Post on 05-Aug-2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Senyawa kimia baik berupa nutrien atau senyawa obat harus
memlalui berjuta-juta membran agar dapat masuk dan keluar sel.
Senyawa obat harus mencapai reseptornya agar dapat menimbulkan
aktivitas farmakologik atau mencapai mikroba yang terdapat dalam
jaringan sel tubuh manusia. Senyawa kimia tersebut dapat berbentuk
anorganik bermuatan positif seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium
atau yang bermuatan negatif seperti klorida, bikarbonat fosfat, sulfat.
Bentuk senyawa organik misalnya glukosa, asam amino, lemak seperti
kolesterol fosfolipid dan lemak netral. Obat pada umumnya adalah
senyawa organik bersifat asam lemah atau basa lemah, dan beberapa
anorganik misalnya natrium klorida, kalium klorida dalam bentuk infus.
Membran terdiri dari lipid yang berpusat ditengah dilapisi protein
diluarnya dan mukopolisakarida paling luar. Bagian luar bersifat hidrofil
(suka air) dan lipofob (tidak suka minyak). Bagian dalam lipofil (suka
minyak) dan hidrofob (tidak suka air). Asam organik lemah atau basa
organik lemah dalam medium air akan berdisosiasi menjadi bagian
molekul dan bagian ion. Bagian molekul akan larut dalam lipid dan bagian
ion larut air. Besarnya perbandingan bagian molekul dan ion tergantung
dari pKa senyawa tersebut dan pH tempat senyawa obat tersebut larut.
Senyawa organik atau senyawa obat asam lemah, pada umumnya pKa
rendah. Dalam lingkungan pH rendah (lambung pH 1 - 3) lebih banyak
dalam bentuk molekul (bentuk utuk, bentuk tak terdisosiasi), sedangkan
dalam lingkungan pH tinggi (usus halus pH 6,3 – 7,6), lebih banyak dalam
bentuk ion daripada bentuk molekul.
Dalam bidang farmasi sistem transport digunakan untuk
mengetahui apakah dalam suatu obat dapat masuk dan langsung memiliki
efek terapi atau efek menyembuhkan, maka sistem transport sangat
banyak mengambil peran dalam membantu efek suatu obat tersebut.
I.2 Maksud Dan Tujuan PercobaanI.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui cara pengukuran kadar glukosa mencit
(Mus musculus) dengan menggunakan spektrofotometer.
I.2.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara pembiusan pada mencit (Mus musculus)
2. Untuk mengetahui cara pengukuran kadar glukosa dalam usus
mencit (Mus musculus) dengan menggunakan spektrofotometer.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya efek penurunan kadar glukosa
dengan menggunankan infus daun paliasa
I.3 Prinsip Percobaan
Kadar glukosa usus mencit dengan pemberian larutan glukosa
dan infus daun paliasa pada mencit (Mus musculus) kemudian
mengukur dengan spektrofotometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Mekanisme transport melalui membran dalam farmakologi disebut
mekanisme absorpsoi obat. Absorpsi adalah berpindahnya molekul
obat dari tempat absorpsi menuju ke sirkulasi darah (sirkulasi
sistemik). Dalam fisiologi transport membran hanya dibedakan
transport pasif (difusi pasif), transport aktif dan pinositosis (1).
Transport pasif atau difusi pasif disebut juga difusi sederhana.
Senyawa yang larut lipid dapat melewati membran berdasarkan
perbedaan konsentrasi ( gradien konsentrasi ) senyawa di sebelah
luar dan di dalam membran. Senyawa ini bagaikan mengalir begitu
saja. Transpor pasif ini terutama sangat dipengaruhi oleh kelarutan
senyawa dalam lipid, pKa zat, pH lingkungan absorpsi, konsentrasi zat
di sebelah luar dan sebelah dalam membran. Sedangkan transport
aktif untuk senyawa yang tidak mudah atau kurang larut dalam lipid
membran, agar dapat melewati membran harus ditambah atau
direaksikan dengan senyawa tertentu agar larut lipid membran,
sehingga mudah melewati membran. Senyawa ini disebut carrier, atau
karier yang artinya zat pembawa. Setelah senyawa menempel di
bagian luar membran maka seolah-olah carrier tersebut
menjemputnya, kemudian mengikat atau bereaksi menjadi senyawa
tertentu (kompleks) yang mudah larut lipid membran lalu
membawanya ke seberang tepi membran, dan dilepaskan (1).
Sifat transport aktif ialah dapat melawan gradien konsentrasi
karena ada energi dari ATP maupun melawan potensial kimia, dapat
jenuh karena jumlah karier terbatas, dapat keracunan karena karier
yang telah berikatan dengan senyawa seperti CN, F iodin asetat tidak
dapat bekerja lagi, inhibisi kompetitif, maksudnya senyawa yang lebih
mudah bereaksi/berikatan dengan karier dapat menghambat
reaksi/ikatan senyawa yang akan dtransport dan spesifik, artinya
karier hanya dapat bereaksi/berikatan dengan senyawa tertentu juga
(1).
Transport khusus senyawa yang sukar larut air, tetapi mudah larut
dalam minyak seperti vitamin A, D, E dan K. Membran sel mampu
melakukan inhibisi yaitu meminum sejumlah kecil zat sari cairan ekstra
sel dengan proses yang disebut pinositosis. Mekanismenya sama
dengan fagositosis tetapi perbedaannya fagositosis ialah fagositosis
dapat memakan partikel lebih besar seperti bakteri. Mekanisme
fagositosis adalah pergerakan sel amuboid (1).
II.2 Uraian Hewan Coba
II.2.1 Karakteristik Hewan Coba (2)
Sebelum menggunakan hewan coba terlebih dahulu kita
harus mengenal karakteristik dari hewan coba yang digunakan,
adapun karakteristik dari mencit, sebagai berikut (2) :
Masa pubertas : 4 – 5 hari (poliestrus)
Masa beranak : 7 – 18 bulan
Masa hamil : 19 – 21 hari
Jumlah sekali lahir : 10 – 12 ekor
Masa hidup : 1,5 – 3,0 tahun
Masa tumbuh : 50 hari
Masa menyusui : 21 hari
Frekuensi kelahiran : 6 – 10 kali kelahiran
Suhu tubuh : 36,5 -38,0 0 C
Laju respirasi : 94 - 163 /menit
Tekanan darah : 113-147/81-106 mm Hg
Volume darah : 76 – 80 mg/kg
Luas permukaan tubuh : 20 g : 36 cm
II.2.2 Klasifikasi Hewan Coba (3)
Genus dan jenis Mencit laboratorium adalah Mus Musculus dan
termasuk dalam ordo Rodentia. Jenis ini banyak dijinakkan dan
diternakkan selama bergenerasi dan mudah ditangani hewan ini
memiliki pendengaran yang sangat tajam dan penciuman yang
cukup baik, tetapi penglihatannya lemah. Adapun klasifikasinya
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Fillium : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Upafamili : Murinae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
II.3 Uraian Bahan
a. Eter (4)
- Sinonim : etoksietana
- Eter anestesi adalah eter yang dimurnikan, mengandung
stabilisator yang cocok tidak lebih dari 0,002% b/v.
- Pemerian : cairan transparan, tidak berwarna, bau khas, rasa
manis dan membakar. Sangat mudah menguap, sangat mudah
terbakar, campuran uapnya dengan oksigen, udara atau
dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat meledak.
- Kelarutan : larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur dengan
etanol (95%) P, dengan kloroform P, dengan minyak lemak dan
dengan minyak atsiri.
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat yang sejuk.
- Khasiat : anestesi umum.
b. Glukosa (4)
- Sinonim : glucosum
- Glukosa mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 101,5% C6H12O6 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
- Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran
putih, tidak berbau, rasa manis.
- Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P mendidih,
sukar larut dalam etanol (95%) P.
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
- Khasiat : kalorigenikum.
c. Aquadest (aqua destillata) (4)
- Sinonim : air suling
- Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
- Pemyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
- Khasiat : pelarut.
d. Larutan ringer (4)
- Sinonim : natrii chloridi infundibilium compositum
- Larutan ringer mengadung Natrium klorida, NaCl tidak kurang
dari 0,82% b/v dan tidak lebih dari 0,90% b/v ; kalium klorida, KCl
tidak kurang dari 0,028% b/v dan tidak lebih dari 0,0315% b/v ;
kalsium klorida, CaCl2.2H2O tidak kurang dari 0,030% b/v dan
tidak lebih dari 0,036% b/v; klorida, Cl tidak kurang dari 0,523%
b/v tidak lebih dari 0,58% b/v. Tidak mengandung bakterisida.
- Pemerian : larutan jernih, tidak berwarna, rasa agak asin.
- Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal. Pada penyimpanan
mungkin terpisah butir kecil yang berasal dari wadah kaca ,
larutan demikian tidak bisa digunakan.
- Khasiat : infus intravenous.
II.4 Uraian tumbuhan (6)
Daun Paliasa secara tradisional sudah dikenal berkhasiat
sebagai obat. Daun yang nama Latinnya itu Sterculiaceae tersebut
konon dapat mengobat penyakit kuning (hepatitis). Daun Paliasa
kini sudah berbentuk kapsul, dengan beberapa varian produk yang
bersumber dari ekstrak paliasa, misalnya the paliasa, dan susu
kambing ekstrak paliasa. Adapun klasifikasi daun paliasa adalah
sebagai berikut :
1. Klasifikasi Tanaman Paliasa (Kleinhovia hospita L)
Regnum : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Subdevisio : Dyanyoethales
Class : Dycotyledonae
Ordo : Stercolliales
Family : Stercolliceae
Genus : Klein
Spesies : Kleinhovia hospita L
2. Morfologi Daun Paliasa
Pohon tinggi, tumbuh tegak mencapai kurang lebih 4-12 meter,
banyak cabang, batang bulat, berkayu dan bertangkai, dan agak
bulat, terdapat rambut halus di permukaan daun, ujung meruncing,
pangkal berbentuk mirip jantung, pertulangan daun menyirip.
3. Kegunaan
Obat penyakit lever, mengobati radang hati, dan sebagai obat
diabetes.
4. Kandungan
Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman ini adalah
mengandung ekstrak etanol dengan dosis 250, 500, 750, dan 1000
mg/kgbb.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Dan Bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan adalah : Aerometer, benang
tebal, gelas kimia, gunting, mangkok, panci infus, papan bedah,
pinset, pisau bedah, spektrofotometer, spoit 1 ml, dan toples.
III.1.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah : aquadest, infus daun
paliasa, kapas, larutan glukosa, larutan ringer.
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Penyiapan Hewan Coba
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
2. Mencit diambil, diletakkan diatas rang-rang dengan cara
memegang ekornya.
3. Mencit dibiarkan mencengkram permukaan kasar (rang-rang)
sambil menarik ekornya dan mengelus-elus kepalanya agar
tenang.
4. Punggung mencit dijepit didekat leher mencit dengan baik dan
ekornya dililitkan pada jari kelingking
5. Mencit siap diberi perlakuan
III.2.2 Penyiapan Bahan
a. Membuat larutan baku Glukkosa sebanyak 25 mg dalam
250 ml air. Konsentrasi larutan tersebut adalah 100 ppm
b. Pembuatan larutan infus daun paliasa
Daun paliasa yang sudah di cuci bersih digunting kecil-kecil,
kemudian dibuat infus dengan dimasukkan di dalam panci
infus dan ditambahkan aquadest dengan suhu 90°C selama
15 menit.
III.2.3 Perlakuan Hewan Coba
1. Mencit dibius dengan eter. Caranya mencit dimasukkan
dalam wadah toples plastik kecil, kemudian dimasukkan
kapas yang dibasahi dengan eter lalu toples ditutup,
ditunggu sampai mencit tidak sadar.
2. Mencit yang sudah terbius diikat keempat kakinya dengan
benang tebal, kemudian diikat pada papan bedah.
3. Mencit dibedah bagian perutnya, kemudian diangkat usunya,
dipotong ileumnya kira-kira 5 cm dari ujung, kemudian dicuci
dengan larutan Ringer.
4. Ileum diisi dengan larutan glukosa, setelah diikat rapat
kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala yang sudah
berisi larutan Ringer 36 - 37°C. Setelah itu kadar glukosa
yang terdapat dalam larutan Ringer, diukur dalam waktu 5,
10, dan 15 menit.
5. Perlakuan yang sama untuk usus yang kedua, namun
kantong ileum diisi dengan larutan glukosa dan larutan infus
daun paliasa, kemudian ditetapkan kadar glukosa dalam
larutan Ringer.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV. 1 Tabel Pengamatan
No. Nama ObatKadar glukosa dalam larutan ringer
5 menit 10 menit 15 menit
1. Larutan Glukosa 0,30 0,28 0,25
2.Larutan Glukosa +
infus daun paliasa0,20 0,10 0,05
Panjang Usus Mencit saat pembedahan adalah 12,4 cm
BAB V
PEMBAHASAN
Mekanisme transport melalui membran dalam farmakologi disebut
mekanisme absorpsi obat. Absorpsi adalah berpindahnya molekul obat
dari tempat absorpsi menuju ke sirkulasi darah (sirkulasi sitemik).
Mekanisme transport berguna untuk mentransport obat ke tempat yang
tepat di dalam tubuh, zat aktif diolah menjadi suatu bentuk khusus.
Transport obat dimana molekul zat kimia dapat melintasi membran
semipermeabel berdasarkan adanya perbedaan konsentrasi, antara lain
melintasi dinding pembuluh ke ruang antarjaringan (interstitium). Dalam
fisiologi transport membran hanya dibedakan transport pasif (difusi pasif),
transport aktif dan pinositosis.
Transport pasif sangat dipengaruhi oleh kelarutan senyawa dalam
lipid, pKa zat, pH lingkungan absorpsi, konsentrasi zat di sebelah luar dan
sebelah dalam membran. Transport pasif tidak menggunakan energi.
Yang dapat terjadi menurut dua cara, yakni : filtrasi melalui pori-pori kecil
dari membran, misalnya dinding kapiler. Yang difiltrasi adalah air dan zat-
zat hidrofil yang molekulnya lebih kecil daripada pori, seperti alkohol dan
urea (BM < 200), dan difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari
membran sel. Dengan sendirinya zat lipofil lebih lancar penerusannya
daripada zat hidrofil yang tak dapat larut dalam lemak seperti ion organik.
Pengecualian adalah ion natrium dan ion klorida, yang sangat mudah
melintasi membran. Difusi merupakan cara transpor yang paling lazim.
Transport aktif memerlukan energi. Pengangkutan dilakukan
dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion) pada suatu protein
pengangkut spesifk yang umumnya berada di membran sel (carrier).
Setelah membran dilintasi, obat dibebaskan kembali. Kebanyakan zat
alamiah diresorpsi dengan proses aktif ini, misalnya glukosa, asam amino,
asam lemak dan zat gizi lainnya. Begitu pula obat-obat seperti garam besi
dan empedu, metildopa, vitamin B1, B2, dan B12. Berbeda dengan difusi,
cepatnya penerusan pada transpor aktif tidak tergantung dari konsentrasi
obat.
Proses pinositosis dimana membran sel mampu melakukan inhibisi
yaitu meminum sejumlah kecil zat sari cairan ekstra sel. Sedangkan
fagositosis dapat memakan partikel lebih besar seperti bakteri.
Mekanisme fagositosis adalah pergerakan sel amuboid.
Tidak semua karbohidrat dapat melewati membran sel dengan
mudah. Glukosa agar dapat melewati membran harus direaksikan/diikat
dengan protein tertentu agar larut lipid dan dapat melewati membran.
Tanpa karier, glukosa tidak dapat melewati membran, demikian pula
karbohidrat dan seperti galaktosa, fruktosa, manosa, xylosa, arabinosa
dan sorbosa. Disakarida seperti sakarosa, laktosa dan maltosa tidak
menggunakan transport aktif, dia akan pecah dulu menjadi glukosa oleh
enzim pencernaan. Syarat transport aktif monosakarida ini ialah harus ada
gugus OH pada atom C nomor dua, cincin piranosa, gugus metil. Fruktosa
diabsorpsi lebih lambat dari glukosa dan galaktosa. Karier untuk glukosa
ini tidak bisa digunakan oleh karbohidrat lain. Glukosa tidak dapat
ditransport melalui pori karena diameternya relatif besar untuk melewati
pori tersebut.
Adapun yang dilakukan pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui
apakah infus daun paliasa (Kleinhovia hospita L)dapat menghambat
transport aktif glukosa dengan menggunakan mencit (Mus musculus) yang
dibius dengan eter lalu dibedah bagian perutnya kemudian diangkat usus
halusnya (ileum) dan dipotong kurang lebih 5 – 10 cm kemudian dicuci
dengan RL agar mencegah tumbuhnya bakteri dan mencegah agar usus
halus tidak mengembang dan mengerut. Setelah dicuci, ujung yang satu
diikat dengan benang kemudian diisi dengan glukosa ± 1 ml kemudian
diikat ujung yang lain. Lalu dimasukka ke dalam gelas kimia yang berisi
RL dengan suhu 37ºC. Diambil larutan tersebut sebanyak 3 cc pada
interval waktu 5’, 10’, dan 15’.
Pada perlakuan yang kedua, ileum diisi dengan glukosa dan infus
daun paliasa (Kleinhovia hospital L) untuk mengetahui apakah sampel
tersebut dapat menghambat transport aktif glukosa atau tidak.Kemudian
dimasukkan ke dalam gelas kimia yang sudah berisi larutan RL dan diukur
suhunya sampai 37º C pada menit ke 5, 10, dan 15.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat terjadi penurunan kadar
glukosa dari menit ke-5, 10 dan 15. Penurunan yang sangat baik terjadi
pada larutan infus daun paliasa. Kadar glukosa pada menit ke-15 yaitu
0,05 yang mana pada menit ke-5 masih 0,20. Kadar glukosa tanpa infus
daun paliasa pada menit ke-5 adalah 0,30 dan pada menit ke-15 0,25.
Dengan demikian infus daun paliasa memiliki daya untuk menurunkan
kadar glukosa pada mencit (Mus musculus) yang dilihat dan dihitung
dengan menggunakan alat sperktrofotometer.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa infus daun
paliasa memiliki daya untuk menurunkan kadar glukosa mencit (Mus
musculus).
VI.2 Saran
a. Agar sarana dan prasarana dilengkapi agar proses praktikum dapat
berjalan sebagaimana mestinya dan tidak ada yang tertunda.
b. Diharapkan bimbingan para asisten.
DAFTAR REFERENSI
1. Tim penyusun. Penuntun praktikum anatomi dan fisiologi manusia. Makassar :Laboratorium farmakologi. 2012
2. S.Malole.M.B.M,. Penggunaan Hewan – Hewan Percobaan di Laboratorium, Jakarta : Institut Pertanian Bogor, 1989
3. Amori.G, kalsifikasi mencit, http://wapedia.mobi/id/klasifikasimencit. Diakses.30/4/2010
4. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Dep.Kes. RI. Jakarta.1979
5. Drs.Tan Hoan Tjay, dkk. Obat-obat penting edisi keenam. Jakarta : Elex media komputindo, gramedia. 2007.
6. Dhewisari. Penghambat transfor aktif glukosa http://dhewysari-duniaku-inspirasiku.blogspot.com/2012/01/penghambat-transfor-aktif-glukosa.html. diakses tanggal 03/04/2012.
LAMPIRAN
Larutan 0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80ppm dan 100 ppm dari
larutan baku 100 ppm.
V1.N1=V2.N2
a. 0 ppm
V1.N1=V2.N2
V1 . 100 ppm = 50 ml . 0 ppm
V1 = 0 ml
b. 20 ppm
V1.N1=V2.N2
V1 . 100 ppm = 50 ml . 20 ppm
V1 = 1000100
= 10 ml, ad dengan aquadest sampai 50 ml
c. 40 ppm
V1.N1=V2.N2
V1 . 100 ppm = 50 ml . 40 ppm
V1 = 2000100
= 20 ml, ad dengan aquadest sampai 50 ml
d. 60 ppm
V1.N1=V2.N2
V1 . 100 ppm = 50 ml . 60 ppm
V1 = 3000100
= 30 ml, ad dengan aquadest sampai 50 ml
e. 80 ppm
V1.N1=V2.N2
V1 . 100 ppm = 50 ml . 80 ppm
V1 = 4000100
= 40 ml, ad dengan aquadest sampai 50 ml.
f. 100 ppm
V1.N1=V2.N2
V1 . 100 ppm = 50 ml . 100 ppm
V1 = 5000100
= 50 ml