran yang ingin dicapai

pada tahun 2015 sebagai berikut :

1. Tercapainya Efektifitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan.

2. Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama.

3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat.

4. Tercapainya Ketersediaan Informasi, Pasokan, Harga dan Akses Pangan

Strategis di Daerah.

5. Tercapainya Penanganan Daerah Rawan Pangan.

6. Meningkatnya Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat .

7. Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan

ii

Sasaran Realisasi Pencapaian

1. Tercapainya Efektifitas Koordianasi

Perumusan Kebijakan Ketahanan

Pangan Jumlah Regulasi dan

Kebijakan Ketahanan Pangan 1

Regulasi

- 0 (nihil)

2. Tercapainya Ketersediaan Pangan

Utama Jumlah Ketersediaan

Pangan Utama (Beras) 785.000

Ton

- Jumlah Ketersediaan Pangan

Utama (beras) sebesar

853.173 Ton.

- PersentaseCapaian

Ketersediaan Pangan Utama

(beras) sebesar 108,68%

3. Tercapainya Penguatan Cadangan

Pangan Pemerintah dan

Masyarakat Persentase Penguatan

Cadangan Pangan 60%

- Jumlah Penguatan Cadangan

Pangan 70,17 %

- Persentase Capaian

Penguatan Cadangan Pangan

sebesar 116,95 %.

4. Tercapainya Ketersediaan

Informasi, Pasokan, Harga dan

Akses Pangan Strategis di Daerah

Persentase Ketersediaan Informasi

- Jumlah Ketersediaan Informasi

pasokan harga dan akses pangan

91,11 %.

- PersentaseCapaian Ketersediaan

iii

Pasokan, Harga dan Akses Pangan

di Daerah 100 %

Informasi pasokan harga dan

akses pangan sebesar 91,11 %

5. Tercapainya Penanganan Daerah

Rawan Pangan Persentase

Penanganan Daerah Rawan

Pangan 60%

- 0 (nihil)

6. Meningkatnya Kualitas Konsumsi

Pangan Masyarakat Jumlah Skor

Pola Pangan Harapan (PPH),

Jumlah Konsumsi Energi, Jumlah

Konsumsi Protein 81, 2.150

kal/Kap/Hari, 54 Gram/Kap/Hari

- Jumlah Capaian Konsumsi

Energi Penduduk Riau Tahun

2015 sebesar

2.083Kkal/Kap/Hr, dan Protein

sebesar 53 Gr/Kap/Hr

- Jumlah Capaian Skor PPH Rill

81,5

7. Tercapainya Pembinaan dan

Pengawasan Pangan Persentase

Pengawasan dan Pembinaan

Keamanan Pangan 95%.

- Jumlah Pembinaan dan

Pengawasan Pangan dan

Pembinaan Keamanan Pangan

82,32 %.

- PersentaseCapaian Pembinaan

dan Pengawasan Pangan dan

Pembinaan Keamanan Pangan

sebesar 86,32 %

iv

Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis terhadap pencapaian kinerja

sasaran diperoleh capaian kinerja sasaran sebesar 77,63 %, dapat

dikategorikan Cukup Baik. Sasaran tersebut dicapai melalui pelaksanaan

Program dan Kegiatan yang dianggap relevan.

Hasil evaluasi dan analisis pencapaian kinerja kegiatan yang bersumber

dari APBD didapat angka capaian sebesar79,06 %dengan kategori Cukup Baik,

kategori tersebut disebabkan lambatnya pengesahan anggaran perubahan dan

adanya kegiatan yangdilaksanakan pada akhir tahun anggaran.

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2015, Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau memperoleh dana anggaran yang bersumber

dari APBD Provinsi Riausebagai berikut :

JUMLAH ANGGARAN BELANJA KEGIATAN APBD

BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. JENIS BELANJA JUMLAH ANGGARAN

1. BELANJA LANGSUNG Rp16.170.332.800,00,-

2. BELANJA TIDAK LANGSUNG Rp. 9.809.511.071,31,-

JUMLAH Rp. 26.076.010.249,00,-

dan berhasil direalisasikan sampai tanggal 31 bulan Desember Tahun 2015,

untuk Belanja Langsung realisasi keuangan sebesar Rp.11.882.405.160,00,- atau

73,48%dan Belanja Tidak langsung realisasi keuangansebesar

Rp.9.145.632.241,00,-atau 93,23%.

Permasalahan yang dihadapi Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Riauadalah sebagai berikut :

v

1. Kegiatan Pengembangan Pangan Lokal danKegiatan Pengelolaan

Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan,

belum semua Kab/kota mengirimkan usulan kelompoknya.

2. Kegiatan Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan

Masyarakat, bantuan sosial diusulkan pada anggaran APBD Murni tahun

anggaran 2015 tetapi tidak terealisasi, kemudian diusulkan lagi pada

anggaran APBD perubahan dengan nomor surat 414.24/BKP-KDP/243

tanggal 21 Juli 2015. APBD perubahan baru disyahkan pada tanggal 15

Desember 2015, sementara pengajuan dana LS terakhir tanggal 21

Desember 2015, sempitnya rentang waktu untuk proses pencairan dana

maka dinas/badan yang menangani ketahanan pangan tidak memberi

rekomendasi pengusulan pencairan dana kelompok di Kab/kota, mengingat

Padatnya waktu dalam proses seleksi awal ini. Badan Pengelola Keuangan

dan Aset Daerah tidak bisa dilaksanakan hal ini menjadi permasalahan bagi

Kab/kota karena kelompok akan mempertanyakan masalah realisasi bantuan

sosial yang diusulkan oleh kelompok tersebut.

3. Kegiatan Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam Bergizi

Seimbang dan Aman (B2SA) mengalami hambatan karena pengaruh

bencana asap yang mengakibatkan anak-anak sekolah terpaksa diliburkan

untuk mengantisipasi ISPA berdasarkan instruksi Wali Kota Pekanbaru,

sehingga kegiatan ini baru bisa dilaksanakan pada 3 (tiga) minggu sebelum

berakhirnya tahun anggaran 2015, sehingga waktunya tidak cukup.

vi

4. Kegiatan Analisis Situasi Pangan Penduduk tidak bisa dilaksanakan karena

dananya disetujui 3 (tiga) minggu sebelum tahun anggaran 2015 berakhir

sehingga waktu untuk melaksanakan kegiatan tidak mencukupi.

5. Belum semua Kabupaten/Kota mengirimkan peserta penghargaan Adhikarya

Pangan Nusantara (APN)/ikut serta dalam penghargaan APN, waktu

penyusunan kegiatan 2015, Juklak Penghargaan APN tahun 2015 belum

keluar, jadi digunakan Juklak APN 2014, di Juklak APN 2014 kategori

Pembina untuk Bupati/Walikota penilaiannya dilakukan oleh Provinsi dan

Pusat. Ternyata untuk tahun 2015 (di dalam Juklak 2015) penilaiannya

hanya dilakukan oleh Pusat (berdasarkan produksi Padi, Jagung,

Kedele/pajale)

Untuk mengatasi masalah tersebutBadan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

memberikan solusi diantaranya :

1. Agar kegiatan yang akan datang lebihmeningkatkan koordinasi dengan

Badan/Dinas/Instansi Kabupaten/Kota tentang tata cara pengusulan

kelompok.

2. Perlu koordinasi yang lebih intensif dengan Sekretariat Daerah cq. Bagian

Keuangan untuk pencairan bantuan sosial yang diusulkan oleh Instansi

Teknis pada akhir tahun anggaran agar kedepan hal ini tidak terjadi lagi.

3. Agar dilakukan perencanaan yang lebih matang sehingga kegiatan tersebut

tidak perlu lagi dimasukkan kedalam APBD Perubahan, dan lebih

vii

meningkatkan koordinasi antar instansi terkait guna mengantisipasi bencana

asap tahunan sehingga kegiatan dapat dilaksanakan.

4. Perlu koordinasi yang lebih intensif dengan Kab/Kota dalam mengusulkan

nama-nama kelompok untuk kegiatan yang akan datang.

5. Perlu disosialisasikan lagi ke Kab/Kota mengenai penghargaan APN dan

kedepan Kab/Kota dapat ikut serta dalam penghargaan APN. Diharapkan

penerbitan Pedoman Umum (Pedum) dan Juklak APN dari Pusat dapat

dilakukan lebih awal.

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan, Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riautelah melakukan berbagai langkah strategis baik berupa koordinasi

horizontal dan vertikal maupun konsolidasi dengan berbagai stakeholder yang

ada, sehingga berbagai kendala dan hambatan yang muncul, dapat dieliminir

dan diantisipasi sebagaimana mestinya. Meskipun demikian, dalam penyusunan

LAKIP ini, dirasakan masih banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan

adanya masukan dan kritik bagi perbaikan di masa yang akan datang.

Pekanbaru, Februari 2016

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU,

Ir. DARMANSYAH Pembina Utama Muda

NIP. 19590207 198503 1 009

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rakhmat dan

hidayah-Nya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun

2015 sebagaimana diamanatkan Inpres No 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah telah selesai disusun.

Dengan tersusunnya laporan ini, yang secara umum berpedoman pada sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) diharapkan berbagai

kebijaksanaan dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat

diketahui secara luas, sehingga dapat dijadikan media dalam pengambilan

keputusan dan perbaikan guna tercapainya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

tugas pokok & fungsi (tupoksi) masing-masing bagian.

Dan sebagai pedoman penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah berdasarkan Keputusan Kepala Administrasi Negara Nomor

239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pengganti dari Keputusan

Kepala LAN Nomor 589/IX/6/Y/99.

Oleh karenanya laporan ini juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk

mengevaluasi diri khususnya Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau terhadap

pelaksanaan tugas dan fungsinya yang berguna bagi perencanaan dan

peningkatan kinerja masing-masing bagian.

Pada kesempatan ini pula kami sampaikan ucapkan terima kasih kepada

seluruh anggota Tim Penyusun yang telah memberikan sumbang pikiran dan

tenaga sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

ix

Kritik dan Saran senantiasa kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan

dan semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat memberikan manfaat bagi yang

berkepentingan.

Pekanbaru, Februari 2016

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU,

Ir. DARMANSYAH Pembina Utama Muda

NIP. 19590207 198503 1 009

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

x

DAFTAR ISI

IKHTISAR EKSEKUTIF i

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Landasan Hukum 3

1.3. Tujuan 5

1.4. Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan 5

1.5. Sistematika Laporan

10

BAB II : PERENCANAAN KINERJA 12

2.1. Visi 12

2.2. Misi 13

2.3. Tujuan 13

2.4. Program/Kegiatan 14

2.5. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja

18

BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA 21

3.1. Pengukuran Kinerja 21

3.2. EvaluasiKinerja 24

3.3. Penghargaan 83

3.4. Akuntabilitas Keuangan 89

3.5. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kegiatan

93

BAB IV : PENUTUP 100

4.1. Kesimpulan 100

4.2. Saran 101

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

xi

LAMPIRAN– LAMPIRAN - Lampiran 1 : TabelPerjanjianKinerja Tahun 2015

- Lampiran 2 : Tabel Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015

- Lampiran 2 : Tabel Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Tahun 2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya mewujudkan pemantapan ketahanan pangan

merupakantanggungjawab pemerintah dengan masyarakat sesuai

amanat UU No.18Tahun2012yang menyatakan bahwaPangan

merupakan kebutuhan dasarmanusia yang paling utama dan

pemenuhannya merupakan bagian dari hakasasi manusia yang dijamindi

dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Negara berkewajiban mewujudkanketersediaan, keterjangkauan, dan

pemenuhan konsumsi Pangan yangcukup, aman, bermutu, dan bergizi

seimbang, baik pada tingkat nasionalmaupun daerah hingga

perseorangan secara merata di seluruh wilayahNegara Kesatuan

Republik Indonesia sepanjang waktu denganmemanfaatkan sumber

daya, kelembagaan, dan budaya lokal.

Pemerintahberkewajiban menyelenggarakanpengaturan,

pembinaan, pengendalian dan pengamanan ketersediaan pangan yang

cukup dalam hal : jumlah dan mutunya, aman, beragam, bergizi, merata

dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sedangkan masyarakat

mempunyai peran serta dalam penyelenggaraan produksi, perdagangan,

distribusi dan cadangan pangan masyarakat, serta pencegahan maupun

penanggulangan masalah pangan.Pemenuhan hak atas pangan

dicerminkan pada definisi ketahanan pangan yaitu : “kondisi

terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

tercermin dari tersedianya Pangan yangcukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

2

masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan”. Definisi ketahanan pangan inisecara luas, diartikan

bahwa : (1) terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang

cukup, yang diartikan dengan ketersediaan pangan dalam arti luas,

mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk

memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan

manusia, (2) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan

bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia,

serta aman dari kaidah agama, (3) terpenuhinya pangan dengan kondisi

yang merata, yang diartikan bahwa pangan harus tersedia setiap saat

dan merata di seluruh tanah air, (4) terpenuhinya pangan dengan kondisi

terjangkau, yang diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga

dengan harga yang terjangkau.

Dalam konteks pelaksanaan good governance dan menRiaukan

visi Pemerintah Provinsi Riau untuk mengakselerasi peningkatan

kesejahteraan masyarakat guna mendukung pencapaian visi Riauuntuk

tahun 2014-2018 yaitu “Terwujudnya Provinsi Riau yang Maju,

Masyarakat Sejahtera dan Berdaya Saing Tinggi, Menurunnya

Kemiskinan, Tersedianya Lapangan Kerja serta Pemantapan

Aparatur”..khususnya yang menyangkut “mengembangkan struktur

perekonomian daerah yang tangguh”, maka pelaksanaan program dan

kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau diharapkan akan

berkontribusi terhadap pencapaian indikator makro ekonomi Riau.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riausebagaimana diamanatkan

Inpres No 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah disusun berdasarkan atas tugas pokok dan fungsiBadan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau, RenstraBadan Ketahanan Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

3

Provinsi Riau, Renstra Provinsi Riau, kewenangan desentralisasi dan

dekonsentrasi di bidang ketahanan pangan yang diberikan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4816), serta kebijakan Pemerintah Pusat di bidang ketahanan pangan

dari Departemen Pertanian maupun Badan Ketahanan Pangan

Departemen Pertanian yang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38

Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

Penyusunan laporan ini secara umum berpedoman pada sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) diharapkan berbagai

kebijaksanaan dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

dapat diketahui secara luas, sehingga dapat dijadikan media dalam

pengambilan keputusan dan perbaikan guna tercapainya efisiensi dan

efektivitas pelaksanaan tugas pokok & fungsi (tupoksi) masing-masing

bagian. Oleh karenanya laporan ini juga dapat dipergunakan sebagai

alat untuk mengevaluasi diri khususnya Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya yang berguna

bagi perencanaan dan peningkatan kinerja masing-masing bagian.

1.2.Landasan Hukum

Dasar hukum untuk penyusunanLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau berikut

adalah peraturan perundang-undangan yang melatarbelakangi

penyusunan LAKIP Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

4

1. Undang Nomor 17 Tahun 2003Tentang Keuangan Negara;

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Negara

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah;

7. Surat Keputusan MENPAN Nomor: KEP-135/M.PAN/2004

tentangPedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah;

8. Peraturan MENPAN Nomor 9 Tahun 2007 tentang Indikator

KinerjaUtama

9. Peraturan MENPAN Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penyusunan Indikator Kinerja Utama;

10. Peraturan MENPAN Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Evaluasi

Kinerja Organisasi;

11. Peraturan MENPAN Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja;

12. Peraturan MENPAN Nomor 29 Tahun 2010 tentangPedoman

Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja.

13. Permentan No. 65/OT.140/12/2010 Tentang StandarPelayanan

Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

14. Peraturan MENPAN dan RB RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja Pelaporan Kinerja dan Tata Cara

Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

15. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 22 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

5

Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Satuan Polisi Pamong

Praja Provinsi Riau (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 21 Seri D,

Tambahan Lembaran Daerah Nomor 56);

16. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor

239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pengganti dari

Keputusan Kepala LAN Nomor 589/IX/6/Y/99.

17. Peraturan Gubernur Riau Nomor 17 Tahun 2011 tentang Uraian

TugasBadan Ketahanan Pangan Provinsi Riau.

1.3.Tujuan

Tujuan disusunnya laporan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah tahun 2015 adalah sebagai berikut.

1. Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja program/

kegiatan dan sasaran.

2. Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah.

3. Menilai keberhasilanorganisasi.

4. Sebagai pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai

tujuan/sasaran strategis instansi.

1.4. Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan

a. Tugas Pokok dan fungsi

Tugas pokok Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 dan

Peraturan Gubernur Riau Nomor17 Tahun 2009. Adapun Tugas

Pokok Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau adalah

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah

bidang ketahanan pangan dan dapat ditugaskan untuk

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

6

melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh

pemerintah kepada Gubernur.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun

2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741), serta

konsekuensi sebagai penggerak Ketahanan Pangan daerah

mendorong ditatanya struktur organisasi yang melahirkan Badan

Ketahanan Pangan yang dibentuk berdasarkanPeraturan Daerah

Nomor 01 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan

Lembaga Teknis Daerah Provinsi Riau, diserahi wewenang, tugas

dan tangung jawab menunjang penyelenggaraan urusan otonomi

daerah, desentralisasi, dekonsentrasi serta tugas pembantuan

dibidang ketahanan pangan di daerah. Badan Ketahanan Pangan

dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang dalam pelaksanaan

tugasnya bertanggung jawab kepada Gubernur Riau melalui

Sekretaris Daerah Provinsi Riau.

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor

17 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau yang mempunyai tugas pokok dan fungsi :

Tugas Pokok

Fungsi

Melaksanakan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan daerah

bidang ketahanan pangan dan

dapat ditugaskan untuk

melaksanakan penyelenggraan

wewenang yang dilimpahkan oleh

pemerintah kepada Gubernur.

1. Perumusan kebijakan

teknis di bidang

ketahanan pangan;

2. Penyelenggaraan urusan

pemerintahan dan

pelayanan umum di

bidang ketahanan pangan;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

7

3. Pembinaan, fasilitasi dan

pelaksanaan tugas di

bidang ketersediaan

pangan, distribusi pangan,

konsumsi dan

penganekaragaman

pangan, dan keamanan

pangan lingkup provinsi

dan kabupaten/kota;

4. Pemantauan, evaluasi dan

pelaporan bidang

ketahanan pangan;

5. Pelaksanaan

kesekretariatan badan;

6. Pelaksanaan tugas lain

yang diberikan oleh

Gubernur sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Untuk menjalankan tugas pokoknya, Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Riau mempunyai fungsi :

1. Merumuskan kebijaksanaan

2. Pengambilan keputusan

3. Perencanaan

4. Pengorganisasian

5. Pelayanan umum dan teknis

6. Pengendalian/pengarahan/pembinaan dan bimbingan

7. Pengawasan

8. Pemantauan dan evaluasi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

8

9. Pelaksanaan

10. Pembiayaan

2. Jumlah Pegawai, Tingkat Pendidikan, Pangkat dan Golongan

Tabel 1 :Tingkat pendidikan Pegawai BKP sampai dengan 31 Desember 2015

Nomor Tingkat Pendidikan

Jumlah pegawai (Orang)

1 S2 12

2 S1 33

3 DIPLOMA 2

4 SMA 31

5 SMP 0

6 SD 1

JUMLAH 79

Tabel 2 : Pangkat dan golongan pegawai BKP sampai dengan 31 Desember 2015

Nomor Pangkat Golongan Jumlah (Orang)

1. Pembina Utama Muda IV/c 1

2. Pembina TK. I IV/b 5

3. Pembina IV/a 6

4. Penata TK. I III/d 18

5. Penata III/c 10

6. Penata Muda TK. I III/b 24

7. Penata Muda III/a 7

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

9

8. Pengatur TK. I II/d 1

9. Pengatur II/c 6

10. Pengatur Muda TK. I II/b 0

11. Pengatur Muda II/a 1

JUMLAH 79

Tabel 3 : Jabatan Struktural dan Fungsional pegawai BKP sampai 31 Desember 2015

Nomor Jabatan Esselon

Jumlah Orang

1 II a 1

2 III a 5

3 IV a 11

JUMLAH 17

Struktur Organisasi :

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Riau sampai dengan

tanggal 31 Januari 2011 adalah sebagai berikut :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

10

Bagan 1: Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau.

1.5. Sistematika Laporan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah kegiatan Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau(LAKIP) Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau disusun dengan sistematika :

IKHTISAR EKSEKUTIF

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Landasan Hukum

1.3. Tujuan

1.4. Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan

1.5. Sistematika Laporan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

11

BAB II : RENCANA STRATEGIS

2.1. Visi

2.2. Misi

2.3. Tujuan

2.4. Program/Kegiatan

2.2. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja

BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Pengukuran Kinerja

3.2. Evaluasi Kinerja

3.3. Penghargaan

3.4. Akuntabilitas Keuangan

3.5. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kegiatan

BAB IV : PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

LAMPIRAN – LAMPIRAN :

- Lampiran 1 : Formulir Perjanjian Kinerja Tahun 2015

- - Lampiran 2 Formulir Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015

- Lampiran 2 : Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Tahun

2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

12

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

2.1. Visi

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau mempunyai rencana strategis

yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima)

tahun yang dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis Tahun 2014-2018.

Selanjutnya, kinerja yang ingin dicapai dalam tahun 2015 dituangkan dalam

dokumen Renja Tahun 2015.

Pada dasarnya, perencanaan strategis merupakan tipe perencanaan

yang timbul akibat kegagalan perencanaan rasional-komprehensif yang gagal

mengatasi permasalahan secara menyeluruh. Selain itu pemegang policy

dalam perencanaan strategik tidak dimonopoli oleh para teknokrat saja,

melainkan harus adanya konsensus bersama antara stakeholders sesuai

sistem yang berlaku. Terkait dengan permasalahan tersebut, maka

pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan renstra adalah melalui proses

teknis-rasional dan proses politis.

Pernyataan visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau sepenuhnya

mengacu pada pernyataan visi Riau Pembangunan 2020, yaitu sebagai:

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau mendukung peran

Pemerintahan Provinsi Riau itu melalui implementasi core area Badan

Ketahanan Pangan, yaitu: “ mewujudkan kondisi ketahanan pangan

penduduk Riau sampai pada tingkat rumah tangga sebagai sasaran

mikro baik kecukupan kuantum maupun kwalitas pangan dengan

memperhatikan aspek 3B ( Beragam, Bergizi, Berimbang ), jaminan mutu

dan kemanan pangan serta terjangkau akan daya beli masyarakat ”.

“Terwujudnya Ketahanan Pangan yang mantap dalam menciptakan

masyarakat yang berkwalitas tahun 2020“

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

13

2.2. Misi

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau berkeinginan menjadi

katalisator pembaharuan sistem ketahanan pangan yang kuat, dinamis dan

sinergis.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Badan Ketahanan Pangan

menetapkan misi sebagai berikut:

2.3. Tujuan

Adapun tujuan strategis dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima)

tahun adalah sebagai berikut :

Meningkatkan keseimbangan system ketahanan pangan dalam

mewujudkan ketahanan pangan yang mantap dan berkelanjutan.

Meningkatkan koordinasi lintas pelaku dan wilayah dalam

memantapkan sistim ketahanan pangan wilayah sebagai bagian

dari ketahahan pangan Nasional.

Mendorong dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya

menciptakan kondisi ketahanan pangan ditingkat rumah tangga

(mikro).

Meningkatkan kapasitas dan kompetensi aparat dan kelembagaan

ketahanan pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan wilayah.

Mengoptimalkan potensi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Strategis dalam mewujudkan Ketahanan Pangan.

VIS

I B

AD

AN

KE

TA

HA

NA

N P

AN

GA

N

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

14

1. Meningkatkan kapasitas sumberdaya aparatur dan kualitas sarana

prasarana perkantoran

2. Meningkatkan koordinasi dalam perumusan kebijakan ketahanan pangan

3. Meningkatkan kemampuan dalam membangun ketersediaan pangan dalam

jumlah yang cukup di seluruh rumah tangga.

4. Meningkatkan cadangan pangan untuk menanggulangi keadaan darurat

dan kerawanan pangan/bencana.

5. Mengembangkan sistem distribusi dan harga pangan untuk menjaga

stabilitas pasokan dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat

6. Membangun kesiapan dalam mengantisipasi dan menangani kerawanan

pangan.

7. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam mendukung

pembangunan ketahanan pangan

8. Meningkatkan penganekaragaman pangan melalui pengembangan pangan

lokal dan produk pangan olahan guna meningkatkan konsumsi pangan yang

beragam, bergizi seimbang dan aman

2.4. Pogram/Kegiatan

Program yang akan dilaksanakan dalam hubungannya dengan tujuan

tersebut di atas adalah sebagai berikut:

PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI :

Kegiatan Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran BKP Prov. Riau

PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR :

Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Aparatur.

PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR :

Kegiatan dalam upaya peningkatan disiplin Aparatur.

PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR

Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

15

PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN

CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN:

Kegiatan Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan Internal Badan Ketahanan

Pangan .

PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN PERTANIAN/

PERKEBUNAN:

1. Peningkatan Kapasitan dan Operasional Pengembangan Kelembagaan

DKP.

2. Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau

3. Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ketahanan Pangan

4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan

5. Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah

6. Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Riau

7. Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat

8. Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se-

Provinsi Riau.

9. Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersediaan Pangan.

10. Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok

11. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

12. Pengembangan Desa Mandiri Pangan

13. Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam.

14. Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional

15. Analisa Situasi Konsumsi Pangan Penduduk

16. Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam

Ketahanan Pangan

17. Pengembangan Pangan Lokal .

18. Sertifikasi Pangan Segar (Buah dan Sayur)

19. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

PROGRAM PENGEMBANGAN DATA/INFORMASI

1. Penyusunan Statistik Pangan

2. Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan

3. Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

16

Tahun Anggaran 2015 Badan Ketahanan Pangan Melaksanakan 7

(tujuh) program dan 45 kegiatan, 5 (lima ) program dengan 23 kegiatan

merupakan program yang ada di setiap SKPD sedangkan 2 (dua) program

dengan 22 kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh Badan Ketahanan

Pangan sebagai kegiatan pembangunan yaitu Program peningkatan

ketahanan pangan pertanian/perkebunan dengan kegiatan sebanyak 19

(sembilan belas) kegiatan dengan anggaran berjumlah Rp. 11.278.634.800,-

serta Program Pengembangan Data/Informasi dengan 3 (tiga) kegiatan

berjumlah Rp. 1.611.255.000,-

Tabel Program dan kegiatan Tahun Anggaran 2015 sebelum dan setelah perubahan sebagai berikut :

No. Nama Kegiatan Sebelum

Perubahan Setelah Perubahan

I Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

1.296.002.000,00

1.557.602.000,00

1 Penyediaan jasa surat menyurat 55.000.000,00 55.000.000,00

2 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

260.000.000,00

260.000.000,00

3 Penyediaan jasa kebersihan kantor 210.350.000,00 210.350.000,00

4 Penyediaan alat tulis kantor 150.000.000,00 150.000.000,00

5 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan 125.000.000,00 125.000.000,00

6 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/penerangan Bangunan Kantor

75.000.000,00

75.000.000,00

7 Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

25.000.000,00 25.000.000,00

8

Penyediaan makanan dan minuman

54.000.000,00 54.400.000,00

9

Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah

345.650.000,00 602.852..000,00

II

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

1.263.000.000,00

1.316.200.000,00

10 Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional 433.000.000,00 433.000.000,00 -

11 Pengadaan perlengkapan gedung kantor 50.000.000,00 63.000.000,00

12 Pemeliharaan Peralatan Gedung Kantor 175.000.000,00 198.000.000,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

17

13 Pengadaan Mebeleur 185.000.000,00 185.000.000,00

14 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor 175.000.000,00 175.000.000,00

15 Pemeliharaan rutin/berkala mobil jabatan 60.000.000,00 80.000.000,00

16 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan dan perlengkapan kantor

185.000.000,00

182.000.000,00

III

Program Peningkatan Disiplin Aparatur

180.000.000,00

180.000.000,00

17 Pegadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya

100.000.000,00 100.000.000,00

18 Pembinaan Fisik dan Mental Aparatur 50.000.000,00

50.000.000,00

IV Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

35.000.000,00

41.706.000,00

19 Pendidikan dan pelatihan formal 35.000.000,00

41.706.000,00

V

Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

230.000.000,00

214.935.000,00

20 Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD

55.000.000,00 52.120.000,00

21 Penyusunan pelaporan prognosis realisasi anggaran

25.000.000,00 24.160.000,00

22 Penyusunan Rencana Kerja SKPD 100.000.000,00

100.000.000,00

23 Penyusunan Penetapan Kinerja (PENJA), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

50.000.000,00 38.655.000,00

VIII Program Pengembangan Data/Informasi 1.300.000.000,00 1.611.255.000,00

24 Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan

1.200.000.000,00 1.381.535.000,00

25

Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Ketahanan Pangan

- 79.720.000,00

26

Penyusunan Statistik Pangan 100.000.000,00 150.000.000,00

VII Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan

11.057.101.000,00 11.278.634.800,00

27 Pemantauan dan Analisis Akses Harga Pangan Pokok

400.000.000,00 336.027.000,00

28 Pengembangan Desa Mandiri Pangan

1.634..000.000,00 1.594.827.000,00

29 Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Riau

1.800.000.000,00 1.799.575.000,00

30 Pengembangan dan Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se Provinsi Riau

455.000.000,00 416.062.800,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

18

31 Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se-Provinsi Riau

-

500.000.000,00

32 Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah

200.000.000,00

170.325.100,00

33 Monitoring, evaluasi dan pelaporan Ketahanan Pangan

150.000.000,00 150.000.000,00

34 Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan

300.000.000,00 292.700.000,00

35 Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau 400.000.000,00 394.270.000,00

36 Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

500.000.000,00 484.660.000,00

37 Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersediaan Pangan

300.000.000,00 209.359.900,00

38 Peningkatan Kapasitas dan Operasional Kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan

700.000.000,00 700.000.000,00

39 Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam

500.000.000,00 478.469.000,00

40 Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional Pengembangan Pangan Lokal

465.120.000,00 465.120.000,00

41 Analisis Situasi Konsumsi Pangan Beragam 450.000.000,00 450.000.000,00

42 Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dalam Ketahanan Pangan

990.287.000,00 1.063.587.000,00

43 Pengembangan pangan Lokal 912.694.000,00 912.694.000,00

44 Sertifikasi Pangan Segar (Buah dan Sayur) 300.000.000,00 300.600.000,00

45 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

600.000.000,00 560.958.000,00

Jumlah 15.331.101.000,00 16.170.332.800,00

2.5. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja

Seperti yang telah disampaikan di bagian sebelumnya, terdapat 7

(tujuh) sasaran yang ingin dicapai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau.

Uraian sasarandengan indikator dan target tahun 2015 ini yaitu :

1. Tercapainya Efektifitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan

Pangan. Jumlah Regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan 1

Regulasi

2. Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama, Jumlah Ketersediaan Pangan

Utama (Beras) 785,000 Ton.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

19

3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat,

Persentase Penguatan Cadangan Pangan 60 %.

4. Tercapainya Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan

Strategis di Daerah, Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan Harga

dan Akses Pangan di Daerah 100 %.

5. Tercapainya Penanganan Daerah Rawan Pangan, Peningkatan Ketahanan

Pangan Pertanian/Perkebunan 60 %.

6. Meningkatnya Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat, Jumlah Skor PPH

81, Jumlah Konsumsi Energi 2.150 Kkal/Kap/Hari, Jumlah Konsumsi

Pangan 54 Gram/Kap/Hari

7. Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan, Persentase

Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan 95 %.

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Tercapainya Efektifitas Koordianasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan

Jumlah Regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan

1 Regulasi

2 Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama

Jumlah Ketersediaan Pangan Utama (Beras)

785.000 Ton

3 Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat

Persentase Penguatan Cadangan Pangan

60%

4

Tercapainya Ketersediaan Informasi, Pasokan, Harga dan Akses Pangan Strategis di Daerah

Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah

100%

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

20

5 Tercapainya Penanganan Daerah Rawan Pangan

Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan

60%

6 Meningkatnya Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat

Jumlah Skor Pola Pangan Harapan (PPH), Jumlah Konsumsi Energi, Jumlah Konsumsi Protein

81, 2.150 Kkal/Kap/Hari,

54 Gram/Kap/Hari

7 Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan

Persentase Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

95%

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

21

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Pengukuran Kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan

dan kegagalan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah.

Pengukuran tersebut merupakan hasil suatu penilaian yang sistematik dan

didasarkan pada kelompok indikator masukan, keluaran dan hasil. Penilaian ini

merupakan proses pengolahan masukan menjadi keluaran dan hasil terhadap

pencapaian sasaran dan tujuan.

3.1. Pengukuran Kinerja

Kerangka pengukuran kinerja merupakan beberapa tahapan yang

berawal dari pengumpulan data kinerja hingga pengukuran kinerja. Indikator

yang digunakan sebagai instrumen acuan telah ditetapkan dalam

perencanaan kinerja yang terdapat dalam Rencana Kinerja. Pengukuran

kinerja dilakukan dalam format Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan

format Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS).

Rumusan yang digunakan untuk mengetahui presentase tingkat capaian

digunakan 2 (dua) rumusan yaitu :

Semakin tinggi realisasi menggambarkan pencapaian rencana tingkat

capaian yang semakin baik, maka digunakan rumusan :

Persentase Pencapaian

Rencana Tingkat Capaian

Realisasi

= x 100%

Rencana

Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian rencana

tingkat pencapaian,maka digunakan rumus :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

22

Persentase

Pencapaian

Rencana Tingkat

Capaian

Realisasi-(Realisasi-Rencana)

= x 100%

Rencana

Penilaian dilakukan dengan membandingkan hasil penghitungan

dengan skala sebagai berikut :

Lebih dari 100 % : Sangat Baik

100% > nilai > 80 % : Baik

80 % > nilai > 50 % : Cukup

50% > Nilai : Kurang

Sasaran Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun

Anggaran2015 dapat dilihat capaian kinerjanya pada uraian berikut :

Berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Ketahanan

PanganProvinsi Riau sesuai dengan RPJMD 2014-2019, Pengukuran

kinerjaadalah dasar yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau

kegagalanpelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang

telahditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi

pemerintahyaitu : (a). Tercapainya Efektivitas Koordinasi Perumusan

Kebijakan Ketahanan Pangan, (b). Tersedianya pangan Utama beras, (c).

Penguatan Cadangan Pangan, (d) Ketersediaan Informasi Pasokan Harga

dan Akses Pangan Strategis di Daerah, (e) Penanganan Daerah Rawan

Pangan, (f)Peningkatan Konsumsi Pangan Penduduk sesuai Pola Pangan

Harapan yang ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan(PPH), (g)

Pembinaan dan Pengawasan Pangan.

3.2.1 Tercapainya Efektifitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan

Indikator kinerja adalah : Jumlah regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan

(1 Regulasi) Capaian: 0 regulasi.

3.2.2 Tercapainya Ketersediaan Pangan UtamaIndikator Kinerja Ketersediaan

Pangan Utama adalah Jumlah Ketersediaan Pangan Utama (Beras :

785.000 Ton).Indikator Kinerja Ketersediaan pangan utama diukur

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

23

berdasarkan ketersediaan beras di Provinsi Riau, ketersediaan beras di

Provinsi riau dapat dilihat dari sisi produksi wilayah provinsi Riau dan

pasokan/impor dari daerah lain ke Provinsi Riau.

Ketersediaan beras berasal dari produksi beras dan pasokan beras dari

impor dari luar daerah (Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara, sumatera

Selatan, Jambi dan antar pulau. Total ketersediaan pangan pada tahun

2015 adalah 853.173 Ton, meningkat 8,68 persen dari yang ditargetkan

pada tahun 2015 (785.000 Ton).

Kalau dilihat potensi produksi padi dari data tahun 2010 – 2015 terlihat

cenderung menurun, pada tahun 2014 kekurangan produksi beras dari

kebutuhan konsumsi beras provinsi Riau adalah 62.20 persen, untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk 47,8 persen di datangkan dari

luar provinsi Riau, dimana 39 persen kebutuhan pasokan disuplay oleh

provinsi Sumatera Utara, 25 persen Provinsi Sumatera Barat, 25 persen

Provinsi Sumatera Selatan, 25 persen pasokan antar pulau.

Upaya yang dilakukan untuk pencapaian ketersediaan beras tersebut

adalah:

a. Membangun kerjasama distribusi beras antara gapaktan/lumbung pangan

antar provinsi pemasok dan antar kabupaten dalam upaya membangun

stabilitas pasokan;

b. Berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan, BMPD, Kepolisian dalam

rangka pengamanan jalur distribusi pangan sehingga kelancaran

distribusi dan pasokan pangan dapat terjaga sepanjang waktu;

c. Penguatan ketersediaan pangan di lumbung pangan dan gapoktan;

sehingga gabah dan beras tersedia selalu di lumbung pangan dan

penggilingan dalam rangka pengamanan ketersediaan pangan pada saat

paceklik;

d. Peningkatan produksi melalui peningkatan produksi secara intensifikasi

dan ekstensifikasi melalui kegiatan Pajale (Dinas Pertanian dan

Peternakan); Peningkatan produksi sangat diperlukan untuk mengurangi

ketergantungan terhadap pasokan beras dari daerah lain;

Kondisi ketersediaan beras tahun 2010-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

24

Tabel 1. Kebutuhan, Produksi, Pasokan dan Ketersediaan Beras

Tahun 2010 - 2014

Ctt : Sumber data BPS Provinsi Riau, Tahun 2015 adalah angka ramalan, data

diolah BKP

3.2.3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat

Target Indikator kinerja Persentase Penguatan Cadangan Pangan (60%)

Cadangan pangan Pemerintah Provinsi Riau pengadaannya bersumberkan

dana APBD Provinsi Riau Tahun 2013 dengan volume : 111,5 ton beras,

pada tahun 2015 dialokasikan cadangan pangan 184,783 ton, total

Pengadaan sampai tahun 2015 adalah 296,283 ton persentase realisasi

pengadaan adalah 148,142 persen, realisasi stok opmane pada akhir tahun

2015 adalah 125,92 persen.

Tabel 2. Realisasi Pengadaan, Penyaluran dan Sisa Stok Beras Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau Tahun 2015

Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau diatur melalui

Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2013, Tujuannyanya antara lain :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

25

a. Meningkatkan penyediaan pangan untuk menjamin pasokan pangan yang

stabil antar waktu dan antar daerah;

b. Memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang mengalami keadaaan

darurat dan paceklik berkepanjangan serta antisipasi kerawanan pangan

pasca bencana dan kerawanan pangan spesifik lokasi;

c. Instrumen stabilisasi harga pangan khususnya mengantisipasi goncangan

dari pasar domestik maupun internasional; dan

d. Meningkatkan akses pangan kelompok masyarakat rawan pangan

transien terutama pada daerah terisolir dan/dalam kondisi darurat karena

bencana dan paceklik berkepanjangan maupun masyarakat rawan pangan

kronis karena kemiskinan.

Sasaran dari pendistribusian cadangan pangan pemerintah adalah sebagi

berikut :

a. Kerawanan pangan pasca bencana sebagai akibat bencana alam atau

keadaan darurat;

b. Perubahan gejolak harga yang signifikan (kenaikan lebih dari 25 % dari

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) selama dua bulan berturut-turut;

c. Rawan pangan transien khususnya pada daerah terisolir dan/dalam

kondisi darurat karena bencana, kerawanan pangan spesifik lokasi

maupun masyarakat rawan pangan kronis karena kemiskinan (gagal

panen/puso);

Pada akhir Desember 2015 telah didistribusikan beras cadangan pangan

pemerintah provinsi Riau 21.230 kg untuk korban banjir Kabupaten Rokan

Hulu dan 23.430 kg untuk petani yang mengalami gagal panen/ puso di

kabupaten Kuantan Singingi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

26

3.2.4. Tercapainya ketersediaan informasi, pasokan, harga dan akses pangan

strategis di daerah. Aspek distribusi pangan dapat digambarkan sebagai

suatu proses yang dinamis tentang bagaimana pangan itu disalurkan kepada

konsumen/rumah tangga dari waktu ke waktu. Untuk memperoleh informasi

tentang aspek distribusi pangan ini dibutuhkan informasi dasar yang terkait

dengan harga, pasokan dan akses pangan.

Gejolak harga pangan dapat menunjukkan gejala terganggunya

distribusi pangan yang mungkin disebabkan kurangnya pasokan atau

meningkatnya permintaan. Ketidakcukupan pasokan pangan di suatu wilayah

dapat menjadi indikator adanya gangguan-gangguan pada proses distribusi

seperti kurang baiknya sarana transportasi, adanya dampak iklim seperti

banjir, gelombang tinggi dan sebagainya. Sementara itu, akses pangan dapat

menjadi indikator tentang berhasil atau tidaknya proses distribusi pangan

yang dapat menggambarkan apakah pangan telah didistribusikan dengan

merata dan terjangkau oleh masyarakat secara fisik dan ekonomi.

Gangguan pada pasokan, harga dan akses pangan perlu segera

mendapat respon kebijakan dari pemerintah, karena dapat menimbulkan

gejolak sosial di masyarakat dan dapat mengakibatkan terganggunya kondisi

sosial politik nasional. Oleh karena itu diperlukan suatu Sistem Deteksi Dini

(Early Warning System) tentang kondisi pasokan, harga, dan akses pangan

dari seluruh pelosok tanah air, yang cepat (up to date) dan akurat, agar dapat

segera dilakukan antisipasi dan respon terhadap kemungkinan terjadinya

gejolak.

TUJUAN :

a. Mengembangkan basis data pasokan, harga dan akses pangan yang

mudah diakses;

b. Menyediakan data/informasi yang cepat dan akurat tentang pasokan,

harga dan akses pangan sebagai bahan deteksi dini untuk

mengantisipasi terjadinya gangguan distribusi pangan;

c. Menyediakan hasil analisis tentang pasokan, harga dan akses pangan

secara periodik sebagai bahan perumusan kebijakan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

27

SASARAN

Sasaran yang hendak dicapai oleh kegiatan ini adalah terpenuhinya

kebutuhan data dan informasi harga, pasokan dan akses pangan untuk

perumusan kebijakan distribusi pangan pokok secara cepat dan tepat.

PEMANTAUAN

Pemantauan harga pangan dilakukan di 12 kab/kota provinsi Riau,

masing-masing kab/kota melaporkan harga pangan setiap minggu.

Pemantauan Pasokan pangan dilakukan di 5 (lima) jembatan timbang di

provinsi Riau. Pemantauan pasokan tahun 2015 mengalami kendala,

karena pemantauan pasokan pangan hanya bisa dilaksanakan di satu

jembatan timbang, yaitu di Jembatan Timbang Logas Kabupaten Kuantan

Singingi. Sedangkan empat jembatan timbang yang lain tidak

beroprerasional.

INDIKATOR KINERJA

Target Indikator Kinerja Persentase Ketersediaan Informasi Harga,

Pasokan dan Akses Pangan di daerah sebesar 100%.

Indikator kinerja Ketersediaan Informasi Harga, Pasokan dan Akses

Pangan tahun 2015 belum mencapai 100%, hal ini disebabkan oleh

terganggunya informasi pasokan pangan, akibat tidak semua jembatan

timbang Dinas perhubungan beroperasi.

Indikator Ketersediaan Informasi Harga, Pasokan dan Akses Pangan di

daerah sebesar 91,11%. Untuk lebih jelas dapat dilihat di daftar tabel

dibawah ini.

Kegiatan yang mendukung, yaitu :

- Pemantauan Harga, Pasokan dan Akses Pangan

- Laporan Harga Pangan Pokok

I. Nilai Capaian Ketersediaan Informasi Harga, Pasokan, dan Akses Pangan Tahun 2015

I

J T R % T R % T R %

1. Komoditas 9 9 100 9 9 100 9 9 100

2. Lokasi 12 12 100 5 1 20 12 12 100

3. Waktu (Minggu) 52 52 100 52 52 100 2 2 100

Ki 100 73,333333 100

Nilai Capaian

Ketersediaan 91,11

1 = Harga 2 = Pasokan 3 = Akses

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

28

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

29

3.2.5. Tercapainya Penanganan Daerah Rawan Pangan, 0 (nihil)

Keterangan: Kegiatan PDRP pada Tahun Anggaran 2015 tidak ada.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 30

3.2.6. Meningkatnya Konsumsi Pangan Penduduk sesuai Pola Pangan

Harapan

1) Meningkatkan kwalitas konsumsi pangan masyarakat

2) Indikator kinerja.

- PPH = 81

- Konsunsi Energi 2.150/kal/kap/hari.

- Konsumsi Protein 54 gram/kap/hari.

3) Realisasi

- PPH 81.5

- Konsumsi Energi 2.083/kal/kap/hari

- Konsumsi Protein 53 gram/kap/hari

4) Hasil

- PPH = Pada skor PPH antara target dan realisasi terdapat peningkatkan

sebesar 0.5. Dalam pemahaman konsumsi pangan beragam bergizi

seimbang dan aman, masyarakat sudah mengatur pola makan yang

sesuai petunjuk B2SA.

- Konsumsi Energi = Antara target dan realisasi tidak tercapai sebesar 67.

Dari hasil analisis penggunaan kelompok bahan pangan di masyarakat

belum seimbang karna masih terbiasa dengan kelompok bahan pangan

tertentu seperti, padi-padian, minyak dan lemak, kacang-kacangan, gula

dan sangat rendah mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah.

- Komsumsi Protein = Di masyarakat dalam mengkonsumsi protein hewani

dan nabati, sayur-sayuran dan buah belum seimbang namun dari

kecukupan protein 30amper sempurna.

3.2.7 Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan

Target : 95 % Realisasi : 82 %

Pengawasan keamanan pangan dilakukan di pasar tradisional di 12 Kabupaten

Kota dan dilakukan secara berkala setiap 4 (empat ) bulan. Pada saat pengawasan

dilakukan pengambilan sampel pangan segar (buah dan sayur) kemudian dikirim

ke laboratorium pestisida untuk uji residu pestisida. Dari hasil laboratorium

sebanyak 100 sampel pangan segar ternyata 19 sampel pangan segar (buah dan

sayur) mengandung residu pestisida. Diantara pangan segar yang terdeteksi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 31

mengandung residu pestisida antara lain Mentimun , tomat, kol, daun bawang,

cabe keriting, kangkung darat, bayam, bawang merah, jeruk, kentang dan kacang

panjang. Dari tanya jawab dengan pedagang, pada umumnya pangan segar yang

dijual di pasar tradisional berasal dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara,

sedangkan bayam dan kangkung darat berasal dari daerah setempat.

Penggunaan pestisida sulit dihindari untuk tanaman sayur-sayuran hal ini karena

tanaman tersebut sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman,

untuk itu perlu ditingkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan

pestisida yang sesuai dengan anjuran sehingga pada saat panen pangan segar

tidak mengandung residu pestisida. Untuk pangan segar yang berasal dari daerah

lain, dilakukan koordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan daerah asal pangan

segar.

Kegiatan lain yang dilakukan adalah pemberian sertifikat prima 3 kepada pelaku

usaha (petani) yang memproduksi buah dan sayur yang tidak mengandung residu

pestisida. Tahun 2015 dilakukan sertifikasi prima 3 untuk 19 orang petani dengan

rincian Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 5 orang komoditi jeruk, Kabupaten

Rokan Hulu sebanyak 5 orang dengan komoditi jeruk dan Kabupaten Kampar

sebanyak 9 orang dengan komoditi manggis dan jeruk.

Tabel hasil uji residu pestisida tahun 2015

Komoditi Jumlah sampel Jumlah terdeteksi % terdeteksi % tak terdeteksi

Buah 20 3 15 85 Sayur 60 13 22 78

Capaian kinerja masing-masing sasaran dan indikator dapatdiilustrasikan

sebagaimana ditampilkan pada tabel pengukurankinerjastrategis Badan Ketahanan

Pangan tahun 2015 dibawah ini :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 32

No. Sasaran Indikator Sasaran Satuan

Rencana Tingkat Capaian (Target)

Realisasi

Prosentase Tingkat Capaian

1 2 3 4 5 6 7

1. Tercapainya Efektivitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan

Jumlah Regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan

Regulasi 1 0 0

2. Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama

Jumlah Ketersediaan Pangan utama (Beras)

Ton

785.000

853.173

108.68

3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat

Persentase Penguatan Cadangan Pangan

%

60

70.17

116,95

4. Tercapainya Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan Strategis di Daerah

Persentase Ketersediaan

Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan Daerah

% 100 91,11 91,11

5. Tercapainya penanganan Daerah Rawan Pangan

Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan

%

60

0

0

6 Tercapainya Konsumsi Pangan Penduduk sesuai Pola Pangan Harapan

Jumlah Skor Pola pangan harapan, Jumlah Konsumsi Energi, Jumlah Konsumsi Pangan

Kkal/Kap/ hari

Gram/Kap/ hari

81

2.150 54

81,5 2.083

53

100,62 96,88 98,15

7 Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan

Persentase Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

% 95 82 86,32

JUMLAH 77,63

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengukuran pencapaian kinerja sasaran

Badan Ketahanan Pangan Provinsi RiauTahun 2015 adalah 77,63%.

Untuk pencapaian sasaran yang telah ditetapkan,pencapaian kinerja 22 (dua

puluh dua) kegiatan Badan Ketahanan Pangan ProvinsiRiau pada tahun 2015

dapat dilihat pada tabel berikut :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 33

NO. KEGIATAN Persentase

Capaian Input

Persentase Capaian Output

Persentase Capaian Outcome

Rata-rata

1 Peningkatan Kapasitas dan Operasional Pengembangan Kelembagaan BKP

56,48

100.00

100.00

66.67

2 Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau

81,05

100.00

100.00

66.67

3 Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan

65,22

100.00

100.00

66.67

4 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan

68,43

100.00

100.00

66.67

5 Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah

93,92

100.00

100.00

66.67

6 Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Riau

93,89

100.00

100.00

66.67

7 Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat

70,32

56.67

56.67

37.78

8 Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se-Provinsi Riau

63,76

100.00

100.00

66.67

9 Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersidiaan Pangan

82.31

100.00

100.00

94.10

10 Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok

87.75

100.00

100.00

95.92

11 Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

56.47

100.00

100.00

85.49

12 Pengembangan Desa Mandiri Pangan

86.36

94.17

100.00

93.51

13 Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam

81.17

100.00

100.00

93.72

14 Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional

69.49

100.00

100.00

89.83

15 Analisa Situasi Konsumsi Pangan Penduduk

74.16

100.00

100.00

91.39

16 Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dan Ketahanan Pangan

72.17

100.00

100.00

90.72

17 Pengembangan Pangan Lokal 59.13 91.67 91.67 80.82

18 Sertifikasi Pangan (Buah dan Sayur)

71.13

75.00

75.00

73.71

19 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

78.47

100.00

100.00

92.82

20 Penyusunan Statistik Pangan 63.15

100.00

100.00

87.72

21 Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan

63.68

100.00

100.00

87.89

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 34

22 Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan

31.68

100.00

100.00

77.23

JUMLAH

69.79

96.25

96.52

79.06

Keterangan : Makin besar angka persentase hasil penilaian, makin baik kinerja pelaksanaan kegiatan tersebut.

Tabel di atas menunjukkan pencapaian kinerja kegiatan Badan Ketahanan Pangan

Provinsi RiauTahun2015 adalah 79,06 %.Dengan catatan bahwa untuk kegiatan-

kegiatan dalam program pilihan penilaian “Persen Capaian Outcome” adalah angka

capaian outcome harapan, sedangkan kegiatan-kegiatan dalam program wajib

penilaiannya adalah output kegiatan langsung dirasakan manfaatnya.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa terdapat tujuan dan sasaran yang

ditargetkan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi RiauTahun 2015. Berikut ini

adalah rincian sasaran, indikator, realisasi kinerja yang dilaksanakan tahun

2015 :

1. Efektifitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan. Jumlah

Regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan 1

Regulasi tidak terealisasi pada tahun 2015.

2. Ketersediaan Pangan Utama (beras) dengan jumlah realisasi sebesar 853.173

ton, atau tingkat capaian target sebesar 108,68 %. dari jumlah Ketersediaan

Pangan Utama (Beras).

3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat,

dengan realisasi 70,17 %, atau tingkat capaian targettahun 2015 sebesar 116,

95 %.

4. Tercapainya Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan

Strategis di Daerah, Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan

Akses Pangan di Daerah 91,11 %.

5. Penanganan Daerah Rawan Pangan,capaiannya 0 % tahun 2015.

6. Meningkatnya Konsumsi Pangan Masyarakat, Perbaikan menu makanan

rakyat yang bermutu, beragam, bergizi seimbang, aman, halal dan

meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan sesuai potensi

sumberdaya lokal. Indikator sasaran ini adalah Tercapainya Skor Pola Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 35

Harapan (PPH) sebesar 81 Realisasi sampai dengan tahun 2015 adalah

81,5, angka capaianya 100,62 %. Untuk konsumsi Energi Penduduk 2.083

dan konsumsi protein Penduduk 53 angka capaianya 96,88 % dan 98,15 %.

Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah Kegiatan Analisis Situasi

Konsumsi Pangan Penduduk.

7. Pembinaan dan Pengawasan Pangan, realisasi yang terlaksana82 % atau

tingkat capaian 86,32 % dari target.

3.2 EVALUASI KINERJA

Evaluasi kinerja dilakukan terhadap pencapaian setiap indikator kinerja

kegiatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-halyang

mendukung keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan suatu program atau

kegiatan dengan membandingkan persentase capaian Indikator Kinerja Utama

pada tahun 2015 dengan tahun sebelumnya. Evaluasi bertujuan agar diketahui

pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka

pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan

program atau kegiatan di masa yang akan datang.Adapun hasil evaluasi kinerja

dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau pada tahun 2015 dapat dijelaskan

sebagai berikut :

No. Sasaran Indikator Sasaran Target 2015

Capaian 2014

Capaian 2015

Prosentase Tingkat Capaian

1 2 3 4 5 6 7

1. Tercapainya Efektivitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan

Jumlah Regulasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan

1 Regulasi - - -

2. Tercapainya Ketersediaan Pangan Utama

Jumlah Ketersediaan Pangan utama (Beras)

785.000 Ton

-

853.173

108.68

3. Tercapainya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat

Persentase Penguatan Cadangan Pangan

60%

-

70.17

116,95

4. Tercapainya Ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses

Persentase Ketersediaan

Informasi Pasokan Harga dan Akses

100 % 60 % 91,11 % 91,11

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 36

Pangan Strategis di Daerah

Pangan Daerah

5. Tercapainya penanganan Daerah Rawan Pangan

Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan

60 %

-

-

-

6 Tercapainya Konsumsi Pangan Penduduk sesuai Pola Pangan Harapan

Jumlah Skor Pola pangan harapan, Jumlah Konsumsi Energi, Jumlah Konsumsi Pangan

81 2.150

Kkal/Kap/hari 54

Gram/Kap/hari

79,5

1.973 52

81,5 2.083

53

100,62 96,88 98,15

7 Tercapainya Pembinaan dan Pengawasan Pangan

Persentase Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

95 % 80 % 82 % 86,32

3.2.1. Ketersediaan Pangan di Provinsi Riau

Dalam rangka membangun kemandirian pangan, pemerintah berusaha agar

pemenuhan kebutuhan pangan diutamakan dari produksi dalam negeri dan

meminimalisasi ‟import‟. Kemampuan untuk menjamin seluruh penduduk

memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak, aman dan halal didasarkan

pada optimalisasi sumberdaya domestik dengan demikian sangat penting untuk

dibangun. Produksi dan produktivitas yang rendah merupakan salah satu tantangan

dalam mewujudkan ketahanan pangan. Oleh karenanya upaya-upaya untuk terus

meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian di wilayah Provinsi Riau dalam

kerangka memperkuat ketahanan pangan wilayah maupun ketahanan pangan

nasional. Issu lainnya yang mengancam peningkatan produksi pangan adalah alih

fungsi lahan yang makin hari semakin meningkat, beralihnya ke sektor non pangan

seperti perkebunan dan perumahan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 37

Tabel 2. Kebutuhan Pangan Provinsi Riau Tahun 2010 - 2015

Sumber Data : Angka Penduduk BPS Provinsi Riau Angka Konsumsi berdasarkan survey Konsumsi BKP Riau

Untuk melihat kebutuhan konsumsi pangan yang diperlukan oleh penduduk

Riau dalam memenuhi kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 4. Pertumbuhan

Kebutuhan konsumsi pangan pada umumnya bertanda positif yang mengambarkan

kebutuhan konsumsi pangan meningkat setiap tahunnya seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk, komoditas yang mengalami penurunan

pertumbuhan adalah kedelai, hal tersebut merupakan akibat dari pembatasan kuota

import kedelai.

Kebutuhan beras provinsi Riau tahun 2015 adalah 666.162 ton, pertumbuhan

kebutuhan beras pertahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk,

walaupun program diversifikasi pangan sudah di sosialisasikan di tengah

masyarakat tetapi penurunan konsumsi beras masih belum signifikan, pertumbuhan

kebutuhan beras dari tahun 2010 – 2015 adalah positif 3,2 persen. Pertumbuhan

kebutuhan komoditas pangan dari tahun 2010-2015 rata-rata bertanda positif,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 38

pertumbuhan kebutuhan yang bertanda negatif adalah pada komoditas kedelai,

dimana dari tahun 2012sampai tahun 2014 konsumsi kedelai mengalami penurunan

dari pada tahun 2010 dan 2011, sehingga berpengaruh pertumbuhan kebutuhan.

Tabel 3. Produksi Komoditas Pangan Provinsi Riau Tahun 2010-2015.

Sumber Data : Angka 2010-2014 ATAP BPS Provinsi Riau , 2015 angka ramalan

Tabel 3 menyajikan data mengenai produksi pangan ProvinsiRiau tahun 2010-

2015. Perkembangan produksi pangan terutama beras di ProvinsiRiau selama lima

tahun terakhir (2010-2015) terjadi penurunan produksi yaitu negatif 9,2 persen pada

komoditi beras, jagung pada perode lima tahunan menunjukkan penurunan produksi

negatif 8,7 persen, pertumbuhan kelompok kacang-kacangan, kacang kedelai

negatif15,2 persen, kacang tanah negatif 13,0 persen, kacang hijau negatit 13,8

persen, pertumbuhan kelompok umbi-umbian komoditi ubi jalar negatif 5,2 persen, ubi

kayu positif 11,6 persen dan Sagu negatid 0,3 persen. Buah-buahan pertumbuhan

meningkat yaitu positif 25,8 persen sayur-sayuran meningkat yaitu positif 23,4persen,

komoditi daging terjadi peningkatandan pertumbuhannya positif 13,4 persen dan telur

terjadi penurunan yaitu negatif 2,9 persen. Sedangkan produksi ikan terjadi

peningkatan pertumbuhan yaitu positif 12,5 persen pertahun.

Tabel 4. Pasokan Komoditas Pangan Provinsi Riau Tahun 2010 - 2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 39

Sumber : Data Diolah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Riau diperlukan

pasokan pangan dari provinsi tetangga dan perdagangan antar pulau, daerah yang

memasok provinsi Riau adalah Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera

Selatan dan perdagangan antara pulau. Volume pasokan perkomoditi beragam sesuai

dengan potensi produksi daerah pemasok dan kelancaran jalur distribusi masing-

masing daerah. (Tabel 4).

Gambar 1. Perkiraan/Proyeksi, Pasokan, Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun

2015.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 40

Permintaan untuk konsumsi biasanya terjadi peningkatan yang signifikan

terhadap bahan-bahan pangan dalam menghadapi hari-hari besar keagamaan seperti

menghadapi bulan puasa, hari raya idul fitri. Prilaku tersebut lebih disebabkan 1)

kebiasaan masyarakat untuk menjamu tamu atau saudara; 2) adanya antisipasi stok

dirumah tangga karena aktifitas hari Raya Idul Fitri berakibat pada hari kedua sampai

ke empat lebaran biasanya aktifitas pasar masih sepi, 3) antisipasi penyediaan pangan

karena arus mudik waktu lebaran, mengakibatkan permintaan pangan di daerah tujuan

mudik meningkat.

Mengingat penduduk Riau 90 persen beragama islam, maka prilaku permintaan

pangan mulai meningkat menjelang bulan Ramadan yang terjadi pada minggu ketiga

Juni, tapi selang permintaan sudah mulai pada hari ke 7 (seminggu) sebelumnya.

Permintaan ini meningkat selain keinginan amannya stok rumah tangga pada hari

pertama menghadapi ibadah puasa juga di latarbelakangi oleh hampir semua daerah

memiliki kebiasaaan acara petang medang/balimau dalam menghadapi bulan

Ramadan, acara ini diikuti dengan acara adat dan makan-makan bersama, komoditas

yang permintaannya meningkat signifikan adalah beras, cabe, komoditas peternakan

adalah telur dan daging ayam.

Ada prilaku permintaan komoditas telur yang harus diantisipasi, mulai memasuki bulan

Ramadan industri kue sudah memulai aktifitasnya sehingga permintaan telur terus

meninggkat sampai pada hari raya Idul Fitri. Prilaku permintaan komoditas lain

semuanya memperlihatkan gejala peningkatan tahunan, dengan demikian harus dapat

diantisipasi dengan pengamanan jalur-jalur distribusi pasokan pangan dan berupaya

menambah ketersediaan pasokan di pasar. Masalah yang sering terjadi adalah

terjadinya lonsor dijalur masuk provinsi Riau karena jalur darat dari provinsi tetangga

ke arah Sumatera Barat merupakan jalur yang rawan lonsor, sehingga dapat

menganggu pasokan pangan yang bisa menyebabkan terjadi kekurangan supplay

yang dapat memicu kenaikan harga yang disebabkan oleh demand meningkat.

Banyak faktor yang menjadi kendala peningkatan produktivitas dan produksi

pangan di ProvinsiRiau dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh penduduknya.

Diantaranya yang terpenting adalah:

1. Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim global

2. Lemahnya Ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan air

3. Status dan luas kepemilikan lahan sangat terbatas (< 0,5 Ha)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 41

4. Sistem perbenihan dan perbibitan nasional dan regional belum berjalan optimal

5. Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usahatani

6. Lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh

7. Masih rendahnya ketahanan pangan dan ketahanan energi

8. Diversifikasi pangan dengan baik belum dilaksanakan secara optimal

9. Rendahnya Nilai Tukar Petani (NTP)

10. Kurangnya keterpaduan antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian

11. Kurang optimal kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian.

12. Tingginya alih fungsi lahan baik ke sektor perkebunan maupun sektor perumahan (perkotaan).

13. Belum ditetapkannya revisi RTRWP Provinsi Riau 2010-2030

1. Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2015

KegiatanPengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat

berbasiskan kegiatan lumbung pangan dengan komoditi adalah gabah/beras dan

komoditi sagu.Kegiatan ini merupakan pemberdayaan kelompok melalui pelatihan,

pembinaan dan memberikan fasilitasi bantuan sosial sesuai tujuan kegiatan dan

disesuaikan dengankebutuhan kelompok.

a. Tujuan kegiatan adalah :

1. Untuk menjamin gabah/beras/sagu tetap ada di lumbung/gudang/bangsal

sebagai cadangan pangan kelompok;

2. Untuk menjaga stabilitas harga pangan terutama gabah/beras pada saat

terjadinya masa paceklik;

3. Meningkatkan pengetahuan dan sikap positif kelompok sagu terhadap produk-

produk pangan olahan;

4. Meningkatkan kesadaran kelompok lumbung atau kelompok sagu dalam

pengolahan pangan yang bermutu, aman dan berkualitas;

5. Mengembangkan teknologi pangan yang tepat guna pada kelompok lumbung

atau kelompok sagu;

6. Menumbuhkembangkan pemberdayaan kelompok untuk mengoptimalkan

kelembagaan lumbung pangan maupun kelompok sagu.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 42

2. Sasaran dan Penerima Manfaat Sasaran program/kegiatan adalah 10 (sepuluh) kabupaten di Provinsi Riau dan

sasaran penerima manfaatpada tahun 2015 kegiatan pengembangan dan

pemberdayaan cadangan pangan masyarakat dilakukan dengan memberikan

dana bantuan sosial pada 67 (enam puluh tujuh) kelompok, yang dana

bantuannya berada di Sekretariat Daerah Provinsi Riau yaitu :

1. 38 (tiga puluh delapan) kelompok untuk membangun gudang atau lumbung;

2. 3 (tiga) kelompok untuk membangun lantai jemur;

3. 7 (tujuh) kelompok untuk penguatan modal usaha kelompok lumbung pangan;

4. 16 (enam belas) kelompok pembuatan bangsal dan alat pengolahan sagu

modifikasi lokal;

5. 2 (dua) kelompok untuk penguatan modal usaha kelompok sagu.

3. Indikator Keberhasilan kegiatan

Indikator keberhasilan kegiatan Pengembangan dan pemberdayaan cadangan

pangan masyarakat dapat dilihat dari pencapaian indikator :

1. Tersedianya gabah/beras/sagu di lumbung pangan sebagai cadangan pangan

minimal untuk memenuhi kebutuhan anggotanya;

2. Meningkatnya nilai tambah produk gabah/beras/sagu yang berada

dilumbung/bangsal dengan melakukan kegiatan jual beli gabah/beras/sagu

sebagai unit pengelola cadangan pangan;

3. Meningkatnya aktivitas pembelian minimal dari produksi anggotanya oleh unit

usaha pemasaran dan pengolahan;

4. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya

pengelola kelompok.

4. Strategi Kegiatan

Strategi pengembangan cadangan pangan masyarakat dapat dilakukan

melalui :

1. Memberikan dukungan kepada kelompok untuk memperkuat kemampuannya

.dalam penyediaan dan pengelolaan cadangan pangan sehingga mudah

diakses dan tersedia setiap waktu secara berkelanjutan;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 43

2. Memberikan dukungan kepada kelompok untuk memperkuat permodalan

dalam pengembangan usaha dan berkelanjutan kelembagaan lumbung

pangan;

3. Mengolah sagu menjadi bahan makanan sehingga dapat mengembangkan

produk lokal yang pada akhirnya dapat meningkatkan konsumsi sagu

sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap beras;

Agar tercapainya strategi seperti tersebut diatas maka diperlukan

langka-langkah sebagai berikut :

1. Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, melalui pelatihan dan

pembinaan;

2. Penguatan kapasitas kelembagaan cadangan pangan masyarakat melalui

pemberian fasilitas bantuan untuk pembangunan gudang dan bangsal

pengolahan sagu;

3. Penguatan cadangan pangan melalui tabungan swadana kelompok dan

fasilitas bantuan cadangan pangan kelompok.

4. Penguatan jaringan usaha dan kemitraan.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pemberdayaan cadangan

pangan masyarakat dapat dilihat pada kegiatan lumbung pangan dan

pengembangan pangan alternative (sagu). Pemanfaatan dana bantuan sosial

yang diusulkan pada Sekretariat Daerah digunakan untuk kegiatan-kegiatan :

1. Kelompok Lumbung Pangan, pemanfaatan bantuan sosial oleh kelompok

lumbung digunakan untuk :

a. Pembangunan Lumbung Pangan/Gudang

Dilaksanakan pemberian bantuan yang digunakan untuk membeli bahan

material pembangunan fisik lumbung pangan.

b. Pembuatan Lantai Jemur

Merupakan pengembangan kegiatan lumbung pangan dari unit

penyimpanan gabah menjadi unit penyimpanan dan pengolahan gabah,

pemberian bantuan sebagian besar digunakan untuk membeli bahan

material pembangunan lantai jemur dan selebihnya ada untuk

pengisian/pengadaan cadangan pangan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 44

c. Penguatan Modal Usaha Lumbung Pangan

Merupakan pengembangan usaha lumbung dengan memberi bantuan yang

digunakan sebagai modal membeli gabah atau beras sebagai peningkatan

volume cadangan pangan dan kegiatan penunjang lainnya.

2. Kelompok Sagu

a. Pembangunan Bangsal dan Alat pengolahan Sagu Modifikasi Lokal

Pemberian bantuan dilakukan untuk membeli material pembangunan

bangsal dan alat pengolahan tual sagu yang sederhana (modifikasi lokal).

b. Penguatan Modal Usaha Kelompok Sagu

Pemberian bantuan dilakukan sebagai modal membeli tual sagu sebagai

peningkatan volume cadangan pangan dan kegiatan penunjang lainnya.

5. Pelaksanaan Kegiatan

1. Persiapan kegiatan

Persiapan Kegiatan berkaitan dengan penyusunan dasar hukum, aturan dan

blanko seperti panduan kegiatan, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan, blanko

identifikasi dan verifikasi, berita acara identifikasi dan verifikasi, blanko

monitoring volume cadangan tingkat kelompok.

2. Identifikasi dan Verifikasi Calon Penerima Bantuan Sosial Tahun 2015

Identifikasi dan verifikasi calon penerima bantuan sosial Tahun 2015 dilakukan

pada kelompok-kelompok Lumbung Pangan yang diusulkan oleh Badan/Dinas

Yang Menangani Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota. Jumlah kelompok yang

diusulkan oleh kabupaten/kota berjumlah 67 (enam puluh) kelompok terdiri dari

kelompok lumbung pangan daerah konsumen (daerah yang tidak memiliki

potensi penanaman padi), lumbung pangan produsen (daerah yang memiliki

sumberdaya pengembangan padi) dan kelompok sagu yaitu kelompokmyang

memiliki kebun sagu dan berpotensi untuk dikembangkan unit pengolahan

tepung sagu.

Identifikasi yang dilakukan mencakup komponen :

a. Kelompok yang diidentifikasi yaitu namanya, kepengurusan (Ketua,

Sekretaris, Bendahara) jumlah anggota berapa orang, berdiri tahun berapa,

berita acara pendirian kelompok;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 45

b. Potensi yang dimiliki oleh kelompok yang untuk mendukung pembangunan

lumbung pangan (luas lahan sawah, jika daerah produsen, potensi

kebutuhan beras perbulan didaerah konsumen; produksi padi/beras)

c. Pengolahan Hasil, jika diproduksi berapa jumlah yang dikonsumsi sendiri,

jumlah yang dijual, jumlah yang disimpan;

d. Jenis Usaha, aktivitas kelompok apakah beli gabah, jual gabah, beli gabah

jual beras, dan usaha penggilingan padi;

e. Daftar aset yang dimiliki oleh kelompok untuk mendukung usaha seperti

kepemilikan mesin pembajak (Traktor/Hand Traktor), alat perontok gabah,

dll;

f. Modal kelompok, berkaitan dengan sumber modal, jumlah dan

perkembangan modal kelompok;

g. Dinamika kelompok berkaitan dengan aktifitas kelompok, pertemuan rutin

kelompok,

Verifikasi mencakup komponen :

a. Organisasi Kelompok, berkaitan susunan kepengurusan, pengukuhan

pengurus, waktu pembetukan kelompok (kelompok baru/kelompok lama),

dinamika kelompok dapat digambarkan dengan aktivitas pertemuan

kelompok dan administrasi dari dinamika kelompok berupa daftar hadir dan

notulen pertemuan;

b. Administrasi dan keuangan kelompok yang digambarkan dengan buku Kas

Umum, Buku Pembantu dan Buku Pinjaman;

c. Kepengurusan dan Administrasi Kelompok berkaitan dengan pelaksanaan

tugas dan fungsi kelompok;

d. Tabungan Kelompok berkaitan dengan simpanan pokok, simpanan wajib dan

simpanan sukarela dalam kelompok dalam bentuk uang maupun dalam

bentuk gabah/beras;

e. Jumlah cadangan pangan yang dikelola kelompok dan iron stok yang

tersedia saat dilaksanakan kunjungan dilaksanakan;

f. Status kepemilikikan tanah untuk gudang/lumbung/bangsal sagu/lantai jemur,

jika mengusulkan bantuan sosial untuk bangunan lumbung/bangsal

sagu/lantai jemur, status lahan harus jelas artinya harus sudah dihibahkan

kepada kelompok,surat hibah diketahui oleh camat;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 46

g. Laporan perkembangan bansos yang telah diberikan, untuk kelompok yang

sudah pernah mendapat bantuan sosial pada beberapa tahun yang lalu,

harus tetap melaporkan perkembangan dananya;

3. Penganggaran Bantuan Sosial

Dana Bantuan Sosial diusulkan melalui dana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Murni Provinsi Riau Tahun 2015, usulan untuk

pengajuan melalui Surat Kepala Badan Ketahanan Pangan Kepada

Gubernur Riau U.p Sekretaris Daerah Provinsi Riau dengan surat Nomor :

414.24/BKP-KDP/323 tanggal 22 Juli 2014 tentang Pengusulan Bantuan

Dana Hibah Program/Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau TA.

2015, karena dalam anggaran murni APBD tahun 2015 maka diusulkan lagi

pada Anggaran APBD Perubahan tahun 2015 melalui Surat Kepala Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Nomor : 414.24/BKP-KDP/243 tanggal 1 Juli

2015 Perihal Pengusulan Penganggaran Dana Hibah/Bansos

Program/Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Anggaran APBD-P TA. 2015.

4. Proses Pencairan Dana Bantuan Sosial

Proses pengajuan bantuan sosial dari calon kelompok sudah disiapkan

menunggu alokasi anggaran, karena tidak teralokasi pada anggaran murni

Ta. 2015 maka diusulkan melalui anggaran APBD-P TA. 2015. Proses

pengajuan pencairan dana ke sekretariat daerah menunggu proses

pengesahan APBD-P Provinsi Riau.

Pengesahan APBD Perubahan TA. 2015 disyahkan dan dapat dijalankan

pada tanggal 15 Desember 2015, sementara batasan waktu untuk

memasukan proposal kelompok ke Badan Pengelola Aset dan Keuangan

Daerah adalah tanggal 21 Desember 2015. Melihat waktu yang demikian

sempit kabupaten/kota tidak dapat mengirimkan rekomendasi pencairan

dana bansos/hibah, karena khawatir nanti dana tidak dapat dicairkan oleh

Sekretariat Daerah sedangkan kelompok kalau sudah direkomendasikan

merasa dananya sudah pasti dapat diterima oleh kelompok. Pada akhir

tahun anggaran maka tidak ada kelompok yang menerima dana

bansos/hibah pada tahun 2015.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 47

6. Pelatihan Managemen Kelompok Lumbung Pangan

Pelatihan managemen kelompok lumbung pangan dan kelompok sagu

dilaksanakan dalam dua angkatan.

1. Angkatan pertama (I) dilaksanakan pada tanggal 6-9 September 2015

bertempat di Hotel New Holywood jalan Kuantan Raya Nomor 120 Pekanbaru.

Pesertanya terdiri dari 40 orang pengurus kelompok

(Ketua/Bendahara/Sekretaris) dari 17 kelompok lumbung pangan dan sagu

pada kabupaten yang berasal dari kabupaten dari Kelompok Lumbung Pangan

pada Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Siak dan

Kabupaten Rokan Hulu., Materi terdiri dari :

a). Kebijakan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat; Kepala

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau;

b).Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan

Masyarakat; Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan;

c).Pembukuan kelompok sampai tersusunnya neraca biaya keuangan

kelompok, narasumber dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Pekanbaru;

d).Dinamika kelompok (Kepemimpinan, Perencanaan partisipatif dan

motivasi, narasumber dari Widyaiswara dari Diklat Kehutanan Riau.

2. Angkatankedua (II) dilaksanakan pada tanggal 16 – 19 September

2015Pelatihan dilaksanakan di Hotel New Holywood jalan Kuantan Raya Nomor

120 Pekanbaru, pesertanya terdiri dari 40 orang pengurus kelompok

(Ketua/Bendahara/Sekretaris) dari 17 kelompok lumbung pangan dan sagu

pada kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri

Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Meranti.,

Materi terdiri dari :

a). Kebijakan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat; Kepala

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau;

b).Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan

Masyarakat; Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan;

c). Pembukuan kelompok sampai tersusunnya neraca biaya keuangan

kelompok, narasumber dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Pekanbaru;

d). Dinamika kelompok (Kepemimpinan, Perencanaan partisipatif dan

motivasi, narasumber dari Widyaiswara dari Diklat Kehutanan Riau.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 48

Pelatihan dilaksanakan dengan pola teori dan dilanjutkan dengan praktek

pembukuan dan perencanaan partisipatif, sehingga diharapkan selesai

pelatihan pengurus dapat :

a. Menyusun neraca pembukuan kelompok tahunan,

b. Pengurus dapat memberi motivasi kepada anggota untuk melaksanakan

kegiatan kelompok secara bersama-sama‟

c. Kelompok dapat menjalankan aktifitas cadangan pangan kelompok secara

terus menerus;

7. Pembinaan dan Monitoring Kegiatan Lumbung Pangan

Pembinaan dan Monitoring berkaitan dengan dinamika kelompok, aktifitas

administrasi kegiatan, administrasi keuangan kelompok dan penguatan

cadangan pangan kelompok, dan pertemuan kelompok. Laporan yang

diperlukan dibuat oleh kelompok adalah laporan keuangan dan laporan

cadangan pangan kelompok, laporan cadangan pangan kelompok memuat

jumlah dan volume cadangan kelompok bulanan dalam bentuk gabah dan beras

di kelompok. Pembinaan berkaitan juga bantuan yang pernah diberikan,

bantuan alat ataupun bantuan sosial yang pernah diterima oleh kelompok, dan

pemanfaatan dan perkembangan bantuan tersebut.

3.2.2. Pengadaan Beras Cadangan Pangan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan

Kedua Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah. Pengadaan beras untuk cadangan pangan dapat dikategorikan barang

khusus sesuai dengan Pasal 38 ayat (5) huruf a) dan c) dinyatakan bahwa kriteria

barang khusus/pekerjaan konstruksi khusus/jasa lainnya yang bersifat khusus yang

dimungkinkan kan dilakukan penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b, meliputi barang/jasa lainnya yang bersifat khusus yang memungkinkan

dilakukan Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b),

meliputi barang/jasa lainnya berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah atau

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bersifat komplek yang hanya dapat

dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan hanya ada 1 (satu) penyedia

yang mampu. Hal ini juga berkenaan dengan Surat Lembaga Kebijakan Pengadaan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 49

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor : B-2686/LKPP/D-IV.1.1/05/2013 tanggal 22

Mei 2013 tentang Mekanisme Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

Mengacu pada ketentuan diatas dalam hal Harga Pembelian Beras (HPB)

Pemerintah kepada Perum Bulog sudah diatur dalam Perturan Direksi Bulog RI

dan/atau dari hasil identifikasi teknis penyedia yang dianggap mampu menyediakan

dan mendistribusikan cadangan pangan secara tepat waktu dan mutu sampai ke

pelosok wilayah rawan pangan dampak bencana/rawan pangan adalah Perum Bulog,

maka proses pemilian penyedia barang/jasanya dapat dilakukan melalui mekanisme

penunjukan langsung. Mengingat tidak ada mekanisme kompetisi pada proses

penunjukan langsung.

Berdasarkan Perjanjian Kerjasama Pekerjaan Pengadaan Beras Cadangan

Pangan Pemerintah antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi riau dengan Perum

Bulog Divisi Regional Riau dan Kepulauan Riau nomor : 976/SPK/BKP-KDP/2015 dan

PJB-640A/03010/12/2015 tanggal 15 Desember 2015;

Pengadaan cadangan pangan pokok daerah, merupakan rangkaian proses

pengadaan komoditas beras milik pemerintah daerah Provinsi Riau. Pelaksanaan

pengadaan cadangan pangan beras melalui tahapan sebagai berikut:

1. Beras yang disediakan oleh Bulog Divre Riau harus memenuhi kriteria sesuai

dengan spesifikasi sebagai berikut:

a. Kualitas beras yang disediakan sebagai cadangan pangan pokok Daerah

merupakan kualitas medium dengan kadar air maksimum 14 % (empat belas

persen), butir patah maksimum 20 % Kadar Menir 2% (dua persen) dan derajat

sosoh minimum 95 % (sembilan puluh lima persen).

b. Harga yang dikenakan sebesar Rp.8.790,-(Delapan Ribu Tujuh Ratus

Sembilan Puluh Ribu Rupiah) per kilogram atau disesuaikan ketentuan yang

berlaku (Keputusan Direksi Bulog Nomor : , yang penyediaannya sampai di

pintu Gudang Sub Divisi Regional Perum Bulog Riau (af Gudang Bulog).

2. Setelah pembelian dilaksanakan dilakukan Rekonsiliasi Stok antara Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau/Pejabat Penanggung Jawab dengan Kepala

Devisi Regional Bulog Riau.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 50

3. Perum Bulog Divre Riau melaksanakan pengadaan dan pengadministrasian

cadangan pangan pokok beras, termasuk penyimpanan dan perawatan selama

beras tersebut belum disalurkan. Biaya perawatan dan pemeliharaan diatur sesuai

dengan aturan yang berlaku masa berlaku perawatan sampai beras cadangan

pangan beras habis disalurkan.

4. Bila terjadi kebijakan kenaikan harga beras selama tahun berjalan/tahun

pengadaan akan diadakan adendum terhadap harga dan kuatum beras yang

dititipkan sesuai dengan aturan yang berlaku di Perum Bulog RI.

5. Beras hasil pengadaan disimpan di gudang milik Bulog Divre Riau yang tersebar di

wilayah kerja Sub Divre Bulog yaitu di Pekanbaru, Dumai, Bengkalis, Rengat,

Tembilahan, Tandun dan Dalu Dalu. Keberadaan gudang sub Divre se Riau

tercantum dalam lampiran.

A. PENITIPAN BERAS CADANGAN PANGAN

Berdasarkan Perjanjian Kerjasama Pekerjaan Pengadaan Beras Cadangan

Pangan Pemerintah antara Badan Ketahanan Pangan Provinsi riau dengan Perum

Bulog Divisi Regional Riau dan Kepulauan Riau nomor : 976/SPK/BKP-KDP/2015 dan

PJB-640A/03010/12/2015 tanggal 15 Desember 2015;

Pada Perjanjian Kerjasama tersebut berisikan aturan-aturan pelaksanaan

pengadaan beras, penyimpanan beras dan diatribusi beras cadangan pangan, Surat

Perjanjian Kerjasama dijelaskan lebih rinci dengan Peraturan Pelaksanaan Kegiatan.

Pada Pasal 8 ayat (3) dibunyikan bahwa Badan Ketahanan Pangan dapat mengambil

secara sekaligus atau bertahap beras cadangan pangan pemerintah provinsi Riau dan

menerima beras cadangan pangan di pintu gudang Bulog Divisi Regional se Provinsi

Riau dan Kepulauan Riau.

Jumlah kuantum stok Pemerintah Riau di gudang Bulug dubuktikan dengan

Rekonsoliasi stok yang diadakan setiap 3 (tiga) bulan sekali antara Perum Bulog Divisi

Regional Riau dan Kepri dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau.

B. Penyaluran dan Stok Beras Cadangan Pangan

Penyaluran beras cadangan pangan Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 2015

dilakukan berdasarkan permintaan Pemerintah Kabupaten/kota, kabupaten/kota yang

mengajukan permohonan bantuan Cadangan Pangan adalah :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 51

1. Pemerintah kabupaten Rokan Hulu, permohonannya berdasarkan surat Nomor :

362/BKP3/2015/1172 tanggal 20 Nopember 2015 perihal Bantuan Banjir dan

Surat Nomor 362/BKP3-KP/1241 tanggal 22 Desember 2015 perihal perihal

Bencana Alam Banjir, berdasarkan surat tersebut maka dilakukan verifikasi oleh

pelaksana ke Kabupaten Rokan Hulu, berdasarkan hasil verifikasi dan

berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan BPBD Kabupaten maka ditetapkan Desa

yang menerima bantuan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau adalah :

a. Desa Rambah Hilir Tengan Kecamatan Rambah Hilir : 35 KK

b. Desa Muaro Musu Kecamatan Rambah Hilir : 37 KK

c. Desa Rambah Hilir Timur : 170 KK

d. Desa Kepenuhan Hilir : 52 KK

e. Desa Kepenuhan Timur : 239 KK

Jumlah : 533 KK Dari hasil hitungan kebutuhan normatif seorang manusia adalah 300 gram

beras/hari, maka rata-rata rumah tangga adalah 4 orang/KK, kebutuhan untuk

sehari satu keluarga adalah 1.200 gram beras, kebutuhan untuk 30 hari adalah,

maka untuk kebutuhan selama 30 hari adalah 36 kg, maka dibantu masyarakat

yang terkena bencana banjir untuk kebutuhan 33 hari, bantuan selama 33 hari

dianggap dapat memulihkan kekurangan cadangan pangan yang terjadi di rumah

tangga yang terkena bencana banjir.

Hasil perhitungan kebutuhan cadangan pangan untuk korban bencana

banjir di Kabupaten Rokan Hulu adalah :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 52

Bantuan diserahkan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

ke Kepala Desa penerima dan diketahui oleh Kepala Badan Pelaksana

Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Rokan Hulu, pendistribusian

bantuan ke rumah tangga sasaran menjadi tanggung jawab Kepala Desa dan

Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Rokan Hulu,

dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Beras Cadangan Pangan

Pemerintah Provinsi Riau adalah :

1. Berita Acara Nomor : 1062/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala Rambah Hilir Tengah

Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu : 1.400 kg

2. Berita Acara Nomor : 1063/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala desa Muara Musu

Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu : 1.480 kg

3. Berita Acara Nomor : 1064/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala desa Rambah Hilir

Timur Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu : 6.800 kg

4. Berita Acara Nomor : 1065/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala desa Kepenuhan Hilir

Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu : 2.080 kg

5. Berita Acara Nomor : 1066/BA-S/BKP-KDP/2015 tanggal 28 Desember Antara

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dengan Kepala desa Kepenuhan Hulu

Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu : 9.560 kg

2. Pemerintah kabupaten Kuantan Singingi, permohonannya berdasarkan surat

Nomor : 521/Distan-BUP/2015/12004 tanggal tanggal 1 Desember 2015 perihal

Usulan Calon Penerima Bantuan CPPD Provinsi Riau Akibat Gagal Panen/Puso,

berdasarkan surat tersebut maka dilakukan verifikasi oleh pelaksana ke

Kabupaten Kuantan Singingi, berdasarkan hasil verifikasi dan berkoordinasi

dengan Dinas Sosial dan BPBD Kabupaten maka ditetapkan Kecamatan yang

menerima bantuan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau adalah :

a. Kecamatan Kuantan Tengah : 241 KK

b. Kecamatan Sentajo Raya : 337 KK

Jumlah : 578 KK

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 53

Dari hasil hitungan kebutuhan normatif seorang manusia adalah 300 gram

beras/hari, maka rata-rata rumah tangga adalah 4 orang/KK, kebutuhan untuk

sehari satu keluarga adalah 1.200 gram beras, kebutuhan untuk 30 hari adalah,

maka untuk kebutuhan selama 30 hari adalah 36 kg, maka dibantu masyarakat

yang terkena gagal panen/puso untuk kebutuhan 33 hari dengan volume 40 kg

per kepala keluarga, bantuan selama 33 hari dianggap dapat memulihkan

ketersediaan pangan pokok di rumah tangga kelompok yang mengalami gagal

panen/puso, selala 33 hari petani sudah dapat bersiap-siap untuk melakukan

penanaman kembali pada lahan yang sudah gagal panen.

Bantuan diserahkan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

berdasarkan Berita Acara Serah Terima Beras kepada :

a. Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa Nomor : 1067/BA-S/BKP-KDP/2015

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Tanaman Pangan Kecamatan Sentajo

dan Unit Pelaksana Teknis untuk Desa Pulau Komang, Pulau Kopung, Desa

Muaro Sentajo

b. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Tanaman Pangan Kecamatan Kuantan

Tengah untuk Desa Seberang Taluk Hilir, Pulau Baru, Kopah, Jaya,

Munsalo.

Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa diketahui oleh Kepala Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi.

Pendistribusian bantuan ke kelompok tani sasaran menjadi tanggung

jawab Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Tanaman Pangan dan Dinas

Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi.

Penyaluran cadangan pangan dimaksudkan untuk menyediakan pangan

pokok daerah dapat dimanfaatkan olehkelompok tani yang lahannya yang terkena

kerawanan pangan akibat gagal panen/ puso.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 54

Hasil perhitungan kebutuhan cadangan pangan untuk korban bencana

banjir di Kabupaten Kuantan Singingi adalah :

Proses yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dalam

Pendistribusian beras cadangan pangan :

1. Kabupaten Rokan Hulu

Badan Ketahanan Pangan mengajukan Surat Permohonan Delevery Order

(DO) beras CPPD Provinsi ke Bulog Divisi Regional Riau dan Kepri Surat Nomor

526/BKP-KDP/564 tanggal 23 Desember 2015, Bulog Divre Riau dan Kepri

mengirimkan Faksimili Dalam Negeri Ke Kepala Kansilog Kampar Nomor F-

392/03010/28122015 untuk penyerahan 21.320 kg Beras untuk korban banjir

kabupaten Rokan Hulu, ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Perintah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 55

Penyerahan Barang (SPPB) Nomor : 00021/12/2015/024/01/KP2 tanggal 28

Desember 2015 dari Kansilog Kampar Ke Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Riau dan dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Beras CBPD Provinsi

Riau nomor : 002/KLG/CBPD Prov. Riau/12/2015 tanggal 30 Desember 2015

untuk penyerahan 21.320 Kg

2. Kabupaten Kuantan Singingi

Badan Ketahanan Pangan mengajukan Surat Permohonan Delevery Order

(DO) beras CPPD Provinsi ke Bulog Divisi Regional Riau dan Kepri Surat Nomor

526/BKP-KDP/565 tanggal 23 Desember 2015, Bulog Divre Riau dan Kepri

menerbitkan Delevery order untuk penyerahan 23.120 kg Beras untuk kelompok

tani yang gagal panen/puso di kabupaten Rokan Hulu, ditindaklanjuti dengan

penerbitan Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) Nomor :

00006/12/2015/012/01/KP2 tanggal 29 Desember 2015.

Sampai akhir tahun (31 Desember 2015) sudah dilaksanakan :

a. Pendistribusian beras cadangan pangan Pemerintah Provinsi Riau sejumlah

44.440 kg ke Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi;

b. Pengadaan Beras Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau Tahun 2015

sejumlah 184.783 Kg;

Stok opname Beras Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau di Bulog

Divisi Regional Riau dan Kepri per tanggal 31 Desember 2015 adalah

251.843 Kg.

3.2.3. Penyusunan NBM

Cakupan jenis bahan makanan dalam tabel NBM belum lengkap bila

dibandingkan dengan jenis bahan makanan yang riil dikonsumsi. Hal ini

dikarenakan penyajian jenis bahan makanan dalam tabel didasari oleh

tersedianya data produksi secara berkesinambungan. Meningkatkan kinerja

aparat daerah dalam hal melakukan analisis ketersediaan pangan;

a. Pengertian

Neraca Bahan Makanan merupakan tabel yang memberikan gambaran tentang

situasi ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk suatu wilayah

(Negara/provinsi/kabupaten/kota) dalam kurun waktu tertentu.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 56

Tabel Neraca Bahan Makanan (NBM) ini dapat digunakan untuk :

a. Mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola

ketersediaan energi atau zat gizi lainnya.

b. Bahan acuan dalam perencanaan produksi/pengadaan pangan

c. Bahan kebijakan pangan dan gizi

b. Komponen NBM

Tabel Neraca Bahan Makanan terdiri atas 19 kolom yang terbagi menjadi 3

kelompok penyajian yaitu pengadaan/penyediaan, penggunaan/pemakaian atau

ketersediaan perkapita. Jumlah pengadaan harus sama dengan jumlah

penggunaan. Komponen pengadaan meliputi produksi (masukan dan keluaran),

perubahan stok, impor, dan ekspor. Sedangkan komponen penggunaan meliputi

penggunaan untuk pakan, bibit, industri (makanan dan bukan makanan), tercecer,

dan bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi. Bahan makanan yang

tersedia untuk dikonsumsi ini dijadikan dalam penghitungan ketersediaan bahan

makanan perkapita (kg/tahun dan gram/hari), ketersediaan energi perkapita per

hari (kkal), ketersediaan protein per kapita per hari (gram), dan ketersediaan

lemak perkapita per hari (gram)

a. Jenis Bahan Makanan (komoditas padi)

Adalah bahan makanan yang terdiri dari jenis bahan makanan utama (asal)

dan produk turunan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk.

b. Produksi

Produksi adalah jumlah keseluruhan masing-masing bahan makanan yang

dihasilkan dari sektor pertanian (Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan,

Perikanan dan Perkebunan) baik yang belum mengalami proses pengolahan

maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Produksi dibedakan

menjadi 2 kategori sebagai berikut :

a) Masukan (Input)

Masukan adalah produksi masing dalam bentuk asli maupun dalam bentuk

hasil olahan yang akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut.

b) Keluaran (Output)

Keluaran adalah produksi hasil keseluruhan atau sebagai hasil turunan

yang diperoleh dari kegiatan berproduksi, atau hasil utama yang langsung

diperoleh dari kegiatan berproduksi yang belum mengalami perubahan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 57

Besarnya output sebagai hasil dari input sangat tergantung pada besarnya

derajat ekstraksi dan factor konversi.

Produksi untuk komoditas tanaman pangan mencakup hasil seluruh panen

(tua/muda), baik yang berasal dari lahan sawah maupun lahan kering serta

lahanlama maupun baru. Sedangkan produksi turunannya diperoleh dengan

menggunakan factor konversi dan tingkat ekstraksi dari komoditas yang

bersangkutan.

Produksi komoditas hortikultura adalah dalam bentuk segar mencakup hasil

seluruh panen, baik yang dipanen sekaligus maupun yang dipanen berkali-kali,

sehingga pengisiannya langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran) kecuali

untuk bawang merah dan bawang putih pengisiannya dimulai dari kolom 2.

Kedua komoditas ini tidak dapat langsung dikonsumsi dalam bentuk segar

(kering panen), sehingga harus melewati proses pengeringan untuk menjadi

kering konsumsi.

Pada komoditas peternakan, untuk produksi daging dihitung dari jumlah

pemotong resmi (RPH) ditambah dengan perkiraan pemotongan tak resmi.

Produksi daging (masukan) dinyatakan dalam bentuk karkas dari semua jenis

ternak, sedangkan keluaran dalam bentuk daging murni. Khusus untuk jeroan

dihitung dari total persentase berat karkas masing-masing jenis dan langsung

dimasukkan ke kolom 3 (keluaran).

Produksi telur dihitung dari seluruh hasil, baik yang dihasilkan oleh perusahaan

peternakan maupun peternakan rakyat, yang langsung dimasukkan ke kolom 3

(keluaran).

Produksi perikanan merupakan semua hasil penangkapan ikan/binatang air

lainnya/tanaman air yang ditangkap dari sumber perikanan alami atau dari

tempat pemeliharaan baik yang diusahakan oleh perusahaan perikanan

maupun rumah tangga perikanan atau yang diberikan kepada nelayan/petani

ikan sebagai upah, ditambah dengan nilai jualnya.

Produksi minyak nabati didasarkan pada jumlah yang diolah untuk makanan,

kecuali minyak sawit merupakan produksi asli. Sedangkan produksi untuk

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 58

lemak hewani didasarkan pada persentase berat karkas masing-masing jenis

daging yang langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran).

c. Stok dan Perubahan Stok

Stok adalah jumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh pemerintah

atau swasta, seperti yang ada dipabrik, gudang, depo, lumbung petani/rumah

tangga dan pasar/pedagang, yang dimaksudkan sebagai cadangan dan akan

digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Data stok yang digunakan

adalah data stok awal dan akhir tahun.

Perubahan stok adalah selesih antara stok akhir tahun dengan stok awal tahun.

Perubahan stok ini hasilnya bias negative (-) dan bias positif (+). Negatif (-);

berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke pasar. Degan demikian

komoditas yang beredar dipasar bertambah. Positif (+); berarti ada

peningkatan stok yang berasal dari komoditas yang beredar dipasar. Dengan

demikian komoditas yang beredar dipasar menjadi menurun.

d. Impor

Impor adalah jumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah

mengalami pengolahan, yang didatangkan/dimasukkan dari luar negeri ke

dalam wilayah Republik Indonesia, dengan tujuan untuk diperdagangkan,

diedarkan, atau disimpan. Untuk penghitungan NBM Regional/Provinsi, yang

termasuk impor adalah :

a) Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari luar wilayah Negara

Republik Indonesia langsung kedalam wilayah daerah yang bersangkutan;

b) Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari wilayah daerah

administrasi lain kedalam wilayah daerah administrasi yang bersangkutan

(perdagangan antar pulau atau antar provinsi).

e. Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor

Penyediaan dalam negeri sebelum ekspor adalah sejumlah bahan makanan

yang berasal dari produksi (keluaran)dikurangi perubahan stok ditambah impor.

f. Ekspor

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 59

Ekspor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah

mengalami pengolahan, yang dikeluarkan dari wilayah Republik Indonesia.

Untuk penghitungan NBM Regional/Provinsi, yang termasuk ekspor adalah :

a) Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah administratif

langsung lain (perdagangan antar pulau atau antar provinsi).

b) Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah administrative

ke wilayah daerah administratif lain (perdagangan atar pulau atau antar

provinsi)

g. Penyediaan Dalam Negeri

Penyediaan dalam negeri adalah jumlah bahan makanan yang berasal dari

produksi (keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah impor dikurangi ekspor.

h. Pemakaian Dalam Negeri

Pemakaian dalam negeri adalah jumlah bahan makanan yang digunakan

didalam negeri/daerah untuk pakan, bibit/benih, diolah untuk industry makanan

dan bukan makanan, yang tercecer dan yang tersedia untuk dikonsumsi.

a) Pakan

Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan kepada

ternak perliharaan baik ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun ikan.

b) Bibit/Benih

Bibit adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk keperluan

reproduksi.

c) Diolah untuk dimakan

Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih

mengalami proses pengolahan lebih lanjut melalui industry makanan dan

hasilnya dimanfaatkan untuk makanan manusia dalam bentuk lain.

d) Diolah untuk Bukan Makanan.

Diolah untuk bukan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih

mengalami proses pengolahan lebih lanjut dan dimanfaatkan untuk

kebutuhan industry bukan untuk makanan manusia, termasuk untuk industry

pakan ternak/ikan.

e) Tercecer

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 60

Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak sehingga

tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi secara tidak sengaja sejak

bahan makanan tersebut diproduksi hingga tersedaia untuk konsumen.

f) Bahan Makanan

Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk

dikonsumsi oleh penduduk suatu Negara atau daerah, pada tingkat

pedagang pengecer dalam suatu kurun waktu tertentu.

i. Ketersediaan Per Kapita

Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk

dikonsumsi setiap penduduk suatu Negara/daerah dalam suatu kurun waktu

tertentu, baik dalam bentuk natural maupun dalam bentuk unsur gizinya. Unsur

gizi utama tersebut adalah sebagai berikut :

a) Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat yang berasal

dari berbagai jenis bahan makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh tubuh

untuk kegiatan tubuh seluruhnya.

b) Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur “N”, yang

sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta penggantian jaringan-

jaringan yang rusak/aus

c) Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh

sebagai tempat penyimpanan energi, protein dan vitamin.

d) Vitamin adalah salah satu unsur zat makanan yang diperlukan tubuh untuk

proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.

e) Mineral adalah zat makanan yang diperlukan manusia agar memiliki

kesehatan dan pertumbuhan yang baik.

Catatan : Sampai saat ini, data yang disajikan baru mencakup ketersediaan

per kapita untuk energi, protein dan lemak.

3.2.3 Pelaksanaan KegiatanAnalisa Ketersediaan Pangan Wilayah

1. Pelaksanaan Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah pada

Tahun Anggaran 2015 yang tertuang dalam DPA Nomor 2.01.1.21.01.16.36.

Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/perkebunan antara lain :

a. Persiapan mencakup

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 61

Pembuatan Panduan yang isinya antara lain; latar belakang, konsepsi serta

pengertian dan metode penghitungan.

Membuat blanko pengisian modul data masing-masing komoditi pertanian,

peternakan, perikanan, dan perkebunan.

b. Pelaksanaan Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan Neraca Bahan Makanan dilaksanakan di Hotel

Hollywood selama 3 hari mulai tanggal 11 Agustus sampai dengan tanggal 13

Agustus 2015 .

Peserta pelatihan Neraca Bahan Makanan dari 12 Kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Riau, dimana masing masing kabupaten mengirimkan 4 orang petugas

untuk dapat mengikuti pelatihan dimaksud.

Adapun Materi dari pelaksanaan pelatihan ini antara lain :

Penyusunan Neraca Bahan Makanan.

Pada dasarnya manfaat Neraca Bahan Makanan ini adalah :

- Mengetahui jumlah penyediaan pangan, penggunaan pangan dan

ketersediaan pangan per kapita untuk konsumsi penduduk‟

- Mengevaluasi pengadaan dan penggunaan pangan

- Mengevaluasi tingkat ketersediaan pangan berdasarkan rekomendasi

angka kecukupan gizi (AKG) dan komposisinya berdasarkan Pola Pangan

Harapan (PPH).

- Bahan acuan dalam perencanaan produksi/pengadaan pangan

- Bahan perumusan kebijakan pangan dan gizi

Perencanaan Ketersediaan Pangan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) dan Pola Pangan Harapan (PPH).

Pengertian dari Pola Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi kelompok

pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan

zat gizi lainnya. Susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi

kesinambungan energi dari 9 kelompok pangan dengan mempertimbangkan

segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.

Tujuan dari Pola Pangan Harapan (PPH) adalah untuk menghasilkan suatu

komposisi norma (standar) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 62

yang mempertimbagkan keseimbangan gizi (nutrition balace) berdasarkan

cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), daya terima masyarakat

(acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli (affordability).

Kegunaan dari Pola Pangan Harapan antara lain : untuk

menilai/mengevaluasi ketersediaan dan konsumsi pangan (jumlah dan

komposisi/keragamannya), perencanaan ketersediaan dan konsumsi pangan.

Penyusunan Pragnosa Kebutuhan Pangan Menjelang Hari Besar Keagamaan

dan Nasional

Tujuan adalah untuk membuat pragnosa (perkiraan), tingkat kebutuhan dan

ketersediaan bahan pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional

(HBKN)

Pangan Pokok dan Strategis, pangan yang dikonsumsi secara teratur,

sebagai pangan utama maupun pangan tertentu yang terkait dengan

kepentingan sebagian besar masyarakat, baik secara ekonomi, sosial

maupun budaya.

Adapun pangan pokok staregis dimaksud adalah Beras, gula pasir, minyak

goreng, kacang tanah, cabe merah, bawang merah, telur, daging sapi dan

daging ayam.

Peran Pemerintah Daerah adalah melakukan koordinasi pemantauan dengan

melibatkan instansi terkait di masing-masing daerah guna mengantisipasi

ketersediaan, distribusi dan harga pangan menjelang Hari Besar Keagamaan

Nasional (HBKN), melakukan penyusunan prognosa kebutuhan pangan

menjelang HBKN menggunakan kooefisien peningkatan dan selang waktu

penyediaan pangan sesuai kondisi wilayah pada komoditas strategis spesifik

wilayah.

Peranan Badan Pusat Statistik dalam Perencanaan Pangan dan Gizi

Peranan BPS adalah salah satu kegiatan survey statistik dasar yang

mencakup tentang konsumsi pangan dan gizi, survey sosial ekonomi nasional

(susenas).

Salah satu publikasi dari susenas adalah konsumsi kalori dan protein

penduduk Indonesia dan Provinsi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 63

Narasumber pelatihan ini berasal dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian

Pertanian, dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau dan dari Badan

Ketahanan Pangan itu sendiri.

c. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Koordinasi dan Pemantauan

Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah di 12 Kabupaten/Kota yakni Kabupaten

Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan

Hulu, Bengkalis, Rokan Hilir, Kepulauan Meranti, Kota Pekanbaru dan Kota

Dumai.

masing-masing kabupaten /kota dengan indikatornya sebagai berikut :

a) Produksi Padi (Ton) dan produktivitas Padi (Kw/Ha) per bulan per

kecamatan

b) Produksi Serealea, kacang-kacangan dan umbi-umbian masing-masing per

kecamatan dihitung dalam ton.

Jagung

Kedelai

Kacang Tanah

Kacang Hijau

Ubi kayu

Serta ubi jalar

c) Produksi Sayur-sayuran serta buah-buahan yang dihitung dalam ton,

Ketiga indikator diatas datanya bersumber dari kerjasama Badan Pusat

Statistik (BPS) dan Dinas Tanaman Pangan.

d) Populasi Ternak antara lain ternak sapi, kerbau, kambing, domba, babi

termasuk ternak besar/kecil, ternak unggas antara lain ayam buras, ayam

ras, serta itik.

e) Pemotongan Ternak baik itu ternak sapi, kerbau, kambing, domba,

bersumber dari RPH masing-masing kabupaten (Pemotongan resmi)

ditambah perkiraan pemotongan tak resmi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 64

f) Produksi daging dan telur

Produksi daging sapi, kerbau dinyatakan dalam bentuk karkas dari semua

jenis ternak, untuk keluaran dalam bentuk daging murni.

Produksi daging ayam buras, daging ayam ras petelur, daging ayam ras

pedaging serta daging itik.

Produksi telur ayam buras, ayam ras serta telur itik.

Datanya bersumber dari Dinas Peternakan.

g) Produksi Perikanan ini merupakan hasil penangkapan berbagai jenis ikan

kemudian dihitung dalam ton serta berapa nilai jualnya. Bersember dari Dinas

Perikanan dan Kelautan.

h) Luas Tanam menghasilkan dan produksi komoditas perkebunan

i) Kelapa dengan luas tanaman yang menghasikan, produksinya

Sagu, dengan luas tanaman menghasilkan serta produksi sagunya

Enau begitu juga dengan luas tanaman yang menghasilkan serta produksi

gula.

Datanya bersumber dari Dinas Perkebunan

j) Data Ekspor, impor, kebutuhan bibit padi dan palawija, kebutuhan bahan

baku industry, konsumsi rumah tangga bersumber dari data Badan Pusat

Statistik (BPS).

k) Data perubahan stok beras bersumber dari Perum Badan Urusan Logistik

(Buloq),

l) Minyak sawit, dan gula pasir bersumber dari Dinas Perkebunan. Serta Data

pertengahan tahun yang bersumber dari BPS.

Dari hasil perjalanan dinas dalam rangka Pemantauan dan Analisis

Ketersediaan Pangan, data yang ada di kabupaten ditinjau dari hasil diskusi

dengan aparat yang bertanggung jawab dengan data tersebut serta

dilaksanakan rapat koordinasi dengan instansi yang terkait seperti Dinas

Tanaman Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan, Dinas Perkebunan serta

Badan Pusat Statistik didapatkan hasil sebagai berikut :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 65

a. Untuk data produksi tanam pangan, serealia dan umbi-umbian masing-

masing kabupaten ada sebagian terdata perkecamatan sebagian lagi terdata

hanya sampai provinsi pertahun saja, begitu juga dengan data populasi

ternak besar/kecil serta populasi unggas

b. Data perikanan produksi masing-masing kabupaten secara global terdata,

sedangkan nilai jualnya ada yang tersedia dan ada yang tidak tersedia.

c. Untuk data ekspor yang disajikan dalam tabel NBM sampai saat ini belum

semua mencakup ekspor dalam bentuk olahan, padahal ada beberapa jenis

bahan makanan yang diekspor dalam bentuk olahan.

d. Tidak tersedianya data perubahan stok untuk semua komoditas, masih

underestimate-nya data industry, dan besaran konversi (bibit, pakan dan

tercecer) yang tidak sesuai dengan kondisi sekarang.

Cakupan jenis bahan makanan dalam 65tabel belum lengkap bila

dibandingkan dengan cakupan jenis bahan makanan yang riil dikonsumsi. Hal

ini dikarenakan penyajian jenis bahan makanan dalam 65tabel didasari oleh

tersedianya data produksi secara berkesinambungan, Padahal penyediaan

suatu jenis bahan makanan didalam negeri tidak selalu berasal dari produksi

lokal, dapat saja berasal dari dari impor. Disamping itu kenyataannya ada jenis

bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh penduduk, namun tidak muncul

dalam tabel contoh : beberapa jenis ikan, minyak jagung dan lain-lain,

sebaliknya ada bahan makanan.

3.2.4. Pelaksanaan Kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

A. Ketersediaan Pangan

a. Produksi (Luas Tanam, Luas Panen dan Luas Fuso)

Luas tanam komoditi padi di Provinsi Riau pada tahun 2014

seluas116.448Ha, mengalami peningkatanbila dibandingkan tahun 2013

yang luasnya54.289 Ha atau 216,4 %. Dari luas tanam seluas 116.448 Ha

tersebut, luas panen padi hanya106.037Ha mengalami penurunanbila

dibandingkan tahun 2013 yang luasnya 12.481 Ha atau 10,5 %.

Luas panen yang rendah disebabkan beberapa faktor seperti

kebanjiran, musim kering, bencana asap akibat kebakaran hutan ataupun

lahan dan lain-lain, sehingga akan merusak tanaman (fuso). Luas tanam

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 66

padi yang mengalami fuso pada Tahun 2014 seluas 2.845Ha, untuk lebih

rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keragaan Luas Tanam, Luas Panen, Fuso dan Produksi Padi di Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2014

No. Kabupaten/Kota Luas

Tanam Luas

Panen Luas Fuso

Produksi

1 Kuantan Singingi 14.657 10.700 424 43.125

2 Indragiri Hulu 3.855 3.467 375 11.176

3 Indragiri Hilir 29.091 25.627 159 97.775

4 Pelalawan 7.166 9.079 19 36.765

5 Siak 7.313 7.706 25 38.292

6 Kampar 9.540 8.516 207 26.570

7 Rokan Hulu 18.896 18.944 223 56.830

8 Bengkalis 7.357 7.302 143 27.441

9 Rokan Hilir 13.551 10.025 984 35.920

10 Kepulauan Meranti 2944 2.592 282 6.955

11 Pekanbaru 12 16 0 37

12 Dumai 2066 2.063 4 4.589

Jumlah 116.448 106.037 2845 385.475

Selanjutnya dari Tabel 1 di atas, dari luas panen padi seluas 106.037 Ha

pada tahun 2014, menghasilkan padi sebanyak 385.475 ton GKP dan

mengalami penurunan bila dibanding produksi tahun 2013 yang produksi

48.669 GKP atau 11,21 %.

Daerah penghasil padi yang terluas berada di Kabupaten Indragiri

Hilir, dengan produksi 97.775 ton, disusul Kabupaten Rokan Hulu sebesar

56.830 ton, sedang daerah yang terparah mengalami fuso tertinggi berada

di Kabupaten Rokan Hilir yang disebabkan oleh musibah kekeringan.

Komoditi lain yang sebagai sumber karbohidrat sebagai subsitusi

karbohidrat pengganti beras adalah jagung. Luas tanam jagung pada tahun

2014 seluas 13.368 Ha dan mengalami peningkatan dibanding tahun 2013

yang luasnya 10.232 Ha, sedang luas panen Jagung pada tahun 2014

seluas 12.057 Ha bila dibanding tahun 2013juga mengalami

peningkatandimana luasnya 10.232 Ha yaitu 17,83 %. Dari luas panen

seluas 12.057 Ha, menghasilkan jagung sebesar 28.651 ton mengalami

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 67

peningkatan hasil produksi bila dibanding tahun 2013 yang produksinya

sebesar 28.052 ton yaitu 2,13 %, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Keragaan Luas Tanam, Luas Panen, Fuso dan Produksi Jagung di Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2014

No. Kabupaten/Kota Luas

Tanam Luas

Panen Luas Fuso

Produksi

1 Kuantan Singingi 301 288 6 609

2 Indragiri Hulu 1.129 766 50 1.729

3 Indragiri Hilir 2.069 1.425 38 2.658

4 Pelalawan 5.930 6.307 9 16.205

5 Siak 272 210 0 446

6 Kampar 1.975 1.757 0 4.068

7 Rokan Hulu 458 394 11 845

8 Bengkalis 54 36 0 94

9 Rokan Hilir 238 497 0 1.090

10 Kepulauan Meranti 193 84 11 188

11 Pekanbaru 685 258 0 633

12 Dumai 64 35 2 86

Jumlah 13.368 12.057 127 28.651

Selanjutnya dari tabel 2, daerah yang memiliki luas tanam jagung

tertinggi berada di Kabupaten Pelalawan dengan luas 5.930 Ha dengan

produksi sebesar 16.205 ton, disusul Kabupaten Indragiri Hilir dengan

luas tanam 2.069 Ha dengan produksi 2.658 ton, sedang yang terendah

berada di Kabupaten Bengkalis dengan luas tanam seluas 54 Ha, namun

produksi terendah di Kota Dumai sebesar 86 ton.

Untuk komoditi ubi kayu, luas tanam pada tahun 2014 seluas 3.803Ha

mengalami peningkatan 35,6 % atau 998 Ha dibandingkan dengantahun

2013seluas2.805 Ha. Sedangkan luas panen pada tahun 2014 seluas

4.038 Ha mengalami peningkatan4,4 % daritahun 2013seluas 3.863 Ha,

sementara hasil produksi tahun 2013 sebesar 103.070 ton mengalami

peningkatan hasil produksi dibandingkan tahun 2014yang

produksinya117.287 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3

di bawah ini.

Tabel 3. Keragaan Luas Tanam, Luas Panen, Fuso dan Produksi Ubi Kayu di Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 68

No. Kabupaten/Kota Luas

Tanam Luas

Panen Luas Fuso

Produksi

1 Kuantan Singingi 435 496 2 14.027

2 Indragiri Hulu 376 340 17 9.210

3 Indragiri Hilir 172 211 1 5.819

4 Pelalawan 149 155 3 4.247

5 Siak 301 281 0 7.317

6 Kampar 686 803 16 20.877

7 Rokan Hulu 373 347 13 9.895

8 Bengkalis 218 129 2 4.217

9 Rokan Hilir 258 322 0 9.015

10 Kepulauan Meranti 193 213 10 5.659

11 Pekanbaru 497 602 0 23.158

12 Dumai 145 139 0 3.846

Jumlah 3.803 4.038 64 117.287

Dari Tabel 3 daerah penghasil ubi kayu yang terbesar berada di Kota

Pekanbaru total produksi sebesar 23.158 ton, disusul Kabupaten Kampar

dengan produksi 20.877 ton dan Kabupaten Kuantan Singingi dengan

produksi sebesar 14.027 ton. Komoditi lainnya sebagai sumber penghasil

karbohidrat selain ubi kayu, jagung dan beras adalah ubi jalar. Pada

tahun 2014 komoditi ini mempunyai luas tanam seluas 989 Ha mengalami

peningkatan47,4 % dibandingkan tahun 2013yang luasnya 671 Ha.

Diiringi dengan penurunan luas panen tahun 2013dari seluas 1.028 Ha

naik menjadi981 Ha pada tahun 2014. Hal ini juga berdampak pada

penurunan hasil produksi dari tahun 2013 dibandingkan dengan tahun

2014 yaitu dari 424 ton menjadi 8.038 ton. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Keragaan Luas Tanam, Luas Panen, Fuso dan Produksi Ubi Jalar di Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2014

No. Kabupaten/Kota Luas

Tanam Luas

Panen Luas Fuso

Produksi

1 Kuantan Singingi 46 50 0 413

2 Indragiri Hulu 174 118 2 968

3 Indragiri Hilir 92 100 0 825

4 Pelalawan 23 33 0 278

5 Siak 47 56 0 459

6 Kampar 232 235 0 1.923

7 Rokan Hulu 133 143 0 1.161

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 69

8 Bengkalis 30 30 0 242

9 Rokan Hilir 64 62 0 507

10 Kepulauan Meranti 35 41 2 338

11 Pekanbaru 96 99 0 812

12 Dumai 17 14 0 112

Jumlah 989 981 4 8.038

Selanjutnya dari tabel 4 dapat dilihat bahwa daerah penghasil ubi jalar

terbesar pada tahun 2014 adalah Kabupaten Kampar dengan hasil

produksi sebesar 1.923 ton, disusul Kabupaten Rokan Hulu sebesar

1.161 ton dan Kabupaten Indragiri Hulu sebesar 968 ton.

b. Konsumsi Pangan

Kecukupan pangan suatu wilayah ditunjukan oleh ratio Konsumsi

Normatif terhadap ketersediaan netto pangan seperti beras, jagung, ubi

kayu dan ubi jalar perkapita per hari.Konsumsi normatif merupakan jumlah

pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsioleh seseorang perhari untuk

memperoleh energi (Kkal). Menurut pola konsumsi pangan yang lazim,

hampir 50% dari total kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat, sedangkan

standar minimal kebutuhan kalori perhari perkapita adalah 2000 kilo kalori.

Dengan demikian untuk mencapai 50% kebutuhan kalori, maka seseorang

harus mengkonsumsi kurang lebih 300 gram karbohidrat per hari. Pangan

lain selain karbohidrat yang sangat diperlukan untuk dapat beraktifitas

secara baik adalah lemak dan protein serta pangan yang esensial lainnya

yang diperoleh dari pangan hewani, sayuran dan buah-buahan.

Dengan tidak tercukupinya unsur-unsur pangan (gizi) seperti yang

diuraikan di atas, maka seseorang tidak dapat beraktifitas secara baik. Hal

ini dikategorikan rawan pangan, yang diukur dari angka kecukupan gizi

(AKG). AKG merupakan tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai

cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi. Jika konsumsi perkapita kurang

atau lebih kecil dari 70% dari AKG dikategorikan sangat rawan pangan,

sekitar 70 % s.d 90% dari AKG dikategorikan rawan pangan, dan jika lebih

dari 90% AKG termasuk kategori tahan pangan.

Jumlah penduduk yang dikelompokkan sangat rawan pangan di

Provinsi Riau sejak tahun 2009 s.d 2013, ternyata mengalami peningkatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 70

setiap tahunnya,sedang pada tahun 2014 mengalami penurunan. Pada

tahun 2014 angka sangat rawan pangan berjumlah 1.049.196 jiwa atau

16.97% menurundari Tahun 2013 yang berjumlah 1.270.600 jiwa atau

21.43%.

Untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Riau yang Mengalami Rawan Pangan

No. Tahun

Sangat Rawan Rawan Tahan Pangan

< 70% AKG 70% - 89,99% > 70% AKG

Jiwa % Jiwa % Jiwa %

1 2009 466.242 8.74 1.361.433 25.53 3.504.636 65.72

2 2010 767.564 14.15 1.831.936 32.91 2.947.278 52.94

3 2011 988.043 17.08 1.761.184 30.45 3.035.440 52.47

4 2012 1.017.644 17.64 1.730.332 30.02 3.014.718 52.34

5 2013 1.270.600 21.43 1.786.667 30.13 2.872.462 48.44

6 2014 1.049.196 16,97 2.034.653 32,92 3.097.021 50,11

Sumber : BPS dan BKP Pusat 2015

Dari Tabel 5 diatas terlihat bahwa penduduk kelompok yang tahan

pangan mengalami kenaikan dari 2.872.462 jiwa (48.44%) pada tahun

2013 menjadi 3.097.021 jiwa (50,11%) tahun 2014.

Tabel 6. Angka Rawan Pangan Penduduk Provinsi Riau dirinci per Kabupaten/

Kota Tahun 2014

No. Tahun

Sangat Rawan Rawan Tahan Pangan

< 70% AKG 70% - 89,99% > 70% AKG

Jiwa % Jiwa % Jiwa %

1 Kuantan Singingi 57.178 18,41 104.072 33,50 149.400 48,09

2 Indragiri Hulu 82.656 20,64 137.580 34,35 180.301 45,01

3 Indragiri Hilir 61.644 8,88 179.220 25,82 453.178 65,30

4 Pelalawan 29.197 7,77 82.371 21,93 264.033 70,30

5 Siak 93.907 21,94 140.934 32,92 193.211 45,14

6 Kampar 188.980 24,49 298.868 38,74 283.658 36,77

7 Rokan Hulu 85.822 15,11 160.286 28,22 321.901 56,67

8 Bengkalis 75.682 14,13 176.654 32,98 283.224 52,88

9 Rokan Hilir 76.614 12,22 231.126 36,87 319.097 50,91

10 Kepulauan Meranti

46.130 25,61 57.272 31,80 76.701 42,59

11 Pekanbaru 181.443 17,96 373.379 36,95 455.572 45,09

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 71

12 Dumai 69.945 24,98 92.891 33,18 117.146 41,84

Jumlah 1.049.196 16,97 2.034.653 32,92 3.097.421 50,11

Bila dirinci per Kabupaten/Kota pada tahun 2014, jumlah penduduk

yang tertinggi mengalami sangat rawan pangan berada di Kepulauan

Meranti sebanyak 46.130 jiwa (25.61%), disusul Kota Dumai sebanyak

69.945 jiwa (24.98%) dan Kabupaten Kampar sebanyak 188.980 jiwa

(24.49%). Sedang terendah berada di Kabupaten pelalawan sebanyak

29.197 jiwa (7.77%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada table 6.

Selanjutnya dari tabel 6 di atas, bahwa jumlah penduduk yang

mengalami sangat rawan berbanding lurus dengan penduduk yang tahan

pangan, dimana jumlah penduduk yang tahan pangan terendah berada di

Kabupaten Kampar sebesar 36.77%. Sementara jumlah penduduk sangat

rawan pangan tertinggi berada di Kabupaten Pelalawan sebesar 70.30 %.

Disusul Kabupaten Indragiri Hilir dengan jumlah penduduk tahan pangan

sebesar 65.30% dan Kabupaten Rokan Hulu sebesar 56.67%.

Konsumsi pangan penduduk Riau untuk komoditi beras sejak tahun

2007 hingga tahun 2012 terus mengalami peningkatan. Hasil survey yang

dilakukan oleh Provinsi Riau Tahun 2012 konsumsi pangan beras sebesar

288.8 gram/perkapita/hari dan konsumsi energi sudah mencapai 2079

kkal/kapita/hari dan di atas rata-rata nasional yang sebesar 1952

kkal/kapita/hari.

Bila dirinci berdasarkan kelompok pangan, kebutuhan beras perkapita

rata-rata sebesar 105.5 kg/tahun pada tahun 2013, maka kebutuhan beras

penduduk Riau adalah sebesar 646.217 ton mengalami peningkatan

dibanding tahun 2012 yang hanya 621.377 ton atau 3.99 %.

Kontribusi produksi beras daerah ini terhadap kebutuhan penduduk

hanya 434.144 ton pada tahun 2013, sehingga masih kekurangan 212.073

ton. Sedangkan tahun 2012 produksi beras daerah ini sebesar 301.864 ton

dibanding kebutuhannya sebesar 621.377 ton maka kekurangan 319.513

ton.

Kekurangan ini umumnya dipenuhi oleh daerah tetangga meliputi

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan daerah lain sehingga

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 72

distribusi pangan di daerah ini cukup berperan, sehingga ketersediaan

pangan hingga tingkat pasar cukup tersedia.

c. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Riau setiap tahunnya mengalami

peningkatan. Hal ini antara lain disebabkan adanya migrasi penduduk dari

berbagai daerah mengingat pertumbuhan Provinsi Riau yang cukup pesat.

Jumlah penduduk Provinsi Riau pada tahun 2013 sebanyak 6.125.283 jiwa

menjadi 6.181.270 jiwa pada tahun 2014. Untuk jelasnya dapat dilihat pada

sebagaimana table tersebut dibawah ini.

Tabel 7. Pertumbuhan Penduduk Provinsi Riau dirinci per Kabupaten/Kota Tahun 2014

No. Kabupaten/Kota Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Kuantan Singingi 279.235 291.044 302.674 310.060 317.265 310.649

2 Indragiri Hulu 330.410 362.961 376.578 388.916 401.201 400.537

3 Indragiri Hilir 683.354 662.305 685.698 689.938 697.814 694.042

4 Pelalawan 285.813 303.021 312.738 332.075 352.207 375.601

5 Siak 332.562 377.232 390.359 405.850 421.477 428.052

6 Kampar 615.126 686.030 713.078 739.655 766.351 771.506

7 Rokan Hulu 413.056 475.011 492.006 517.577 543.857 568.009

8 Bengkalis 551.880 498.384 516.348 530.191 543.786 535.560

9 Rokan Hilir 565.558 552.433 573.211 595.695 618.355 626.836

10 Kepulauan Meranti

204.335 176.371 182.662 183.135 183.912 180.103

11 Pekanbaru 802.788 903.902 930.215 964.558 999.031 1.010.394

12 Dumai 242.417 254.337 262.976 271.522 280.027 279.982

Jumlah 5.306.534 5.543.031 5.738.543 5.929.172 6.125.283 6.181.270

Dari tabel 7 diatas, jumlah penduduk tertinggi berada di Kota

Pekanbaru sebesar 1.010.394 jiwa, disusul Kabupaten Siak dengan

jumlah penduduk 771.506 jiwa dan Kabupaten Indragiri Hilir dengan jumlah

penduduk 694.042 jiwa.

Rata-rata pertumbuhan penduduk Provinsi Riau sejak tahun 2009 s.d

tahun 2014 sebesar 3,12%. Tingkat pertumbahan yang tertinggi berada di

Kabupaten Rokan Hulu dengan pertumbuhan 6,60%, disusul Kabupaten

Pelalawan5,71%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 73

d. Cadangan Pangan

Cadangan Pangan Nasional meliputi persediaan pangan diseluruh

pelosok wilayah Indonesia untuk di konsumsi masyarakat, bahan baku

industri, dan untuk menghadapi keadaan darurat. Sedangkan Cadangan

Pangan Pemerintah terdiri dari cadangan pangan pemerintah pusat,

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah desa.

Cadangan Pangan Masyarakat adalah cadangan pangan yang

dikelola masyarakat atau rumah tangga, termasuk petani, koperasi,

pedagang, dan industri rumah tangga

Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Riau pada Tahun 2014yang

berupa beras yaitu sebesar 259,5 ton yang terdiri dari beberapa sumber

yaitu :

1. Provinsi Riau : 111,5 ton

2. Kabupaten Indragiri Hulu : 100 ton

3. Kabupaten Indragiri Hilir : 20 ton

4. Kabupaten Pelalawan : 18 ton

5. Kabupaten Kep. Meranti : 10 ton

e. Akses Pangan

1. Perkembangan Harga Pangan Komoditas Utama dan Strategis

Harga komoditi pangan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat konsumen secara luas maupun tingkat kesejahteraan petani,

mengingat sebagian besar petani di Indonesia adalah net buyer of food.

Oleh karena itu perkembangan harga komoditi pangan dapat digunakan

sebagai salah satu indikator parsial tentang perkembangan kesejahteraan

masyarakat dan petani.

Peningkatan harga pangan dalam dua tahun terakhir terasa sangat

memberatkan masyarakat khususnya masyarakat berpendapatan

menengah ke bawah. Dimulai dengan melonjaknya harga minyak goreng

sejak dua tahun terakhir kemudian berturut-turut diikuti oleh kenaikan

harga beras, telur, daging ayam, terigu dan perkembangan terakhir adalah

kenaikan harga kedele. „Krisis pangan‟, yang ditandai dengan

meningkatnya harga-harga pangan secara tajam dalam dua tahun terakhir

bukan hanya dialami oleh masyarakat Indonesia namun juga terjadi di

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 74

negara-negara lainnya. Daya beli masyarakat secara luas mengalami

tekanan, meskipun di sisi lain harga komoditas perkebunan yang juga

meningkat di pasar internasional memberikan keuntungan bagi petani

pekebunan

Stabilitas harga adalah jika harga dinyatakan stabil apabila gejolak

harga pangan di suatu wilayah kurang 25 % dari kondisi normal.

Sedangkan Stabilitas Pasokan pangan adalah jika pasokan pangan

dinyatakan stabil apabila penurunan pasokan pangan di suatu wilayah

berkisar antara 5 % - 25 %Fluktuasi harga pangan tingkat pedagang

eceran di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 75

Tabel 8. Rata – Rata Harga Pangan Di Provinsi Riau Tingkat Pedagang Eceran tahun 2014

NO KOMODITAS JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JUMLAH RATA-RATA

MAX MIN

1 Beras Premim 11.644 11.727 11.699 11.853 11.802 11.840 12.005 12.017 12.147 12.188 12.326 12.536 143.784 11.982 12.536 11.644

2 Beras Medium 10.862 10.858 10.404 10.486 10.411 10.389 10.460 10.484 10.537 10.618 11.141 11.186 127.836 10.653 11.186 10.389

3 Beras Termurah 8.632 8.789 8.512 8.574 8.532 8.581 8.772 7.920 8.878 8.963 9.228 9.667 105.048 8.754 9.667 7.920

4 Jagung 5.928 5.936 6.293 6.394 6.205 6.256 6.264 6.127 6.206 6.250 6.345 6.574 74.778 6.232 6.574 5.928

5 Kedelai 9.860 9.706 10.289 10.500 10.557 10.534 10.473 10.478 10.470 10.496 10.633 10.738 124.734 10.395 10.738 9.706

6 Gula Pasir 12.371 12.028 11.888 11.558 10.996 11.258 11.449 11.189 11.226 11.085 11.153 11.182 137.383 11.449 12.371 10.996

7 Bawang Merah 25.409 21.168 15.803 19.847 23.478 19.474 22.042 24.894 21.173 20.902 19.464 19.615 253.269 21.106 25.409 15.803

8 Cabe Merah Keriting 48.174 39.667 24.988 19.724 21.205 17.964 20.962 24.046 29.876 45.826 72.769 75.364 440.565 36.714 75.364 17.964

9 Daging Ayam Ras 25.644 24.585 22.988 22.992 23.761 25.912 28.792 27.420 28.403 22.299 21.845 22.355 296.996 24.750 28.792 21.845

10 Telur Ayam Ras 17.332 17.818 17.168 16.602 16.808 20.770 19.143 19.731 20.094 19.898 18.875 18.589 222.828 18.569 20.770 16.602

11 Daging Sapi Murni 98.205 104.036 104.479 104.697 104.826 108.655 115.076 111.939 113.273 108.068 108.932 99.909 1.282.095 106.841 115.076 98.205

12 Minyak Goreng 11.764 11.759 12.281 12.273 12.216 12.261 12.432 12.064 12.378 12.348 12.314 12.306 146.396 12.200 12.432 11.759

13 Tepung Terigu 8.182 8.205 8.227 8.108 8.053 8.288 8.311 8.436 8.501 8.447 8.342 8.335 99.435 8.286 8.501 8.053

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 76

2. Jumlah Keluarga Prasejahtera

Indikator Keluarga Sejahterapada dasarnya berangkat dari

pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10

Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan

variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik

dan operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan

digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat

pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat

kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan

untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut

selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang

sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara

operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di

desa.

Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria

keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau

lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai

keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran

agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.

b. Keluarga Sejahtera I

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing

anggota keluarga.

2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua)

kali sehari atau lebih.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 77

3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda

untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

4. Bagian yang terluas darilantai rumahbukan dari tanah

5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB

dibawa kesarana/petugas kesehatan.

Keluarga Miskin

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena

alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih

indikator yang meliputi :

a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan

daging/ikan/telor.

b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling

kurang satu stel pakaian baru.

c. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

Keluarga Miskin yang terdapat di Provinsi Riau Tahun 2014

dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Keragaan Keluarga Miskin di Provinsi Riau tahun

2014

No Kabupaten/Kota Jumlah Keluarga

KK Pra Sejahtera

KK Sejahtera I

KK Miskin (Total)

% Miskin (r)

1 KUANTAN SINGINGI

88.634

4.693

13.952

18.645

21

2 INDRAGIRI HULU

107.890

4.794

13.410

18.204

17

3 NDRAGIRI HILIR

167.044

11.447

9.755

21.202

13

4 PELALAWAN

98.162

4.839

11.691

16.530

17

5 SIAK

101.331

3.724

16.724

20.448

20

6 KAMPAR

188.181

10.865

35.204

46.069

24

7 ROKAN HULU

142.551

13.741

16.855

30.596

21

8 BENGKALIS

133.708

6.179

13.431

19.610

15

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 78

9 ROKAN HILIR

160.278

6.105

51.066

57.171

36

10

KEPULAUAN MERANTI

55.217

9.289

17.226

26.515

48

11 PEKANBARU

223.883

869

28.279

29.148

13

12 DUMAI

69.827

5.336

13.584

18.920

27

JUMLAH

1.536.706

81.881

241.177

323.058

21

Sumber : BKKBN Provinsi Riau Tahun 2014

f. Pemanfaatan Pangan

Aspek pemanfaatan pangan dapat ditinjau dari status gizi balita

yang tergambar dari banyaknya kasus gizi buruk dan gizi kurang yang

terjadi. Ketahanan dan kerentanan pangan dan gizi tercantum dalam

KerangkaKonsep Ketahanan Pangan dan Gizi (Gambar 1)

Gambar 1. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 79

a. Status gizi Balita

Status gizi balita masih memprihatinkan, hal ini ditunjukkan

oleh data bahwa 1/3 jumlah kematian anak dan 11 persen dari

total penyakit di seluruh dunia disebabkan oleh kekurangan gizi

pada ibu dan anak.

Di Indonesia menurut The Lancet Magazine (2008),

dinyatakan bahwa :

a.4 % bayi yang lahir setiap tahun tidak bertahan hidup lebih dari

lima tahun

b. Satu dari tiga anak balita mengalamigangguanpertumbuhan

(stunted) dan hampir seperlima dari jumlah itu mengalami

kekurangan berat badan.

Ketahanan pangan merupakan salah satu aspek yang

mempengaruhi status kesehatan dan gizi masyarakat. Status gizi

anak ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit yang

dideritanya. Status gizi anak balita diukur dengan 3 indikator

yaitu:

1. Berat Badan Kurang dan Berat Badan Sangat Kurang yang

biasa dikenal dengan underweight (berat badan berdasarkan

umur (BB/U) dengan Zscore dari-2 dari median menurut

referensi WHO 2005, yang mengacu kepada gabungan dari

kurang gizi akut dan kronis);

2. Pendek atau stunting (tinggi badan berdasarkan umur (TB/U)

dengan Zscore kurang dari-2 dari median menurut referensi

WHO 2005, yang mengacu ke kurang gizi kronis jangka

panjang); dan

3. Kurus atau wasting (berat badan berdasarkan tinggi badan

(BB/TB) dengan Zscore kurang dari-2 dari median menurut

referensi WHO 2005, yang mengacu kepada kurang gizi akut

atau baru saja mengalami kekurangan gizi).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 80

b. Kasus gizi Balita

Kasus gizi balita meliputi kasus gizi buruk dan gizi kurang.

Kasus gizi buruk merupakan masalah nasional, untuk itu perlu

tindakan segera untuk penanggulangannya dan menjadi

tanggung jawab kita bersama. Hal ini sejalan dengan keputusan

menteri kesehatan RI nomor : 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan bahwa

“semua anak balita gizi buruk harus mendapatkan perawatan

sesuai dengan dengan standar tata laksana anak gizi buruk.”

Di Provinsi Riau kasus gizi balita berdasarkan berat badan

menurut umur (BB/U) Tahun 2014 dari 48.300 balita yang

ditimbang 616 balita mengalami gizi buruk dan 3.173 balita

mengalami gizi kurang. Gizi buruk banyak terjadi di Kabupaten

Kampar yaitu 207 balita disusul oleh Kabupaten Indragiri Hilir81

dan Kabupaten Indragiri Hulu77 balita.

Untuk kasus gizi kurang banyak ditemui di Kabupaten

Indragiri Hilir yaitu 448 balita, disusul oleh Kabupaten Kampar

yaitu 424 balita dan Kabupaten Rokan Hilir yaitu 418 balita.

Sedangkan Total Kekurangan Energi Protein (KEP) di Provinsi

Riau adalah 3.784 dengan skor 1 artinya Aman.

Dari hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan terhadap

data/informasi yang didapat dari kegiatan Sistem Kewaspadaan

Pangan dan Gizi (SKPG), dapat diambil kesimpulan antara lain :

1. Kondisi pangan di Provinsi Riau, khususnya produksi beras pada

tahun 2014 sebanyak 225.547 ton mengalami penurunan dibanding

tahun 2013 yang produksinya sebanyak 254.023 ton atau sebesar

11,21 %, sedang kebutuhan beras penduduk Riau pada tahun

2014 sebanyak 652.124 ton, sehingga masih kekurangan sebesar

426.577 ton atau 65,41 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 81

2. Kontribusi produksi beras Provinsi Riau terhadap kebutuhan

penduduk hanya 254.023 ton pada tahun 2013, sehingga masih

kekurangan 392.194 ton. Sedangkan tahun 2012 produksi beras

daerah ini hanya 301.864 ton dibanding kebutuhannya sebesar

621.377 ton maka kekurangan 319.513 ton.

3. Ketersediaan pangan (Beras, Jagung dan umbi-umbian) di Provinsi

Riau tahun 2014 sebesar 310.546 ton yang tertinggi berada di

Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 62.703 ton disusul Kabupaten

Rokan Hulu sebesar 39.250 ton dan yang terendah berada di Kota

Dumaiyang hanya 4.654 ton.

4. Dari aspek ketersediaan, berdasarkan skor pertanian terdapat dua

daerah (Kabupaten Kuantan Singingi dan Kabupaten Pelalawan)

mempunyai indeks komposit dengan skor 5 dengan warna kuning

(waspada),selebihnya indeks kompositnya adalah 6 – 7 dengan

warna merah.

5. Aspek akses pangan, dilakukan dengan pendekatan kondisi

sosial masyarakat. Jumlah keluarga miskin di Provinsi Riau tahun

2014 sebanyak 323.058 kepala keluarga, mengalami penurunan

sebesar 13,37 % dibanding tahun 2013 yang jumlahnya 372.960

kepala keluarga. Jumlah Kepala Keluarga miskin yang tertinggi

berada di Kabupaten kepulauan Meranti dengan persentase 48%

dengan skor 3 disusul Kabupaten Rokan Hilir dengan persentase

36 % dan Kabupaten Kampar24 %, artinya kemampuan

keluarga tersebut dalam memenuhi pangannya tergolong prioritas

1, dan harus dilakukan intervensi, selanjutnya keluarga miskin

yang terendah berada di Kotamadya Pekanbaru dan Kabupaten

Indragiri Hilir masing-masing dengan persentase 13 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 82

6. Penderita gizi buruk dan gizi kurang di Provinsi Riau pada tahun

2014 berjumlah3.789 balita mengalami penurunan sebesar

52,16%, bila dibanding dengan tahun 2013 yang jumlahnya 7.921

balita begitu juga persentase KEP mengalami penurunan relatif

kecil dimana persentase KEP pada tahun 2014 sebesar 7,84 %

dibanding tahun 2013 dengan persentase KEP sebesar 8,96 %

atau 12,50%.

7. Pada tahun 2013jumlah penduduk Provinsi Riau sebanyak

6.125.283 jiwa, mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi

6.181.270 jiwa atau 0,91 %, tidak sebanding dengan produksi

beras yang justru mengalami penurunan,, dimana pada tahun 2013

produksi beras sebanyak 254.023 ton mengalami penurunan pada

tahun 2014 menjadi225.547 ton atau11,21 %.

8. Berdasarkan peta Komposit situasi pangan dan gizi,hanya

Kabupaten Pelalawan yang dikategorikan Aman, sedangkan

Kabupaten Kuantan Singingi dengan warna kuning sedang

selebihnya rawan dengan warna merah,untuk peta kondisi

ketersediaan pangan terdapat dua daerah dengan kondisi waspada

dengan warna kuning yaitu Kabupaten Indragiri Kuantan Singingi,

Kabupaten Pelalawan dan selebihnya rawan dengan warna merah,

sedang untuk peta kemiskinan, Kotamadya Pekanbaru, Kabupaten

Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Pelalawan dan

Kabupaten Bengkalis dengan kondisi aman dengan warna hijau

selanjutnya daerah yang kondisi waspada dengan warna kuning

ada enam daerah yakni Kabupaten Kuantan Singingi ,Kampar,

Rokan Hulu, Rokan Hilir, Dumai dan Siak, sedangkan untuk

Kepulauan Meranti kondisi rawan dengan warna merah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 83

3.3 Penghargaan Ketahanan Pangan

Tabel 1. : Nama-nama Penerima Penghagaan Adhikarya Pangan Nusantara(APN) Tingkat Provinsi Riau Tahun 2015

1. Kategori Pembina Ketahanan Pangan

KEPALA DESA/ LURAH

NO. KABUPATEN/KOTA NAMA HASIL

EVALUASI

1. Kuantan Singingi Ir. Emril Harda Kepala Desa Seberang Taluk Kec Kuantan Tengah

920

2. Siak

Amri Syarif Penghulu Kampung Pinang Sebatang Timur Kec. Tualang

850

3. Indragiri Hilir Juwiyono Kepala Desa Danau Pulau Indah Kec. Kempas

780

2. Pelopor Ketahanan Pangan

NO. KABUPATEN/KOTA PELOPOR HASIL

EVALUASI

1. Siak Sukarno, Desa Bunga Raya

535

2. Kota Pekanbaru Purwohadi Subroto, Kec. Rumbai

515

3. Kuantan Singingi Refnaldi, Desa Pebaun Hulu

480

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 84

3. Pelayanan Ketahanan Pangan

a. Penyuluh/ Pendamping

NO. KABUPATEN/KOTA PENYULUH/

PENDAMPING HASIL

EVALUASI

1. Rokan Hilir Tomiri, PPL Kec. Rimba melintang

550

2. Kep. Meranti Edi Sumantri, PPL Desa Bangsal Barat

505

3. Rokan Hulu Giyono, PPL Desa Rambah Baru

423

b. Pengawas /Pengendali Organisme Penganggu Tanaman

NO. KABUPATEN/KOTA PENGENDALI OPT HASIL

EVALUASI

1. Siak Nurul Huda 497

2. Pelalawan Agus Suryanto 478

3. Kuantan Singingi CH. Hasrul 447

4. Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan

a. Kegiatan Pengembangan Produksi Pangan

NO. KABUPATEN/KOTA KELOMPOK HASIL

EVALUASI

1. Indragiri Hilir Gapoktan Maju Bersama 685

2. Kuantan Singingi Kelompok Tani Jaya Mukti 678

3. Pelalawan Kelompok Karya Lestari 597

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 85

b. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat

NO. KABUPATEN/KOTA KELOMPOK HASIL

EVALUASI

1. Kota Dumai Kelompok Bagan Keladi 495

2. Rokan Hulu Kelompok Lumbung Pangan Sri Manunggal

488

3. Siak KWT Lily Kel. Sungai Apit 405

c. Kegiatan Pengembangan Industri Pangan Olahan

NO. KABUPATEN/KOTA KELOMPOK HASIL

EVALUASI

1. Kuantan Singingi Kelompok KPK Cendana 595

2. Siak KWT Setia Hati, Kampung Suka Mulya, Kec. Dayun

450

3. Kep. Meranti

Kelompok Usaha Bersama “Sagu Berkah” , Desa Banglas barat Kec. Tebing Tinggi

405

5. Pemangku Ketahanan Pangan

NO. KABUPATEN/KOTA PEMANGKU HASIL

EVALUASI

1. Siak H. Kademo 320

2. Kuantan Singingi Junaidi, desa Pulau Kijang Kuantan Hilir

260

3. Pelalawan Datuk Engku Raja 230

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 86

Penerima Penghargaan (Adhikarya Pangan Nusantara) APN

tingkat Provinsi Riau Tahun 2015 akan menerima hadiah berupa

Piagam, Piala dan Uang. Hadiah berupa piagam, piala ini diserahkan

langsung oleh Bapak Gubernur Riau pada saat Upacara Peringatan

Hari Pangan Sedunia Tingkat Provinsi Riau tahun 2014 di Halaman

Kantor Gubernur Riau. Hadiah pemenang untuk Penghargaan APN

tingkat Provinsi Riau tahun 2015 ditetapkan melalui Surat Keputusan

Kepala BKP Provinsi Riau nomor :910/Kpts/BKP-LBG/2015 tanggal 7

Desember 2015, untuk jelasnya besaran hadiah bagi masing-masing

pemenang disajikan pada tabel 4dibawah ini.

Tabel2. : Penetapan Besaran Hadiah Bagi Pemenang Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) Tingkat Provinsi Riau Tahun 2015

No. KATEGORI PEMENANG HADIAH

I. PEMBINA KETAHANAN PANGAN

a. KEPALA DESA

TERBAIK I KEPALA DESA SEBERANG TALUK KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,-

TERBAIK II PENGHULU KAMPUNG PINANG SEBATANG TIMUR KEC.TUALANG KABUPATEN SIAK

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,-

TERBAIK III KEPALA DESA DANAU PULAU INDAH KEC. KEMPAS KAB. INDRAGIRI HILIR

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-

II. PELOPOR KETAHANAN PANGAN

TERBAIK I SUKARNO - KABUPATEN SIAK PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,-

TERBAIK II PURWOHADI SUBROTO- PEKANBARU PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,-

TERBAIK III REFNALDI - KAB. KUANTAN SINGINGI

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-

III. PELAYANAN KETAHANAN PANGAN

a. PENYULUH/PENDAMPING

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 87

TERBAIK I TOMIRI - KAB. ROKAN HILIR PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,-

TERBAIK II EDI SUMANTRI - KAB. KEP. MERANTI PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,-

TERBAIK III GIYONO - KAB. ROKAN HULU PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-

1 2 3 4

b.

PENGAWAS/PENGENDALI OPT

TERBAIK I NURUL HUDA - KAB. SIAK PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,-

TERBAIK II H.HASRUL - KAB. KUANTAN SINGINGI

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,-

TERBAIK III AGUS SURYANTO - KAB. PELALAWAN

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-

IV. PELAKU PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN

a. KEG. PENGEMBANGAN PRODUKSI

TERBAIK I GAPOKTAN MAJU BERSAMA - KAB. INDRAGIRI HILIR

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,-

TERBAIK II KELOMPOK TANI JAYA MUKTI - KAB. KUANTAN SINGINGI

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,-

TERBAIK III KELOMPOK KARYA LESTARI - KAB. PELALAWAN

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-

b. KEG. PEMBERDAYAAN MASY.

TERBAIK I KELOMPOK DESA MAPAN TUAH MANDIRI - KOTA DUMAI

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,-

TERBAIK II KELOMPOK LUMBUNG PANGAN SRI MANUNGGAL - KAB. ROKAN HULU

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,-

TERBAIK III KWT LILY - KAB. SIAK PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-

c. KEG. PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN

TERBAIK I

KPK CENDANA - KAB. KUANTAN SINGINGI

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,-

TERBAIK II KWT SETIA HATI - KAB. SIAK

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,-

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 88

TERBAIK III KUB SAGU BERKAH - KAB. KEP.MERANTI

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-

V. PEMANGKU KETAHANAN PANGAN

TERBAIK I H. KADEMO - KAB.SIAK PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.400.000,-

TERBAIK II JUNAIDI - KAB. KUANTAN SINGINGI

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 2.100.000,-

TERBAIK III

DATUK ENGKU RAJA - KAB. PELALAWAN

PIALA + SERTIFIKAT Rp. 1.800.000,-

Tabel 3. Nama dan Kategori Penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara(APN) Tingkat Nasional Tahun 2015 dari Provinsi Riau.

NO. NAMA PEMENANG ALAMAT KATEGORI

1 Ir. Emil Harda, MM, MBA Kepala Desa seberang Taluk, Kec. Kuantan Tengah, Kab. Kuantan Singingi.

Pembina Ketahanan Pangan/ Kepala Desa

2 Kelompok Petani Kecil (KPK) Cendana. Ketua : Sutynah

Kelurahan Sungai Jering, Kec. Kuantan Tengah, Kab. Kuantan Singingi.

Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan

3 Tomiri Penyuluh /PPL Kec. Rimba Melintang, Kab. Rokan Hilir.

Pelayanan Ketahanan Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 89

3.4 Akuntabilitas Keuangan

Tahun Anggaran 2015 Badan ketahanan pangan mendapat alokasi

anggaran APBD setelah perubahan sejumlah Rp. 26.076010.249,00,-

yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung Rp. 9.905.677.449,00,-, dan

Belanja Langsung Rp. 16.170.332.800,00,-, dengan jumlah program

sebanyak 7 (tujuh) program sebagai berikut :

N0 Program Anggaran Perubahan

(Rp)

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.557.602.000,00

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 1.316.200.000,00

3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur 180.0000.000,00

4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya

Aparatur

41.706.000,00

5. Program Peningkatan Pengembangan Sistim

Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

214.935.000,00

6. Program Peningkatan Ketahanan

Pangan/Pertanian/Perkebunan

11.278.634.800,00

7. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik

Daerah

1.611.255.000,00

JUMLAH 16.170.332.800,00

Tahun Anggaran 2015 Badan Ketahanan Pangan

Melaksanakan 7 (tujuh) program dan 45 kegiatan, 5 (lima ) program

dengan 23 kegiatan merupakan program yang ada di setiap SKPD

sedangkan 3 (tiga) program dengan 22 kegiatan yang langsung

dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan sebagai kegiatan

pembangunan yaitu Program peningkatan ketahanan pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 90

pertanian/perkebunan dengan kegiatan sebanyak 19 (Sembilan Belas)

kegiatan dengan anggaran sejumlah Rp. 11.278.634.800,00,- serta

Program Pengembangan Data/Informasi dengan 3 (tiga) kegiatan Rp.

1.611.255.000,00,-

Untuk melihat Realisasi Fisik dan keuangan dari program/kegiatan

yang telah dilaksanakan dari APBD dapat dilihat dibawah ini :

No Program Kegiatan

Pagu (Rp) Penyerapan Dana

Target Realisasi SPJ Murni Perubahan

Rp % Rp % Rp % Rp %

P Program Pengembangan Data/Informasi

1

Partisipasi Dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan 1.200.000.000,00 7,83 1.381.535.000,00 8,54 1.381.535.000,00 100 879.734.731,00 63,68

2

Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Ketahanan Pangan - - 79.720.000,00 0,49 79.720.000,00 100 25.258.500,00 31,68

3 Penyusunan Statistik Pangan 100.000.000,00 0,65 150.000.000,00 0,93 150.000.000,00 100 94.725.700,00 63,15

P Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

4 Penyediaan Jasa Surat Menyurat 55.000.000,00 0,36 55.000.000,00 0,34 55.000.000,00 100 46.650.000,00 84,82

5

Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air Dan Listrik 260.000.000,00 1,7 260.000.000,00 1,61 260.000.000,00 100 156.811.341,00 60,31

6 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 210.350.000,00 1,37 210.350.000,00 1,3 210.350.000,00 100 210.350.000,00 100

7 Penyediaan Alat Tulis Kantor 150.000.000,00 0,98 150.000.000,00 0,93 150.000.000,00 100 129.573.150,00 86,38

8 Penyediaan Barang Cetakan Dan Penggandaan 125.000.000,00 0,82 125.000.000,00 0,77 125.000.000,00 100 93.284.050,00 74,63

9

Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor 75.000.000,00 0,49 75.000.000,00 0,46 75.000.000,00 100 74.725.475,00 99,63

10

Penyediaan Bahan Bacaan Dan Peraturan Perundang-Undangan 25.000.000,00 0,16 25.000.000,00 0,15 25.000.000,00 100 25.000.000,00 100

11 Penyediaan Makanan Dan Minuman 50.000.000,00 0,33 54.400.000,00 0,34 54.400.000,00 100 45.720.000,00 84,04

12 Rapat-Rapat Koordinasi Dan Konsultasi Ke Luar Daerah 345.650.000,00 2,25 602.852.000,00 3,73 602.852.000,00 100 214.430.200,00 35,57

P

Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur

13 Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional 433.000.000,00 2,82 433.000.000,00 2,68 433.000.000,00 100 380.200.000,00 87,81

14 Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor 50.000.000,00 0,33 63.000.000,00 0,39 63.000.000,00 100 61.957.500,00 98,35

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 91

15 Pengadaan Peralatan Gedung Kantor 175.000.000,00 1,14 198.000.000,00 1,22 198.000.000,00 100 194.744.858,00 98,36

16 Pengadaan Mebeleur 185.000.000,00 1,21 185.000.000,00 1,14 185.000.000,00 100 - -

17 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor 175.000.000,00 1,14 175.000.000,00 1,08 175.000.000,00 100 174.200.000,00 99,54

18 Pemeliharaan Rutin/Berkala Mobil Jabatan 60.000.000,00 0,39 80.000.000,00 0,49 80.000.000,00 100 66.636.950,00 83,3

19

Pemeliharaan Rutin/berkala Peralatan Dan Perlengkapan Kantor 185.000.000,00 1,21 182.200.000,00 1,13 182.200.000,00 100 148.072.500,00 81,27

P Program Peningkatan Disiplin Aparatur

20 Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya 100.000.000,00 0,65 100.000.000,00 0,62 100.000.000,00 100 92.985.585,00 92,99

21 Pembinaan Fisik Dan Mental Aparatur 50.000.000,00 0,33 50.000.000,00 0,31 50.000.000,00 100 41.450.000,00 82,9

P

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

22 Pendidikan Dan Pelatihan Formal 35.000.000,00 0,23 41.706.000,00 0,26 41.706.000,00 100 5.700.000,00 13,67

P

Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan

23

Penyusunan Laporan Capaian Kinerja Dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD 55.000.000,00 0,36 52.120.000,00 0,32 52.120.000,00 100 21.750.000,00 41,73

24

Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran 25.000.000,00 0,16 24.160.000,00 0,15 24.160.000,00 100 8.950.000,00 37,04

25 Penyusunan Rencana Kerja SKPD 100.000.000,00 0,65 100.000.000,00 0,62 100.000.000,00 100 63.706.100,00 63,71

26

Penyusunan Penetapan Kinerja (PENJA), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Laporan Ekuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 50.000.000,00 0,33 38.655.000,00 0,24 38.655.000,00 100 32.041.700,00 82,89

P

Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan

27 Pemantauan Dan Analisis Akses Harga Pangan Pokok 400.000.000,00 2,61 336.027.000,00 2,08 336.027.000,00 100 294.847.400,00 87,75

28 Pengembangan Desa Mandiri Pangan 1.634.000.000,00 10,66 1.594.827.000,00 9,86 1.594.827.000,00 100 1.377.280.600,00 86,36

29

Penguatan Cadangan Pangan Pemerintahan Daerah Riau 1.800.000.000,00 11,74 1.799.575.000,00 11,13 1.799.575.000,00 100 1.689.626.370,00 93,89

30

Pengembangan Dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat 455.000.000,00 2,97 416.062.800,00 2,57 416.062.800,00 100 292.561.200,00 70,32

31

Pemberdayaan Gapoktan Dalam Penyedia Pangan Masyarakat Se Provinsi Riau - - 500.000.000,00 3,09 500.000.000,00 100 318.806.200,00 63,76

32 Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah 200.000.000,00 1,3 170.325.100,00 1,05 170.325.100,00 100 159.968.200,00 93,92

33

Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan Ketahanan Pangan 150.000.000,00 0,98 150.000.000,00 0,93 150.000.000,00 100 102.648.600,00 68,43

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 92

34

Koordinasi Dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan 300.000.000,00 1,96 292.700.000,00 1,81 292.700.000,00 100 190.891.600,00 65,22

35 Akselerasi Ketahanan Pangan Di Provinsi Riau 400.000.000,00 2,61 394.270.000,00 2,44 394.270.000,00 100 319.551.550,00 81,05

36

Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG) 500.000.000,00 3,26 484.660.000,00 3 484.660.000,00 100 273.699.700,00 56,47

37

Penguatan Jaringan Distribusi Dan Ketersediaan Pangan 300.000.000,00 1,96 209.359.900,00 1,29 209.359.900,00 100 172.324.100,00 82,31

38

Peningkatan Kapasitas Dan Operasional Pengembangan Kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan. 700.000.000,00 4,57 700.000.000,00 4,33 700.000.000,00 100 395.374.800,00 56,48

39

Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam 500.000.000,00 3,26 478.469.000,00 2,96 478.469.000,00 100 388.363.400,00 81,17

40

Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi Dan Nasional 465.120.000,00 3,03 465.120.000,00 2,88 465.120.000,00 100 323.216.900,00 69,49

41 Analisis Situasi Konsumsi Pangan Penduduk 450.000.000,00 2,94 450.000.000,00 2,78 450.000.000,00 100 333.739.000,00 74,16

42

Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan Dalam Ketahanan Pangan 990.287.000,00 6,46 1.063.587.000,00 6,58 1.063.587.000,00 100 767.552.900,00 72,17

43 Pengembangan Pangan Lokal 912.694.000,00 5,95 912.694.000,00 5,64 912.694.000,00 100 539.692.800,00 59,13

44 Sertifikasi Pangan Segar (buah Dan Sayur) 300.000.000,00 1,96 300.000.000,00 1,86 300.000.000,00 100 213.401.500,00 71,13

45

Pengawasan Dan Pembinaan Keamanan Pangan 600.000.000,00 3,91 560.958.000,00 3,47 560.958.000,00 100 440.200.000,00 78,47

Jumlah 15.331.101.000,00 100 16.170.332.800,00 100 16.170.332.800,00 100 11.882.405.160,00 73,48

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 93

3.5. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kegiatan

Efisiensi

Efisiensi merupakan suatu perhitungan yang membandingkan

antara target keluaran dan realisasi keluaran. Sementara efektivitas

merupakan perhitungan antara keluaran dengan hasil (output dan

outcome). Efisiensi terjadi apabila realisasi masukan ternyata lebih

kecil dari target yang ditetapkan sebelumnya sementara keluaran atau

output mencapai target yang diharapkan. Rumusan yang digunakan

untuk menghitung efisiensi tersebut adalah sebagai berikut

UCO Ren-(UCO Real-UCO Ren)

Efisiensi = x 100%

UCO Ren

Hasil perhitungan untuk kegiatan di lingkup Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Riauyang bersumber dari APBD dapat dilihat pada

tabel berikut :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 94

TABEL PERHITUNGAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS KEGIATAN APBD TAHUN 2015

NO. KEGIATAN

INPUT OUTPUT Unit Cost Output (UCO)

Hasil Perhitungan

Efisiensi

Rata-rata

Capaian

Output

Rata-rata

Capaian

Outcome

Efektivitas Target Realisasi Target

Realisasi

Target Realisasi

1 Peningkatan Kapasitas dan Operasional Pengembangan Kelembagaan BKP

700,000,000

395,374,800

3

3

233,333,333

131,791,600

143.52

43.52

100.00

100.00

100.00

2 Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau

394,270,000

319,551,000

15

15

26,284,667

21,303,400

118.95

18.95 100.00

100.00

100.00

3 Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan

292,700,000

190,891,800

1

1

292,700,000

190,891,800

134.78

34.78

100.00

100.00

100.00

4 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan

150,000,000

102,648,500

1

1

150,000,000

102,648,500

131.57

31.57

100.00

100.00

100.00

5 Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah

170,325,100

159,968,200

3

3

56,775,033

53,322,733

106.08

6.08

100.00

100.00

100.00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 95

6 Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Riau

1,799,575,000

1,689,626,370

184.783

184.783

9,738,856

9,143,841

106.11

6.11

100.00

100.00

100.00

7 Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat

416,062,800

292,561,200

60

34

6,934,380

8,604,741

75.91

(24.09

)

56.67

56.67

100.00

8 Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se-Provinsi Riau

500,000,000

318,806,200

24

24

20,833,333

13,283,592

136.24

36.24

100.00

100.00

100.00

9 Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersidiaan Pangan

209,359,900

172,324,100

24

24

8,723,329

7,180,171

117.69

17.69

100.00

100.00

100.00

10 Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok

336,022,000

294,847,400

5

5

67,204,400

58,969,480

112.25

12.25

100.00

100.00

100.00

11 Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

484,660,000

273,699,700

12

12

40,388,333

22,808,308

143.53

43.53

100.00

100.00

100.00

12 Pengembangan Desa Mandiri Pangan

1,594,827,000

1,377,280,600

720

678

2,215,038

2,031,387

108.29

8.29

94.17

100.00

106.19

13 Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam

243,850,000

165,555,200

24

24

10,160,417

6,898,133

132.11

32.11

100.00

100.00

100.00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 96

14 Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional

366,400,000

140,458,700

2

2

183,200,000

70,229,350

161.67

61.67

100.00

100.00

100.00

15 Analisa Situasi Konsumsi Pangan Penduduk

200,000,000

181,893,400

2

2

100,000,000

90,946,700

109.05

9.05

100.00

100.00

100.00

16 Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dan Ketahanan Pangan

1,063,587,000

767,552,900

6,000

6.000

177,265

127,925

127.83

27.83

100.00

100.00

100.00

17 Pengembangan Pangan Lokal

912,694,000

539,692,800

24

22

38,028,917

24,531,491

135.49

35.49

91.67

91.67

100.00

18 Sertifikasi Pangan (Buah dan Sayur)

300,000,000

213,401,500

24

18

12,500,000

11,855,639

105.15

5.15

75.00

75.00

100.00

19 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

560,958,000

440,200,000

10

10

56,095,800

44,020,000

121.53

21.53

100.00

100.00

100.00

20 Penyusunan Statistik Pangan

150,000,000

94,725,700

12

12

12,500,000

7,893,808

136.85

36.85

100.00

100.00

100.00

21 Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan

1,381,535,000

879,734,731

1

1

1,381,535,000

879,734,731

136.32

36.32

100.00

100.00

100.00

22 Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan

79,720,000

25,258,500

8

8

9,965,000

3,157,313

168.32

68.32

100.00

100.00

100.00

Jumlah Rata-rata 125.87

25.87

96.25

96.52

100.28

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 97

Dari hasil perhitungan kegiatan Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Riau sebesar 125,87 %. Sehingga dapat dikatakan kegiatan

yang dilakukan di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riauyang

bersumber dari APBD adalah efesien dengan angka efesiensi sebesar

25,87%.

Efektivitas

Efektivitas suatu kegiatan merupakan perbandingan antara

ouput/keluaran dengan outcome/hasil yang diberikan dari

kegiatan tersebut. Rumusan yang digunakan untuk menghitung

efektivitas dari suatu kegiatan adalah :

Realisasi Out Come

Efektivitas = x 100%

Realisasi Ouput

Hasil perhitungan untuk kegiatan yang bersumber dari APBD di

lingkup Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat dilihat pada

tabel berikut :

NO. KEGIATAN Persentase

Capaian Output

Persentase Capaian Outcome

Efektivitas

1 Peningkatan Kapasitas dan Operasional Pengembangan Kelembagaan BKP

100.00

100.00

100.00

2 Akselerasi Ketahanan Pangan di Provinsi Riau

100.00

100.00

100.00

3 Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan

100.00

100.00

100.00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 98

4 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Ketahanan Pangan

100.00

100.00

100.00

5 Analisa Ketersediaan Pangan Wilayah

100.00

100.00

100.00

6 Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Riau

100.00

100.00

100.00

7 Pengembangan dan Pemberdayaan Cadangan Pangan Masyarakat

56.67

56.67

100.00

8 Pemberdayaan Gapoktan dalam Penyedia Pangan Masyarakat se-Provinsi Riau

100.00

100.00

100.00

9 Penguatan Jaringan Distribusi dan Ketersidiaan Pangan

100.00

100.00

100.00

10 Pemantauan dan Analisis Harga Pangan Pokok

100.00

100.00

100.00

11 Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

100.00

100.00

100.00

12 Pengembangan Desa Mandiri Pangan

94.17

100.00

106.19

13 Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Beragam

100.00

100.00

100.00

14 Lomba Cipta Menu B2SA Tingkat Provinsi dan Nasional

100.00

100.00

100.00

15 Analisa Situasi Konsumsi Pangan Penduduk

100.00

100.00

100.00

16 Pengelolaan Pemanfaatan Pekarangan/Peran Perempuan dan Ketahanan Pangan

100.00

100.00

100.00

17 Pengembangan Pangan Lokal 91.67 91.67 100.00

18 Sertifikasi Pangan (Buah dan Sayur)

75.00

75.00

100.00

19 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

100.00

100.00

100.00

20 Penyusunan Statistik Pangan 100.00

100.00

100.00

21 Partisipasi dalam Pelaksanaan Pameran Tahunan

100.00

100.00

100.00

22 Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan

100.00

100.00

100.00

JUMLAH

96.25

96.52

100.28

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 99

Dengan demikian maka dapat dikatakan kegiatan APBD yang

dilakukan di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dapat dikatakan

efektif dengan nilai capaian sebesar 100,28%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 100

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Riau merupakan tindak lanjut dari Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintahdan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999

tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sekaligus merupakan

laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan pembangunan

ketahanan pangan yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2015.

Capaian 7 (tujuh) indikator dapat digambarkan sebagai berikut :

1. CapaianEfektifitas Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan

Pangan0 %.

2. CapaianKetersediaan Pangan Utama(Beras) 853.173 Ton, (108,68 %)

dari target 875.000 Ton.

3. CapaianPenguatan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat,

70,17 % (116,95 %) dari target 60 %

4. Capaian ketersediaan Informasi Pasokan Harga dan Akses Pangan

di Daerah91,11 % dari target 100 %

5. Capaian Penanganan Daerah Rawan Pangan, 0 %.

6. Capaian kualitas konsumsi pangan penduduk Riau yang ditandai Skor

PPH 81,5 (100,62%) dari Target Skor PPH 81,Jumlah Konsumsi

Energi 2.083 Kkal/Kap/Hari (96,88 %) dari target 2.150 Kkal/Kap/Hari,

Jumlah Konsumsi Pangan 53 Gram/Kap/Hari (98,15 %) dari target 54

Gram/Kap/Hari

7. Capaian Pembinaan dan Pengawasan Pangan 82 % (86,32 %) dari

target 95%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau

TA 2015

Laporan Tahunanan SKPG Tahun 2015 101

4.2. Saran

Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan sarana

evaluasi dan pengendalian yang sangat efektif sehingga pelaksanaan

pembangunan ketahanan pangan sesuai dengan tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan pembinaansecara

berkala dan berkelanjutan sehingga pembangunan ketahanan pangan

dapat terpadu (integrated), terukur keberhasilannya (Measurable) dan

berkesinambungan (sustainability)

Instansi : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU

URAIAN SATUAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

REALISASI

2 4 5 6 7 8

1. Peningkatan Peningkatan Kapasitas Masukan : Jumlah Dana Rupiah 700.000.000 395.374.800 56,48

Ketahanan Pangan dan Operasional

Pengembangan Keluaran : Telaksananya Rapat Pokja Ahli, Pokja Teknis Jenis Rapat 3 3 100,00

Kelembagaan DKP dan Rakor Dewan Ketahanan Pangan

Hasil : Tersusunnya rumusan kebijakan Rumusan 1 1 100,00 pemantapan Ketahanan Pangan untuk Kebijakan

Provinsi

Akselerasi Ketahanan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 394.270.000 319.551.550 81,05

Pangan di Provinsi

Riau Keluaran : Telaksananya Pemberian Penghargaan Pemenang 15 15 100,00

Adhikarya Pangan Nusantaa (APN) dan

Hari Pangan Sedunia (HPS)

Hasil : Meningkatkan motivasi dan Kinerja Aparat/ Kab/Kota 12 12 100,00

Masyarakat dalam mewujudkan Ketahanan

Pangan

Koordinasi dan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 292.700.000 190.891.800 65,22

Sinkronisasi Perencanaan

Pembangunan Ketahanan Keluaran : Rumusan Kesepakatan antara Provinsi dan Rumusan 1 1 100,00

Pangan Kabupaten/Kota

Hasil : Sinkronisasi Program/Kegiatan antara Rumusan 1 1 100,00

Provinsi dan Kabupaten/Kota

Monitoring, Evaluasi Masukan : Jumlah Dana Rupiah 150.000.000 102.648.600 68,43

dan Pelaporan

Ketahanan Pangan Keluaran : Jumlah Laporan Laporan 1 1 100,00

Hasil : Tingkat Capaian Pelaksanaan Kegiatan BKP Laporan 1 1 100,00

BKP Provinsi Riau di Provinsi dan Kab/Kota Kegiatan 18 18 100,00

INDIKATOR KINERJA

31

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN ( PKK )

TAHUN 2015

PROGRAM

KEGIATAN PERSENTASE

PENCAPAIAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

KET.

URAIAN SATUAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

REALISASI

2 4 5 6 7 8

INDIKATOR KINERJA

31

PROGRAM

KEGIATAN PERSENTASE

PENCAPAIAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

KET.

Analisa Ketersediaan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 170.325.100 159.968.200 93,92

Pangan Wilayah

Keluaran : Tersusunnya Neraca Bahan Makanan, Dokumen 3 3 100,00 Prognosa Ketersediaan dan

Prognosa HKBN

Hasil : Neraca Bahan Makanan, Dokumen 3 3 100,00

Prognosa Ketersediaan Pangan Bulanan

dan Prognosa Ketersediaan Menghadapi

HBKN

Penguatan Cadangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 1.799.575.000 1.689.626.370 93,89

Pangan Pemerintah

Daerah Riau Keluaran : Cadangan pangan Pemerintah Ton Beras 184,783 184,783 100,00

Hasil : Tersedianya Cadangan Pangan sebagai Ton Beras 184,783 184,783 100,00

Cadangan Pangan Wilayah menghadapi

bencana alam dan sosial, gejolak harga

dan darurat

Pengembangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 416.062.800 292.561.200 70,32

dan Pemberdayaan

Cadangan Pangan Keluaran : Meningkatnya Volume Cadangan Pangan Lumbung 60 34 56,67

Masyarakat Masyarakat dalam bentuk gabah/beras di Pangan

lumbung pangan desa

Hasil : Lumbung Pangan Desa Lumbung 60 34 56,67

Pangan

Pemberdayaan Gapok Masukan : Jumlah Dana Rupiah 500.000.000 318.806.200 63,76

tan dalam Penyedia

Pangan Masyarakat Keluaran : Berkembangnya Gapoktan menjadi Lemba- Gapoktan 24 24 100,00

se-Provinsi Riau ga distribusi pangan pokok Provinsi Riau

sebagai antisipasi terjadinya hambatan

distribusi pangan pokok

Hasil : Distribusi Pangan Pokok di Provinsi Riau Gapoktan 24 24 100,00

lancar, Petani penghasil Gabah/beras men-

dapat harga yang layak sehingga pengha-

silan petani meningkat

URAIAN SATUAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

REALISASI

2 4 5 6 7 8

INDIKATOR KINERJA

31

PROGRAM

KEGIATAN PERSENTASE

PENCAPAIAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

KET.

Penguatan Jaringan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 209.359.900 172.324.100 82,31

Distribusi dan

ketersediaan Pangan Keluaran : Terbangunnya Jaringan Distribusi Keterse- Provinsi 5 5 100,00

diaan Pangan untuk Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Hasil : Tersedianya Pangan yang cukup bagi Kab/Kota 12 12 100,00

Masyarakat Provinsi Riau

Pemantauan dan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 336.022.000 294.847.400 87,75

Analisis Harga

Pangan Pokok Keluaran : Terbangunnya Jaringan Informasi Harga Kab/Kota 12 12 100,00

PanganPokok di Provinsi Riau

Hasil : Terumuskannya Kebijakan Mengantisipasi Pasar tempat 12 12 100,00

Kenaikan Harga Pangan diambilnya

data harga

pangan

Kab/Kota

Pengembangan Sistem Masukan : Jumlah Dana Rupiah 484.660.000 273.699.700 56,47

Kewaspadaan Pangan

dan Gizi (SKPG) Keluaran : Meningkatnya pengetahuan aparat dalam

pengertian dan pembuatan Peta SKPG

aparat desa 720 678 94,17

Kab/Kota

Hasil : Pembuatan Laporan SKPG yang menggam- Kab/Kota 12 12 100,00

barkan kerawanan bulanan dan tahunan

Provinsi Riau

Pengembangan Desa Masukan : Jumlah Dana Rupiah 1.594.827.000 1.377.280.600 86,36

Mandiri Pangan

Keluaran : Kelompok Tani Kelompok 24 24 100,00

Hasil : Meningkatnya aktifitas usaha pengelolaan Kelompok 24 24 100,00

pangan menuju kemiskinan pangan

URAIAN SATUAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

REALISASI

2 4 5 6 7 8

INDIKATOR KINERJA

31

PROGRAM

KEGIATAN PERSENTASE

PENCAPAIAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

KET.

Gerakan Penganekaragaman Masukan : Jumlah Dana Rupiah 478.469.000 388.363.400 81,17

Konsumsi Pangan Beragam

Keluaran : Terlaksananya gerakan diversifikasi Kali 2 2 100,00

pangan lokal

Hasil : Meningkatnya kinerja P2KP sesuai Pola Orang 1.000 1.000 100,00

Pangan Harapan bersumberdaya lokal

di Masyarakat

Lomba Cipta Menu B2SA

Tingkat Provinsi dan Nasional

Masukan : Jumlah Dana Rupiah 465.120.000 323.216.900 69,49

Keluaran : Terlaksananya Pemahaman Pangan B2SA Kali 2 2 100,00

bagi Masyarakat

Hasil : Terwujudnya Pemahaman Pangan B2SA % 100 100 100,00

bagi Masyarakat

Analisis Situasi Konsumsi

Pangan Penduduk

Masukan : Jumlah Dana Rupiah 450.000.000 333.739.900 74,16

Keluaran : Terlaksananya Survey Konsumsi Pangan KK 6000 6.000,00 100,00

Hasil : Tersedianya Buku dan Data Survey Buku 25 25 100,00

Pengelolaan Peman Masukan : Jumlah Dana Rupiah 1.063.587.000 767.552.900 72,17

faatan Pekarangan/

Peran Perempuan Keluaran : 1. Jumlah bantuan yang disalurkan Kelompok 24 22 91,67

dalam Ketahanan 2. Jumlah Lokakarya

Pangan

Hasil : Tingkat pencapaian pemahaman peman- % 100 91,67 91,67

faatan lahan pekarangan

URAIAN SATUAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

REALISASI

2 4 5 6 7 8

INDIKATOR KINERJA

31

PROGRAM

KEGIATAN PERSENTASE

PENCAPAIAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

KET.

Pengembangan Pangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 912.694.000 539.692.800 59,13

Lokal

Keluaran : Terlaksananya Pemahaman Pangan Kelompok 24 18 75,00

B2SA bagi Masyarakat

Hasil : Terwujudnya Pemahaman Pangan B2SA Kelompok 24 18 75,00

bagi Masyarakat

Sertifikasi Pangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 300.000.000 213.401.500 71,13

Segar (Buah dan Sayur)

Keluaran : Terlaksananya Sertifikasi pangan segar pelaku usaha 10 10 100,00

Hasil : Berkurangnya pangan segar yang Kab/Kota 12 12 100,00

mengandung residu pestisida

Pengawasan dan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 560.958.000 440.200.000 78,47

Pembinaan Keamanan

Pangan Keluaran : Terlaksananya Pengawasan Mutu dan Provinsi Riau 12 12 100,00

Keamanan Pangan Segar

Hasil : Tersedianya pangan segar yang aman Provinsi Riau 12 12 100,00

untuk dikonsumsi

2 Program

Pengembangan

Sistem Informasi

Penyusunan Statistik Pangan Masukan : Jumlah Dana Rp 150.000.000 94.725.700 63,15

Keluaran : Jumlah Buku Statistik Ketahanan Pangan Buku 1 1 100,00

Hasil : Persenase terealisasinya Data Statistik % 100 100 100,00

Pangan yang mencakup Aspek ketersediaan

Distribusi dan Konsumsi

URAIAN SATUAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

REALISASI

2 4 5 6 7 8

INDIKATOR KINERJA

31

PROGRAM

KEGIATAN PERSENTASE

PENCAPAIAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

KET.

Partisipasi dalam Masukan : Jumlah Dana Rupiah 1.381.535.000 879.734.731 63,68

Pelaksanaan

Pameran Tahunan Keluaran : Terlaksananya pameran agribisnis dan Event 8 7 87,50

hasil produksi pangan lokal

Cadangan Pangan Wilayah

Hasil : 1. Tergalinya potensi pangan lokal Event 8 7 87,50

2. Meningkatnya pendapatan pelaku usaha

pangan lokal

Pengembangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 79.720.000 25.258.500 31,68

Sistem Informasi

Ketahanan Pangan Keluaran : Tim Pengelola Website dan Tenaga Ahli Orang 9 9 100,00

Hasil : Persentase penyebara data informasi % 100 100 100,00

ketahanan pangan secara elektronik bagi

publik

URAIAN SATUAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

REALISASI

2 4 5 6 7 8

INDIKATOR KINERJA

31

PROGRAM

KEGIATAN PERSENTASE

PENCAPAIAN

RENCANA

TINGKAT

CAPAIAN

(TARGET)

KET.

1

Instansi : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU

Rencana

Rencana

Tingkat Tingkat

Capaian

(Target)Capaian

(Target)

1 3 4 5 7 8 9

1. Tercapainya Evektivitas Jumlah Regulasi dan 1 Regulasi Peningkatan Peningkatan Kapasitas Masukan : Jumlah Dana Rupiah 700.000.000

Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Ketahanan dan Operasional

Kebijakan Ketahanan Pangan Pangan Pertanian/ Pengembangan Keluaran : Telaksananya Rapat Pokja Ahli, Pokja Teknis Jenis 3

Pangan Perkebunan Kelembagaan DKP dan Rakor Dewan Ketahanan Pangan Rapat

Hasil : Tersusunnya rumusan kebijakan Rumusan 1

pemantapan Ketahanan Pangan untuk Kebijakan

Provinsi

Akselerasi Ketahanan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 394.270.000

Pangan di Provinsi

Riau Keluaran : Telaksananya Pemberian Penghargaan Pemenang 15

Adhikarya Pangan Nusantaa (APN) dan

Hari Pangan Sedunia (HPS)

Hasil : Meningkatkan motivasi dan Kinerja Aparat/ Kab/Kota 12

Masyarakat dalam mewujudkan Ketahanan

Pangan

Koordinasi dan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 292.700.000

Sinkronisasi Perencana-an

Pembangunan Keta-

hanan Pangan

Keluaran : Rumusan Kesepatakan antara Provinsi dan Rumusan 1

Kabupaten/Kota

Hasil : Sinkronisasi Program/Kegiatan antara Rumusan 1

Provinsi dan Kabupaten/Kota

Monitoring, Evaluasi Masukan : Jumlah Dana Rupiah 150.000.000

dan Pelaporan

Ketahanan Pangan Keluaran : jJumlah Laporan Laporan 1

Hasil : Tingkat Capaian Pelaksanaan Kegiatan BKP Laporan 1

BKP Provinsi Riau di Provinsi dan Kab/Kota Kegiatan 18

Satuan

2 6

RENCANA KERJA TAHUNAN

TAHUN 2015

Sasaran

Program

K e g i a t a n

KetUraian Indikator Uraian Indikator Kinerja

2

Rencana

Rencana

Tingkat Tingkat

Capaian

(Target)Capaian

(Target)

1 3 4 5 7 8 9

Satuan

2 6

Sasaran

Program

K e g i a t a n

KetUraian Indikator Uraian Indikator Kinerja

Pengembangan

Data dan Informasi

Penyusunan Statistik

Pangan

Masukan : Jumlah Dana Rp 150.000.000

Keluaran : Jumlah Buku Statistik Ketahanan Pangan Buku 1

Hasil : Persenase terrealisasinya Data Statistik % 100

Pangan yang mencakup Aspek ketersediaan

Distribusi dan Konsumsi

Partisipasi dalam Masukan : Jumlah Dana Rupiah 1.381.535.000

Pelaksanaan

Pameran Tahunan Keluaran : Terlaksananya pameran agribisnis dan Event 8

hasil produksi pangan lokal

Cadangan Pangan Wilayah

Hasil : 1. Tergalinya potensi pangan lokal Event 8

2. Meningkatnya pendapatan pelaku usaha

pangan lokal

Pengembangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 79.720.000

Sistem Informasi

Ketahanan Pangan Keluaran : Tim Pengelola Website dan Tenaga Ahli Orang 9

Hasil : Persentase penyebara data informasi % 100

ketahanan pangan secara elektronik bagi

publik

2. Tercapainya Keterse- Jumlah Ketersediaan 875.000 Ton Peningkatan Analisa Ketersediaan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 170.325.100

diaan Pangan Utama Pangan Utama (Beras) Ketahanan Pangan Wilayah

Pangan Pertanian/ Keluaran : Tersusunnya Neraca Bahan Makanan, Dokumen 3

Perkebunan Prognosa Ketersediaan dan

Prognosa HKBN

Hasil : Neraca Bahan Makanan, Dokumen 3

Prognosa Ketersediaan Pangan Bulanan

dan Prognosa Ketersediaan Menghadapi

HBKN

3

Rencana

Rencana

Tingkat Tingkat

Capaian

(Target)Capaian

(Target)

1 3 4 5 7 8 9

Satuan

2 6

Sasaran

Program

K e g i a t a n

KetUraian Indikator Uraian Indikator Kinerja

3. Tercapainya Penguatan Persentase Penguatan 60% Peningkatan Penguatan Cadangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 1.799.575.000

Cadangan Pangan Cadangan Pangan Ketahanan Pangan Pemerintah

Pemerintah dan Pangan Pertanian/ Daerah Riau Keluaran : Cadangan pangan Pemerintah Ton Beras 184,783

Masyarakat Perkebunan

Hasil : Tersedianya Cadangan Pangan sebagai Ton Beras 184,783

Cadangan Pangan Wilayah menghadapi

bencana alam dan sosial, gejolak harga

dan darurat

Pengembangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 416.062.800

dan Pemberdayaan

Cadangan Pangan Keluaran : Meningkatnya Volume Cadangan Pangan Lumbung 60

Masyarakat Masyarakat dalam bentuk gabah/beras di Pangan

lumbung pangan desa

Hasil : Lumbung Pangan Desa Lumbung 60

Pangan

Pemberdayaan Gapok Masukan : Jumlah Dana Rupiah 500.000.000

tan dalam Penyedia

Pangan Masyarakat Keluaran : Berkembangnya Gapoktan menjadi Lemba- Gapoktan 24

se-Provinsi Riau ga distribusi pangan pokok Provinsi Riau

sebagai antisipasi terjadinya hambatan

distribusi pangan pokok

Hasil : Distribusi Pangan Pokok di Provinsi Riau Gapoktan 24

lancar, Petani penghasil Gabah/beras men-

dapat harga yang layak sehingga pengha-

silan petani meningkat

4. Tercapainya Ketersedi- Persentase Ketersediaan 100% Peningkatan Penguatan Jaringan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 209.359.900

diaan Informasi, Pasokan Informasi Pasokan, Harga Ketahanan Distribusi dan

Harga dan Akses Pangan dan Akses Pangan di Pangan Pertanian/ ketersediaan Pangan Keluaran : Terbangunnya Jaringan Distribusi Keterse- Provinsi 5

Strategis di Daerah Daerah Perkebunan diaan Pangan untuk Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Hasil : Tersedianya Pangan yang cukup bagi Kab/Kota 12

Masyarakat Provinsi Riau

4

Rencana

Rencana

Tingkat Tingkat

Capaian

(Target)Capaian

(Target)

1 3 4 5 7 8 9

Satuan

2 6

Sasaran

Program

K e g i a t a n

KetUraian Indikator Uraian Indikator Kinerja

Pemantauan dan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 336.022.000

Analisis Harga

Pangan Pokok Keluaran : Terbangunnya Jaringan Informasi Harga Kab/Kota 12

PanganPokok di Provinsi Riau

Hasil : Terumuskannya Kebijakan Mengantisipasi Pasar tempat 12

Kenaikan Harga Pangan diambilnya

data harga

pangan

Kab/Kota

5. Tercapainya Penanga- Persentase Penanganan 60% Peningkatan Pengembangan Sistem Masukan : Jumlah Dana Rupiah 484.660.000

nan Daerah Rawan Daerah Rawan Pangan Ketahanan Kewaspadaan Pangan

Pangan Pangan Pertanian/ dan Gizi (SKPG) Keluaran : Meningkatnya pengetahuan aparat dalam

pengertian dan pembuatan Peta SKPG

aparat 720

Perkebunan Kab/Kota desa

Hasil : Pembuatan Laporan SKPG yang menggam- Kab/Kota 12

barkan kerawanan bulanan dan tahunan

Provinsi Riau

Pengembangan Desa Masukan : Jumlah Dana Rupiah 1.594.827.000

Mandiri Pangan

Keluaran : Kelompok Tani Kelompok 24

Hasil : Meningkatnya aktifitas usaha pengelolaan Kelompok 24

pangan menuju kemiskinan pangan

6. Meningkatnya Konsumsi Jumlah Skor Pola Pangan 85 Peningkatan Gerakan Penganeka Masukan : Jumlah Dana Rupiah 478.469.000

Pangan Masyarakat Harapan Ketahanan ragaman Konsumsi

Jumlah Konsumsi Energi, 2.150 Kkal/ Pangan Pertanian/ Pangan Beragam Keluaran : Terlaksananya gerakan diversifikasi Kali 2

Kap/Hari Perkebunan pangan lokal

Jumlah Konsumsi Pangan 54 Gram/

Kap/Hari Hasil : Meningkatnya kinerja P2KP sesuai Pola Orang 1.000

Pangan Harapan bersumberdaya lokal

di Masyarakat

5

Rencana

Rencana

Tingkat Tingkat

Capaian

(Target)Capaian

(Target)

1 3 4 5 7 8 9

Satuan

2 6

Sasaran

Program

K e g i a t a n

KetUraian Indikator Uraian Indikator Kinerja

Lomba Cipta Menu B2SA

Tingkat Provinsi dan

Nasional

Masukan : Jumlah Dana Rupiah 465.120.000

Keluaran : Terlaksananya Pemahaman Pangan B2SA Kali 24

bagi Masyarakat

Hasil : Terwujudnya Pemahaman Pangan B2SA Kali 24

bagi Masyarakat

Analisis Situasi Konsumsi

Pangan Penduduk

Masukan : Jumlah Dana Rupiah 450.000.000

Keluaran : Terlaksananya Survey Konsumsi Pangan KK 6000

Hasil : Tersedianya Buku dan Data Survey Buku 25

Pengelolaan Peman Masukan : Jumlah Dana Rupiah 1.063.587.000

faatan Pekarangan/

Peran Perempuan Keluaran : 1. Jumlah bantuan yang disalurkan Kelompok 24

dalam Ketahanan 2. Jumlah Lokakarya

Pangan

Hasil : Tingkat pencapaian pemahaman peman- % 100

faatan lahan pekarangan

Pengembangan Pangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 912.694.000

Lokal

Keluaran : Terlaksananya Pemahaman Pangan Kelompok 24

B2SA bagi Masyarakat

Hasil : Terwujudnya Pemahaman Pangan B2SA Kelompok 24

bagi Masyarakat

7. Tercapainya Pembinaan Persentase Pengawasan 95% Sertifikasi Pangan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 300.000.000

dan Pengawasan Pangan dan Pembinaan Keama- Segar (Buah dan Sayur)

nan Pangan Keluaran : Terlaksananya Sertifikasi pangan segar pelaku usaha 10

Hasil : Berkurangnya pangan segar yang Kab/Kota 12

mengandung residu pestisida

6

Rencana

Rencana

Tingkat Tingkat

Capaian

(Target)Capaian

(Target)

1 3 4 5 7 8 9

Satuan

2 6

Sasaran

Program

K e g i a t a n

KetUraian Indikator Uraian Indikator Kinerja

Pengawasan dan Masukan : Jumlah Dana Rupiah 560.958.000

Pembinaan Keamanan

Pangan Keluaran : Terlaksananya Pengawasan Mutu dan Provinsi Riau 12

Keamanan Pangan Segar

Hasil : Tersedianya pangan segar yang aman Provinsi Riau 12

untuk dikonsumsi