Post on 02-Jul-2015
Kontrol Sosial , menurut : Peter l.Berger ;
Adalah bbg cara yg digunakan Masy. Untuk menertibkan anggota yg membangkang
Roucek & Warren ;Adalah proses yg terencana atau tdk untuk mengajar individu agar dpt menyesuaikan diri dgn kebiasaan dan nilai2 kelompok tempat mereka tinggal
Soeryono Soekanto ;
Adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak , yg bertujuan untuk mengajak, membimbing bahkan memaksa warga masy. Agar mematuhi nilai2 dan kaidah2 yang berlaku
Soetandyo Wignyosoebroto ;adalah semua cara yang ditempuh dan semua sarana yang digunakan untuk mengendalikan tingkah pekerti warga masyarakat atau sebagai sarana pemaksa yg akan segera dilaksanakan dengan menggunakan kekuatan fisik ataupun psikik, manakala proses sosialisasi tidak menghasilkan efek ketertiban sebagaimana diharapkan
Kontrol Sosial tidak akan dikenakan kpd warga, bila warga itu mematuhi bbg norma sosial yang berlaku dalam bersikap dan berperilaku.
Apabila norma sosial telah dipatuhi warga masy. tanpa kekerasan ataupun paksaan, maka dpt dikatakan bhw norma sos tsbt telah punya kekuatan sendiri (self enforcing)
Kontrol Sosial Formal◦ Pengendalian sosial yang menggunakan proses atau
sosialisasi yang telah melembaga dengan pengawasan negara atau badan2 yang menggun prosedur yang tetap dan dibuat scr tertulis
Kontrol Sosial Informal◦ Pengendalian sosial dengan menggunakan proses yang
belum melembaga secara kelembagaan melalui norma2 sosial dengan sanksi biasanya diekspresikan dalam bentuk pujian, celaan, pengucilan. dsb
Penyebab Perilaku Menyimpang mnrt Soeryono Soekanto, al. : karena
1.Norma sos. yang ada tdk memuas kan bagi pihak ttt karena tdk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.2. Norma sos. yg ada kurang jelas perumusannya shg menimbulkan aneka penafsiran/penerapannya3. Di dlm masy terjadi konflik antara peranan2 yg dipegang
warga4. Tdk mungkin untuk mengatur kepentingan semua warga
masy
Selain faktor tersebut mengapa individu menyimpang al.;
1. Individu tdk mendapatkan sosialisasi yg cukup memadai
2. Kontrol sosial yang lemah3. Sanksi yang relatif ringan4. Menyimpang itu menguntung kan
Sarana Kontrol sosial dapat berupapemberian1. Sanksi (punishment)2. Penghargaan ( reward)
Sanksi : akan bekerja secar represifUntuk menekan warga dengan pemberian
pembebanan penderitaan bagi siapa saja yang melanggar norma sosial.
Informal positive sanctions : senyuman, jabat tangan, dsb.
Informal negative sanctions: secara spontan, ex: gosip, muka masam, dsb.
Formal positive sanctions: urusan umum yang berhub dg keagamaan (ekspresi perilaku yang dibenarkan dalam kelompok sosialnya) : hadiah, pangkat, dsb.
Formal negative sanctions : ketidakbenaran yang melembaga yang ada dalam masyarakat, sekolah, organisasi, dsb. Ex: denda, pengusiran, penjara
Macam2 Sanksi adalah :
1. Sanksi ekonomi, yaitu pembebanan penderitaan eko spt denda, ganti rugi, sita dll
2. Sanksi Fisik, yaitu pembebanan penderitaan fisik spt, dipukul, cubit, cambuk, pancung, tembak dll
3. Sanksi Psikologis, yaitu pembebanan penderitaan kejiwaan spt dicemooh, diejek dipermalukan didepan umum
Pemberian penghargaan dpt juga berfungsi sbg sarana kontrol sos yg bekerja secara preventif
Macam2 Penghargaan adalah : 1. Ekonomi : misalnya rangsangan akan diberi uang atau benda2 ekonomis lainnya2. Fisik : misalnya dibelai, dicium, disalami dan sebagainya3. Psikologis: misalnya disanjung, dipuji dan sejenisnya
Efektif tdknya kontrol sos setidaknya dipengaruhi oleh :
1. Menarik tdknya kelompok bagi para wargaanya 2. Otonom tdknya kelompok itu3. Beragam tdknya norma yg berlaku pada masyarakat itu4. Banyak sedikitnya dan anomik tdknya kelompok itu5. Toleran tdknya petugas kontrol sosial thdp pelanggaran yg terjadi
Toleran tidaknya petugas kontrol sosial dipengaruhi oleh faktor :
1. Ekstrim tdknya pelanggaran itu2. Situasi sos ketika pelanggaran itu terjadi3. Status dan reputasi pelanggar4. Azasi tidaknya nilai yang dilanggar
Aparat Kontrol Sosial adalah :1. Masyarakat, mereka ini pd umumnya tdk ada
wkt yg cukup krn wktnya untk mencari pemenuhan kebutuhan hidup dan keterbatasan
kemampuan, kmdn dipercayakan kepada pemerintah
2. Aparat kepolisian, ketua adat, tokoh masyarakat, pimpinan sekolah dan sebagainya
Pemaksaan melalui konformitas : ideologi, bahasa, seni, rekreasi, organisasi rahasia, teror, pengendalian ekonomi, perencanaan ekonomi dan sosial