Post on 04-Nov-2019
181
Lampiran 1
KLASIFIKASI DATA STRATEGI MENGURANGI KERUGIAN ORANG
LAIN PADA TUTURAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN
A. Meningkatkan rasa tertarik terhadap lawan tutur (Intensity interest to H)
(12) Nanti, kamu bisa duduk di bangku depan dan bisa melihat-lihat
pemandangan yang bagus. Kamu belum pernah kan?” bujuk Sim lagi
(Setyawan, 2012:16).
(23) “Oh, coba cek Le, itu ada uang di bawah bantal. Kamu hitung. Cukup
tah?” kata Ibuk dengan semangat (Setyawan, 2012:60).
(34) “Insya Allah ada, Mbak Nah, Butuh berapa?” tanya Bang Udin
(Setyawan, 2012:88).
(66) “Lah, kemarin kan baru transfer. Kamu juga harus nabung buat hidupmu
Le. Buat siap-siap kalau punya keluarga entar. Sudah punya pacar tah?”
tanya Ibuk (Setyawan, 2012:187).
(73) “Tapi suasananya berbeda dengan Manhattan, loh. Kamu pikir dulu deh.
Apartment kamu yang di 88th Street tuh really good deal. Great location.
Kamu nggak akan kangen jogging di Central Park?” Swan mencoba
meyakinkan (Setyawan, 2012:206).
B. Mencari kesepakatan (Seek Agreement)
(1) “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini
ya,” kata Mbok Pah (Setyawan, 2012:2).
(2) “Kamu mau tah aku jodohin dengan Cak Ali. Dia sudah punya kios
sendiri buat jalan tempe, loh. Wis mateng wong-e.” (Setyawan, 2012:3).
182
(7) “Hari sabtu aku ke sini lagi ya? Aku jemput jam 5 sore. Kita pergi lihat
layar tancep di lapangan Desa Sisir. Ada film India bagus!” ajak Sim
bersemangat (Setyawan, 2012:13).
(8) “Aku tanya Mbok Pah dulu ya. Ati-ati di jalan Mas,” jawab Tinah
(Setyawan, 2012:13).
(9) “Minggu depan ada filmnya Rhoma Irama. Katanya bagus juga! Nonton
lagi ya. Aku traktir lagi,” rayu si playboy pasar (Setyawan, 2012:14).
(10) “Nah, besok mau ikut aku ke Pujon tah?” tanya Sim (Setyawan,
2012:15).
(11) “Aku sudah bisa narik angkot sendiri sekarang. Kamu bisa ikut main ke
Pujon, kalau mau!” tawar Sim (Setyawan, 2012:15).
(18) “Gini, Nah, kamu pikirkan ya. Iki serius. Iki uripmu. Mbok suka sama si
Sim tapi Mbok juga belum yakin. Lek Hari entar malam mau ke rumah,
mau nanya ke kamu langsung.” (Setyawan, 2012:22).
(28) “Yang sabar dulu ya. Hidupmu sekarang susah. Tapi percaya aku, Nah.
Anak lanang yang ada di belakangmu itu kelak akan membahagiakanmu,”
pesan Mbah Carik (Setyawan, 2012:81).
(29) “Begini, Mbak Nah, bawa Bayek pulang dulu. Kita tunggu sampai siang
nanti ya,” saran Dokter Etik (Setyawan, 2012:83).
(30) “Anak ini tidak apa-apa, Nah. Masih istirahat. Kita tunggu sampai azan
Zuhur ya. Sekarang kita berdoa,” kata Mbah Carik (Setyawan, 2012:83).
(35) “Ni, habis ini kita ke Bata ya, Nduk,” ajak Ibuk bersemangat (Setyawan,
2012:89).
(42) Harga emas lumayan, Nah. Sebentar aku tanyakan ya?” kata Mak Gini
sembari menyerahkan gelang kepada petugas Pegadaian (Setyawan,
2012:120).
183
(43) “Yek, mau beli orog-orog tah sebelum pulang?” tawar Mak Gini
sebelum mereka berpisah (Setyawan, 2012:120).
(46) “Buk, ini uang yang dikado tamu kemarin. Simpan ya, Buk. Kalau ada
sisa, beliin sepeda buat Bayek,” kata Bayek setelah bangun tidur
(Setyawan, 2012:129).
(49) “Le, selalu nabung ya. Sedikit-sedikit. Buat masa depanmu. Kalau belum
cukup untuk biaya hidup di Jakarta, tidak usah mengirim uang lagi. Insya
Allah, Bapak masih bisa membiayai Nani dan Mira. Isa juga telah bantu
banyak,” pesan Ibuk (Setyawan, 2012:140).
(51) “Gini, Yek. Gue pikir lu sudah mandiri di sini sekarang. Sudah bisa tinggal
di apartemen sendiri. Tapi kalau lu suka, lu bisa tinggal di apartemen
ini saja.” (Setyawan, 2012:150).
(55) “Buk, aku juga barusan transfer. Buat bayar hutang ke Tante Bewah, uang
yang aku pakai untuk berangkat ke sini. Sisanya buat Ibuk dan Bapak
ya,” kata Bayek (Setyawan, 2012:153).
(57) “Buk, sisa uangnya untuk Mira kuliah dan nabung buat bangun
rumah kita nanti,” kata Bayek (Setyawan, 2012:165).
(58) “Cukup untuk berminggu-minggu, Le. Jangan lupa taruh di kulkas ya,”
pesan Ibuk di bandara (Setyawan, 2012:178).
(59) “Yek, Bapak baru saja nabrak mobil di Pasuruan! Tapi kamu tenang ya.
Alhamdulillah, Bapak tidak apa-apa. Kita sudah urus di kantor polisi,”
kabar Nani mengagetkan Bayek (Setyawan, 2012:180).
(60) “Le, kamu jangan panik ya. Bapakmu tidak apa-apa. Mbak Nani sudah
mengurusi semua,” kata Ibuk yang kini berbicara di telepon (Setyawan,
2012:180-181).
(68) “Ah, kalau itu gampang. Entar saja Buk… Buk, Bapak kana ada sedikit
tanah warisan di Yogya. Daripada dianggurin, Mbak Nani menyarankan
untuk dibuat kos-kosan. Uang yang aku transfer buat itu ya, Buk!” kata
Bayek (Setyawan, 2012:187).
184
(70) “Perhaps, you should try yoga,” kata Esther (Setyawan, 2012:192).
(71) “I used to be so stressed out a lot in my work and yoga does help me. You
should definitely try it,” lanjut Esther (Setyawan, 2012:192).
(73) “Tapi suasananya berbeda dengan Manhattan, loh. Kamu pikir dulu deh.
Apartment kamu yang di 88th Street tuh really good deal. Great location.
Kamu nggak akan kangen jogging di Central Park?” Swan mencoba
meyakinkan (Setyawan, 2012:206).
(75) Kalau butuh teman ke dokter, ajak teman kantormu, atau ajak Swan. Benar
ya Le,” nasihat Ibuk (Setyawan, 2012:208).
(81) “Stttt… Om mau nulis buku buat kalian semua. Kalau sudah gedhe,
entar mesti baca ya!” seru Bayek (Setyawan, 2012:234).
(87) “Pak, mata kanannya ditutup dulu saja ya, biar gak tambah pusing…,”
saran Nani (Setyawan, 2012:253).
C. Berkelakar atau membuat lelucon (Joke)
(85) “Wah, paling kangen sama Ibuk saja. Tuh kan, langsung sembuh setelah
dokter cintanya sudah datang,” canda Mira (Setyawan, 2012:249).
D. Bersikap optimistik (Be optimistic)
(13) Kalau duduk di depan, biasanya tidak muntah. Jangan khawatir. Kamu
pasti senang. Kayak kita lihat film dulu,” rayu Sim (Setyawan, 2012:16).
(22) “Oh, besok tanggal 10 ya? Besok ya, Yek. Besok. Pasti ono kok!” kata
Ibu, memeriksa lembaran berisi laporan SPP (Setyawan, 2012:60).
(52) “Next month, rencananya gue pindah ke Australia, Yek. You’ll be fine.
Teman-teman di kantor pada suka sama lu. Don’t worry.” (Setyawan,
2012:150).
(54) “Bisa, Le. Percaya sama Ibuk. Kamu udah dipercaya ke sana, pasti kamu
bisa,” kata Ibuk meyakinkan Bayek (Setyawan, 2012:152).
185
(64) “I knowww… but seriously, let’s hang in there. This is a good place for us
to grow up professionally eventhough stress is everyday hitting us hardly. I
think we can handle it. We’ll be a stronger person once we can go
through this!” kata Bayek (Setyawan, 2012:184).
(67) “Oalah, Le. Semoga Gusti Allah akan terus melancarkan rejekimu. Bapak
pasti senang!” balas Ibuk (Setyawan, 2012:186).
(88) “Wis, tenang ae. Nani sudah dapat pembantu baru. Wis, jangan mikir
banyak. Berdoa saja biar cepat sembuh. Ayo, makan siang dulu,”ajak Ibuk
sembari menyiapkan makan siang buat Bapak (Setyawan, 2012:256).
(89) “Wis, tenang ae, Pak. Kita panggil tukang entar ya. Ayo, minum teh
dulu,” kata Ibuk (Setyawan, 2012:259).
(91) “Cuma sebentar Pak! Habis ini pasti bisa jalan-jalan lagi.” (Setyawan,
2012:265).
(92) “Pasti, Pak. Habis ini langsung aku belikan. Bapak pasti tambah
ganteng pakai baju putih kotak-kotak itu. Cocok Pak!” kata Nani
(Setyawan, 2012:266).
186
Lampiran 2
KLASIFIKASI DATA STRATEGI MENAMBAH KEUNTUNGAN ORANG
LAIN PADA TUTURAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN
A. Memperhatikan minat, keinginan, keperluan atau segala sesuatu milik lawan
tutur Notice; attend to H ((his interest, wants deeds, goods))
(22) “Oh, besok tanggal 10 ya? Besok ya, Yek. Besok. Pasti ono kok!” kata
Ibu, memeriksa lembaran berisi laporan SPP (Setyawan, 2012:60).
(24) “Nduk, sekolah nang SMP iku mesti. Koen kudu sekolah. Uripmu cek gak
soro koyok aku, Nduk! Aku gak lulus SD. Gak iso opo-opo. Aku mek iso
masak tok. Ojo koyok aku yo Nduk! Cukup aku ae sing gak sekolah…,”
kata Ibuk (Setyawan, 2012:61).
(27) “Nah, gimana kabarmu? Yo opo anak-anakmu?” sapa Mbah Carik
setiap kali melewati rumah Ibuk (Setyawan, 2012:80).
(34) “Insya Allah ada, Mbak Nah, Butuh berapa?” tanya Bang Udin
(Setyawan, 2012:88).
(45) “Le, sudah tidur sana!” kata Bapak singkat dan kembali menemani
teman-temannya, para sopir dan kenek angkot yang baru datang (Setyawan,
2012:129).
(47) “Kamu mesti pergi, Le!” jawab Ibuk singkat tapi tegas (Setyawan,
2012:133)
(48) “Kamu mesti pergi, Le. Ibuk akan cari jalan.” (Setyawan, 2012:133).
(61) “What’s up, Yek! How’s your weekend?” tanya Rachel Lin rekan kerja dan
sahabat Bayek yang baru saja tiba (Setyawan, 2012:181).
187
(81) “Stttt… Om mau nulis buku buat kalian semua. Kalau sudah gedhe,
entar mesti baca ya!” seru Bayek (Setyawan, 2012:234).
(82) “Yes, Om will be writing a book for you! Ngerti gak?” kata Bayek
(Setyawan, 2012:235).
(86) “Wis, istirahat dulu, Pak. Ini sudah mau sembuh. Sakit di dada Bapak kan
wis gak kayak dulu lagi. Besok kepingin makan apa, Pak?” tanya Ibuk
sambil memijat kaki Bapak (Setyawan, 2012:251).
B. Menggunakan bentuk-bentuk identitas kelompok (Use-in group identity
markers)
1. Menggunakan bentuk identitas kelompok “Le”
(23) “Oh, coba cek Le, itu ada uang di bawah bantal. Kamu hitung.
Cukup tah?” kata Ibuk dengan semangat (Setyawan, 2012:60).
(32) “Mangan sik, Le,” pinta Ibuk lagi sambil menyusui Mira
(Setyawan, 2012:87).
(44) “Biasanya iya, Le! Semoga kamu tambah tinggi,” jawab Ibuk
singkat sembari merajang bawang putih (Setyawan, 2012;126).
(45) “Le, sudah tidur sana!” kata Bapak singkat dan kembali menemani
teman-temannya, para sopir dan kenek angkot yang baru datang
(Setyawan, 2012:129).
(47) “Kamu mesti pergi, Le!” jawab Ibuk singkat tapi tegas (Setyawan,
2012:133).
(48) “Kamu mesti pergi, Le. Ibuk akan cari jalan.” (Setyawan,
2012:133).
(49) “Le, selalu nabung ya. Sedikit-sedikit. Buat masa depanmu. Kalau
belum cukup untuk biaya hidup di Jakarta, tidak usah mengirim
uang lagi. Insya Allah, Bapak masih bisa membiayai Nani dan
188
Mira. Isa juga telah bantu banyak,” pesan Ibuk (Setyawan,
2012:140).
(50) “Iyo, Le. Ibuk doakan. Ibuk terus doakan. Sering-sering telepon
nang omah, yo, Le.” (Setyawan, 2012:148).
(54) “Bisa, Le. Percaya sama Ibuk. Kamu udah dipercaya ke sana, pasti
kamu bisa,” kata Ibuk meyakinkan Bayek (Setyawan, 2012:152).
(58) “Cukup untuk berminggu-minggu, Le. Jangan lupa taruh di kulkas
ya,” pesan Ibuk di bandara (Setyawan, 2012:178).
(60) “Le, kamu jangan panik ya. Bapakmu tidak apa-apa. Mbak Nani
sudah mengurusi semua,” kata Ibuk yang kini berbicara di telepon
(Setyawan, 2012:180-181).
(66) “Lah, kemarin kan baru transfer. Kamu juga harus nabung buat
hidupmu Le. Buat siap-siap kalau punya keluarga entar. Sudah
punya pacar tah?” tanya Ibuk (Setyawan, 2012:187).
(67) “Oalah, Le. Semoga Gusti Allah akan terus melancarkan rejekimu.
Bapak pasti senang!” balas Ibuk (Setyawan, 2012:186).
(72) “Sama-sama, Le. Ibuk juga. Kamu yang tabah ya. Semoga tahun
depan kita bisa Lebaran bersama,” kata Ibuk (Setyawan,
2012:202).
(75) Kalau butuh teman ke dokter, ajak teman kantormu, atau ajak
Swan. Benar ya Le,” nasihat Ibuk (Setyawan, 2012:208).
(80) “Itu sopnya dimakan juga, Le. Biar seger,” kata Ibuk (Setyawan,
2012:225).
(83) “Ayo, Le, kamu sarapan dulu,” ajak Ibuk dengan nada yang sama
ketika ia menyuruh Bayek kecil untuk sarapan (Setyawan,
2012:236).
189
2. Menggunakan bentuk identitas kelompok “Nduk”
(21) “Ya, seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak
dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat! Buatlah
pijakanmu kuat. Kita beli sepatu baru kalau ada rejeki,” hibur Ibuk
(Setyawan, 2012:60).
(24) “Nduk, sekolah nang SMP iku mesti. Koen kudu sekolah. Uripmu
cek gak soro koyok aku, Nduk! Aku gak lulus SD. Gak iso opo-
opo. Aku mek iso masak tok. Ojo koyok aku yo Nduk! Cukup aku
ae sing gak sekolah…,” kata Ibuk (Setyawan, 2012:61).
(26) “Iya, nggak apa-apa. Padahal dulu bocornya nggak sebanyak ini,
Nduk. Entar ya, Ibuk cerita bagaimana kita membangun rumah
ini,” jawab Ibuk (Setyawan, 2012:76).
(35) “Ni, habis ini kita ke Bata ya, Nduk,” ajak Ibuk bersemangat
(Setyawan, 2012:89).
3. Menggunakan bentuk identitas kelompok “Mbak”
(29) “Begini, Mbak Nah, bawa Bayek pulang dulu.
Kita tunggu sampai siang nanti ya,” saran Dokter
Etik (Setyawan, 2012:83).
(34) “Insya Allah ada, Mbak Nah, Butuh berapa?” tanya
Bang Udin (Setyawan, 2012:88).
4. Menggunakan bentuk identitas “Mas”
(8) “Aku tanya Mbok Pah dulu ya. Ati-ati di jalan Mas,” jawab Tinah
(Setyawan, 2012:13).
5. Menggunakan bentuk identitas kelompok muslim
(34) “Insya Allah ada, Mbak Nah, Butuh berapa?” tanya Bang Udin
(Setyawan, 2012:88).
190
(49) “Le, selalu nabung ya. Sedikit-sedikit. Buat masa depanmu. Kalau
belum cukup untuk biaya hidup di Jakarta, tidak usah mengirim
uang lagi. Insya Allah, Bapak masih bisa membiayai Nani dan
Mira. Isa juga telah bantu banyak,” pesan Ibuk (Setyawan,
2012:140).
(56) “Alhamdulillah, Buk. Kantorku jauh dari kompleks WTC itu.
Tadi mau telepon juga gak bisa,” kata Bayek (Setyawan,
2012:161).
(59) “Yek, Bapak baru saja nabrak mobil di Pasuruan! Tapi kamu
tenang ya. Alhamdulillah, Bapak tidak apa-apa. Kita sudah urus
di kantor polisi,” kabar Nani mengagetkan Bayek (Setyawan,
2012:180).
C. Menghindari ketidaksepakatan (Avoid disagreement)
(17) “Apa kamu masih pilih Sim itu? Ganteng iya, tapi Mbok rasa dia belum
mateng, Nah. Belum siap. Masa’ kamu mau nunggu?” (Setyawan,
2012:22).
(18) “Gini, Nah, kamu pikirkan ya. Iki serius. Iki uripmu. Mbok suka sama si
Sim tapi Mbok juga belum yakin. Lek Hari entar malam mau ke rumah,
mau nanya ke kamu langsung.” (Setyawan, 2012:22).
(37) “Pilih yang kamu suka, Yek. Tapi jangan yang putih itu. Terlalu
mahal,” pesan Ibuk (Setyawan, 2012:92).
(53) “Iya, Buk, tapi masih nggak lancar-lancar iki,” lanjut Bayek (Setyawan,
2012:152).
(63) “But, Rachel. I love my job. I love data. And hey, we learn a lot here. This
is like a university for us. Every year, we have a new stuff to learn. I know
the pressure is always on. work is always crazy,” kata Bayek (Setyawan,
2012:184).
(64) “I knowww… but seriously, let’s hang in there. This is a good place for
us to grow up professionally eventhough stress is everyday hitting us
191
hardly. I think we can handle it. We’ll be a stronger person once we can go
through this!” kata Bayek (Setyawan, 2012:184).
(73) “Tapi suasananya berbeda dengan Manhattan, loh. Kamu pikir dulu
deh. Apartment kamu yang di 88th Street tuh really good deal. Great
location. Kamu nggak akan kangen jogging di Central Park?” Swan
mencoba meyakinkan (Setyawan, 2012:206).
(74) “Pasti akan kangen, Swan. Tapi gimana ya? Aku coba dulu deh,”
jawab Bayek (Setyawan, 2012:206).
D. Mempresuposisikan atau menimbulkan persepsi persamaan penutur dan lawan
tutur (Presuppose/raise assert common ground)
(15) “Gak papa, Nah. Aku yang minta maaf. Kamu jadi muntah-muntah
begini. Ini minum air putih dulu,” kata Sim merasa bersalah (Setyawan,
2012:19).
(26) “Iya, nggak apa-apa. Padahal dulu bocornya nggak sebanyak ini,
Nduk. Entar ya, Ibuk cerita bagaimana kita membangun rumah ini,” jawab
Ibuk (Setyawan, 2012:76).
(44) “Biasanya iya, Le! Semoga kamu tambah tinggi,” jawab Ibuk singkat
sembari merajang bawang putih (Setyawan, 2012;126).
(56) “Alhamdulillah, Buk. Kantorku jauh dari kompleks WTC itu. Tadi mau
telepon juga gak bisa,” kata Bayek (Setyawan, 2012:161).
(62) “I know… sometimes, I feel so stupid. We work just like slaves,” balas
Bayek (Setyawan, 2012:182).
(69) “Rachel, I think you are right! I think I always take things personally. I
think you are right,” kata Bayek dalam perjalanan pulang ke kantor sambil
terus berpikir tentang Victor dan anak buahnya (Setyawan, 2012:190)
192
(72) “Sama-sama, Le. Ibuk juga. Kamu yang tabah ya. Semoga tahun depan
kita bisa Lebaran bersama,” kata Ibuk (Setyawan, 2012:202).
(77) “I know. I know… this is hard for me too,” kata Rachel (Setyawan,
2012:213).
(84) “Iya Buk. Coba lihat pipinya juga. Mulai gembil,” timpal Bayek
(Setyawan, 2012:243).
E. Mempresuposisikan atau membuat persepsi bahwa penutur memahami
keinginan lawan tuturnya (Assert of presuppose S’s knowledge of and concern
for H’s wants)
(13) “Kalau duduk di depan, biasanya tidak muntah. Jangan khawatir.
Kamu pasti senang. Kayak kita lihat film dulu,” rayu Sim (Setyawan,
2012:16).
(14) “Nah, ini kresek, kalau kamu mau muntah,” ucap Sim (Setyawan,
2012:19).
(26) “Iya, nggak apa-apa. Padahal dulu bocornya nggak sebanyak ini, Nduk.
Entar ya, Ibuk cerita bagaimana kita membangun rumah ini,” jawab Ibuk
(Setyawan, 2012:76).
(63) “But, Rachel. I love my job. I love data. And hey, we learn a lot here. This
is like a university for us. Every year, we have a new stuff to learn. I know
the pressure is always on. work is always crazy,” kata Bayek (Setyawan,
2012:184).
(64) “I knowww… but seriously, let’s hang in there. This is a good place for us
to grow up professionally eventhough stress is everyday hitting us hardly. I
think we can handle it. We’ll be a stronger person once we can go through
this!” kata Bayek (Setyawan, 2012:184).
(79) “I know, you missed your family so much,” kata atasan Bayek (Setyawan,
2012:221).
193
F. Membuat penawaran dan janji (Offer, promise)
(1) “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini
ya,” kata Mbok Pah (Setyawan, 2012:2).
(2) “Kamu mau tah aku jodohin dengan Cak Ali. Dia sudah punya kios
sendiri buat jalan tempe, loh. Wis mateng wong-e.” (Setyawan, 2012:3).
(4) ”Saya bikinin teh hangat ya?” usul Tina mencoba mengawali
perbincangan dengan Sim (Setyawan, 2012:8).
(5) “Ayo, diminum. Sebelum dingin,” pinta Tinah sembari meletakkan dua
gelas teh hangat buat Mbok Pah dan tamu istimewanya (Setyawan,
2012:9).
(6) “Ayo, minum lagi tehnya,” kata Tinah, menarik napas panjang (Setyawan,
2012:10).
(7) “Hari sabtu aku ke sini lagi ya? Aku jemput jam 5 sore. Kita pergi lihat
layar tancep di lapangan Desa Sisir. Ada film India bagus!” ajak Sim
bersemangat (Setyawan, 2012:13).
(9) “Minggu depan ada filmnya Rhoma Irama. Katanya bagus juga! Nonton
lagi ya. Aku traktir lagi,” rayu si playboy pasar (Setyawan, 2012:14).
(11) “Aku sudah bisa narik angkot sendiri sekarang. Kamu bisa ikut main ke
Pujon, kalau mau!” tawar Sim (Setyawan, 2012:15).
(15) “Gak papa, Nah. Aku yang minta maaf. Kamu jadi muntah-muntah begini.
Ini minum air putih dulu,” kata Sim merasa bersalah (Setyawan,
2012:19).
(16) “Nah, aku tunggu sampai kamu masuk rumah ya,” ujar Sim singkat
(Setyawan, 2012:20).
(19) “Nah, ini ada sedikit rejeki buat membantu pernikahanmu nanti,” kata
Mbok Pah yang tergeletak lemas di dipan kayu (Setyawan, 2012:24).
194
(20) “Yuk, makan nasi goreng dulu,”ujar Ibuk sembari menyusui Mira
(Setyawan, 2012:42).
(21) “Ya, seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan
sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat! Buatlah pijakanmu
kuat. Kita beli sepatu baru kalau ada rejeki,” hibur Ibuk (Setyawan,
2012:60).
(25) “Bayek juga, mesti ke SMP 1 terus ke SMA 1 Batu dan kuliah. Anak-
anak perempuan juga, mesti kuliah! Gak cukup sampai SMP atau SMA
saja. Biar kamu semua dapat kerjaan yang bagus. Biar semua bisa mandiri.
Biar jadi manusia yang bermartabat,” lanjut Ibuk ke adik-adik Isa
(Setyawan, 2012:66).
(31) “Yek, kamu makan juga sekarang.” (Setyawan, 2012:86).
(32) “Mangan sik, Le,” pinta Ibuk lagi sambil menyusui Mira (Setyawan,
2012:87).
(33) “Ah, silakan masuk Bang. Langsung ke dapur saja!” jawab Ibuk
(Setyawan, 2012:87).
(36) “Gimana kalau kita beli ketan kicir habis ini?” (Setyawan, 2012:90).
(38) “Kopi tah, Pak?” tanya Ibuk (Setyawan, 2012:110).
(39) “Sa, Ni, ini uang jatahmu. Lima puluhan ya,” kata Bapak Mun kepada
kedua cucunya yang baru pulang sekolah (Setyawan, 2012:114).
(40) “Mau teh panas tah? Atau kopi?” tanya Ibuk (Setyawan, 2012:115).
(41) “Itu tehnya diminum dulu.” (Setyawan, 2012:116).
(43) “Yek, mau beli orog-orog tah sebelum pulang?” tawar Mak Gini
sebelum mereka berpisah (Setyawan, 2012:120).
195
(50) “Iyo, Le. Ibuk doakan. Ibuk terus doakan. Sering-sering telepon nang
omah, yo, Le.” (Setyawan, 2012:148).
(51) “Gini, Yek. Gue pikir lu sudah mandiri di sini sekarang. Sudah bisa
tinggal di apartemen sendiri. Tapi kalau lu suka, lu bisa tinggal di
apartemen ini saja.” (Setyawan, 2012:150).
(71) “I used to be so stressed out a lot in my work and yoga does help me. You
should definitely try it,” lanjut Esther (Setyawan, 2012:192).
(76) “Rachel, I have something for you!” kata Bayk sambil memberikan oleh-
oleh dari Yogya (Setyawan, 2012:212).
(78) “Iya, Buk, jangan khawatir. Aku yang senang Buk. Ibuk enak-enakno
uripe ya… Kalau pingin apa-apa, jangan sungkan-sungkan ya,” kata
Bayek (Setyawan, 2012:219).
(80) “Itu sopnya dimakan juga, Le. Biar seger,” kata Ibuk (Setyawan,
2012:225).
(83) “Ayo, Le, kamu sarapan dulu,” ajak Ibuk dengan nada yang sama ketika
ia menyuruh Bayek kecil untuk sarapan (Setyawan, 2012:236).
(88) “Wis, tenang ae. Nani sudah dapat pembantu baru. Wis, jangan mikir
banyak. Berdoa saja biar cepat sembuh. Ayo, makan siang dulu,”ajak
Ibuk sembari menyiapkan makan siang buat Bapak (Setyawan, 2012:256).
(89) “Wis, tenang ae, Pak. Kita panggil tukang entar ya. Ayo, minum teh
dulu,” kata Ibuk (Setyawan, 2012:259).
(90) “Pak, aku gendong ke rumah ya?” tawar Nani (Setyawan, 2012:262).
(92) “Pasti, Pak. Habis ini langsung aku belikan. Bapak pasti tambah
ganteng pakai baju putih kotak-kotak itu. Cocok Pak!” kata Nani
(Setyawan, 2012:266).
196
G. Berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan (Include
both S and H in the activity)
(3) ”Ayo, Sim, kita narik lagi!” ajak sopir angkot yang tiba-tiba muncul, dan
menepuk pundaknya (Setyawan, 2012:5).
(7) “Hari sabtu aku ke sini lagi ya? Aku jemput jam 5 sore. Kita pergi lihat
layar tancep di lapangan Desa Sisir. Ada film India bagus!” ajak Sim
bersemangat (Setyawan, 2012:13).
(30) “Anak ini tidak apa-apa, Nah. Masih istirahat. Kita tunggu sampai azan
Zuhur ya. Sekarang kita berdoa,” kata Mbah Carik (Setyawan,
2012:83).
(65) “I knowww… Let’s get this freaking Monday done!” kilah Bayek
sesampai di cubicle-nya. (memahami keinginan) (Setyawan, 2012:185).