Tugas Produksi Benih (Gandum Ibuk)

download Tugas Produksi Benih (Gandum Ibuk)

of 21

Transcript of Tugas Produksi Benih (Gandum Ibuk)

PRODUKSI BENIH Gandum (Triticum aestivum L.) DI INDONESIA PROVINSI SUMATRA BARAT

Oleh : MELLY MERLINDA MALIK 0810211036

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012

I.

PENDAHULUAN

Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan tanaman pangan alternatif setelah beras di Indonesia, namun di dunia gandum merupakan tanaman pangan yang terpenting, baik ditinjau dari sumbangannya sebagai sumber kalori maupun sebagai sumber protein. Gandum adalah kelompok tanaman serealia dari suku padi-padian yang merupakan sumber karbohidrat yang penting, karena nilai gizinya yang cukup besar. Kandungan gizi yang terdapat pada gandum adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin (Wiyono, 1980). Berdasarkan tekstur endosperma, gandum dibagi dalam dua kelompok yaitu hard wheat (gandum keras) dan soft wheat (gandum lunak). Gandum jenis hard wheat mudah untuk digiling, menghasilkan tepung dengan kualitas baik. Gandum yang termasuk dalam hard wheat adalah hard red spring wheat (gandum musim panas), hard red winter (gandum musim dingin), dan drum wheat (gandum durum). Gandum jenis hard wheat mengandung protein dalam kadar tinggi dibandingkan dengan tepung terigu jenis soft wheat, yang pada umumnya berkadar protein rendah. Gandum jenis hard wheat ini lebih banyak diminati oleh beberapa negara di dunia karna bukan hanya mengandung protein yang tinggi tetapi juga membuat adonan makanan yang sudah dibuat menjadi kuat, kenyal, dan memiliki daya kembang yang baik dari pada soft wheat, tetapi bukan berarti jenis soft wheat ini tidak diminati sama sekali (Wheat associates, 1983 cit Ermayenti, 1997). Menurut Breeding Station Istropol Solary (Republik Slovakia) genotipe tanaman gandum IS-Jarissa dan IS-1247 yang berasal dari negara Slovakia, termasuk kedalam drum wheat (gandum durum). Jenis drum wheat (gandum durum) berarti berdasarkan tekstur endospermanya termasuk kelompok hard wheat (gandum keras) yang banyak diminati oleh beberapa negara di dunia. Gandum jenis drum wheat (gandum durum) mempunyai peluang untuk mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia dibandingkan dengan gandum

jenis hard red spring wheat (gandum musim panas) dan hard red winter (gandum musim dingin), karena tidak cocok dari segi agroklimatologinya atau tidak ada musim dingin dan musim panas di Indonesia. Menurut Wiyono tahun 1980 kelompok hard wheat (gandum keras) mengandung protein dalam kadar tinggi, dengan komposisi kimia biji gandum yang memiliki karbohidrat 64,00 %, protein 14,00 %, lemak 2,00 %, serat 2,00%, air 2,00%, mineral dan vitamin 5,66% Tepung terigu berasal dari biji gandum, yang berbentuk bubuk halus yang diperoleh dari penggilingan gandum. Hampir setiap lapisan masyarakat mengkonsumsi secara rutin tepung terigu dan berbagai bentuk produknya. Bagi masyarakat perkotaan tepung terigu digunakan pada industri roti, kue, biskuit, dan kebutuhan rumah tangga lainnya seperti membuat berbagai makanan (Azwar, Kaher dan Yamin, 1987). Ketersediaan tepung terigu secara rutin dan mencukupi di pasaran dalam negeri terlihat semakin nyata, apabila dipandang dari terjadinya kenaikan konsumsi. Namun kenyataannya sampai saat ini, pemerintah masih mengimpor dalam jumlah besar kebutuhan gandum di Indonesia. Kenaikan impor gandum didalam negeri, sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola makan rakyat Indonesia. Semakin berkembangnya fast food (makanan cepat saji) khususnya di kota-kota besar, yang akan mendorong peningkatan konsumsi tepung terigu. Selain itu, dengan telah dicanangkan program diversifikasi pangan oleh pemerintah yang menganjurkan agar rakyat tidak hanya makan nasi sebagai sumber karbohidrat sementara sumber karbohidrat lainnya masih belum mencukupi, cenderung akan terus meningkatkan konsumsi tepung terigu di Indonesia (http://riduansimanjuntak.wordpress.com/2009). Di Indonesia tepung terigu merupakan bahan makanan pokok penting kedua setelah beras, dimana kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Makanan populer Indonesia yang berbahan baku tepung terigu seperti mie, bakso, roti, martabak, bermacam jenis kue dan sebagainya hampir dapat dijumpai di semua lapisan masyarakat. Pada umumnya masyarakat Indonesia sudah mengenal dengan baik tepung terigu namun hanya sedikit orang yang mengetahui tanaman

gandum, yaitu tanaman yang menghasilkan biji gandum untuk bahan baku pembuatan tepung terigu. Tanaman gandum pertama kali ditanam di Indonesia pada tahun 1790 di Cirebon, Jakarta dan Semarang yang bijinya berasal dari Jepang, Iran, China. Peningkatan kebutuhan akan gandum ditanah air yang terus meningkat tiap tahunnya menuntut agar tanaman ini dibudidayakan secara luas di Indonesia atau dengan kata lain memproduksinya secara lokal melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi (Bahar dan Kaher, 1989 cit Zafril, 1994). Peningkatan impor tepung terigu di Indonesia dapat dilihat dari penambahan jumlah tepung terigu yang diimpor, yang terus meningkat tiap tahunnya. Walaupun tanaman gandum sudah pernah ditanam di Indonesia, namun hasilnya belum memenuhi bebutuhan. Menurut Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO, 2010), tahun 2010 Indonesia mengimpor tepung terigu sebanyak 5.600.000 ton. Peningkatan jumlah konsumsi tepung terigu terlihat bertambah secara nyata dan tajam selama 9 tahun, karna pada tahun 1991 Indonesia mengimpor tepung terigu sebanyak 2.100.000 ton (Jusuf, et al, 1992 cit Zafril, 1994). Jumlah impor gandum diduga akan terus meningkat, menurut Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO, 2010) pada tahun 2011 konsumsi terigu nasional diprediksi bisa mencapai 6.180.000 ton. Hal inilah yang membawa dampak negatif bagi bangsa Indonesia yang membuat ketergantungan terhadap biji gandum, dan menguras devisa negara yang cukup besar. Indonesia perlu segera memulai penggalian potensi tanaman gandum yang dapat tumbuh dan berkembang di alam tropis seperti Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tanaman gandum, diantaranya melalui program pemuliaan tanaman dengan tujuan mendapatkan varietas gandum unggul pada kondisi tropis, pemasyarakatan budidaya tanaman gandum, dan pengembangan gandum di tingkat petani pada agroekosistem yang cocok. Upaya ini dapat mendukung pembangunan ekonomi rakyat dan juga memperkuat sistem ketahanan pangan bangsa Indonesia di masa depan.

Tanaman gandum (Triticum aestivum L.) sebetulnya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada beberapa lahan pertanian di Indonesia, khususnya pada daerah dataran tinggi yang bersuhu sejuk (DEPTAN, 1978). Namun demikian, penelitian dan pengembangan budidaya gandum di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena gandum bukan merupakan tanaman asli Indonesia, maka keragaman genetik tanaman yang tersedia masih sangat terbatas. Varietas gandum yang ada di Indonesia berasal dari introduksi atau didatangkan dari negara lain. Biasanya setelah melalui tahapan pengujian daya adaptasi pada beberapa agroekosistem yang cocok dan daya hasil di beberapa lokasi percobaan, kemudian varietas introduksi dilepas menjadi varietas gandum baru nasional.

II.

TINJAUAN PUSTAKAjenis

Gandum (Triticum aestivum. L) adalah sekelompok tanaman

serealia dari suku padi-padian yang kaya akan sumber karbohidrat. Tanaman gandum termasuk Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Liliopsida, Ordo Poales, Famili Poaceae, Genus Triticum (Wikipedia, 2011). Secara morfologi, tanaman gandum termasuk tanaman rumput-rumputan yang memiliki dua macam akar yaitu akar kecambah dan akar adventif. Batang gandum yang berdiri tegak, dan membentuk tunas anakan dalam suatu rumpun. Ruas-ruasnya pendek dan buku-bukunya pada umumnya berongga. Daun terdiri dari tangkai pelepah, helai daun dan ligula dengan dua pasang daun telinga pada dasar helai daun. Bunga gandum berbentuk malai yang terdiri dari bulir-bulir. Malai tersusun buku dan ruas yang pendek dan menyempit pada pangkal dan ujungnya melebar. Ujung bulir membentuk rambut yang panjang bervariasi. Bentuk bulir gabah dari lonjong sampai agak bundar (Nasir, 1987). Morfologi biji pada umumnya adalah biji gandum (kernel) berbentuk oval dengan panjang 68 mm dan diameter 23 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras.

Biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu : 1. Bagian kulit (bran) Bran merupakan kulit luar gandum dan terdapat sebanyak 14,5% dari total keseluruhan gandum. Bran terdiri dari 5 lapisan yaitu epidermis (3,9%), epikarp (0,9%), endokarp (0,9%), testa (0,6%), dan aleuron (9%). Bran memiliki granulasi lebih besar dibanding pollard, serta memiliki kandungan protein dan kadar serat tinggi sehingga baik dikonsumsi ternak besar. Epidermis merupakan bagian terluar biji gandum, mengandung banyak debu yang apabila terkena air akan menjadi liat dan tidak mudah pecah. Fenomena inilah yang dimanfaatkan pada penggilingan gandum menjadi tepung terigu agar lapisan epidermis yang

terdapat pada biji gandum tidak hancur dan mengotori tepung terigu yang dihasilkan. Kebanyakan protein yang terkandung dalam bran adalah protein larut (albumin dan globulin). Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan. 2. Bagian endosperma Endosperma merupakan bagian yang terbesar dari biji gandum (8083%) yang banyak mengandung protein, pati, dan air. Pada proses penggilingan, bagian inilah yang akan diambil sebanyak-banyaknya untuk diubah menjadi tepung terigu dengan tingkat kehalusan tertentu. Pada bagian ini juga terdapat zat abu yang kandungannya akan semakin kecil jika mendekati inti dan akan semakin besar jika mendekati kulit. 3. Bagian lembaga (germ) Lembaga terdapat pada biji gandum sebesar 2,5-3%. Lembaga merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak lemak dan terdapat bagian yang selnya masih hidup bahkan setelah pemanenan. Disekeliling bagian yang masih hidup terdapat sedikit molekul glukosa, mineral, protein, dan enzim. Pada kondisi yang baik, akan terjadi perkecambahan yaitu biji gandum akan tumbuh menjadi tanaman gandum yang baru. Perkecambahan merupakan salah satu hal yang harus dihindari pada tahap penyimpanan biji gandum. Perkecambahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi kelembapan yang tinggi, suhu yang relatif hangat dan kandungan oksigen yang melimpah (Wikipedia, 2011). Menurut Breeding Station Istropol Solary (Republik Slovakia) genotipe tanaman gandum IS-Jarissa dan IS-1247 yang berasal dari negara Slovakia, termasuk kedalam drum wheat (gandum durum), deskripsi genotipe gandum ISJarissa dan IS-124 dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan tekstur endosperma, gandum dibagi dua kelompok yaitu hard wheat (gandum keras) dan soft wheat (gandum lunak). Gandum hard wheat pada umumnya memiliki endosperma yang

bening. Gandum ini mudah dijadikan tepung karena mempunyai kecendrungan untuk pecah disepanjang dinding selnya, biji keras disebabkan karena adanya adhesi antara pati dan protein. Itulah sebabnya hard umumnya memiliki kadar protein yang tinggi. Gandum yang termasuk dalam hard wheat adalah hard wheat spring wheat (gandum musim panas), hard red wheat (gandum musim dingin) dan drum wheat (gandum durum) (Wheat associates, 1983 cit Ermayenti, 1997). Gandum dapat juga diklasifikasikan berdasarkan yaitu (1) tekstur biji gandum yaitu (kernel) yaitu hard wheat (gandum keras), soft wheat (gandum lunak), dan drum wheat (gandum durum). (2) Warna kulit biji (bran) yaitu red (merah) dan white (putih). (3) Musim tanam yaitu winter (musim dingin) dan spring (musim semi). Hard wheat (gandum keras), gandum yang paling banyak ditanam di dunia dan banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti karena mempunyai kadar protein yang tinggi. Gandum ini berasal dari daerah subtropis dan salah satu serealia dari family Gramineae (Poaceae). Gandum ini mempunyai ciri-ciri kulit luar berwarna coklat, bijinya keras, dan berdaya serap air tinggi. Setiap bulir terdiri dari dua sampai lima butir gabah (Wikipedia, 2011). Tepung terigu berasal dari biji gandum, yang berbentuk bubuk halus yang diperoleh dari penggilingan gandum. Hard wheat (gandum keras) sangat cocok untuk membuat roti. Gandum-gandum ini mudah digiling, menghasilkan tepung dengan kualitas baik dan mengandung protein dalam kadar tinggi. Dari tepung ini dapat dibuat adonan yang kuat, kenyal dan memiliki daya kembang yang baik. Kelebihan nilai gandum dengan jenis sereal yang lain terletak pada sifat pembentukan gluten (Wheat associates, 1983 cit Ermayenti, 1997). Kandungan gluten inilah yang membuat adonan tepung gandum bisa ditarik secara manual hingga menjadi mie tradisional, atau dilebarkan sampai tipis hingga menjadi kulit martabak telur, lumpia, dan pangsit (Azwar, Danakusuma dan Derajat, 1989). Menurut Winarto tahun 1980, yang temasuk dalam gluten ini adalah glutein pada gandum dan orizenin pada beras. Drum wheat (gandum durum) merupakan jenis gandum yang khusus. Ciri dari gandum ini ialah bagian dalam (endosperma) yang berwarna kuning

bukan putih, seperti jenis gandum pada umumnya, memiliki biji yang lebih keras dan berwarna coklat. Gandum jenis ini digunakan untuk membuat produk-produk pasta, seperti makaroni, spageti, dan produk pasta lainnya. Soft wheat (gandum lunak) merupakan spesies yang berbeda dan hanya sedikit ditanam. Setiap bulirnya terdiri dari tiga sampai lima buah, berwarna putih sampai merah, bijinya lunak, berdaya serap air rendah dan berkadar protein rendah. Jenis gandum ini biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan kadang-kadang membuat roti (Wikipedia, 2011). Soft wheat (gandum lunak) adalah gandum yang keruh endospermanya, menghasilkan tepung setelah melalui proses yang sulit, pada umumnya bekadar protein rendah (Wheat associates, 1983 cit Ermayenti, 1997). Tepung terigu yang berasal dari biji gandum ini walau sudah lama dikenal di tanah air namun hasil produksi dalam negeri belum mampu untuk mencukupinya. Sampai saat sekarang ini Indonesia masih mengimpor gandum dalam jumlah besar dan terus meningkat setiap tahunnya. Dalam periode 19731982 terjadi kenaikan impor sebesar 8% per tahun yakni dari 600.000 ton menjadi 1.480.000 ton pada tahun 1983. Pada periode 1983-1990 Indonesia mengimpor gandum sebanyak 1.700.000 ton. Tahun 1991 naik menjadi 2.100.000 ton (Jusuf, er al, 1992 cit Zafril, 1994). Jumlah impor tetap terus meningkat, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 Indonesia mengimpor 4.519.000 ton. Tahun 2006 Indonesia mengimpor gandum sebanyak 4.640.000 ton. Tahun 2007 sebanyak 4.770.000 ton. Tahun 2010 Indonesia mengimpor gandum lagi sebanyak 5.600.000 ton. Pada tahun 2011 diprediksi Indonesia mengimpor gandum bisa mencapai 6.180.000 ton. Hal inilah yang membawa dampak negatif bagi bangsa Indonesia yang membuat ketergantungan terhadap biji gandum, dan menguras devisa negara yang cukup besar (APTINDO, 2010). Tanaman gandum pertama kali ditanam di Indonesia pada tahun 1790 di Cirebon, Jakarta dan Semarang yang bijinya berasal dari Jepang, Iran, China. Walaupun tanaman gandum sudah ditanam di Indonesia namun masih diperlukan usaha untuk pengembangannya dengan cara mendapatkan genotipe gandum yang

mampu beradaptasi dengan baik, diikuti dengan teknologi budidaya yang sesuai menurut agroklimatologi Indonesia (Hutom, 2011). Menurut Direktorat Budidaya Serelia tahun 2008, di Indonesia lokasi yang memiliki kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhan gandum dan telah digunakan sebagai lokasi pengembangan hingga tahun 2008 yaitu Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan timur, dan Selatan. Tanaman gandum yang ditanam di Indonesi, untuk meningkatkan hasil produksi diperlukan pengetahuan tentang lingkungan tumbuh, morfologi, dan teknik budidanya. Di Indonesia, gandum cocok dikembangkan pada derah pegunungan diatas 500 meter dari permukaan laut di musim kemarau. Tanaman gandum menghendaki suhu optimum sekitar 200-250 Celcius dengan kisaran Sulawesi

curah hujan yang di butuhkan 254-762 mm/bulan (Bahar dan Kaher, 1989 cit Zafril, 1994). Hasil penelitian membuktikan bahwa tanaman gandum dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia serta mempunyai peluang untuk pengembangannya. Namun perlu diperhatikan pengaruh iklim, terutama curah hujan yang menyebabkan naiknya intensitas penyakit terutama menjelang panen (Azwar, Danakusuma dan Derajat, 1989). Tanaman ini dalam pertumbuhannya menghendaki tanah dengan ph 6-8. Bila tanah dengan ph 5,5 atau kurang, pertumbuhannya akan terganggu oleh keracunan Al. Pada tanah masang dengan kejenuhannya lebih dari 30 % sebaiknya tidak ditanami tanaman gandum (Bahar dan Kaher, 1989 cit Zafril, 1994). Pemuliaan tanaman gandum di Indonesia, penelitian pemuliaan mutasi pada tanaman gandum dilakukan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sejak tahun 1983. Pada mulanya, pakar pemuliaan mutasi tanaman dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) membawa benih dua varietas gandum tropis asal CIMMYT Meksiko, yaitu Sonalika dan SA-75. Penelitian awal terhadap dua varietas gandum tersebut dilakukan dalam hubungan dengan studi

radiosensitivitas tanaman gandum terhadap sinar Gamma untuk tujuan pemuliaan tanaman lebih lanjut. Pada tahun 1984, penelitian dilanjutkan dengan studi lebih mendalam tentang ketahanan tanaman gandum terhadap penyakit karat (Puccinia striiformis), bekerjasama dengan Agricultural University of Norway. Hasil penelitian pemuliaan mutasi dalam bentuk galur-galur mutan (mutant lines) gandum mulai diuji di lapangan dengan kondisi agroekosistem dataran tinggi (800-1200 m dpl) yang bersuhu sejuk di Cipanas, Jawa Barat pada tahun 19921994. Dalam penelitian tersebut, sejumlah galur harapan telah dihasilkan dan dilaporkan (Soeranto, 1997). Atas kebijakan Menteri Pertanian, penelitian tanaman gandum di BATAN tidak dapat dilanjutkan pada tahun 1995. Namun demikian, benih galur-galur mutan gandum yang telah dihasilkan tetap tersimpan aman dan rapih di dalam ruang dingin. Pada tahun 2001, kerjasama penelitian pemuliaan tanaman gandum antara BATAN dan P.T. Bogasari Flour Mills mulai dilakukan dengan penandatanganan MOU tanggal 31 Agustus 2001. Kegiatan kerjasama dimulai dengan peremajaan dan perbanyakan benih galur mutan yang telah tersimpan relatif lama di BATAN. Di antara galur mutan gandum tersebut, galur mutan CPN-1 (Son10-1) dan CPN2 (SA10-22) masih memiliki daya kecambah dan daya tumbuh cukup baik, sehingga kedua galur mutan tersebut segera diremajakan dan diperbanyak benihnya. Bersamaan dengan itu, P.T. Bogasari menyerahkan benih tiga varietas gandum dari CIMMYT yaitu Punjab 81 (Acc. No. BW8623), WL2265 (Acc. No. BW11096), dan SA-75 (Acc. No. BW 6277), masing-masing dengan jumlah benih yang sangat terbatas, untuk diteliti lebih lanjut di BATAN. Peremajaan dan perbanyakan benih gandum dilakukan di kebun percobaan BATAN Padarincang yang terletak di dataran tinggi Cipanas dengan ketinggian sekitar 800 m dpl. Penelitian pemuliaan mutasi pada tanaman gandum di BATAN mendapat dukungan teknis dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic

Energy Agency) melalui IAEA Project RAS/5/040. Proyek ini menghimpun kerjasama penelitian pemuliaan mutasi tanaman gandum bagi negara-negara Asia (Indonesia, India, Pakistan, Cina, Thailand, dan Korea). Dalam pertemuan di Beijing, China tanggal 18-22 Maret 2002, seluruh negara anggota kerjasama sepakat mengadakan pertukaran benih galur-galur mutan gandum, untuk kemudian diteliti lebih lanjut di masing-masing negara peserta. Sehubungan dengan itu, Indonesia telah menerima benih 3 macam mutan gandum dari China dan 4 macam mutan gandum dari Pakistan A. Tanaman gandum di Indonesia Prospek pengembangan gandum di Indonesia sangat menjanjikan. Buktinya, gandum yang termasuk tanaman daerah beriklim dingin (subtropis) ini sudah bisa tumbuh dengan baik di negara tropis seperti Indonesia. Bahkan produksinya sudah lebih bagus daripada India, tempat asal bibit gandum yang diimpor Indonesia (Lampiran 4). Menurut Yuli Sungkowo, mantri tani Kecamatan Tosari, Kabupaten produksi gandum cukup bagus, sekitar 3,5 ton per hektare. Sedangkan di India hanya 2,5 ton per hektarenya. Dalam empat tahun terakhir luas areal tanaman gandum di Tosari dan Puspo (varietas Nias/DWR 162) terus bertambah. Pada 2001 luas tanaman gandum hanya 0,5 hektare, lalu naik menjadi lima hektare pada 2002. Setahun kemudian luasnya bertambah lagi menjadi 56 hektare, dan pada 2004 sudah mencapai 134 hektare. Indonesia berharap mampu untuk melepaskan ketergantungan pada gandum impor yang berasal dari India, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan beberapa negara Eropa. Gandum impor terutama dimanfaatkan oleh pabrik tepung terigu (Plantus, 2007) Produksi gandum yang ditanam di dalam negeri masih belum maksimal. Pada 2010 misalnya, Kementerian Pertanian menargetkan produksi gandum lokal bisa mencapai 2.750 ton. Ternyata realisasinya hanya sekitar 10% atau sekitar 275 ton saja. Kementrian Pertanian menargetkan luas lahan penanaman gandum bisa mencapai 1.500 hektare (ha). Dari lahan seluas itu, produksi gandum lokal diharapkan bisa mencapai 4.150 ton (Tragistina, 2011)

Indonesia mempunyai potensi lahan untuk pengembangan gandum seluas 73455 hektar yang tersebar di 15 propinsi. Yang terluas di Provinsi Bengkulu seluas 30800 hektar dan terkecil di Sumatera Barat seluas 125 hektar. Program gandum ini difokuskan pada penyediaan benih, penerapan teknologi dengan wilayah pengembangan daerah bukan baru, pemantapan sentra produksi,petani yang sudah biasa menananm gandum dan daerah pengembangan usaha/kemitraan. Dalam tahun 2009 telah dilakukan kegiatan sosialisasi pemantapan daerah potensial, , koordinasi adopsi teknologi, gerakan penanaman gandum, pemantapan daerah pengembangan, pembinaan/ bimbingan, kemandirian petani, menjalin kemitraan dan kelembagaan. Untuk tahun 2010 Pemerintah menetapkan sasaran produksi gandum sebesar 2750 ton (naik 17.5% dibanding tahun 2009). Sasaran ini akan diraih dari luas tanam 1000 hektar (diharapkan luas panennya 950 hektar, naik 11%) dengan produktivitas 28.75 ku/hektar (naik 6%). Menurut Direktur Budidaya Serealia, Kementerian Pertanian Siwi Purwanto, dalam tahun 2010 ini ada lokasi pengembangan gandum melalui dana pembantuan gandum di 6 provinsi pada 10 kabupaten. Bantuan saprodi yang diberikan berupa benih, pupuk (urea, SP36/18, KCl dan pupuk organik), dan pertemuan kelompok. 2011 ) Ada beberapa masalah dalam pengembangan gandum ini yaitu keterbatasan pengetahuan petugas/ petani tentang gandum. Ketersediaan benih terbatas, waktu tanam tidak tepat, belum adanya jaminana pasar, rendahnya kemampuan petani di bidang permodalan, dan masih kurangnya dukungan dari pemerintah pusat/ daerah.( Admin. 2011) B. Tanaman gandum di Sumatra Barat Pemerintah menjalin kerjasama dengan pemerintah Slovakia untuk mengembangkan tanaman gandum. Salah satu fokusnya adalah mengembangkan varietas gandum yang cocok untuk Indonesia. Menteri Pertanian Suswono mengatakan, nota kesepahaman dengan pemerintah Slovakia itu akan ditekan pada 9-10 Oktober mendatang. Penandatanganan itu bertepatan dengan kunjungan (Admin.

resmi Presiden Slovakia Ivan Gaparovi. Presiden Slovakia ini Mengatakan penanaman gandum ini kerjasama penelitian dengan Universita Andalas Sumatera Barat. Suswono menuturkan ada varian bibit gandum yang cocok untuk iklim tropis dan optimis pengembangan gandung di Indonesia dapat berjalan.(Winarto 2011. Gandum jasisaa dan 1247 salah satugenotipe yang berasal dari Slovakia yang di harapkan mampu untuk tumbuh dan berproduksi di Sumatra Barat

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2011 Tanaman Gandum Diperluas Menjadi 1000 Hektar http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/det ailberita/197 26 April 2012 Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO). 2010. Laporan APTINDO Tahun 2010. APTINDO. Jakarta Azwar, R, T. Danakusuma, dan AA Derajat. 1989. Prospek Pengembangan Terigu di Indonesia. Risalah Simposium II Penelitian Tanaman Pangan. Puslitbangtan. Bagor. Batan. 2010. Pemuliaan Tanaman Gandum dengan Teknik Mutasi http://www.batan.go.id/patir/_kerma/pert/bogasari/bogasari.html 26 April 2012 Direktorat Budidaya Serelia. 2008 . Inventaris Pengembangan Gandum. Departemen Pertanian. Jakarta. Ermayenti. 1997. Pengaruh subtitusi tepung terigu dengan tepung ubi kayu terhadap mutu roti manis. Skripsi Fakultas Partanian. Universitas Andalas. Padang. Hutom, Miko Putro. 2011. Syarat tumbuh Tanaman Gandum. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6206165172_1411-7924.pdf

Nasir, A. A. 1987. Beberapa Aspek Agroklimatologi dalam Pengembangan Tanaman Gandum (Triticum sp.) di Indonesia. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Plantus. 2007. Pengembangan Gandum di Indonesia Dinilai Prospektif http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/24/pengembangangandum-di-indonesia-dinilai-prospektif/. 26 April 2012 Tragistina ,Veri Nurhansyah .2011 Produksi gandum lokal belum maksimal http://industri.kontan.co.id/news/produksi-gandum-lokal-belummaksimal-1/2011/03/29 26 April 2012 Winarto,Yudho. 2011. Kembangkan tanaman gandum, pemerintah gaet Slovakia . http://nasional.kontan.co.id/news/kembangkan-tanaman-gandumpemerintah-gaet-slovakia-1 26 April 2012

Winarto, F.G,D Fardiaz dan S. Fardiaz. 1980. Pengantar teknologi pangan. Gramedia. Jakarta. Wiyono, T.N. 1980. Budidaya Tanaman Gandum. PT Karya Nusantara. Jakarta. Zafril, Dahri. 1994. Pengaruh beberapa takaran pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi terigu ( Triticum aestivum L).Skripsi Fakuktas Pertanian. Universitas Andalas. Padang. 2011. Gandum..http://id.wikipedia.org/wiki/Gandum (14 juni 2011).

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tanaman gandum (Triticum aestivum L.) secara umum.

Sumber : Wikipedia, 2011. Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Poales : Poaceae : Triticum

Lampiran 2. Tabel daftar deskripsi genotipe gandum (Triticum aestivum L.).

No Genotipe gandum 1 IS-Jarissa

Deskripsi Memiliki biji yang keras dan berwarna coklat. Pertumbuhan cepat, tingginya dapat mencapai 95 cm. Memiliki ketahanan yang sedang sampai baik, sangat tahan terhadap busuk daun. Bulir/biji sangat keras, mengandung protein dan gluten yang tinggi.

2

IS-1247

Memiliki biji yang keras dan berwarna coklat. Pertumbuhan agak lambat, tingginya dapat

mencapai 98 cm, memiliki ketahanan yang sedang sampai baik, tahan terhadap penyakit daun.

Bulir/biji sangat keras, mengandung protein yang dan gluten tinggi. Sumber : Breeding Station Istropol Solary, Republik Slovakia.

Lampiran 3. Tabel sejarah penanaman gandum di Indonesia Cirebon & Jakarta 1790 Semarang Surakarta Tengger, Jawa Timur Dieng, Jawa 1828 Tengah 1849 Timor 1855 Merbabu Pengalengan, 1923 Jawa Barat 1925 Karo Pengalengan 1966 Kejajar, Dieng 100 ha, hasil baik 30 ha Varietas dari Jepang Burley 1 ha - Proyek Gandum Bogasari, Deptan, IPB, & Cangar Univ. Brawijaya 1 ha - Proyek Gandum Bogasari, Deptan, IPB, & Nongkojajar Univ. Brawijaya 1 ha - Proyek Gandum Bogasari, Deptan, IPB, & Lawang, Malang Univ. Brawijaya 1 ha - Proyek Gandum Bogasari, Deptan, IPB, & Bogor Mojosari SEAMEO Biotrop 1 ha - Proyek Gandum Bogasari, Deptan, & IPB 3000 m2 - Proyek Gandum Bogasari, UKSW 2000 Boyolali Salatiga, & Unisri Solo 35 - 100 mt/tahun 200 ha Bubur, tape Varietas dari Jepang, Iran, China Semarang Bread 70 mt/tahun

Sumber: Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), 2010

Lampiran 4. Benih varietas dan mutan gandum yang tersedia dan sedang diteliti di BATAN (setelah 2002).Galur Mutan Gandum Berasal dari: Cina F-44 Yuan-039 Yuan-1045 Pakistan Pavon-76 Soghat-90 Kiran-95 PATIR-BATAN CPN-01 (galur harapan) CPN-02 (galur harapan) CBD-16 (mutan baru, M4) DWR-162** WL-711 CBD-17 (mutan baru, M4) DWR-195** CBD-18 (mutan baru, M4)

Varietas Gandum (diperoleh lewat PT. Bogasari Flour Mills) Punjab-81* WL-2265* SA-75*

Nias***

CBD-19 (mutan baru, M4)

Dewata***

CBD-20 (mutan baru, M4) CBD-21 (mutan baru, M4) CBD-23 (mutan baru, M4)

* berasal dari CIMMYT, Meksiko ** berasal dari India *** Varietas unggul nasional

Lampiran 5. Tabel komposisi kimia biji gandum (Triticum aestivum L.).

Komposisi kimia

Hard wheat (gandum keras ) %

Soft wheat (gandum lunak) % 69,00 10,00 2,00 2,00 13,88 3,12

Karbohidrat Protein Lemak Serat Air Mineral dan VitaminSumber : Wiyono, 1980.

64,00 14,00 2,00 2,00 12,34 5,66

Lampiran 6. Peta Sumatra Barat

Sumber : Wikipedia, 2011.