KWN_1

Post on 29-Jun-2015

66 views 5 download

Transcript of KWN_1

KEWARGANEGARAAN(CIVICS)Disusun oleh :

Dr. JUSUP JACOBUS SETYABUDHI, S.H., M.S.

e-mail : jjusups@yahoo.com

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS PELITA HARAPAN SURABAYA

21 – 01 - 2011

DASAR HUKUM

1. Bab X Ps 26 – Ps 27 & Bab XIII Ps 31 UUD 1945.

2. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3. UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarga-negaraan.

4. UU No. 23 tahun 2006 tentang Kependudukan.

5. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIK-AN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIO-NAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 43/DIKTI/ Kep/2006 tentang RAMBU-RAMBU PELAKSA-NAAN KELOMPOK MATAKULIAH PENGEMBANG-AN KEPRIBADIAN DI PERGURUAN TINGGI.

ATURAN-ATURAN YG TERKAIT :

1. UU No. 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Center for Civic Education Indonesia

Gedung Jiwasraya, 2nd floor. Jl RP Soeroso 41

Menteng, Jakarta Pusat 10350Tel/Fax : 62 21 31907958e mail: civitas@bit.net.id

Main Office   5145 Douglas Fir Road

Calabasas, CA 91302-1440 Tel: 818-591-9321 Fax: 818-591-9330

http://www.civiced.orgEmail:cce@civiced.org

CCE Indonesia cooperates with some lecturers from these universities in

conducting Project Citizen: "Kami Bangsa Indonesia" training, Dasar-Dasar Demokrasi (Foundations of Democracy) Training, and

Exchange Program.

DAFTAR PUSTAKA• Hamidi, Jazim & Mustafa Lutfi. 2010. Civic Education.

Jakarta : PT Gramedia.• Lubis, Mochtar. 1976. Bangsa Indonesia (masa lampau-

masa kini-masa depan). Jakarta : Idayu Press.• ----------. 1977. Manusia Indonesia (sebuah pertanggungan

jawab). Jakarta : Idayu Press.• Moerdiono, dkk. 1992. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam

Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara. Cetakan kedua. Jakarta : BP-7 Pusat.

• Nj. Liem Tjing Hien – Kho. 1961. Perdjandjian Dwikewarga-negaraan RI – RRT. Jakarta : Keng Po.

• Suryomenggolo, Jafar. tt. Hukum Sebagai Alat Kekuasaan (Politik Asimilasi Orde Baru). Yogyakarta : Galang Press & ELKASA.

• Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok Pendidikan Kewarga-negaraan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

• Bab X Ps 26 – Ps 27 & Bab XIII Ps 31 UUD 1945.

• UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

• UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.• UU No. 23 Tahun 2006 tentang Kependudukan.

• UU No. 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

• KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 43/DIKTI/Kep/ 2006 tentang RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN KELOMPOK MATAKULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN DI PERGURUAN TINGGI.

Pasal 4

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/DIKTI/Kep/ 2006 :

Substansi Kajian Kelompok Matakuliah Pengembangan

Kepribadian (MPK) :

1. Pendidikan Agama2. Pendidikan Kewarganegaraan3. Substansi kajian untuk Bahasa

Indonesia

SUBSTANSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN :

a Filsafat Pancasila- Pancasila sebagai sistem filsafat- Pancasila sebagai ideologi bangsa dan

negarab. Identitas Nasional- Karakteristik identitas nasional- Proses berbangsa dan bernegarac. Politik dan Strategi- Sistem Konstitusi- Sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia

d. Demokrasi Indonesia

- Konsep dan prinsip demokrasi

- Demokrasi dan pendidikan demokrasi

e. Hak Azasi Manusia dan Rule of Law

- Hak asasi manusia (HAM)

- Rule of Law

f Hak dan Kewajiban Warga Negara

- Warga negara Indonesia

- Hak dan kewajiban Warga Negara Indonesia

g. Geopolitik Indonesia

- Wilayah sebagal ruang hidup

- Otonomi daerah

h. Geostrategi Indonesia

- Konsep Asta Gatra

- Indonesia dan perdamaian dunia

• Kewarganegaraan atau civics secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu yg berkaitan dg hak-hak & kewajiban-kewajiban warga negara.

• Dalam perkembangannya civics juga meliputi tata cara memperoleh kewarganegaraan, kehilangan kewarganegaraan, pembatalan kewarganegaraan, & memperoleh kembali kewarganegaraan, yang berkaitan dengan hak-hak keperdataan & hak-hak publik warga negara.

•Selain substansi di atas, civics juga berkaitan dg masalah kependudukan.

Metodologi Pembelajaran Kelompok Matakuliah

Pengembangan Kepribadian

1. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif & menye-nangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian dengan menempatkan Mahasiswa sebagai subyek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai umat anggota keluarga, masyarakat dan warga negara.

2. Pembelajaran yang diselenggarakan merupakan proses yang mendidik, yang di dalamnya terjadi pembahasan kritis, analitis, induktif, deduktif, dan reflektif melalui dialog kreatif partisipa-tori untuk mencapai pemahaman ten-tang kebenaran substansi dasar kajian berkarya nyata dan untuk menumbuh-kan motivasi belajar sepanjang hayat.

3.Bentuk aktivitas proses pembelajaran : kuliah tatap muka, ceramah, dialog (diskusi) interaktif, studi kasus, penu-gasan mandiri, tugas, baca, seminar kecil, dan kegiatan kokurikuler.

4. Motivasi : menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan kepribadian merupakan kebutuhan hidup untuk dapat eksis dalam masya-rakat global.

KAMAR TEMPAT DISUSUNNYA

TEKS PROKLAMASI

PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan

kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan

d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang

sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05

Atas nama bangsa Indonesia.Soekarno/Hatta

• Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.

• Naskah Otentik• Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau

Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.

GEDUNG PROKLAMASI(Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta)

RUMAH BABAH DJIAUW TEMPAT PERISTIWA RENGASDENGKLOK

(BUNG KARNO & BUNG HATTA DICULIK)

Kritik KH Firdaus AN terhadap

teks Proklamasi di atas 1. Teks Proklamasi seperti tersebut di

atas jelas melanggar konsensus, atau kesepakatan bersama yang telah ditetapkan oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 22 Juni 1945.

2. Yang ditetapkan pada 22 Juni 1945 itu ialah, bahwa teks Piagam Jakarta harus dijadikan sebagai Teks Proklamasi atau Deklarasi Kemerdekaan Indonesia.

3. Alasan atau dalih Bung Hatta seperti diceritakan dalam bukunya Sekitar Proklamasi hal. 49, bahwa pada malam tanggal 16 Agustus 1945 itu, ‘Tidak seorang di antara kami yang mempunyai teks yang resmi yang dibuat pada tanggal 22 Juni 1945, yang sekarang disebut Piagam Jakarta, ‘ tidak dapat diterima, karena telah melanggar kaidah-kaidah sejarah yang harus dijunjung tinggi. Mengapa mereka tidak mengambil teks yang resmi itu di rumah beliau di Jl. Diponegoro yang jaraknya cukup dekat, tidak sampai dua menit perjalanan? Mengapa mereka bisa ke rumah Mayjend.Nisimura, penguasa Jepang yang telah menyerah dan menyempatkan diri untuk bicara cukup lama malam itu, tapi untuk mengambil teks Proklamasi yang resmi dan telah disiapkan sejak dua bulan sebelumnya mereka tidak mau? Sungguh tidak masuk akal jika esok pagi Proklamasi akan diumumkan, jam dua malam masih belum ada teksnya. Dan akhirnya teks itu harus dibuat terburu-buru, ditulis tangan dan penuh dengan coretan, seolah-olah Proklamasi yang amat penting bagi sejarah suatu bangsa itu dibuat terburu-buru tanpa persiapan yang matang!

• Apa yg dikemukakan KH Firdaus AN di atas dapat dibandingkan dg yg dikemukakan M Fuad Nasar di bawah ini yg dikutip dari tulisan berjudul “Piagam Jakarta dan Dekrit Presiden” dari zfikri.wordpress.com

• Perbandingan semacam ini perlu dilakukan untuk melakukan penelaahan supaya semua orang tahu yg lebih pas.

• Apabila sudah tahu maka orang tidak akan mudah dibohongi.

• Dalam buku Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 (diterbitkan 1969), Bung Hatta menceritakan apa yang dialaminya pada sore hari 17 Agustus 1945 sebagai berikut: “Pada sore harinya saya menerima telepon dari tuan Nisyijima, pembantu Admiral Mayeda menanyakan, dapatkah saya menerima seorang opsir Kaigun (Angkatan Laut), karena ia mau mengemukakan suatu hal yang sangat penting bagi Indonesia. Nisyijima sendiri akan menjadi juru bahasanya. Saya persilakan mereka datang. Opsir itu yang saya lupa namanya datang sebagai utusan Kaigun untuk memberitahukan dengan sungguh-sungguh, bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik dalam daerah-daerah yang dikuasai oleh Angkatan Laut Jepang, berkeberatan sangat terhadap bagian kalimat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar, yang berbunyi ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’. Mereka mengakui bahwa bagian kalimat itu tidak mengikat mereka, hanya mengenai rakyat yang beragama Islam. Tetapi tercantumnya ketetapan seperti itu di dalam suatu dasar yang menjadi pokok Undang-Undang Dasar berarti mengadakan diskriminasi terhadap golongan minoritas. Jika diskriminasi itu ditetapkan juga, mereka lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia.

• Bung Hatta yang menerima kabar penting itu, masih punya waktu semalam untuk berpikir. “Karena opsir Angkatan Laut Jepang itu sungguh-sungguh menyukai Indonesia Merdeka yang bersatu sambil mengingatkan pula semboyan yang selama ini didengung-dengungkan ‘bersatu kita teguh dan berpecah kita jatuh’, perkataannya itu berpengaruh juga atas pandangan saya. Tergambar di muka saya perjuangan saya yang lebih dari 25 tahun lamanya, dengan melalui bui dan pembuangan, untuk mencapai Indonesia Merdeka bersatu dan tidak terbagi-bagi. Karena begitu serius rupanya, esok paginya tanggal 18 Agustus 1945, sebelum sidang panitia Persiapan bermula, saya ajak Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasjim, Mr Kasman Singodimedjo, dan Mr Teuku Hasan dari Sumatera mengadakan suatu rapat pendahuluan untuk membicarakan masalah itu. Supaya kita jangan pecah sebagai bangsa, kami mufakat untuk menghilangkan bagian kalimat yang menusuk hati kaum Kristen itu dan menggantinya dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.” ungkap Hatta.

4. Teks Proklamasi itu bukan hanya ditandatangani oleh 2 (dua) orang tokoh nasional (Soekarno-Hatta), tetapi harus ditanda-tangani oleh 9 (sembilan) orang tokoh seperti dicantum dalam Piagam Jakarta. Keluar dan menyimpang dari ketentuan tersebut tadi adalah manipulasi dan penyimpangan sejarah yang mestinya harus dihindari. Teks itu tidak otentik dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Deklarasi Kemerdekaan Amerika saja ditandatangani oleh lebih dari 5 (lima) orang tokoh.

5. Teks Proklamasi itu terlalu pendek, hanya terdiri dari dua alinea yang sangat ringkas dan hampa, tidak aspiratif. Ya, tidak mencerminkan aspirasi bangsa Indonesia; tidak mencerminkan cita-cita yang dianut oleh golongan terbesar bangsa ini, yakni para penganut agama Islam. Tak heran banyak pemuda yang menolak teks Proklamasi yang dipandang gegabah itu. Tak ada di dunia, teks Proklamasi atau deklarasi kemerdekaan yang tidak mencerminkan aspirasi bangsanya. Teks Proklamasi itu manipulatif dan merupakan distorsi sejarah, karena tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Dalam sejarah tak ada kata maaf, karena itu harus diluruskan kembali teks Proklamasi yang asli. Adapun teks Proklamasi yang otentik, yang telah disepakati bersama oleh BPUPKI pada 22 Juni 1945 itu sesuai dengan teks atau lafal Piagam Jakarta.

• Jelasnya, teks proklamasi itu, menurut KH Firdaus AN haruslah berbunyi seperti di bawah ini:

PROKLAMASI :• Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka

penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan. Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

• Jakarta, 22 Juni 1945• Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Abikusno

Tjokrosujoso, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH. Wahid Hasjim, Mr. Muh Yamin.

PIAGAM JAKARTABahwa sesungguhnja kemerdekaan itu jalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka

pendjadjahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perdjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai (lah) kepada saat jang berbahagia dengan selamat-sentausa mengantarkan rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaja berkehidupan kebangsaan jang bebas, maka rakjat Indonesia menjatakan dengan ini kemerdekaannja.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia Merdeka jang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memadjukan kesedjahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia, jang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, jang berkedaulatan rakjat, dengan berdasar kepada: keTuhanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknja, menurut dasar kemanusiaan jang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam permusjawaratan perwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakjat Indonesia.

Djakarta, 22 Juni 1945

Ir. SoekarnoMohammad HattaA.A. Maramis

Abikusno TjokrosujosoAbdulkahar MuzakirH.A. Salim

Achmad SubardjoWachid HasjimMuhammad Yamin http://jodisantoso.blogspot.com/2006/10/piagam-jakarta.html

• Para tokoh Islam moderat biasanya lalu memperbandingkan antara Piagam Jakarta dengan Piagam Madinah.

• Piagam Madinah memang tidak diberlakukan di Indonesia, namun para tokoh Islam moderat itu bermaksud menunjukkan bahwa Piagam Madinah adalah lebih baik daripada Piagam Jakarta.

• Konon Piagam Madinah dibuat pada saat Nabi Muhammad masih hidup.

• Piagam Madinah sebagai yang dikutip dari http://jodisantoso.blogspot.com/2006/10/piagam-jakarta.html adalah sbb :

Tulisan di bawah ini diambil dari Juwairiyah Dahlan, PIAGAM MADINAH DAN KONSEP

UMMAH, http://www.mail-archive.com/media-

dakwah@yahoogroups.com/msg02993.• Piagam Madinah ini disajikan dalam

mata kuliah Kewarganegaraan agar dapat menetralisir kehendak memaksa kelompok Islam radikal, sehingga dapat diajukan Piagam Madinah ini sebagai pembanding Piagam Jakarta. Dalam Piagam Madinah tidak ada 7 kata yang selalu diperdebatkan di Indonesia.

PIAGAM MADINAH

Preambule: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ini adalah piagam dari Muhammad, Rasulullah SAW, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal) dari Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.

Pasal 1: Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komunitas) manusia lain.

Pasal 2: Kaum Muhajirin (pendatang) dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 3: Banu 'Awf, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 4: Banu Sa'idah, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 5: Banu al-Hars, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 6: Banu Jusyam, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 7: Banu al-Najjar, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 8: Banu 'Amr Ibn 'Awf, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 9: Banu al-Nabit, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 10: Banu al-'Aws, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 11: Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung utang di antara mereka, tetapi membantunya dengan baik dalam pembayaran tebusan atau diat.

Pasal 12: Seorang mukmin tidak dibolehkan membuat persekutuan dengan sekutu mukmin lainnya, tanpa persetujuan dari padanya.

Pasal 13: Orang-orang mukmin yang takwa harus menentang orang yang di antara mereka mencari atau menuntut sesuatu secara zalim, jahat, melakukan permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.

Pasal 14: Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran (membunuh) orang kafir. Tidak boleh pula orang mukmin membantu orang kafir untuk (membunuh) orang beriman.

Pasal 15: Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak tergantung pada golongan lain.

Pasal 16: Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang (olehnya).

Pasal 17: Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.

Pasal 18: Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu-membahu satu sama lain.

Pasal 19: Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk yang terbaik dan lurus.

Pasal 20: Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik) Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.

Pasal 21: Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali si terbunuh rela (menerima diat). Segenap orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya.

Pasal 22: Tidak dibenarkan bagi orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan atau menyediakan tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dan kemurkaan Allah di hari kiamat, dan tidak diterima daripadanya penyesalan dan tebusan.

Pasal 23: Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah 'azza wa jalla dan (keputusan) Muhammad SAW.

Pasal 24: Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.

Pasal 25: Kaum Yahudi dari Bani 'Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarganya.

Pasal 26: Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.

Pasal 27: Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.

Pasal 28: Kaum Yahudi Banu Sa'idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.

Pasal 29: Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.

Pasal 30: Kaum Yahudi Banu al-'Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.

Pasal 31: Kaum Yahudi Banu Sa'labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf, kecuali orang zalim atau khianat. Hukumannya hanya menimpa diri dan keluarganya.

Pasal 32: Suku Jafnah dari Sa'labah (diperlakukan) sama seperti mereka (Banu Sa'labah).

Pasal 33: Banu Syutaybah (diperlakukan) sama seperti Yahudi Banu 'Awf. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu lain dari kejahatan (khianat).

Pasal 34: Sekutu-sekutu Sa'labah (diperlakukan) sama seperti mereka (Banu Sa'labah).

Pasal 35: Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).

Pasal 36: Tidak seorang pun dibenarkan (untuk perang), kecuali seizin Muhammad SAW. Ia tidak boleh dihalangi (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain). Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya. SesungguhnyaAllah sangat membenarkan (ketentuan) ini.

Pasal 37: Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya, dan bagi kaum muslimin ada kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu-membantu dalam menghadapi musuh Piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasihat. Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya.

Pasal 38: Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.

Pasal 39: Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya "haram" (suci) bagi warga Piagam ini.

Pasal 40: Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.

Pasal 41: Tidak boleh jaminan diberikan, kecuali seizin ahlinya.

Pasal 42: Bila terjadi suatu peristiwa atau perselisihan di antara pendukung Piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah 'azza wa jalla, dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi Piagam ini.

Pasal 43: Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi pendukung mereka.

Pasal 44: Mereka (pendukung Piagam) bahu-membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib.

Pasal 45: Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan) memenuhi perdamaian serta melaksanakan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.

Pasal 46: Kaum Yahudi al-'Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok lain pendukung Piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung Piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggungjawab atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah paling membenarkan dan memandang baik isi Piagam ini.

Pasal 47: Sesungguhnya Piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah SAW.

SIAPAKAH KH FIRDAUS AN?• MENURUT SAYA, KECUALI BLOGGER,

TIDAK ADA YANG PERNAH TAHU SIAPA KH FIRDAUS AN.

• NAMA ITU BARU MUNCUL DI BLOG (pakussubukitbatu.wordpress.com atau swaramuslim.com), DAN KELIHATANNYA ADA UPAYA-UPAYA SEMENTARA PIHAK RADIKAL UNTUK SELALU MENGUNGKIT KEMBALI PIAGAM JAKARTA HASIL PANITIA 9, Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Abikusno Tjokrosujoso, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH. Wahid Hasjim, Mr. Muh Yamin, YG SUDAH FINAL.

• Siapa yang pernah mempelajari sejarah kemerdekaan Indonesia pasti tahu bahwa pada tgl 18-08-1945 golongan Islam sudah sepakat untuk menghapus 7 kata dari Piagam Jakarta yang disepakati Panitia 9 pada tanggal 22 Juni 1945.

• Seandainya tidak ada kesepakatan itu, maka tentu tidak akan ditetapkan UUD 1945 pada tgl 18-08-1945.

• Masalah Piagam Jakarta selalu diungkit kembali, sehingga perlu selalu diteliti & dipahami sejarahnya, & mengapa pada tgl 18-08-1945 ditetapkan UUD 1945.

• Salah satu contoh bahwa masalah Piagam Jakarta selalu diungkit kembali adalah kegagalan Konstituante (suatu lembaga hasil Pemilu I di Indonesia) untuk membuat UUD, sehingga Bung Karno sebagai Presiden RI I mendekritkan untuk kembali ke UUD 1945.

• Selama ini belum pernah terdengar tentang adanya penggelapan sejarah berkaitan dengan Proklamasi dan Teks Proklamasi.

• Pendapat menyesatkan KH Firdaus AN sekarang ini dengan mudah disebarluaskan melalui internet sehingga dikhawatirkan bisa menyesatkan banyak orang yang tidak paham.

swaramuslim.net/more.php?id=A5620_0_1_0_M

• Oleh: Adian Husaini • Hingga saat ini, banyak pihak berusaha

menutup-nutupi sejarah ”Piagam Jakarta”. Ada apa sebenarnya?Pada Hari Kamis, 21 Juni 2007, Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) menyelenggarakan sebuah acara penting, yakni peluncuran buku berjudul ”Status Piagam Jakarta: Tinjauan Hukum dan Sejarah”, karya cendekiawan Muslim Ridwan Saidi. Melalui buku ini, Ridwan Saidi membuktikan, bahwa Piagam Jakarta bukan hanya merupakan produk sejarah, tetapi juga sekaligus produk hukum.

• Ridwan Saidi menegaskan, bahwa ”Piagam Jakarta masih berlaku sampai sekarang. Artinya syariat Islam secara legal memang berlaku di Indonesia”. Lebih jauh, ketika saya hubungi, sesaat menjelang acara bedah bukunya di Jakarta, Ridwan Saidi mengharapkan agar pemerintah dan DPR seharusnya meninjau kembali semua produk hukum dan perundang-undangan di Indonesia yang tidak mengacu kepada Piagam Jakarta.

Piagam Jakarta adalah produk konsensus nasional yang secara resmi dikembalikan posisinya oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit 5 Juli 1959.

Dokumen ini tercantum dalam Keppres No. 150/1959, LN 1959-75.

• Menurut Ridwan Saidi, perjuangan para pejuang Islam terdahulu dalam upaya menegakkan Islam tidaklah gagal. Meskipun secara verbatim, tujuh kata dalam Piagam Jakarta telah dihapuskan, tetapi hal itu dikembalikan lagi dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dalam dekrit tersebut, Presiden Soekarno dengan tegas menyatakan: “Bahwa kami berkeyakinan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.”

Valina Singka Subekti dalam disertasinya (2008) menyebutkan bahwa :

• BPUPKI beranggota 62 orang, 15 orang berorientasi pada Islam & 47 orang adalah golongan nasionalis sekuler yang beragam asal muasalnya.

• Rekrutmen keanggotaan BPUPKI dilakukan oleh Pemerintah Pendudukan Jepang.

• Sebelum kemerdekaan elit modern Ind dipengaruhi oleh 3 ideologi besar yaitu, Islam, nasionalisme atau kebangsaan, & ideologi barat modern sekuler.

• Pada akhirnya dalam BPUPKI ada perbedaan pandangan antara 2 kelompok, yaitu Islam & nasionalisme.

• Perbedaan pandangan antara dua kelompok itu dapat ditelusuri sejak sebelum masa kemerdekaan (1930-an), yakni perbedaan ideologi antara PNI yg diwakili Soekarno dg kalangan Islam yg tokohnya HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim (Sarekat Islam), Ahmad Hasan, M.Natsir (Persatuan Islam).

• Polemik antara Soekarno dg M.Natsir ttg hubungan Islam & politik pada tahun 1940-an, terutama ttg hubungan antara agama dg negara.

• Soekarno mendukung pemisahan antara agama dg negara. Agama merupakan urusan spiritual & pribadi, sedang masalah negara merupakan persoalan dunia & kemasyarakatan. Ajaran agama hendaknya hanya menjadi tanggungjawab pribadi kaum muslimin dan bukan negara atau pemerintah. Negara dalam hal ini tidak mempunyai wewenang mengatur apalagi memaksakan ajaran agama kepada warga negaranya. Soekarno dg penuh semangat mendukung gerakan pemisahan negara & agama yg dilakukan Kemal Ataturk di Turki.

•M.Natsir berpandangan sebaliknya, yaitu tidak ada pemisahan antara negara dengan agama, & mengecam Kemal Ataturk.

• Menurut Natsir, ajaran Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dg Tuhannya (hablun minallah), tetapi juga antara manusia dg sesamanya (hablun minannaas). Islam merupakan ideologi sehingga seorang muslim tidak mungkin melepaskan keterlibatannya dalam politik tanpa memberi perhatian pada Islam.

• Perdebatan mengenai hubungan agama dg negara tidak pernah usai, mulai dari masa penjajahan Belanda, pada masa setelah kemerdekaan, bahkan sampai saat ini.

• Perdebatan itu selalu mengalami pasang surut dalam sejarah politik Indonesia.

• Pada saat itu, BPUPKI membagi masa sidang dalam dua tahap.

• Tahap I : 29-05 s/d 01-06-1945 yg membahas ttg dasar negara.

• Tahap II : 10-07 s/d 17-07-1945 yg membahas bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, RUUD, ekonomi & keuangan, pembelaan, pendidikan & pengajaran.

• Rajiman Wediodiningrat, Ketua BPUPKI, mengajukan pertanyaan kepada sidang, atas weltanschauung yg manakah negara yg baru didasarkan?

• Jawaban atas pertanyaan penting itu dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1. Pendapat yg menginginkan agar negara Ind yg akan dibangun kelak berdasarkan kebangsaan tanpa ikatan khusus pada ideologi keagamaan.

2. Pendapat yg menghendaki agar negara Indonesia berdasarkan Islam.

• Ada 3 pandangan penting yg disampaikan oleh tokoh dari kalangan nasionalis sekuler M.Yamin (29-05-1945), Soepomo (31-05-1945), & Soekarno (01-06-1945).

• Pada tgl 01-06-1945, Soekarno berkata, “… Panca Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal abadi.”

• Pada hari itu istilah Panca Sila untuk pertama kali digunakan, sehingga sampai sekarang tgl 01-06-1945 diperingati sebagai hari lahirnya Panca Sila.

• Pada masa sidang I BPUPKI perdebatan sangat tajam mengenai masalah hubungan agama dg negara tidak pernah mencapai titik temu. Dalam kaitan dg hal itu, Ketua BPUPKI pada tgl 01-06-1945 membentuk Panitia Sembilan, dg ketua Soekarno.

• Awalnya, Panitia 9 terdiri dari golongan nasionalis dan golongan Islam dg perbandingan 7:2, yaitu Ir. Soekarno, Drs. M.Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. A.A.Maramis, R.Otto Iskandardinata, Mas Sutardjo Kartohadikusumo, dan Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wachid Hasjim, tetapi Soekarno berhasil mengubah perbandingan itu menjadi 5:4, yaitu Ir. Soekarno, Drs. M.Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. A.A.Maramis, Mr. Ahmad Soebardjo, dan Abikusno Tjokrosujoso, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH. Wahid Hasjim.

• Soekarno menampung semua aliran pemikiran & setelah melalui pembahasan yg mendalam dg dihadiri oleh 38 orang, Panitia 9 berhasil menyepakati rancangan Pembukaan UUD seperti di atas pada No 16.

• Naskah yg ditandatangani pada tgl 22-06-1945 oleh 9 orang itu, oleh Soekarno disebut ‘Mukaddimah’, oleh M.Yamin disebut ‘Piagam Jakarta’, oleh Dr. Sukiman disebut gentleman agreement karena belum menjadi keputusan BPUPKI.Akhirnya naskah tersebut disetujui BPUPKI dg suara bulat & dikenal sebagai Piagam Jakarta. Endang Saifuddin Anshari menyebutnya sebagai modus vivendi atau kesepakatan luhur.

Dalam masa Sidang II BPUPKI hasil Panitia 9

digugat kembali, tetapi pada tgl 16-07-1945 naskah rancangan Pembukaan itu diterima secara aklamasi

karena himbauan Soekarno.

• Piagam Jakarta yg sedianya akan menjadi naskah pembukaan UUD 1945, pada tgl. 18-08-1945 digugat kembali oleh M. Hatta karena khawatir akan merusak persatuan Indonesia.

• Golongan Islam akhirnya bersedia mengalah demi mempertahankan negara proklamasi Indonesia yg baru satu hari umurnya, & karena keyakinan bahwa UUD 1945 itu bersifat sementara, yg tercantum dalam Aturan Tambahan ayat (2), sehingga masih ada kesempatan untuk memperjuangkan kembali Syariat Islam pada waktu menyusun UUD yg baru.

• Puluhan tahun kemudian fakta sejarah di atas ditafsirkan berbeda oleh mereka yg tidak puas atas hasil yg dicapai berupa UUD 1945. Misalnya, oleh Hussein Umar di swaramuslim.com/.../img/pasca/1959-Dekrit.jpg

• Dikutipnya saran dari Snouck Hurgronje untuk melakukan provokasi. Saran tsb diyakini untuk mematahkan perlawanan ummat Islam, & bunyinya :

• Golongan ulama ini lebih berbahaya kalau pengaruhnya meluas kepada petani di desa-desa. Karena itu disarankan supaya pemerintah bertindak netral terhadap Islam sebagai agama dan sebaliknya bertindak tegas terhadap Islam sebagai doktrin politik.”

• Siapa Hussein Umar sesungguhnya tidak pernah ada yg tahu karena selama ini belum pernah terdengar aktivitasnya. Apakah ia memang seorang Indonesia, atau seorang Arab?

Komentar Hussein Umar tentang UUD 1945

• Selanjutnya tanggal 17 Agustus 1945 pada hari Jum’at dan bulan Ramadhan, Indonesia lahir sebagai negara dan bangsa yang merdeka. Hendaknya disadari oleh setiap muslim bahwa Republik yang lahir itu adalah sebuah negara yang “berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari ‘at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Subhanallah, Allahu Akbar!Namun keesokan harinya tanggal 18 Agustus rangkaian kalimat “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, itu dihapus, diganti dengan kalimat: yang maha esa.

Inilah awal malapetaka. Inilah awal pengkhianatan terhadap

Islam dan ummat Islam.

Demikianlah komentar Hussein Umar.

• Secara yuridis, sampai pada saat sidang PAH I BP MPR (yg dijelaskan di bawah) th 2000, belum pernah ada pengkhianatan terhadap Islam & ummat Islam. Mayoritas anggota PAH I BP MPR adalah beragama Islam, lebih-lebih M. Hatta yg menggugat kembali Piagam Jakarta yg rencananya di-jadikan Pembukaan UUD 1945 adalah seorang muslim yg taat menjalankan syariat Islam.

• Di Indonesia, belum pernah ada upaya untuk melarang para pemeluk agama Islam untuk menjalankan syariat agamanya. Mengapa harus diwajibkan & diadili oleh sesama manusia?

KOMENTAR HUSSEIN UMARTENTANG SIDANG KONSTITUANTE

• Dalam sidang Konstituante (1957-1959). Baik dalam Panitia Persiapan Konstitusi maupun dalam perdebatan tentang Dasar Negara kalangan Kristen dengan gigih menolak Islam dijadikan dasar ideologi negara, didukung oleh kekuatan nasionalis, sekuler, sosialis, Partai Komunis Indonesia dan lain-lain. Indonesia sesungguhnya merupakan ajang pertarungan ideologi.

PENDAPAT LAIN DARI

HUSSEIN UMAR

• Dalam Sidang IV MPRS 1966. Golongan Kristen dengan tegas menolak penafsiran Ketetapan No. XX/MPRS/1966 sebagai ketetapan yang menegaskan bahwa Piagam Jakarta yang menjiwai UUD 1945 itu identik dengan Pembukaan, maka merupakan bagian dari UUD dan berkekuatan hukum. Menurut mereka Piagam Jakarta hanya ditempat-kan dalam konsiderans Dekrit 5 Juli 1959, bukan dalam diktum atau keputusan Dekrit itu. Jadi (menurut mereka) Piagam Jakarta itu sama sekali tidak berkekuatan hukum.

• Dalam Sidang Istimewa MPRS 1967. Sebelum sidang dimulai ke dalam Badan Pekerja MPRS dimasukkan suatu usul tertulis yang antara lain mengajukan agar kewajiban melakukan ibadat diwajibkan bagi setiap pemeluk agama, dan agama resmi adalah agama Islam. Presiden dan Wakil Presiden harus beragama Islam. Usul ini dengan gigih ditolak terutama oleh kalangan Kristen (Surat kabar Suluh Marhaen, 3 Maret 1967).

• Dalam Sidang V MPRS 1968. Golongan Kristen dibantu oleh golongan nasionalis atau non Muslim lainnya me-nolak rumusan Pembukaan dari Rancangan GBHN yang berisi: “Isi tujuan kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dituangkan dalam UUD 1945 yang terdiri dari batang tubuh dilandasi oleh Pancasila serta dijiwai oleh Piagam Jakarta.” Mereka menolak rumusan tersebut dengan beralasan bahwa kata “dijiwai” menimbulkan arti seolah-olah Piagam Jakarta adalah jiwa sedangkan UUD 1945 itu tubuhnya.

• “Secara objektif perkataan ‘menjiwai’ dalam Dekrit itu harus diartikan sebagian besar dari Piagam Jakarta - kecuali tujuh kata - dimasukkan dalam Pembukaan yang diterima pada tanggal 18-8-1945, dan Pembukaan itu adalah jiwa UUD 1945. Tidak ada jiwa yang lain. Kalau dikatakan oleh sementara pihak, bahwa Piagam Jakarta ‘menjiwai’ UUD dan bukan Pembukaan yang menjiwai-nya, itu dapat menimbulkan arti, bahwa justru tujuh kata yang telah dicoret itulah yang ‘menjiwai’ UUD ’45. Jadi hal itu haras ditolak.” Demikian antara lain alasan-alasan kalangan Kristen/Katolik.

• Sesudah kembali ke UUD ’45 melalui Dekrit 5 Juli ’59 Bung Karno menindaklanjuti dengan langkah-langkah politik; Membubarkan Konstituante, membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 dan menunjuk dirinya sendiri sebagai formatur pembentukan kabinet. Lalu terbentuklah Kabinet Gotong Royong dan melibatkan PKI dalam Kabinet. Kemudian membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) disusul berbagai langkah politik yang repressif.

• Berakhirlah peran DPR pilihan rakyat (Pemilu 1955) dan berakhir pula demokrasi parlementer.

• Bung Karno berubah dari seorang demokrat menjadi diktatur. Pancasila diperas menjadi Tri Sila, dari Tri Sila diperas menjadi Eka Sila: Gotong Royong dan Poros Nasakom.

• Lalu digelorakanlah jargon: Nasakom jiwaku, hancurkan kepala batu!

• Jika di masa 1959-1965 Orde Lama Soekarno memaksakan Nasakom, Demokrasi Terpimpin, Paradigma Revolusi, U.U. Subversi, dll, sebaliknya Soeharto meneruskan dengan kemasan baru: Demokrasi Pancasila, P4, Asas Tunggal, PMP, Aliran Kepercayaan, memperkokoh Dwifungsi ABRI (militerisasi di segala bidang kehidupan) plus U.U. Subversi, selama 32 tahun pemerintahan-nya. Empat pilar Orde Baru : ABRI, Golkar, Birokrasi (Korpri), Konglomerat, menopang pemerintahannya yang repressif. Pemilu yang penuh rekayasa melanggengkan kekuasaannya.

Umat Islam dimarginalkan melalui tahapan: de-ideologisasi (pemaksaan asas tunggal Pancasila); de-politisasi (konsep massa mengambang/floating

mass); sekularisasi (antara lain berbagai kebijakan dan konsep RUU yang sangat

mengabaikan agama); akhirnya bermuara pada: de-Islamisasi.

•Secara lengkap pendapat Hussein Umar dapat dilihat & diakses dalam website di atas.

• Bagaimana sikap umat Kristen/Katolik yg selama ini dianggap kurang tanggap tentang hubungan Negara dg agama?

•Sikap umat Kristen/Katolik selalu berpedoman pada Alkitab.

Bagaimana pandangan Alkitab mengenai hubungan antara

negara dg agama?

• Apabila dibaca Mat.22 : 15-22, Mrk.12 : 13-17, Luk.20 : 20-26, maka tersurat : “berikanlah kepada Kaisar apa yg wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yg wajib kamu berikan kepada Allah”.

• Perikop ini menjadi dasar kepercayaan orang Kristen/Katolik (selain pengalaman pada jaman kerajaan di Perancis di mana ada kardinal yg menjadi perdana menteri), untuk melakukan pemisahan antara negara dg agama, & hal ini sesuai dg Soekarno.

• Pada tahun 1955 dilakukan Pemilu untuk pertama kalinya setelah Ind merdeka. Pemilu dilakukan 2 tahap, tahap I tgl 29-09-1955 untuk memilih anggota parlemen.

• Pemilu tahap II tgl 15-12-1955 untuk memilih 500 anggota Badan Konstituante yg akan membuat UUD yg baru, menggantikan UUDS 1950 yg saat itu berlaku.

• Konstituante adalah suatu lembaga yg dibentuk untuk merancang & mengesahkan UUD yg tetap bagi RI.

• Kemajemukan Bangsa Jangan Ciptakan Diskriminasi.     

• Perdebatan mengenai masalah dasar negara berulang kembali di Badan Konstituante & menjadi perdebatan utama pada masa sidang 1956-1959.

• Substansi perdebatannya = yg berlangsung di BPUPKI tahun 1945. Tidak mudah mencapai titik temu antara dua kubu, yaitu kelompok Pancasila dg kelompok Islam.

• Kelompok Pancasila menginginkan dasar negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, kelompok Islam menginginkan Islam sebagai dasar negara.

• Menurut Wilopo, Ketua Konstituante, lebih 90 % tugasnya menyusun rancangan UUD telah diselesaikan Konstituante, & mengenai dasar negara pada akhirnya dilakukan dg pemungutan suara, dg hasil 201 setuju dasar negara Islam & 265 menolaknya.

• Batas waktu menyelesaikan RUUD adalah tgl 26-03-1960, & saat itu Prawoto dari Masyumi sudah memberi solusi yg moderat pada Wilopo yg diperkirakan akan diterima semua pihak, namun Dekrit sudah turun tgl 05-07-1959.

• Soekarno yg ingin berkuasa kembali sudah tidak sabar lagi, & dg bantuan tentara, menganggap Konstituante telah gagal melaksanakan tugasnya, & pada tgl 05-07-1959 mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD 1945.

• Masa berlakunya UUD di Indonesia :1. UUD 1945 : 18-08-1945 s/d 27-12-1949.2. KRIS : 27-12-1949 s/d 17-08-1950.3. UUDS 1950: 17-08-1950 s/d 05-07-1959.4. UUD 1945 : 05-07-1959 s/d 19-10-1999. • Sementara itu terjadilah

penyalahgunaan UUD 1945 yg mengakibatkan runtuhnya Pemerintahan ORLA & munculnya ORBA.