Lamp Iran

58
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu : a. Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah. b. Sel darah, adalah merupakan 45 % volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang mempunyai atau terdiri dari air ( 91-92%), protein 8-9%, substansi lain selain protein seperti garam amonium urea, asam urat kreatinin, kreatin, asam amino, santin, dan hiposantin. Darah beredar dalam pembuluh darah arteri,vena,dan kapiler. Sel darah merah merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah.

Transcript of Lamp Iran

Page 1: Lamp Iran

BAB IPENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut

oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh

dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun

sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon

dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

 Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu :

a. Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu plasma

darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah.

b. Sel darah, adalah merupakan 45 % volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah

(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang mempunyai atau terdiri dari

air ( 91-92%), protein 8-9%, substansi lain selain protein seperti garam amonium urea, asam urat

kreatinin, kreatin, asam amino, santin, dan hiposantin. Darah beredar dalam pembuluh darah

arteri,vena,dan kapiler.

Sel darah merah merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya,

dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah.

Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa

oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.

Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon

dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.

1.2. Tujuan

         Untuk mengetahui bentuk sel darah dan konsentrasi sel darah merah  pada manusia

         Untuk mengetahui bentuk sel darah dan konsentrasi sel darah merah  pada katak, dan

         Untuk mengetahui bentuk sel darah dan konsentrasi sel darah merah  pada ikan.

Page 2: Lamp Iran

 BAB II

TEORI

2.1. Bentuk Sel Darah

a)       Sel darah merah manusia

Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf, bagian tengahnya lebih tipis

dibandingkan dengan bagian tepi. Eritrosit mamalia tidak mengandung inti ( nukleus ), suatu

karakteristik yang tidak umum pada sel hidup. Semua sel darah merah tidak mempunyai

mitondria dan menghasilkan ATP-nya secara ekslusif melalui metabolisme anaerobik.

Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika

metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka

bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya

supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah.

Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam

suatu volume darah. Bentuk bikonkaf sel darah merah juga menambah luas permukaannya.

Bentuk bikonkaf ini berfungsi mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah.

Sel darah merah terutama dibentuk dalam sumsum tulang rusuk,   tulang  dada,   dan      tulang 

belakang.

Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel ini mengandung sekitar 250 juta

molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi.

Hemoglobin ini jugan berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. ketika

sel darah merah lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya,

oksigen akan berdifusi kedalam eritrosit dan hemoglobin akan berikata dengan O2 dan NO.

hemoglobin akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Disana oksigen akan

berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat

mengembang. Hal tersebut mungkin berperan dalam membantu      mengirimkan   O2       ke       

sel.

Page 3: Lamp Iran
Page 4: Lamp Iran

b) Sel darah katak

            Sel darah pada katak mempunyai bentuk eritrosit yang lonjong dengan inti di tengahnya,

konsentrasi sel darah lebih encer dan termasuk poikiloterm.

2.2.  Konsentrasi Sel Darah

            Sel-sel darah aka membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis

dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan dalam larutan

isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1. Bentuk Sel darah

a)      Sel darah merah manusia

Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal

mencapai hampir separuh dari volume darah.

Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa

oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.

Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon

dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.

Sel darah merah pada manusia ukuranye lebih kecil, lebih bulat dan tidak memiliki inti sel,

konsentrasi lebih pekat dan termasuk homoiterm.

Eritrosit pada mamalia tidak mempunyai inti dan pada manusia berbentuk cakram dengan garis

tengah dengan bentuk bikonkaf menyebabkan eritrosit memiliki permukaan yang luas sehingga

mempermudah pertukaran gas.

 Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika metabolisme

eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka bawa.

Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya supaya

Page 5: Lamp Iran

dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah. Semakin

kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam suatu

volume darah.

Sel darah katak & ikan

Sel darah pada katak mempunyai bentuk eritrosit yang lonjong dengan inti di tengahnya,

konsentrasi sel darah lebih encer dan termasuk poikiloterm.

Pada katak peredaran darahnya cukup unik. Karena katak mempunyai 3 ruang jantung, yaitu:

atrium kiri, atrium kanan, dan ventrikel. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus

venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium kanan. Dari atrium kanan darh darah mengalir

ke ventrikel yang kemudian di pompa keluar melalui arteri pulmonalis → raru-paru → vena

pulmonalis → atrium kiri. Lintasan peredaran darah ini disebut juga peredaran darah paru-paru.

Selain peredaran darah paru-paru, katak juga mempunyai sistem peredaran darah sistemik yang

peredarannya adalah dimulai dari ventrikel → conus arteriosus → aorta ventralis seluruh tubuh

→ sinus venosus → atrium kanan.

Pada ikan ruang jantung terdiri dari 2 ruang yaitu, satu atrium dan ventrikel. Antara atrium dan

ventrikel terdapat katup yang berfungsi mengalirkan darah ke satu arah. Darah dari seluruh tubuh

mengalir dari sinus venosus dan kemudian masuk ke atrium. Dari atrium darah mengalir ke

ventrikel → conus arteriosus → aorta ventralis → insang → ke seluruh tubuh → vena cava →

sinus venosus.

4.2. Konsentrasi Sel Darah

            Sel-sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis

dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan dalam larutan

isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun.

Pada larutan isotonis NaCl 0,9%, darah akan tetap stabil dan bentuk yang sama seperti

biasa karna larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh.

Pada larutan hipotonis 0,65%, sel darah akan membengkak, yang di sebabkan oleh

turunnya tekanan osmotik plasma darah yang menyebabkan pecahnya dinding eritrosit, hal ini

Page 6: Lamp Iran

mnyebabkan amsuknya air secara osmosis melalui dinding yang semipermiabel sehingga sel

darah membengkak.

Pada larutan hipertonis 0,85%, sel darah akan mengkerut. Kerutan yang terjadi pada

darah ini dikarenakan NaCl dengan konsentrasi 1, 2 tergolong pekat. Tergolong pekat jika

dibanding dengan cairan isi sel darah merah, sehingga menyebabkan air yang ada didalam sel

darah merah akan banyak keluar dan akibatnya sel darah merah akan mengkerut. Pada

konsentrasi 1 % sel darah katak (eritrositnya) memang benar-benar sudah mengkerut dan sudah

nampak agak mengecil, demiian juga halnya dengan eritrosit ikan. Pada manusia darah pada

dengan diberi larutan NaCl dalam konsntrasi ini juga mengalami pengkerutan atau krenasi. Pada

konsentrasi 0, 9% sel darah merah pada objek yang diamati secara umum normal, bentuknya

bikonkaf.

Pada vertebrata eritrositnya ada yang berinti dan berbentuk ellipsoid. Darah manusia dan

darah hewan lain terdiri atas suatu komponen cair, yaitu plasma, dan berbagai bentuk unsur yang

dibawa dalam plasma, antara lain sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan

keping-keping darah.

Plasma terdiri atas 90% air, 7 sampai 8% protein yang dapat larut, 1% elektrolit dan

sisanya 1-2% berbagai zat makanan dan mineral yang lain Darah dapat mengalami lisis yang

merupakan istilah umum untuk untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat

masuknya sel kedalam air. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya

eritrosit akibat masuknya air kedalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit

menuju ke cairan sekelilingnya.

Membrane eritrosit bersifat permeable selektif yang berarti dapat ditembus oleh air dan

zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain

Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis,

hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia

tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila

medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis)

medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang

bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat

lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya

Page 7: Lamp Iran

hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada

medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit

(plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara

menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

Berdasarkan penelitian isi sel eritrosit hewn homoitherm isotonis terhadap larutan 0,9%

NaCl, oleh karena itu hemolisis akan terjadi apabila eritrosit hewan Homoitherm dimasukkan

kedalam larutan NaCl dengan konsentrasi dibawah 0,9%. Namun, perlu diketahui bahwa

membrane eritrosit memiliki toleransi osmotic, artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu

sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan tertentu tidak semua

eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membrane eritrosit

berbeda-beda. Pada eritrosit tua membrane selnya memiliki toleransi rendah (mudah pecah)

sedangkan membrane eritrosit muda memiliki toleransi osmotik, osmotic yang lebih besar (tidak

mudah pecah). Pada dasarnya eritrosit sudah mengalami hemolisis sempurna pada air suling.

Hasil hemolisis sempurna eritrosit pada air suling biasa dianggap larutan standard untuk

menentukan tingkat kerapuhan eritrosit

Hemolisis seperti yang dijelaskan diatas disebut hemolisis osmotic, yaitu hemolisis yang

disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya (cairan disekitarnya).

Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi, dimana membrane eritrosit rusak akibat substansi

kimia. Zat-zat yang dapat merusak membrane eritrosit (termasuk membrane sel yang lain) antara

lain adalah: kloroform, asseton, alcohol, benzene dan eter.

Peristiwa sebaliknya ialah krenasi, yang dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke

dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit. Misalnya, untuk eritrosit hewan

homoitherm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9% sedangkan untuk eritrosit hewan

poikilotherm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7%.

Apabila eritrosit mengalami hemolisis maka hemoglobin akan larut dalam mediumnya.

Akibat dari terlarutnya hemoglobin tersebut medium akan berwarna merah. Makin banyak

eritrosit yang mengalami hemolisis, maka makin merah warna mediumnya. Dengan

membandingkan warna mediumnya. Dengan membandingkan warna mediumnya dengan larutan

standar (eritrosit dalam air suling) maka dapat ditentukan tingkat kerapuhan membrane eritrosit

(tingkat toleransi osmotic membran.

Page 8: Lamp Iran

Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya,

pada membran sel darah merah saat mengalami peristiwa hemolisis dan krenasi. Kerusakan

membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau

hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat atau unsur

kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena umur eritrosit dalam sirkulasi

darah telah tua. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan

larutan NaCl hipotonis), medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit

melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung.

Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka

sel akan pecah.

Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat

masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa

pecahnya eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam

eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang

berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat

tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang

hipotonis terhadap isi sel eritrosit. Namun perlu diketahui bahwa membran eritrosit (termasuk

membran sel yang lain) memiliki toleransi osmotik, artinya sampai batas konsentrasi medium

tertentu sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan NaCl tertentu

tidak semua eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis

membran eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua membran selnya memiliki toleransi rendah

(mudah pecah), sedangkan membran eritrosit muda memiliki toleransi osmotik yang lebih besar

(tidak mudah pecah). Pada dasarnya semua eritrosit sudah mengalami hemolisis sempurna pada

air suling. Hasil hemolisis sempurna eritrosit dalam air suling biasa dianggap sebagai larutan

standar untuk menentukan tingkat kerapuhan eritrosit.

Hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya

(cairan di sekitarnya) disebut hemolisis osmotik. Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi

dimana medium eritrosit rusak akibat subtansi kimia. Zat-zat yang dapat merusak membran

eritrosit (termasuk membran sel yang lain) antara lain kloroform, aseton, alcohol, benzena, dan

eter.

Page 9: Lamp Iran

Peristiwa sebaliknya dari hemolisis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya

membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit

dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit, misalnya untuk eritrosit

hewan homoioterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9 % NaCl, sedangkan untuk

eritrosit hewan poikiloterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7 %. Pada pengamatan

toleransi osmotik eritrosit digunakan larutan NaCl yang berbeda konsentrasi yaitu 0,1%, 0,3%,

0,5%, 0,7%, 0,9%, 1%, 2%, 3% dan akuades. Pengamatan toleransi osmotik eritrosit dilakukan

untuk mengetahui reaksi eritrosit setelah ditambah larutan NaCl dengan konsentrasi tertentu dan

akuades sehingga dapat diamati adanya eritrosit yang mengalami hemolisis atau krenasi. Pada

konsentrasi NaCl 0,7% eritrosit tidak mengalami hemolisis karena larutan Nacl yang digunakan

bersifat isotonis, sehingga hal itu digunakan sebagai kontrol terhadap reaksi menggunakan NaCl

dengan konsentrasi lain yang berbeda dan akuades. Apabila eritrosit diberikan NaCl dengan

konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5% eritrosit cenderung mengalami hemolisis, dikarenakan cairan di

luar sel (NaCl 0,1%, 0,3%, 0,5%) berdifusi ke dalam sel akibat adanya perbedaan potensial air

(PA) dimana PA larutan NaCl lebih tinggi dari pada PA sel darah merah. Jumlah air yang masuk

ke dalam eritrosit semakin bertambah sampai akhirnya melampaui batas kemampuan membran

eritrosit dan menyebabkan membran itu pecah sehingga sitoplasma eritrosit keluar.

4.3. Perbedaan larutan hipotonis, isotonis & Hipertonis

         Larutan Hipotonis

Larutan hipotonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan

yang lain. Bahasa mudahnya, suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dan yang

lainnya lebih banyak. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya

maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya

sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah setengah normal

saline (1/2 NS).

Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga

menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel memperbesar

volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih

besar menyebabkan pecahnya sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Hemolisa

Page 10: Lamp Iran

         Larutan Isotonis

suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga

tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonis      (ekuivalen

dengan larutan 0,9% NaCl ). Larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan

tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik yang sama.

Isotonis adalah suatu yang larutan yang kita buat konsentrasinya sama besar dengan cairan dalam

tubuh dalam sel darah merah.Harus disamakan agar tidak terjadi pertukaran.

Isoosmotik : larutan yg memiliki tek.osmosa yang sama dengan tek. Osmosa sel darah.

Alat : osmometer.

         Metode perhitungan isotonis

Metede perhitungan isotonis yaitu penurunan titik beku , selalu digunakan -0,52 derajat sebagai

penurunan titik beku baik kelenjar lakrimal atau kel.air mata.

W=0,02–a.c/b

a.: penurunantitik beku air yag dihasilkan oleh bahan aktif 1%

b.: Bobot setiap bahan tambahan dlm larutan.

c. : penurunan titik beku yang dihasilkan oleh bahan pengisotonis 1 %

         MetodeKatalin

Selain tekanan osmosa yang harus diperhatikan adalah PH. Selin pH isotonis juga harus isohidris

(ph sesuai dngan Ph fisiologis tubuh yg sekitar 7,4).

Euhidris yaitu diusahakan pendektn ph larutan u suatu zat scr tehnis kea rah ph fisiologis tubuh

dilakukan pada zat yang tdk stabil pd ph fisiologis tubuh misalnya vit C, alkaloid2 sehingga

Page 11: Lamp Iran

untuk memperoleh ph tertentu yg diinginkan maka digunakn bahan dapar yg berfungsi

meningkatkn stabilitas obat, mengurangi rasa nyeri dan iritasi ,kadang-kadang juga dapat

menghambat pertumbuhan.

         Larutan Hipertonis

Turunn Larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang

lainnya. Bahasa mudahnya, suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi

dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan

larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka akan terjadi

perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan.

Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis karena

konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien.

titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan

air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya

penciutan sel – sel darah merah. Peristiwa demikian         disebut Plasmolisa. Bahan pembantu

mengatur tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3.

D. FUNGSI DARAH

Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :

1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi

5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu

6. Menjaga suhu temperatur tubuh

7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku

8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.

9. Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk mengikat oksigen

Page 12: Lamp Iran

         Mekanisme Osmosis

Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan

yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah

melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi permeabel. Jika di dalam suatu

bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan

oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut

dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput

selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau

berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. jadi,

pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang

konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat

terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan

hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut

larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah

daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis.

     Apakah yang terjadi jika sel tumbuhan atau hewan, misalnya sel darah merah ditempatkan

dalam suatu tabung yang berisi larutan dengan sifat larutan yang berbeda-beda? Pada larutan

isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis,

sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan

turgor sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah

dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah

/lisis, hal irri karena sei hewan tidak memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan

akan kehilangan tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding

sel), sedangkan sel hew'an/sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel

darah merah

mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air.

Page 13: Lamp Iran

        Mekanisme Difusi

Difusi adalah pergerakan molekul dari tempat dengan konsentrasi tinggi ke tempat dengan

konstrasi rendah (yaitu dengan atau sepanjang gradien konsentrasi). Difusi terjadi akibat molekul

memiliki energi bebas yang membuatnya senantiasa bergerak. Molekul molekul dalam benda

padat bergerak dengan senantiasa lambat sedangkan pada benda cair molekul bergerak lebih

cepat demikian juga ketika mengabsorbsi benda panas, es akan mencair kemudian menguap.

Difusi merupakan proses yang berjalan sangat lambat, tetapi merupakan mekanisme tranfor yang

efektif dalam melintasi jarak dalam ukuran mikroskopis. Di dalam tubuh, gas oksigen dan

karbon dioksida bergerak secara difusi. Misalnya pada paru paru, terdapat konsentrasi oksigen

tinggi dalam alveoli (kantong udara) dan konsentrasi oksigen yang rendah di dalam darah di

sekeliling kapiler pulmonalis. Keadaan sebaliknya terjadi pada karbon dioksida, konsentrasi

karbon dioksida yang rendah dalam udara di dalam alveoli dan konsentrasi karbon dioksida yang

tinggi terdapat dalam darah di kapiler pulmonalis. Gas- gas ini akan berdifusi dalam arah yang

berlawanan, masing masing bergerak dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah.

Oksigen berdifusi dari udara ke dalam darah untuk kemudian disirkulasikan ke seluruh tubuh.

Karbon dioksida berdifusi dari darah ke udara untuk kemudian diekshalasikan.

        Difusi Terfasiitasi

Kata “fasilitasi” berarti membantu atau menolong. Pada difusi terfasilitasi molekul bergerak

melintasi membran dari konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah, namun untuk

melakukannya di perlukan bantuan.

Di dalam tubuh, sel harus mengambil glukosa untuk dipakai memproduksi ATP. Akan tetapi,

glukosa tidak akan berdifusi menembus sebagian besar membran sel dengan sendirinya, bahkan

jika terdapat lebih banyak glukosa. Difusi glukosa memerlukan bantuan enzim pengangkut, yaitu

protein yang merupakan bagian membran sel.

Page 14: Lamp Iran

4.3. Penyakit  Pada Darah.

a.       Hemolisis

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam

medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain

penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan

membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena

ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena

penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke

dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit

menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu

sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.

Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar

menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini

dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit

(plasma).

        Sickle cell anemia

Sickle cell anemia adalah penyakit keturunan berupa kelainan hemoglobin penyakit ini

termasuk penyakit serius di mana tubuh membentuk sel darah merah berbentuk sabit. “Sickle-

berbentuk” berarti bahwa sel-sel darah merah yang berbentuk seperti “C.”

Normal sel darah merah berbentuk cakram dan terlihat seperti donat tanpa lubang di

tengah. Mereka bergerak dengan mudah melalui pembuluh darah Anda. Sel-sel darah merah

mengandung protein hemoglobin. Ini kaya zat besi protein memberikan darah warna merah dan

membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut

oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan

menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.

Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa,

ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke

organ tersebut.

Page 15: Lamp Iran

Anemia sel sabit atau sickle cellanemia merupakan kelainan genetik terkait gen resesif.

Sickle Cell Anemia disebabkan karena adanya mutasi pada rantai β-globin dari

hemoglobin, yang menyebabkan pertukaran asam glutamat (suatu asam amino) dengan asam

amino hidrofobik valin pada posisi 6. Gen yang bertanggung jawab menyebabkan Sickle Cell

Anemia merupakan gen autosom dan dapat ditemukan di kromosom nomor 11. Penggabungan

dari dua subunit α-globin normal dengan dua subunit β-globin mutan membentuk hemoglobin S

(HbS). Pada kondisi kadar oksigen rendah, ketidakhadiran asam amino polar pada posisi 6 dari

rantai β-globin menyebabkan terbentuknya ikatan non-kovalen di hemoglobin yang

menyebabkan perubahan bentuk dari sel darah merah menjadi bentuk sabit dan menurunkan

elastisitasnya.

Normal sel darah merah berbentuk cakram dan terlihat seperti donat tanpa lubang di

tengah. Mereka bergerak dengan mudah melalui pembuluh darah Anda. Sel-sel darah merah

mengandung protein hemoglobin. Ini kaya zat besi protein memberikan darah warna merah dan

membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Sickle cell mengandung hemoglobin yang abnormal, yang menyebabkan sel darah merah

memiliki bentuk sabit. Sel berbentuk sabit tidak bergerak dengan mudah melalui pembuluh

darah. Mereka kaku dan lengket dan cenderung membentuk rumpun dan terjebak dalam

pembuluh darah. (Sel lain juga mungkin memainkan peran dalam proses penggumpalan ini.)

Gumpalan sel sabit menyumbat aliran darah dalam pembuluh darah yang mengarah ke

anggota badan dan organ. Blocked pembuluh darah dapat menyebabkan rasa sakit, infeksi serius,

dan kerusakan organ

Sel sabit anemia adalah salah satu jenis anemia. Anemia adalah suatu kondisi di mana

darah Anda memiliki lebih rendah dari jumlah normal sel darah merah. Kondisi ini juga dapat

terjadi bila sel-sel darah merah tidak memiliki cukup hemoglobin.

Sel darah merah dibuat dalam spons sumsum tulang besar di dalam tubuh. Sumsum

tulang selalu membuat sel-sel darah merah baru untuk menggantikan yang lama. Normal hidup

sel-sel darah merah sekitar 120 hari dalam aliran darah dan kemudian mati. Mereka membawa

oksigen dan mengel

BAB V

Page 16: Lamp Iran

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

         Sel darah merah pada manusia ukuranye lebih kecil, lebih bulat dan tidak memiliki inti sel,

konsentrasi lebih pekat dan termasuk homoiterm.

         Sel darah pada katak mempunyai bentuk eritrosit yang lonjong dengan inti di tengahnya,

konsentrasi sel darah lebih encer dan termasuk poikiloterm.

         Pada ikan ruang jantung terdiri dari 2 ruang yaitu, satu atrium dan ventrikel.

         Konsentrasi sel darah yaitu Sel-sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan ke

dalam larutan hipotonis dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis.

Sedangkan dalam larutan isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun.

V.2. SARAN

         Diperlukannya saran dan prasarana yang lebih memadai guna memaksimalkan hasil yang di peroleh dari praktikum.

         Penjelasan secara bertahap dan mendetail yang harus dilakukan pengajar kepada pelajar.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Hemolisis  http://www.crayonpedia.org/mw/6._Transpor_Melalui_Membran_Sel_11.1http://tami-randejeneng.blog.friendster.com/http://anainformationcenter.blogspot.com/2009/12/injeksi.htmlhttp://nursingforuniverse.blogspot.com/2010/04/macam-macam-cairan-infus-beserta.htmlhttp://www.unjabisnis.com/2009/10/konsentrasi-sel-darah.html#more-38        

Page 17: Lamp Iran

Sutarmi H. Siti. Biologi jilid 2. IPB : BogorDietor, delman H. 1992. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Makhluk hidup terdiri atas sel, karena itulah manusia harus mempelajari tentang keadaan

selnya atau sel- sel lainnya yang menunjang kehidupannya. Suatu sistem transportasi sangat

penting bagi tumbuhan dan hewan yang berkaitan dengan masa organisme tersebut.  Pada

tanaman dan hewan yang masih sederhana transfor materi berlangsung secara osmosis, dan

difusi.  Pada sel hewan, jika suatu sel (sel darah merah) berada pada cairan yang Hipotonik maka

sel darah merah akan pecah, namun jika berada dalam cairan yang hiportonis maka sel darah

akan pecah.

Rusaknya membran dari eritrosit biasanya disebabkan karena penambahan larutan

hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan pada permukaan membran eritrosit,

zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan. Hal yang mungkin terjadi bila

eritrositdimasukkan ke dalam medium yang hipotonis (biasanya karena penambahan NaCl)

adalah medium tersebut akan masuk ke dalammembran pada eritrosit sehingga sel dari eritrosit

menggembung. Pecahnya sel dari eritrosit disebabkan sel tidak dapat menahan tekanan yang

terdapat dari dalam sel eritrosit itu sendiri. sebaliknya bila eritrositditempatkan pada larutan yang

hipertonis, maka cairan dari dalam seleritrosit akan keluar dari dalam sel menuju medium

sehingga eritrosit akan menjadi keriput atau krenasi.

Lisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium

sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain

penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan

Page 18: Lamp Iran

membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan

dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena

penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke

dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit

menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu

sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.

Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar

menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini

dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit

(plasma).

1.2   TUJUAN PRAKTIKUM

1.       Mengamati adanya krenasi dan lisis pada eritrosit

2.       Mengetahui pengaruh dari berbagai konsentrasi NaCl terhadap eritrosit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

   Difusi adalah penyebaran molekul-molekul zat secara lebar, baik zat padat, zat cair

maupun gas, ke segala arah yang digerakkan oleh energi kinetik yang menyebabkan molekul zat

selalu dalam keadaan bergerak. Molekul-molekul zat itu saling tarik-menarik atau saling tolak-

menolak. Difusi berlangsung dari larutan yang berkadar tinggi ke larutan yang berkadar rendah,

sehingga kadar larutan tersebut merata. Kecepatan difusi tergantung pada tekanan, konsentrasi

zat terlarut  dan suhu (Kimball, 1992).

Osmosis adalah proses berpindahnya molekul-moslekul air dari larutan yang mengandung

molekul air tinggi menuju ke larutan yang molekul airnya rendah melalui selaput semipermeabel.

Dengan kata lain osmosis adalah peristiwa berpindahnya molekul-molekul air dari larutan yang

berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis).

Page 19: Lamp Iran

Sel darah merah harus berada dalam keadaan yang isotonik , jika tidak akan terjadi

pengkerutan yang disebut krenasi, sedangkan bila berada di dalam larutan yang hipertonik akan

mengalami pembengkakan.  Kemudian pecah dan mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang

berwarna merah, peristiwa ini disebut hemolisis (Wilkina, 1992).

Darah manusia dan darah pada hewan umumnya terdiri atasplasma dan berbagai unsur

yang di bawa di dalam plasma sepertieritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma terdiri atas 90%

air, 7-8 %protein yang dapat larut, 1 % elektrolit dan sisanya 1-2 % berbagai zatmakanan dan

mineral yang lain. Darah pada hewan maupun manusiadapat mengalami lisis yang berupa

peristiwa menggelembungnya seldarah hingga pecah dikarenakan air masuk ke dalam sel. Lisis

pada darahdisebut hemolisis yang dapat diartikan sebagai pecahnya eritrosit karena air masuk ke

dalam eritrosit yang menyebabkan hemoglobin keluar daridalam sel eritrosit. Eritrosit memiliki

membran yang bersifat selektif permeabel yang hanya dapat ditembus oleh zat-zat tertentu saja.

Tapi, tidak semua eritrosit akan mengalami lisis pada suatu konsentrasi larutan tertentu.

Hal ini disebabkan eritrosit memilik nilaitoleransi osmotik membran. Pada sel yang tua, nilai

toleransi osmotik nyalebih kecil dibandingkan pada sel yang muda.

Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika

metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka

bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya

supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah.

Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam

suatu volume darah. Bentuk bikonkaf sel darah merah juga menambah luas permukaannya.

Bentuk bikonkaf ini berfungsi mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah.

Sel darah merah terutama dibentuk dalam sumsum tulang rusuk, tulang  dada, dan  tulang 

belakang.

Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel ini mengandung sekitar  250 juta

molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi.

Hemoglobin ini jugan berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. ketika

sel darah merah lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya,

oksigen akan berdifusi kedalam eritrosit dan hemoglobin akan berikata dengan O2 dan NO.

hemoglobin akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Disana oksigen akan

Page 20: Lamp Iran

berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat

mengembang. Hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan O2 ke sel.

BAB III

METODOLOGI

2.1   Alat dan bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop cahaya, objek glass, cover

glass, tissue, pipet, gelas piala, dan blood lanset.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah eritrosit, aquadest, NaCl 0.3 M, NaCl 0.5

M, NaCl fisiologis 0,9 %, alcohol 70%, kapas.

2.2   Cara kerja

Pertama Dilakukan pengambilan darah menggunakan blood lanset dan diberi anti koagulan

agar tidak menggumpal. Setelah itu darah diteteskan pada 3 obyek glass, ketiga objek glass

tersebut diberikan perlakuan yang berbeda-beda. Objek glass A diberi perlakuan dengan tetesan

aquades, objek glass B ditetesi laruan NaCl 0,3 M, dan objek glass C ditetesi dengan larutan

NaCl 0,5 M. Kemudian masing-masing objek glass ditutup dengan cover glass. Terakhir, diamati

masing-masing perlakuan di bawah mikroskop pada waktu ke 1 menit, 5 menit, dan 10 menit.

Setelah itu, pada kaca objek terakhir diteteskan NaCl fisiologis 0,9 %. Hasil pengamatan

kemudian difoto dan digambar 1 selnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Perlakuan Reaksi yang terjadi pada Gambar

Page 21: Lamp Iran

1 Darah + NaCl 0,3 M

Menit ke-1 à Normal

Menit ke-5 à Krenasi

Menit ke-10 à Krenasi

Perbesaran : 1000X

2 Darah + NaCl 0,5 M

Menit ke-1 à Normal

Menit ke-5 à Krenasi

Menit ke-10 à Krenasi

Perbesaran : 1000X

Page 22: Lamp Iran

3 Darah + Aquadest

Menit ke-1 àNormal

Menit ke-5 à Lisis

Menit ke-10 à Lisis

Perbesaran : 400X

4Darah + NaCl fisiologis

0,9 %

Menit ke-1 à Isotonis

Menit ke-5 à Isotonis

Menit ke-10 à Isotonis

Perbesaran : 400X

Page 23: Lamp Iran

4.2 Pembahasan

Eritrosit merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam

keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung

hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan

mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-

sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari

jaringan dan kembali ke paru-paru. Sel darah merah pada manusia ukuranye lebih kecil, lebih

bulat dan tidak memiliki inti sel, konsentrasi lebih pekat dan termasuk homoiterm. Eritrosit pada

mamalia tidak mempunyai inti dan pada manusia berbentuk cakram dengan garis tengah dengan

bentuk bikonkaf menyebabkan eritrosit memiliki permukaan yang luas sehingga mempermudah

pertukaran gas.

 Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika

metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka

bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya

supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah.

Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam

suatu volume darah.

Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :

1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi

5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu

6. Menjaga suhu temperatur tubuh

7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku

8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.

9. Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk mengikat oksigen

Page 24: Lamp Iran

Krenasi adalah peristiwa pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang

hipertonik.  Pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang hipertonik disebut krenasi. Sel

darah yang diambil dari jari manis dengan menggunakan blood lanset diteteskan pada kaca

objek, dimana sel darah merah itu berwarna merah hati.  Namun setelah ditetesi dengan larutan

NaCl 0,3 M darah tersebut berubah menjadi lebih cair dari semula dan warnanya juga berubah

menjadi lebih muda.  Hal ini terjadi karena sel darah tersebut berada dalam cairan yang

hipertonik, sehingga sel darah menjadi mengkerut.  Proses krenasi ini terjadi pada sel darah

merah yang mengkerut dengan cepat sekali. Begitu pula saat darah ditetesi dengan NaCl 0,5

M sel darah merah juga mengalami krenasi. Lain halnya dengan sel darah yang ditetesi dengan

aquadest.  Darah yang semula berwarna merah hati berubaha menjadi warna yang lebih tua

(merah tua) atau merah gelap dengan ditandai adanya warna kuning kehitaman disekitar plasma

darah tersebut. Hal ini terjadi karena sel darah merah berada pada cairan hipotenik, sehingga sel

darah membengkak dan kemudian pecah yang menyebabkan keluarnya hemoglobin berwarna

merah tua disertai pecahnya trombosit berwarna kuning disekitar plasma darah. Pecahnya sel

darah tersebut mengakibatkan terjadinya tumpangan antara sel darah merah yang membengkak.

Dalam proses krenasi, tekanan larutan NaCl adalah sama dengan plasma darah, apabila

dimasukkan dalam cairan yang hipertonis, maka air dalam eritrosit akan mengalir keluar dan

akan berakibat buruk pada bentuk eritrosit yang akan menjadi berkerut seperti duri.  Sebaliknya

apabila sel darah di masukkan ke dalam larutan yang hipotonis, maka sel akan membengkak

kemudian akan pecah, peristiwa ini disebut dengan lisis.    

Sel darah merah yang terdapat pada larutan NaCl 0,9% terlihat bulat seperti sel darah

merah normal. Hal ini menandakan larutan NaCl 0,9% berifat isotonis dengan sel darah merah.

Jadi tidak ada perpindahan molekul – molekul air baik dari dalam sel ataupun dari larutan. Dan

tekanan di dalam sel maupun diluar sel tidak berubah dan tidak menyebabkan perubahan bentuk

dari sel darah merah yang ada. Di dalam kehidupan sehari-hari larutan isotonis dikenal dapat

menggantikan cairan tubuh yang hilang pada saat beraktivitas.

Pengamatan sel pada mikroskop ternyata sel darah merah ada yang mengalami pengerutan

(krenasi) dan ada yang mengalami pengembungan (hemolisa) yang dapat menyebabkan

pencahnya sel darah merah.Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin

bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan

Page 25: Lamp Iran

oleh antara lain penambahan larutan hipotonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan

membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena

ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena

penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke

dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit

menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu

sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.

Peristiwa hemolisis dan krenasi yang terjadi tidak lepas dari peran proses osmosis.

Kerusakan pada membran sel darah merah dikarenakandigunakan medium yang hipotonis dan

hipertonis ke dalam darah. Apabilamedium bersifat hipotonis (penambahan NaCl), larutan dari

luar akanmasuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit menggembung melebihikemampuan dari sel

dan akhirnya pecah karena larutan masuk melaluimembran eritrosit yang selektif permeabel.

Sedangkan untuk krenasi,pada umumnya terjadi karena sel darah merah diletakkan di

dalammedium yang lebih hipertonis terhadap isi di dalam sel darah merah. Halini menyebabkan

isi sel keluar menuju ke medium, sehingga sel menjadimengkerut. Hemolisis yang disebabkan

oleh perbedaan tekanan osmotikisi sel dengan mediumnya disebut hemolisis osmotik. Jenis

hemolisis yanglain adalah hemolisis kimiawi yang disebabkan oleh substansi kimia dalam

merusak sel darah merah. Sebaliknya dari proses hemolisis, ada proses krenasi, yaitu peristiwa

mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit.

Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl

hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui

membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila

membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel

akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila

eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke

medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat

dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit

(plasma).

Pada preparat darah yang ditambahkan aquades mengalami hemolisis, karena aquades

merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah

lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga beberapa cairan dari aquades masuk kedalam

Page 26: Lamp Iran

sel-sel darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan

yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis

(pecahnya sel darah merah). Darah yang diberi aquades terlihat memudar warna merahnya,

karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Oleh karena itu, bisa diibaratkan apabila darah

tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf tersebut akan terlihat jelas.

 

BAB V

KESIMPULAN

Page 27: Lamp Iran

         Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah

dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. osmosis (difusi

air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya.

Sebagai akibatnya, sel mengecil.

         Darah yang dicampur aquades, akan mengalami hemolisis sehingga hemoglobin keluar bebas

dari eritrosit, tetapi tetap berada di sekitar membrane.

         Pada darah yang mengalami krenas seperti preparat eritrosit yang ditambahkan dengan NaCl 0.3

M dan NaCl 0.5 M  akan kembali ke bentuk normal atau isotonis ketika diberi larutan hipotonis

karena membran dan inti selnya tidak pecah, hanya mengkerut saja.

         Eritrosit yang ditambahkan dengan larutan NaCl fisiologis tidak mengalami krenasi maupun lisis

(isotonis dalam kondisi tetap dan tak berubah) karena larutan NaCl fisologis memiliki

konsentrasi yang sama dengan konsentrasi dalam lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Bajpai. 2009. Kapita Selekta Hematologi, Edisi Empat. EGC : Jakarta.

Cormack. 2008. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta.

Hendrayani. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. EGC : Jakarta. 

Srikini. 2000. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press :

Yogyakarta.

Watson. 2007. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.

Wulangi. 2009. Prinsip-Prinsip Fisiologo Hewan, Jurusan Biologi. ITB :

        Bandung.

FISIOLOGI II DAN V

Hemolisa sempurna adalah peristiwa pecahnya trombosit dalam sel darah merah yang mengakibatkan tidak adanya lagi hemoglobin dalam darah hemolisa sempurna adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Pada lingkungan hipotonis (akuades), sel menyerap air, membengkak dan pecah

Page 28: Lamp Iran

disebut hemolisis hemolisa merupakan penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit

Hemolisa

Hemolisa adalah suatu keadaan anemi yang terjadi oleh karena meningkatnya penghancuran dari sel eritrosit yang diikuti dengan ketidakmampuan dari sumsum tulang dalam memproduksi sel eritrosit untuk mengatasi kebutuhan tubuh terhadap berkurangnya sel eritrosit untuk mengatasi kebutuhan tubuh terhadap berkurangnya sel eritrosit tersebut, penghancuran sel eritrosit yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hiperplasi sumsum tulang sehingga produksi sel eritrosit akan meningkat dari normal., hal ini terjadi bila umur eritrosit berkurang dari 120 hari menjadi 15-20 hari tanpa diikuti dengan anemi, namun bila sumsum tulang tidak mampu mengatasi keadaan tersebut maka akan terjadi anemi Krenasi adalah peristiwa mengkerutnya sel darah karena cairan dalam sel darah keluar menuju cairan eksternal yang konsentrasinya lebih tinggi. Pada lingkungan hipertonis (garam > 1%), sel akan mengkerut disebut krenasi). krenasi adalah bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput. krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa Latin crenatus.

Page 29: Lamp Iran

Keterangan :R : HipotonisP : HemolisaS : HipertonisQ : KrenasiLarutan Hipotonis adalah larutan yang selulernya mempunyai tekanan lebih kecil

terhadap sel. bila cairan disekeliling sel lebih rendah tekanan osmotiknya dan air cenderung melewati membran, masuk ke dalam sel. Air yang masuk sel menyebabkan pembengkakan dan kemudian pecah, keadaan ini disebut sel darah merah mengalami hemolisa. Larutan Hipotonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih rendah dari plasma, larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih besar dari plasma. Larutan Hipertonis terjadi apabila sel darah merah terdapat di dalam plasma hipertonis (lebih pekat daripada sitoplasma sel) maka akan melepaskan air ke dalam plasma dan menjadi berkerut. Sel darah merah yang berkerut disebut krenasi. Dalam hubungannya dengan sel-sel mamalia, larutan sodium khlorid lebih dari 0,85 % dikatakan hipotonis; larutan sodium khlorid lebih dari 0,85 % bersifat isotonik larutan hipertonis terjadi jika larutan yang selulernya mempunyai tekanan lebih besar terhadap sel. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut Larutan Hipertonis Larutan Isotonik yaitu bila kadar larutan pada kedua sisi membran sama, seperti sel dalam darah, maka cairan di sekeliling sel tersebut dikatakan isotonik (isosmotik). Artinya, tekanan osmotik pada kedua sisi membran sama. Larutan sodium khlorid 0,85 % merupakan larutan isotonik dengan sel darah merah mamalia dan berdasarkan hal itu disebut larutan garam fisiologiklarutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut Isotonis. Larutan garam fisiologik dapat digunakan untuk menjaga kesegaran jaringan, seperti pada luka terbuka, sehingga tidak terjadi kerusakan sel-sel). Larutan isotonik (isotonus) adalah larutan yang memiliki osmolalitas yang sama dengan plasma jika sel darah merah ditempatkan dalam cairan yang mempunyai tekanan osmotik yang sama maka tidak akan terjadi kelebihan air yang masuk dan keluar dan sel tidak akan membengkak terhadap cairan intraseluler sel dan larutan tersebut disebut isotonik (isosmotik).

Page 30: Lamp Iran

Larutan Hypertonic, Isotonic, dan Hypotonic

Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis

Page 31: Lamp Iran

Sel Hewan dan Sel Tumbuhan dalam Larutan Isotonis,

Larutan Hipotonis, dan Larutan Hipertonis

Pada larutan isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah /hemolisis, hal ini karena sel hewan tidak memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis sel tumbuhan akan kehilangan tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding sel), sedangkan sel hewan/sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel darah merah mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput (krenasi) karena kehilangan air

Faktor-faktor yang mempengaruhi hemolisa adalah faktor kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya hemolisis dapat disebabkan oleh malaria dan obat anti malaria. Hemolisis dapat juga disebabkan karena meningkatnya fragilitas osmotik dari eritrosit yang terinfeksi dan tidak terinfeksi, sehingga umur eritrosit menurun.

Page 32: Lamp Iran

Ada dua faktor utama dan mendasar yang memegang peranan penting untuk terjadinya hemolisa yaitu:

1. Faktor Instrinsik (Intra Korpuskuler).

Biasanya merupakan kelainan bawaan, diantaranya yaitu : a) Kelainan membrane, b) Kelainan molekul hemoglobin, c) Kelainan salah satu enzym yang berperan dalam metabolisme sel eritrosit. Sebagai contoh: bila darah yang sesuai ditransfusikan pada pasien dengan kelainan intra korpuskuler maka sel eritrosi tersebut akan hidup secara normal, sebaliknya bila sel eritrosit dengan kelainan dengan kelainan intra korpuskuler tersebut ditransfusikan pada orang normal, maka sekeritrosit tersebut akan mudah hancur atau lisis.

2. Kelainan Faktor Ekstrinsik (Ekstra Korpuskuler)

Biasanya merupakan kelainan yang didapat (aquaired) dan selalu disebabkan oleh faktor immune dan non immune, bila eritrosit normal di transfusikan pada pasien ini, maka penghancuran sel eritrosit tersebut menjadi lebih cepat ,sebaliknya bila eritrosit pasien dengan kelainan ekstra korpuskuler di transfusikan pada orang normal maka sel eritrosit akan secara normal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi krenasi adalah

Faktor lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel),

1. osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.

Gravitas jenis suatu zat adalah indeks atau rasio berat zat tersebut dibandingkan dengan berat air yang volumenya sama dengan zat yang disebut tadi. Suatu zat yang beratnya kurang dari berat air yang volumenya sama, akan mempunyai gravitas jenis kurang dari 1,00; apabila beratnya lebih, maka gravitas jenisnya lebih besar dari 1,00. pengukuran gravitas jenis ini biasanya dilakukan dengan hydrometer. Hydrometer juga digunakan untuk mengukur gravitas jenis cairanDarah memiliki gravitas jenis (berat jenis) yang sedikit lebih tinggi dibandingkan air terutama disebabkan oleh adanya sel-sel darah; sel darah merah lebih berat dari sel darah putih, dan kedua jenis sel itu lebih berat dibanding plasma. Gravitas jenis (berat jenis) darah bervariasi diantara spesies hewan seperti ayam berkisar antara 1,042 - 1,045; domba dan kambing 1,042; sapi 1,043; anjing dan manusia 1,059 sedangkan kuda dan babi 1,060

gravitas jenis (berat jenis) pada manusia bervariasi dari 1,054 – 1,060, sedangkan berat jenis plasmanya bervariasi dari 1,024 – 1,028. Pada ternak gravitas jenis (berat jenis) hampir sama dengan manusia yang sangat bervariasi, seperti pada kuda 1,060; sapi 1,043; domba 1,042 dan babi 1,060.

Page 33: Lamp Iran

Laktodensimeter

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian Golongan darah adalah jumlah dari semua antigen serologikal, faktor golongan darah yang, melekat pada membran sel darah merah. Faktor golongan darah diturunkan secara bebas satu sama lain. Antigen (antikoagulan) adalah senyawa kimia protein yang biasa disuntikkan ke suatu individu yang kekurangan antigen tersebut akan menyebabkan pembentukan senyawa khusus yang menetralisir antigen. Penggolongan darah A, B, O didasarkan pada ada tidaknya antibodi dalam tubuh kita masing-masing

Menurut sistem ABO, ada empat golongan darah dan pembagian ini berdasarkan fakta yaitu:

a. Serum darah manusia mengandung aglutinin, semacam antibodi yaitu substansi yang dapat menggumpalkan eritrosit orang lain dengan golongan berbeda, bila keduanya dicampur.

b. Eritrosit memiliki substansi aglutinogen, semacam antigen pada membran slnya yang sanggup merangsang pembekuan aglutinin.

Page 34: Lamp Iran

Ringkasan Sistem ABO

Golongan

Darah

Antigen

Sel Merah

Antibodi

dalam Serum

Tidak mendonorkan pada golongan

Dapat Menerima

dari GolonganAB A dan B Tidak ada AB Semua kelompokA A Anti-B A dan AB A dan OB B Anti-A B dan AB B dan O

O Tidak ada Anti-A & Anti-B

Semua kelompok O

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut (Anonim, 2008a) :

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

Golongan darah ABO didasarkan pada dua aglutinogen, yang disimbolkan dengan huruf A dan B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen a saja, dimasukkan sebagai golongan darah A. Yang eritrositnya hanya membuat aglutinogen B, dimasukkan dalam golongan darah B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A dan B adalah golongan darah AB. Individu yang eritrositnya tidak membuat aglutinogen adalah golongan darah O. Plasma darah orang bergolongan A, B, dan O berisi antibodi tertentu yang disebut aglutinin. Antibodi a (anti A), yang mengikat aglutinogen A, dan antibodi b (anti B) yang mengikat aglutinogen B. Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh karena itu alasan satu

Page 35: Lamp Iran

manfaat tes golongan darah adalah untuk menentukan hubungan kekeluargaan. Selain itu, juga digunakan untuk kepentingan transfusi darah Empat golongan darah O-A-B yang utama. Dalam transfusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor dan darah resipien dalam keadaan normal diklasifikasikan dalam empat golongan darah O-A-B utama, seperti pada tabel. 5, tergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen. Bila tidak terdapat aglutinogen A atau B, darah digolongkan O. bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darah digolongkan A, bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darah digolongkan B. Sedangkan bila terdapat kedua aglutinogen A dan B, darah digolongkan AB

Golongan Darah dengan Genotipe, Unsur Aglutinogen dan Aglutininnya

GenotipeGolongan

Aglutinogen Aglutinin

OO O -Anti-A dan Anti-B

OA atau AA A A Anti-BOB atau BB B B Anti-AAB AB A dan B -

Prevalensi berbagai golongan darah diantara bangsa kulit putih Kira-kira sebagai berikut

Tipe Persen

O 47

A 41

B 9

AB 3

Golongan darah ABO terdiri dari Golongan darah O, A, B, dan AB. Dan penggolongan berdasarkan faktor Rh terbagi menjadi Rh+ dan Rh-. Protein dalam sel darah disebut agglutinogen, sementara protein dalam plasma disebut agglutinin . Agglutinogen memiliki dua jenis yaitu A dan B, begitu juga agglutinin memiliki jenis a dan b.

1. Golongan darah A jika mengandung agglutinogen A di sel-selnya dan agglutinin b di plasma-nya

2. Golongan darah B jika mengandung agglutinogen B di sel-selnya dan agglutinin a di plasma-nya

Page 36: Lamp Iran

3. Golongan darah AB jika mengandung agglutinogen A dan B di sel-selnya dan tidak memiliki agglutinin di plasma-nya

4. Golongan darah O jika tidak memiliki aggllutinogen di sel-selnya dan memiliki agglutinin a dan b di plasmanya

Pewarisan Golongan Darah

Golongan darah dinamai menurut keberadaan zat yang disebut aglutinogen, yang terdapat didalam sel darah merah. Ada dua jenis aglutinogen, yaitu A dan B. Apabila didapat aglutinogen A, golongan darah individu tersebut adalah A, bila ditemukan aglutinogen B, maka golongan darah individu tersebut adalah B. Apabila kedua aglutinogen ditemukan , individu memiliki golongan darah AB dan golongan O tidak mengandung aglutinogen didalam sel darah merahnya sehingga tidak akan mengalami aglutinasi oleh aglutinin plasma manapun. Dengan demikian plasma dari golongan A mengandung aglutinin anti-B, plasma golongan B mengandung aglutinin anti-A, plasma golongan AB tidak mengandung aglutinin sehingga tidak menyebabkan sel darah merah manapun mengalami aglutinasi, sedangkan plasma golongan O mengandung kedua jenis aglutinin tersebut Golongan Darah

Golongan

Darah

Aglutinogen pada

Sel Darah Merah

Aglutinin dalam

PlasmaA Antigen A Anti – AB Antigen B Anti – BAB Antigen A & B Tidak keduanyaO Tidak ada antigen Tidak ada Anti A & Anti B

Page 37: Lamp Iran

Plasma darah mengandung suatu protein yang disebut aglutinin. Plasma darah golongan A mengandung aglutinin β, plasma darah golongan B mengandung aglutinin α. Kedua macam aglutinin α dan β terdapat pada plasma darah golongan O, sedangkan plasma darah golongan AB tidak mengandung aglutinin sama sekali. Apabila sel darah merah golongan A dicampur dengan plasma darah golongan B yang mengandung aglutinin α, maka akan terjadi proses aglutinasi dan hemolisis. Demikian pula halnya, apabila sel darah golongan B ditempatkan pada plasma darah golongan A. Sel darah golongan O bila ditempatkan pada plasmadarah golongan darah A, B atau AB, tidak memberikan reaksi sebabsel darah golongan tidak mengandung aglutinogen (Poedjiadi, 2006).

Golongan darah dikelompokkan menjadi empat yaitu; A, B, O, dan AB. Penetapan penggolongan darah didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu-individu dengan golongan darah A mempunyai antigen A yang terdapat pada sel darah merah, individu dengan golongan darah B mempunyai antigen B, dan individu dengan golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut

Golongan Darah ABO

Golongan darah berguna dalam melakukan transfusi darah. Yaitu proses tranfer darah ke tubuh orang yang membutuhkan, misal karena kekurangan darah oleh sebab kecelakaan, penyakit, atau sebab lain. Darah yang di berikan kepada orang yang menerima harus ”cocok”. Jika tidak akan terjadi masalah yang fatal, bahkan kematian. Hal ini membuat penggolongan darah dijadikan sebagai identifikasi dilihat dari aspek keturunan golongan darah maupun dalam pemuliabiakan ternak

Golongan Darah

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kecocokan golongan darah, pewarisan darah dan kecocokan plasma pada tabel berikut ini:

Pewarisan Golongan Darah kepada Anak

Ibu/Ayah O A B AB

Page 38: Lamp Iran

O O O, A O, B A, BA O, A O, A O, A, B, AB A, B, ABB O, B O,A,B,AB O,B A, B, ABAB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

Kecocokan Plasma

Resipien Donor harusAB AB manapunA A atau AB manapunB B atau AB manapun

O O, A, B atau AB manapun

Tabel 9. Kecocokan Golongan Darah

Gol Darah Resipien

Donor harus

AB+ Golongan darah mana punAB- O- A- B- AB-A+ O- O+ A- A+A- O- A+B+ O- O+ B- B+B- O- B-O+ O- O+O- O-

Diposkan oleh Acchal di 19.13

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Muhammad Azhar

Pengikut

Page 39: Lamp Iran

Arsip Blog

▼   2009 (6) o ▼   Desember (6)

FISIOLOGI VIII DAN IX FISIOLOGI VII FISIOLOGI VI DAN X FISIOLOGI III DAN IV FISIOLOGI II DAN V FISIOLOGI I

Mengenai Saya

Acchal Lihat profil lengkapku  

PERBEDAAN HIPOTONIS dan HIPERTONIS

       larutan hipertonis adalah Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya

lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel.sedangkan

       larutan hipotonis adalah larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi

zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel.

       Larutan Hipotonis terjadi bila cairan disekeliling sel lebih rendah

tekanan osmotiknya dan air cenderung melewati membran, masuk ke

dalam sel. Air yang masuk sel menyebabkan pembengkakan dan

kemudian pecah, keadaan ini disebut sel darah merah mengalami

hemolisa.

       Larutan Hipertonis terjadi apabila sel darah merah terdapat di dalam

plasma hipertonis (lebih pekat daripada sitoplasma sel) maka akan

Page 40: Lamp Iran

melepaskan air ke dalam plasma dan menjadi berkerut. Sel darah

merah yang berkerut disebut krenasi.

       Larutan Hipotonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih

rendah dari plasm.sedangkan

       larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih

besar dari plasma.

   CONTOH

       Dalam hubungannya dengan sel-sel mamalia, larutan sodium khlorid

lebih dari 0,85 % dikatakan hipotonis; larutan sodium khlorid lebih dari

0,85 % bersifat isotonik larutan hipertonis terjadi jika larutan yang

selulernya mempunyai tekanan lebih besar terhadap sel.

       Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran

normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel

menjadi keras. Pada larutan hipertonis sel tumbuhan akan kehilangan

tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari

dinding sel).

       Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah

dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan

mengembang dan kemudian pecah /hemolisis, hal ini karena sel hewan

tidak memiliki dinding sel. sedangkan sel hewan/sel darah merah dalam

larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel darah merah

Page 41: Lamp Iran

mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput (krenasi) karena

kehilangan air.