Post on 28-Oct-2021
57
Lampiran 1
SINOPSIS
Novel Aku Masenja bercerita tentang pengabdian dan perjuangan seorang guru muda bernama
Rona Masenja. Masenja memang tergolong baru bergelut dalam dunia pendidikan. Pengalamannya
menjadi guru SMP yang terletak di daerah perkebunan kelapa sawit di Padang Jaya. - Bengkulu Utara
merupakan pengalaman pertama kalinya mengajar. Ia mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya dari
dunia perkuliahan kepada siswanya dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Ia sadar bahwa menjadi
seorang guru adalah panggilan jiwa dan merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Masenja tahu bahwa
tugas seorang guru bukan hanya mengajar, melainkan juga mengajarkan tentang pentingnya nilai-nilai
pendidikan dan membina siswa agar selain menjadi orang yang pandai dalam berilmu, kelak siswanya
juga menjadi orang yang mempunyai etika dan adab yang baik dalam menjalani kehidupan di dalam
lingkungan masyarakat.
Masenja merupakan seorang guru yang berpengetahuan luas. Saat kuliah di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Matematika ia menjadi mahasiswa lulusan terbaik. Selain
itu, di tengah permasalahan sulitnya mencari pekerjaan, Masenja justru lolos tes masuk pegawai negeri
dengan mudah dan lulus murni tanpa kolusi, korupsi, dan nepotisme. Begitu pula saat mulai menjadi
guru, meskipun tergolong guru baru ia dipercaya untuk menjadi wali kelas dan namanya mulai menjadi
perhatian bagi guru lain terutama kepala sekolah karena kegigihan dan keberaniannya dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang menimpa anak didiknya.
Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siswanya, Masenja berusaha
sebaik mungkin bersikap adil, tegas, dan bertanggung jawab. Terbukti saat peristiwa pencurian baju yang
dilakukan oleh siswanya yang bernama Bunga Malasari, Masenja selaku wali kelas berusaha
menyelesaikan persoalan ini dengan caranya sendiri secara tegas. Ia yakin bahwa cara yang ia lakukan
58
adalah cara yang tepat, meskipun banyak guru yang tidak sependapat denganya. Semangatnya untuk
berjuang menjadi sosok pendidik yang berkarakter tidak pernah goyah dan keteguhan hatinya tetap kuat
untuk terus mendidik moral siswa dari perbuatan yang melanggar norma.
Namun, beberapa bulan setelah selesai masa prajabatan, Masenja mendapat surat pindah. Ia
dimutasi ke sebuah sekolah di Lais. Ia tak tahu kenapa secepat itu harus pergi meninggalkan sekolah yang
sangat ia cintai. Padahal berada di daerah perkebunan dan mengajar di sana telah membuatnya merasa
seperti pertama kali jatuh cinta. Ya, jatuh cinta kepada sekolah yang pertama kali mengajarkan arti
menjadi guru sesungguhnya, terutama cintanya pada keindahan tanah perkebunan serta udara segar yang
senantiasa menyejukkan hatinya. Masenja begitu berat harus meninggalkan sekolah ini. Namun, ini
adalah perintah dari atasan dan sebagai pegawai negeri ia harus siap ditempatkan dimana saja. Meskipun
tak ingin, Masenja akhirnya meninggalkan sekolah dan perkebunan kelapa sawit yang telah mengajarkan
banyak hal kepada dirinya.
59
Lampiran 2
BIODATA PENULIS
Rumasi P. bernama lengkap Rumasi Pasaribu. Menyelesaikan pendidikan terakhir di FKIP
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bengkulu. Saat ini tercatat sebagai guru di
SMPN 16 Kota Bengkulu. Cerpenya dapat dijumpai di antologi cerpen FLP (Forum Lingkar Pena)
Bengkulu berjudul Sebait Kisah dari Bengkulu, antologi cerpen berjudul Lukisan Merah putih, serta
antologi bersama Uda Agus –Ubud Writers dan Readers Festival berjudul Pukul 6. Penulis pernah
menjadi pemenang I Lomba Menulis Teks Bahan Ajar yang diadakan Kantor Bahasa Provisi Bengkulu
dan Juara III Lomba menulis cerpen KAMB (Komunitas Ayo Menulis Bengkulu). Tahun 2005, mendapat
Anugerah Sastra Pemuda dari Lembaga Seni Kedai Proses Provinsi Bengkulu.
60
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
NILAI-NILAI KESABARAN
DALAM NOVEL AKU MASENJA KARYA RUMASI PASARIBU
(KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)
PERWUJUDAN SABAR
No Kode Data Konteks Interpretasi
1. SC/PS/R/23 “ Hingga beberapa waktu Bunga masih diam. Ia tak
juga mengaku. Ia takut untuk berkata jujur atau
karena ia memang tak masuk kelas 9B hari ini dan
mencuri pakaian Farid minggu lalu? Aku tak tahu.
Kepalaku pening. Hitungan matematika kerap
kutemukan jalannya sebab ada rumusnya. Namun
menyelesaikan kasus pencurian, belum kutemukan
rumusnya. Ya, ya. Diamnya membuat kepalaku
bertambah pusing. Namun aku harus tetap tenang.
“Bunga ibu akan merahasiakan ini jika kau katakan
sejujurnya tentang apa yang dilihat Farid. Ibu adalah
ibu mu di sekolah. Sebagai ibu tentu ibu akan
menjaga dan membela anaknya. Jadi kau tak usah
takut.” Kupegang bahunya ia menunduk.
Masenja berjanji pada Bunga untuk
merahasiakan kejadian jika Bunga jujur
padanya.
Masenja ingin meyakinkan Bunga
bahwa apapun yang ia katakan
akan disimpan dan dirahasiakan.
Masenja juga mengatakan akan
melindungi bunga setelah ia
mengatakan yang sejujurnya ia
mengatahui atau tidaknya kejadian
tersebut. Masenja sabar
meyakinkan Bunga dengan
perkataannya dan perilakunya
memegang pundak bunga seolah
meyakinkan bahwa semuanya akan
baik-baik saja.
61
2. SC/PS/R/35 “Aku telah bersepakat dengan Bunga, untuk tak
mengungkit lagi kenekatannya. Aku juga
memintanya untuk segera mencuci baju yang ia curi
dan menyerahkan padaku. Nanti aku yang akan
mengembalikannya pada Farid beserta uang lima
belas ribu yang tentu saja kuambil dari kantong”.
Masenja bersepakat tidak akan
mengungkit lagi masalah Bunga.
Masenja bertekat untuk
menyimpan rahasia tentang bunga
yang sudah mencuri. Masenja juga
mengatakan bahwa Bunga harus
segera mencuci baju Farid. Selain
baju, di dalamnya terdapat uang
lima belas ribu milik Farid.
Masenja dengan ikhlas membantu
bunga dengan mengembalikan baju
dan juga uang Farid. Uang lima
belas ribu, tentu saja dikeluarkan
dari kantongnya untuk mengganti.
3. SC/PS/R/55 “Kali ini darahku mendidih hingga hampir-hampir
aku menghardiknya dengan kasar. Tapi mengingat
janji pada diriku sendiri, janji pada seluruh dewan
guru, juga rasa malu yang mesti kutanggung bila
ternyata aku gagal – setelah aku mati-matian
membelanya- aku melunakkan suaraku. Sekali ini!
Tak ada salahnya kucoba lagi! Dan bukankah
berdakwah memang harus ada yang dikorbankan?
Kali ini, aku berkorban perasaan barangkali. Aku
menyeringai, menertawakan diriku sendiri.”
Masenja sangat marah dan hampir
menghardik dengan kasar.
Masenja sudah sangat marah dan
ingin menhardik Bunga dengan
kasar akan tetapi ia menyimpan
perkataannya itu karena takut
menyinggung perasaan orang lain.
Masenja rela berkorban perasaanya
demi menjungjung tinggi
profesinya yang ditutut untuk
berdakwa dalam mengajar
siswanya.
4. SC/PS/R/81 “Kali ini aku agak kesal. Namun berbicara kasar
hanya akan membuat kami renggang.
Hubunganku dengannya sejak kasus Bunga Malasari
agak berjarak. Tapi bagaimanapun, aku tetap
menghargainya sebagai guru senior. Seperti kemarin-
kemarin. Terlalu banyak bersitegang di kantor
sungguh tidak nyaman sebab bertemu orang-orang di
kantor tak sebentar. Hampir separuh hari aku
Masenja agak kesal dengan ucapan
Mam Nina.
Masenja menyimpan rasa kesal
dalam dirinya. Ia tak sampai untuk
mengeluarkan kata-kata kasar pada
guru senior karena menghargainya.
Ia juga memikirkan bahwa waktu
yang dihabiskan hampir setengah
hari di sekolah tak ingin dibuat
semakin tidak nyaman dengan
62
bersama mereka” adanya peristiwa ini.
5. SC/PS/R/205 “Nah, Ibu tunggu sampai esok hari, satu kali dua
puluh empat jam, siapa yang mencuri harus
menghadap ibu dan mengakui kesalahannya.
Imbalannya, ibu akan merahasiakan kelalaian itu,
dan nama baik kalian akan terjaga”
Masenja mengatakan kepada anak-anak
untuk mengaku dan imbalannya adalah
merahasiakan kejadian yang dilakukan.
Masenja mau bersabar dengan
merahasiakan siapa yang mencuri
dikelas. Apabila ada siswa yang
berani menghadap kepadanya dan
mengakui kesalahannya karena
telah mencuri uang Bunga.
6. SC/PS/R/219 “Namun aku masih enggan menceritakan masalah-
masalah di sekolahku”
Masenja tidak mau menceritakan
masalah disekolah.
Masenja bersabar dengan tidak
mau menceritakan masalah
disekolah, dia hanya ingin menjadi
pendengar dan memberikan
komentar yang ia anggap penting.
7. SC/PS/R/223 “Ingin kuhardik Tiara Alamanda dengan
kejujurannya yang meski pahit namun telah
menentramkan hatiku tapi kuurungkan demi
melihat penyesalan diwajahnya”
Masenja ingin menghardik Tiara namun
niatnya diurungkan.
Masenja bersabar dengan
menyimpan perkataannya yang
ingin menghardik Tiara karena
kejujurannya telah mencuri uang
Bunga, tetapi niat itu
diurungkannya karena melihat
penyesalan diwajah Tiara.
8. SC/PS/R/226 “Dan ini adalah rahasia antara wali kelas dan Tuhan,
walau kadang-kadang diketahui pihak ketiga, guru
BK”
Membicarakan kesalahan siswa yang
hanya diketahui oleh Tuhan, wali kelas,
dan guru BK.
Masenja bersabar dengan
merahasiakan pelanggaran yang
dilakukan siswa disekolah
walaupun sebenarnya pelanggaran
siswa juga diketahui oleh Tuhan
dan guru BK.
9. SC/PS/E/21 “ Bunga, saat ini kita berada di Rumah Allah. Ini
rumah yang paling suci. Di sini kita hanya memuji
dan mengagungkan Nya. Tak ada tipu daya, tak ada
amarah, tak ada benci. Ya, kau paham, bukan?” Aku
memandangnya tanpa meminta jawaban. Ia masih
dalam isaknya.”
Masenja menginterograsi Bunga di
tempat ibadah sekolah.
Masenja dapat bersabar dengan
cara menahan emosinya saat
menjelasakan pada Bunga tentang
permasalahan ini. Masenja
mengajak Bunga ke rumah Allah
dengan harapan, ia tak perlu
bersusah payah untuk meminta
63
jawaban. Bunga diharapakn
mampu tersentuh dengan perkataan
Masenja untuk jujur mengakui
kesalahannya.
10. SC/PS/E/77 “Aku tak mampu menahan amarahku pada dua sosok
yang duduk di hadapanku. Dadaku berderap.
Inginku tampar kedua pipi mereka, namun
teriakan HAM yang selalu bergaung hingga sudut-
sudut semesta mengurungkanku. Aku menelan ludah
pahit.”
Hampir saja Masenja menampar Tiara
dan Iwan karena berbuat mesum di
sekolah.
Masenja ingin menampar pipi
murid yang telah melakukan
tindakan mesum di sekolah. Tetapi
ia bersabar dengan menahan emosi
dan mengurungkan niatnya karena
mengingat HAM.
11. SC/PS/E/83 “Penasaran? Segampang itu alasannya berlaku tak
senonoh di belakang sekolah, dekat toilet siswa?
Refleks, telapak tanganku menghantam bahunya.
Suaranya yang keras membuatku terkaget-kaget.
Ingin kutampar mulutnya yang berbicara
sembarangan namun kuurungkan. Lelaki tanggung
itu meringis, memandangku sejenak lalu cepat-cepat
menunduk. Riuh suara di ruang guru terhenti. Semua
mata memandang ke arahku. Dan aku yang serasa
baru siuman dari pingsan terlonjak menyadari
tingkahku”.
Hampir saja Masenja menampar Iwan
karena alasannya melakukan tindakan
mesum disekolah karena dia penasaran.
Masenja menyadari bahwa
tindakannya secara tak sengaja
menghantam bahu anak itu
membuat anak itu mengeluarkan
kat-kata yang keras. Ucapannya
membuatnya kaget hingga ingin
menampar mulut laki;laki itu.
Seketika ia sadar bahwa
tindakannya salah dan memilih
menahan kekesalan di dalam
dirinya.
12. SC/PS/E/85 “Kata-katamu tidak sopan,” suaraku melunak.
Cemas pemberitaan di surat kabar telah membuatku
lemah. Belum lagi statusku masih CPNS- calon
pegawai- rawan untuk ditunda menjadi pegwai tetap
bila belum dipandang belum layak. Dan
membayangkan wajah ibu bapakku yang begitu
bangga pada kelulusanku, membuat mata kembali
berkabut”.
Masenja mengecilkan suaranya saat
berbicara.
Masenja ingin berbicara dengan
nada yang keras karena mendengar
ucapan Iwan, namun karena
kesabarannya menahan emosi serta
mengingat berbagai pemberitaan di
surat kabar membuat Masenja
mengecilkan nada bicaranya.
13. SC/PS/E/140 “Marah itu sesuatu yang lumrah. Wajar. Tidak salah.
Namun menyikapi marah pun tak mesti dengan
cara yang kasar. Dengan sindiran kurasa lebih baik
Indar Astuti memberitahu Masenja
bahwa marah adalah sesuatu yang
lumrah dan tidak perlu dengan tindakan
Indar Astuti menasehati Masenja
perilah marah kepada murid. Ia
mengatakan bahwa marah kepada
64
dan, ehm…lebih elegan. Lebih berwibawa” yang kasar. murid adalah suatu hal yang wajar.
Namun menyikapi marah tidak
selalu dengan tindakan yang kasar,
cukup dengan bersabar dan
menahan emosi atau dengan cara
menyindir itu lebih elegan dan
berwibawa.
14. SC/PS/E/202 “Aku menghela napas. Mencoba menahan diriku
yang hampir saja memarahinya sebab tak mampu
menjaga uang itu, juga memarahi peristiwa
kehilangan yang terjadi dikelasku”
Hampir saja Masenja marah kepada
Bunga karena menghilangkan uang
pemberiannya.
Masenja berusaha bersabar
menahan emosinya untuk tidak
marah kepada Bunga karena tidak
menjaga dengan baik uang yang
telah diberikannya.
15. SC/PS/E/222 “Ingin kuhardik Tiara Alamanda dengan
kejujurannya yang meski pahit namun telah
menentramkan hatiku tapi kuurungkan demi
melihat penyesalan di wajahnya.
Masenja ingin menghardik Tiara
Alamanda namun dibatalkannya karena
kejujuran Tiara Alamanda
Masenja dapat menahan emosinya
ketika ingin menghardik Tiara
Alamanda karena kejujurannya
yang telah mencuri uang Bunga
karena Ia cemburu atas berbedanya
perlakuan Masenja kepada dirinya.
16. SC/PS/P/23 “Iya, Bu. Maafkan saya. Maafkan saya, Bu,”
ucapnya di sela tangisnya. Tubuhnya berguncang
hebat.
Kerja yang bagus! Aku menghela. Ya, aku telah
mendapatkan kebenaran dan ini patut kurayakan.
Aku merasa tugasku beres dan dalam hati kusyukuri
ini”.
Bunga meminta maaf karena telah
mencuri di kelas 9 B.
Bunga bersabar dengan meminta
maaf kepada Masenja atas
kelakuannya yang mencuri dikelas
9 B, Ia meminta maaf sambil
menangis terisak-isak, menunduk,
dan mencium tangan Masenja.
17. SC/PS/P/45 “Teringat kesepaktanku dengan Bunga Malasari agar
ia mencuci baju pakaian yang ia curi,
menyetrikanya, lalu membungkusnya dengan rapi
dan menyerahkannya padaku. Aku yang akan
menyerhkan langsung pada Farid, ditambah uang
lima belas ribu dari kantongku, sambil dengan
sungguh-sungguh meminta pengertiannya
memaafkan Bunga Malasari”
Masenja meminta maaf kepada
bapaknya Farid karena kelakuan Bunga
yang mencuri seragam Farid.
Masenja berusaha meminta
Pengertian dari Bapaknya Farid
untuk bersabar dan memaafkan
kesalahan yang dilakukan Bunga.
65
18. SC/PS/P/52 “Ehm… jadi begini Bapaknya. Saya atas nama
Bunga Malasari, anak yang mencuri pakaian Farid
memohon maaf pada Bapak. Saya harap bapak mau
mengerti, bahwa anak ini anak orang miskin. Dia
mencuri karena pakaiannya sobek. Jadi, kalau mau
mengganti baju itu rasanya tidak mungkin, Pak, ” aku
menjelaskan. Kutatap Bapaknya yang duduk
dihadapanku. Ia tampak jengah”.
Masenja mewakili Bunga meminta maaf
kepada bapaknya Farid.
Masenja mewakili Bunga dengan
ikhlas meminta maaf pada orang
tua Farid. Ia juga sabar
menjelaskan kondisi mengapa
Bunga bias sampai melakukan itu.
Hal ini dilakukan agar orang tua
Frid mengeti kondisinya dan tidak
memperpanjag permasalahan
pencurian ini.
19. SC/PS/P/82 “Saya memaafkan Bunga Malasari ada alasannya
Ibu. Dia mencuri karena terpaksa. Kalau berciuman,
saya rasa bukan karena terpaksa, kan Ibu? Iya kan,
Nak? Kupandang anak itu dengan perasaan entah.
Tak ada yang menjawab”
Masenja memiliki alasan untuk
memaafkan Bunga atas tindakannya
yang mencuri seragam temannya Farid.
Masenja bersabar dengan
memaafkan kelakuan Bunga yang
ketahuan mencuri baju Farid
dikelas 9 B, setelah mendengarkan
alasan Bunga mencuri karena baju
putih miliknya sobek dan ia kerap
diejek beberapa temannya.
20. SC/PS/P/125 “Maaf kata-kata Ayuk terlampau kejam, barangkali.
Tapi egois itu yang membuat senior merasa kau
remehkan atau kau langkahi. Mereka yang sudah
bekerja bertahun-tahun, mengabdi hingga lupa pada
apa yang telah terjadi pada orang-orang muda dan
baru luar sana, merasa tidak berarti sejak
kedatanganmu. Ehm…kau marah?”
Indar Astuti meminta maaf kepada
Masenja karena ucapannya.
Indar Astuti bersabar dengan
meminta maaf kepada Masenja
atas ucapannya yang mengatakan
bahwa Masenja adalah orang yang
egois dalam mengambil keputusan
pada saat menangani kasus
pencurian Bunga dan ia juga tidak
melibatkan guru-guru senior dalam
menghadapi kasus tersebut.
21. SC/PS/P/128 “Kalau kata-kataku terlampau kasar tadi, aku minta
maaf”
Indar Astuti meminta maaf kepada
Masenja karena ucapannya.
Indar Astuti bersabar dengan
meminta maaf kepada Masenja
jika kata-katanya sangat kasar.
22. SC/PS/P/146 “Dan aku mampu memaafkan kata-katanya di
malam itu dan bahkan setelahnya berterima kasih
ketika ia mengucapkan dengan tajam keburukkanku
Masenja memaafkan Indar Astuti
karena ucapan kasarnya.
Masenja bersabar dengan
memaafkan Indar Astuti atas
ucapannya yang begitu kasar
66
yang membuatku bagai kepiting direbus hidup-
hidup!”
mengenai sikap Masenja yang
egois dalam mengambil keputusan.
23. SC/PS/P/174 “Sejak kejadian pencurian yang membuat
keputusanku untuk membelanya menjadi kontroversi
dan kecaman beberapa senior, ia lebih terkendali. Ia
hilangkan keraguan, kecemasan, dan gelisahku
padanya setelah aku membulatkan tekad
memaafkannya”
Masenja membulatkan tekad untuk
memafkan Bunga
Masenja bersabar dengan
memaafkan Bunga atas
kelakuannya yang mencuri.
24. SC/PS/P/207 “Secara pribadi aku telah meminta maaf, sebab
sebagai rekan kerja tentu aku tak ingin
menjatuhkannya di mata anak-anak”
Masenja sudah meminta maaf kepada
Ibu Trisna.
Masenja bersabar dengan meminta
maaf kepada Ibu Trisna jika
sebagai teman kerja ada sikapnya
yang membuat Ibu Trisna
didemonstrasi anak-anak kala itu.
25. SC/PS/P/225 “Termasuk tentang pencurian ini, kau mesti
mengatakannya di depan kawan-kawan sekelasmu.
Meminta maaf, dan menjelaskan bahwa kau telah
mengembalikan uang itu”
Masenja meminta Tiara untuk meminta
maaf kepada teman-temannya.
Masenja meminta kepada Tiara
untuk bersabar dengan meminta
maaf kepada teman-teman
sekelasnya atas kesalahannya yang
telah mencuri uang Bunga dan
menjelaskan bahwa uang yang
telah Ia curi sudah dikembalikan.
26. SC/PS/P/229 “Maaf Ibu Masenja. Saya turut bersedih.
Sebenarnya pemerataan ini bagus, tapi menurut saya
seharusnya ini dilakukan pada guru-guru yang telah
lama bertugas agar mendapatkan susana belajar yang
baru,” ucap Kepala TU perlahan”
Kepala TU meminta maaf kepada
Masenja.
Kepala TU bersabar dengan
meminta maaf kepada Masenja
bahwa dia bersedih mendengar
kabar kalau Masenja dipindahkan
tugas ke sekolah lain dan Ia juga
mengatakan a bahwa pemerataan
bagus akan tetapi seharusnya
ditujukan untuk para guru yang
telah lama bertugas agar
mendapatkan suasana belajar yang
baru.
67
Kode :
SC : Satuan Cerita
PS : Perwujudan Sabar
R : Rahasia
E : Emosi
P : Pemaaf
23 : Nomor Halaman Novel
68
INSTRUMEN PENELITIAN
NILAI-NILAI KESABARAN
DALAM NOVEL AKU MASENJA KARYA RUMASI PASARIBU
(KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)
ALASAN TOKOH BERSABAR
No Kode Data Konteks Interpretasi
1. SC/DP/TJ/59 “Aku akan berdiam diri, bertafakur,
merenungi segala kejadian, mengingat
apa yang telah kulakukan , mencoba
menyimpulkan sebab akibat, dan
menarik benang merah, lalu
menyimpulkan langkah apa yang mesti
kulakukan berikutnya”.
Masenja merenungi segala kejadian
yang menimpanya dengan berdiam diri
dan bertafakur.
Masenja memiliki potensi didalam
dirinya berupa dimensi kekuatan
dan daya tahan jiwa dimana
Masenja berdiam diri dan
bertafakur, merenungi segala
kejadian yang menimpa dirinya
lalu mencoba menyimpulkan sebab
akibatnya agar dapat menentukan
langkah apa yang harus dilakukan
berikutnya.
2. SC/DP/TJ/65 “Duhai Allah, berikanlah aku
kemampuan untuk menjadi seseorang
guru. Seseorang yang digugu dan ditiru.
Seseorang yang turut membentuk
karakter manusia. Seseorang yang
mampu mengubah dunia dengan ilmunya.
Seseorang yang didengar dan menjadi
perantara titah-Nya, meski tak
sepadah jika disandingkan dengan
nabi-Nya. Ini juga sebagaian dari
dakwah, sebab yang kubinaa dalah
Masenja meminta pertolongan kepada
Allah dengan cara berdo’a.
Masenja mempercayakan semua
pada Allah. Ia meminta agar
jalannya berdakwa menjadikan
pribadi yang lebih baik lagi.
Masenja ingin menjadi perantara
yang mampu memberikan
kebaikan bagi orang lain. Hal ini
membuatnya memiliki potensi jiwa
pada dirinya.
69
sikap dan kepribadian mereka”.
3. SC/DP/TJ/76 “Astaghfirullah! Dan begitu tersadar,
aku berteriak bagai auman harimau.
Hentikan!
“Astaghfirullah,” berulang kali aku
istighfar.
Masenja berulang kali istighfar ketika
melihat muridnya berbuat mesum di
sekolah.
Masenja beristighfar berulang kali
ketika melihat muridnya
melakukan tindakan mesum di
sekolah yang membuktikan bahwa
Masenja memiliki potensi didalam
dirinya berupa dimensi kekuatan
dan daya tahan jiwa.
4. SC/DP/ TJ/83 “Aku istighfar. Berkali-kali. Dalam hati.
Kukira wajahku menjadi pias dan
badanku gemetar, namun tetap
kusembunyikan agar anak itu tak
melihatku merasa bersalah sehingga ia
besar kepala”.
Masenja bersabar dengan beristighfar. Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi kekuatan dan
daya tahan jiwa dimana dia bisa
bersabar dengan beristghfar
berkali-kali didalam hati.
5. SC/DP/TJ/112 “Agak lama aku bertafakur di musolah
ini. Kau pasti paham, tak ada tempat
paling damai selain rumah Tuhan. Disini
kau cukup mengabarkan kedatanganu,
dan biarkan Ia bekerja, mencabut seluruh
derita yang telah membuat egomu
menjerit-jerit”
Masenja merenung di musolah. Masenja merenung di musolah dan
memasrahkan diri kepada Allah
untuk mencabut segala derita yang
ia hadapi selama mengajar di
daerah perkebunan kelapa sawit di
Bengkulu Utara. Hal yang
dilakukan Masenja ini mengarah
pada potensi dalam dirinya berupa
kekuatan serta tahan jiwanya.
6. SC/DP/TJ/120-121 “Sudah lima hari kami Diklat Prajabatan.
Rutinitas padat dimulai dari salat subuh
berjamaah, olahraga pagi berjalan
Rutinitas Masenja dimulai dengan
melaksanakan salat subuh berjamaah.
Masenja melakukan kegiatan
sholat berjamaah yang membangun
daya jiwa untuk memulai aktivitas.
70
mengelilingi bundaran Fatmawati yang
mulai ramai penerbangannya, apel pagi
dan malam, serta seharian bergulat
dengan materi dari widyaiswara tentang
bela negara, etos kerja, dan berbagai hal
tentang kepegawaian serta keperibadian.
Aku mulai lupa ketegangan-ketegangan
di sekolah”
Selain sholat, ia juga berolahraga
untuk memberikan kekuatan
menjalani hari. Kegiatan yang
dilakukan ini mampu membuatnya
melupakan sejenak permasalahan
yang asa di sekolah.
7. SC/DP/TJ/121 “Ia mengganti batiknya dengan pakaian
tidur. Sementara aku baru saja selesai
salat isya dan melepas mukena”.
Masenja baru selesai melaksanakan
salat isya.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi kekuatan dan
daya tahan jiwa dimana Masenja
melakukan ibadah salat isya
dimana itu merupakan kekuatan
yang bersumber didalam jiwa
manusia.
8. SC/DP/TJ/230 “Aku berisitgfar. Tak semestinya
berprasangka atas segala kejadian dan
peristiwa yang kualami. Takdir-Nya telah
terjadi. Segalanya telah Ia siapkan
dengan matang sebelum ini”.
Masenja bersabar dengan cara
beristigfar.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi kekuatan dan
daya tahan jiwa dimana dia bisa
bersabar dengan berisitghfar.
9. SC/DP/K/24 “Aku tinggal memikirkan langkah
selanjutnya yang harus kulakukan.
Masalah ini harus kutuntaskan. Dan
segenap murid serta Mam Nina yang
menggelandang Bunga Malasari
menghadapku tentu harus diberitahu,
Masenja bersyukur dalam hati. Masenja memikirkan langkah
selanjutnya menyelesaikan
permasalahan ini. Ia bertencana
memberitahu Mam Nina dan anak-
anak untuk menyelesaikan masalah
Bunga dengan pemikiran tenang.
71
pasti mereka akan mencari tahu.” Hal ini menujukkan bahwa
Masenja cerdas dalam mengambil
keputusan dengan memberitahukan
pemikirannya pada Mam Nina dan
anak-anak agar tidak terjadi
permasalahan dikemudian hari.
10. SC/DP/K/25 “Kau tahu, aku selalu sekolah di
sekolah-sekolah favorit, mendapat
juara, dan menjadi mahasiswa lulusan
terbaik yang membuat bapak dan ibu
menitikkan air mata begitu aku
mendapat piagam penghargaan dan
foto bersama rektor universitas ketika
wisuda”.
Masenja orang yang pintar dalam hal
akademis.
Masenja memiliki kecerdasan
terbukti bahwa ia mampu
bersekolah disekolah-sekolah
favorit, mendapat juara, serta
menjadi mahasiswa lulusan terbaik
dan mendapatkan piagam
penghargaan dari universitas ketika
ia wisuda.
11. SC/DP/K/25 “Dapatkah kau bayangkan, di tengah isu
KKN pada pengangkatan pegawai di
republik ini, saat mustahil rasanya aku
lulus tanpa korupsi, kolusi, juga
nepotisme? Takdir telah berjalan seperti
yang telah ditetapkan-Nya”.
Masenja lulus murni tes pegawai tanpa
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN).
Kutipan tersebut menggambarkan
ketidakpercayaan Masenja akan
kecerdasannya yang mampu
melawan KKN dalam
penggangkatan pegawai. Tapi ia
sadar bahwa takdir akan membawa
kebaikan jika dilakukan dengan
baik.
12. SC/DP/K/26 “Gemetar, kuserahkan surat kabar itu
pada kakakku Gadis Utami untuk
membaca ulang. Dan kakakku terpekik
haru, sujud syukur berterima kasih pada
Gadis Utami kakaknya Masenja
bersyukur atas keberhasilan adiknya
Masenja.
Gadis Utami memiliki potensi
didalam dirinya berupa kecerdasan
dengan cara bersyukur (sujud
syukur) berterima kasih kepada
72
Penggenggam Takdir”. Allah atas keberhasilan adiknya
Masenja lulus tes pegawai di
Kabupaten Bengkulu Utara.
13. SC/DP/K/27 “Betapa bahagia wajah ibu yang langsung
mengadakan acara syukuran hari itu
juga, mengundang para tetangga dan
sanak keluarga”.
Ibu Masenja bersyukur atas
keberhasilan Masenja.
Ibunya Masenja memiliki potensi
didalam dirinya berupa kecerdasan
dengan cara bersyukur
(mengadakan acara syukuran)
dengan mengundang tetangga dan
sanak keluarga atas keberhasilan
anaknya Masenja yang telah lulus
murni saat tes pegawai negeri di
Kabupaten Bengkulu Utara.
14. SC/DP/K/98 “Berulangkali aku menarik napas dengan
mata berbinar. Mendengar cerita
bapaknya Iwan, diam-diam aku berucap
syukur. Darah ku tiba-tiba mengalir
keseluruh tubuh, membuat pucat di
wajahku lenyap. Hangat menyergap,
mengusir beku yang menyelimuti
jemariku sedari tadi. Pemikiran bahwa
apa yang ku khawatirkan tentang HAM
sungguh tak terbukti. Ini membuat panas
dingin ditubuhku menguap”.
Masenja bersyukur karna
kekhawatirannya tentang HAM tidak
terbukti.
Masenja memiliki potensi didalam
dirinya berupa kecerdasan dengan
cara bersyukur (berucap syukur)
karna kekhawatirannya tentang
HAM tidak terbukti. Setelah
mendengar cerita dari Bapanya
Iwan, bahwa Bapaknya Iwan telah
menghajar Iwan habis-habisan
setelah mengetahui kelakuan Iwan
yang melakukan tindakan mesum
di sekolah.
15. SC/DP/K/115 “Ah. Terima kasih, Allah. Waktu dua
minggu ikut Diklat di Badiklat Provinsi
kukira sebagai cara-Nya meredakan
Masenja bersyukur dengan mengucap
terima kasih kepada Allah.
Masenja memiliki potensi didalam
dirinya berupa kecerdasan dengan
cara berterima kasih kepada Allah
73
ketegangan-keteganganku”. (Bersyukur) karena telah
memberikan kesempatan untuk
mengikuti diklat selama dua
minggu dan meredakan
ketegangannya terhadap masalah-
masalah yang ada disekolah.
16. SC/DP/K/121 “Saya dengar kamu lulusan terbaik
dikampus. Dan prajabatan kali ini kamu
adalah peserta termuda, entah kenapa,
Ibu Indar mengatakan hal itu ketika kami
berada di kamar kelelahan sepulang dari
apel malam”.
Masenja adalah mahasiswa lulusan
terbaik dikampusnya.
Masenja memiliki potensi didalam
dirinya berupa kecerdasan terbukti
Ia menjadi mahasiswa lulusan
terbaik dikampusnya.
17. SC/DP/K/124 “Dan kadang-kadang dunia kerja tidak
membutuhkan ijazah lulusan terbaik,
Dik. Bukan berarti ijazahmu tidak
berguna bukan! Sebab dengan ijazah itu
kau bisa lulus murni”
Masenja adalah mahasiswa lulusan
terbaik dikamusnya.
Masenja memiliki potensi didalam
dirinya berupa kecerdasan dimana
ia menjadi lulusan terbaik dan
dapat lulus murni saat tes pegawai
negeri.
18. SC/DP/K/127 “Aku bersyukur setelah menyadari
bahwa pikiranku meleset”.
Masenja bersyukur bahwa apa yang ia
pikirkan salah.
Masenja memiliki potensi didalam
dirinya berupa kecerdasan dengan
cara bersyukur bahwa apa yang ia
pikirkan tentang Indar Astuti salah.
19. SC/DP/K/237 “Penerimaan akan takdir telah kumulai di
pagi-pagi setiap kubuka kedua mata dan
hanturkan syukur pada-Nya”.
Masenja bersyukur. Masenja memiliki potensi didalam
dirinya berupa kecerdasan dengan
cara bersyukur karena telah
menerima takdir yang telah Allah
berikan dimulai pagi hari ketika
74
membuka mata.
20. SC/DP/Ss/15
“Mobil berguncang-guncang. Jalanan
dipenuhi bebatuan sebesar kepalan
tangan. Begini seterusnya hingga tiba
di sekolah. Bila mengenakan motor, aku
yakin takkan kuat untuk
mengendalikanya, sebab guncangan amat
berat dan bisa membuat ban sepeda
motor bercericit lari. Akibatnya tentu
akan terjatuh. Dan perjalanan ini harus
ditempuh selama hampir lima kilo.”
Masenja bersabar ketika mobil menuju
sekolah berguncang.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia dapat bersabar menjalani
hidupnya sebagai guru yang setiap
harinya harus menempuh
perjalanan hampir lima kilo
menggunakan mobil yang
berguncang-guncang selama
perjalan kesekolah karena jalanan
yang dipenuhi dengan bebatuan
besar.
21. SC/DP/ Ss/28 “Aku mengontrak sebuah rumah kos di
pasar Unit 6, Kecamatan Padang Jaya.
Bersebelahan dengan pemilik rumah
yang bekerja sebagai petani sawit, yang
kebunnya searah dengan sekolahku.
Agak jauh memang dari sekolah tapi
tak mengapa.”
Masenja bersabar walaupun mengontrak
rumah.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia dapat bersabar hidup
mengontrak disebuah rumah kos di
pasar unit 6 dan untuk kesekolah
tempatnya mengajar jaraknya juga
agak lumayan jauh.
22. SC/DP Ss/33 “Tak ada surat keluar sekolah untuk
Bunga. Tak ada panggilan orang tua.
Juga tak ada caci maki dan hukuman di
depan seluruh warga sekolah sebagai
shock theraphy, seperti saran beberapa
senior. Bagai kertas putih, tak ada
coretan sama sekali. “Bapak tahu saya
Masenja bersabar saat dihujat Bapak
dan Ibu guru serta beberapa orang tua.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar saat dihujat oleh
Bapak dan Ibu guru, siswa kelas 9
B, serta beberapa orang tua yang
mengetahui bahwa Masenja
membela Bunga (anak yang
75
dihujat oleh bapak dan ibu guru, serta
siswa kelas 9, serta beberapa orang
tua siswa yang tahu kejadian itu,
sebab keputusan saya kemarin?”.
ketahuan mencuri di kelas 9).
23. SC/DP/Ss/55 “Kali ini darahku mendidih hingga
hampir-hampir aku menghardiknya
dengan kasar. Tapi teringat janji pada
diriku sendiri, janji pada seluruh dewan
guru, juga rasa malu yang mesti
kutanggung bila ternyata aku gagal
setelah mati-matian membelanya aku
melunakkan suaraku”.
Masenja bersabar dengan melunakkan
suaranya.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar dengan tidak
menghardrik kasar Bunga yang
telah membuat malu jika Masenja
gagal setelah mati-matian membela
Bunga yang ketahuan mencuri di
kelas 9.
24. SC/DP/ Ss/65 “Guru-guru tak begitu lagi tertarik untuk
turut campur, dan beberapa sempat
mencibir, “kita lihat nanti” atau “kita
lihat saja apa yang akan dilakukannya!”
Tapi aku tak perlu menggubrisnya,
membuat anggapan-anggapan juga
praduga-praduga yang merusak isi
kepalaku”.
Masenja bersabar dengan tak
menggubris omongan guru-guru lain.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar dengan tidak
mempedulikan omongan guru-guru
yang membicarakannya.
25. SC/DP/Ss/84 “Mataku berembun. Namun rasa malu
bila tampak lemah dengan menangis
membuatku menahan-nahan perasaan
sedihku. Aku harus kuat. Sebab disini
aku tak tahu bagaimana rekan-rekan
sejawat menerima kehadiran dan
Masenja bersabar dengan menahan rasa
sedihnya.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar dengan tidak
menunjukan kesedihannya dan dia
harus kuat menghadapi rekan kerja
yang tidak suka dengan kelakuan
76
tindakanku”. Masenja yang membela Bunga
yang telah mencuri di kelas 9.
26. SC/DP/Ss/111 “Aku tak habis pikir, Ibu Yanusa yang
kukira akan membelaku atau bersama-
sama denganku memberi penjelasan pada
kepala sekolah, melimpahkan
kesalahan itu sepenuhnya padaku.
Bahkan ia menyerangku. Disela rintik
air mata yang jatuh di lembah wajah, aku
teringat mam Nina yang terang-terangan
menentangku”.
Masenja bersabar walaupun Ibu Yanusa
melimpahkan kesalahan kepadanya.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar walaupun Ibu
Yanusa menyalahkan Masenja
yang tidak memberikan surat
panggilan resmi kepada orangtua
Tiara Alamanda sehingga orangtua
Tiada Alamanda tidak datang ke
sekolah.
27. SC/DP/ Ss/114 “Aku harus kuat. Segalanya harus
kuhadapi meski seorang diri. Aku akan
menemukan jalan untuk keluar dari
situasi ini. Keteganggan-ketegangan ini,
pasti akan berakhir. Aku menguatkan
hatiku yang sudah tak berbentuk lagi”.
Masenja menguatkan dirinya dalam
menghadapi berbagai masalah.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar setelah
menghadapi berbagai
permasalahan yang menimpanya
selama mengajar di daerah
perkebunan kelapa sawit di
Bengkulu Utara. Dia berpikir apa
yang dijalaninya sekarang akan
berakhir dan berganti dengan
kebahagiaan.
28. SC/DP/ Ss/125 “Aku menghela. Kencang. Dadaku
berderap mendengar kata-katanya.
Seorang Indar Astuti yang baru kukenal
beberapa hari, yang stok senyum teramat
Masenja bersabar walaupun mendengar
ucapan Indar Astuti.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar setelah
mendengar ucapan dari Indar
77
banyak disela bibirnya, mengucapkan
kata-kata yang membuatku bagai
persakitan. Aku lemas. Marah, sedih,
juga malu yang bercampur-campur,
mengobrak-abrik kesadaranku”.
Astuti yang telah mengobrak-abrik
perasaan Masenja.
29. SC/DP/ Ss/148 “Kurasakan mereka masih menampakkan
ekspresi yang sama seperti hari-hari dulu.
Tapi sudahlah masa sebelum
prajabatan kuanggap masa lalu sebab
aku merasa belum cerdas waktu itu.
Masa-masa sebelum prajabatan adalah
masa-masa jahiliyah, dan aku bertekad
hijrah”.
Masenja bersabar meskipun guru-guru
menampakkan ekspresi tidak suka
dengannya.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar meskipun guru-
guru menampakkan ekspresi tidak
suka kepada Masenja karena
merasa tidak dihargai oleh
Masenja.
30. SC/DP/ Ss/160 “Aku tetap tenang. Aku tonggak bagi
anak-anakku. Dan aku telah berjanji
dalam hati sejak demontrasi itu, aku akan
berada di depan, di tegah, sekaligus di
belakang mereka. Terkadang
kegelisahan dan benturan-benturan
membuat seseorang menjadi terbiasa
dan tak gubris. Aku telah kenyang
dengan ketegangan”.
Masenja bersabar dengan segala
kegelisahan dan benturan-benturan yang
membuat dirinya terbiasa.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar dengan segala
permasalahan yang dihadapinya
dan membuat Masenja menjadi
terbiasa.
31. SC/DP/ Ss/161 “Wajahnya kusust. Ia menatapku dengan
tajam, seakan hendak menerkam dan
mencabik-cabik kulit serta dagingku
untuk dilahap. Aku tetap tenang dan
Masenja besabar dengan bersikap
tenang terhadap kemarahan Ibu Trisna.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar dengan bersikap
tenang terhadap kemarahan Ibu
78
menganggap kemarahannya sebagai
kewajaran”.
Trisna yang menganggap Masenja
menjadi dalang Ibu Trisna
didemonstrasi oleh murid-murid.
32. SC/DP/Ss/165 “Jangan turutkan nafsu yang
mengajakmu membenci pula, Sayang.
Semuanya wajar. Guru-guru marah, itu
wajar. Kau sedih pun wajar. Menandakan
bahwa kau adalah makhluk sosial. Kau
membutuhkan orang lain. Tetap sapa,
senyum, dan salam rekan-rekanmu.”
Masenja adalah makhluk sosial yang
memerlukan orang lain.
Masenja harus menahan
kebencian, bagaimana pun ia harus
beradaptasi dengan kondisi dan
siatuasi yang ada di sekolah.
Walaupun ia benci, tapi tak bisa
selamanya. Ia akan memerlukan
orang lain untuk hidupnya kelak.
33. SC/DP/Ss/183 “Dan akhir-akhir ini, pemahamanku
tentang kehidupan serta tentang
kehampaan yang kurasakan membuatku
mulai menyederhanakan jiwaku. Aku
telah belajar menerima segalanya
sebagai siklus yang harus kulewati,
sebagaimana ketegangan-ketegangan
yang bermula di tahun ini—setelah aku
menjadi guru, seorang yang mestinya
memiliki sikap dan keteladanan lebih
dibandingkan profesi lain—yang satu
persatu kulalui”.
Masenja bersabar dengan belajar
menerima segala permasalahan sebagai
siklus yang harus dilewati.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
Ia telah belajar menerima segala
permasalahan yang menimpanya
selama mengajar sebagai siklus
yang memang harus dilewati.
34. SC/DP/Ss/185 “Tapi sudahlah! Seperti yang telah
kukataan, aku telah terbiasa dengan
ketegangan dan gelisah. Tak akan lagi
Masenja bersabar karena telah terbiasa
dengan ketegangan dan gelisah.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar dan merasa telah
79
kubiarkan ia merobek-robek
kesadaranku, jiwa, dan hidupku” .
terbiasa dengan ketegangan dan
gelisah yang menimpanya.
35. SC/DP/Ss/186 “Aku menertawakannya kala itu,
menolaknya agar tak menangis, sebab
tradisi menyatakan bahwa lelaki tak
boleh cengeng. Lelaki tak boleh gentar,
meski perempuan juga mestinya tak
boleh gentar dalam mengarungi hidup.
Sebab kesabaran dan kegigihan dalam
menjalani hidup tak pernah
dibedakan antara lelaki dan
perempuan” .
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar karena kegigihan
dalam menjalani hidup tidak
pernah dibedakan antara laki-laki
dan perempuan.
36. SC/DP/Ss/195 “Ah, semua kejadian telah membuatku
getir. Sekolah terlampau nyaman, meski
guru tak respek dan beberapanya
kuhindari agar tak bersitatap atau
bicara dengannya”.
Masenja bersabar dengan cara
menghindari.
Masenja memiliki potensi didalam
diri berupa dimensi sosial dimana
dia bisa bersabar dengan cara
menghindari bersitatap atau bicara
dengan Mam Nina, Ibu Yanusa,
dan Ibu Trisna yang tidak
menyukai Masenja.
37. SC/DP/Ss/195 “Tapi sungguh, aku tak memusuhi
mereka. Kau mestinya lebih paham,
bahwa pertemuan dengan berbagai
manusia adalah proses mendewasakan
hidup. Tetap bersuka cita dengan apa
yang ditampakkan orang lain adalah
tanda kearifan.”
Masenja bersabar dengan tidak
memusuhi guru-guru lain.
Masenja paham bahwa di dunia ini
ia akan menemui berbagai macam
orang. Orang-orang yang datang
itulah yang akan mendewasannya.
Hal ini menunjukkan bahwa dia
harus memiliki jiwa sosial yang
peka terhadap lingkungan sekitar.
Kode :
80
SC : Satuan Cerita
DP : Dimensi Potensial
TJ : Tahan Jiwa
K : Kecerdasan
Ss : Sosial
83 : Nomor Halaman Novel
81
INSTRUMEN PENELITIAN
NILAI-NILAI KESABARAN
DALAM NOVEL AKU MASENJA KARYA RUMASI PASARIBU
(KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)
DAMPAK KESABARAN
No Kode Data Konteks Interpretasi
1. SC/DK/KD/10 “Ah, tidak apa-apa,” ucapanku
perlahan dengan dada hampir
meledak. Tanganku tiba-tiba dingin dan
tubuhku gemetar . Aku kehilangan kata.
Ku ambil minum dan buru-buru
meludeskannya untuk meredakan
jantungku yang berlompatan”.
Masenja mengontrol dirinya agar tidak
ketahuan bahwa perasaannya senang
mendengar nama Habil Sanjaya.
Masenja digambarkan mengontrol
emosinya dengan minum. Hal ini
dilakukan agar emosinya tidak
meluap kepada sesuatu yang tidak
baik bagi dirinya maupun orang
lain. Apa yang diucapkan tidak
sesuai dengan apa yag dilakukan
oleh Masenja saat emosinya
memuncak.
2. SC/DK/KD/20 “Tujuh bulan yang lalu, tepatnya setelah
tiga bulan aku berada di sekolah yang
teramat tenang ini, aku ditunjuk menjadi
wali kelas. Agak terkejut, namun aku
tak menolak. Kusambut dengan
sumiringah, sambil mengira-ngira apa
saja yang harus kulakukan sebagai ibu
kedua bagi anak-anakku”.
Masenja terkejut saat mengetahui
bahwa dirinya ditunjuk menjadi wali
kelas setelah ia 3 bulan ditugaskan
mengajar di sekolah.
Masenja menerima dengan senang
hati apa yang ada. Mungkin
awalnya sulit, namun ia tetap
optimis dengan tugasnya.
Senyuman itu menanndakan dia
mau mengontrol keterkejutannya
dalam menghadapi situasi.
82
3. SC/DK/KD/33 “Bimbang yang kerap hadir dalam diri
seorang perempuan yang mengedapankan
perasaan. Namun keptusanku untuk
tetap mempertahankan Bunga
Malasari dan membinanya, adalah
logika yang kudapatkan dari bergelut
dengan ilmu dan matematika”.
Masenja bimbang saat memutuskan
untuk membela Bunga yang ketahuan
mencuri dikelas 9 B.
Masenja mengontrol diri dengan
tetap pada keputusannya untuk
membantu Bunga. Apapun
hasilnya nanti, ia akan menerima
konsekuensinya. Ia juga dapat
mengontrol kebimbangan pada
dirinya.
4. SC/DK/KD/40 “Hari ini Tiara Alamanda duduk manis
dihadapanku. Rambutnya tergerai lurus.
Indah, namun terlihat kaku. Kurasa ia
telah meluruskannya. Wajahnya manis
sebenarnya, tapi teralu dini dipoles
membuat keantikannya terlampau dibuat-
buat dan tampak norak untuk anak
seusianya. Keremajaan kulitnya dipaksa
dewasa”.
“Kamu tahu kenapa Ibu panggil?”
“Wajah dihadapanku ini menggeleng
sambil memandangku”
Dandananmu berlebihan untuk anak usia
SMP,” ucapku langsung dan tegas.
Aku terbiasa berkata-kata tanpa basa-
basi.”
Masenja menasehati Tiara Alamanda
yang berdandan berlebihan saat di
sekolah secara langsung dan tegas tanpa
basa-basi.
Masenja dapat mengontrol
ucapannya saat mengatakan bahwa
Tiara terlalu berlebihan dalam
berdandan, mengingat usianya
yang masih remaja. Ia langsung
mengucapkannya dengan tegas
tanpa perlu basa-basi terlebih
dahulu.
5. SC/DK/KD/44 “Saya tahu, Ibu. Saya mengerti. Saya
baru menjadi guru. Dan saya juga baru
Masenja meyakinkan guru-guru untuk
membina Bunga yang ketahuan mencuri
Masenja dapat mengontrol diri
dengan memilih suatu tindakan
83
mengenal lingkungan di sini. Saya masih
butuh bimbingan Bapak dan Ibu. Tapi,
untuk kasus Bunga Malasari, izinkan
saya membinanya”.
di kelas 9 B. yang diyakininya didepan guru-
guru dan meminta bimbingan
untuk membina Bunga siswa yang
ketahuan mencuri di kelas 9 B.
6. SC/DK/KD/53 “Aku mengakui, sebenarnya alasan guru-
guru yang menolak keputusanku, juga
alasan yang disampaikan Bapak Farid tak
mampu kubantah. Sebab semuanya logis
dan tidak salah. Tapi aku, juga
mempunyai alasan yang tepat dan juga
masuk akal meski dari sudut pandang
berbeda”.
Masenja mempunyai alasan untuk
membela Bunga yang ketahuan
mencuri.
Masenja mengontrol diri dengan
mengelola informasi penting atau
tidak penting dalam memilih suatu
tindakan yang diyakininya untuk
membela Bunga karena Masenja
mempunyai alasan yang tepat dan
masuk akal walaupun dari sudut
pandang yang berbeda.
7. SC/DK/KD/55 “Semula ingin kupanggil ia di jam
istirahat, namun ramainya ruang guru
membuatku tak akan leluasa berbicara
dengannya. Maka keputusanku
memanggilnya di saat jam belajar.
Resiko terburuk ias tertinggal sedikit
materi pelajaran, namun baiknya aku
bisa bicara tanpa didengar guru lain”.
Masenja memutuskan memanggil
Bunga saat jam pelajaran agar
pembicaraannya tidak didengar guru-
guru lain.
Masenja mengontrol diri dengan
mengelola informasi penting atau
tidak penting dalam memilih suatu
tindakan yang diyakininya untuk
memanggil Bunga pada saat
belajar agar lebih leluasa berbicara
walaupun keputusannya berakibat
Bunga ketinggalan sedikit materi
pelajaran.
8. SC/DK/KD/57 “Analisisku ia mencuri karena tak punya
uang, maka ia harus dibantu dengan
uang agar tak mencuri lagi”
Masenja menganalisis bahwa Bunga
mencuri karena tidak punya uang dan ia
membantu Bunga dengan uang.
Masenja mengontrol diri dengan
mengelola informasi penting atau
tidak penting dalam memilih suatu
tindakan yang diyakininya bahwa
84
Bunga mencuri karena tidak punya
uang dan Masenja membantu
dengan memberikan uang kepada
Bunga agar ia tidak mencuri lagi.
9. SC/DK/KD/65 “Guru-guru tak begitu lagi tertarik untuk
turut campur, dan beberapa sempat
mencibir, “kita lihat nanti,” atau “kita
lihat saja apa yang akan dilakukannya!”
Tapi aku tak mengubrisnya, membuat
anggapan-angapan juga praduga-
praduga yang merusak isi kepalaku”.
Masenja tidak menghiraukan omongan-
omongan guru-guru agar tidak terjadi
anggapan serta praduga yang merusak
pikiran Masenja.
Masenja mengontrol diri dengan
mengelola informasi penting atau
tidak penting dalam memilih suatu
tindakan yang diyakininya untuk
tidak menghiraukan cibiran guru-
guru saat Masenja menangani
kasus Bunga yang mencuri di kelas
9 B dan membelanya.
10. SC/DK/KD/74 “Tiba-tiba aku teringat pada seragam
putih yang terbungkus kertas koran yang
diserahkan Bunga Malasari tadi pagi. Ah,
aku lupa menyerahkannya pada Farid,
murid kelas 9 B itu. Aku Kembali ke
ruang guru dan mengambilnya. Setelah
itu aku berjalan menuju ruang kelas 9 B,
untuk menyerahkannya pada Farid.
Namun diperjalanan aku ragu . Tak
baik rasanya menyerahkan pakaian itu
didepan teman-teman Farid, sebab ini
sama saja dengan memberitahukan
mereka bahwa Bunga Malasari-lah
pencurinya”
Bunga menyerahkan pakaian yang ia
curi kepada Masenja untuk diberikan
lagi kepada Farid.
Masenja mengontrol diri dengan
mengelola informasi penting atau
tidak penting dalam memilih suatu
tindakan yang diyakininya untuk
tidak menyerahkan pakaian Farid
yang dicuri Bunga didepan teman-
teman Farid agar Bunga tidak
ketahuan mencuri di kelas 9 B.
85
11. SC/DK/KD/86 “Besok bawa orang tua kalian kesini.
Ingat, harus orang tua, tak boleh
diwakilkan.” Ucapku akhirnya.
Kesadaranku untuk berpikir cepat
membuatku segera mengambil
keputusan”.
Masenja berpikir cepat dalam
mengambil keputusan.
Masenja mengontrol diri dengan
mengelola informasi penting atau
tidak penting dalam memilih suatu
tindakan yang diyakininya untuk
mengambil keputusan dengan
memanggil kedua orang tua Tiara
Alamanda dan Iwan agar datang ke
sekolah dan tidak boleh diwakilkan
untuk memberitahukan kelakuan
mesum Tiara dan Iwan di sekolah.
12. SC/DK/Rs/84 “Mataku berembun. Namun rasa malu
bila tampak lemah dengan menangis
membuatku menahan-nahan perasaan
sedihku. Aku harus kuat. Sebab disini
aku tak tahu bagaimana rekan-rekan
sejawat menerima kehadiran dan
tindakkanku”
Masenja menahan perasaan sedih dan
menyakinkan bahwa dirinya kuat.
Masenja dapat bersabar dalam
menghadapi masalah dan bangkit
dari situasi yang sulit (resiliensi)
karena Masenja kuat dan tidak
menunjukan kesedihannya didepan
orang lain.
13. SC/DK/Rs/96 “Aku benar-benar khawatir. Namun
ketegangan-ketegangan yang bertubi
pada akhirnya membuatku pasrah dan
bepikir apa pun yang akan terjadi,
terjadilah. Aku melangkah ke ruang BK,
sambil mengingat doa di waktu sepertiga
malam setelah bermimpi yang semoga
diijabah-Nya”.
Masenja pasrah saat menghadapi
masalah yang bertubi-tubi karena ia
berpikir bahwa apupun yang terjadi
akan tetap terjadi.
Masenja dapat tabah dalam
menghadapi masalah yang bertubi-
tubi karena Masenja sudah pasrah
dan berpikir apapun yang terjadi
maka tetap akan terjadilah.
86
14. SC/DK/Rs/114 “Aku harus kuat, Segalanya akan
kuhadapi meski seorang diri. Aku
akan menemukan jalan keluar dari
situasi ini. Ketegangan-ketegangan ini
pasti akan berakhir. Aku menguatkan
hatiku yang sudah tak berbentuk lagi”
Masenja menghadapi segala
permasalahan seorang diri dan
menyakini bahwa semuanya akan
berakhir.
Masenja dapat tabah dalam
menghadapi masalah dengan
menguatkan hatinya dalam
menghadapi segala masalah dan
mencoba mencari jalan keluar dari
masalah yang ada.
15. SC/DK/Rs/161 “Wajahnya kusut. Ia menatapku dengan
tajam, seakan hendak menerkam dan
mencabik-cabik kulit serta dagingku
untuk dilahap. Aku tetap tenang dan
menganggap kemarahannya sebagai
kewajaran”.
Masenja tetap tenang dan menganggap
kemarahan Ibu Trisna adalah sebuah
kewajaran.
Masenja dapat tabah dalam
menghadapi masalah dan bangkit
dari situasi yang sulit (resiliensi)
karena Masenja menganggap
marahnya Ibu Trisna adalah suatu
kewajaran.
Kode :
SC : Satuan Cerita
DK : Dampak Kesabaran
KD : Kontrol Diri
Rs : Resiliensi
10 : Nomor Halaman Novel