Lapkas Linda 123

Post on 19-Dec-2015

228 views 0 download

description

d

Transcript of Lapkas Linda 123

LAPORAN KASUSEPISTAKSIS

Pembimbing:dr. Kote Noordhianta, Sp. THT-KL, M.Kes

Penyusun :

Linda Mahardhika 2009730026

Identitas Pasien

• Nama : Ny.SH• Usia : 20 tahun• Alamat : Kelapa

Nunggak RT 05/003,Sukabumi

• Agama : Islam• Suku : Sunda• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga• Tanggal masuk : 10 November 2014• Tanggal dikonsul ke THT : 13 November 2014

Anamnesis

Keluhan utama– Perdarahan dari lubang hidung kanan. Keluhan tambahan– Demam (+) hilang timbul,Pusing (+), lemas (+),

nafsu makan menurun (+) sejak 2 minggu SMRS

Riwayat penyakit sekarang

Pasien di rujuk ke THT karna perdarahan terus menerus pada lubang hidung kanan selama 2,5 jam, pada hari saat di konsulkan. Keluhan tersebut terjadi tiba tiba dengan jumlah sebanyak 3 sendok makan, perdarahan tersebut berhenti setelah di lakukan penyumbatan menggunakan kassa pada lubang hidung kanan. Keluhan tersebut di sertai dengan rasa pusing, demam yang hilang timbul dan lemas. Menurut keluhan pasien selama 1 minggu terahir pasien juga mengeluh lemas dan pusing yang berlangsung terus menerus yang di mana di sertai dengan perdarahan pada gusi setiap pasien menggosok gigi serta pasien juga mengeluh terdapat memar yang timbul tiba tiba pada kedua tungkai. 2 minggu SMRS pasien juga sempat mengalami perdarahan pada kedua lubang hidung yang yang awalnya pada hidung kanan dan saat hidung kanan di sumbat perdarahan terjadi pada lubang hidung kiri, perdarahan tersebut terjadi lebih dari 3 jam dengan jumlah sebanyak 1 gelas air mineral. dan perdarahan tersebut berhenti setelah menymbat kedua lubang hidung pasien menggunakan kapas.

Riwayat penyakit dahulu

• Riwayat alergi dan asma disangkal• Riwayat batuk lama disangkal• Riwayat diabetes mellitus disangkal • Riwayat perdarahan pada hidung• Riwayat mudah perdarah saat luka di sangkal• Riwayat hipertensi di sangkal

Riwayat penyakit dalam keluarga

• Riwayat alergi dan asma disangkal• Riwayat batuk lama disangkal• Riwayat diabetes mellitus disangkal• Riwayat hipertensi (Ayah pasien)• Riwayat tumor dan keganasan pada keluarga

disangkal.

Riwayat Pengobatan

• 2 minggu SMRS saat perdarahan pertama pasien sempat berobat ke klinik dan di berikan obat injeksi (anti nyeri,pengenti perdarahan,vitamin) dan obat oral untuk di bawa pulang (obat anti perdarahan,anti nyeri,obat tambah darah)

Riwayat Pengobatan

Saat di bawa ke IGD tanggal 11 november 2014 hasil konsul IPD di berikan :• IVFD NaCL 20 tpm• Pro transfusi PRC 250 cc/hari• Vit K 3x1 ampul• Ceftriaxone 2x1 ampul• Ranitidin 2x1 ampul• PCT 3x 500 mg (oral)• Kalnex (asam tranexamat)

3x1 ampul

Selama pengobatan di perawatan IPD 11 November 2014:• IVFD NaCL 20 tpm• Transfusi PRC 250 cc/hari• Vit K 3x1 ampul• Ceftriaxone 2x1 ampul• Ranitidin 2x1 ampul• PCT 3x 500 mg (oral)• Kalnex (asam tranexamat)

3x1 ampul

Riwayat Pengobatan

Selama pengobatan di perawatan IPD 12 November 2014:• Futrolit 20 tpm• Vit K 3x1 ampul• Ceftriaxone 2x1 ampul• Ranitidin 2x1 ampul• PCT 3x 500 mg (oral)• Kalnex (asam tranexamat) 3x1

ampul• Epison 3x1 (Oral)• OMZ 1x1 ampul • Metilprednisolon 2x125 mg IV

Selama pengobatan di perawatan IPD 13 November 2014:• Futrolit 20 tpm• Vit K 3x1 ampul• Transfusi PRC 250 cc/hari• PCT 3x 500 mg (oral)• Kalnex (asam tranexamat) 3x1

ampul• Epison 3x1 (Oral)• OMZ 1x1 ampul • Ondancentron 3x1 ampul• Metilprednisolon 2x125 mg IV•

Status Generalis

• Keadaan umum : tampak sakit ringan• Kesadaran : compos mentis• Tekanan darah : 100/60 mmHg• Nadi : 82

kali/menit• Pernapasan : 20

kali/menit • Suhu : 37 oC

Status generalis

• Kepala : normocephali, deformitas (-)

• Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil bulat/bulat,

isokor• Hidung : septum nasi di tengah,

sekret tertutup tampon/-, mukosa

basah (kiri)

Status generalisThorax Paru :• Inspeksi : Pergerakan dinding

dada simetris baik statis dan dinamis

• Palpasi : Fremitus taktil teraba simetris, pergerakan dada simetris

• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

• Auskultasi: Bunyi nafas vesikular +/+, wheezing -/-, rhonki -/-

Jantung:• Inspeksi : Ictus cordis tidak

terlihat• Palpasi : Ictus cordis

teraba pada linea midclavicularis kiri ICS IV

• Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal

• Auskultasi: Bunyi jantung reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen• Inspeksi : Tampak cembung, lesi (-), sikatriks (-),

pelebaran vena (-)• Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa(-)

Extremitas: Akral hangat (superior +/+,inferior+/+), Capillary refill time <2detik(superior+/+,inferior+/+),echymosis(superior -/-,inferior +/+)•

Pemeriksaan fisik THT

Aurikula dextra sinistra• Dextra : Lesi (-), massa (-), deformitas (-)

Normal • Sinistra : Lesi (-), massa (-), deformitas (-)

NormalKanalis akustikus eksternus• Dextra : Hiperemis (-), laserasi (-), sekret (-),

serumen (+), massa (-),edema (-).• Sinistra : Hiperemis (-), laserasi (-), sekret (-),

serumen (+), massa (-), edema (-).

Pemeriksaan THT

Membran timpani• Dextra : Intak, reflex cahaya (+)• Sinistra : Intak, refleks cahaya (+)Cavum nasi• Dextra : Tertutup tampon, pada tampon

(kering,darah(-),cairan(-))• Sinistra : Hiperemis(-), edema(-), sekret(-),

krusta(-), hipertrofi konka(-), deviasi septum (-)

Pemeriksaan THT

Nasopharynx Oropharynx• Posterior faring : Hiperemis (-/-), • Tonsil : T1/T1 Hiperemis (-/-), kripta melebar

(-/-), detritus(-/-), pus (-/-) • Uvula :

simetris, Hiperemis (-)Maksillofasial : Simetris, nyeri tekan (-) Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran

Diagnosis Banding

• Epistaksis masif cavum nasi dextra e.c viral invection

• Epistaksis masif cavum nasi dextra e.c gangguan hemostatis

• Epistaksis masif cavum nasidextra e.c keganasan

Rencana pemeriksaan penunjang

• Darah lengkap• Morfologi eritrosit• Antibodi degue

Pemeriksaan Penunjang

11 November 2014(dari dokter klinik)• Hemoglobin : 4,5 gr/dL• Leukosit : 7600/uL• Hematokrit : 14 %• Trombosit : 40.000/uL• Widal TO : Negatif• Widal TH : Negatif• Widal AH : Negatif

11 November 2014(dari IGD RSUD Syamsudin,SH)• Hemoglobin : 4,1 gr/dL• Leukosit : 7300/uL• Hematokrit : 12 %• Eritrosit : 1,1 Juta/mg• MCV : 106• MCH : 37• MCHC : 34• Trombosit : 25.000/uL• IgG anti dengue : Negatif• IgM anti dengue : Negatif

Pemeriksaan Penunjang

12 November 2014 jam 10:31 (dari IGD RSUDSyamsudin,SH)• Hemoglobin : 4,4 gr/dL• Leukosit : 7200/uL• Hematokrit : 13 %• Eritrosit : 1,2

Juta/mg• MCV : 107• MCH : 37• MCHC : 36• Trombosit : 15.000/uL

12 November 2014 jam 14:02 (dari IGD RSUD Syamsudin,SH)• Hemoglobin : 4,4 gr/dL• Leukosit : 7200/uL• Hematokrit : 13 %• Eritrosit : 1,2 Juta/mg• MCV : 107• MCH : 37• MCHC : 35• Trombosit : 15.000/uL• GDS : 116 mg/dL• SGOT: 24 U/I• SGPT : 22 U/I• Ureum : 28 mg/dL• Kreatinin : 0,68 mg/dL

Diagnosis Kerja

• Epistaksis masif cavum nasi dextra e.c trombositopeni

Rencana Terapi

• Tampon Cavum Nasi Dextra• Stabilisasi Trombosit• Lajutkan terapi IPD

Pendahuluan

• Epistaksis terjadi pada 60% penduduk dari populasi

umum.

• Prevalensinya kejadian meningkat u/ anak-anak <10

tahun serta pada usia >50 tahun.

• Laki-laki > Wanita

• Epistaksis dapat disebabkan oleh kelainan lokal pada

hidung atau kelainan sistemik

• Epistaksis terbagi atas dua jenis , yaitu epistaksis

anterior dan epistaksis posterior

Definisi

• Epistaksis (mimisan) adalah

perdarahan dari rongga hidung, yang

keluar melalui lubang hidung ataupun

kebelakang (koana). Perdarahan dari

hidung tersebut dapat terjadi sebagai

akibat dari kelainan lokal ataupun

kelainan sistemik.

Anatomi hidung

Blood supply of noseNose is richly supplied by both the external and internal carotid systems, both on the septum and the lateral walls.Nasal SeptumInternal Carotid System• (a) Anterior ethmoidal artery} Branches of ophthalmic• (b) Posterior ethmoidal artery artery External Carotid System• (a) Sphenopalatine artery (branch of maxillary artery) gives

nasopalatine and posterior medial nasal branches.• (b) Septal branch of greater palatine artery (Br. of maxillary artery).• (c) Septal branch of superior labial artery (Br. of facial artery) .

Blood supply of nose

Lateral Wall

• Internal Carotid System• (a) Anterior ethmoidal } Branches of• (b) Posterior ethmoidal ophthalmic artery External Carotid System• (a) Posterior lateral nasal ~ From sphenopalatine branches artery• (b) Greater palatine artery ~ From maxillary artery• (c) Nasal branch of anterior superior dental ~ From infraorbital

branch of maxillary artery• (d) Branches of facial artery to nasal vestibule

Area epistaksis

• Daerah little 90 %• Di bagian atas konka are septum (a.ethmoidalis

anterior dan posterior)• Di bagian bawah konka cabang a.spinothalamika

(di area konka inferior dan posterior)• Bagian belakang cavum nasi berasal dari faring• Diffuse dari lateral maupun septum• Nasofaring.

epidemiologi

• Frekuensi epistaksis sulit untuk ditentukan karena sebagian episode menyelesaikannya dengan pengobatan mandiri sehingga tidak dilaporkan. Namun, dari beberapa sumber terakhir, bahwa kejadian epistaksis pada populasi umum adalah sekitar 60%.

• Distribusi usia bimodal, dengan puncak pada anak-anak (2-10 tahun) dan orang tua (50-80 tahun).

• Prevalensi epistaksis cenderung lebih tinggi pada laki-laki (58%) daripada perempuan (42%).

Klasifikasi

1. Epistaksis anterior

2. Epistaksis posterior

1. Epistaksis Anterior

Pleksus Kisselbach di septum bagian anterior

(litle’s area) atau Arteri Ethmoidalis Anterior

Perdarahan biasanya ringan, dan dapat

berhenti sendiri

Kebanyakan terjadi pada usia yang lebih muda

epistaksis yang paling sering terjadi (90%)

Tipe yang tidak terlalu parah

2. Epistaksis Posterior

• Pleksus Woodruff’s di bagian

belakang cavum nasi atau Arteri

Ethmoidalis Posterior

• Perdarahan biasanya lebih hebat

dan jarang dapat berhenti sendiri

• Biasanya terjadi pada usia yang

lebih tua dan bersifat lebih parah

Epistaksis Anterior

Epistaksis Posterior

Etiologi

• Seringkali epistaksis timbul

spontan tanpa diketahui

penyebabnya. Kadang-kadang

jelas ditimbulkan oleh trauma,

atau dapat pula disebabkan oleh

kelainan lokal pada hidung atau

kelainan sistemik.

……ETIOLOGI

• Kelainan lokal : trauma, kelainan anatomi,

kelainan pembuluh darah, infeksi lokal, benda

asing, tumor, pengaruh udara lingkungan.

• Kelainan sistemik : penyakit kardiovaskuler,

kelainan darah, infeksi sistemik, perubahan

tekanan atmosfer, kelainan hormonal ataupun

kelainan kongenital

…..ETIOLOGI

Trauma

Mengorek hidung, benturan ringan, bersin, mengeluarkan

ingus terlalu keras, kena pukul, jatuh atau kecelakaan

lalu lintas. Benda asing tajam atau trauma pembedahan.

Epistaksis sering juga terjadi karena adanya spina

septum yang tajam. Perdarahan dapat terjadi di tempat

spina itu sendiri atau pada mukosa konka yang

berhadapan bila konka itu sedang mengalami

pembengkakan.

• Kelainan pembuluh darah (lokal)

Kongenital, pembuluh darah lebih lebar,

tipis, jaringan ikat dan sel-selnya lebih

sedikit.

• Infeksi lokal

Rhinitis atau rinosinusitis. Bisa juga

pada infeksi spesifik seperti rhinitis

jamur, tuberculosis, lupus, sifilis atau

lepra.

Tumor

Hemangioma, karsinoma, dan angifibroma (Neoplasma

berkembang cepat membentuk jaringan baru beserta

pembuluh darah. Namun, pembuluh darah yang terbentuk

tidak sempurna dan sangat ringkih dan menyebabkan

mudah pecah sehingga terjadi perdarahan).

Penyakit Kardiovaskuler

Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti yang

terjadi pada arteriosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis

atau diabetes mellitus, dapat menyebabkan epistaksis.

Kelainan Darah

Trombositopenia, disfungsi platelet (misalnya pada uremia dan

penggunaan obat NSAID), defisiensi faktor pembekuan

(misalnya hemophilia, VonWillebrand’s disease, hepatic failure)

keganasan darah (leukemia), bermacam-macam anemia.

Kelainan kongenital

Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah

teleangiektasis hemoragik herediter (Hereditary hemorrahargic

teleangiectasis Osler-Rendu-Weber disease).

Infeksi sistemik

Yang terutama menyebabkan epistaksis adalah demam

berdarah (dengue hemorrahargic fever). Demam tifoid,

influenza dan morbilli.

• Perubahan udara dan tekanan atmosfer

Suhu sangat dingin atau udara kering. Hal

serupa juga bisa disebabkan adanya zat-zat

kimia di tempat industri yang menyebabkan

keringnya mukosa hidung.

• Gangguan hormonal dan obat

antikoagulan

Epistaksis juga dapat terjadi pada wanita hamil

atau menopause karena pengaruh perubahan

hormonal.

Penatalaksanaan

• Prinsip penatalaksanaan

epistaksis adalah memperbaiki

keadaan umum, mencari sumber

perdarahan, menghentikan

perdarahan dan mencari faktor

penyebab untuk mencegah

perdarah berulang

1. Perbaiki keadaan umum

• Perhatikan keadaan umumnya (nadi,

pernafasan serta tekanan darahnya).

• prinsip life saving, ABC’s.

• Jalan nafas mungkin dapat tersumbat

oleh darah atau bekuan darah, perlu

dibersihkan atau dihisap

2. Mencari sumber perdarahan Apakah perdarahan berasal dari anterior atau posterior.

Lampu kepala, spekulum hidung dan alat penghisap.

Anamnesis yang lengkap.

Posisi duduk, biarkan darah mengalir keluar dari hidung

(dimonitor). Jika lemah sebaiknya setengah duduk atau

berbaring dengan kepala ditinggikan. Harus diperhatikan

jangan sampai darah mengalir ke saluran nafas bawah.

Pasien anak-anak duduk dipangku, badan dan tangan

dipeluk, kepala dipegangi agar tegak dan tidak bergerak-

gerak.

3. Menghentikan perdarahan

Epistaksis Anterior

Metode Trotter

Tampon adrenalin 1/5000-1/10.000 atau

pantocain atau lidocain 2%.

Bila sumber perdarahan dapat terlihat, kaustik

dengan larutan Nitras Argenti (AgNO3) 25-30%

atau elektrokaustik (sesudahnya area tersebut

diberi krim antibiotik).

Tampon Anterior

Tampon anterior

Epistaksis Posterior

• Tampon Posterior (Bellocq)

Tampon ini dibuat dari kasa padat

dibentuk kubus atau bulat dengan

diameter 3 cm. Pada tampon ini terikat

3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan

sebuah di sisi yang berlawanan.

• Kateter Folley dengan balon.

Tampon posterior

4. Mencegah Perdarahan Berulang

Rinoskopi anterior

Rinoskopi posterior

Pengukuran tekanan darah

Rontgen sinus

Pemeriksaan darah tepi lengkap, faal

hemostasis, uji faal hati dan ginjal.

Riwayat penyakit.

Komplikasi dan pencegahan

Komplikasi dari epistaksis dari usaha

penanggulangan.

Aspirasi darah ke dalam saluran nafas bawah

Syok, anemia dan gagal ginjal

Turunnya tekanan darah secara mendadak (hipoksia,

iskemia serebri, insufisiensi koroner sampai infark

miokard)

Infus dan transfusi harus dapat segera diberikan

Pembuluh darah terbuka : infeksi

Pemasangan tampon dapat menyebabkan rino-

sinusitis, otitis media, septikemia atau toxic shock

syndrome.

Harus selalu diberikan antibiotik pada setiap

pemasangan tampon hidung, dan setelah 2-3 hari

tampon harus dicabut.

Hemotimpanum sebagai akibat mengalirnya darah

melalui Tuba eustachius

Air mata berdarah (bloody tears), akibat mengalirnya

darah secara retrograde melalui duktus nasolakrimalis

• tampon Bellocq >> Laserasi palatum

mole atau sudut bibir

• Kateter balon atau tampon balon tidak

boleh dipompa terlalu keras karena

dapat menyebabkan nekrosis mukosa

hidung atau septum

TERIMAKASIH