Post on 04-Nov-2020
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
1) Pengertian Prestasi
Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar. Menurut W.J.S.
Poerwadarminto , kata prestasi artinya hasil yang dicapai.1 Sedangkan
oleh Tulus Tu'u prestasi diartikan hasil yang dicapai seseorang ketika
mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.2
Dari penjelasan tersebut kata prestasi dapat penulis simpulkan berarti
hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan tertentu.
2) Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu hal yang sangat esensial dalam kehidupan
seseorang di dunia ini, karena dengan belajar seseorang akan
memperoleh ilmu yang berguna bagi kehidupannya. Allah Ta’ala
berfirman dalam Al Qur’an yang berbunyi :
... م ويلكم ثواب االله خير لمن امن وعمل صالحا وقال الذين اوتوا العل )80:القصص (
" Berkatalah orag-orang yang dianugerahi ilmu : “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh …”. ( Q.S. Al Qashash : 80 ) 3 Selain di atas, Allah telah memerintahkan kepada manusia dalam Al
Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w yang pertama
kalinya dalam surat Al 'Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :
1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
Cet. 16, hlm. 768. 2 Tulus Tu'u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004),
hlm. 75. 3 R.H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung, Gema Risalah Press, 1992 .),
hlm 623.
7
خلق الآنسان من علق ا قرأوربك الاكرم خلق اقرأ باسم ربك الدي )1- 5العلق ( علم بالقلم علم الانسان مالم يعلم ي الد
" Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-Mu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada Manusia apa yang tidak diketahuinya." 4 Dengan berdasarkan kedua dalil di atas menunjukan bahwa belajar
adalah sesuatu yang sangat ditekankan dan dianjurkan, bahkan Allah
berjanji akan mengangkat derajat orang yang berilmu lebih tinggi
beberapa derajat seperti firman Allah di bawah ini :
... يرفع االله الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجت قلم ... )11: اادلة (
“ … Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat …. “ ( Al Mujaadilah : 11 ) 5 Para ahli pendidikan dalam memberikan pengertian belajar amat
bermacam-macam. Namun bukan berarti pendapat mereka
bertentangan satu dengan yang lain. Berikut ini penulis kemukakan
beberapa pengertian belajar menurut pendapat para ahli, antara lain :
1). Menurut Nana Sudjana, belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang.6 Perubahan yang
dimaksud dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
4 R.H.A Soenarjo, Al Qur'am dan Terjemahannya, (Bandung:Gema Risalah , 1992), hlm.
1079. 5 Ibid, hlm. 910
6 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1996), Cet.3, hlm. 5
8
ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek
lain yang ada pada individu yang belajar.
2). Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan
atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-
cara bertingkahlaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.7
3). Menurut Abu Ahmadi, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.8
4). Menurut Kimble dan Garmezy yang dikutip oleh John P. Dececco
dan William R. Crewford, Learning is a relatively permanent
change in behavioral tendency and is the result of reinforced
practice.9 ( Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap
pada tingkah laku seseorang dan ini merupakan suatu hasil dari
latihan yang dilakukan secara terus menerus. )
5.) Menurut Mustafa Fahmi,
التعلم عبارة عن اى تغير فى السلوك ناتج عن استثارة
" Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya dorongan (pemberian semangat). " 10
Dari pendapat para ahli di atas tentang pengertian belajar, maka
dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku atau kecakapan yang baru secara menyeluruh.
7 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Besar, (Bandung : Tarsito,
1990), hlm. 21 8 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991),
hlm. 121 9 John P. De Cecco dan William R. Crawford, The Psychology of Learning And Instruction
Educational Psychology, (New Delhi : Prentice Hall, 1977) Cet.2, hlm. 178 10 Mustafa Fahmi, Saikuluujiyyah At-Ta'alkum, (tt.p : Maktabah Misra, t.th), hlm. 23
9
2. Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar menurut Nana Sudjana yang diartikan
sama dengan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.11
Sementara menurut Tulus Tu'u prestasi belajar diartikan sebagai
penguasaan pengetahuan, atau ketrampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan oleh guru.12
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
seseorang setelah ia belajar yang ditandai dengan adanya kemampuan-
kemampuan meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
ditunjukkan dengan nilai angka-angka tertentu.
Menurut Howard Kingsley yang dikutip Nana Sudjana membagi
tiga macam hasil belajar, yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b)
pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing
jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yangtelah ditetapkan
dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c)
strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) Keterampilan motoris. Dalam
system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikulum maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomotoris.13
11 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja
Rosdokarya, 1992) Cet. 4, hlm. 22 12 Tulus Tu'u, op.cit, hlm. 75 13 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm 22
10
3). Ranah Prestasi Belajar
Pendidik harus mengembangkan anak didik mampu menolong
dirinya sendiri, untuk itu anak didik perlu mendapatkan berbagai
pengalaman dalam mengembangkan konsep-konsep, prinsip-prinsip
generalisasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak, emosi dan lain-
lain.
Pendidik harus berusaha agar proses itu berlangsung secara
berdaya guna dan berhasil guna. Pendidik yang berhasil harus mampu
merubah tingkah laku yang meliputi bentuk kemampuan yang
digolongkan dalam 3 dominan oleh Bloom dkk, 14 yaitu :
1. Cognitive domain : kemampuan kognitif
Termasuk kategori kemampuan kognitif antara lain :
a. mengetahui, mengetrapkan, menganalisa, mensintesa, evaluasi,
kemampuan tersebut
b. sifat herarcis, artinya kemampuan 1 harus dikuasai terlebih
dahulu sebelum kemampuan diatasnya, dan seterusnya.
Kemampuan kognitif tersebut sesuai dengan firman Allah di bawah
ini :
فقال انبئونى باسماء لاوعلم ادم الاسماء كلها ثم عرضهم على الملئكة )31: البقره ( هؤلاء ان كنتم صدقين
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakan kepada para Malaikat lalu berfirman : “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu, jika kamu memegang benar !” (QS. Al Baqarah : 31) 15
2. Afektive domain : kemampuan afektif
Meliputi : menerima, menanggapi, menghargai, membentuk,
berpribadi.
Sebagaimana firman Allah berikut ini :
14 Drs. H. Abu Ahmadi Dra. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Cet. 2 tahun
2001, Jakarta, hlm. 223 15 R.H.A. Soenaryo, Op. Cit., hlm 14
11
ى والمسكين وقولوا للناس وبالوالدين احسانا وذى القربى واليتم ... )83: البقره . .. (طحسنا واقيموا الصلوة واتوا الزكوة
“ … dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat … “ ( QS: Al Baqarah : 83) 16
3. Psychomotor domain : kemampuan psikomotor
Kemampuan ini menyangkut kegiatan fisik, menyangkut
koordinasi syaraf otot dan penguasaan tubuh dan gerak.
Kemampuan ini terlihat antara lain pada :
melempar, melakukan, berlari, meloncat, dan lain-lain.
Allah berfirman :
. انى بما تعملون بصير طان اعمل سبغت وقدرفى السرد واعلموا صالحا ) 11 : ءسبا (
“ Buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Saba’ : 11) 17
Dalam kenyataan hidup dan situasi belajar mengajar yang
sebenarnya antara lain ke 3 domain itu tidak terpisah 1 dengan lainnya.
Klasifikasi ini diadakan dengan harapan dapat membantu
pendidik untuk menentukan langkah yang harus dilalui dalam proses
belajar mengajar dengan memperhatikan apa yang dicapai, bagaimana
murid harus belajar, materi apa yang berhasil guna, dan lain-lain.
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman
dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan
tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat
sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat
intangible ( tak dapat diraba ). Oleh karena itu yang dapat dilakukan
16 Ibid., hlm. 23 17 Ibid., hlm. 684
12
guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan
tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa,
baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. “
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar
indicator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan
atau diukur, 15 sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 1
Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi Belajar
Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi
B. Ranah Cipta (Kognitif) 1.Pengamatan 2.Ingatan 3.Pemahaman 4.Aplikasi/Penerapan 5.Analisis
(Pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)
Sintesis (Membuat paduan baru dan utuh)
1. Dapat menunjukkan ; 2. Dapat membandingkan; 3. Dapat menghubungkan 1. Dapat menyebutkan; 2. Dapat menunjukkan; kembali 1. Dapat menjelaskan; 2. Dapat mendefinisikan dengan
lisan sendiri 1. Dapat memberikan contoh; 2. Dapat menggunakan secara
tepat; 1. Dapat menguraikan; 2. Dapat mengklasifikasikan /
memilah-milah 1. Dapat menghubungkan; 2. Dapat menyimpulkan; 3. Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
1. Tes lisan; 2. Tes tertulis; 3. Observasi. 1. Tes lisan; 2. Tes tertulis; 3. Observasi. 1. Tes lisan; 2. Tes tertulis. 1. Tes tertulis; 2. Pemberian tugas; 3. Observasi 1. Tes tertulis; 2. Pemberian tugas.
1. Tes tertulis; 2. Pemberian tugas.
15 Muhibbin Syah, Loc. Cit., hlm. 193
13
C. Ranah Rasa (Afektif)
1. Penerimaan 2. Sambutan 3. Apresiasi (Sikap
menghargai) 4. Internalisasi
(Pendalaman) 5. Karakteristik
(Penghayatan)
1. Menunjukkan sikap
menerima; 2. Menunjukkan sikap menolak 1. Kesediaan berpartisipasi
/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan; 1. menganggap penting dan
bermanfaat; 2. Menganggap indah dan
harmonis; 3. Mengagumi 1. Mengakui dan meyakini; 2. Mengingkari. 1. Melembagakan atau
meniadakan; 2. Menjelmakan dalam pribadi
dan perilaku sehari-hari
1. Tes tertulis; 2. Tes skala sikap; 3. Observasi. 1. Tes skala sikap; 2. Pemberian tugas; 3. Observasi. 1. Tes skala penialian
sikap; 2. Pemberian tugas; 3. Observasi. 1. Tes skala sikap; 2. Pemberian tugas
ekspresif (yang menyatakan sikap) dan tugas proyektif (yang menyatakan perkiraan atau ramalan).
1. Pemberian tugas
ekspresif dan proyektif;
2. Observasi
D. Ranah Karsa
(Psikomotor) 1. Ketrampilan
bergerak dan bertindak
2. Kecakapan
ekspresi verbal dan non-verbal
Kecakapan mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. 1. Kefasihan melafalkan /
mengucapkan; 2. Kecakapan membuat mimik
dan gerak jasmani
1. Observasi; 2. Tes tindakan. 1. Tes lisan; 2. Observasi; 3. Tes tindakan
Diharapkan dengan tabel di atas akan dapat memudahkan guru
dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi yang tepat, reliable, dan
14
valid, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan akan dapat
tercapai dengan baik.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Nana Sudjana secara global prestasi atau hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam
diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan.15
Senada dengan pendapat tersebut diatas, Sumadi Suryabrata
mengkasifikasikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
sebagai berikut :
(1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi
dapat digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa
overlapping tetap ada, yaitu :
(a) faktor-faktor non sosial, dan
(b) faktor-faktor sosial
(2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, inipun dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :
(a) faktor-faktor fisiologis, dan
(b) faktor-faktor psikologis. 16
Namun menurut Muhibbin Syah faktor-faktor di atas masih ditambah
satu faktor lagi yakni faktor pendekatan belajar (approach to learnig).17
a. Faktor-faktor Non Sosial Dalam Belajar
Rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang
terlalu padat dan tak memiliki sarana umum akan mendorong siswa
untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tak pantas
dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas
berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
15 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1991),
Cet.3, hlm. 39 16 Sumadi Suryabrata, op.cit., hlm. 233 17 Muhhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2001), cet. 3, hlm. 130
15
Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga
faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian
rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan
belajar secara maksimal.
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang
jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu
(pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergedungannya),
alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis menulis, buku-
buku, alat-alat peraga dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat
pelajaran). 18
b. Faktor-faktor Sosial Dalam Belajar
Yang dimaksud degan faktor-faktor sosial disini adalah faktor
manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun
kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.
Kehadiran orang atau orang-orang pada waktu seseorang sedang
belajar, banyak kali mengganggu belajar.19
Selanjutnya, yang juga termasuk lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan di sekitar
perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan
kumuh (slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak
pengangguran, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar
siswa. Paling lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-
sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,
dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi
dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang
dicapai oleh siswa.20
Agar proses belajar dan prestasi belajar siswa tidak terganggu,
maka faktor-faktor tersebut harus diatur sebaik-baiknya.
18 Sumadi Suryabrata, op.cit. 19 Ibid., hlm. 234 20 Muhibbin Syah, op. cit., hlm. 138
16
c. Faktor-faktor Fisiologis Dalam Belajar
Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
(a) tonus jasmani pada umumnya, dan
(b) keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu, terutama fungsi-fungsi
panca indera. 21
d. Faktor-faktor Psikologis Dalam Belajar
Secara garis besar faktor-faktor psikologi dalam belajar meliputi
inteligensi, sikap, minat, bakat dan motivasi. 22
e. Faktor-faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan siswa untuk menunjang keefekifan dan efisiensi dalam
proses pembelajaran materi tertentu.
Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang
direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau
mencapai tujuan belajar tertentu. 23
B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga banyak sekali dikemukakan oleh para ahli sosial.
Di bawah ini penulis sebutkan beberapa pendapat mereka, diantaranya :
1. Menurut Hammudah ‘Abd. Al’Ati pengertian keluarga adalah suatu
struktur yang bersifat khusus, satu sama lain dalam keluarga itu
mempunyai ikatan apakah lewat hubungan darah atau pernikahan.
Perikatan itu membawa pengaruh adanya rasa “saling harap” (mutual
expectation) yang sesuai dengan ajaran agama, dikukuhkan dengan
21 Sumadi Suryabrata, op.cit., hlm. 235 22 Muhibbin Syah, op.cit, hlm. 132 23 Ibid., hlm. 140
17
kekuatan hukum serta secara individual saling mempunyai ikatan
batin.24
2. Menurut Ki Hajar Dewantara yang disadur oleh M. Arifin Hakim,
keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena tidak terikat
oleh suatu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai suatu
gabungan yang hakiki, esensial, enak, berkehendak bersama-sama
memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing
anggotanya.25
3. Menurut Abdul Hamid Kisyik, keluarga adalah komunitas terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari manusia yang tumbuh dan
berkembang sejak dimulainya kehidupan, sesuai dengan tabiat dan
naluri manusia, yaitu memandang sesuatu dengan matanya, menyikapi
sesuatu dengan jalan hukum, kecenderungan memilih arah yang baik,
serta mengupayakannya dengan segala yang dimilikinya. Kemudian
menganggap bagus sesuatu yang dilihatnya benar, atau membenarkan
sesuatu yang dilihatnya buruk.26
4. Menurut A.M.Rose yang dikutip oleh Vembriarto, “a family is a group
of intrracting persons who rebognize a relationship with each other
based on common parentage, marriage, and/or adaption”, (Keluarga
adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi).27
5. Dalam Encyclopedia Britannica dikatakan, “The family is here difined
as a social group, consisting of one or more men, living normally in
the same habitation with one our more woman and the children, at
least during their youth, that have resulted, or appear to be connected
with their union”, (Keluarga adalah suatu kelompok sosial yang terdiri
dari seorang laki-laki atau lebih yang hidup secara normal di suatu
24 Hammudah ‘Abd. Al ‘Ati, Keluarga Muslim (The Family Structure in Islam), terj.
Anshari Thayib, (Surabaya : Bina Ilmu, 1984), hlm. 29 25 M. Arifin Hakim, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : Pustaka Satya, 2004) Cet.1, hlm. 40 26 Abdul Hamid Kisyik, Bina ‘Al-Usrah Al-Muslimah : Mausu’ah Al-Zuwaj Al-Islam, terj.
Ida Nursida, (Bandung : Al-Bayan, 1995) Cet.1, hlm. 214 27 St. Vembriarto, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Rasindo, 1993), hlm. 33
18
tempat yang sama dengan seorang wanita atau lebih dan anak-anak
paling tidak selama masa muda yang telah dijalaninya atau ketika telah
berhubungan dengan sesamanya.) 28
Dari beberapa definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
pengertian keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri
atas ayah, ibu, dan anak yang terikat oleh hubungan darah atau
perkawinan, adopsi dimana hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh
suasana akrab dan penuh rasa tanggung jawab serta saling harap yang
sesuai dengan ajaran agama.
Demikianlah bahwa pengertian keluarga ada yang dikaitkan dengan
hubungan darah dan ada yang dikaitkan dengan hubungan sosial. Baik
keluarga didasarkan pada hubungan darah maupun keluarga yang
dikaitkan dengan hubungan sosial dapat dilihat dalam artian luas dan
dalam artian sempit. 29
Arti keluarga dalam hubungan sosial tampil dalam berbagi jenis. Ada
yang berkaitan dengan wilayah geografis, seperti keluarga Garut, keluarga
Lamongan dan sebagainya, adapula keluarga yang diwarnai pengaitan
dengan silsilah atau keturunan seperti keluarga Sukapura. Kemudian ada
pula yang merujuk kepada golongan masyarakat berkaitan dengan
lingkungan kerja, seperti keluarga IKIP, Keluarga Telkom, ada pula yang
berkaitan dengan pola kehidupan dan pencaharian, seperti keluarga tani,
keluarga guru.30
Dalam arti luas, keluarga yang berkaitan dengan hubungan meliputi
semua pihak yang ada hubungan darah sehingga tampil sebagai arti clan
atau marga; dalam kaitan inilah dalam berbagai budaya setiap orang
memiliki nama kecil dan nama keluarga atau marga.31
28 T.P, Encyclopedia Britannica volume 9, (London : Encyclopedia Britannica, LTD, 1951),
hlm. 59 29 M.I. Soelaeman, Pendidikan dalam Keluarga, (Bandung : Alfabeta, 2001) Cet.2, hlm. 6 30 Ibid. 31 Ibid.
19
Dalam kehidupan kita temukan pula istilah keluarga diartikan
sebagai keluarga besar atau extended family yang disamping ayah–ibu-
anak termasuk pula ke dalamnya paman, bibi, kakek, nenek, cucu, mertua,
ipar dan sebagainya yang kadang-kadang dinamai dengan istilah kerabat,
sedang dalam arti sempit, keluarga yang didasarkan pada hubungan darah
dan terdiri atas ayah-ibu-anak, dijuluki dengan istilah keluarga inti.
Maksudnya dari persekutuan hidup yang tinggal dan hidup bersama dalam
rumah itu, pasangan suami istri yang berfungsi dan berperan sebagai ayah-
ibu dan anak yang lahir dari hubungan suami-istrilah yang merupakan inti
dari kehidupan tersebut.32 Hubungan atau ikatan diantara mereka itu
selain karena hubungan darah, atau suatu hubungan biologis dan anak-
anak mereka lahir karena hubungan itu. Oleh karena itulah keluarga yang
terdiri dari ibu-ayah-anak itu disebut keluarga biologis atau dalam
peristilahan Bossard dan Boll : keluarga prokreasi (Family of
procreation).33 Antara ayah-ibu-anak itu terbentang hubungan darah yang
tidak dapat dihapus, walaupun mereka tinggal di tempat yang berjauhan
atau bahkan sekiranya pasangan suami isteri itu telah bercerai sekalipun.
32 Ibid. 33 Ibid., hlm. 7
20
Menurut Vembrianto, keluarga yang terdiri atas suami-isteri dan
anak-anaknya disebut dengan nuclear family.34
Sedangkan keluarga sebagai tempat individu dilahirkan dan
mengalami proses sosialisasinya yang terpenting disebut keluarga
orientasi.35
Jenis keluarga yang lain adalah keluarga terbuka dan keluarga
tertutup. Keluarga terbuka, yaitu keluarga yang mendorong anggota-
anggotanya untuk bergaul dengan masyarakat luas. Sedangkan keluarga
tertutup, yaitu keluarga yang menutup diri terhadap hubungan dengan
dunia luar.36
Dari beberapa pengertian keluarga tersebut, ternyata keluarga
memiliki lima ciri khas, yaitu (1) adanya hubungan berpasangan antara
kedua jenis kelamin, (2) adanya perkawinan yang mengkokohkan
hubungan tersebut, (3) adanya pengakuan terhadap keturunan, (4) adanya
kehidupan ekonomi bersama, dan (5) kehidupan rumah tangga.37
Disamping lima ciri khas, keluarga juga memiliki beberapa fungsi.
Berdasarkan pendekatan budaya, keluarga sekurang-kurangnya
mempunyai tujuh fungsi sebagai berikut :38
1. Fungsi biologis
Bagi pasangan suami-isteri, fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan
seksual dan mendapatkan keturunan.
2. Fungsi edukatif
Fungsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk
mengkondisikan kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan
sehingga terdapat proses saling belajar diantara anggota keluarga.
Dalam situasi ini orang tua menjadi pemegang peran utama dalam
34 ST. Vembriarto, op.cit, hlm. 34 35 Ibid. 36 Ibid., hlm. 41 37 Djudju Sudjana, “Peranan Keluarga Di Lingkungan Masyarakat”, dalam Jalaluddin
Rahmad (eds), Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994) Cet.2, hlm. 20
38 Ibid, hlm. 21
21
proses pembelajaran anak (anak)-nya, terutama dikala mereka belum
dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan, bimbingan, contoh
dan teladan. Tujuan kegiatan ini ialah untuk membantu perkembangan
kepribadian anak yang mencakup ranah afeksi, kognisi, dan skil.
3. Fungsi Religius
Fungsi religius berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk
mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak
serta anggota keluarga lainnya mengenai kaidah-kaidah agama dan
perilaku keagamaan. Fungsi ini mengharuskan orang tua, sebagai
seorang tokoh inti dan penuntun dalam keluarga, untuk menciptakan
iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya.
4. Fungsi protektif
Fungsi protektif (perlindungan) dalam keluarga ialah utnuk menjaga
dan memelihara anak serta anggota keluarga lainnya dari tindakan
negatif yang mungkin timbul, baik dari dalam maupun dari luar
kehidupa keluarga.
5. Fungsi sosialisasi anak
Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk
menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi
ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak
dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial sehingga kehidupan
di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak; dan pada gilirannya dapat
berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap lingkungannya.
6. Fungsi rekreatif
Fungsi ini tidak harus dalam membentuk kemewahan serba ada dan
pesta pora melainkan melalui menciptakan suasana kehidupan yang
tenang dan harmonis di dalam keluarga, disamping itu fungsi rekreatif
dapat diciptakan pula di luar rumah tangga seperti mengadakan
kunjungan sewaktu-waktu ke tempat-tempat yang bermakna bagi
keluarga.
22
7. Fungsi ekonomis
Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan
ekonomis. Aktifitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan
pencarian nafkah, pembinaan usaha dan perencanaan anggaran biaya.
Baik pencerminan maupun pengeluaran biaya keluarga. Pelaksanaan
fungsi ini oleh dan untuk keluarga dapat meningkatkan pengertian dan
tanggung jawab bersama para anggota keluarga dalam kegiatan
ekonomi. Pada gilirannya, kegiatan dan status ekonomi keluarga akan
mempengaruhi, baikn harapan orang tua terhadap masa depan anaknya
maupun harapan anak itu sendiri.
Selain keluarga mempunyai fungsi-fungsi di atas, keluarga juga
memiliki peranan penting di lingkungannya. Adapun peranan keluarga
tersebut diantaranya : (1) sebagai pelindung anggota, (2) pencukup
kehidupan ekonomi, (3) penyelenggara rekreasi, (4) pendidik dalam
kehidupan keluarga, dan (5) sebagai da’i (juru dakwah) dalam
masyarakat.39
Peranan utama yang akan disoroti lebih lanjut adalah peranan
sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga.
Peranan keluarga sebagai pendidik
Peranan sebagai pendidik merupakan kemampuan penting dalam
satuan pendidikan kehidupan keluarga (family life education). Satuan
pendidikan ini meliputi pembinaan hubungan dalam keluarga,
pemeliharaan dan kesehatan anak, pengelolaan sumber-sumber,
pendidikan anak dalam kelaurga, sosialisasi anak, dan hubungan antar
keluarga dengan masyarakat. Munculnya pendidikan kehidupan keluarga
disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama, perkembangan kehidupan
keluarga mempengaruhi perkembangan masyarakat dan kedua, perubahan-
perubahan yang terdapat di lingkungan akan mempengaruhi kehidupan
keluarga.40
39 Ibid., hlm. 23 40 Ibid.
23
Salah satu dimensi pendidikan kehidupan keluarga yang akan
dibicarakan disini adalah pendidikan anak dalam kelaurga. Dua pemegang
peran utama dalam interaksi edukatif dalam keluarga adalah orang tua dan
anak. Dalam interaksi ini kedua belah pihak mempunyai peranan masing-
masing. Sebagaimana dikemukakan dalam uraian terdahulu, orang tua
berperan sebagai pendidik dengan mengasuh, ,membimbing, memberi
teladan, dan membelajarkan anak. Sang anak, sebagai peserta didik
melakukan kegiatan belajar dengan cara berfikir, menghayati, dan berbuat
di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.41
Di dalam interaksi edukatif inilah penerapan prinsip-prinsip
pendidikan Lukmanul Hakim sangat diperlukan. Karakteristik pendidik,
sebagaimana ditampilkan Lukmanul Hakim seperti bertauhid dan bertakwa
kepada Allah swt., berpengetahuan luas, ikhlas, tabah, dan menumbuhkan
tanggung jawab pada diri anak perlu diperlajari, dipahami, dimilki dan
diamalkan oleh orang tua yang berperan sebagai pendidik di dalam
keluarga. Pokok-pokok isi pendidikan yang perlu dikuasai orang tua
adalah tauhidullah, akhlak, ibadah, tanggung jawab dan wawasan
kehidupan. Tujuan pendidikan kehidupan keluarga mengacu pada
pembentukan anggota keluarga yang beriman, bertakwa, dan bersyukur
kepad Allah swt. Berakhlakul karimah terhadap sesama manusia, cerdas
dan terampil, sehat dan bertanggung jawab.42
2. Pengertian Keluarga Besar
Masyarakat Indonesia mengenal apa yang dikenal dengan keluarga
besar, yang merupakan keluarga yang merentang melewati keluarga yang
terdiri dari suami, isteri dan anak-anak. Dalam keluarga besar ini hidup
bersama bukan saja suami, isteri dan anak-anak melainkan sering
ditambah dengan menantu, cucu, mertua.43 Namun dalam penelitian
penulis, yang dimaksud keluarga besar dibatasi pada keluarga yang
41 Ibid. 42 Ibid., hlm. 24 43 Ikatan Penulis KB, Panduan KB Mandiri, (Jakarta : Falwa Arika, 1987), hlm. 13
24
memiliki anggota keluarga terdiri atas ayah/suami, ibu (isteri), dan anak-
anak yang lebih dari 2 orang (hidup).
Dalam keluarga semacam itu kegotong royongan merupakan
manifestasi kebersamaan dan ikatan rasa diantara sesama anggota keluarga
sangatlah besar. “Mangan ora mangan asal kumpul” menjadi jiwa dan
nafas kehidupan dalam keluarga besar itu.
Namun perkembangan jaman dengan kemajuan di bidang ilmu dan
teknologi mendorong terjadinya perubahan nilai mengenai “semboyan”
tadi, sementara nilai keluarga besar sudah semakin kehilangan harganya.
Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain semakin dirasakan cara
berfikir “mangan ora mangan asal kumpul” lebih banyak merugikan
daripada menguntungkan.
Namun satu hal yang tidak ditawar adalah pandangan orang tua
terhadap nilai anak. Anak dalam keluarga merupakan perekat cinta kasih,
sehingga di Indonesia belum biasa dua sejoli yang baru menikah
bersepakat untuk menunda kelahiran.44 Pasangan itu pada umumnya
merindukan kelahiran anak pertama dan kelahiran anak pertama ini akan
dirasakan sebagai anugerah Tuhan yang melengkapi arti dan menambah
kegairahan hidup mereka. Suasana yang sama ingin mereka ulangi dengan
kehadiran anak kedua, ketiga dan seterusnya.
Anak juga sebagai sumber tenaga kerja, sehingga di daerah pedesaan
kehadiran anak dalam keluarga merupakan modal kerja yang penting
untuk mengerjakan sawah atau kegiatan pertanian lainnya.45 Sedangkan di
kota anak merupakan modal kerja di industri atau pabrik, pertokoan, dan
perkantoran.
Anak ada pula yang dianggap asuransi hari tua.46 Perasaan hati yang
bahagia akan dialami oleh orang yang sudah menginjak usia tua, apabila ia
merasa tidak terlantar karena tidak lagi mampu melakukan pekerjaan yang
44 Ibid., hlm. 14 45 Ibid. 46 Ibid.
25
memberikan penghasilan dan ia merasa tidak kerkucil atau tersisih dari
pergaulan karena kepapaannya.
Namun satu hal yang harus diingat bagi mereka yang masih hidup
pas-pasan dan jauh dari kecukupan dengan hari esok yang masih serba
tidak pasti membesarkan banyak anak merupakan beban yang tidak
ringan.47
Fungsi lain dari anak dalam keluarga adalah sebagai pelangsung
keturunan dan fungsi ini mendapatkan dorongan yang kuat sekali dari
naluri kodrati.48
Anak sebagai sumber rezeki dengan semboyan “banyak anak banyak
rezeki” pernah menjadi semboyan sebagian besar keluarga masyarakat
Indonesia, namun sekarang sudah mulai jarang terdengar.49
Kemungkinan karena seringnya terjadi kenyataan, bahwa banyak
anak malahan banyak menimbulkan permasalahan dalam keluarga, maka
semboyan itu secara berangsur-angsur memudar. Namun demikian di
kalangan masyarakat pedesaan yang kurang pendidikan dengan keadaan
ekonomi yang sangat lemah ada kalanya masih dijumpai semboyan
tersebut.
Oleh karenanya tidak dapat disangkal kesejahteraan keluarga sangat
tergantung kepada pemenuhan kebutuhan pokok keluarga, seperti pangan,
sandang, papan, pendidikan dan kesehatan, dan bahkan hiburan dan
hubungan sosial.
Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut akan menimbulkan rasa
tenteram dan bahagia. Dua dasar penting dari keluarga sejahtera adalah
bebas dari kekurangan dan bebas dari kekhawatiran.
Untuk mewujudkan keluarga yang bebas dari kekurangan dan
kekhawatiran bukan pekerjaan mudah, karena sumber kesulitan baik yang
besar maupun yang kecil dalam keluarga sangatlah banyak. Lebih banyak
lagi sumber kesulitan itu manakala jumlah dalam keluarga itu juga banyak.
47 Ibid., hlm. 15 48 Ibid. 49 Ibid., hlm. 16
26
Kesulitan dalam keluarga mudah muncul manakala penghasilan
keluarga tidak mencukupi, kesehatan menjadi kurang terpelihara,
pendidikan mulai terlantar, ruang hidup berdesakan dan keributan mulai
sering terjadi.50
Banyaknya anggota keluarga dalam satu rumah tangga juga akan
menimbulkan dampak di bidang ketenagaan. Dengan keadaan ekonomi
sosial yang tidak mencukupi hidup yang layak, biasanya anak-anak
diminta membantu mencari tambahan penghasilan.
Segi lain yang dipengaruhi oleh jumlah keluarga dalam suatu rumah
tangga adalah soal papan atau rumah. Sekarang sudah banyak dibangun
perumahan dengan system KPR-BTN, maksudnya keluarga yang
berpenghasilan rendah bisa memiliki rumah sederhana dengan jalan
mengangsur sesuai dengan kemampuannya.
Tetapi tidak jarang mereka yang tinggal di daerah kumuh, setelah
pindah ke daerah baru dengan menempati rumah-rumah BTN tadi,
susananya masih tetap kumuh. Hal ini disebabkan jumlah keluarganya
termasuk keluarga besar. Memang sangat sulit mengatur rumah kecil itu
untuk menjadi tempat tinggal yang ideal bagi suatu keluarga dengan
jumlah anak yang lebih dari dua atau tiga.51
Jelaslah dengan keluarga besar yang tanpa diimbangi dengan
pemenuhan kebutuhan hidup yang cukup, akan besar pengaruhnya
terhadap tingkat kesejahteraan keluarga, karena jumlah tanggungan yang
besar.
3. Pengertian Keluarga Kecil
Dalam perjuangan hidup masa kini dan masa mendatang, dimana
jumlah penduduk semakin banyak, dengan bahan-bahan dan fasilitas
kebutuhan hidup yang terbatas jumlahnya, maka ditinjau dari segala segi,
keluarga kecil akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan keluarga
50 Ibid. 51 Ibid., hlm. 19
27
besar, baik bagi keluarga maupun masyarakat (pemerintah).52 Orang tua
akan lebih mudah dalam memenuhi kewajibannya untuk mencukupi
kebutuhan pangan, sandang, tempat tinggal dan terutama
pendidikannya,seandainya jumlah anak tidak terlalu banyak. Demikian
pula bagi pemerintah yang merupakan “orang tua” seluruh warga
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan warganya, seandainya jumlah
penduduk tidak terlalu banyak. Untuk masa kini dan masa mendatang,
dimana perjuangan hidup makin lama akan semakin berat, keluarga kecil
akan lebih menguntungkan dalam usaha mencapai hidup bahagia sejahtera.
Membatasi jumlah anak hanya dua orang, adalah ciri daripada
keluarga yang bertanggung jawab dan merupakan bukti nyata dari peran
aktifnya dalam penanganan masalah kependudukan mendukung usaha
penurunan laju pertambahan penduduk.
Berdasarkan penjelasan di atas keluarga kecil dapat diartikan sebagai
keluarga yang memilki jumlah anak dua orang (hidup). Sedangkan
keluarga sejahtera berarti keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, seimbang
antara anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungannya.53
Menurut dr. Indan, pada dasarnya kebutuhan keluarga dapat dibagi
dalam 5 golongan yaitu :54
1. Kebutuhan jasmaniah (Physical needs)
Termasuk di dalamnya adalah kebutuhan akan makanan, pakaian,
perumahan, kesehatan dan kebutuhan biologis lainnya.
2. Kebutuhan kecerdasan (Intelectual needs)
52 Indah Entjang, Pendidikan Kependudukan dan Keluarga Berencana, (Bandung : alumni,
1986), hlm. 21 53 Departemen Agama, Tuntunan Pendidikan Kehidupan Berkeluarga, (Jakarta : t p.,
1993), hlm. 11 54 Indan Entjang, op. ci.t, hlm. 53
28
Yaitu kebutuhan untuk menuntut ilmu pengetahuan, menyekolahkan
anak, membaca buku-buku, surat kabar, mendengarkan radio, melihat
televisi dan sebagainya.
3. Kebutuhan kemasyarakatan (Social needs)
Kebutuhan ini dapat dibagi dalam tiga macam kebutuhan yang
dirasakan setiap manusia, yaitu :
(a) Keinginan untuk diterima oleh sesama warga masyarakat
(b) Keinginan untuk dikasihi oleh sesama warga masyarakat
(c) Keinginan untuk dihargai oleh sesama warga masyarakat
4. Kebutuhan perasaan hati (Emotional needs)
Kebutuhan ini meliputi keinginan manusia untuk bergembira, bercinta,
berkasih sayang, terharu dan sebagainya.
5. Kebutuhan rokhaniah (Spiritual needs)
Yaitu kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan meyakini adanya Tuhan
Yang Maha Esa, menjalankan ibadat agama dan sebagainya.
Untuk mewujudkan keluarga bahagia sejahtera yang sakinah, faktor
yang sangat penting adalah terpenuhinya kewajiban dan hak suami dan
isteri dalam kehidupan rumah tangga.55
1) Kewajiban suami
a.) Suami sebagai pimpinan rumah tangga wajib melindungi dan
menjaga keselamatan isteri dan anggota keluarganya, sebagaimana
firman Allah :
)6,التحريم ( يايها الدين امنوا قوا انفسكم واهتيكم نارا
“Hai orang yang beriman periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At. Tahrim (66) ; 6) 56
b.) Suami wajib memberikan nafkah kepada istri untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangganya sesuai dengan kemampuannya.
Allah berfirman dalam surat An Nisaa : 34
55 Departemen Agama, op. cit. 56 Soenaryo, Loc. cit., hlm. 951
29
الرجال قوامون على النساء بما فضل االله بعضهم على بعض وبما انفقوا )34: النساء .... ( من اموالهم
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ….” 57
c.) Suami mempunyai keawajiban untuk membimbing istri dengan
mengupayakan meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
istri terutama pengetahuan agama.
2) Kewajiban isteri
a.) Isteri wajib patuh dan taat kepada suami dengan tulus, baik
dihadapan suami maupun ketika suami tidak ada. Sebagaimana
firman Allah :
)34: النساء ( ….فالصلحت قنتت حفظت للغيب بما حفظ االله “ Maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri dibalik pembelakangan suaminya …. ”. (Q.S. An Nisaa (4): 34) 58
b.) Istri mempunyai kewajiban untuk mengatur rumah tangga antara
lain meliputi penataan ruang, kebersihan, penyediaan makanan dan
minuman, serta mengatur perekonomian keluarga. Hal ini telah
dijelaskan oleh Rasulullah dalam Sabdanya :
:عن النبى صل االله عليه وسلم قال : عن ابن عمر رضى االله عنهما فكلكم راع وكلكم مسؤل , بيت زوجها وولده والمرأة راعية على
)رواه البخارى . ( عن رعيته “ Dari Ibnu Umar R.A. dari Nabi s.a.w. bersabda : Seorang istri adalah pemimpin atas rumah suaminya serta anaknya. Oleh karenanya masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan masing-masing dari kalian diminta pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya”. 59 (H.R. Bukhori)
57 Ibid., hlm. 123 58 Ibid. 59 Imam Bukhari, Shahih Al Bukhari Juz VII, (Semarang : Thoha Putra, t.th), hlm. 127
30
c.) Istri wajib menjaga dan memelihara harta benda suaminya.
3) Hak suami
a.) Suami berhak melakukan hubungan kehidupan berkeluarga dengan
isterinya.
b.) Suami berhak mendapatkan perlakuan dan pelayanan yang baik
dari isterinya.
c.) Suami berhak atas harta warisan peninggalan isterinya.
d.) Anak yang lahir dari isteri bernasab pada suami.
4) Hak isteri
a.) Isteri berhak memperoleh nafkah dari suami baik lahir maupun
batin.
b.) Isteri berhak mendapatkan perlakuan baik dari suami, sebagaimana
disebutkan dalam Al Qur’an surat An Nisaa : 19
فان كرهتموهن فعسى ان تكرهوا شيئا , وعاشروهن بالمعروف .… )19:النساء . ( ويجعل االله فيه خيرا كثيرا
“…. Dan bergaulah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menyediakan padanya kebaikan yang banyak”. (Q.S. An-Nisaa (4); 19) 60
c.) Isteri berhak memperoleh perlindungan dari suami.
d.) Isteri berhak mendapatkan pendidikan dari suami.
e.) Isteri berhak atas harta waris peninggalan suami.
Selain kewajiban dan hak masing-masing suami dan isteri
sebagaimana yang telah diuraikan, ada beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan dan dilakukan bersama oleh suami isteri dalam upaya
mewujudkan keluarga yang sakinah 61 , yaitu :
60 H. Soenaryo, Op.Cit., hlm. 119 61 Departemen Agama RI, loc. cit., hlm.14
31
(a.) Suami isteri saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia
dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain
(sebagaimana disebutkan di dalam Undang-undang Perkawinan).
(b.) Antara suamni isteri harus berlaku jujur, bersikap terbuka dan
mau bermusyawarah.
(c.) Suami isteri harus setia berpegang teguh pada dasar dan tujuan
perkawinan.
(d.) Suami isteri harus mau nasehat-menasehati dengan cara yang
baik dan tidak menyinggung perasaan.
(e.) Suami isteri harus senantiasa pandai-pandai menyimpan rahasia
rumah tangga dan harus menutupi cacat atau celah yang ada pada
isteri maupun suami.
(f.) Suami dan isteri masing-masing mau hidup sederhana dalam arti
belaku hemat dan cermat.
(g.) Suami dan isteri harus mampu menjaga kehormatan rumah
tangga.
(h.) Suami dan isteri mempunyai kewajiban bersama untuk mendidik
anak mereka, agar menjadi anak yang shaleh dan berusaha untuk
mencurahkan kasih sayangnya kepada mereka. Tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anak tersebut sesuai dengan
firman Allah dalam surat At Tahrim ayat 6 di bawah ini :
)6,التحريم ( يايها الذين امنوا قوا انفسكم واهليكم نارا
“Hai orang yang beriman periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At. Tahrim (66) ; 6)66
66 R.H.A. Soenarjo, Op. Cit., hlm 951
32
(i.) Suami dan isteri masing-masing harus dapat menjauhkan dari
perkataan, perlakuan dan sikap yang dapat menimbulkan perselisihan
diantara mereka.
(j.) Apabila terjadi perselisihan diantara mereka maka masing-masing
suami maupun isteri harus mampu mengendalikan emosi dan
menghadapi masalah dengan tenang dan lapang dada.
(k.) Suami isteri harus memiliki sifat pemaaf dan tidak pendendam.
(l.) Apabila suami isteri tidak mampu mengatasi dan menyelesaikan
masalah yang menjadi penyebab perselisihan diantara mereka, maka
diharapkan mereka mau untuk minta nasehat kepada orang yang
pantas dan mampu untuk memberikan nasehat atau kepada lembaga
Penasehat Perkawainan, seperti BP4.
(m.) Suami dalam memberikan tugas pekerjaan kepada isteri tidak
melewati batas kemampuan si isteri.
(n.) Suami memberi kelonggaran kepada isterinya untuk menengok atau
bersilaturrahmi kepada orang tuanya, keluarganya, atau tetangganya
terutama bila mereka sedang sakit.
(o.) Suami berlaku sabar dan menerima kewenangan yang ada pada
isterinya, demikian pula si isteri terhadap suaminya.
(p.) Isteri senantiasa berpenampilan menarik di hadapan suaminya,
demikian pula suami dihadapan isteri.
Keuntungan Keluarga Kecil
Apabila dibandingkan dengan keluarga besar (anak banyak) keluarga
kecil (2 anak) meiliki berbagai keuntungan.
Keuntungan tersebut tidak saja dinikmati oleh keluarga yang
bersangkutan akan tetapi juga oleh masyarakat atau pemerintah.64 Bagi
keluarga akan terlihat bahwa keluarga yang bersangkutan mampu
mencukupi secara wajar baik dalam jumlah maupun kualitas kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Dalam suatu masyarakat apabila kebanyakan/semua
64 Tim Penulis KB, op.cit., hlm. 132
33
warganya berkeluarga kecil niscaya tidak akan terjadi persaingan yang
tajam atau saling berebut untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan yang
jumlahnya amat terbatas.
Sementara itu pemerintahpun tidak akan sibuk lagi
menyediakan/menambah jumlah persediaan pangan, perumahan, sekolah-
sekolah, rumah sakit, lapangan kerja dan lain-lain. Sebaliknya akan
memberi kesempatan seluas-luasnya pada pemerintah untuk lebih
meningkatkan kualitas/mutu pelayanan kebutuhan-kebutuhan masyarakat,
seperti makanan yang lebih bergizi, rumah dan lingkungan yang sehat,
rumah-rumah sakit dengan perlengkapan yang lengkap dan sebagainya.
Disamping itu proses pendidikan dari orang tua berlangsung secara lebih
intensif daripada ekstensif. Terhadap setiap anak orang tua dapat
mencurahkan atensi dengan sepenuhnya. Interkasi berlangsung secara
kooperatif dan demokratis. Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa
peranan keluarga kecil terhadap pendidikan anak-anak sangat besar. 65
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Dari Keluarga Besar
Dari uraian sebelumnya dapat penulis simpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa banyak jenisnya, salah
satunya adalah faktor yang timbul dari keluarga. Faktor keluarga yang
mempengaruhi prestasi belajarpun dibagi menjadi dua, yakni faktor yang
berasal dari keluarga besar dan faktor yang berasal dari keluarga kecil.
Adapun faktor-faktor yang bersumber dari keluarga besar adalah :
a) Faktor orang tua
Jika orang tua memberi semangat, dorongan, membimbing dan
memberi teladan yang baik kepada anaknya, tentu akan berpengaruh
positif pada prestasi anaknya. Namun sebaliknya jika cara orang tua
mendidik anak-anaknya kurang baik, maka akibatnya prestasi siswa
akan terhambat. Pada umumnya keluarga yang anaknya banyak, orang
65 Soejono Soekanto, Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga Remaja Dan Anak,
(Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hlm. 86
34
tua kurang dapat membimbing anak-anaknya dengan baik, karena
perhatiannya terbagi-bagi. Perhatian utama biasanya terfokus pada
pemenuhan kebutuhan hidup. Sehingga umumnya prestasi belajar
anaknya lebih rendah dibandingkan dengan anak yang berasal dari
keluarga kecil.
b) Faktor suasana rumah
Misalnya suasana rumah yang ramai, hubungan anggota keluarga
kurang harmonis dan saling cekcok. Hal ini akan sangat berpengaruh
terhadap kensentrasi belajar anak, yang akhirnya berpengaruh juga
terhadap prestasi belajar anak tersebut. Keadaan tersebut diatas
umumnya sering dialami oleh keluarga besar, keluarga yang anaknya
banyak.
c) Faktor ekonomi
Pada umumnya faktor ekonomi merupakan masalah serius yang sering
muncul pada keluarga besar. Karena dengan jumlah anggota keluarga
yang besar akan mengakibatkan tanggungan beban untuk memenuhi
kebutuhan hidup menjadi lebih besar dan berat, khususnya di bidang
pendidikan, sarana dan prasarana belajar kurang dapat terpenuhi
sehingga prestasi belajar anak cenderung terhambat atau kurang baik.
Hanya pada keluarga yang mau belajar keraslah yang mampu
mencukupi kebutuhan hidup, sarana dan prasarana belajar anak dan
keluarganya.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Dari Keluarga Kecil
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dari
keluarga kecil adalah sebagai berikut :
a) Faktor orang tua
Pada umumnya orang tua dari keluarga kecil akan lebih dapat
membimbing, mendorong, dan memberi semangat kepada anaknya.
Hal ini disebabkan karena orang tua lebih banyak mempunyai waktu
luang bila dibandingkan dengan yang anaknya banyak. Perhatiannya
35
akan lebih terfokus, karena tidak terlalu banyak dibagi. Sehingga
kecenderungan anak dapat belajar dengan baik lebih besar, dan hal ini
akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar anak di sekolah.
b) Faktor suasana rumah
Suasana rumah pada umumnya akan lebih tenang, hubungan keluarga
lebih harmonis, jarang terjadi cekcok. Hal ini karena disebabkan
jumlah anggota keluarga yang sedikit. Suasana tenang dan harmonis
yang tercipta akan sangat mendukung terhadap prestasi belajar anak.
c) Faktor ekonomi
Dengan keluarga kecil, orang tua akan lebih memenuhi kebutuhan
hidup keluarga, khusus dibidang pendidikan, akan dapat mencukupi
kebutuhan sarana dan prasarana belajar anak. Dengan terpenuhinya
kebutuhan tersebut akan dapat memberikan pengaruh positif terhadap
prestasi belajar anak di sekolah
C. Kajian Penelitian Yang Relevan
Sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini, di bawah ini penulis
kemukakan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu :
1. Nama : Syukroni, NIM : 290 Mahasiswa STIT Wonogiri dengan judul
Studi Komparatif Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
Antara Siswa Pria Dengan Wanita Kelas II SMP Negeri Jatisrono
Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 1992/1993.
Dari hipotesis tersebut ternyata dari hasil uji analisa prestasi belajar yang
dilakukannya menghasilkan kesimpulan bahwa ternyata tidak ada
perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar pendidikan agama slam
siswa pria dengan siswa wanita sehingga hipotesis yang dikemukakan
saudara Syukroni tertolak.
2. Nama : Winarsih, NIM : 1319000024 Mahasiswa Universitas Negeri
Semarang dengan judul Studi Komperatif Antara Prestasi Belajar Siswa
dari Orang Tua Yang Kurang Perhatian Dengan Prestasi Belajar Siswa
36
Dari Orang Tua Yang Perhatiannya Lebih Di SLTP Al-Mi’raj Talang
Kabupaten Tegal Tahun 2003.
Hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa diduga ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang mendapat perhatian orang tua kurang dengan
siswa yang mendapat perhatian lebih di SLTP Talang Kabupaten Tegal
tahun 2003. Dari hipotesis tersebut ternyata dari hasil uji analisis prestasi
belajar yang dilakukan Winarsih menghasilkan kesimpulan bahwa ternyata
ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan. Siswa yang orang tuanya
kurang perhatian berprestasi lebih rendah bila dibandingkan dengan
prestasi siswa yang orang tuanya memiliki perhatian lebih.
Demikianlah kajian penelitian yang relevan dimana sama-sama meneliti
prestasi belajar siswa namun fokusnya berlainan. Jika penelitian saudara
Syukroni memfokuskan tentang prestasi belajar agama Islam siswa pria
dan wanita dan saudari Winarsih memfokuskan prestasi belajar siswa yang
perhatian orang tuanya kurang dan lebih, sedangkan penulis sendiri
memfokuskan pada prestasi belajar siswa dari keluarga besar dan keluarga
kecil.
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis terdiri dari dua kata yaitu Hipo dan Tesis. Hipo berasal dari
bahasa Yunani “Hupo”, yang berarti di bawah, kurang atau lemah.
Tesis berasal dari bahasa Yunani “thesis”, yang berarti teori atau
proporsi yang disajikan sebagai bukti.66 Jadi pengertian hipotesis di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih
perlu dibuktikan kenyataannya, dengan demikian dalam penelitian itu penulis
mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
“Bahwa diduga ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang berasal
dari keluarga besar dengan siswa yang berasal dari keluarga kecil di MI AL-
Khoiriyyah 01 Semarang tahun pelajaran 2003/2004.
66 Sutrisno Hadi, Statistik Jilid 2, (Jogyakarta : Andi, 2001) Cet.18, hlm. 257
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis membahas masalah yang terdapat dalam judul skripsi
ini adalah :
1. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang berasal dari keluarga besar
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang berasal dari keluarga kecil
3. Untuk membandingkan prestasi siswa yang berasal dari keluarga besar
dengan siswa yang berasal dari keluarga kecil
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang penulis gunakan untuk penelitian adalah terhitung sejak
pengajuan judul skripsi penulis disetujui oleh dosen pembimbing, tanggal 10
Maret 2004 hingga selesai.
Adapun tempat yang penulis gunakan untuk penelitian adalah di
tempat tugas penulis yakni di MI Al Khoiriyyah 01 Semarang dengan alasan
untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya.
C. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai objek pengamatan atau fenomena yang
diteliti.1
Berdasarkan pengertian tersebut, dalam skripsi ini penulis mengambil variabel
yaitu prestasi belajar siswa dari keluarga besar dan prestasi belajar dari
keluarga kecil dengan indikator : nilai harian, nilai ulangan umum, nilai tugas,
dan nilai rapor.
1 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarata :
Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 156
38
D. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi adalah survai dengan
teknik analisis komparasi.
E. Populasi, Sampel dan teknik pengambilan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.2 Dalam hal ini yang
menjadi populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas III - VI MI Al-
Khoiriyyah 1 Semarang tahun pelajaran 2003/2004 sebanyak 180 siswa.
2. Sampel
Yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.3 Dalam menentukan sampel penulis menggunakan teknik
proporsional stratified random sampling. Menurut Sutrisno Hadi, suatu
cara disebut proporsional stratified random sampling jika kita pada waktu
mengambil sampling secara random memperhatikan perimbangan atau
proporsi individu dan stratum-stratum dalam populasi. Atau dengan kata
lain dinamakan proporsional stratified random sampling adalah
proposional stratified sampling yang menggunakan randomisasi.4
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, jika subyeknya besar dapat
diambil antara 10 - 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.5
Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini penulis akan
mengambil sample 80 siswa dari 180 siswa dengan proporsi 40 siswa dari
keluarga besar dan 40 siswa dari keluarga kecil dengan perincian sebagai
berikut :
a. Kelas III A dan B dengan jumlah 22 siswa yang terdiri 11 siswa dari
keluarga kecil dan 11 siswa dari keluarga besar
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 1998), Cet. 11, hlm. 115 3 Ibid, hlm. 117 4 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta : Andi , 2001), Cet.18, hlm. 82 5 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 120
39
b. Kelas IV A dan B dengan jumlah 22 siswa yang terdiri 12 siswa dari
keluarga kecil dan 10 siswa dari keluarga besar
c. Kelas V A dan B dengan jumlah 19 siswa yang terdiri 9 siswa dari
keluarga kecil dan 10 siswa dari keluarga besar
d. Kelas VI A dan B dengan jumlah 17 siswa yang terdiri 8 siswa dari
keluarga kecil dan 9 siswa dari keluarga besar.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode research dan library
research.
1. Library Research
Library reseach adalah suatu penelitian kepustakaan. 6 Metode ini
dipergunakan untuk memperoleh data teoritis yang dikemukakan oleh para
ahli yang relevan dengan Penelitian penulis.
2. Field Reseach
Field research adalah research yang dilakukan di kancah atau medan
terjadinya gejala-gejala.7
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang ada di lapangan,
meliputi :
a. Metode Observasi
Observasi adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara
pengamatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. 8
Data yang dihimpun dengan metode ini adalah situasi umum MI Al
Khoiriyyah 01 Semarang yang meliputi keadaan pendidikan, keadaan
siswa, dan pelaksanaan proses pembelajaran siswa.
b. Metode Dokumentasi
Yaitu metode mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legenda,
agenda dan sebagainya.9
6 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi, 1989), hlm. 42 7 Ibid., hlm 77 8 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi, 2002), Cet.20, hlm. 136
40
Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data nilai dan
rapor siswa yang akan digunakan dalam pengolahan data, sehingga dapat
diketahui prestasi belajarnya.
Selain digunakan untuk memperoleh data tersebut di atas, metode ini juga
penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi umum yang
menyangkut keadaan karyawan, siswa dan struktur organisasi.
G. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data, penulis menggunakan teknik t-test dengan rumus
sebagai berikut :
T = Mx – My
SDbM
Keterangan :
Mx : Mean dari sample x
My : Mean dari sample y
SDbM : Standar kesalahan perbedaan mean. 10
Alasan memilih rumus t-test adalah :
1. Rumus t-test untuk mengetahui berapa besar perbedaan-perbedaan mean
dari pasangan-pasangan sample
2. Rumus t-test dapat digunakan untuk mengetest apakah perbedaan mean
dari dua sample yang telah diselidiki itu merupakan perbedaan yang
meyakinkan ataukah kesalahan sampling.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, juka harga t terhitung jauh lebih kecil
dari hasil perhitungan t table oleh karenanya hipotesis kerja yang diajukan
penulis akan ditolak, tetapi apabila hasil t perhitungan jauh lebih besar dari
hasil perhitungan t table maka hasil yang diperoleh signifikan. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima.
9 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 236 10 Sutrisno Hadi, Op. Cit., Jilid 2, hlm. 268
41