Post on 08-Jul-2018
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
1/28
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi, terutama media TV, ternyata tak dapat dielakkan
memberi pengaruh besar tentang segala sesuatu hal yang dilakukan oleh remaja.
Hal ini didukung oleh keluasan jangkauan TV ke seluruh pelosok daerah di
Indonesia. Berdasarkan laporan Departemen Penerangan Republik Indonesia
(Haani, !""#$ hingga akhir tahun %&&' jumlah pesaat TV di Indonesia ter)atat
kurang lebih !" juta buah. *ngkanya besar, sebesar pengaruhnya bagi pola sikap
dan perilaku pada para pemirsanya.
Perkembangan media TV telah banyak menimbulkan berbagai kontro+ersi
dan disamping itu pula dukungan yang tak hentihentinya dari para pemirsanya
yang setia. -edia TV berkembang dengan menampilkan programprogram a)ara
yang menarik diantaranya ilm dan sinetron. /ilm dan sinetron memang memiliki
dua dimensi. Di satu sisi, ia merupakan produk budaya suatu masyarakat, artinya
ilm dan sinetron dianggap sebagai releksi dari budaya yang berlaku dalam
masyarakat. Di sisi lain, ilm dan sinetron merupakan produk industri yangmenekankan pada keuntungan yang sebesarbesarnya. /ilm dan sinetron yang
murni hanya sebagai ujud kreati+itas anggota masyarakat memang sudah
semakin banyak tetapi tetap saja masih kurang. *kibatnya banyak yang beredar
dalam masyarakat adalah ilm atau sinetron yang perhitungan bisnisnya sangat
tinggi.
0leh karena itu, ilm atau sinetron yang dibuat adalah ilm atau sinetron
sebagian besar hanya memuaskan mata penonton. -ereka menggunakan pemain
yang kebanyakan perempuan sebagai daya tarik dengan berbagai tindak
eksploitasi yang merugikan perempuan itu sendiri dan perempuan se)ara umum
karena mengukuhkan stereotip yang ada. Tapi, kalangan pengusaha dan orang
orang di belakang industri media massa selalu menolak dikatakan eksploitasi.
-ereka berdalih baha itu adalah kreati+itas.
%
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
2/28
Dalam sebuah sinetron yang menempati peringkat atas, ternyata masih terus
terjadi eksploitasi tubuh dan ajah bintang yang )antik dan ganteng. 1ementara
dalam karakter kepribadiannya, sinetron selalu menampilkan tokoh perempuan
)uma dalam dua kutub yang sangat ekstrem. 2alau tidak jahat sekali, dia baik
sekali3 kalau tidak penyabar luar biasa, ia pemarah dan )ulas luar biasa3 kalau
tidak pandai, ia tolol sekali. 2ebanyakan tokoh utamanya harus muda dan
memiliki ke)antikan yang 4diimpikan5 banyak perempuan. Perempuan tua atau
perempuan dengan tubuh besar dan kurang )antik menurut ukuran yang
distandarkan produser menjadi tokoh belakang yang boleh ditertaakan karena
ketololannya. 1elain ilm dan sinetron, iklan pun juga bias gender dengan
menampilkan para pemeran yang )antik dan ganteng dengan slogan yang seakan
akan mengedepankan penampilan isik dimana eminimitas jika berajah )antik
dan maskulin jika memiliki bentuk tubuh yang atletis. Hal yang perlu kita
perhatikan adalah baha dari hasil penelitian sebuah lembaga riset di 6akarta
menunjukkan baha masyarakat telah menghabiskan aktu !,7 jam setiap hari
untuk memandang kotak 8ajaib9 tersebut. 2elompok pelajar yang berusia %"%&
tahun menghabiskan :,% jam perhari, disusul oleh ibuibu rumah tangga !,; jam
sehari, dan karyaan !,: jam sehari (Haani, !""#$, penelitian tersebut
membuktikan betapa tele+isi dari segi aktu memungkinkan mempengaruhi )ara
pandang seseorang terhadap sesuatu, dan dari penelitian tersebut pula kita dapat
melihat baha anakanak dan remajalah yang merupakan kalangan yang lebih
banyak meluangkan aktu untuk menonton dan juga memiliki peluang lebih
besar dalam menyerap setiap inormasi yang didapat dari tele+isi.
Hurlo)k (%&';$ menyatakan baha pengaruh paling besar selama
perkembangan anak pada lima tahun pertama kehidupannya terjadi dalam
keluarga. 0rangtua, khususnya ibu mempunyai peranan penting dalam
pembentukan kepribadian anak, alaupun kualitas kodrati dan kemauan anak
akan ikut menentukan proses perkembangannya. 1edang kepribadian orangtua
sangat besar pengaruhnya pada pembentukan pribadi anak. Hal ini juga berarti
!
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
3/28
baha dari keluargalah setiap anak mendapatkan dasar akan siapa dan bagaimana
dirinya kelak.
1ampai saat ini, keluarga masih tetap menerapkan bagian terpenting dari
jaringan sosial anak sekaligus sebagai lingkungan pertama anak selama tahun
tahun ormati aal untuk memperoleh pengalaman sosial dini, yang berperan
penting dalam menentukan hubungan sosial di masa depan dan juga perilakunya
terhadap orang lain.
Tulisan ini men)oba mengemukakan sebuah pemikiran yang terlintas atas
dasar penilikan terhadap tayangantayangan TV yang bias gender 2arya ini
men)oba mengungkapkan bentukbentuk tayangantayangan TV yang bias gender
dan peran kelurga dalam mengatasinya.
B. Rumusan Masalah
%. Bagaimanakah bentukbentuk tayangan TV yang bias gender<
!. Bagaimanakah peran keluarga dalam mengatasi tayangan TV yang bias
gender<
C. Tujuan Penulisan
Berikut pemaparan tujuan penulisan karya tulis ini=
%. >ntuk mengetahui seperti apakah bentuk tayangan TV yang bias gender.
!. >ntuk mengetahui bagaimanakah peran keluarga dalam mengatasi tayangan
TV yang bias gender.
D. Manfaat Penulisan
*dapun manaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah sebagai berikut =
%. -anaat dari segi teoritis
1ebagai salah satu bahan reerensi bagi para pelaku akti dalam dunia
pertele+isian agar dapat lebih meningkatkan tayangantayangan yang
:
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
4/28
berkualitas dan siatnya membangun kematangan sikap para pemirsanya
terkhususnya dalam memandang kesetaraan gender.
!. -anaat Praktis
a. Pemerintah, agar senantiasa memberi dukungan moril
dan materil dalam
pengembangan tayangan yang memberi dampak positi bagi para pemirsa
b. -asyarakat, sebagai masukan baha betapa perlunya
pendampingan yang lebih intens dan berkualitas terhadap anggota keluarga
dalam menyaksikan tayangan tele+isi.
). >ni+ersitas, sebagai bahan penelitian selanjutnya,
dalam rangka pengem
bangan tema ini.
d. Penulis, meningkatkan kekritisan dalam berikir dan
mengolah masalah di
sekitar lingkungan dan sebagai sebuah latihan yang tiada akhir dalam penu
lisan karya ilmiah
#
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
5/28
Bab II
Kajian Pustaka
A. Pengertian Keluarga
*kibat struktur dan peran yang dipunyai oleh para anggotanya sangat
ber+ariasi dari suatu masyarakat ke masyarakat lain, sehingga istilah keluarga
tidak mudah dideinisikan. 2eluarga dideinisikan oleh Iran *bdullah
(Hapsari, !""'$ sebagai susunan dari orangorang yang saling berhubungan
darah atau berkain, meskipun tidak selalu. 1aling berbagi atap (rumah$, meja
makan, makanan, uang, dan bahkan emosi. 1e)ara tradisional, keluarga diartikan
sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah,
perkainan atau adopsi (hukum$ yang memiliki tempat tinggal bersama (?ahini,
!""@$. 1edang -organ (?ahini, !""@$ menyatakan baha keluarga merupakan
suatu grup sosial primer yang didasarkan pada ikatan perkainan (hubungan
suamiistri$ dan ikatan kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua A anak$
sekaligus. amun se)ara dinamis indi+idu yang membentuk sebuah keluarga
dapat digambarkan sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang
tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan indi+idu maupun
antar indi+idu mereka. Bila ditinjau berdasarkan >ndangundang no.%" tahun
%&'!, keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak karena ikatan darah maupun
hukum. Hal ini sejalan dengan pemahaman keluarga di negara barat, keluarga
menga)u pada sekelompok indi+idu yang berhubungan darah dan adopsi yang
diturunkan dari nenek moyang yang sama (?ahini, !""@$.
Canden (?ahini, !""@$ mengemukakan baha keluarga dalam hubungannya
dengan anak diidentikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling
dapat memberi kasih sayang, kegiatan menyusui, eekti dan ekonomis. Di
@
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
6/28
dalam keluargalah kali pertama anakanak mendapat pengalaman dini langsung
yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan
isik, sosial, mental, emosional dan spritual. Canden (?ahini, !""@$ menyatakan
baha ketika baru lahir tidak memiliki tata )ara dan kebiasaan (budaya$ yang
begitu saja terjadi sendiri se)ara turun temurun dari satu generasi ke generasi
lain, oleh karena itu harus dikondisikan ke dalam suatu hubungan
kebergantungan antara anak dengan agen lain (orang tua dan anggota keluarga
lain$ dan lingkungan yang mendukungnya baik dalam keluarga atau lingkungan
yang lebih luas (masyarakat$ selain aktor genetik.
-egaangi (%&&&$ menjelaskan baha ada tiga elemen utama dalam
struktur internal keluarga, yaitu %$ 1tatus sosial, dimana dalam keluarga nuklir
distrukturkan oleh tiga struktur utama, yaitu bapaksuami, ibuistri dan anak
anak. 1ehingga keberadaan status sosial menjadi penting karena dapat
memberikan identitas kepada indi+idu serta memberikan rasa memiliki, karena ia
merupakan bagian dari sistem tersebut, !$ Peran sosial, yang menggambarkan
peran dari masingmasing indi+idu atau kelompok menurut status sosialnya dan
:$ orma sosial, yaitu standar tingkah laku berupa sebuah peraturan yang
menggambarkan sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosial.
B. Fungsi Keluarga
1uprihatin (?ahini, !""@$ menyatakan baha ungsi keluarga adalah
bertanggung jaab dalam menjaga dan menumbuh kembangkan anggota
anggotanya. Pemenuhan kebutuhan para anggota sangat penting, agar mereka
dapat mempertahankan kehidupannya, yang berupa=
%. Pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan untuk
pengembangan isik dan sosial,
!. 2ebutuhan akan pendidikan ormal, inormal dan nonormal dalam
rangka mengembangakan intelektual, sosial, mental, emosional dan spritual.
7
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
7/28
1atoto (?ahini, !""@$ mengemukakan baha apabila kebutuhan dasar
anggota keluarga dapat dipenuhi, maka kesempatan untuk berkembang lebih
luas lagi dapat diujudkan, yang akan memberikan kesempatan indi+idu maupun
keluarga mampu merealisasikan diri lebih luas lagi dalam berbagai aspek
kehidupan mereka, misal aspek budaya, intelektual dan aspek sosial. *dapun
kebutuhan manusia tersebut terbagi ke dalam=
%. 2ebutuhan makan, minum dan seks.
!. 2ebutuhan akan rasa aman,
:. 2ebutuhan kasih sayang,
#. 2ebutuhan akan penghargaan
@. 2ebutuhan untuk mengembangkan kemampuan potensi diri sendiri
dan aktualisasi diri.
Bila ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI no !% tahun %&
mengenai penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan
delapan ungsi keluarga sebagai jembatan menuju terbentuknya sumberdaya
pembangunan yang handal dengan ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri,
yaitu=
% /ungsi 2eagamaan
Dalam keluarga dan anggotanya ungsi ini perlu didorong dan
dikembangkan agar kehidupan keluarga sebagai ahana persemaian nilainilai
luhur budaya bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan taka
kepada Tuhan Eang -aha Fsa.
! /ungsi 1osial Budaya
/ungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka
ragam dalam satu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu
untuk dapat mengajarkan dan meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai
moral kepada anaknya.
: /ungsi Ginta kasih
'
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
8/28
Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya
serta hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi adah
utama bersemainya kehidupan yang penuh )inta kasih lahir dan batin. Ginta
menjadi pengarah dari perbuatanperbuatan dan sikapsikap yang bijaksana.
# /ungsi -elindungi
/ungsi ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa aman dan kehangatan
pada setiap anggota keluarga.
@ /ungsi Reproduksi
/ungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang
diren)anakan dapat menunjang ter)iptanya kesejahteraan manusia di dunia
yang penuh iman dan taka.
7 /ungsi 1osialisasi dan Pendidikan
/ungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik
keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di
masa yang akan datang.
' /ungsi Fkonomi
/ungsi keluarga sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
; /ungsi Pembinaan ingkungan
-emberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri se)ara
serasi, selaras, seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan
yang berubah se)ara dinamis.
C. Pengertian Teleisi
Tele+isi merupakan media komunikasi, entah sebagai benda material maupun
sebagai tontonan (Spectacle$. 1ebagai benda material, tele+isi merupakan
komoditas atau objek konsumsi3 sebagai tontonan, tele+isi adalah gugusan
gugusan ikon dan simbol, )itra)itra audio+isual yang bermakna. 6ulukan tele+isi
;
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
9/28
ada beberapa ma)am yakni = alat elektronik, jendela dunia (indo o the orld$,
dan kotak dungu (Stupid box$ serta kotak ajaib ( Miracle box$ (Budiman, !""!$.
Budiasih (!""@$ mengemukakan baha tele+isi memang memiliki kelebihan yang
tidak dapat dipungkiri , tele+isi adalah benda yang unik. Ia menyatukan kelebihan
koran dan radio, bisa dilihat dan didengar. Di Tele+isi, semua sajian menjadi
nyata dan hidup. Tidaklah mengherankan jika pengaruhnya sangat dahsyat.
Pada Dasaarsa %&:"an tele+isi mulanya hanya berbentuk layar ke)il sekitar
empat in)i dan mengharuskan orang yang mun)ul di layar memakai baju
men)olok agar menghasilkan gambar yang kontras. Pada %&:!, stasiun tele+isi
per)obaan dibuat di *merika, tapi baru empat tahun kemudian, stasiun ini
memulai siaran. 1ebelum Perang Dunia II, sejumlah orang di e Eork telah
memiliki tele+isi penerima. 1ayangnya, permulaan yang ajaib ini harus terlambat
karena 6epang menyerang Pearl Harbour pada tahun %%. Perhatian orang lebih
tertuju pada pertahanan egara (Budiasih, !""@$ Pada tahun %@, ketika
Indonesia merdeka, di *merika adalah masa transisi sesudah perang. 1aat itu
dibuat kembali siaran untuk masyarakat umum.. Pada masa itu ternyata stasiun
tele+isi )epat diterima masyarakat sebagaimana mereka )epat membangun puing
puing perang . Tele+isi dengan ukuran layar sekitar satu halaman olio disebut
ukuran big screen dengan harga setengah harga dari mobil baru. Itulah sebabnya,
tele+isi juga menjadi simbol status. Hanya orang elitlah yang memiliki. Pada
%&@"an, tele+isi telah meluas diseluruh *merika sehingga masyarakat aktu itu
disebut generasi tele+isi. 1epuluh tahun kemudian, sembilan puluh persen arga
*merika telah memiliki tele+isi. Ratarata mereka menontonnya selama lima jam
hari (Budiasih, !""@$.
Di indonesia, tele+isi menjadi keajaiban yang nyata. ketika pada %&7! lahir
Tele+isi Republik Indonesia (TVRI$. Barulah di akhir %&;"an, mun)ul stasiun
teler+isi sasta. Hingga %&&; (1ebelum krisis moneter$ delapan puluh persen
masyarakat Indonesia sudah menonton tele+isi. 1ejak dikeluarkannya 12 -enteri
Penerangan o.%%% Thn. %&&", industri dan bisnis berubah menjadi demikian
&
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
10/28
maraknya. *alnya adalah tahun %&;'%&;; ketika RGTI diiinkan siaran untuk
pertama kalinya dengan menggunakan dekoder (decoder $, yang kemudian diikuti
oleh 1GTV (%&;&$, TPI (%&&%$, *te+e (%&&:$, dan Indosiar (%&$ (1iregar,
!""%$.
D. Bentuk!bentuk Bias "ender dalam Ta#angan Teleisi
Perkembangan media TV telah banyak menimbulkan berbagai kontro+ersi dan
disamping itu pula dukungan yang tak henti A hentinya dari para pemirsanya yang
setia. -edia TV berkembang dengan menampilkan programprogram a)ara yang
menarik diantaranya ilm dan sinetron. /ilm dan sinetron memang memiliki dua
dimensi. Di satu sisi, ia merupakan produk budaya suatu masyarakat, artinya ilm
dan sinetron dianggap sebagai releksi dari budaya yang berlaku dalam
masyarakat. Di sisi lain, ilm dan sinetron merupakan produk industri yang
menekankan pada keuntungan yang sebesarbesarnya. *dapun beberapa bentuk
bias gender pada tayangan tele+ises yaitu sebagai berikut=
%. 1tereotipe gender dalam sinetron
Haniah (!""7$ mendeinisikan stereotipe sebagai suatu pelabelan negati
yang diberikan masyarakat kepada jenis kelamin tertentu, umumnya terhadap
perempuan. 1ebagai )ontoh, masyarakat menganggap lakilaki itu rasional,
kuat, akti, pasi, dsb. 1ebaliknya, perempuan itu emosional, penakut, pasi,
dsb. 1tereotipe itu kemudian menjadi dasar untuk membedakan peran antara
lakilaki dan perempuan. -isalnya, perempuan dianggap tidak pantas menjadi
pemimpin karena dalam mengambil keputusan lebih mengandalkan perasaan
daripada rasio. De Vito (Badri, !""7$ menyatakan baha setiap indi+idu
mempunyai stereotipe atitudinal yaitu tentang kelompok bangsa, kelompok
agama, kelompok ras, atau barangkali tentang kaum penjahat, kaum tuna
susila, guru, atau tukang pipa. 6ika indi+idu memiliki kesan melekat ini,
indi+idu seringkali, bila berjumpa dengan salah seorang anggota kelompok
tadi, melihat orang itu terutama sebagai anggota kelompok tersebut. 1ebagai
%"
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
11/28
permulaan, ini mungkin memberikan orientasi yang membantu. Tetapi, ini
dapat menimbulkan masalah bila indi+idu kemudian menganggap semua
karakteristik yang melekat pada kelompok itu berlaku juga untuk orang itu
tanpa menyadari baha setiap orang adalah pribadi yang khas. 1tereotipe
negati sangat terlihat dalam perilman di Indonesia. 2arena kebanyakan
tayangan tersebut merupakan pengabdian atau reproduksi dari penstereotipan
kaum pria terhadap peran tradisional kaum anita. Pria dan anita
digambarkan sebagai sesuatu yang mempunyai kegiatan yang berbeda dan
memutuskan halhal yang berbeda pula. ?anita digambarkan sebagai manusia
yang selalu peduli dengan rumah tangga dan penampilan isik mereka,
sementara kepedulian pria adalah pekerjaan, bisnis, dan sebagainya. Bahkan
dalam beberapa sinema perempuan juga digambarkan sebagai sosok yang
jahat, bengis dan jauh dari kelembutan. Badri (!""7$ mengemukakan baha
belakangan ini mun)ul stereotipe anita dalam sinetron sebagai mahluk yang
judes dan sadis terutama pada tayangantayangan yang menunjukkan
hedonisme. 1tereotipe tersebut dapat di lihat dalam hampir semua sinetron
yang mempunyai jam tayang utama. -ulai seorang ibu yang jahat terhadap
anaknya hingga remaja perempuan yang egois, judes dan li)ik. Bahkan peran
pembantu perempuan yang dulunya banyak digambarkan sebagai perempuan
penurut terhadap majikan, kini banyak digambarkan sebagai perempuan yang
li)ik, jahat, bersekongkol dengan majikan untuk menyakiti perempuan lain.
-enurut Badri (!""7$ bentuk komunikasi +erbal dan non+erbal yang
dihadirkan sinetron semakin mempertegas stereotipe ini., Dalam berbagai
sinetron, )erita)erita disajikan dalam kerangka besar yang sama3 tentang
)inta dan persoalan keluarga, dengan plot yang berlikuliku. Para tokoh dalam
sinetron dianggap meakili impian kaum perempuan terutama para ibu rumah
tangga karena mereka selalu ditampilkan dalam keadaan )antik, dengan
busana yang indahindah, dalam rumahrumah yang megah. *rtinya,
ketertarikan terhadap sinetron disebabkan karena konstruksikonstruksi atas
%%
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
12/28
)itra perempuan yang ditampilkan, yaitu )antik, kaya dan hidup bahagia. Dari
melodrama ini para penonton belajar baha ke)antikan eminin bukanlah
sesuatu yang melekat sejak lahir, melainkan bisa diraih. Pada akhirnya,
dengan konstruksi yang di)iptakan tersebut, perempuan justru menemukan
ruang untuk melihat eminitas sebagai sebentuk identitas yang terus berubah
(shiting identity$, bisa dilekatkan dan dilepaskan kapan saja mereka
menginginkannya. Perempuan, melalui penampilan meah sinetron juga
mendapatkan kesempatan untuk merasakan akti+itas dan kompetensi
konsumsi yang eksklusi.
2emudian Badri (!""7$ menambahkan baha pada beberapa kasus,
terlihat ke)enderungan baha ada eek sinetron yang ditampilkan se)ara
berlebihan untuk lebih bisa meman)ing emosi para penonton (misalnya
adegan sadis dan kejam yang dilakukan oleh ibu mertua kepada menantu
perempuannya$. *deganadegan ini ditampilkan dengan asumsi baha
perempuanJyang dilekatkan dengan stereotip emosionalJsuka dengan
adeganadegan yang melankolis.
Tema seksualitas perempuan menurut Badri (!""7$ juga bukan hal baru di
dalam dunia ilm. 2isah pela)uran dan perdagangan perempuan sebenarnya
sudah mun)ul dalam perilman Indonesia sejak beberapa dekade lalu. amun
kini hal itu justru menjadi suatu ikon satu paket dengan berbagai siat buruk
perempuan yang mun)ul di layar ka)a. Pilihan seksualitas telah lama menjadi
kajian para pemikir karena seksualitas berhubungan dengan identitas indi+idu
dan bagaimana masyarakat menerima anggotanya. -asyarakat )enderung
menundukkan anggotanya agar patuh pada normanorma yang terbentuk di
masyarakat melalui sanksi sosial yang berhubungan dengan suatu tindakan
anggota masyarakat yang dipandang menyimpang dari yang umum.
1eksualitas remaja perempuan sebagai akibat dari konstruksi budaya modern
telah memun)ulkan beragam pandangan, terutama terhadap remaja
perempuan ibu kota. Tapi dalam beberapa sinetron, hal ini sepertinya
%!
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
13/28
merupakan sesuatu yang lumrah. agilagi kebanyakan perempuan tetap
menjadi korban, sebagai pihak yang hamil, dan kemudian menerima berbagai
konsekuensi dari konstruksi sosial yang dibangun berdasarkan liberalisme
kehidupan maka kini.
Dalam kajian budaya, seks dan gender dilihat sebagai konstruksi
konstruksi sosial yang se)ara intrinsik terimplikasi dalam persoalanpersoalan
representasi. 1eks dan gender lebih merupakan persoalan kultural ketimbang
alam. -eski ada juga pemikiran eminis yang menekankan pada perbedaan
esensial antara lakilaki dan perempuan, kajian budaya )enderung
mengeksplorasi gagasan tentang karakter identitas seksual yang spesiik
se)ara historis, tidak stabil, plastis dan bisa berubah. Tapi bukan berarti kita
bisa dengan gampang membuang identitas seksual kita dan menggantinya
dengan yang lain, karena meskipun seks adalah suatu konstruksi sosial, ia
adalah konstruksi sosial yang mengkonstitusi kita melalui tekanantekanan
kekuasaan dan identiikasiidentiikasi dalam psikis kita. Dengan kata lain,
konstruksi sosial adalah sesuatu yang diregulasi dan memiliki konsekuensi
(.kun)i.or,id, !""@$.
Tayangan tele+isi pada jam malam, maka akan terlihat sekali betapa
eksploitasi tubuh perempuan masih menjadi komoditas penting dalam
perilman kita. amun belakangan ini dikemas dalam bentuk komedi sebagai
kedok atas seksualitas yang ditonjolkan. -elihat tayangantayangan tersebut
sebenarnya penonton tidak diajak untuk tertaa, melainkan bagaimana
menikmati tubuh perempuanperempuan yang menjadi pemeran dalam
sinetron tersebut. *lihalih ingin membuat penonton tertaa, tetapi justru
membuat jantung penonton (lakilaki$ mungkin berdebardebar menyaksikan
komersialisasi tubuh dalam tayangan tersebut. Belakangan ini seiring dengan
membludaknya sinetronsinetron mistik di tele+isi, lagilagi perempuan
menjadi ikon negati dalam tayangan mistik. -aka mun)ullah stereotipe
baha kebanyakan mahlukmahluk halus jahat seperti jin dan setan
%:
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
14/28
kebanyakan berjenis kelamin perempuan. -itos yi Roro 2idul dan yi
Blorong sebagai sosok 8perempuan9 dari alam gaib yang sudah terpatri di
benak masyarakat Indonesia (6aa$ sejak berabadabad silam sepertinya
mendasari mun)ulnya siluman perempuan baru belakangan ini. -aka
mun)ullah stereotipe baha perempuan selain judes, jahat, )ereet, li)ik,
ngeseks, bukabukakan, juga sebagai makhluk yang gila pujaan. Di sini
pujaan digambarkan se)ara lebih ekstrem dalam tayangan mistik, karena lebih
kepada pujaan berupa materi atau persembahan.
Ini adalah realitas, dan sudah menjadi sebuah stereotipe di kalangan
penggemar sinetron. 1tereotipe perempuan yang jelas (yang dibuat lakilaki$
menjadikan tayangan perempuan dalam sinetron yang ditampilkan sekarang
inipun bisa dikatakan belum mendidik masyarakat dan belum bisa menjadi
tuntunan. Pasalnya, perempuan dalam sinetron masih menjadi objek dan laki
lakilah yang kemudian mengkonstruksinya menjadi stereotype
!. Diskriminasi Kender dalam 1inetron
*ripurnami (Badri, !""7$ memaparkan baha dari kajian yang pernah
ada tentang ilmilm yang diproduksi pada masa sebelum tahun %&'"an
tampaknya peran perempuan digambarkan hanya sebagai pelengkap dalam
keseluruhan )erita. 2alaupun peran perempuan menjadi peran utama, peran
itu berkaitan dengan pandangan baha posisi perempuan ada di lingkup
domestik, sebagai ibu, istri, kekasih atau anak perempuan yang penurut.
1ebaliknya, pada lakilaki peran yang ditampilkan selalu berkaitan dengan
akti+itas di lingkup publik, pengambil dan penghasil keputusan yang masuk
akal. 2elas sosial menyebabkan perbedaan masalah dan strategi perempuan
menghadapi hidup. -eskipun perempuan kelas menengah juga mengalami
subordinasi dari lakilaki pada kelas sosial yang sama, perempuan kelas sosial
yang lebih baah bisa mengalami subordinasi dari perempuan kelas sosial
yang lebih tinggi dan lakilaki dari kelas sosial yang sama dengan dia. Gontoh
paling dekat adalah para pekerja rumah tangga.
%#
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
15/28
Badri (!""7$ berpendapat meskipun hampir setiap sinetron menyatakan
baha kisah yang disajikan hanyalah iksi belaka. Tapi tak terlalu sulit
kiranya bagi penonton untuk melihat baha konlik yang diangkat dalam
)erita tersebut, disadari atau tidak, banyak bersumber pada berbagai peristia
konkrit dalam kehidupan seharihari. 1eperti, per)eraian, pele)ehan seksual,
jatuh )inta, hingga pembunuhan, manipulasi dan korupsi, ketidakadilan dalam
sistem hukum, penindasan kelas buruh dan sebagainya.
Dipandang dari sisi lain menurut Badri (!""7$ persoalanpersoalan konkrit
di masyarakat memang tetap menyelinap dalam jalinan )erita)erita sinetron.
Tak perduli dengan tujuan sang penulis skenario, misalnya, yang se)ara sadar
hendak men)iptakan karya iksi. amun sinetron bukan sematamata )ermin
dari persoalan tersebut. 1inetron bukan pula merupakan realitas kedua setelah
apa yang disebut dengan realitas pertama, yakni peristia di masyarakat itu
sendiri, berlangsung. 1ebaliknya, persinggungan jalinan kisah sinetron dengan
peristia konkrit kehidupan seharihari, membuka jalan yang lebih lebar bagi
sosialisasi nilainilai dominan. -enjadi jelaslah baha sinetron bukan bagian
dari realitas masyarakat itu sendiri. Eakni ketika kita sadari baha langsung
atau tidak langsung, sinetron telah ikut membentuk pola pikir masyarakat.
Berbagai )itra ideal tentang sosok perempuan A bertanggung jaab dalam
urusan domestik, pengutamaan siat keibuan, taakal dan pasrah pada
keadaan, hingga mengakui keunggulan lakilaki sebagai kodrat A seperti
diusung oleh alur )erita sinetron tersebut, merupakan turunan dari nilainilai
patriarki yang mau mengatakan baha pada dasarnya dunia ini adalah milik
lakilaki. alu kenapa perempuan kabanyakan menjadi tokoh utama dalam
sinetron Indonesia< 2esan selintas disebutkan baha peminat terbanyak
sinetron Indonesia adalah perempuan. ?alaupun kisah dalam sinetron adalah
rekaan atau ikti, namun hal itu men)erminkan serpihanserpihan gambaran
sebuah realitas hidup. >ntuk memperoleh )itra utuh sebuah realitas, maka
tugas penonton untuk menyatukan serpihan tersebut. Persoalannya, tidak
%@
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
16/28
semua penonton mempunyai bakat khusus menyatukan berbagai serpihan tadi.
-enurut Badri (!""7$ sejumlah sinetron kerap menampilkan perempuan
sebagai sosok yang bermakna negati. Dari kebanyakan sinetron, perempuan
memang tampil sebagai proil yang buruk= perempuan penggoda, istri yang
merangsang suaminya untuk korupsi, remaja puteri yang menjadi perek
(perempuan eksperimen$ karena broken home, mertua nyinyir yang membuat
menantunya menderita, ibu kandung )ereet yang membuat anaknya menjadi
beradalan di luar rumah, dan seterusnya. Tetapi itulah kenyataan sinetron kita
dalam menggambarkan perempuan, selalu saja terluntalunta, tidak berdaya
dan dipermainkan nasib. 1eolah perempuan Indonesia ini begitu bodoh, tidak
mampu berbuat apapun dan kemudian 4diperparah5 dengan haus harta (yang
digambarkan dengan perebutan$. Itulah gambaran buram perempuan dalam
sinetron, termasuk yang bernuansa relijius sekalipun. 2arena perempuan
selalu digambarkan stereotipe dan dalam nuansa ekstrim baik kanan (untuk
menggambarkan perempuan hebat namun kebablasan dalam bersikap baik
kepada lakilaki ataupun pada perempuan$ atau kiri (perempuan yang bodoh,
nai dan sangat tidak berdaya$.
:. 2etimpangan Kender dalam 1inetron
1uhendar (!""#$ berpendapat baha dalam keseharian, seringkali gender
dan seks dimaknai oleh sebagian orang sebagai hal yang sama. Padahal,
sesungguhnya keduanya adalah hal yang berbeda. Kender lebih menga)u pada
identitas kultural yang melekat pada satu jenis kelamin tertentu. 1edangkan
seks lebih menga)u pada identitas jenis kelamin se)ara biologis -enurut
1uhendar (!""#$ orang yang berjenis kelamin, se)ara biologis memiliki
konsekuensi kodrati. Gontohnya, orang disebut perempuan karena akan
memikul konsekuensi kodrati dari jenis kelamin yang disandangnya. 1eorang
perempuan mau tidak mau akan menjalankan ungsiungsi seks yang tidak
dijalankan oleh lakilaki, seperti melahirkan, menyusui, dan berbagai akti+itas
%7
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
17/28
keperempuanannya yang bersiat alamiah. Perbedaan jenis kelamin se)ara
biologis seringkali membuat salah satu pihak diperlakukan tidak adil dalam
ruang sosial. Perempuan dengan berbagai aspekaspek kodratinya selalu
diposisikan dalam ruang pri+at atau ranah domestik. 1edangkan lelaki
diposisikan dalam ruang publik.
Program tele+isi yang turut menghadirkan ketimpangan antara lakilaki
dan perempuan terlihat sekali dalam produk sinema sinetron. 1ebuah
penelitian sederhana dengan )ara mengamati produk sinetron yang diproduksi
produ)tion house ternama pada tahun !""" men)atat sekitar ;@ persen
memojokkan perempuan. Dalam kebanyakan sinetron lebih banyak memberi
gambaran perempuan yang hanya berkutat di dapur, kasur, dan ruang
keluarga. *kti+itas, karir, dan prestasi perempuan hanya ada di aal )erita A
itu pun kalau ada A selebihnya perempuan berkutat dengan berbagai kesedihan
hidup yang akhirnya jatuh kepangkuan lakilaki yang diposisikan sebagai
4dea penyelamat5. Ini jelas tidak adil. Harus ada keberanian dari para sineas
dan pengelola tele+isi untuk membalikkan ketidakadilan tersebut. 2endati
orang tahu baha sinetron bukan realitas masyarakat Indonesia seharihari.
amun sinetron adalah realitas jia dan khayalan masyarakat Indonesia
umumnya yang suka bermimpi untuk melarikan diri dari penderitaan dan
kemiskinan (kerjabudaya, !"":$.
Bias gender menurut Badri (!""7$ justru kerap kali hadir di sejumlah
tayangan TV. Dalam tayangan sinetron, umumnya kehidupan perempuan
LdipotretL hanya sebatas pada peranperan domestik (rumah tangga$ atau
indi+idu yang tidak lebih pintar dari lakilaki, yang posisinya hanya menjadi
pelayan lakilaki, serta berbagai stereotip yang mengarahkan baha
perempuan adalah jenis kelamin yang tidak ualiide untuk masuk dalam
ruang publik. 1inetronsinetron yang ada jarang yang menampilkan
perempuan sebagai sosok pengambil keputusan dalam berbagai kebijakan
publik, perempuan masih dianggap sebagai peran pembantu dalam kehidupan
%'
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
18/28
publik. -isalnya, dalam sebuah sinetron seorang perempuan seringkali
ditampilkan sebagai sekretaris dan jarang yang ditampilkan sebagai direktris
atau pemimpin sebuah lembaga publik.
*ripurnami (Badri, !""7$ menyatakan baha persolan seperti ini adalah
seolaholah pandangan mengenai perempuan hanya satu dan itu dibayangkan
berlaku tunggal. 1ementara dalam kenyataan seharihari kita bisa lihat baha
gambaran tentang perempuan amat beragam dan terkait dalam lingkup yang
lebih luas. Dalam kenyataanya, sering ditemui perempuan yang terlibat dalam
pasar kerja, sebaliknya kita juga dapat melihat baha lakilaki tidak hanya
melakukan pekerjaan di lingkup publik.
%;
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
19/28
Bab III
Met$de Penulisan
A. %enis Tulisan
Tulisan ini bersiat kajian pustaka (library research$. Data yang diperoleh
disajikan se)ara deskripti sehingga menunjukan suatu kajian ilmiah yang dapat
dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.
B. &b#ek Tulisan
0bjek dalam penulisan karya ilmiah ini adalah peranan keluarga dalam
mengatasi inormasi yang bias gender pada tayangan tele+isi. Hal ini menyangkut
peranan keluarga dalam mensosialisasikan kesetaraan gender dalam keluarga
sekaligus mengatasi inormasi yang bias gender pada tele+isi yang diterima oleh
anggota keluarga khususnya anak dan remaja.
C. Pungum'ulan Data
Datadata yang dipaparkan dalam tulisan ini diperoleh dari literatur yang
rele+an. Pengambilan data dilakukan dengan )ara mengumpulkan literatur
sebanyakbanyaknya dan disadur bagianbagian yang rele+an dengan topik yang
sedang dibahas.
D. Pr$sedur
>ntuk memepermudah pemahaman terhadap masalah yang dikaji, maka
dalam tulisan ini dibagi menjadi dua sub pokok bahasan, yaitu
%. Peranan keluarga dalam proses sosialisasi kesetaran gender
!. Peranan keluarga dalam mengatasi inormasi bias gender pada tayangan
tele+isi.
%&
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
20/28
Bab I(
Pembahasan
A. Peranan Keluarga dalam Pr$ses )$sialisasi Kesetaran "ender
Pembedaan antara pria dan anita tampak jelas dimulai dari keluarga. Pada
lingkungan keluarga inilah yang merupakan tempat sosialisasi pertama dan
pembentukan pola pikir seorang pria dan anita dalam mengenali perannya
masingmasing. 1ebagaimana telah dijelaskan pada halaman sebelumnya, baha
menurut -egaangi (%&&&$ ada tiga elemen struktur internal keluarga, yang
salah satunya menga)u pada ungsi sosial. Dalam hal ini, digambarkan oleh
peran dari masingmasing indi+idu atau kelompok berdasar status sosial dalam
suatu sistem sosial (misal anak, ayah dan ibu$. *rtinya, setiap status sosial
tertentu harapannya dalam interaksi dengan indi+idukelompok akan ada ungsi
dan peran, yang didasarkan bukan pada )iri pribadi indi+idu melainkan karena
status sosial yang dipegangnya. 1emisal saja, anak mempunyai keajiban untuk
menghormati dan patuh pada orangtua dan sebaliknya orangtua berkeajiban
juga memberikan )inta, perhatian dan kasih sayang pada anaknya. Hal ini
sejalan dengan apa yang ditulis Parson M Bales (-egaangi, %&&&$, baha
orangtua mempunyai dua peran, yaitu %$ Instrumental, yang dilakukan oleh
bapaksuami dan !$ peran emosionalekspresi, yang biasanya disandang oleh
seorang ibuistri. 2edua peran tersebut dijalankan oleh keluarga yang juga
merupakan intsitusi dasar (undamental unit o so)iety$ dalam rangka
membentuk indi+idu bertanggung jaab, mandiri, kreati dan hormat melalui
proses sosialisasi terus menerus kepada anakanaknya.
1edang bila dilihat menurut ungsinya, keluarga salah satunya berperan
dalam melaksanakan proses sosialisasi. Canden (?ahini, !""@$ menyatakan
baha ungsi keluarga adalah sebagai ahana terjadinya sosialisasi antara
indi+idu dengan arga yang lebih besar. 1ama halnya dengan yang tertuang
!"
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
21/28
dalam Peraturan Pemerintah RI no.!% tahun %& tentang penyelenggaraan
pembangunan keluarga sejahtera, salah satu ungsi dari delapan yang ada adalah
sosialisasi dan pendidikan, yaitu ungsi yang memberikan peran kepada keluarga
untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam
kehidupannya dimasa yang akan datang.
Gara yang dapat dilakukan keluarga dalam proses sosialisasi adalah sebagai
berikut= Pertama, pengkondisianpelaiman. 2arena kita tahu dan tidak dapat
disangkal lagi baha anak ialah manusia yang pasi sepenuhnya dalam
sosialisasi, sehingga halhal yang berkaitan dengan sebagian besar sikap dan
tingkah lakunya dilakukan sebenarnya melalui proses ini, yang di)iptakan oleh
orangtua atau anggota keluarga lain yang telah deasa dengan pemberian
mekanisme hukuman atau imbalan dalam hal ini setiap perilaku yang mengarah
kepada peran gender tertentu misalnya bermain dengan boneka atau senjata
mainan tidak memerlukan hukuman melainkan imbalan dan itu dilakukan dengan
adil atau dtidak memihak pada salah satu permainan yang melambangkan peran
gender tertentu, hukuman pun dapt diberikan tapi bukan karena anak mengarah
pada satu peran jenis kelamin tertentu tetapi dihukum jika melakukan hal yang
salah misalnya jika anak men)uri dan sebagainya.
2edua, pemodelan (pengimitasian dan pengindentiikasian$. Gara imitasi
biasanya berlangsung dalam aktu singkat untuk sekedar meniru aspek luar dari
tokohmodel yang diidealkannya. 1ebaliknya, jika anak menginginkan dirinya
sama (identik$ dengan tokoh idolanya maka peniruan akan terjadi lebih
mendalam karena tidak hanya peniruan tingkah laku tapi juga totalitas dari tokoh
atau model tersebut (identiikasi$ sehingga di sini orangtua (keluarga$ perlu
memberi )ontoh perilaku yang baik bagi anaknya. Peran kedua orang tua atau
keluarga yang berbeda jenis kelamin sangat penting pada proses ini dikarenakan
jangan sampai ada pihak jenis kelamin yang dominant dan penghargaan akan
peran masingmasing jenis kelamin dalam anggota keluarga yang lebih tua juga
harus ditunjukkan.
!%
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
22/28
Dan ketiga, internalisasi yaitu )ara yang mempersyaratkan anak (dengan
sukarela$ untuk menyadari baha sesuatu hal, seperti norma, nilai dan tingkah
laku memiliki makna tertentu yang berharga bagi dirinya atau bagi masyarakat
kelak untuk dijadikan panutan, pedoman atau tindakan yang lama kelamaan hal
tersebut akan menjadi bagian dari kepribadiannya, semisal anak di)ontohkan
dengan perbuatanperbuatn yang dilarang agama atau yang tidak diharapkan
masyarakat pada umumnya )ontohnya perilaku seks yang menyimpang dan lain
lain.
B. Peranan Keluarga dalam Mengatasi Inf$rmasi Bias "ender Pada Ta#angan
Teleisi.
*nak sebagai bagian anggota keluarga dalam pertumbuhan dan
perkembangannya tidak akan terlepas dari lingkungan dimana dia diraatdiasuh
atau aal diperolehnya pengalaman belajar bagi seorang anak. Dalam
keluargalah kali pertama anak berinteraksi terutama dengan ibunya setelah anak
dilahirkan dan melalui kegiatan menyusui. Hubungan ini akan berkembang
sesuai tahapan usia anak. Dari sinilah anak akan dan selalu berusaha untuk
menyesuaikan diri melalui pengalaman belajar agar diterima di lingkungan sosial
dan menjadi pribadi yang dapat bermasyarakat3 dengan syarat punya kesempatan
untuk berhubungan dengan orang lain (sosialisasi$, mampu berkomunikasi dan
berbi)ara yang dapat diterima (dimengerti$ orang lain dan memiliki moti+asi
belajar yang menyenangkan. >ntuk hal ini diperlukan suatu dukungan orang
lain, karena pengalaman sosial dini kali pertama diperoleh di dalam rumah maka
keluargalah yang paling tepat menentukan terjadinya proses sosialisasi pada
anak.
2arena keluarga berungsi untuk menjaga dan menumbuhkembangkan
anggotanya, maka diperlukan orangtua yang bijaksana, sebab sikap orangtua
akan mempengaruhi )ara mereka memperlakukan anak dan mempengaruhi
perilaku anak. Pada dasarnya hubungannya orangtuaanak tergantung pada sikap
!!
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
23/28
orangtua, dimana hal ini juga diperoleh melalui pengalaman belajar sebelumnya
dari orangtua mereka (Hurlo)k, %&';$.
6ika dikaitkan dengan bagaimana mengatasi arus inormasi yang bias gender
yang berasal dari tele+isi maka ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu=
%. Proses sosialisasi kesetaran gender yang konsisten.
Proses sosialisasi kesetaraan gender dalam keluarga haruslah
berlangsung dengan baik dan menjadi satu konsep yang konsisten serta
telah menjadi bagian dari setiap anggota keluarga sehingga ketika inormasi
bias gender yang mereka dapatkan dari tele+isi tidak mudah mengubah
pemikiran mereka.
!. Pelaksanaan ungsi keluarga dengan baik
Peraturan Pemerintah RI no !% tahun %& mengenai penyelenggaraan
pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan delapan ungsi keluarga
sebagai jembatan menuju terbentuknya sumberdaya pembangunan yang
handal dengan ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri, yaitu=
a. /ungsi 2eagamaan
Dalam keluarga dan anggotanya ungsi ini perlu didorong dan
dikembangkan agar kehidupan keluarga sebagai ahana persemaian
nilainilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh
iman dan taka kepada Tuhan Eang -aha Fsa. /ungsi keagaamn juga
memandang baha setiap orang sama dihadapan Tuhan, baik status
maupun jenis keelamin, yang membedakan adalah keimanan seseorang.
b. /ungsi 1osial Budaya
/ungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang
beraneka ragam dalam satu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan
ayah dan ibu untuk dapat mengajarkan dan meneruskan tradisi,
kebudayaan dan sistem nilai moral kepada anaknya. Hal tersebut juga
!:
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
24/28
berarti mengambil halhal positi mengenai peran gender dalam setiap
kebudayaan dan meninggalkan yang kurang baik.
). /ungsi Ginta kasih
Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan
anaknya serta hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga
menjadi adah utama bersemainya kehidupan yang penuh )inta kasih
lahir dan batin. Ginta menjadi pengarah dari perbuatanperbuatan dan
sikapsikap yang bijaksana. Hal ini terujud dari sikap saling menghargai
peran masingmasing.
d /ungsi -elindungi
/ungsi ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa aman dan
kehangatan pada setiap anggota keluarga dengan men)iptakan keadilan
serta kenyamanan tidak hanya pada anggota keluarga jenis kelamin
tertentu.
e /ungsi Reproduksi
/ungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan
yang diren)anakan dapat menunjang ter)iptanya kesejahteraan manusia di
dunia yang penuh iman dan taka. Hal tersebut juga berarti apapun jenis
kelamin anak yang dikandung tetap diterima dengan penuh rasa syukur.
/ungsi 1osialisasi dan Pendidikan
/ungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik
keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di
masa yang akan datang. Hal ini juga berarti menanamkan peran masing
masing tidak karena dominan atau tidak melainkan memperkenalkan peran
masingmasing jenis kelamin dengan seimbang. 1erta memberikan
pendampingan dan juga bimbingan bahkan pengontrolan ketika menonton
tele+isi.
!#
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
25/28
g /ungsi Fkonomi
/ungsi keluarga sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga. Hal ini juga berarti setiap anggota keluarga apaun jenis
kelaminnya turut berperan dalam perekonomian keluarga.
h /ungsi Pembinaan ingkungan
-emberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri
se)ara serasi, selaras, seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan
lingkungan yang berubah se)ara dinamis. Hal ini juga berarti memandang
baha setiap jenis kelamin melaksanakan perannya sesuai dengan
perannya tidak berdasarkan jenis kelamin tapi berdasarkan kompetensi.
!@
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
26/28
Bab (
Penutu'
A. Kesim'ulan
2eluarga sebagai ahana utama dan pertama terjadinya sosialisasi pada anak.
2arena pertama, anak kali pertama berinteraksi dengan ibunya (dan anggota
keluarga lain$3 kedua pengalaman dini belajar anak (terutama sikap sosial$ aal
mula diperoleh di dalam rumah dan ketiga, keluarga sesuai peran dan ungsinya
diidentikan sebagai tempat pengasuhan yang didalamnya men)akup proses
sosialisasi yang sekaligus bertanggung jaab untuk menumbuhkembangkan
anggota keluarganya, dengan tidak boleh mengabaikan aktor nilai, norma dan
juga tingkah laku yang diharapkan baik dalam lingkungan keluarga ataupun
lingkungan yang lebih luas (masyarakat$. Dalam mengatasi arus inormasi yang
bias gender yang berasal dari tele+isi maka ada dua hal yang harus dilakukan,
yaitu=
%. Proses sosialisasi kesetaran gender yang konsisten.
Proses sosialisasi kesetaraan gender dalam keluarga haruslah
berlangsung dengan baik dan menjadi satu konsep yang konsisten serta
telah menjadi bagian dari setiap anggota keluarga sehingga ketika inormasi
bias gender yang mereka dapatkan dari tele+isi tidak mudah mengubah
pemikiran mereka.
!. Pelaksanaan ungsi keluarga dengan baik
Delapan ungsi keluarga sebagai jembatan menuju terbentuknya
sumberdaya pembangunan yang handal dengan ketahanan keluarga yang
kuat dan mandiri, yaitu=
a. /ungsi 2eagamaan
b. /ungsi 1osial Budaya
). /ungsi Ginta kasih
d. /ungsi -elindungi
!7
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
27/28
8/19/2019 Kti Gender Dan Televisi
28/28
Daftar Pustaka
Badri, -. !""7. Perempuan dalam Sinetron: Stereotipe, Diskriminasi, dan
Ketimpangan Gender . http=duniaesai.)omgendergender%%.htm. (online$
diakses !" -ei !""'.
Budiasih,2.!""@. Berani Nolak ! . Bandung = -ian.
Budiman,2.!""!.Di depan Kotak "#aib : Menonoton $ Sebagai Praktik% Konsumsi&Eogayakarta = Kalang Press.
Haniah, . !""7& Kamus'ender . http=situs.kesrepro.inogender+areerensi.htm.
(online$ diakses !" -ei !""'.
(apsari, ), *& +-& Menguak Seksisme dan Kekerasan Dalam )umah angga..parasindonesia.)omread.php