Post on 28-Mar-2021
Lampiran 1. Hasil Wawancara Dengan Ketua Komunitas Tlatah Bocah (1)
Identitas Informan :
Nama : Gunawan Julianto
Pekerjaan : Pengangguran
Usia : 48 tahun
Jabatan : Ketua Komunitas Tlatah Bocah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lokasi Wawancara : Kantor Sekretariat Rumah Pelangi
Tanggal Wawancara : 3 April 2017
Pukul : 09:55 – 11:58
P : Selamat pagi pak, saya Andita Prasanti mahasiswa UKSW program studi
Komunikasi. Maksud kedatangan saya adalah untuk mencari informasi
mengenai Komunitas Tlatah Bocah untuk keperluan skripsi saya yang
membahas mengenai strategi komunikasi Komunitas Tlatah Bocah.
G : Oh.. ya silahkan mbak, tanya saja apa yang mau ditanyakan. Santai saja
mbak, ndak usah tegang. Santai saja. Gimana?
P : Kalau boleh tahu, nama lengkapnya pak Gun siapa, pak?
G : Aku? Hmm... Gunawan Julianto, mbak.
P : Maaf pak, pak Gun umurnya berapa?
G : Waduh,,, umurku piro ya? Hmm.. sebentar.. 48 tahun.
P : Pak Gun asli daerah sini?
G : Iyo asli, aku seneng dolan neng daerah kene, kadang mrono neng dusun.
(iya asli, saya suka main di daerah sini, terkadang ke dusun yang ada disana)
P : Pak Gun pekerjaannya sebagai?
G : hahaha... lhayo kene ki pengangguran wae to mbak. Nek aku kerja raono
seng perhatike bocah-bocah. (lha ya saya itu pengangguran mbak. Kalau
saya kerja tidak ada yang memberikan perhatian kepada anak-anak)
P : Pak, Komunitas Tlatah Bocah itu ada sejak tahun berapa ya dan siapa
pendirinya?
G : Hmm.. Berdiri pada tahun 2004. Pada saat itu ada aku terus Gambir
Wismantoko tapi dibantu karo (sama) mbak Desi Purjayanto. Pada awalnya
Tlatah Bocah membuka perpustakaan untuk masyarakat terumata anak-anak
mbak di dusun Kadirejo sini, kelurahan muntilan, kecamatan muntilan. Yo..
neng kene iki panggonanne dadi nggon sekretarian sisan. (Ya disini ini
tempatnya sekaligus jadi kantor sekretariat). Nah, Tlatah Bocah itu
merupakan komunitas tentang anak dimana mempunyai keyakinan bahwa
suatu bangsa akan maju dan beradab jika semenjak dini anak-anak diajak
turut serta dalam pembangunan. Hal yang patut kita ingat bahwasannya
kalangan dewasa selama ini menerapkan keinginannya pada anak secara
tidak ramah, misalnya saja menyuruh membelikan kebutuhan orang dewasa,
rokok, minuman keras ya to mbak, dan lain sebagainya. Ya.... mengajari
anak melakukan perbuatan dewasa, mengajarkan kata-kata kasar, porno
gitu, memerintah paksa untuk melakukan sesuatu, ya banyak mbak. Nah,
area ramah anak ini akan terjadi jika ada kesadaran dari banyak pihak,
kalangan dewasa, kalangan pemimpin, formal non-formal lho mbak,
masyarakat dan orang tua. Sebabnya gitu aku dan temen-temen bikin
komunitas ini.
P : Apa bedanya Rumah Pelangi dengan Tlatah Bocah pak? Apa itu Rumah
Pelangi?
G : Tlatah Bocah dan Rumah Pelangi pada dasarnya sama saja, mbak. Pada
awal berdirinya komunitas bernama Rumah Pelangi dimana melakukan
aktivitasnya dari tahun 2004-2007 dengan menyediakan layanan
perpustakaan didusun kadirejo Muntilan yang berlaku juga sebagai
sekretariat. Perpustakaan mini ini tidak jalan lagi itu ya kerena keterbatasan
sumber daya yang mengelola dan pasokan buku yang terbatas mbak. Kan
ora mungkin to bocah-bocah e mung kon moco buku seng kuwi-kuwi wae
dan mesti nek bar do moco ki diselehke ngono dadine butuh tenaga seng iso
ngatur bukune mbalek neng rak e meneh, kan buku yo ra mlaku dewe kan
ngunu yo ra mbak? (Ya tidak mungkin anak-anak disuruh membaca buku
yang itu-itu saja dan pasti setelah membaca buku, bukunya diletakkan
begitu saja sehingga butuh tenaga yang bisa mengatur buku untuk disusun di
rak buku. Tidak mungkin buku bisa berjalan sendiri kembali ke rak, iya apa
tidak mbak?) Nah, peristiwa erupsi Merapi 2006 dan gempa Bantul di tahun
yang sama ya mbak, itu merupakan periode yang sangat berharga bagi kami,
karena saat itu Rumah Pelangi belajar dari banyak organisasi yang terlibat
dalam agenda kemanusiaan dengan fokus yang beraneka ragam. Pada tahun
2007 saat dicanangkan festival seni anak-anak Merapi sebagai bentuk
kampanye hak anak, mendapatkan pengetahuan bahwa kekayaan budaya
Jawa bisa menjadi media untuk pencapaian visi. Berkaitan dengan ini
muncul kata Tlatah Bocah, nuansa lokal, kena tepat langsung pada sasaran,
lebih fokus gitu lho. Selain itu motto Bocah Dudu Dolanan, Bocah Kudu
Dolanan layaknya Think Global, Act Local, muatan tersebut sangat pas
untuk gerakan selanjutnya. Oleh karena itu semenjak 2007 mulai mengganti
nama menjadi Tlatah Bocah.
P : Di komunitas Tlatah Bocah, Pak Gun menjabat sebagai apa?
G : Hmmm... aku ketuanyan mbak. Ya bukan ketua yang seperti pimpinan gitu
ya, tapi kerjaanku ya santai aja gitu. Ya sederhana lah mbak. Tapi setiap
acara biasanya pertanggungjawaban atas namaku karena aku menjamin.
P : Apa visi dan misi komunitas Tlatah Bocah pak?
G : Opo yo mbak? Wah ora apal aku, sek-sek koyone aku jeh nduwe file e
(Apa ya mbak? Wah tidak hafal saya, sebentar aku masih punya
dokumennya). Oh ini mbak ketemu, visinya itu tersedianya area ramah anak
secara fisik dan psikologis selaras dengan karakter lokal. Kalau misinya itu
satu, menginisiasi area ramah anak secara fisik/psikologis. Menginisiasi ki
lebih ke meresmikan, menyediakan gitu ya mbak. Kedua, meningkatkan
peran masyarakat dalam pendidikan anak berbasis tradisi. Ketiga,
meningkatkan peran anak dalam pembangunan masyarakat. Mottone barang
opo ra? (Mottonya juga apa tidak?)Mottonya itukeragaman memperkaya
nurani, Bocah dudu Dolanan, Bocah Kudu Dolanan. Maksudnya anak-anak
bukan mainan, anak-anak harus bermain.
P : Bagaimana posisi Tlatah Bocah saat ini pak? Di bawah pemerintah atau
dalam pengembangan mandiri?
G : Begini mbak, Komunitas Tlatah Bocah dikembangkan untuk mandiri.
Apabila hal ini terjadi akan mendapatkan dua manfaat besar, yakni yang
pertama ya ketidaktergantungan pada pihak lain untuk melaksanakan
program-programnya sehingga meminimalisir konflik kepentingan dengan
pihak pemasuk sumber daya, dan independensi lebih terjaga sesuai visi kita
tadi. Nah, yang kedua, pembelajaran pada para penggiat dan komunitas
yang terlibat bahwa kemandirian akan selalu memberikan ritme untuk
berusaha memberikan ide segar atas permasalahan untuk dapat bertahan
hidup. Seperti itu. Nah, tapi mbak, kemandirian yang kita maksud tentu saja
tidak lepas dari upaya bersama pihak lain karena bagaimanapun Tlatah
Bocah tidak dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini penyikapannya adalah
dengan menjalin kemitraan dengan pihak lain melalui program-program
yang sesuai dengan visi, bukan sekedar menjadi pelaksana atau tukang dari
pihak lain yang mempunyai suatu program. Tlatah Bocah belum mencapai
tataran kemandirian yang dimaksud, upaya-upaya usaha ekonomi belum
menghasilkan keunrungan yang cukup memang, tapi kita sekali lagi tidak
menggantungkan diri kepada pemerintah.
P : Upaya-upaya pengembangan dalam bidang apa saja yang ada di Tlatah
Bocah pak?
G : Disini ada kesenian dan ekonomi. Kalau kesenian banyak ya mbak
macamnya karena setiap dusun yang tergabung di Tlatah Bocah hampir
sebagian dusun memiliki komunitas seni di dusunnya sehingga itu bisa
menjadi salah satu cara kita untuk lebih mengembangkan seni tradisi lokal
yang ada. Selain itu kita juga mengadakan workshop, ya banyaklah
macemnya. Sedangkan kalau ekonomi kita ada bisnis sablon, nasi merah
seperti itu. Sablon kuwi seng garap yo bocah-bocah dewe, akdewe mung
tuku alat e seng murah, biasa wae ora koyo seng neng toko, terus yo
dikembangke dewe nggo tambah-tambah penghasilan lak ngono (Sablonnya
itu yang mengerjakan anak-anak Tlatah Bocah yang tergabung (dewasa),
kita beli alat yang sederhana saja tidak seperti yang ditoko, setelah itu kita
kembangkan sendiri untuk menambah pemasukan seperti itu). Kalau yang
nasi merah itu bisa dikatakan belum bagus karena selama ini nasi itu
individu, ya nasi merah, nasi hitam dan penggunya sitik (sedikit). Nah
karena penggunane sitik, seng pengen sitik (yang mau sedikit), secara omset
yo sitik. Sebenernya ada penggemar nasi merah itu atau nasi hitam cuma
ketika penggemar banyak tapi para pengembang hanya beberapa kan susah.
Kalaupun kita harus kirim ke jakarta itu juga berat diongkos karena kita
tidak pernah memasok dalam jumlah banyak karena keterbatasan individu
itu tadi.
P : Pengembangan ekonomi Tlatah Bocah berarti cuma ada sablon yang masih
berkembang ya pak?
G : Sablon, jualan telur ayam. Tapi ya itu masih pada tataran awal karena ada
faktor-faktor yang belum bisa kita pecahkan. Terumata misalnya telur ayam,
peminatnya banyak, berat barangnya, peminatnya ya banyak, tapi ternyata
ngumpulinnya pegel juga. Orang-orang kampung yang ngumpulin telur tu
masih sambil lalu gitu, ngga diterusin padahal peminatnya banyak banget.
P : Bagaimana untuk mendapatkan sokongan dana apabila akan
menyelenggarakan sebuah acara?
G : Ya itu tadi mbak, kita banyak menjalin kemitraan di berbagai kota. Bahkan
ada di negara lain. Dan ternyata setiap kita mau bikin acara ada saja yang
mendonasi, ya ada yang berupa uang atau mungkin barang-barang yang
disumbangkan, kadang keperluan kita juga diakomodir sama mereka. Selain
itu biasanya kita juga jual baju, baju-baju bekas yang kita kumpulkan dari
pendonasi kita jual lagi, keuntungannya untuk kita seperti itu. Dan pernah
kalau kemitraan itu bantunya langsung ke masyarakatnya. Seperti halnya
pasca erupsi, kemitraan yang kami jalin mengelola dana untuk 5700 KK
(Kartu Keluarga) ke 8 desa dari 59 dusun, pada waktu itu di kecamatan
salam, kecamatan dusun dan mana lagi ya saya lupa, banyak kok itu. Secara
dusun dihitung 59 dusun, secara KK ada 5700 KK.
P : Tlatah Bocah menjalin kemitraan dengan mana saja pak?
G : Ohh, akeh (banyak). Tapi seng (yang) aku inget ada beberapa. Hmm..
Rebonds France, terus Polyglot Theatre Australia, nek iki (kalau ini) mitra
pengadaan workshop tentang teater boneka tahun 2013 kemarin dari
Australia. Apik iki mbak tenan (Bagus ini mbak). Barkui opo yo (Setelah itu
apa ya)... Pappermoon Puppet Theatre ini ya sama tapi ini dari Yogyakarta,
Plan Indonesia, kalau ini dulu mitra dalam bidang trauma healing saat
gempa Bantul 2006-2008, Karina Indonesia, Save The Children, nah ini
yang bantu kelola 5700 KK tadi di Merapi untuk kehidupan keluarga dan
ekonomi pasca erupsi 2010, Yayasan Tunas Cendekia, International
Chatholic Migration Commision terus lali (lupa) mbak. Mengko tak kei file
e aku ono ok (nanti saya beri dokumennya, saya ada).
P : Ada berapa dusun yang tergabung di Tlatah Bocah pak? Berapa jumlah
anggotanya?
G : Apabila diperhitungkan dengan aktivitas pasca gempa Bantul 2006 dan
erupsi Merapi 2010, saat ini Tlatah Bocah bekerjasama dengan 8 dusun di
desa Sitimulyo, kecamatan piyungan, Bantul selama 2 tahun. Itu kalau yang
di Bantul. Kalau yang disini jumlah dusun yang tergabung saat ini ada
sekitar ya duapuluhan, tapi program yang dilaksanakan berbeda-beda.
Kadang satu dusun ada yang ikut beasiswa Merapi tapi tidak ikut program
berdasarkan kesenian karena memang dusunnya tidak ada kesenian, di
dusun yang lain ada yang hanya ikut kerena kelompok kesenian, lain dusun
ada yang ikut beasiswa Merapi dan kesenian, dua-duanya. Tapi sebagai
catatan, yang mengikuti beasiswa Merapi tercatat 16 dusun dengan anak
yang telibat sekitar 350-an, sedangkan dusun yang punya kelompok
kesenian anak sebanyak 10 dusun. Dalam keanggotaan kalau untuk
kegiatan-kegiatan, Tlatah Bocah bersifat cair, ya maksudnya santai saja gitu,
jadinya ya agak susah kalau dihitung jumlah pasti anggotanya. Karena tidak
pernah ada sistem absen gitu mbak, kita kan terbuka aja, terbuka dalam
artian sebentar muncul, sebentar ilang, ora model kudu absen ngono gak
(tidak seperti harus absen gitu).
P : Kisaran umur anggota yang ikut Tlatah Bocah berapa pak?
G : Hmm ya hampir dari umur kelas 2 SD mungkin ya mbak sampai SMP.
Karena mungkin yang SMA itu masih ada tapi juga turut serta membantu
teknis apabila kita ada acara gitu.
P : Bagaimana cara pengurus Tlatah Bocah dalam memperlakukan
anggotanya sesuai umur anggotanya? Adakah cara khusus masing-masing
segmentasi umur?
G : Eee... ya anggapannya sama ya mbak, dalam arti gini, misal ada program
beasiswa ayam, neng dusun ki kan ono seng sugeh, ono seng kere (di desa
itu ada yang kaya dan ada yang miskin) ya lebih ke ayo belajar bareng-
bareng. Pokoknya tidak pandang bulu dan hasilkan silahkan dinikmati
sendiri, silahkan dirawat sendiri tapi mari kita sering-sering berdiskusi
tentang bagaimana baiknya untuk mengembangbiakan dan lain sebagainya.
Pada intinya tidak ada pembeda dari segi ekonomi maupun sosial, semua
sama rata.
P : Untuk mengelola Tlatah Bocah, pak Gun di bantu oleh siapa saja? Atau
ada struktur kepengurusan pak?
G : Hmm.. aku dibantu 6 orang yang masuk dalam struktur kepengurusan.
Tapi dilapangan, ya banyak masyarakat juga yang bantu. Opo meneh jeneng
e ndeso ngene ki mbak, wes pasti nek nduwe acara opo hajatan ngono kiwo
tengenne melu ngewangi (apalagi di desa seperti ini mbak, kalau ada
tetangga yang punya acara besar pasti tetangga kanan/kiri selalu
membantu). Dalam struktur itu ada aku sebagai ketua, ya penanggung
jawab, terus ada Setiyoko sebagai pelaksana program, ada juga Gambir itu,
Gambir Wismantoko sebagai sekretaris, terus dikeuangan ada Sunantoro
sama Suryo Purnomi, ekonomi ada Bambang Sumarsono. Tapi pada saat
bertugas tidak sekaku itu ya, tapi menyesuaikan siapa yang bisa meng-
handle gitu karena kan kegiatan Tlatah Bocah berbasis kerelawanan,
sehingga siapa yang punya cukup waktu ya membantu. Tapi ada satu bagian
yang memang hanya dipegang oleh orang itu terus, seperti posisi keuangan
itu ya utamanya dipegang Sunantoro karena itu posisi yang riskan.
P : Apa yang menjadi program unggulan Tlatah Bocah?
G : Kalau program unggulan ya tetep kesenian. Cuma ada satu program yang
memang itu jadi ciri khas kita. Namanya beasiswa Merapi.
P : Itu seperti apa pak?
G : Beasiswa Merapi itu ya... jangan berfikiran kalau beasiswa selalu uang ya
mbak. Soalnya itu tidak mungkin kalau di Tlatah Bocah hahaha.. cari uang
buat acara aja susah, gitu mau dikasih. Beasiswa Merapi ini berupa ajakan
kemandirian dengan berternak ayam dengan anak-anak anggota Tlatah
Bocah. Program yang lain juga tidak kalah mbak, seperti yang saya
sebutkan tadi dukungan pada komunitas seni di dusun-dusun karena dengan
dukungan ini diharapkan masyarakat tetap memelihara tradisinya.
P : Apa maksud memberikan beasiswa berupa ayam?
G : Beasiswa Merapi disatu sisi merupakan bentuk ajakan solidaritas atau
gotong royong untuk kawan-kawan yang ingin berdonasi di sekitar Merapi.
Donasi itu bukan dalam bentuk kasih materi yang sekali pakai aja, tapi yang
apabila dirawat secara terus menerus bisa berkembang dan menghasilkan
banyak keuntungan. Nah, kita ambil ayam sebagai bentuk beasiswa kita.
Maksud pemberiannya pada anak-anak itu ya maunya, satu, anak-anak
belajar tanggung jawab, kedua bisa bersosialisasi atau berorganisasi kan
tentunya kita kasih ayamnya ke anak-anak di satu dusun dan mereka bisa
saling merawat ayam bareng sebagai bentuk mereka bersosialisasi, terus
belajar kemandirian, hmmm belajar ekonomi juga bisa, hasil ternaknya bisa
dijual sebagai tambahan penghasilan dan juga pemenuhan gizi, kalau lagi
pengen makan ayam kan bisa dibeleh (dipotong). Selain itu juga orang sini
kan kalo ritual pakai ayam ya sekaligus juga melestarikan tradisi ritual
selain diajak berkesenian mbak. Karena ayam itu ya emang sangat penting
untuk wilayah sini mbak. Selain perlengkapan sesaji dan sayuran yang
gampang di dapat dari ladang sendiri, ya kami para pengurus juga ingin
mengajak pelestarian kearifan lokal dari ladang sendiri, ya kandang ayam
yang dirawat itu tadi.
P : Sumber ayamnya itu dari mana pak?
G : Dari individu-individu yang mau donasi ayam mbak. Ya kita gethok tular
(dari mulut ke mulut) biasanya, ayo seng meh nyumbang pitik (yang mau
menyumbang ayam) gitu biasanya, atau karena kita kan sudah menjalin
kemitraan tadi dengan berbagai individu jadi mudah. Ayo mendukung
program ini, siapa yang minat gitu biasanya. Tapi terkadang beberapa ada
yang memberikan dalam bentuk uang, semisal seko semarang, seko jakarta
opo yo meh nggowo pitik tekan kene kan ora, mulane do transfer mengko
aku seng mblanjakke mereka tompo buktine. Santai wae ngene ki (dari
semarang, dari jakarta apa mau membawa ayam sampai sini kan tidak,
sehingga mereka transfer uangnya nanti saya yang membelikan ayamnya
mereka terima bukti saja. Santai saja kalau seperti ini).
P : Menurut pak Gun, apa yang membedakan Tlatah Bocah dengan komunitas
lain?
G : Tlatah Bocah sebenarnya tidak berbeda ya mbak dengan komunitas lain,
bahkan dalam pertumbuhannya bench mark dari komunitas lain. Karena
berbasis kerelawanan dari dulu ada saja orang yang keluar masuk.
Kepengurusan yang tercantum adalah kepengurusan yang terakhir setelah
berganti beberapa kali karena sifatnya yang keluar masuk itu tadi. Anggota
pengurus semuanya sudah beberapa tahun di Tlatah Bocah, pada awalnya
masing-masing mengalami masa yunior. Mungkin untuk lingkungan
Merapi, Tlatah Bocah salah satu yang sudah teruji selama 13 tahun
mengemas kegiatan tentang anak dan kesenian. Juga yang menjadi keunikan
adalah beasiswa Merapi dalam bentuk pemeliharaan ayam bagi anak-anak
yang telibat. Pengemasannya pun juga disesuaikan bukan murni dari Tlatah
Bocah saja karna kita harus melakukan banyak penyesuaian-penyesuaian.
P : Bagaimana cara Tlatah Bocah menjaring minat anak lereng gunung Merapi
selain melalui program beasiswa ayam?
G : Ya dengan kesenian. Lingkungan lereng gunung Merapi dikenal sebagai
penjaga tradisi. Hal ini dikarenakan keterbatasan akses komunikasi dan
transportasi dengan kota. Tradisi identik dengan kesenian rakyat yang
keduanya tidak terpisahkan. Adanya kesenian ini menjadi pintu masuk
Tlatah Bocah untuk mengajak kalangan dewasa dan anak-anak melakukan
kegiatan. Beda halnya jika TB membuat program dimana masyarakat
merasa tidak mampu melaksanakan karena tidak memiliki pengalaman.
Misal ya mbak, program kursus pelajaran sekolah, bahasa asing atau yang
lain. Program seperti itu baik, memang baik adanya, namun kelemahannya
adalah Tlatah Bocah akan sangat keteteran (kesusahan) karena akan
menggunakan sumber dayanya sendiri, karena masyarakat merasa tidak
mampu untuk membantu. Selain itu keberlangsungan patut dipertanyakan
karena keterbatasan sumber daya Tlatah Bocah. Hal lain adalah jika itu
dilaksanakan Tlatah Bocah akan sulit untuk mengajak partisipasi
masyarakat untuk terlibat dan melebarkan kegiatan ke area lain. Nah cara
jitunya adalah dengan seni tradisi itu tadi mbak.
P : Kesulitan apa saja yang pernah dialami pak saat menjaring minat anggota
baru?
G : Kalau menjaring anak-anaknya gampang mbak. Tapi yo kuwi mau (ya itu
tadi), yang susah adalah bagaimana meneruskan agenda-agenda itu. Karena
kita kan sumber dayanya terbatas, butuh pasokan sumber daya yang banyak
sebenernya. Ketika urusan ayam ya butuh pasokan uang untuk beli ayam,
belum lagi bagaimana meningkatkan kemampuan kita, maksudnya apa ya
mau monoton gitu terus, gitu-gitu aja dan juga endak (tidak). Kesulitannya
lebih ke ada tidak orang baru yang mau terjun bertahan lama karena tidak
ada janji keuangan kecuali janji surga hahahaa.....
P : Kearifan lokal apa saja yang terdapat di sekitar lereng gunung Merapi?
G : Ya,,, kebudayaan yang kita miliki tidak kalah sama kebudayaan asing.
Kesenian lereng Merapi itu banyak mbak, cuma ada beberapa penyesuaian
sekali lagi yang diyakini masyarakat sesuai tradisi disini. Ada merti desa
yang diyakini sebagai syukuran atau ucapan syukur gitu dan meneruskan
menjaga lingkungan sekitar, bersyukur karena mereka mendapat hasil bumi
dan bagaimana supaya lingkungan tetap terjaga. Lebih ke penghormatan
pada sesepuh, ya ucapan syukur itu tadi juga bisa. Terus ada tarian-tarian ya
begitu tentang kesenian.
P : Bagaimana cara Tlatah Bocah mengenalkan seni atau kearifan lokal yang
ada?
G : Hmm.. ya melalui festival itu.
P : Bagaimana cara Tlatah Bocah mengenalkan seni atau kearifan lokal yang
ada?
G : Hmm.. ya melalui festival itu. Tahun ini kita sudah festival ke 11.
Workshop tarian juga ada terkadang, ya menyebarkan informasi bersama
gitu. Festival juga tidak melulu dibulan yang sama, kita mencari bulan yang
semuanya bisa dan bebas. Dalam arti untuk anak-anak tidak dalam masa tes
sekolah seperti itu, mungkin pas libur semester, tidak waktu puasa atau
lebaran, supaya benar-benar semua bisa ikut berpartisipasi.
P : Terima kasih Pak, untuk waktu dan kesempatannya melakukan
wawancara.
G : Iya sama-sama.
Lampiran 2. Hasil Wawancara Dengan Ketua Komunitas Tlatah Bocah (2)
Identitas Informan :
Nama : Gunawan Julianto
Pekerjaan : Pengangguran
Usia : 48 tahun
Jabatan : Ketua Komunitas Tlatah Bocah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lokasi Wawancara : Sanggar Bangun Budhoyo, Desa Sumber
Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017
Pukul : 09:50 – 12:06
P : Selamat pagi Pak, terimakasih kembali untuk waktu yang diberikan kepada
saya untuk melakukan wawancara guna melengkapi data skripsi saya yang
masih kurang tentang Tlatah Bocah.
G : Iya mbak, sama-sama. Santai saja sama aku tidak jadi masalah, wong yo
aku ra ono gawean hahaha... (kebetulan saya juga tidak ada pekerjaan).
Piye mbak? (Gimana mbak?)
P : Pak dulu bagaimana ceritanya Pak Gun dan Mas Gambir mau menggagas
tentang area bermain anak dengan mendirikan komunitas Tlatah Bocah ini?
G : Ya dulu itu kan aku sama gambir lagi dolan neng kono kae dusun cedak e
merapi persis opo ke jeneng e lali, pokok e nang kono kuwi. Lha kebetulan
anak kecil dusun itu seneng main do dolanan tarian ngono kae. Lha pas aku
moro neng kadus e crito-crito ngono ki yo intine mereka ki nduwe kelompok
seni tapi nek meh tampil susah paling mung ngandalke nek ono panggilan
tok. Ee terus aku dolan ro Gambir neng dusun sengi neng kono bocah e
seneng ndelok kesenian ngono tapi mereka tidak bisa menyalurkan
keinginannya itu. Ya berpotensi tetapi tidak ada sarana untuk itu, terus kita
cerita ke berbagai dusun yang mempunyai kelompok kesenian ya mereka
sama halnya agak susah mencari regenerasi yang mau berkesenian karena
punya kesibukan, terbukti to seng dusun siji meh berkesenian bingung
raono sarana, seng siji nduwe sarana tapi sitik peminate. Yawes terus tak
bangun karo Gambir, terus ngajak konco-konco seng emang nduwe
keprihatinan podo ro akdewe, lha sisanke pas akdewe nduwe perpus yo ra
keurus kuwi terus masalah kesenian iki bersamaan kita nduwe mitra bar
erupsi kae ya sudah kita fokuskan ke kesenian tradisi lokal untuk anak-
anak.
P : Apa kesulitan yang Pak Gun hadapi ketika membangun komunitas Tlatah
Bocah ini?
G : Kesulitan ya mbak? Hmmm... opo yo? (apa ya?). Ya.. mungkin pada
awalnya kurang percaya diri ya mbak. Aku merasa apakah ada orang-orang
yang mau bekerja untuk hal yang sama, bukan hanya melu ubyang-ubyung
(ikut kesana-kemari) tapi hal itu dilakukan dengan rasa dan kenyataannya
memang sedikit yang mau. Mungkin kalau hobi gitu lumayan banyak yang
mau, meskipun sifatnya ya sama sih mereka membuang uang. Ya kita cariin
uang untuk dibuang juga, tetapi itu untuk kegiatan. Ya memang yang patut
dipikirkan itu, gimana caranya bertahan. Yo kuwi mau seng mesti kudu
dipikirke piye carane nduwe usaha tenanan, keinginan seng podo ben iso
mertahanke lahan go bocah-bocah dolanan. Ra kabeh gelem tibake (Ya itu
tadi yang harus dipikirkan, gimana caranya punya usaha yang serius,
keinginan yang sama supaya bisa mempertahankan area bermain untuk
anak-anak. Ternyata tidak semuanya mau).
P : Kira-kira hal itu kenapa Pak bisa terjadi?
G : Ya mungkin karna kesibukan itu bisa atau memang sedang tidak ingin ya
ada. Banyak faktor yang tidak semua orang mau mengerti mbak. Jadi kalau
aku sih ya siapa yang mau ya ayo kita bersama-sama berusaha tanpa
paksaan seperti itu. Ya semua itu rela ajalah kan kita juga basisnya
kerelawanan, karna prihatin aja sama keadaan anak-anak makannya aku
mau ngurusi (mengurus) ini banget mbak.
P : Kedekatan masing-masing anggota dengan pengurus komunitas Tlatah
Bocah bagaimana Pak?
G : Ya akrab mbak. Sangat dekat. Wes koyo tunggal e dewe. Njaluk tulung yo
dibantuni mesti kuwi. Ora mesti ora (sudah seperti keluarga sendiri.
Meminta bantuan juga pasti selalu dibantu). Misalkan sama-sama anggota
Tlatah Bocah gitu ya mbak, terus ee kebutulan kok lagi butuh banyak
bantuan tenaga misalkan ya kita pasti bantuin. Atau dalam hal lain sedang
mengalami musibah gitu pasti tanpa banyak mikir kita pasti langsung
kesana. Masalahnya ya itu tadi, masa sama keluarga sendiri mau cuek kan
ya piye.
P : Kalau di Tlatah Bacah ada aturan khusus gitu pak?
G : Hahaha koyo sekolah wae mbak ono aturanne barang (seperti sekolah aja
mbak ada aturannya). Ndak ada mbak kalau aturan yang mengikat dan
resmi gitu. Kan komunitas ini sifatnya terbuka ya jadi siapa aja boleh kalau
mau gabung. Cuma di Tlatah Bocah ada kesepakatan untuk selalu beretika
baik gitu mbak. Ya sopan lah, tau unggah-ungguh (sopan santun). Bisa lihat
situasi siapa yang lagi diajak bicara gitu aja sih mbak ya meskipun
senioritas disini sama sekali tidak diterapkan. Kalau sampai ada sanksi yang
berlaku gitu ndak ada hehehe..
P : Sudah ganti berapa kali perombakan struktur Pak?
G : Ya.. kalo pergantian struktur leih kepada...tataran ora resmi ngono lho
(tidak resmi begitu ya). Ra resmi istilahe lebih ke iki ra apik lek diganti
ngono ora (tidak resmi itu maksudnya lebih pada orang yang satu tidak
bagus kemudian diganti itu tidak seperti itu). Santai sih mbak kalo soal
struktur. Mungkin terutama posisi visual ya, itu ada kemungkinan selalu
diganti setiap ada acara festival tiap tahun. Tapi nek kepengurusan ki
gantine iki ora terus lek tanggal iki ganti ngono ora, cuma luwih neng suwe
kok ra ketok yowes ganti ngono wae. Selain kuwi karna mungkin yowes we
aku ganti wae ngono yo ono. (Tapi kalau kepengurusan orang ini sebagai
pengganti orang ini di tanggal segini ganti tidak seperti itu, hanya lebih pada
lama tidak pernah terlihat ya sudah di ganti yang ada. Selain itu karena
mungkin aku di ganti saja seperti itu ya ada). Terumata lebih ke keuangan
itu jarang sekali ada pergantian mbak. Soalnya uang itu kan riskan to, jadine
ya udah percaya satu orang untuk mengelola ya itu aja.
P : Bagaimana dengan masyarakat lereng Gunung Merapi, Pak? Apakah Pak
Gun sudah mengenali warga yang menjadi target komunikasi?
G : Lebih ke kenal masyarakat kampung itu. Oh ini warga Dusun Sumber, ini
warga Dusun Tutup Ngisor. Ya kenal secara umum terutama sama beberapa
kalangan dewasa. Misal Pak Kadus, warga dusun, pemuda, anak-anaknya
beberapa tidak semuanya. Tapi kalo secara keadaan paham mbak, ya
mudeng gitu lho. Óh dusun sini tu keadaannya begini latar belakangnya,
yang dusun ini begini gitu. Kan masing-masing dusun berbeda. Kalo kita
sedang main ke Dusun gitu juga ndak cuma main aja tapi juga tanya soal
keadaan dusun bagaimana masyarakatnya nah kira-kira cocok apa tidak
anak-anaknya untuk diajak berkesenian seperti itu.
P : Memang keadaan Dusun yang seperti apa yang diingikan dari Pak Gun?
G : Ya bukan dari aku tok ya mbak, tapi lebih untuk komunitas ini. Bisa ndak
ya dusun A diajak berkesenian, diajak bertanggung jawab dalam artian
menjalankan semua program. Kira-kira dusun ini cocoknya program yang
mana dan warganya mau apa tidak kan begitu mbak.
P : Jadi bukan karena keadaan dari segi perekonomian masing-masing
kampung ya Pak?
G : Kita ndak menilai dari segi ekonomi mbak. Menilai perekonomian masing-
masing kampung sekarang susah mbak. Dibilang kaya ya ndak, dibilang
miskin juga berkecukupan. Jadi bukan faktor itu yang kita pertimbangkan.
Yang kita pikirkan kemampuan anak-anak dusun untuk mau berkesenian
sama kita. Mereka punya bakat dan itu perlu untuk dikembangkan.
P : Media apa yang digunakan untuk menyebarkan kegiatan Beasiswa Merapi
ini ke dusun-dusun?
G : Hmmm media ya mbak? Aku juga bingung kalo suruh ngomong soal
media, masalahnya memang kita ngga pakai media khusus mbak. Ya..
paling lebih langsung ke Pak Kadus, ke orang tuanya. Kadang kita yo ngasih
undangan ke orang tua anak yang jadi anggota Tlatah Bocah lewat
kumpulan dusun-dusun gitu sekalian ikut sosialisasi terus bersamaan dengan
hal itu kita sekalian bagi formulir untuk pendataan calon penerimaa ayam
gitu aja sih mbak, ndak ada media khusus gitu. Kadang kita juga woro-woro
(pengumuman) lewat Pak Kadus nanti beliau yang meneruskan, waktune yo
menyesuaikan mbak kadang sore kadang dino (hari) minggu. Yo ra mesti
sak isone dusune ben kabeh berpartisipasi (tidak pasti, kapan bisanya dusun
tersebut supaya semua berpartisipasi).
P : Adakah strategi khusus Pak untuk mejaring anak-anak lereng Gunung
Merapi menjadi anggota Tlatah Bocah?
G : Ya paling ngajak “ayo cah podo dolanan neng kene, melu kesenian, jogat-
joget ben awet budhoyone” (ayo anak-anak pada main kesini, ikut
berkesenina, menari biar awet budayanya) gitu sih mbak. Itu juga anak-anak
kadang ngajak temennya otomatis dan kami tidak memaksa. Tapi kalo
strategi ngumpulke gitu ndak, wong nek wes ono pengumuman sesuk ono
acara ngono mesti teko kok mbak (kalau setiap ada pengumuman besuk
akan ada acara pasti akan datang berkumpul kok mbak). Kalo strategi
mungkin lebih ke strategi piye carane ben bertahan program e kuwi
(gimana caranya supaya program itu bertahan) idenya itu.
P : Tapi sampai sekarang program itu masih berjalan dengan baik Pak?
G : Ya masih, syukur alhamdulillah ijek (masih) bertahan cuma memang
belum bagus sampai sekarang. Belum baguse tu ya karna kita merasa yang
15 dusun pertama itu lepas dari kontrol kita dari kendali kita karena
mungkin waktu menyalurkan beasiswanya terlalu berdekatan. Bulan ini
dusun ini, bulan ini dusun yang sana jadi ternyata itu juga menyulitkan kita
untuk monitoring.
P : Bentuk keinginan masyarakat lereng Merapi akan program tersebut
bagaimana Pak?
G : Ya banyak yang menanyakan mbak. Anakku kok raentuk (anakku kok
tidak dapat ayamnya). Selalu ada mbak pertanyaan semacam itu.
P : Bagaimana cara Pak Gun mempengaruhi atau meyakinkan mereka tentang
Beasiswa ayam?
G : Lebih ke “yo pitik e dirumat cah” (ayo ayamnya dirawat). Buat anak-anak
kan aku dikasih ayam gimana caranya ayam itu tetap hidup dan berguna
buat aku gitu. Yo mbok’o ayam e diopeni karo wong tuone barang tapi kan
kuwi yo wes berupaya ngrumat ngono (ya meskipun ayamnya dirawat oleh
orang tuanya juga tapi itu sudah merupakan upaya untuk merawat).
P : Bagaimana cara pak Gun membangun kesadaran mereka untuk tetap
merawat ayam pak?
G : Ya ayam itu kan kalo untuk di daerah sini sangat penting mbak
keberadaannya. Selain memang ayam itu bagus untuk kesehatan, tradisi
lokal sini kan kalo ritual selalu ada ayam, ingkung itu to. Dan itu pasti. Lha
daripada tuku pitik neng pasar aben meh ono acara nopo ora ngingu dewe
nek butuh sewayah-wayah isi njuku kandang kan ngono. Lha mumpung iki
ono pitik ayo rumaten, dikembangbiake ben dadi keh supoyone nek butuh
kuwi golekanne gampang. Kan ayam neng pasar regone wes piro, lha nek
butuh jukuk kandang e dewe kan ora usah bayar, ucul duit mbak. Ya itu
juga jadi salah satu faktor kita kenapa beasiswa ini ayam, kenapa bukan
uang, ya karena ayam itu sangat penting untuk lingkungan Merapi,
terkhusus dari ayam kita juga bisa ikut melestarikan tradisi lokal selain
dengan berkesenian.
P : Apakah pernah Pak Gun mendapatkan penolakan dari masyarakat
mengenai program beasiswa ini?
G : Hehehe... yo nek nolak langsung ngono rung tau yo mbak. Tapi mungkin
sakjane ono seng nolak tapi ra penak wae nolak e, mungkin lho yo. Biasane
nek do dikei yo iyo-iyo wae ra ketung gampanganne neng mburi ngko
dibeleh ngono yo iso (kalau menolak secara langsung belum pernah mbak.
Tapi mungkin sebenarnya ada yang mau menolak tadi tidak enak. Biasanya
kalau dikasih ya diterima saja, ya meskipun mungkin setelah dikasih tanpa
sepengetahuan dipotong untuk konsumsi gitu juga bisa).
P : Apa yang membuat Pak Gun memutuskan atau memilih dusun ini?
G : Ya.. karena kedekatan dengan masyarakat dusunnya mbak, dan aku
menilai bahwa anak-anak dusun ini bisa diandalkan untuk berkesenian
seperti itu. Ya mereka cocok dan mampu. Secara gampang kalo ada dusun
yang kita tidak kenal masyarakatnya ya kita ndak mau lah ya karena
nantinya yang susah kita sendiri. Ketika kita lagi ngorbrol gitu kalo
orangnya ndak jelas ya pasti kita juga jadi males. Tapi kalo warganya jelas,
udah punya hubungan baik sama kita, kita paham, ada hubungan emosi gitu
kan memudahkan kita juga untuk mengembangkan program dan mengajak
mereka berpartisipasi dalam kegiatan komunitas.
P : Bagaimana kriteria calon penerima Beasiswa Merapi pak?
G : Kriteria khusus gitu ndak ada mbak, cuma paling yang kita ajak untuk
mengikuti program ini anak-anak kelas 4 SD – 3 SMP yang sudah
mengikuti kegiatan Festival sebanyak 7 festival berturut-turut. Mungkin itu
bisa dibagi kategori tapi waktunya yang lebih bisa yang kelas 4-6 SD untuk
kita ajak berkesenian. Menurutku anak SD itu masih suka main dan
gampang buat diajak, ra isinan ngono lho tapi nek cah SMP kok moso dijak
ngomongke pitik luwih angel gek jamane golek jatidiri (tidak mudah malu,
tapi masa anak SMP mau diajak berbicara soal ayam kan kelihatannya lebih
susah lagipula masih masanya mencari jatidiri)
P : Kenapa harus 7 kali dulu pak?
G : Ya sebener raono artian khusus mbak, mung yo itu sebagai penghargaan
untuk mereka yang konsisten ikut melestarikan dan mengembangkan seni
budaya. Ya ndak banyak aja yang bisa sampai berturut-turut itu. Nah,
jeneng e bocah kan seneng nek dikei hadiah to mbak yo kuwi ben tambah
semangat wae le berkesenian ben opo pemacune. Mbok o mung pitik yo
hahaha dewek e nompone yo mbek nggya-nggyu, tapi yo seneng sajak e
P : Setelah pak Gun memberikan ayamnya, aksi apa yang diharapkan Pak Gun
setelah mereka menerimanya?
G : Ya tentunya dipelihara dengan cara yang lebih baik, ora mung diculke
ngono wae (tidak hanya di lepas begitu saja).
P : Bagaimana dengan hasil ayamnya Pak? Dinikmati sendiri atau bagaimana?
G : Hasil ayamnya dinikmati sendiri mbak biasanya. Kan itu kita beri sebagai
beasiswa itu kan melatih mereka bertanggung jawab nah hasilnya silahkan
dinikmati namun mereka berkesenian bersama kami begitu. Dulu ada yang
cerita kalo hasil dari ayamnya bisa buat beli sepatu terus bisa buat tambah-
tambah sangu sekolah.
P : Berarti hasilnya tidak ada yang dikirim ke komunitas ya Pak?
G : O endak mbak. Mereka ke komunitas memberikan kontribusi mereka aja
sih untuk nguri-uri (melestarikan) seni tradisi lokal yang ada disini.
P : Nah untuk komunitas sendiri, seberapa sering Pak mengadakan rapat?
G : Oh kalo rapat tu ya ndak sering-sering banget. Lebih sering ke kumpul
santai aja. Kalo rapat formal gitu biasanya kalo lagi mau ada acara besar
seperti festival itu atau ada kemitraan yang mau berinteraksi dengan anak-
anak gitu aja sih mbak. Ndak cuma acara sih tapi ada ide apa untuk kegiatan
anak-anak selanjutnya biar anak-anak itu ndak bosen gimana carane
dibuatke acara yang seru asik gitu mbak. Kalo sering-sering rapat yang mau
dibahas apa kan bingung, wong yo punya urusan masing-masing. Kebetulan
juga pengurus Tlatah Bocah itu aktif di kampungnya juga jadi ya kita
menyesuaikan saja kalo mau mengadakan rapat.
P : Tlatah Bocah itu tepatnya sudah menggelar berapa kali Festival Seni
Tradisi Pak?
G : Hmmm.. kalo dihitung besok September itu yang ke 11 mbak.
P : Itu acaranya ngapain aja sih Pak?
G : Ya itu kan acaranya itu sebenernya mewadahi semua dusun-dusun yang
ada di Lereng Gunung Merapi untuk berkesenian. Jadi di acara itu kita
datangkan dusun-dusun yang memiliki kelompok kesenian untuk
menampilkan kesenian mereka tapi juga ada acara yang lain biar seru,
gayeng (akrab) gitu suasananya. Coba besok to mbak yang September main
kesini, itu sekitar tanggal 9-10 kalo tidak ada perubahan, soalnya masih mau
diobrolke lagi gitu.
P : Sampai Festival ke 11, dusun mana saja yang selalu ikut berpartisipasi
pak?
G : Banyak sih mbak karena setiap festival kadang dusun ini ikut, festival
berikutnya absen dulu karna kelompok komunitasnya sedang off gitu. Tapi
yang sering ikut berturut-turut dari Dusun Sumber sini, Tutup Ngisor,
Gowok Pos, Mbraman, Andong itu mereka ikut dari Festival pertama.
P : Kesenian yang ditampilkan masing-masing dusun berbeda Pak?
G : Iya mbak. Pasti itu biar variatif. Masing-masing dusun punya ciri khas
seninya sendiri mbak meskipun jenis seninya sama tapi pengemasan dan
jalan cerita yang disuguhkan pasti berbeda. Coba aja mbak besok dateng
kesini ya.
P : Tempat diadakan Festival selalu sama atau berpindah juga pak?
G : Berpindah mbak. Termasuk tema festival juga selalu berubah. Supaya
selalu ada peningkatan gitu ya mbak.
P : Bagaimana cara Pak Gun membangun kesadaran anak-anak Tlatah Bocah
untuk berkesenian?
G : Ya memang kesadaran yang penting ya mbak. Ya paling aku bilang “yo
podo-podo nguri-uri tradisine dewe ben ora ilang opo dijupuk wong” nah
dari situ pasti juga mereka berpikir “oh iyo sopo meneh nak ora akdewe”
Ya rasa memiliki tradisi itu memang harus selalu ditanamkan sih mbak
supaya kepemilikan akan tradisi tidak pudar gitu. Selalu sebelum atau pas
acara aku bilang gitu
P : Oh ya sudah Pak, mungkin cukup sudah datanya. Nanti kalau masih
kurang saya boleh menghubungi pak Gun atau kesini lagi mungkin pak
hehehe ...
G : Iya mbak boleh. Siap-siap, lak yo nduwe nomerku to telfon wae nek rung
ono wektu mrene. Aku yo selo ok (kan punya nomer saya ya telfon saja kalau
belum ada waktu untuk kesini. Saya juga senggang, ada waktu kok).
P : Oke baik Pak, Terima kasih Pak Gun.
G : Iya mbak, sama-sama.
Lampiran 3. Hasil Wawancara Dengan Pengurus Bagian Keuangan
Komunitas Tlatah Bocah
Identitas Informan :
Nama : Sunantoro (Tanto)
Pekerjaan : Pengangguran
Usia : 28 tahun
Jabatan : Kepala Keuangan Komunitas Tlatah Bocah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lokasi Wawancara : Sanggar Bangun Budhoyo, Desa Sumber
Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017
Pukul : 12:10 – 13:00
P : Selamat siang mas, saya Andita. Saya disini ingin mencari data untuk
keperluan skripsi saya yang berkaitan dengan Komunitas Tlatah Bocah.
Kalau boleh tahu, masnya namanya siapa?
T : Sunantoro. Biasa dipanggil Tanto.
P : Mas Tanto asli dusun Sumber?
T : Iya. Rumahku bawah situ.
P : Sudah berapa lama tinggal di Dusun sini Mas?
T : Dah lama mbak. Dari aku lahir orang tuaku dah disini.
P : Berapa tahun Mas?
T : kalo aku 28 tahun.
P : Apakah mas Tanto tahu tentang Komunitas Tlatah Bocah?
T : Sedikit banyak tahu mbak.
P : Apa itu komunitas Tlatah Bocah Mas?
T : Ya komunitas ini merupakan komunitas yang fokus pada anak-anak
dimana di komunitas ini anak-anak bisa berkembang. Dalam artian mereka
bisa mengembangkan kreatifitas mereka untuk berkesenian, tidak hanya
berkesenian mungkin mereka juga bisa mengasah kemampuan mereka
untuk menggali kemampuan yang mereka miliki. Kan di komunitas ini ndak
cuma jogat-joget (menari) aja tapi juga diajari bikin mainan dari bahan-
bahan yang sederhana gitu. Jadi mereka bisa menyalurkan hobi main
mereka ke hal yang lebih positif.
P : Mas Tanto ikut keanggotaan Komunitas Tlatah Bocah?
T : Hmmm.. aku pengurusnya mbak kebetulan. Aku megang bagian keuangan
sama temenku satu, Purnomo namane.
P : Sudah berapa lama mas Tanto bergabung di pengurusan Komunitas Tlatah
Bocah?
T : Aku gabung di komunitas ini udah dari tahun 2010 sampai sekarang mbak.
Dulunya kan aku cuma ikut dikampung sini, tapi karena seneng bantu ya
udah langsung masuk struktur.
P : Mas Tanto di bagian itu kerjaannya ngapain aja Mas?
T : Hmmm kalo keuangan lebih anu ya. Hmmm.. bukan keuangan yang ribet
gitu, sederhana sih sebenernya. Ya mengelola uang gitu aja. Mengelola
keluar masuknya yang buat acara Tlatah Bocah. Kalo biasanya keuangan
kan bikin laporan ya, tapi kalo disini laporannya yang secara rinci gitu
enggak, ya cuma laporan lisan. Misalkan terus ada pendapatan sekian,
pengeluarannya sekian, buat apa aja, ya cuma laporan itu. Ada program ini
terus dapetnya segini gitu.
P : Jadi bukan laporan yang resmi gitu ya mas? Seperti pemberitahuan aja gitu
ya?
T : Iya mbak.
P : Tadi Mas Tanto bilang kalau dibagian keuangan ada 2 orang, berarti bukan
hanya Mas Tanto ya yang megang uang?
T : Ya lihat situasi sih mbak. Kita saling bantu aja. Kalo aku ndak bisa ya Mas
Purnomo yang pegang.
P : Berarti sudah 7 tahun ya Mas Tanto di posisi keuangan?
T : Iya mbak.
P : Selama 7 tahun masuk dalam struktur Tlatah Bocah, pernah ada pergantian
pengurus Mas?
T : Hmm.. kalau bagian keuangan terakhir di posisi aku sama Mas Purnomo
mbak. Tapi kalo posisi bagian lain pernah ada pergantian tapi pergantiannya
juga disesuaikan sama kondisi.
P : Maksud disesuaikan sama kondisi Mas?
T : Ya semisal bagian ekonomi, sekarang kan ada bambang mbak
panggilannya Bagor, nah kalo yang lalu itu kan dipegang sama siapa gitu
aku lupa namanya dari dusun sana mbak. Itu diganti karena dia dapet
kerjaan diluar daerah sini jadi ndak mungkin kalo tidak diganti.
P : Oh berarti sampai saat ini pergantian pengurus masih tetap ya?
T : Kalau keuangan tetap, tapi kalo posisi yang lain terakhir bagian itu yang
diganti.
P : Mas Tanto tahu sejarah berdirinya Tlatah Bocah?
T : Hahaha.. kalo sejarah pastinya aku ndak begitu tahu ceritanya ya mbak.
Masalahnya dulu pas komunitas ini berdiri aku cuma orang yang datang
terus ngilang gitu mbak. Dulu cuma tahu beberapa temenku suka main ke
Rumah Pelangi, kan dulu namane itu mbak. Mereka suka baca-baca disini.
Tempate jauh sama rumahku mbak jadi aku males. Tapi pas di dusun sini
juga gabung ya aku bantu-bantu gitu. Bantu ya bantu tapi ndak terusan.
Yang aku tahu cuma Tlatah Bocah itu komunitas yang suka bikin acara buat
jadi tempat dusun-dusun lain pamer seni versi mereka gitu sih mbak. Sama
ada program juga.
P : Siapa yang mendirikan Tlatah Bocah Mas?
T : Pak Gun sama Mas Gambir kalo yang aku tahu. Penggagasnya dua orang
itu.
P : Tadi Mas Tanto bilang ada program, nah program apa aja yang ada di
Tlatah Bocah?
T : Ada kesenian sama ekonomi kreatif mbak, terus ada beasiswa juga tapi
bukan berupa uang. Kalo keseniannya itu ya seni yang ada disini mbak, tari-
tarian, ritual adat gitu. Kalo ekonomi kreatif Tlatah Bocah itu punya bisnis
sablon tapi sekarang lagi nggak nyablon soal e gak ada orderan hahaha...
P : Kalau yang beasiswa tadi seperti apa Mas kan katanya tidak berupa uang?
T : Oh iyaa, lupa. Beasiswa versi Tlatah Bocah itu berupa ayam mbak.
P : Ayam?
T : Iya mbak. Jadi kita kasih ayam ke anak-anak dusun anggota Tlatah Bocah
gitu.
P : Kenapa ayam mas?
T : Ya menurut kita ayam itu sangat penting buat masyarakat sini mbak.
Apalagi untuk ritual adat itu pasti ayam, ingkung tu mbak namanya. Nah
daripada mereka butuh ayam terus beli makannya kita manfaatkan aja ayam
untuk dikasih ke meraka. Kalo uang juga ndak mungkin mbak. Soalnya kita
aja juga susah cari duit (uang) buat acara.
P : Terus dapat ayamnya darimana Mas?
T : Aku sama temen-temen cari donatur ayam mbak. Ya biasanya kita woro-
woro ke temen-temen kita ngajakin mereka untuk bedonasi ayam gitu sih
mbak. Kita enggak minta lho ya, tapi kita ngajak mereka untuk berdonasi,
kalo mau ya syukur kalo enggak kita juga ndak masalah.
P : Sampai sekarang masih berjalan Mas Program beasiswa itu?
T : Terakhir tahun kemarin mbak, 2016. Itu di dusun Gowok Pos sebelah sana
atas.
P : Tanggapan masyarakat tentang beasiswa ayam itu gimana mas?
T : Hmmm ya seneng sih mbak.
P : Menurut Mas Tanto beasiswa ayam itu bagaimana?
T : Kalo dari aku sih secara program itu bagus, artinya program beasiswa
ayam itu kan unik, secara tidak langsung mengajarkan anak untuk tanggung
jawab. Ya walaupun cuma ayam kalo dikelola dengan baik kan bisa
menghasilkan juga. Terus plus-minusnya masih ada sih. Eeee... temen-
temen pengurus itu yang kurang untuk mengontrol. Itu yang jadi kendala
setiap kali kita ingin mendata. Susah dan belum maksimal gitu lho mbak.
Karna kan untuk kegiatan ini sama sekali kegiatan sosial, maksudnya tidak
ada fee dari kegiatan lain, sementara kita juga masih ada kegiatan yang lain
dikampungnya sendiri atau kegiatan dengan orang lain belum nanti ee...
kegiatan pribadi. Ya mungkin itu, karena kita kan juga cuma beberapa orang
saja tapi kan kegiatannya tu kan banyak jadi agak kesusahan.
P : Sejauh ini kalau susah dalam pendataan terus bagaimana Mas?
T : Ya kita tetap mendata tapi dengan menerima laporan dari masing-masing
individu aja mbak.
P : Kriteria penerima beasiswa ayam itu seperti apa Mas?
T : Anak-anak anggota Tlatah Bocah yang masih sekolah mbak sekitar kelas
4-6 SD yang sudah ikut festival sebanyak 7 festival berturut-turut.
P : Awalnya bagaimana Mas mau bagi-bagi ayam ke dusun-dusun? Bisa
diceritakan.
T : Ya kita misalnya mau kasih ke dusun A, sebelumnya kita udah main dulu
ke dusun A jauh-jauh hari. Mungkin misalkan setahun, setahun yang lalu
pendekatan gitu. Itu kan juga lihat keadaan kondisinya seperti apa, misalkan
kalo masyarakatnya enak terus pemudanya srawung (akrab) gampang diajak
kerjasama gitu bisa diajak untuk berkesenian juga gitu. Kalo misalkan sulit
kan kita juga yang repot. Istilahnya ya seperti timbal balik gitu lho untuk
ikut berkesenian sama kita gitu.
P : Cara menyebarkan berita kalau mau ada pembagian ayamnya bagaimana
Mas?
T : Biasanya dari omongan mbak. Ya kita kan datang ke Kadus dulu kasih
tahu kalau tanggal segini mau ada pembagian ayam jam segini ditempat
sini, nah nanti Pak Kadusnya yang menyebarkan, lewat cara Pak Kadus
sendiri atau lewat toa masjid setempat atau pengumuman lewat pengeras
suara balai warga gitu. Biasanya kalau di Dusun Sumber sini Pak Kadus
keliling kampung bawa toa gitu mbak berenti digang-gang “yo cah, sesok
podo kumpul neng bale warga, ono pitik grates sopo seng gelem, seng podo
pinter bocah sekolah ayoo melu kabeh” (ayo anak-anak, besok pada
berkumpul di balai warga akan ada pembagian ayam gratis siapa yang mau,
anak sekolah yang pinter-pinter mari ikutan)
P : Cara pendekatannya seperti apa Mas?
T : Ya biasanya kami pengurus inti gitu dateng ke rumah pak Kadus misal
dusun Gowok Pos misalnya ya bilang “pak niki rencang-rencang Tlatah
Bocah ajeng nganakke program beasiswa merapi teng dusun mriki kagem
adik-adik kang saget lan mpun nderek kesenian teng mriki. Acaranipun
rencanane tanggal sementen kanggonanne teng mriki, menowo bapak saget
mbantuni woro-woro teng wargo Gowok Pos” gitu mbak.
P : Terus ketika sampai harinya pembagian langsung pada berebut gitu mas?
T : Iya mbak, kan pada antusias gitu ya mereka. “aku mas aku, aku gelem pitik
e seng werno iki” (saya mas saya, saya mau ayam yang warna ini) begitu
mbak. Dan ramai sekali itu suasanya. Seru mbak.
P : Kalau sekarang anggota Komunitas Tlatah Bocah sudah berapa banyak
Mas?
T : Wahh mbak, kalau berapa banyak anggota aku ndak tahu ek mbak.
Soalnya aku gak pernah bawa data jumlah anggota. Mungkin tanya ke Pak
Gun langsung aja yang lebih tahu data pastinya.
P : Di Komunitas Tlatah Bocah ini anggotanya banyak anak-anak atau remaja
mas?
T : Banyak anak-anaknya sih mbak, kan menurut kita anak-anak lebih bisa
diajak. Mereka masih suka bermain jadi lebih mudah kalau ngajak buat
berkesenian apalagi mereka itu suka tarian adat gitu mbak. Seneng banget
malahan kalo pas gak ada acara latihan suka nanyain kapan latihan mas gitu.
P : Kira-kira yang ikut itu latar belakangnya darimana saja Mas?
T : Ada anak SD, yang masih sekolah gitu. Ada juga yang belum sekolah.
Macem-macem mbak hehehehe ....
P : Kalau untuk anak remaja, itu gimana Mas ngajaknya?
T : Kalau udah remaja susah ya mbak, harus ditawarin dulu gitu. Kan
mungkin mereka juga punya kesibukan sendiri. Masih mau ngikuti maunya
sendiri. Kalo anak-anak masih gampang sih.
P : Mas Tanto dulu berminat ikut berpartisipasi bantu-bantu jadi pengurus
Tlatah Bocah karena apa?
T : Ya karena memang disini tradisinya kan gotong royong mbak, jadinya ya
aku kalo bantu-bantu ya murni mau bantu aja mbak. Soalnya kan ndak enak
juga ya mbak kalo misal tetangga ada hajatan terus akunya diem ndak bantu
kan ya piye gitu mbak hahaha... kalo pemuda sini juga emang semua
sukanya bantu mbak ndak cuma aku aja sih hehehe hampir semua pemuda
kalo disini begitu. Ya masih akrab aja suasana pedesaanya hahaha ...
P : Mas untuk waktu dekat ini Komunitas Tlatah Bocah ada acara Mas?
T : Kalo yang kemarin habis workshop sih mbak. Tapi kalo yang akan datang
nanti bulan September acara andalan Komunitas Tlatah Bocah mbak,
tanggalnya masih mau dirapatkan lagi biar semua bisa berpastisipasi.
P : Itu acara Festival itu Mas?
T : Iya mbak.
P : Ini festival ke berapa Mas?
T : Sek-sek mbak tak ngitung sek (sebentar mbak aku menghitung dulu),
festival besok itu festival ke 11 mbak.
P : Itu acaranya ngapain aja Mas?
T : Acaranya ya menunjukkan kesenian masing-masing dusun mbak. Itu
sampai malam kok mbak acaranya. Terus juga ada yang lain. Seru mbak dan
setiap tahunnya seni yang ditampilkan juga beda-beda jadi kita yang nonton
juga seneng aja. Terhibur dan bisa kenal banyak kesenian. Temen-temen
yang hadir juga gak cuma dari warga sekitar tapi dari luar kota dan mitra
kerja juga kita undang mbak biar makin rame. Makin malam makin akrab
jadi seru.
P : Dusun yang sering ikut Festival ini mana aja Mas?
T : Banyak mbak, sini Dusun Sumber, Gumuk, Tontro, Andong, Tutup
Ngisor, Sengi, Gowok Pos, Klangka, Sambak. Itu juga tergabung di Tlatah
Bocah. Kalo dihitung kepala banyak banget mbak hahaha itu masih ada
yang ndak kesebut kayaknya.
P : Tempat diadakan Festival selalu sama atau berpindah Mas?
T : Pindah mbak, biar ndak bosen hahaha
P : Terus untuk acara itu, siapa yang mencari tambahan dana Mas?
T : Kalo untuk program biasanya pengurus cari sendiri, tapi untuk acara
Festival ya kita kerjasama sama masing-masing dusun yang gabung. Kan itu
acara bareng jadi ya sumber dana ditanggung bareng. Mereka juga paham
jadi ndak keberatan gitu mbak.
P : Di Komunitas ada rapat atau pertemuan rutin gitu Mas?
T : Ada mbak.
P : Siapa aja Mas yang datang rapat biasanya?
T : Ya kita pengurus dah pasti ya mbak hahaha terus sama perwakilan masing-
masing dusun itu mbak.
P : Apa saja yang dibahas Mas?
T : Hmm.. yang dibahas ya banyak mbak haha.. ya kadang bahas kegiatan
yang akan dilakukan untuk Komunitas terus persiapan Festival ini terus
misalkan ada ini ee.... ada peluang untuk kerjasama dengan pihak lain ya
mitra kerja gitu terus misalkan ada temen-temen komunitas yang ingin
berkegiatan misalkan mau kasih workshop atau apa gitu kita nampung dan
dibahas di rapat. Kadang bahas masalah juga cari jalan keluar bersama
banyak mbak hehehe ..
P : Tapi kalau diluar rapat tetap ngobrol gitu Mas?
T : Iya dong mbak. Kita selalu ngobrol gitu. Kan disini selalu bantu membantu
otomatis ya banyak waktu untuk ngobrol, bercanda gitu mbak.
P : Menurut mas Tanto pak Gun itu orangya seperti apa sih?
T : Pak Gun itu orangnya piye ya.. hmmm.. santai sih mbak dia. Tapi emang
disiplin gitu. Penuh dengan pemikiran hahaha .. ya dibandingkan sama kita
tu pendidikan Pak Gun lebih tinggi mbak. Sebenernya dia bisa saja cari
pekerjaan yang layak buat dia, tapi dia terlalu cinta mungkin ya dengan
keadaan seperti ini jadinya dia ingin bantu keadaan disini biar lebih baik
lagi gitu mbak hahhaa
P : Terimakasih Mas Tanto untuk waktunya boleh melakukan wawancara.
T : Iya mbak sama-sama, nanti kalo masih ada yang kurang langsung tanya aja
ndak apa-apa.
P : Baik mas.
Lampiran 4. Hasil Wawancara Dengan Pengurus Bagian Pelaksana Program
Komunitas Tlatah Bocah
Identitas Informan :
Nama : Setiyoko
Pekerjaan : Pengangguran
Usia : 29 tahun
Jabatan : Pelaksana Program Komunitas Tlatah Bocah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lokasi Wawancara : Sanggar Bangun Budhoyo, Desa Sumber
Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017
Pukul : 13:45 – 14:55
P : Selamat siang, nama saya Andita mas. Saya disini mencari data untuk
skripsi saya. Kalo boleh tahu dengan mas siapa ini?
S : Saya Setiyoko mbak. Temen-temen panggil Mastur mbak, tapi orang
kenal Yoko. Mbak dita darimana?
P : Saya dari Salatiga Mas. Dari UKSW. Mas Yoko asli daerah sini?
S : Saya dusun sebelah mbak, tapi seringnya main daerah sini.
P : Tapi dari kecil udah tinggal di Lereng Gunung Merapi sini mas?
S : Iya mbak.
P : Sudah berapa lama Mas Yoko tinggal disini?
S : kira-kira 29 tahun mbak saya dari kecil hidup di desa hehehe
P : Mas Yoko ikut komunitas Tlatah Bocah dari tahun berapa Mas?
S : Aku udah ikut dari tahun 2007 mbak, pas acara Festival pertama kali.
P : Mas Yoko di Tlatah Bocah masuk struktur?
S : Iya mbak.
P : Bagian apa Mas?
S : Aku pelaksana program mbak.
P : Itu tugasnya ngapain aja Mas?
S : Tugasnya... ya mengkoordinasi masyarakat, kemudian sosialisasi
program, apa aja sih program yang akan kita bawa. Selain itu ya jelas
pelaksana program melaksanakan program yang sudah ada hehehe..
ketika.. hmm.. lebih kedalam, dalam komunitas. Kalo perngadaan program
saya pasti selalu sama Pak Gun kita berunding gitu sebelum dibawa ke
rapat. Terus ketika misalnya program yang Festival itu mbak kan kita di
Tlatah Bocah punya banyak program yang tergabung komunitas dusun itu,
sekitar 10-an dusun, ya itu gimana kita juga harus selalu komunikasi ke
mereka apa aja sih program kita selanjutnya, program yang akan kita
bawakan, terus bagaimana pengadaannya, bagaimana teknis
pelaksanaanya, bagaimana tentang anak-anaknya. Secara pengadaan
memang kita melakukan bersama-sama bukan hanya kami dalam artian
inti Tlatah Bocah yang ada di Muntilan aja ya mbak. Kita juga harus selalu
mengadakan pertemuan untuk berdiskusi demi jalannya program.
P : Dalam struktur hanya Mas Yoko sendiri?
S : Iya mbak. Kalo dalam struktur saya sendiri tapi aksinya dilapangan pasti
banyak yang bantu mbak hehehe ..
P : Menurut Mas Yoko, Komunitas Tlatah Bocah itu seperti apa sih?
S : Komunitas tidak berbayar mbak hehehe.. hmmm apa ya mbak? Ya
komunitas yang peduli tradisi seni lokal mbak. Karena di komunitas ini
hampir semua yang ditampilkan mengenai seni lokal setempat dimana yang
memainkan atau turut serta melestarikan selain orang dewasa juga anak-
anak mbak. Komunitas ini selalu melibatkan anak-anak dalam sebuah
perhelatan atau hajatan seni supaya anak-anak juga bisa mengembangkan
jiwa seni mereka yang sudah dimiliki sejak dini. Mewadahi mereka gitu
mbak khususnya di Lereng Gunung Merapi. Selain itu misalkan ada
permasalahan atau kendala yang ada dipertemuan komunitas juga diwadahi
untuk sharing. Setiap kampung kan beda-beda karakternya.
P : Banyak Mas yang menjadi anggota Tlatah Bocah?
S : Banyak mbak. Setiap acara selalu banyak yang datang baik yang anggota
atau sekedar penonton. Pasti banyak.
P : Kira-kira anggotanya berapa tu Mas?
S : Waduhhh kalo nominal aku kurang tahu ya mbak. Terakhir pendataan saya
ada sekitar 300 anak mbak.
P : Data tahun berapa tu mas?
S : Festival Seni tahun kemarin mbak.
P : Ada kesulitan mas membentuk komunitas Tlatah Bocah?
S : Kalo kesulitan dalam artian gawat gitu nggak ada mbak. Ya paling
susahnya pas pertama nyari orang yang bener-bener sepemikir sama kita,
sama-sama punya rasa piye yo mbak hmmm yo pengen ikut kegiatan sosial
gitu awale susah. Kan kalo komunitas Pak Gun sama mas Gambir tok ya
piye lagian aku juga punya adek itu kalo main yang gak berguna aku juga
kurang setuju. Makannya ada komunitas ini adekku juga tak suruh ikut
mbak.
P : Bagaimana respon masyarakat tentang adanya komunitas Tlatah Bocah?
S : Ya kalo yang namanya respon masyarakat jelas ada pro dan kontra. Tapi
sejauh ini mereka sangat antusias mengikuti beberapa program yang
dibawakan Tlatah Bocah. Kan mereka juga turut berpartisipasi dengan
kemampuan yang mereka miliki. Kalau suara sumbang itu juga pasti ada
tapi bagaimana kita membuktikan lewat tindakan gitu. Pembuktian paling
efektif emang lewat tindakan kalo suara sumbang dibales dengan omongan
ya percuma. Kan program kita dikatakan berhasil atau tidak itu ketika kita
sudah melaksanakan. Tetapi sampai detik ini masih baik-baik aja. Sangat
baik malahan hehehe
P : Mas Yoko dulu berminat ikut berpartisipasi jadi pengurus Tlatah Bocah
karena apa mas?
S : Hmmm ya apa ya mbak? Murni pengen ikut kegiatan sosial aja sih mbak.
Aku kan juga bukan pegawai kantoran, kerjaku ya serabutan gitu mbak
kadang di kota kadang disini kalo lagi nggk ada kerjaan daripada dirumah
bingung mending ya ikut kegiatan sosial begini. Dikampungku juga ada
sendiri. Ya emang disini tidak dibayar tapi ya seneng aja bantu-bantu. Ini
juga nggk ada paksaan dari pihak manapun sih mbak aku beneran pengen ya
karena aku sendiri.
P : Sebagai Pelaksana program, ada program apa aja Mas yang udah
dilaksanakan?
S : Kalo program banyak sih mbak. Program yang sifatnya sekali terus
berganti juga ada seperti workshop, penyuluhan atau sekedar main sore ke
dusun-dusun gitu. Kalo program tahunan ya festival itu, srawung gunung.
Program inti Tlatah Bocah juga ada Beasiswa Merapi terus Bolo dewe.
P : Saya sedang meniliti tentang program Beasiswa Merapi Mas, menurut Mas
Yoko program itu bagaimana Mas?
S : Buat aku ya mbak? Hmmmm.. memang bagus ya ketika beasiswa ayam itu
dilaksanakan. Kapan lagi mbak beasiswa berupa ayam, pasti baru denger
kan mbak? Hehehe... sebenernya inti dari beasiswa ayam itu sendiri kan
melatih kemandirian anak-anak untuk merawat makhluk hidup. Selain itu
juga mengajak mereka berorganisasi kan mereka diberi dibawah naungan
komunitas sehingga mereka akan berlatih berorganisasi apabila mereka
berkumpul bersama kami.
P : Terus ayamnya itu dapetnya darimana Mas?
S : Kita kan punya sosial media dan website kan mbak, biasanya kita lewat
situ. Bikin status gitu cerita kalau kita lagi punya program ini yuk kita
berdonasi ayam untuk anak Lereng Merapi misalkan gitu nanti di status itu
kita kasih nomor rekening punyanya Tlatah Bocah nanti mereka bisa
mengirimkan bantuan dananya. Ya teknologi udah berkembang kan mbak,
untuk menjangkau mitra kerja sekarang juga dipermudah. Tapi kalau disini
masih susah warganya mbak yang memakai teknologi canggih, paling juga
anak mudanya hahaha
P : Kapan program Beasiswa Ayam itu dilaksanakan Mas?
S : Tahun kemarin mbak, bulannya aku lupa.
P : Ada strategi khusus untuk melaksanakan program itu mas?
S : Enggak ada sih mbak. Paling kita memperhitungkan dusun mana yang
akan kita jangkau selanjutnya.
P : Kenapa begitu mas?
S : Ya komunitas ini kan punya keinginan untuk mengajak anak-anak selalu
berkesenian gitu kan mbak. Ya melestarikan seni tradisi yang ada disini.
Nah, makannya kita juga mencari dusun yang sekiranya anak-anaknya mau
untuk diajak berkesenian gitu. Selain anak-anaknya juga kedekatan kita
dengan warga dusunnya menjadi faktor penting. Biar kita selalu bisa
berdiskusi untuk program kita selanjutnya gitu mbak. Ya kita membangun
kesadaran mereka bahwa anak-anak itu memang perlu untuk diajak
berkesenian gitu mbak.
P : Media yang digunakan untuk menyebarkan berita pembagian ayam ke
dusun-dusun seperti apa mas?
S : Kalo dari kita sih langsung dateng ya ke Kadusnya, cerita aja gitu tapi
sekali lagi kita memilih dusun yang memang kita akrab supaya kita juga
tidak kesulitan dan mereka juga enak berinteraksi dengan kita. Setelahnya
Kadus yang membuat pengumuman didusunnya, kadang masing-masing
dusun beda caranya sih mbak. Kalo ditempatku lewat undangan terus
dianterin kerumah gitu. Yang nganterin orang kepercayaan pak Kadus atau
yang biasa dimintai tolong di dusun mbak. Tapi lebih efektif kalo kita pakai
pengeras suara langsung diumumin giti. Kenapa? Masalahnya orang-orang
sini kan ya maaf mungkin ketertarikan untuk membaca sedikit apalagi
kadang ada juga yang mungkin tidak bisa membaca dengan latar belakang
yang berbeda masing-masing orang kemampuannya. Jadi lebih enak kalo
disiarke.
P : Isi undangannya seperti apa mas?
S : Ya standart sih mbak, seperti undangan pemberitahuan biasa gitu. Ada
tanggal, hari, tempat, keperluan begitu.
P : Sampai hari pembagian gitu juga diumumin lagi mas sama Kadusnya?
S : Biasanya kalo udah ada halo-halo lewat masjid langsung satu-satu dateng.
Seng antusias dateng itu langsung teriak-teriak sendiri “woi ayo neng bale
warga njukuk pitikí” (woi ayo kita ke balai warga ambil ayam) gitu mbak
sambila mereka lari-lari.
P : Berarti mereka sudah menunggu-nunggu ya Mas?
S : Iya mbak, kadang kita belum datang aja mereka sudah berkumpul di balai
warga dusun setempat mbak. Tapi kita tetap kasih pemberitahuan lagi sih
mbak biar warga yang masih dirumah ikutan berpartisipasi.
P : Ramai mas kalau pembagian ayam begitu?
S : Iya mbak, sangat ramai. Kan pada seneng mbak. Tapi juga ada yang takut
sama ayam tapi minta ayam hahaha lucu-lucu mbak. Mesti ono cerito ngono
ki mbak aben dusun (selalu ada cerita begitu mbak setiap dusun). Antusias
mbak warganya jadi kita yang ngadain program juga seneng.
P : Dalam waktu dekat ini apa ada acara mas?
S : Kalo yang besok ini habis adik-adik pada tes mau ada workshop tentang
kandang ayam mbak, pemuda dari dusun sengi mau ngadain acara itu tapi
tanggalnya belum tahu karena kita belum dapet info dari adik-adik. Tapi
kalo yang akan datang, acara yang paling besar ya Festival tahunan itu
besok bulan September mbak.
P : Itu Festival Tlatah Bocah itu mas?
S : Iya mbak. Itu acara yang ditunggu-tunggu pasti sama seluruh anggota
Tlatah Bocah. Tak terkecuali para mitra sama orang-orang diluar Tlatah
Bocah yang selalu ikut berpartisipasi acara itu.
P : Selalu ramai mas acaranya?
S : Iya mbak. Dan kita kan berganti tempat jadi orang-orang yang dateng juga
bertambah banyak pasti. Soalnya kan kadang kita juga menginfokan ke
sanak saudara kita terus mereka tertarik dateng ya udah gabung aja gitu.
Gratis acaranya tapi bisa nampilin banyak kesenian dari dusun-dusun di
Lereng Gunung Merapi.
P : Untuk program itu, pengumpulan dananya seperti apa mas?
S : Ya kita tetap membuka donasi seperti beasiswa ayam, biasanya baju yang
masih layak pakai tapi emang udah ndak dipakai lagi sama yang punya terus
kita jual hasilnya buat tambah-tambah. Terus ada juga usaha dana lewat
pemesanan baju, jadi kita jual baju dengan design tentang Tlatah Bocah
nanti untung dari penjualan kita masukkan ke kas gitu. Tapi bisa sampai ke
11 kali itu kan berarti selalu ada bantuan mbak. Ya syukur, puji Tuhan
banyak yang bantu.
P : Program acara ini selalu masuk agenda rapat mas?
S : Iya mbak. Karena kita kan selalu ingin ada yang beda gitu mbak setiap
festival. Aku sama Pak Gun pengen ada yang bisa ditingkatkan, ya evaluasi
dari festival tahun lalu gitu mbak. Tapi pasti semua inti Tlatah Bocah juga
ingin ada yang baru gitu mbak.
P : Sering mas rapat gitu?
S : Rapat rutin gitu?
P : iya mas.
S : Kalo rutin tiap bulan gitu enggak sih mbak. Tapi kalo ngumpul pasti. Misal
lagi ngepasi ngumpul di rumah Pak Gun gitu ya udah bahas apa saja tapi itu
bukan rapat. Kalo rapat biasanya pas kita mau sosialisasi program kan itu
juga mengundang anggota komunitas Tlatah Bocah juga mbak. Jadi kita
memaparkan gitu terus terima masukan dari mereka.
P : Sosialisasinya seperti apa mas?
S : Ya paling pemberitahuan, kita akan ada kegiatan ini, kira-kira cocoknya
dikemas seperti apa terus proses pendanaannya enaknya bagaimana mohon
bantuan ide dan kritik untuk program kita begitu sih mbak hehe
P : Dari dusun-dusun yang diundang selalu datang mas?
S : Iya mbak. Kalau kebetulan yang biasa dateng berhalangan juga ada yang
mewakilkan. Kalo ndak ada yang mewakilkan biasanya kalo pas kita
ketemu dijalan gitu kita kasih tahu hasil rapatnya. Bahkan kadang malah
mereka yang memiliki inisiatif nanya ke kita duluan.
P : Menurut Mas Yoko, pak Gun itu sosoknya bagaimana?
S : Memiliki jiwa sosial yang tinggi mbak. Untuk hal kecil begini dia selalu
memberi perhatian lebih padahal sebenernya dia mampu dan bisa bekerja di
ladang yang lain. Tapi dia merelakan banyak waktunya untu memikirkan
anak-anak lereng Merapi. Dan kebetulan dia orangnya pandai menjalin
relasi jadi banyak mbak jaringan kita keluar, dekat sekali dengan
masyarakat juga iya. Dia itu senang sekali berkecimpung di kegiatan sosial.
Bijaksana juga mbak dalam menyelesaikan kendala yang khususnya ada di
Tlatah Bocah.
P : Berarti Pak Gun sangat berperan ya mas?
S : Iya mbak, perannya pak Gun itu besar. Kadang kita kalo mau jalan juga
tunggu aba-aba dari pak Gun. Segala perijinan karena relasi pak Gun keluar
itu banyak akses jadi mudah gitu mbak. ”ayo sesok sasi ngarep lek dianakke
acara go bocah-bocah ki ono dana lumayan, gawe seng apik yo ben bocah-
bocah seneng” Kalo udah ada aba-aba dari pak Gun tu pasti semua
langsung ikut jalan. Pak Gun itu ya ndak nyuruh aja tapi ada prakteknya gt
mbak.
P : Terimakasih Mas Yoko untuk waktu dan kesempatannya bisa melakukan
wawancara.
S : Iya mbak sama-sama kalau masih ada yang kurang bisa via telephone
mbak.
P : Baik mas.
Lampiran 5. Hasil Wawancara Dengan Anggota Komunitas Tlatah Bocah
dari Dusun Gowok Pos
Identitas Informan :
Nama : Ibnu Sadewa
Pekerjaan : Pelajar
Usia : 15 tahun
Jabatan : Anggota Komunitas Tlatah Bocah dusun Gowok Pos
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lokasi Wawancara : Taman Gowok Pos
Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017
Pukul : 16:25 – 17:10
P : Halo, selamat siang dek, maaf mengganggu waktunya bermain. Saya
Andita dari Salatiga, kalo boleh tahu namanya siapa?
I : Aku Ibnu mbak.
P : Lengkapnya dek?
I : Ibnu Sadewa.
P : Oh, jadi begini aku mau nanya-nanya sama dek Ibnu tentang Tlatah Bocah
gitu.
I : Ya mbak boleh
P : Ibnu sekarang umurnya berapa?
I : 15 tahun mbak
P : Ibnu asli daerah Gowok Pos? Apa lagi main aja kesini?
I : Iya mbak aku asli sini.
P : Ibnu tahu kalo dusun ini ikut keanggotaan komunitas Tlatah Bocah?
I : Iya mbak, aku tahu.
P : Sejak kapan kamu tahu?
I : Hmmm pas aku umur 6 tahun kayaknya mbak.
P : Ibnu tahunya darimana?
I : Dari orang tua sama mas-mas yang sering kerumah
P : Mas siapa dek namanya?
I : Mas Yoko sama Mas Pur
P : Kamu diajak ikut gitu?
I : Iya mbak. Sering diajak liat acara juga jadi ikut.
P : Kenapa kamu mau masuk jadi anggota komunitas Tlatah Bocah dari dusun
Gowok Pos?
I : Ya gakpapa mbak hehehe seneng aja temennya banyak ok. Kepengen kalo
liat mas-mas yang dulu latian terus temen-temen dari dusun lain gitu mbak
P : Dulu waktu kamu masuk Tlatah Bocah juga bawa temen-temen?
I : Iya mbak ada beberapa temenku seng tak ajak. Beberapa ada seng masih
ikut, beberapa ada seng ndak.
P : Lho kenapa udah ndak ikut dek?
I : Yo ketoke males yak’e mbak. Tapi mboh deng hehe
P : Lha kamu ndak tanya dek sama temenmu itu?
I : Udah lama ndak kelihatan ok mbak.
P : Gimana dek kamu ngajak temenmu dulu?
I : Yo he ayo melu dolanan, joget reog bareng ngono Imbak
P : Belajar apa aja dek di komunitas Tlatah Bocah?
I : Ya tarian gitu terus bikin barang-barang dari gabah, yo seng kreatif
ngonolah mbak hehehe
P : Ibnu pernah bikin apa aja?
I : Anu mbak, lampu seko jerami mbak. Pas kuwi ada seng ngajari dari mas-
mas kuliahan gitu.
P : Orang tua pernah melarang kamu ikut komunitas Tlatah Bocah dek?
I : Endak mbak. Boleh ok. Malah aku dimarahi nek ndak ikut.
P : Marahnya gimana?
I : Yo kono lho nu melu dolan ra neng omah wae, mbok seng grapyak mbe
koncone
P : Oh malah disuruh ya dek, berarti orang tua seneng ya kalo Ibnu ikut
kegiatan Tlatah Bocah?
I : Iya mbak.
P : Di komunitas Tlatah Bocah banyak temen seumuran dek?
I : Ya lumayan mbak. Kita juga main sama adek-adek dibawahe kita
ndakpapa mbak.
P : Main apa dek biasanya sama temen-temen?
I : Main debog (pelepah pisang) mbak dibuat motoran gitu nanti glender dari
sana sampe sini trus main air di kolam sana.
P : Ibnu ndak dicariin orang tua?
I : Ndak mbak. Udah bilang dulu
P : Kamu sama temen-temen sering kumpul disini dek kalo siang?
I : Iya mbak, kadang aku pulang sekolah kesini sek, ngadem haha
P : Keseruan ikut Tlatah Bocah apa dek?
I : Hmmm ya bisa kenal banyak temen0temen dari lain dusun mbak. Kan
banyak dusun yang ikut terus mesti ketemu beda orang gitu. Seru wae
pokok’e mbak.
P : Suka bercanda gitu ya?
I : Gojek? Ho’o mbak. Kan mesti crito-crito to mbak nek dolan neng dusune
wong ki terus sesok nek di bahas meneh ijek lucu ngunu hahaha
P : Berarti sesama anggota Tlatah Bocah akrab terus ya dek?
I : Iyo’i mbak’e. Asyik mbak
P : Di komunitas Tlatah Bocah udah ikut acara apa aja?
I : Ya Festival itu terus kalo ngisi kesenian di dusun lain gitu mbak
P : Kamu tahu di Tlatah Bocah ada Beasiswa berupa ayam itu dek?
I : Iya tahu aku mbak hehe
P : Kamu pernah dapat ayam itu?
I : Pernah mbak. Ke ayam e ijek di rumah.
P : Kamu ngerawat sendiri?
I : Hehehe ya tak rawat mbak tapi dibantu sama ibuk mbak. Kalo bapak
bikinke kandang tapi kadang aku juga ngasih makan kalo pagi/sore
P : Udah banyak telur ayamnya dek?
I : Iya mbak, pas kae manak 4 ayame terus saiki aku punya 6
P : Telur ayamnya kamu jual apa dimakan buat keluarga dek?
I : Kalo dirumah banyak yo dijual mbek ibu mbak. Tapi sering e dimakan
sendiri nek ndak yo dikasih ke tetangga
P : Dulu Pak Gun ngasih ayamnya gimana?
I : Ya pas itu banyak temen-temen juga mbak dikasih sama Pak Gun terus yo
iki pitike dikembangbiakke cah sopo reti berguna nggo sekolahmu
P : Dimana itu dek pembagian ayamnya?
I : Dirumahe Mas Bambang mbak, situ kan pelataranne gede jadi pada
ngumpul disitu
P : Kamu tahu dari mana dek kalau mau ada pembagian ayam?
I : Dari ibuk mbak
P : Ibu bilang gimana?
I : Le sesok neng omah e de bambang ono bagi pitik seko Pak Gun kowe
kedaftar teko yo gitu si mbak haha
P : Ibu cerita ngga tahu pengumumannya dari mana?
I : Ada undangan sih mbak dari Pak Kadus terus juga diumumin di Masjid
P : Pas hari pembagian kamu langsung kesana dek?
I : Iya to mbak. Kalo udah ada pengumuman lagi dari masjid langsung pada
kumpul anak-anak yang terdaftar. Biasane datenge yo mbek orang tuane
terus bengok-bengok “we wee rene kumpul ayo neng omah e Bambang”
termasuk ibuku hehehe
P : Oh hehe seneng nggak dapet ayam?
I : Ya seneng banget mbak. Pas dulu masih seneng banget kalo dikasih
barang.
P : Kamu tahu ndak alasan kenapa Pak Gun kasih ayam ke kamu?
I : Kalo dulu seng pertama itu emang dusunku biar ikut kesenian mbak. Kan
dusunku ada kelompok seni. Terus yo temen-temen ben semangat dikasih
ayam. Mbiyen aku malesan mbak yo mung mergo bapak mbe mas-mas wae
yo kepengen tapi kadang yo moh terus dihadiahi ayam lek ikut lagi sampe
sekarang. Lek aku dapet meneh soale aku dah ikut Festival 7 tahun berturut-
turut mbak
P : Ikut kegiatan nya atau Festival?
I : Ya semua. Festival juga iya
P : Kalo acara Festival gitu ramai dek?
I : Iya mbak, rame banget. Itu acarane sampe malem ok mbak
P : Dalam waktu dekat ada lagi dek?
I : Ada mbak tapi aku belum tahu kapan. Ini aku juga udah disuruh latian ok
mbak sama bapakku sama temen-temen dusunku.
P : Latihannya dimana dek?
I : Ndak tahu mbak nek seng besok hehehe tapi biasane di bale warga malem
gitu bar sinau
P : Ada pelatihnya?
I : Ada mbak
P : Pelatihnya namanya siapa?
I : Pak Lan mbak
P : Itu orang dusun Gowok Pos?
I : Iya bapake temenku ok emang dia guru seni
P : Menurut Ibnu, Pak Gun itu orangnya gimana dek?
I : Ya perhatian mbak orange hmmm baik. Temen-temen yo betah ngobrol
sama Pak Gun. Gakpernah marah terus sukae bercanda. Suka cerita apa
seng akdewe ndak tahu.
P : Kalo pengurus yang lain dek?
I : Seru mbak, lucu mesti nek do crito. Kadang ono seng bikin ngakak.
Perhatian juga yoan mbak. Rela menolong haha
P : Oh ya sudah Ibnu, terima kasih untuk waktunya ya.
I : Iya mbak, sama-sama.
Lampiran 6. Hasil Wawancara Dengan Anggota Komunitas Tlatah Bocah
dari Dusun Sumber
Identitas Informan :
Nama : Ari Setya
Pekerjaan : Pelajar
Usia : 14 tahun
Jabatan : Anggota Komunitas Tlatah Bocah dusun Gowok Pos
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lokasi Wawancara : Sanggar Bangun Budhoyo dusun Sumber
Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017
Pukul : 15:05 – 16:00
P : Selamat sore dek, namanya siapa?
A : Ari Setyo mbak
P : Asli dusun Sumber dek?
A : Iya mbak. Rumahku deket rumahe Mas Tanto
P : Udah berapa lama tinggal disini dek?
A : Dari lahir mbak
P : Berapa tahun ya?
A : 14 tahun
P : Masih sekolah dek?
A : Iya mbak, masih
P : Kamu tahu disini ada Komunitas Tlatah Bocah dek?
A : Iya mbak tahu
P : Sejak umur berapa kamu tahu?
A : Dari aku kelas 3 SD mbak
P : Tahunya darimana?
A : Dari Mas Bima mbak. Dia masku dulu ikut Tlatah Bocah juga terus aku
kepengen
P : Mas Bima sekarang dimana?
A : Pergi mbak
P : Mas Bima umurnya berapa?
A : Ndak tahu mbak, 20an yak’e
P : Dulu diajak Mas Bima apa mau sendiri?
A : Diajak terus Mas Bima main sama temen-temen jadi lama ndak ikut
P : Kamu kenapa dulu mau masuk Tlatah Bocah dek?
A : Seneng aja mbak. Diajari macem-macem soal seni terus yo jadi banyak
temene. Kalo dirumah terus sepi
P : Memang bapak sama ibu kemana dek?
A : Di Sawah mbak
P : Belajar apa aja dek di Tlatah Bocah?
A : Hehe ya apa ya, ya latian mbak. Jogetan rame-rame. Gamelan juga
kadang
P : Berapa lama kalo latian dek?
A : Ndak mesti mbak. Aku nunggu dikabari kalo ada latian aja biasane
P : Lewat apa dek kalau dapet kabar ada latian gitu?
A : SMS biasane mbak, kalo ndak ya lewat Whatsapp opo teko neng omah
ngono
P : Wih ada Whatsapp dek hehehe itu ada pelatihnya?
A : Iya mbak. Sama Mas Gambyong kalo latian gamelan.
P : Setiap hari apa aja dek latihannya?
A : Hari minggu mbak, soale Mas Gambyong juga kerja
P : Kalo kamu ikuta Tlatah Bocah pernah dilarang sama orang tua?
A : Gak mbak. Orang tuaku seharian di sawah jadi aku meh ngopo wae
terserah aku mbak
P : Tapi orang tua tahu kalo kamu ikut Tlatah Bocah?
A : Ya tahu mbak. Kalo pas dikabari dateng ke rumah pas ada bapak ibukku
ya tahu
P : Di Tlatah Bocah banyak temen seumuran sama kamu dek?
A : Ya mbak ada beberapa, ya lumayang deng
P : Sering main bareng sama mereka?
A : Ya sering kalo pas latihan. Kalo nggak yo kadang maen ke rumahe.
P : Keseruan ikut Tlatah Bocah apa dek?
A : Ada hiburane mbak hahaha bisa ngguya-nggyu bareng konco-konco, ece-
ecenan. Nek di saggar sini pasti ada orang trus nanti jadi tahu Tlatah
Bocah mau ada acara apa
P : Sering bercanda sama pengurus yang lain?
A : Iya mbak. Disini udah akrab banget. Kaya sama keluarga sendiri gitu
terus suka ngelucu juga.
P : Dibecandainnya gimana dek?
A : Ya diece terus guyonan
P : Kamu pernah ngerasa sakit hati kalo di becandain gitu?
A : Hahaha ya enggak mbak
P : Di Tlatah Bocah kamu udah ikut acara apa aja dek dari dusun Sumber?
A : Ya itu gamelan mbak nek ada seng punya hajat main gamelan aku ikut
terus pentas-pentas juga. Itu pakae gamelang seng itu
P : Kamu tahu di Tlatah Bocah ada Beasiswa berupa ayam dek?
A : Iya mbak tahu. Aku yo pernah dikasih ayame
P : Sampai sekarang masih?
A : Masih mbak tapi yo mati satu dulu sakit
P : Ayamnya kamu rawat sendiri atau dibantu orang tua juga?
A : Orang tua ikut ngopeni mbak kalo aku lupa ngasih makan
P : Lho kok lupa dek?
A : Iya mbak, aku dolan terus hehehe
P : Ayamnya udah sering bertelur dek?
A : Iya mbak. Bertelur banyak kadang. Dulu aku dikasih 1 sekarang aku
punya 4
P : Telurnya dijual apa buat kamu sendiri?
A : Dimakan sendiri mbak, biar ndak beli di warung. Tapi kadang dijual ibu
di pasar kalo pas butuh buat beli beras apa minyak
P : Dulu Pak Gun ngasih ayamnya gimana?
A : Yo iki sebagai beasiswa kanggo kowe dirawat yo le ngko hasil e pek’o
dewe Pak Gun nrimo laporanne terus kita diajak mainan diajak kesenian
gini mbak
P : Dimana pembagiannya dulu dek?
A : Di balai desa atas pendopo situ mbak
P : Kamu tahu dari mana kalau mau ada pembagian ayamnya?
A : Biasane dari Pak Kadus mbak sama tetanggaku bilang ke aku juga
P : Pemberitahuan dari Pak Kadus lewat apa?
A : Nyebar woro-woro mbak pake toa “yo do kumpul neng bale deso sesok
minggu” hahaha
P : Terus kamu sama temen-temen antusias dateng?
A : Hehe iya mbak, aku sama temen-temenku langsung mlayu neng bale
desa mbak
P : Seneng nggak dapet ayam?
A : Ya seneng banget mbak. Awale ayame tak openi terus mbak, tak kasih
makan.
P : Lha sekarang?
A : Ya masih tapi dulu pertamane kan aku jek seneng banget. Sekarang yo
tetep tak kasih dedak, jagung gitu
P : Kenapa sih Pak Gun kasih ayam ke kamu sama temen-temen di dusun
sini?
A : Ya kita sering ikut Festival mbak. Terus pas dibagi kan Pak Gun ya
bilang yang ikut festival berapa kali gitu nanti dapet penghargaan
P : Kegiatan Tlatah Bocah yang kamu tunggu-tunggu apa dek?
A : Acara puncak itu, gabungan seni dari beberapa dusun
P : Bedanya sama Festival?
A : Sama mbak tapi kalo aku suka nyebut puncak hehe tapi terkenale emang
Festival
P : Ramai dek kalo acara Festival itu?
A : Iya mbak banyak banget seng dateng
P : Seneng dek kalo ada acara gitu?
A : Iya mbak soale bisa ketemu temen-temenku sekolah seng dari dusun lain
P : Mereka juga berkesenian? Apa dateng nonton?
A : Ada seng tampil ada seng nonton
P : Kalo lagi nari atau main gamelan ada ceweknya dek?
A : Iya ada tapi ndak banyak terus kadang jarang ikut kumpul
P : Kenapa?
A : Ya mesti kalo udah bar latianne langsung pulang.
P : Menurutmu sosok Pak Gun itu seperti apa dek?
A : Orange baik mbak terus tepat waktu kalo janjian mau rapat gitu mbak
mesti dateng sebelum rapat. Bijaksana juga nek bagiku lho sama temen-
temen yo ndak pilih kasih ora eman hehe
P : Kalo pengurus yang lain dek?
A : Asyik mbak. Suka ngasih makanan hehe gemati lah mbak tapi ya disiplin
beberapa kalo ada kegiatan hahaha
P : Beberapa aja ya dek?
A : Hahaha iya soal e kan ada seng kerja juga mbak
P : Heheh oh ya udah dek, terima kasih ya buat waktunya.
A : Iya, sama-sama mbak.
FOTO-FOTO KEGIATAN KOMUNITAS TLATAH BOCAH
Gambar 2. Anak-anak berlatih kesenian
Gambar 3. Dayak Grasak, Dusun Sumber Gambar 4. Reog Gumuk, Merapi
Festival Tlatah Bocah I Dusun Gowok Pos 2007 Festival Laku Lampah II Gunung Menoreh
2012
Gambar 5. Bujang Ganong, Dusun Gejiwan Gambar 6. Wayang Bocah, Dusun Tutup Ngisor
Festival Tlatah Bocah VII Dusun Gumuk 2013 Festival Tlatah Bocah IV Dusun Sengi
Gambar 7. Pembagian Ayam di Dusun Gumuk Gambar 8. Woro-woro Festival Tlatah Bocah
XI di Dusun Ngandong