Post on 11-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk
pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat,
terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini
upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam
pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar
antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf,
hati, mata dan ginjal pertumbuhan penduduk, proses penuaan, obesitas, diet serta pola hidup
yang tidak sehat.
1.2 Tujuan
Tingginya insidensi dan banyaknya komplikasi yang bersifat multi organ yang
ditimbulkan oeh penyakit DM tipe I di Indonesia, khususnya di RSUD kota Langsa
mendorong kami untuk mengangkat Diabetes Mellitus tipe I sebagai tema laporan kasus.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Dewi Purnama Suci Umur : 26 tahunJenis Kelamin : PerempuanStatus Perkawinan : MenikahAgama : IslamPekerjaan : GuruAlamat : Kp TengohSuku : AcehTanggal Masuk : 29 April 2014, pukul : 13.30 WIB
ANAMNESA
Keluhan utama : Lemas
Telaah :
Pasien datang ke RSUD Langsa dengan keluhan lemas, hal ini dialami pasien sejak ± 9 tahun yang lalu dan memberat sekitar 1 minggu yang lalu. Pasien mengatakan tubuhnya cepat merasa lemas dan lelah yang timbul saat beraktifitas seperti biasa namun tidak menghilang walaupun telah beristirahat, pasien mengaku sering pingsan bila berdiri lama. Pasien sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil, banyaknya ± 5x dalam semalam, sejak 9 tahun yang lalu dan memberat 1 bulan yang lalu. Karena sering buang air kecil, pasien selalu merasa haus, dalam sehari os minum air ±8 liter/hari. Selain itu pasien selalu merasa lapar, hal ini membuat pasien banyak makan, namun tidak membuat pasien gemuk. Os juga mengeluhkan berat badannya menurun ± 20 kg sejak 6 tahun belakangan.
Pasien juga mengeluhkan kedua matanya kabur sejak 9 tahun yang lalu, sering kebas-kebas, kram otot dan kesemutan, gatal- gatal pada lipat paha, kemaluan dan adanya keputihan berlendir seperti ingus dan berbau. Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan di kepala seperti bisul dengan diameter ± 5 cm dan ditengahnya berisi nanah, benjolan ini gatal dan menyebabkan sakit kepala berdenyut yang menjalar ke telinga dan leher dan menyebakan rambut di sekitarnya rontok, hal ini dialami sejak 1 minggu, demam yang timbul bersamaan dengan adanya benjolan di kepala. Pasien menyangkal adanya batuk, pilek, sesak nafas, mual, muntah, nyeri dada, jantung berdebar,keringat malam, mencret.
Riwayat penyakit terdahulu : Diabetes melitus ± 8 tahun SMRS (keluhan tidak sadarkan diri, tekanan darah rendah 80/60, napas berbau, KGDS 400mg/dl).
Riwayat Penyakit Keluarga : orang tua os menderita penyakit seperti ini.
Ayah os menderita asma.
2
Riwayat pemakaian obat : Pasien menggunakan insulin sejak 8 tahun SMRS, namun berhenti karena pasien merasa badannya enak dan cek gula darahnya normal.
Riwayat kehamilan dan persalinan : Pasien memiliki 2 anak dengan BB lahir 4 kg.
Riwayat pekerjaan, social, ekonomi dan kebiasaan :
- Riwayat gizi kurang waktu kecil disangkal, pasien gemuk sejak kecil- Os menyukai makanan fast food dan mie instan.- Kebiasaan makan beras catu (porsi banyak) 3x sehari
Anamnesa Organ
Jantung : Tidak ada kelainan Tulang : Tidak ada kelainanSirkulasi : Ada kelainan Otot : Ada kelainanSaluran Pernafasan : Tidak ada kelainan Darah : Tidak ada kelainanGinjal dan Saluran kencing : Ada kelainan Endokrin : Ada kelainanSaluran Cerna : Tidak ada kelainan Genitalia : Ada kelainanHati dan Saluran Empedu : Tidak ada kelainan Pancaindra :Ada kelainanSendi : Tidak ada kelainan Psikis :Tidak ada kelainan
Keadaan UmumSTATUS PRESENT KEADAAN PENYAKIT
Sensorium : Compos Mentis Anemia : (-) Edema : (-)Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg Ikterus : (-) Eritema : (-)Temperatur : 37,6 ˚C Sianosis : (-) Turgor : (-)Pernafasan : 22 x/m Dispnoe : (-) Sikap Tidur paksa : (-)Nadi : 84 x/m
KEADAAN GIZI
BB : 58 kg TB : 160 cm
RBW : ( 58/160-100 ) x 100 % = 96,7 % (gizi baik)
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala Leher
Inspeksi Inspeksi
Rambut :Ada kelainan kelenjar tyroid : Tidak membesarWajah :Tidak ada kelainan Kelenjar limfe : Tidak membesarAlis mata :Tidak ada kelainan Posisi trakea : MedialBulu mata :Tidak ada kelainan Sakit/nyeri tekan : Tidak adaMata :Ada kelainan TVJ : Tidak meningkat
3
Hidung :Tidak ada kelainanBibir :Tidak ada kelainan Lidah :Tidak ada kelainanGigi :Normal
Thorax
Thorax depan Thorax belakangInspeksi Inspeksi
Bentuk : fusiformis Bentuk : fusiformisKetinggalan bernafas : (-) Ketinggalan bernafas : (-) Venektasi : (-) Venektasi : (-)
Palpasi PalpasiParu depan Paru belakang
Nyeri tekan : (-) Nyeri tekan : (-)Fremitus : kanan = kiri Fremitus : kanan = kiri
Jantung Ictus cordis : Teraba pada ICS V linea midclavicular sinistra 1 jari kelateral
PerkusiParu
Suara paru : Sonor pada paru kanan dan sonor pada paru kiri Relatif : ICS V dextraAbsolut : ICS VI dextra
Jantung
Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis sinistraBatas jantung kiri : ICS V medial linea midclavicularis sinistraBatas jantung kanan : linea parasternalis dextra
Auskultasi paru
Suara pernafasan : Vesikuler (+)Suara tambahan : Ronkhi (-), Wheezing (-)
Auskultasi jantungSuara katup
M1 > M2 A2 > A1 P2 > P1 A2 > P2
ABDOMEN GENETALIA
Inspeksi InspeksiBengkak : (-) Luka : (-) Venektasi : (-) Nanah : (-)
PalpasiHepar : Tidak teraba Lien : Tidak teraba
PerkusiNyeri ketok : (-)
AuskultasiPeristaltik Usus : (+)
4
EKSTREMITAS
Extremitas atas Extremitas bawahInspeksi Inspeksi
Edema : (-) Edema : (-)Merah : (-) Pucat : (-)
Palpasi PalpasiArteri radialis : teraba Arteri Dorsalis Pedis : teraba
Arteri Tibialis Posterior : terabaGangguan fungsi motorik : (-) Gangguan Fungsi motorik : (-)Rumple leed test: (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Hematologi dan Urin
Tanggal Pemeriksaan Hematologi Hasil Normal
29-04-2014 KGD Sewaktu 470 mg /100 ml 110-170 mg/100 ml
30-04-2014 KGD Sewaktu 600 mg / 100 ml 110-170 mg/ 100 ml
01-04-2014 KGD Sewaktu 153 mg / 100 ml 110-170 mg/ 100 ml
29-04-2014 Hb 10,5 g/dl 12-16 g/dl
Ht 30,9% 32-43 %
Leukosit 10.500/mm3 5000-10.000/mm3
Trombosit 261.000/mm3 200.000-500.000/mm3
DIAGNOSIS BANDING
DD/
1. Diabetes Mellitus Type I + Furunkel2. Diabetes Mellitus Type II + Furunkel
DIAGNOSIS KLINIS : Diabetes Melitus type I + Furunkel
PENATALAKSANAAN
Nonfarmakologis :
- Bed Rest - Diet DM : 2100 kal- Penyuluhan
5
Farmakologis :
IVFD RL 20 gtt/iInjeksi Cefotaxime 1 gr/8 jamNovorapid 10-10-10Levemir 14 IU ml.Paracetamol 500 mg 3xI
Anjuran :
Pemeriksaan Darah dan Urin rutin. Pemeriksaan KGDN/2 jam PPPemeriksaan Ureum / Creatinin
PERKEMBANGAN SELAMA RAWAT INAP
Tanggal S O A P
29/05/2014 s/d
01/05/2014
- Lemas (+)- Batuk (+)- Berdahak (+)- Badan Pegal (+)- Demam (+)- Sakit kepala (+)
TD:110/80 mmHg
HR : 84x/iRR : 22x/iT : 37,6 ˚C
02/05/2014 s/d
04/05/2014
- Lemas (+)- nyeri, kram otot - Demam (-)- Sakit kepala ↓
TD:130/80 mmHg
HR :84 x/iRR : 20 x/iT : 37,6 ˚C
Haemoptisis
TB Paru + pneumoni
a
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
6
DM tipe-1 (childhood-onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes
mellitus, IDDM) adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa
yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel-β
pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang
bahkan terhenti. 1
3.2 EPIDEMIOLOGI
Insidens DM tipe-1 sangat bervariasi baik antar negara maupun di dalam suatu negara.
Insidens tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 43/100.000 dan insidens yang rendah di Jepang
yaitu 1,5-2/100.000 untuk usia kurang 15 tahun. Insidens DM tipe-1 lebih tinggi pada ras
kaukasia dibandingkan ras-ras lainnya. 1
Berdasarkan data dari rumah sakit terdapat 2 puncak insidens DM tipe-1 pada anak
yaitu pada usia 5-6 tahun dan 11 tahun. Patut dicatat bahwa lebih dari 50 % penderita baru
DM tipe-1 berusia >20 tahun. Penyakit DM tipe 1 di RSUD Langsa termasuk penyakit 7
besar pada tahun 2013, Prevalensi terbanyak pada laki-laki sebanyak 708 orang sedangkan
perempuan sebanyak 28 orang. 1
3.3 FAKTOR RESIKO
Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan dalam terjadinya DM tipe-1.
Walaupun hampir 80 % penderita DM tipe-1 baru tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
penyakit serupa, namun faktor genetik diakui berperan dalam patogenesis DM tipe-1. Faktor
genetik dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tetapi sistim HLA bukan merupakan faktor satu-
satunya ataupun faktor dominan pada pathogenesis DM tipe-1. Sistim HLA berperan sebagai
suatu susceptibility gene atau faktor kerentanan. Diperlukan suatu faktor pemicu yang berasal
dari lingkungan (infeksi virus, toksin dll) untuk menimbulkan gejala klinis DM tipe-1 pada
seseorang yang rentan. 1
3.4. PATOFISIOLOGI
7
3.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ADA,1998) : 1
1. DM tipe I ( destruksi sel B ) :
a. immune mediated
b. idiopatik
2. DM tipe II ( resistensi insulin )
3. DM tipe lain
a. defek genetik dari fungsi sel B
b. defek genetik dari kerja insulin
c. penyakit dari eksokrin pankreas
d. endokrinopati
8
e. induksi obat-obatan dan bahan kimia
f. Infeksi
g. bentuk diabetik termediasi imun yang tidak umum
h. sindrom genetik yang berhubungan dengan diabetes
4. DM gestasional
3.6 Gejala Klinis
Sebagian besar penderita DM tipe-1 mempunyai riwayat perjalanan klinis yang akut.
Biasanya gejala-gejala poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan yang cepat menurun
terjadi antara 1 sampai 2 minggu sebelum diagnosis ditegakkan. Apabila gejala-gejala klinis
ini disertai dengan hiperglikemia maka diagnosis DM tidak diragukan lagi. 1
Insidens DM tipe-1 di Indonesia masih rendah sehingga tidak jarang terjadi kesalahan
diagnosis dan keterlambatan diagnosis. Akibat keterlambatan diagnosis, penderita DM tipe-1
akan memasuki fase ketoasidosis yang dapat berakibat fatal bagi penderita. Keterlambatan
ini dapat terjadi karena penderita disangka menderita bronkopneumonia dengan asidosis atau
syok berat akibat gastroenteritis. 1
Kata kunci untuk mengurangi keterlambatan diagnosis adalah kewaspadaan terhadap
DM tipe-1. Diagnosis DM tipe-1 sebaiknya dipikirkan sebagai diferensial diagnosis pada
anak dengan enuresis nokturnal (anak besar), atau pada anak dengan dehidrasi sedang sampai
berat tetapi masih ditemukan diuresis (poliuria), terlebih lagi jika disertai dengan pernafasan
Kussmaul dan bau keton. 1
Perjalanan alamiah penyakit DM tipe-1 ditandai dengan adanya fase remisi
(parsial/total) yang dikenal sebagai honeymoon periode. Fase ini terjadi akibat berfungsinya
kembali jaringan residual pankreas sehingga pankreas mensekresikan kembali sisa insulin.
Fase ini akan berakhir apabila pankreas sudah menghabiskan seluruh sisa insulin. Secara
klinis ada tidaknya fase ini harus dicurigai apabila seorang penderita baru DM tipe-1 sering
mengalami serangan hipoglikemia sehingga kebutuhan insulin harus dikurangi untuk
menghindari hipoglikemia. Apabila dosis insulin yang dibutuhkan sudah mencapai < 0,25
U/kgBB/hari maka dapat dikatakan penderita berada pada fase “remisi total”. Di Negara
berkembang yang masih diwarnai oleh pengobatan tradisional, fase ini perlu dijelaskan
kepada penderita sehingga anggapan bahwa penderita telah “sembuh” dapat dihindari. Ingat,
bahwa pada saat cadangan insulin sudah habis, penderita akan membutuhkan kembali insulin
dan apabila tidak segera mendapat insulin, penderita akan jatuh kembali ke keadaan
ketoasidosis dengan segala konsekuensinya. 1
3.7 Penatalaksanaan
9
Hal pertama yang harus dipahami oleh semua pihak adalah bahwa DM tipe-1 tidak
dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan seoptimal mungkin
dengan kontrol metabolik yang baik. Yang dimaksud kontrol metabolik yang baik adalah
mengusahakan kadar glukosa darah berada dalam batas normal atau mendekati nilai normal,
tanpa menyebabkan hipoglikemia. Komponen pengelolaan DM tipe-1 meliputi pemberian
insulin, pengaturan makan, olahraga, dan edukasi, yang didukung oleh pemantauan
mandiri (homemonitoring). 1
3.7.1. Insulin
Insulin merupakan elemen utama kelangsungan hidup penderita DM tipe-1. Terapi
insulin pertama kali digunakan pada tahun 1922, berupa insulin regular, diberikan sebelum
makan dan ditambah sekali pada malam hari. Namun saat ini telah dikembangkan beberapa
jenis insulin yang memungkinkan pemberian insulin dalam berbagai macam regimen. 1
3.7.2 Jenis Insulin
Sebelum era tahun 80-an, penggunaan insulin masih memakai produk hasil purifikasi
kelenjar pankreas babi atau sapi. Namun setelah dikembangkannya teknologi DNA
rekombinan, telah dihasilkan insulin rekombinan manusia yang sudah digunakan secara luas
saat ini. Insulin rekombinan ini lebih disukai sebagai pilihan utama karena selain dapat
diproduksi secara luas juga mempunyai imunogenitas yang lebih rendah dibandingkan insulin
babi dan sapi. Tabel 1 memperlihatkan berbagai jenis sediaan yang dapat dipakai sekaligus
profil kerjanya. 1
Tabel 1. Jenis sediaan insulin dan profil kerjanya 2
Jenis insulin Awitan
(jam)
Puncak kerja
(jam)
Lama kerja
(jam)
Kerja cepat (rapid acting)
(aspart, glulisine, dan lispro)
0,15 – 0,35 1 – 3 3 – 5
Kerja pendek
(regular/soluble)
0,5 – 1 2 - 4 5 – 8
Kerja menengah
Semilente
NPH
IZS lente type
1 – 2
2 – 4
3 – 4
4 – 10
4 – 12
6 - 15
8 – 16
12 – 24
18 – 24
Insulin basal
10
Glargine
Detemir
2 – 4
1 – 2
Tidak ada
6 - 12
24*
20 – 24
Kerja panjang
Ultralente type
Insulin campuran
Cepat-menengah
Pendek-menengah
4 – 8
0,5
0,5
12 – 24
1 – 12
1 – 12
20 – 30
16 – 24
1 – 12
IZS= insulin zinc suspension; NPH= neutral protamine Hagedorn insulin.
* Lama kerja kemungkinan kurang dari 24 jam.
Gambar 1. Profi l farmakokinetik insulin manusia dan insulin analog. Terlihat
lama kerja relatif berbagai jenis insulin. Lama kerjanya bervariasi antar dan
intra perorangan.2
Sumber : Hirsh IB. N Engl J Med 2005; 352: 174-183
BAB IV
PEMBAHASAN
11
TEORI KASUS
Gejala khas dari DM terdiri dari:
Polidipsia, poliuria, polifagia dan berat badan
turun tanpa sebab yang jelas.
Gejala tidak khas DM diantaranya: lemas,
kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi(pria), pruritus
vulva(wanita)
Pemeriksaan KGDS : > 200
Gejala yang didapat penunjang diagnosis:
- Lemas
- sering buang air kecil.
- sering haus dan lapar
- mata kabur kanan dan kiri
- Sering kebas-kebas, kram otot dan
kesemutan.
- Gatal- gatal
- Keputihan
- benjolan di kepala seperti bisul
ditengahnya berisi nanah
- Demam
Pemeriksaan KGDS: 470mg/dl
BAB V
KESIMPULAN
12
Telah dilaporkan pasien DM type I, dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang mengarahkan pasien tersebut mengalami DM tipe I.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
13
1. Perkeni, 2009. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1.
2. Harrison, 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 3. Jakarta :
Penerbit Buku kedokteran EGC.
14