Post on 22-Dec-2015
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon
dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu :
a. Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu plasma
darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah.
b. Sel darah, adalah merupakan 45 % volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang mempunyai atau terdiri dari
air ( 91-92%), protein 8-9%, substansi lain selain protein seperti garam amonium urea, asam urat
kreatinin, kreatin, asam amino, santin, dan hiposantin. Darah beredar dalam pembuluh darah
arteri,vena,dan kapiler.
Sel darah merah merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya,
dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon
dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui bentuk sel darah dan konsentrasi sel darah merah pada manusia
Untuk mengetahui bentuk sel darah dan konsentrasi sel darah merah pada katak, dan
Untuk mengetahui bentuk sel darah dan konsentrasi sel darah merah pada ikan.
BAB II
TEORI
2.1. Bentuk Sel Darah
a) Sel darah merah manusia
Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf, bagian tengahnya lebih tipis
dibandingkan dengan bagian tepi. Eritrosit mamalia tidak mengandung inti ( nukleus ), suatu
karakteristik yang tidak umum pada sel hidup. Semua sel darah merah tidak mempunyai
mitondria dan menghasilkan ATP-nya secara ekslusif melalui metabolisme anaerobik.
Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika
metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka
bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya
supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah.
Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam
suatu volume darah. Bentuk bikonkaf sel darah merah juga menambah luas permukaannya.
Bentuk bikonkaf ini berfungsi mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah.
Sel darah merah terutama dibentuk dalam sumsum tulang rusuk, tulang dada, dan tulang
belakang.
Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel ini mengandung sekitar 250 juta
molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi.
Hemoglobin ini jugan berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. ketika
sel darah merah lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya,
oksigen akan berdifusi kedalam eritrosit dan hemoglobin akan berikata dengan O2 dan NO.
hemoglobin akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Disana oksigen akan
berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat
mengembang. Hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan O2 ke
sel.
b) Sel darah katak
Sel darah pada katak mempunyai bentuk eritrosit yang lonjong dengan inti di tengahnya,
konsentrasi sel darah lebih encer dan termasuk poikiloterm.
2.2. Konsentrasi Sel Darah
Sel-sel darah aka membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis
dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan dalam larutan
isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun.
BAB IVPEMBAHASAN
4.1. Bentuk Sel darah
a) Sel darah merah manusia
Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal
mencapai hampir separuh dari volume darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon
dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
Sel darah merah pada manusia ukuranye lebih kecil, lebih bulat dan tidak memiliki inti sel,
konsentrasi lebih pekat dan termasuk homoiterm.
Eritrosit pada mamalia tidak mempunyai inti dan pada manusia berbentuk cakram dengan garis
tengah dengan bentuk bikonkaf menyebabkan eritrosit memiliki permukaan yang luas sehingga
mempermudah pertukaran gas.
Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika metabolisme
eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka bawa.
Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya supaya
dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah. Semakin
kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam suatu
volume darah.
Sel darah katak & ikan
Sel darah pada katak mempunyai bentuk eritrosit yang lonjong dengan inti di tengahnya,
konsentrasi sel darah lebih encer dan termasuk poikiloterm.
Pada katak peredaran darahnya cukup unik. Karena katak mempunyai 3 ruang jantung, yaitu:
atrium kiri, atrium kanan, dan ventrikel. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus
venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium kanan. Dari atrium kanan darh darah mengalir
ke ventrikel yang kemudian di pompa keluar melalui arteri pulmonalis → raru-paru → vena
pulmonalis → atrium kiri. Lintasan peredaran darah ini disebut juga peredaran darah paru-paru.
Selain peredaran darah paru-paru, katak juga mempunyai sistem peredaran darah sistemik yang
peredarannya adalah dimulai dari ventrikel → conus arteriosus → aorta ventralis seluruh tubuh
→ sinus venosus → atrium kanan.
Pada ikan ruang jantung terdiri dari 2 ruang yaitu, satu atrium dan ventrikel. Antara atrium dan
ventrikel terdapat katup yang berfungsi mengalirkan darah ke satu arah. Darah dari seluruh tubuh
mengalir dari sinus venosus dan kemudian masuk ke atrium. Dari atrium darah mengalir ke
ventrikel → conus arteriosus → aorta ventralis → insang → ke seluruh tubuh → vena cava →
sinus venosus.
4.2. Konsentrasi Sel Darah
Sel-sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis
dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan dalam larutan
isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun.
Pada larutan isotonis NaCl 0,9%, darah akan tetap stabil dan bentuk yang sama seperti
biasa karna larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh.
Pada larutan hipotonis 0,65%, sel darah akan membengkak, yang di sebabkan oleh
turunnya tekanan osmotik plasma darah yang menyebabkan pecahnya dinding eritrosit, hal ini
mnyebabkan amsuknya air secara osmosis melalui dinding yang semipermiabel sehingga sel
darah membengkak.
Pada larutan hipertonis 0,85%, sel darah akan mengkerut. Kerutan yang terjadi pada
darah ini dikarenakan NaCl dengan konsentrasi 1, 2 tergolong pekat. Tergolong pekat jika
dibanding dengan cairan isi sel darah merah, sehingga menyebabkan air yang ada didalam sel
darah merah akan banyak keluar dan akibatnya sel darah merah akan mengkerut. Pada
konsentrasi 1 % sel darah katak (eritrositnya) memang benar-benar sudah mengkerut dan sudah
nampak agak mengecil, demiian juga halnya dengan eritrosit ikan. Pada manusia darah pada
dengan diberi larutan NaCl dalam konsntrasi ini juga mengalami pengkerutan atau krenasi. Pada
konsentrasi 0, 9% sel darah merah pada objek yang diamati secara umum normal, bentuknya
bikonkaf.
Pada vertebrata eritrositnya ada yang berinti dan berbentuk ellipsoid. Darah manusia dan
darah hewan lain terdiri atas suatu komponen cair, yaitu plasma, dan berbagai bentuk unsur yang
dibawa dalam plasma, antara lain sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan
keping-keping darah.
Plasma terdiri atas 90% air, 7 sampai 8% protein yang dapat larut, 1% elektrolit dan
sisanya 1-2% berbagai zat makanan dan mineral yang lain Darah dapat mengalami lisis yang
merupakan istilah umum untuk untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat
masuknya sel kedalam air. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya
eritrosit akibat masuknya air kedalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit
menuju ke cairan sekelilingnya.
Membrane eritrosit bersifat permeable selektif yang berarti dapat ditembus oleh air dan
zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain
Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis,
hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia
tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila
medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis)
medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang
bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat
lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya
hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada
medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit
(plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara
menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).
Berdasarkan penelitian isi sel eritrosit hewn homoitherm isotonis terhadap larutan 0,9%
NaCl, oleh karena itu hemolisis akan terjadi apabila eritrosit hewan Homoitherm dimasukkan
kedalam larutan NaCl dengan konsentrasi dibawah 0,9%. Namun, perlu diketahui bahwa
membrane eritrosit memiliki toleransi osmotic, artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu
sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan tertentu tidak semua
eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membrane eritrosit
berbeda-beda. Pada eritrosit tua membrane selnya memiliki toleransi rendah (mudah pecah)
sedangkan membrane eritrosit muda memiliki toleransi osmotik, osmotic yang lebih besar (tidak
mudah pecah). Pada dasarnya eritrosit sudah mengalami hemolisis sempurna pada air suling.
Hasil hemolisis sempurna eritrosit pada air suling biasa dianggap larutan standard untuk
menentukan tingkat kerapuhan eritrosit
Hemolisis seperti yang dijelaskan diatas disebut hemolisis osmotic, yaitu hemolisis yang
disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya (cairan disekitarnya).
Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi, dimana membrane eritrosit rusak akibat substansi
kimia. Zat-zat yang dapat merusak membrane eritrosit (termasuk membrane sel yang lain) antara
lain adalah: kloroform, asseton, alcohol, benzene dan eter.
Peristiwa sebaliknya ialah krenasi, yang dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke
dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit. Misalnya, untuk eritrosit hewan
homoitherm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9% sedangkan untuk eritrosit hewan
poikilotherm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7%.
Apabila eritrosit mengalami hemolisis maka hemoglobin akan larut dalam mediumnya.
Akibat dari terlarutnya hemoglobin tersebut medium akan berwarna merah. Makin banyak
eritrosit yang mengalami hemolisis, maka makin merah warna mediumnya. Dengan
membandingkan warna mediumnya. Dengan membandingkan warna mediumnya dengan larutan
standar (eritrosit dalam air suling) maka dapat ditentukan tingkat kerapuhan membrane eritrosit
(tingkat toleransi osmotic membran.
Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya,
pada membran sel darah merah saat mengalami peristiwa hemolisis dan krenasi. Kerusakan
membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau
hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat atau unsur
kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena umur eritrosit dalam sirkulasi
darah telah tua. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan
larutan NaCl hipotonis), medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit
melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung.
Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka
sel akan pecah.
Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat
masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa
pecahnya eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam
eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang
berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat
tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang
hipotonis terhadap isi sel eritrosit. Namun perlu diketahui bahwa membran eritrosit (termasuk
membran sel yang lain) memiliki toleransi osmotik, artinya sampai batas konsentrasi medium
tertentu sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan NaCl tertentu
tidak semua eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis
membran eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua membran selnya memiliki toleransi rendah
(mudah pecah), sedangkan membran eritrosit muda memiliki toleransi osmotik yang lebih besar
(tidak mudah pecah). Pada dasarnya semua eritrosit sudah mengalami hemolisis sempurna pada
air suling. Hasil hemolisis sempurna eritrosit dalam air suling biasa dianggap sebagai larutan
standar untuk menentukan tingkat kerapuhan eritrosit.
Hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya
(cairan di sekitarnya) disebut hemolisis osmotik. Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi
dimana medium eritrosit rusak akibat subtansi kimia. Zat-zat yang dapat merusak membran
eritrosit (termasuk membran sel yang lain) antara lain kloroform, aseton, alcohol, benzena, dan
eter.
Peristiwa sebaliknya dari hemolisis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya
membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit
dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit, misalnya untuk eritrosit
hewan homoioterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9 % NaCl, sedangkan untuk
eritrosit hewan poikiloterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7 %. Pada pengamatan
toleransi osmotik eritrosit digunakan larutan NaCl yang berbeda konsentrasi yaitu 0,1%, 0,3%,
0,5%, 0,7%, 0,9%, 1%, 2%, 3% dan akuades. Pengamatan toleransi osmotik eritrosit dilakukan
untuk mengetahui reaksi eritrosit setelah ditambah larutan NaCl dengan konsentrasi tertentu dan
akuades sehingga dapat diamati adanya eritrosit yang mengalami hemolisis atau krenasi. Pada
konsentrasi NaCl 0,7% eritrosit tidak mengalami hemolisis karena larutan Nacl yang digunakan
bersifat isotonis, sehingga hal itu digunakan sebagai kontrol terhadap reaksi menggunakan NaCl
dengan konsentrasi lain yang berbeda dan akuades. Apabila eritrosit diberikan NaCl dengan
konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5% eritrosit cenderung mengalami hemolisis, dikarenakan cairan di
luar sel (NaCl 0,1%, 0,3%, 0,5%) berdifusi ke dalam sel akibat adanya perbedaan potensial air
(PA) dimana PA larutan NaCl lebih tinggi dari pada PA sel darah merah. Jumlah air yang masuk
ke dalam eritrosit semakin bertambah sampai akhirnya melampaui batas kemampuan membran
eritrosit dan menyebabkan membran itu pecah sehingga sitoplasma eritrosit keluar.
4.3. Perbedaan larutan hipotonis, isotonis & Hipertonis
Larutan Hipotonis
Larutan hipotonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan
yang lain. Bahasa mudahnya, suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dan yang
lainnya lebih banyak. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya
maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya
sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah setengah normal
saline (1/2 NS).
Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga
menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel memperbesar
volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih
besar menyebabkan pecahnya sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Hemolisa
Larutan Isotonis
suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga
tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonis (ekuivalen
dengan larutan 0,9% NaCl ). Larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan
tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik yang sama.
Isotonis adalah suatu yang larutan yang kita buat konsentrasinya sama besar dengan cairan dalam
tubuh dalam sel darah merah.Harus disamakan agar tidak terjadi pertukaran.
Isoosmotik : larutan yg memiliki tek.osmosa yang sama dengan tek. Osmosa sel darah.
Alat : osmometer.
Metode perhitungan isotonis
Metede perhitungan isotonis yaitu penurunan titik beku , selalu digunakan -0,52 derajat sebagai
penurunan titik beku baik kelenjar lakrimal atau kel.air mata.
W=0,02–a.c/b
a.: penurunantitik beku air yag dihasilkan oleh bahan aktif 1%
b.: Bobot setiap bahan tambahan dlm larutan.
c. : penurunan titik beku yang dihasilkan oleh bahan pengisotonis 1 %
MetodeKatalin
Selain tekanan osmosa yang harus diperhatikan adalah PH. Selin pH isotonis juga harus isohidris
(ph sesuai dngan Ph fisiologis tubuh yg sekitar 7,4).
Euhidris yaitu diusahakan pendektn ph larutan u suatu zat scr tehnis kea rah ph fisiologis tubuh
dilakukan pada zat yang tdk stabil pd ph fisiologis tubuh misalnya vit C, alkaloid2 sehingga
untuk memperoleh ph tertentu yg diinginkan maka digunakn bahan dapar yg berfungsi
meningkatkn stabilitas obat, mengurangi rasa nyeri dan iritasi ,kadang-kadang juga dapat
menghambat pertumbuhan.
Larutan Hipertonis
Turunn Larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang
lainnya. Bahasa mudahnya, suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi
dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan
larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka akan terjadi
perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan.
Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis karena
konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien.
titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan
air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya
penciutan sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Plasmolisa. Bahan pembantu
mengatur tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3.
D. FUNGSI DARAH
Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.
9. Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk mengikat oksigen
Mekanisme Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan
yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah
melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi permeabel. Jika di dalam suatu
bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan
oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut
dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput
selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau
berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. jadi,
pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang
konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat
terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan
hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut
larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah
daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis.
Apakah yang terjadi jika sel tumbuhan atau hewan, misalnya sel darah merah ditempatkan
dalam suatu tabung yang berisi larutan dengan sifat larutan yang berbeda-beda? Pada larutan
isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis,
sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan
turgor sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah
dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah
/lisis, hal irri karena sei hewan tidak memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan
akan kehilangan tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding
sel), sedangkan sel hew'an/sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel
darah merah
mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air.
Mekanisme Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul dari tempat dengan konsentrasi tinggi ke tempat dengan
konstrasi rendah (yaitu dengan atau sepanjang gradien konsentrasi). Difusi terjadi akibat molekul
memiliki energi bebas yang membuatnya senantiasa bergerak. Molekul molekul dalam benda
padat bergerak dengan senantiasa lambat sedangkan pada benda cair molekul bergerak lebih
cepat demikian juga ketika mengabsorbsi benda panas, es akan mencair kemudian menguap.
Difusi merupakan proses yang berjalan sangat lambat, tetapi merupakan mekanisme tranfor yang
efektif dalam melintasi jarak dalam ukuran mikroskopis. Di dalam tubuh, gas oksigen dan
karbon dioksida bergerak secara difusi. Misalnya pada paru paru, terdapat konsentrasi oksigen
tinggi dalam alveoli (kantong udara) dan konsentrasi oksigen yang rendah di dalam darah di
sekeliling kapiler pulmonalis. Keadaan sebaliknya terjadi pada karbon dioksida, konsentrasi
karbon dioksida yang rendah dalam udara di dalam alveoli dan konsentrasi karbon dioksida yang
tinggi terdapat dalam darah di kapiler pulmonalis. Gas- gas ini akan berdifusi dalam arah yang
berlawanan, masing masing bergerak dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah.
Oksigen berdifusi dari udara ke dalam darah untuk kemudian disirkulasikan ke seluruh tubuh.
Karbon dioksida berdifusi dari darah ke udara untuk kemudian diekshalasikan.
Difusi Terfasiitasi
Kata “fasilitasi” berarti membantu atau menolong. Pada difusi terfasilitasi molekul bergerak
melintasi membran dari konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah, namun untuk
melakukannya di perlukan bantuan.
Di dalam tubuh, sel harus mengambil glukosa untuk dipakai memproduksi ATP. Akan tetapi,
glukosa tidak akan berdifusi menembus sebagian besar membran sel dengan sendirinya, bahkan
jika terdapat lebih banyak glukosa. Difusi glukosa memerlukan bantuan enzim pengangkut, yaitu
protein yang merupakan bagian membran sel.
4.3. Penyakit Pada Darah.
a. Hemolisis
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam
medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain
penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena
ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena
penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke
dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit
menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu
sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.
Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar
menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini
dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit
(plasma).
Sickle cell anemia
Sickle cell anemia adalah penyakit keturunan berupa kelainan hemoglobin penyakit ini
termasuk penyakit serius di mana tubuh membentuk sel darah merah berbentuk sabit. “Sickle-
berbentuk” berarti bahwa sel-sel darah merah yang berbentuk seperti “C.”
Normal sel darah merah berbentuk cakram dan terlihat seperti donat tanpa lubang di
tengah. Mereka bergerak dengan mudah melalui pembuluh darah Anda. Sel-sel darah merah
mengandung protein hemoglobin. Ini kaya zat besi protein memberikan darah warna merah dan
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut
oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan
menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.
Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa,
ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke
organ tersebut.
Anemia sel sabit atau sickle cellanemia merupakan kelainan genetik terkait gen resesif.
Sickle Cell Anemia disebabkan karena adanya mutasi pada rantai β-globin dari
hemoglobin, yang menyebabkan pertukaran asam glutamat (suatu asam amino) dengan asam
amino hidrofobik valin pada posisi 6. Gen yang bertanggung jawab menyebabkan Sickle Cell
Anemia merupakan gen autosom dan dapat ditemukan di kromosom nomor 11. Penggabungan
dari dua subunit α-globin normal dengan dua subunit β-globin mutan membentuk hemoglobin S
(HbS). Pada kondisi kadar oksigen rendah, ketidakhadiran asam amino polar pada posisi 6 dari
rantai β-globin menyebabkan terbentuknya ikatan non-kovalen di hemoglobin yang
menyebabkan perubahan bentuk dari sel darah merah menjadi bentuk sabit dan menurunkan
elastisitasnya.
Normal sel darah merah berbentuk cakram dan terlihat seperti donat tanpa lubang di
tengah. Mereka bergerak dengan mudah melalui pembuluh darah Anda. Sel-sel darah merah
mengandung protein hemoglobin. Ini kaya zat besi protein memberikan darah warna merah dan
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Sickle cell mengandung hemoglobin yang abnormal, yang menyebabkan sel darah merah
memiliki bentuk sabit. Sel berbentuk sabit tidak bergerak dengan mudah melalui pembuluh
darah. Mereka kaku dan lengket dan cenderung membentuk rumpun dan terjebak dalam
pembuluh darah. (Sel lain juga mungkin memainkan peran dalam proses penggumpalan ini.)
Gumpalan sel sabit menyumbat aliran darah dalam pembuluh darah yang mengarah ke
anggota badan dan organ. Blocked pembuluh darah dapat menyebabkan rasa sakit, infeksi serius,
dan kerusakan organ
Sel sabit anemia adalah salah satu jenis anemia. Anemia adalah suatu kondisi di mana
darah Anda memiliki lebih rendah dari jumlah normal sel darah merah. Kondisi ini juga dapat
terjadi bila sel-sel darah merah tidak memiliki cukup hemoglobin.
Sel darah merah dibuat dalam spons sumsum tulang besar di dalam tubuh. Sumsum
tulang selalu membuat sel-sel darah merah baru untuk menggantikan yang lama. Normal hidup
sel-sel darah merah sekitar 120 hari dalam aliran darah dan kemudian mati. Mereka membawa
oksigen dan mengel
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN
Sel darah merah pada manusia ukuranye lebih kecil, lebih bulat dan tidak memiliki inti sel,
konsentrasi lebih pekat dan termasuk homoiterm.
Sel darah pada katak mempunyai bentuk eritrosit yang lonjong dengan inti di tengahnya,
konsentrasi sel darah lebih encer dan termasuk poikiloterm.
Pada ikan ruang jantung terdiri dari 2 ruang yaitu, satu atrium dan ventrikel.
Konsentrasi sel darah yaitu Sel-sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan ke
dalam larutan hipotonis dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis.
Sedangkan dalam larutan isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun.
V.2. SARAN
Diperlukannya saran dan prasarana yang lebih memadai guna memaksimalkan hasil yang di peroleh dari praktikum.
Penjelasan secara bertahap dan mendetail yang harus dilakukan pengajar kepada pelajar.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Hemolisis http://www.crayonpedia.org/mw/6._Transpor_Melalui_Membran_Sel_11.1http://tami-randejeneng.blog.friendster.com/http://anainformationcenter.blogspot.com/2009/12/injeksi.htmlhttp://nursingforuniverse.blogspot.com/2010/04/macam-macam-cairan-infus-beserta.htmlhttp://www.unjabisnis.com/2009/10/konsentrasi-sel-darah.html#more-38
Sutarmi H. Siti. Biologi jilid 2. IPB : BogorDietor, delman H. 1992. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup terdiri atas sel, karena itulah manusia harus mempelajari tentang keadaan
selnya atau sel- sel lainnya yang menunjang kehidupannya. Suatu sistem transportasi sangat
penting bagi tumbuhan dan hewan yang berkaitan dengan masa organisme tersebut. Pada
tanaman dan hewan yang masih sederhana transfor materi berlangsung secara osmosis, dan
difusi. Pada sel hewan, jika suatu sel (sel darah merah) berada pada cairan yang Hipotonik maka
sel darah merah akan pecah, namun jika berada dalam cairan yang hiportonis maka sel darah
akan pecah.
Rusaknya membran dari eritrosit biasanya disebabkan karena penambahan larutan
hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan pada permukaan membran eritrosit,
zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan. Hal yang mungkin terjadi bila
eritrositdimasukkan ke dalam medium yang hipotonis (biasanya karena penambahan NaCl)
adalah medium tersebut akan masuk ke dalammembran pada eritrosit sehingga sel dari eritrosit
menggembung. Pecahnya sel dari eritrosit disebabkan sel tidak dapat menahan tekanan yang
terdapat dari dalam sel eritrosit itu sendiri. sebaliknya bila eritrositditempatkan pada larutan yang
hipertonis, maka cairan dari dalam seleritrosit akan keluar dari dalam sel menuju medium
sehingga eritrosit akan menjadi keriput atau krenasi.
Lisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium
sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain
penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan
dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena
penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke
dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit
menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu
sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.
Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar
menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini
dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit
(plasma).
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengamati adanya krenasi dan lisis pada eritrosit
2. Mengetahui pengaruh dari berbagai konsentrasi NaCl terhadap eritrosit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Difusi adalah penyebaran molekul-molekul zat secara lebar, baik zat padat, zat cair
maupun gas, ke segala arah yang digerakkan oleh energi kinetik yang menyebabkan molekul zat
selalu dalam keadaan bergerak. Molekul-molekul zat itu saling tarik-menarik atau saling tolak-
menolak. Difusi berlangsung dari larutan yang berkadar tinggi ke larutan yang berkadar rendah,
sehingga kadar larutan tersebut merata. Kecepatan difusi tergantung pada tekanan, konsentrasi
zat terlarut dan suhu (Kimball, 1992).
Osmosis adalah proses berpindahnya molekul-moslekul air dari larutan yang mengandung
molekul air tinggi menuju ke larutan yang molekul airnya rendah melalui selaput semipermeabel.
Dengan kata lain osmosis adalah peristiwa berpindahnya molekul-molekul air dari larutan yang
berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis).
Sel darah merah harus berada dalam keadaan yang isotonik , jika tidak akan terjadi
pengkerutan yang disebut krenasi, sedangkan bila berada di dalam larutan yang hipertonik akan
mengalami pembengkakan. Kemudian pecah dan mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang
berwarna merah, peristiwa ini disebut hemolisis (Wilkina, 1992).
Darah manusia dan darah pada hewan umumnya terdiri atasplasma dan berbagai unsur
yang di bawa di dalam plasma sepertieritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma terdiri atas 90%
air, 7-8 %protein yang dapat larut, 1 % elektrolit dan sisanya 1-2 % berbagai zatmakanan dan
mineral yang lain. Darah pada hewan maupun manusiadapat mengalami lisis yang berupa
peristiwa menggelembungnya seldarah hingga pecah dikarenakan air masuk ke dalam sel. Lisis
pada darahdisebut hemolisis yang dapat diartikan sebagai pecahnya eritrosit karena air masuk ke
dalam eritrosit yang menyebabkan hemoglobin keluar daridalam sel eritrosit. Eritrosit memiliki
membran yang bersifat selektif permeabel yang hanya dapat ditembus oleh zat-zat tertentu saja.
Tapi, tidak semua eritrosit akan mengalami lisis pada suatu konsentrasi larutan tertentu.
Hal ini disebabkan eritrosit memilik nilaitoleransi osmotik membran. Pada sel yang tua, nilai
toleransi osmotik nyalebih kecil dibandingkan pada sel yang muda.
Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika
metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka
bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya
supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah.
Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam
suatu volume darah. Bentuk bikonkaf sel darah merah juga menambah luas permukaannya.
Bentuk bikonkaf ini berfungsi mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah.
Sel darah merah terutama dibentuk dalam sumsum tulang rusuk, tulang dada, dan tulang
belakang.
Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel ini mengandung sekitar 250 juta
molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi.
Hemoglobin ini jugan berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. ketika
sel darah merah lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya,
oksigen akan berdifusi kedalam eritrosit dan hemoglobin akan berikata dengan O2 dan NO.
hemoglobin akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Disana oksigen akan
berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat
mengembang. Hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan O2 ke sel.
BAB III
METODOLOGI
2.1 Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop cahaya, objek glass, cover
glass, tissue, pipet, gelas piala, dan blood lanset.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah eritrosit, aquadest, NaCl 0.3 M, NaCl 0.5
M, NaCl fisiologis 0,9 %, alcohol 70%, kapas.
2.2 Cara kerja
Pertama Dilakukan pengambilan darah menggunakan blood lanset dan diberi anti koagulan
agar tidak menggumpal. Setelah itu darah diteteskan pada 3 obyek glass, ketiga objek glass
tersebut diberikan perlakuan yang berbeda-beda. Objek glass A diberi perlakuan dengan tetesan
aquades, objek glass B ditetesi laruan NaCl 0,3 M, dan objek glass C ditetesi dengan larutan
NaCl 0,5 M. Kemudian masing-masing objek glass ditutup dengan cover glass. Terakhir, diamati
masing-masing perlakuan di bawah mikroskop pada waktu ke 1 menit, 5 menit, dan 10 menit.
Setelah itu, pada kaca objek terakhir diteteskan NaCl fisiologis 0,9 %. Hasil pengamatan
kemudian difoto dan digambar 1 selnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Perlakuan Reaksi yang terjadi pada Gambar
1 Darah + NaCl 0,3 M
Menit ke-1 à Normal
Menit ke-5 à Krenasi
Menit ke-10 à Krenasi
Perbesaran : 1000X
2 Darah + NaCl 0,5 M
Menit ke-1 à Normal
Menit ke-5 à Krenasi
Menit ke-10 à Krenasi
Perbesaran : 1000X
3 Darah + Aquadest
Menit ke-1 àNormal
Menit ke-5 à Lisis
Menit ke-10 à Lisis
Perbesaran : 400X
4Darah + NaCl fisiologis
0,9 %
Menit ke-1 à Isotonis
Menit ke-5 à Isotonis
Menit ke-10 à Isotonis
Perbesaran : 400X
4.2 Pembahasan
Eritrosit merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam
keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung
hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-
sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari
jaringan dan kembali ke paru-paru. Sel darah merah pada manusia ukuranye lebih kecil, lebih
bulat dan tidak memiliki inti sel, konsentrasi lebih pekat dan termasuk homoiterm. Eritrosit pada
mamalia tidak mempunyai inti dan pada manusia berbentuk cakram dengan garis tengah dengan
bentuk bikonkaf menyebabkan eritrosit memiliki permukaan yang luas sehingga mempermudah
pertukaran gas.
Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika
metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka
bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya
supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah.
Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam
suatu volume darah.
Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.
9. Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk mengikat oksigen
Krenasi adalah peristiwa pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang
hipertonik. Pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang hipertonik disebut krenasi. Sel
darah yang diambil dari jari manis dengan menggunakan blood lanset diteteskan pada kaca
objek, dimana sel darah merah itu berwarna merah hati. Namun setelah ditetesi dengan larutan
NaCl 0,3 M darah tersebut berubah menjadi lebih cair dari semula dan warnanya juga berubah
menjadi lebih muda. Hal ini terjadi karena sel darah tersebut berada dalam cairan yang
hipertonik, sehingga sel darah menjadi mengkerut. Proses krenasi ini terjadi pada sel darah
merah yang mengkerut dengan cepat sekali. Begitu pula saat darah ditetesi dengan NaCl 0,5
M sel darah merah juga mengalami krenasi. Lain halnya dengan sel darah yang ditetesi dengan
aquadest. Darah yang semula berwarna merah hati berubaha menjadi warna yang lebih tua
(merah tua) atau merah gelap dengan ditandai adanya warna kuning kehitaman disekitar plasma
darah tersebut. Hal ini terjadi karena sel darah merah berada pada cairan hipotenik, sehingga sel
darah membengkak dan kemudian pecah yang menyebabkan keluarnya hemoglobin berwarna
merah tua disertai pecahnya trombosit berwarna kuning disekitar plasma darah. Pecahnya sel
darah tersebut mengakibatkan terjadinya tumpangan antara sel darah merah yang membengkak.
Dalam proses krenasi, tekanan larutan NaCl adalah sama dengan plasma darah, apabila
dimasukkan dalam cairan yang hipertonis, maka air dalam eritrosit akan mengalir keluar dan
akan berakibat buruk pada bentuk eritrosit yang akan menjadi berkerut seperti duri. Sebaliknya
apabila sel darah di masukkan ke dalam larutan yang hipotonis, maka sel akan membengkak
kemudian akan pecah, peristiwa ini disebut dengan lisis.
Sel darah merah yang terdapat pada larutan NaCl 0,9% terlihat bulat seperti sel darah
merah normal. Hal ini menandakan larutan NaCl 0,9% berifat isotonis dengan sel darah merah.
Jadi tidak ada perpindahan molekul – molekul air baik dari dalam sel ataupun dari larutan. Dan
tekanan di dalam sel maupun diluar sel tidak berubah dan tidak menyebabkan perubahan bentuk
dari sel darah merah yang ada. Di dalam kehidupan sehari-hari larutan isotonis dikenal dapat
menggantikan cairan tubuh yang hilang pada saat beraktivitas.
Pengamatan sel pada mikroskop ternyata sel darah merah ada yang mengalami pengerutan
(krenasi) dan ada yang mengalami pengembungan (hemolisa) yang dapat menyebabkan
pencahnya sel darah merah.Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin
bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan
oleh antara lain penambahan larutan hipotonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena
ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena
penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke
dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit
menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu
sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.
Peristiwa hemolisis dan krenasi yang terjadi tidak lepas dari peran proses osmosis.
Kerusakan pada membran sel darah merah dikarenakandigunakan medium yang hipotonis dan
hipertonis ke dalam darah. Apabilamedium bersifat hipotonis (penambahan NaCl), larutan dari
luar akanmasuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit menggembung melebihikemampuan dari sel
dan akhirnya pecah karena larutan masuk melaluimembran eritrosit yang selektif permeabel.
Sedangkan untuk krenasi,pada umumnya terjadi karena sel darah merah diletakkan di
dalammedium yang lebih hipertonis terhadap isi di dalam sel darah merah. Halini menyebabkan
isi sel keluar menuju ke medium, sehingga sel menjadimengkerut. Hemolisis yang disebabkan
oleh perbedaan tekanan osmotikisi sel dengan mediumnya disebut hemolisis osmotik. Jenis
hemolisis yanglain adalah hemolisis kimiawi yang disebabkan oleh substansi kimia dalam
merusak sel darah merah. Sebaliknya dari proses hemolisis, ada proses krenasi, yaitu peristiwa
mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit.
Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl
hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui
membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila
membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel
akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila
eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke
medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit
(plasma).
Pada preparat darah yang ditambahkan aquades mengalami hemolisis, karena aquades
merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah
lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga beberapa cairan dari aquades masuk kedalam
sel-sel darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan
yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis
(pecahnya sel darah merah). Darah yang diberi aquades terlihat memudar warna merahnya,
karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Oleh karena itu, bisa diibaratkan apabila darah
tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf tersebut akan terlihat jelas.
BAB V
KESIMPULAN
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah
dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. osmosis (difusi
air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya.
Sebagai akibatnya, sel mengecil.
Darah yang dicampur aquades, akan mengalami hemolisis sehingga hemoglobin keluar bebas
dari eritrosit, tetapi tetap berada di sekitar membrane.
Pada darah yang mengalami krenas seperti preparat eritrosit yang ditambahkan dengan NaCl 0.3
M dan NaCl 0.5 M akan kembali ke bentuk normal atau isotonis ketika diberi larutan hipotonis
karena membran dan inti selnya tidak pecah, hanya mengkerut saja.
Eritrosit yang ditambahkan dengan larutan NaCl fisiologis tidak mengalami krenasi maupun lisis
(isotonis dalam kondisi tetap dan tak berubah) karena larutan NaCl fisologis memiliki
konsentrasi yang sama dengan konsentrasi dalam lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Bajpai. 2009. Kapita Selekta Hematologi, Edisi Empat. EGC : Jakarta.
Cormack. 2008. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta.
Hendrayani. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. EGC : Jakarta.
Srikini. 2000. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Watson. 2007. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.
Wulangi. 2009. Prinsip-Prinsip Fisiologo Hewan, Jurusan Biologi. ITB :
Bandung.
FISIOLOGI II DAN V
Hemolisa sempurna adalah peristiwa pecahnya trombosit dalam sel darah merah yang mengakibatkan tidak adanya lagi hemoglobin dalam darah hemolisa sempurna adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Pada lingkungan hipotonis (akuades), sel menyerap air, membengkak dan pecah
disebut hemolisis hemolisa merupakan penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit
Hemolisa
Hemolisa adalah suatu keadaan anemi yang terjadi oleh karena meningkatnya penghancuran dari sel eritrosit yang diikuti dengan ketidakmampuan dari sumsum tulang dalam memproduksi sel eritrosit untuk mengatasi kebutuhan tubuh terhadap berkurangnya sel eritrosit untuk mengatasi kebutuhan tubuh terhadap berkurangnya sel eritrosit tersebut, penghancuran sel eritrosit yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hiperplasi sumsum tulang sehingga produksi sel eritrosit akan meningkat dari normal., hal ini terjadi bila umur eritrosit berkurang dari 120 hari menjadi 15-20 hari tanpa diikuti dengan anemi, namun bila sumsum tulang tidak mampu mengatasi keadaan tersebut maka akan terjadi anemi Krenasi adalah peristiwa mengkerutnya sel darah karena cairan dalam sel darah keluar menuju cairan eksternal yang konsentrasinya lebih tinggi. Pada lingkungan hipertonis (garam > 1%), sel akan mengkerut disebut krenasi). krenasi adalah bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput. krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa Latin crenatus.
Keterangan :R : HipotonisP : HemolisaS : HipertonisQ : KrenasiLarutan Hipotonis adalah larutan yang selulernya mempunyai tekanan lebih kecil
terhadap sel. bila cairan disekeliling sel lebih rendah tekanan osmotiknya dan air cenderung melewati membran, masuk ke dalam sel. Air yang masuk sel menyebabkan pembengkakan dan kemudian pecah, keadaan ini disebut sel darah merah mengalami hemolisa. Larutan Hipotonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih rendah dari plasma, larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih besar dari plasma. Larutan Hipertonis terjadi apabila sel darah merah terdapat di dalam plasma hipertonis (lebih pekat daripada sitoplasma sel) maka akan melepaskan air ke dalam plasma dan menjadi berkerut. Sel darah merah yang berkerut disebut krenasi. Dalam hubungannya dengan sel-sel mamalia, larutan sodium khlorid lebih dari 0,85 % dikatakan hipotonis; larutan sodium khlorid lebih dari 0,85 % bersifat isotonik larutan hipertonis terjadi jika larutan yang selulernya mempunyai tekanan lebih besar terhadap sel. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut Larutan Hipertonis Larutan Isotonik yaitu bila kadar larutan pada kedua sisi membran sama, seperti sel dalam darah, maka cairan di sekeliling sel tersebut dikatakan isotonik (isosmotik). Artinya, tekanan osmotik pada kedua sisi membran sama. Larutan sodium khlorid 0,85 % merupakan larutan isotonik dengan sel darah merah mamalia dan berdasarkan hal itu disebut larutan garam fisiologiklarutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut Isotonis. Larutan garam fisiologik dapat digunakan untuk menjaga kesegaran jaringan, seperti pada luka terbuka, sehingga tidak terjadi kerusakan sel-sel). Larutan isotonik (isotonus) adalah larutan yang memiliki osmolalitas yang sama dengan plasma jika sel darah merah ditempatkan dalam cairan yang mempunyai tekanan osmotik yang sama maka tidak akan terjadi kelebihan air yang masuk dan keluar dan sel tidak akan membengkak terhadap cairan intraseluler sel dan larutan tersebut disebut isotonik (isosmotik).
Larutan Hypertonic, Isotonic, dan Hypotonic
Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis
Sel Hewan dan Sel Tumbuhan dalam Larutan Isotonis,
Larutan Hipotonis, dan Larutan Hipertonis
Pada larutan isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah /hemolisis, hal ini karena sel hewan tidak memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis sel tumbuhan akan kehilangan tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding sel), sedangkan sel hewan/sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel darah merah mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput (krenasi) karena kehilangan air
Faktor-faktor yang mempengaruhi hemolisa adalah faktor kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya hemolisis dapat disebabkan oleh malaria dan obat anti malaria. Hemolisis dapat juga disebabkan karena meningkatnya fragilitas osmotik dari eritrosit yang terinfeksi dan tidak terinfeksi, sehingga umur eritrosit menurun.
Ada dua faktor utama dan mendasar yang memegang peranan penting untuk terjadinya hemolisa yaitu:
1. Faktor Instrinsik (Intra Korpuskuler).
Biasanya merupakan kelainan bawaan, diantaranya yaitu : a) Kelainan membrane, b) Kelainan molekul hemoglobin, c) Kelainan salah satu enzym yang berperan dalam metabolisme sel eritrosit. Sebagai contoh: bila darah yang sesuai ditransfusikan pada pasien dengan kelainan intra korpuskuler maka sel eritrosi tersebut akan hidup secara normal, sebaliknya bila sel eritrosit dengan kelainan dengan kelainan intra korpuskuler tersebut ditransfusikan pada orang normal, maka sekeritrosit tersebut akan mudah hancur atau lisis.
2. Kelainan Faktor Ekstrinsik (Ekstra Korpuskuler)
Biasanya merupakan kelainan yang didapat (aquaired) dan selalu disebabkan oleh faktor immune dan non immune, bila eritrosit normal di transfusikan pada pasien ini, maka penghancuran sel eritrosit tersebut menjadi lebih cepat ,sebaliknya bila eritrosit pasien dengan kelainan ekstra korpuskuler di transfusikan pada orang normal maka sel eritrosit akan secara normal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi krenasi adalah
Faktor lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel),
1. osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.
Gravitas jenis suatu zat adalah indeks atau rasio berat zat tersebut dibandingkan dengan berat air yang volumenya sama dengan zat yang disebut tadi. Suatu zat yang beratnya kurang dari berat air yang volumenya sama, akan mempunyai gravitas jenis kurang dari 1,00; apabila beratnya lebih, maka gravitas jenisnya lebih besar dari 1,00. pengukuran gravitas jenis ini biasanya dilakukan dengan hydrometer. Hydrometer juga digunakan untuk mengukur gravitas jenis cairanDarah memiliki gravitas jenis (berat jenis) yang sedikit lebih tinggi dibandingkan air terutama disebabkan oleh adanya sel-sel darah; sel darah merah lebih berat dari sel darah putih, dan kedua jenis sel itu lebih berat dibanding plasma. Gravitas jenis (berat jenis) darah bervariasi diantara spesies hewan seperti ayam berkisar antara 1,042 - 1,045; domba dan kambing 1,042; sapi 1,043; anjing dan manusia 1,059 sedangkan kuda dan babi 1,060
gravitas jenis (berat jenis) pada manusia bervariasi dari 1,054 – 1,060, sedangkan berat jenis plasmanya bervariasi dari 1,024 – 1,028. Pada ternak gravitas jenis (berat jenis) hampir sama dengan manusia yang sangat bervariasi, seperti pada kuda 1,060; sapi 1,043; domba 1,042 dan babi 1,060.
Laktodensimeter
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian Golongan darah adalah jumlah dari semua antigen serologikal, faktor golongan darah yang, melekat pada membran sel darah merah. Faktor golongan darah diturunkan secara bebas satu sama lain. Antigen (antikoagulan) adalah senyawa kimia protein yang biasa disuntikkan ke suatu individu yang kekurangan antigen tersebut akan menyebabkan pembentukan senyawa khusus yang menetralisir antigen. Penggolongan darah A, B, O didasarkan pada ada tidaknya antibodi dalam tubuh kita masing-masing
Menurut sistem ABO, ada empat golongan darah dan pembagian ini berdasarkan fakta yaitu:
a. Serum darah manusia mengandung aglutinin, semacam antibodi yaitu substansi yang dapat menggumpalkan eritrosit orang lain dengan golongan berbeda, bila keduanya dicampur.
b. Eritrosit memiliki substansi aglutinogen, semacam antigen pada membran slnya yang sanggup merangsang pembekuan aglutinin.
Ringkasan Sistem ABO
Golongan
Darah
Antigen
Sel Merah
Antibodi
dalam Serum
Tidak mendonorkan pada golongan
Dapat Menerima
dari GolonganAB A dan B Tidak ada AB Semua kelompokA A Anti-B A dan AB A dan OB B Anti-A B dan AB B dan O
O Tidak ada Anti-A & Anti-B
Semua kelompok O
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut (Anonim, 2008a) :
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Golongan darah ABO didasarkan pada dua aglutinogen, yang disimbolkan dengan huruf A dan B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen a saja, dimasukkan sebagai golongan darah A. Yang eritrositnya hanya membuat aglutinogen B, dimasukkan dalam golongan darah B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A dan B adalah golongan darah AB. Individu yang eritrositnya tidak membuat aglutinogen adalah golongan darah O. Plasma darah orang bergolongan A, B, dan O berisi antibodi tertentu yang disebut aglutinin. Antibodi a (anti A), yang mengikat aglutinogen A, dan antibodi b (anti B) yang mengikat aglutinogen B. Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh karena itu alasan satu
manfaat tes golongan darah adalah untuk menentukan hubungan kekeluargaan. Selain itu, juga digunakan untuk kepentingan transfusi darah Empat golongan darah O-A-B yang utama. Dalam transfusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor dan darah resipien dalam keadaan normal diklasifikasikan dalam empat golongan darah O-A-B utama, seperti pada tabel. 5, tergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen. Bila tidak terdapat aglutinogen A atau B, darah digolongkan O. bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darah digolongkan A, bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darah digolongkan B. Sedangkan bila terdapat kedua aglutinogen A dan B, darah digolongkan AB
Golongan Darah dengan Genotipe, Unsur Aglutinogen dan Aglutininnya
GenotipeGolongan
Aglutinogen Aglutinin
OO O -Anti-A dan Anti-B
OA atau AA A A Anti-BOB atau BB B B Anti-AAB AB A dan B -
Prevalensi berbagai golongan darah diantara bangsa kulit putih Kira-kira sebagai berikut
Tipe Persen
O 47
A 41
B 9
AB 3
Golongan darah ABO terdiri dari Golongan darah O, A, B, dan AB. Dan penggolongan berdasarkan faktor Rh terbagi menjadi Rh+ dan Rh-. Protein dalam sel darah disebut agglutinogen, sementara protein dalam plasma disebut agglutinin . Agglutinogen memiliki dua jenis yaitu A dan B, begitu juga agglutinin memiliki jenis a dan b.
1. Golongan darah A jika mengandung agglutinogen A di sel-selnya dan agglutinin b di plasma-nya
2. Golongan darah B jika mengandung agglutinogen B di sel-selnya dan agglutinin a di plasma-nya
3. Golongan darah AB jika mengandung agglutinogen A dan B di sel-selnya dan tidak memiliki agglutinin di plasma-nya
4. Golongan darah O jika tidak memiliki aggllutinogen di sel-selnya dan memiliki agglutinin a dan b di plasmanya
Pewarisan Golongan Darah
Golongan darah dinamai menurut keberadaan zat yang disebut aglutinogen, yang terdapat didalam sel darah merah. Ada dua jenis aglutinogen, yaitu A dan B. Apabila didapat aglutinogen A, golongan darah individu tersebut adalah A, bila ditemukan aglutinogen B, maka golongan darah individu tersebut adalah B. Apabila kedua aglutinogen ditemukan , individu memiliki golongan darah AB dan golongan O tidak mengandung aglutinogen didalam sel darah merahnya sehingga tidak akan mengalami aglutinasi oleh aglutinin plasma manapun. Dengan demikian plasma dari golongan A mengandung aglutinin anti-B, plasma golongan B mengandung aglutinin anti-A, plasma golongan AB tidak mengandung aglutinin sehingga tidak menyebabkan sel darah merah manapun mengalami aglutinasi, sedangkan plasma golongan O mengandung kedua jenis aglutinin tersebut Golongan Darah
Golongan
Darah
Aglutinogen pada
Sel Darah Merah
Aglutinin dalam
PlasmaA Antigen A Anti – AB Antigen B Anti – BAB Antigen A & B Tidak keduanyaO Tidak ada antigen Tidak ada Anti A & Anti B
Plasma darah mengandung suatu protein yang disebut aglutinin. Plasma darah golongan A mengandung aglutinin β, plasma darah golongan B mengandung aglutinin α. Kedua macam aglutinin α dan β terdapat pada plasma darah golongan O, sedangkan plasma darah golongan AB tidak mengandung aglutinin sama sekali. Apabila sel darah merah golongan A dicampur dengan plasma darah golongan B yang mengandung aglutinin α, maka akan terjadi proses aglutinasi dan hemolisis. Demikian pula halnya, apabila sel darah golongan B ditempatkan pada plasma darah golongan A. Sel darah golongan O bila ditempatkan pada plasmadarah golongan darah A, B atau AB, tidak memberikan reaksi sebabsel darah golongan tidak mengandung aglutinogen (Poedjiadi, 2006).
Golongan darah dikelompokkan menjadi empat yaitu; A, B, O, dan AB. Penetapan penggolongan darah didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu-individu dengan golongan darah A mempunyai antigen A yang terdapat pada sel darah merah, individu dengan golongan darah B mempunyai antigen B, dan individu dengan golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut
Golongan Darah ABO
Golongan darah berguna dalam melakukan transfusi darah. Yaitu proses tranfer darah ke tubuh orang yang membutuhkan, misal karena kekurangan darah oleh sebab kecelakaan, penyakit, atau sebab lain. Darah yang di berikan kepada orang yang menerima harus ”cocok”. Jika tidak akan terjadi masalah yang fatal, bahkan kematian. Hal ini membuat penggolongan darah dijadikan sebagai identifikasi dilihat dari aspek keturunan golongan darah maupun dalam pemuliabiakan ternak
Golongan Darah
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kecocokan golongan darah, pewarisan darah dan kecocokan plasma pada tabel berikut ini:
Pewarisan Golongan Darah kepada Anak
Ibu/Ayah O A B AB
O O O, A O, B A, BA O, A O, A O, A, B, AB A, B, ABB O, B O,A,B,AB O,B A, B, ABAB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB
Kecocokan Plasma
Resipien Donor harusAB AB manapunA A atau AB manapunB B atau AB manapun
O O, A, B atau AB manapun
Tabel 9. Kecocokan Golongan Darah
Gol Darah Resipien
Donor harus
AB+ Golongan darah mana punAB- O- A- B- AB-A+ O- O+ A- A+A- O- A+B+ O- O+ B- B+B- O- B-O+ O- O+O- O-
Diposkan oleh Acchal di 19.13
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Muhammad Azhar
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2009 (6) o ▼ Desember (6)
FISIOLOGI VIII DAN IX FISIOLOGI VII FISIOLOGI VI DAN X FISIOLOGI III DAN IV FISIOLOGI II DAN V FISIOLOGI I
Mengenai Saya
Acchal Lihat profil lengkapku
PERBEDAAN HIPOTONIS dan HIPERTONIS
larutan hipertonis adalah Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya
lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel.sedangkan
larutan hipotonis adalah larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi
zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel.
Larutan Hipotonis terjadi bila cairan disekeliling sel lebih rendah
tekanan osmotiknya dan air cenderung melewati membran, masuk ke
dalam sel. Air yang masuk sel menyebabkan pembengkakan dan
kemudian pecah, keadaan ini disebut sel darah merah mengalami
hemolisa.
Larutan Hipertonis terjadi apabila sel darah merah terdapat di dalam
plasma hipertonis (lebih pekat daripada sitoplasma sel) maka akan
melepaskan air ke dalam plasma dan menjadi berkerut. Sel darah
merah yang berkerut disebut krenasi.
Larutan Hipotonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih
rendah dari plasm.sedangkan
larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih
besar dari plasma.
CONTOH
Dalam hubungannya dengan sel-sel mamalia, larutan sodium khlorid
lebih dari 0,85 % dikatakan hipotonis; larutan sodium khlorid lebih dari
0,85 % bersifat isotonik larutan hipertonis terjadi jika larutan yang
selulernya mempunyai tekanan lebih besar terhadap sel.
Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran
normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel
menjadi keras. Pada larutan hipertonis sel tumbuhan akan kehilangan
tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari
dinding sel).
Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah
dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan
mengembang dan kemudian pecah /hemolisis, hal ini karena sel hewan
tidak memiliki dinding sel. sedangkan sel hewan/sel darah merah dalam
larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel darah merah
mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput (krenasi) karena
kehilangan air.