Post on 27-Jan-2017
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN
NOMOR 2 TAHUN 2008
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PASURUAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka kesinambungan pembangunan maka
perencanaan pembangunan di daerah harus terintegrasi seiring, selaras dan tidak meninggalkan asas-asas demokrasi menuju pada arah yang sama, sebagaimana yang dimaksud Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
b. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Tahun 1950);
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);
5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
2
6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025; (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 14 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Kabupaten Pasuruan 2003-2008.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASURUAN
dan
BUPATI PASURUAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Pasuruan 2005-2025 yang selanjutnya disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah dokumen perencanaan makro Kabupaten Pasuruan untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2025;
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Pasuruan periode 5 (lima) tahunan, yaitu RPJMD I Tahun 2008-2013, RPJMD II Tahun 2013-2018, RPJMD III Tahun 2018-2023 dan RPJMD IV Tahun 2023-2028.
BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN PASURUAN
Pasal 2
(1) Program Pembangunan Kabupaten Pasuruan periode 2005-2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJP Kabupaten Pasuruan 2005-2025.
(2) Rincian dari program dan pembangunan Kabupaten Pasuruan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdapat pada Lampiran Peraturan Daerah.
3
Pasal 3
(1) Program Pembangunan Kabupaten Pasuruan periode 2005-2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJP Nasional dan RPJP Propinsi Jawa Timur dan komitmen para pemangku kepentingan (stakeholder) yang berorientasi pada karakteristik Kabupaten Pasuruan, sinergis, koordinatif dan sustainable dalam pelaksanaan serta terarah menuju masyarakat Kabupaten Pasuruan yang diidamkan 17 (tujuh belas) kedepan.
(2) RPJPD memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen (Pemerintah, masyarakat, swasta) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama yang disusun dalam bentuk rumusan, visi, misi dan arah pembangunan Kabupaten Pasuruan.
Pasal 4 (1) RPJPD sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan satu kesatuan dan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) RPJPD sebagaimana dimaksud ayat (1) menjadi pedoman untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah atau periode 5 (lima) tahun, yang selanjutnya disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
BAB III
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 5
(1) Bupati melakukan pengandalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Kabupaten Pasuruan.
(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 6
(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindari kekosongan rencana pembangunan daerah, Kepala Daerah yang sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya wajib menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk tahun pertama periode pemerintahan berikutnya.
(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun pertama periode pemerintahan Kepala Daerah berikutnya.
(3) Untuk masa Pemerintahan Kepala Daerah periode tahun terakhir dari tapan RPJP Kabupaten Pasuruan ini berkewajiban menyusun RPJP periode berikutnya.
4
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan.
Ditetapkan di Pasuruan pada tanggal 10 April 2008
BUPATI PASURUAN,
ttd.
H. JUSBAKIR ALDJUFRI, SH, MM Diundangkan di Pasuruan pada tanggal 10 April 2008
SEKRETARIS DAERAH, ttd.
Drs. H. MACHMUD RIEF Pembina Utama Muda NIP. 510 054 806 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2008 NOMOR 02
5
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2008
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005 – 2025
I. UMUM
Pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 yang mengamanatkan daerah untuk menyusun Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Dalam penyusunan Peraturan Daerah tentang RPJPD ini, Pemerintah Daerah berpedoman pada landasan idiil yaitu Pancasila dan landasan konstitusional Undang-undang Dasar 1945 serta landasan operasional yang meliputi seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pembangunan Kabupaten Pasuruan.
RPJPD Kabupaten Pasuruan sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan dengan maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan di Kabupaten Pasuruan (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) dalam menyelengggarakan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. RPJPD Kabupaten Pasuruan memiliki tujuan umum untuk menyusun perencanaan pembangunan yang berdasar pada karakteristik Kabupaten Pasuruan, sinergis, koordinatif dan sustainable dalam pelaksanaan serta terarah menuju Masyarakat Kabupaten Pasuruan yang diidamkan 20 tahun ke depan.
Di dalam RPJPD Kabupaten Pasuruan memuat analisis kondisi umum daerah, tantangan, potensi, dan modal dasar pembangunan Kabupaten Pasuruan, sehingga berdasarkan analisis-analisis tersebut RPJPD Kabupaten Pasuruan memuat visi: ”Kabupaten Pasuruan yang berdaya saing, sejahtera, dan religius”, dengan harapan dapat mewujudkan keinginan dan amanat masyarakat Kabupaten Pasuruan dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 dan Pasal 2 : Cukup jelas Pasal 3 : RPJMD ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pasal 4 : Cukup jelas
6
Pasal 5 Ayat (1) : Kepala Daerah terpilih periode berikutnya tetap mempunyai
kewenangan untuk menyempurnakan RKPD dan APBD tahun pertama pemerintahannya melalui mekanisme Perubahan APBD.
Ayat(2) : Cukup jelas
Ayat(3) : Penyusunan RPJPD tahun berikutnya, dimaksudkan untuk menghindari kekosongan dokumen perencanaan pembangunan daerah setelah berakhirnya RPJPD Tahun 2005–2025.
Pasal 6 : Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 204
7
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR : 02 TAHUN 2008 TANGGAL : 10 APRIL1 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.PENGANTAR
Merujuk keinginan dari Pemerintah setelah Amandemen Undang-Undang Dasar 1945
yaitu dengan tidak dibuatnya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang selama
ini merupakan pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional. Kita sadar
bahwa terdapat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, maka sangat diperlukan suatu
perencanaan yang komprehensif dan mampu menggambarkan secara gamblang visi
dan misi jangka panjang pembangunan. Oleh karena itu, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) menjadi penting untuk dibuat agar arah dan prioritas
pembangunan secara bertahap dapat diwujudkan sesuai dengan amanat UUD 1945.
Untuk mewujudkan tujuan Nasional tersebut, maka seluruh perencanaan
pembangunan di daerah harus terintegrasi, seiring, selaras dan tanpa meninggalkan
azas-azas demokrasi. RPJP Daerah dibuat untuk menuju pada arah yang sama dengan
RPJP Nasional sebagaimana konsep sistem perencanaan pembangunan nasional.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan
kegiatan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang 20 (dua
puluh) tahun kepada seluruh Pemerintah Daerah baik Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Selanjutnya dokumen RPJP digunakan sebagai pedoman untuk penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 5 (lima) tahunan.
1.2.PENGERTIAN
RPJP adalah dokumen perencanaan pembangunan makro yang berisi visi, misi dan
arah pembangunan jangka waktu 20 tahun. Dokumen RPJP merupakan
kesepakatan/komitmen kebijakan yang pasti namun fleksibel dalam tahapan
pelaksanaannya. Tahapan RPJP seharusnya menjadi dasar bagi siapapun pelaku
pembangunan termasuk para calon pemimpin dalam membuat visi dan misi yang
8
akan dibawakan dalam kampanye periodeisasi politik. Dengan demikian melalui
dokumen RPJP pelaksanaan pembangunan akan dapat terintegrasi dan secara jelas
akan menunjukkan arah pembangunan yang pasti.
1.3.MAKSUD DAN TUJUAN
1.3.1. Maksud
RPJP Kabupaten Pasuruan 2005-2025 sebagai dokumen perencanaan
pembangunan untuk jangka waktu 20 Tahun dimaksudkan untuk memberikan
arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen di Kabupaten Pasuruan
ini (Pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan dunia industri) di dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama sesuai dengan visi, misi dan arah
pembangunan yang telah disepakati bersama. Proses penyusunan harus
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku
pembangunan, sehingga upaya yang akan dilakukan oleh masing-masing
pelaku pembangunan dapat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu
dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak menuju cita-cita
Kabupaten Pasuruan.
1.3.2. Tujuan
UMUM : “Menyusun perencanaan pembangunan yang berdasar pada
karakteristik Kabupaten Pasuruasn, sinergis, koordinatif dan
sustainable dalam pelaksanaan serta terarah menuju Masyarakat
Kabupaten Pasuruan yang diidamkan 20 tahun ke depan”
KHUSUS : 1. Menganalisa, kondisi umum Kabupaten Pasuruan 10 tahun
terakhir;
2. Memprediksi kondisi Kabupaten Pasuruan 20 tahun kedepan;
3. Merumuskan visi, misi dan arah pembangunan Kabupaten
Pasuruan 20 tahun kedepan;
4. Mendapatkan komitmen para pemangku kepentingan
pembangunan untuk perencanaan pembangunan 20 tahun
kedepan;
1.4.LANDASAN HUKUM
9
Landasan hukum Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten
Pasuruan 2005-2025, adalah:
1. Undang-Undang Nomor 32,Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
4. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ/2005 tanggal 11 Agustus
2005 tentang Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah, “bahwa
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah RPJP Propinsi Jawa Timur ditetapkan,
maka RPJP Daerah juga harus ditetapkan”. Draft RPJP Nasional dan Draft RPJP
Propinsi Jawa Timur pada tahun 2005 telah selesai dan, sekarang pada proses
pembahasan di Legislatif (DPR);
1.5.TATA URUT
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025
disusun dalam tata urut sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Kondisi Umum
Bab III : Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025
Bab IV : Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025
Bab V : Penutup
BAB II KONDISI UMUM
10
2.1. KONDISI SAAT INI
2.1.1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
A. Berdasarkan kondisi morfologi, Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari
kawasan pantai (Kecamatan Nguling, Kecamatan Kraton, Kecamatan
Lekok, Kecamatan Bangil), dataran rendah, perbukitan dan pegunungan.
Masyarakat Kabupaten Pasuruan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
masyarakat, yaitu: Kelompok masyarakat dengan budaya Madura,
Kelompok masyarakat dengan budaya Jawa Timur-an, dan Kelompok
masyarakat Tengger. Perbedaan kesukuan tersebut diharapkan semakin
memperkaya budaya dan memperkuat persatuan masyarakat. Sementara
itu, kondisi sosial budaya masyarakat Tengger yang unik, merupakan aset
budaya Kabupaten Pasuruan sekaligus sebagai daya tarik wisata budaya
yang diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian Kabupaten
Pasuruan.
B. Jumlah penduduk Kabupaten Pasuruan pada tahun 2005 mencapai
1.447.930 jiwa, di mana usia produktif sebesar 65,48% dan rata-rata
pertumbuhan penduduk selama lima tahun terakhir (2001-2005) sebesar
3,16%, angka ini masih sangat tinggi dibandingkan dengan tingkat
nasional yaitu sebesar 1,34% pada tahun yang sama. Pertambahan
penduduk yang tinggi disebabkan banyak hal, disamping banyaknya
pendatang yang datang ke Kabupaten Pasuruan, sosialisasi Keluarga
Berencana dan keluarga Sejahtera semakin rendah, yang disebabkan
kurangnya regenerasi dari tenaga lapang. Tetapi disisi lain, jumlah
penduduk yang besar (khususnya usia produktif) merupakan modal
sumberdaya yang berharga untuk pelaksanaan pembangunan. Rata-rata
kepadatan penduduk di Kabupaten Pasuruan mencapai 982 jiwa penduduk
per km2 dengan tingkat penyebaran yang tidak merata, di mana sebagian
besar terkonsentrasi di ibukota kabupaten. Kondisi ini diakibatkan oleh
ketersediaan sarana dan prasarana di wilayah perkotaan yang lebih
memadai.
C. Mayoritas penduduk Kabupaten Pasuruan sampai dengan tahun 2005
adalah beragama Islam dengan prosentase mencapai 98%. Dominasi ini
semakin menguatkan citra Kabupaten Pasuruan sebagai kota santri dengan
ulama (pemimpin agama) serta pesantren sebagai pusat budayanya.
11
Pemahaman struktur penduduk berdasarkan agama ini, dilihat dari sisi
manajemen pemerintahan sangat diperlukan untuk menetapkan strategi
yang paling efektif dalam pelaksanaan program-program pembangunan.
Dengan dilibatkan peran ulama dalam proses pembuatan kebijakan,
diharapkan pelaksanaan program-program pembangunan ke tengah
masyarakat akan lebih mudah diterima tanpa ada muncul gejolak
penolakan. Selain itu, diharapkan pemahaman agama ini akan mendorong
masyarakat mengimplementasikan nilai–nilai agama dalam segala aspek
kehidupan.
D. Berdasarkan tingkat pendidikannya, sampai dengan tahun 2004, penduduk
Kabupaten Pasuruan sebesar 37,6% belum tamat SD dan yang sudah
tamat SD mencapai 36,2% serta yang tamat SLTP mencapai 16%. Hal ini
menunjukkan kualitas pendidikan masih sangat rendah, proses wajib
belajar belum berjalan dengan baik, dan rendahnya kesadaran terhadap
pentingnya pendidikan formal. Dari segi tenaga pendidikan, prosentase
tenaga pendidik yang berkeahlian (bergelar minimal S1 dan S2) masih
rendah, rata-rata hanya mencapai 30% di tiap sekolah SMP dan SMA. Hal
ini disebabkan masih banyak sekolah yang belum merekrut guru yang
berkualifikasi sesuai jenjang pendidikan. Disamping itu perlu perbaikan
dalam manajeman sekolah dan perbaikan kurikulum, untuk daya saing
lulusan. Sarana prasarana pendidikan yang layak masih rendah seperti
ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, di mana sampai dengan tahun
2004 ketersediaan gedung dan perabot yang layak untuk SD/MI mencapai
60%, SMP/MTS sebesar 30% dan SMA/MA baru mencapai 13%. Hal ini
disebabkan keterbatasan anggaran pendidikan dan belum optimalnya
peran pendidikan dan Komite Sekolah. Selain itu pada tahun 2004 IPM di
Kabupaten Pasuruan sebesar 62,66, angka ini masih rendah jika
dibandingkan dengan propinsi Jawa Timur yang IPM-nya mencapai 64,1
dan IPM nasional sebesar 68,7. IPM yang relatif rendah menggambarkan
tingkat kesejahteraan dan pendidikan yang relatif rendah juga.
E. Dari tingkat kesehatan masyarakat, maka dapat diukur melalui beberapa
indikator. Tingkat harapan hidup penduduk di Kabupaten Pasuruan pada
tahun 2005 mencapai 65,83%, angka ini masih rendah dibandingkan
dengan angka harapan hidup tingkat nasional (69,8) dan propinsi Jawa
Timur (70,0). Hal ini menunjukan bahwa kualitas pelayanan kesehatan
12
yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan masih kurang baik.
Dari tingkat rawan gizi, sebesar 54% kecamatan sudah bebas rawan gizi.
Rendahnya kecamatan yang bebas rawan gizi ini disebabkan terjadi
peningkatan jumlah keluarga miskin, kerusakan lahan pertanian dan
peningkatan jumlah balita gizi buruk. Selain itu terjadi peningkatan angka
morbiditas (kasus penyakit) seperti DBD, HIV, TB, Kusta, dan HIV.
Khusus untuk kasus HIV kabupaten mendapat perhatian serius dari
pemerintah pusat maupun nasional. Peningkatan angka morbiditas ini
tidak terlepas dari belum optimalnya pelayanan kesehatan masyarakat,
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang kurang memadai, dan
tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat masih rendah terutama di
daerah pedesaan.
F. Jumlah rumah tangga miskin (Pra-Sejahtera) Kabupaten Pasuruan tahun
2005 sebesar 26,20 % dari seluruh rumah tangga. Masih tingginya rumah
tangga miskin menunjukkan masih banyaknya rumah tangga yang belum
bisa menikmati hasil pembangunan. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa
proses pembangunan belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Konsentrasi keluarga miskin yang ada di Kabupaten Pasuruan sebagian
besar berada di sektor pertanian, padahal 30% penduduk di Kabupaten
Pasuruan bekerja di sektor pertanian.
G. Pemberdayaan perempuan dan anak merupakan faktor penting didalam
proses pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan. Hal ini perlu
dilakukan karena perempuan dan anak merupakan kelompok yang paling
rentan didalam proses pembangunan yang dilakukan selama ini. Saat ini
kualitas perempuan, khususnya di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi
dan politik masih cukup rendah. Dengan meningkatnya kualitas
perempuan, maka pemberdayaan anak juga akan semakin mudah
dilakukan.
H. Pembangunan bidang budaya ditujukan untuk melihat kemajuan yang
ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap keragaman budaya,
pentingnya toleransi, dan pentingnya sosialisasi penyelesaian masalah
tanpa kekerasan, serta berkembangnya interaksi antar budaya. Pemahaman
terhadap keragaman budaya ini sangat penting mengingat dampak yang
ditimbulkan dari pemahaman yang salah cukup besar. Saat ini, situasi di
Kabupaten Pasuruan cukup baik, walaupun pemahaman akan perbedaan
13
masih perlu dibangun secara terus menerus. Selain itu, pembangunan
budaya diharapkan menghasilkan penghargaan pada nilai budaya dan
bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, dan rasa cinta tanah air
(kesatuan dan persatuan bangsa).
2.1.2. Ekonomi
A. Dilihat dari kontribusi sektor PDRB menurut tahun 2005, perekonomian
Kabupaten Pasuruan didukung oleh 3 sektor utama, yaitu Industri
Pengolahan (31,96%), pertanian (26,21%), dan perdagangan dan jasa
(20,63%). Selama lima tahun terakhir terjadi penurunan kontribusi sektor
primer (pertanian), sedangkan sektor industri pengolahan, perdagangan
dan jasa mengalami kenaikan meskipun lambat. Hal ini menunjukkan
terjadinya pergeseran pola pembangunan, dari sektor agraris ke sektor
industri, perdagangan dan jasa. Dibandingkan dengan kondisi ekonomi
propinsi, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pasuruan cenderung
lamban. Pertumbuhan PDRB rata-rata mencapai 4% per tahun dan ini
masih di bawah angka pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur
maupun Nasional.
B. Tingkat inflasi di Kabupaten Pasuruan menunjukkan kecenderungan
menurun. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah produksi barang dan
jasa yang didukung oleh tingkat harga yang relatif stabil (inflasi tahun
2005 sebesar 11,31%, sedangkan nasional mencapai 17,11%). Pendapatan
perkapita menunjukkan trend peningkatan yang lebih besar dari tingkat
inflasi. Tentunya ini akan berpengaruh pada peningkatan daya beli
masyarakat. Pendapatan perkapita di Kabupaten Pasuruan pada tahun
2005 atas dasar harga konstan sebesar 5,3 juta, angka ini masih rendah
dibandingkan pendapatan perkapita nasional yang mencapai 7 juta.
Walaupun demikian trend pendapatan per kapita terus naik, dan kenaikan
ini ternyata tidak diimbangi oleh pemerataan pendapatan. Hal ini
ditunjukkan oleh masih banyaknya masyarakat berpendapatan rendah.
Hal ini juga menunjukkan pembangunan yang belum merata di wilayah
Kabupaten Pasuruan.
C. Dilihat dari APBD Kabupaten Pasuruan, sisi penerimaan pemerintah
Kabupaten Pasuruan masih sangat tergantung pada pemberian pemerintah
pusat, yaitu melalui dana perimbangan. Dana perimbangan ini sudah
14
mencapai rata-rata masih di atas 80% (dalam kurun waktu tahun 2003-
2005) dari total penerimaan Kabupaten Pasuruan. Sedangkan PAD rata-
rata hanya menyumbang 11% dari total penerimaan meskipun dari tahun
ke tahun terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten
Pasuruan masih jauh dari kemandirian untuk pembiayaan pembangunan
didaerahnya. Dari sisi belanja, belanja untuk aparatur daerah masih sangat
tinggi, sedangkan untuk belanja publik masih relatif kecil. Hal ini belum
menunjukkan keberpihakan anggaran kepada masyarakat melalui
anggaran pembangunan, APBD sebagaian besar habis hanya untuk
pengeluaran rutin atau belanja aparatur pemerintah. Anggaran
pembangunan yang relatif kecil tentunya akan menyebabkan pertumbuhan
ekonomi yang lambat, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pun
juga akan stagnan.
D. Angkatan kerja di Kabupaten Pasuruan masih tinggi, dengan rata-rata di
atas 50% (dalam kurun waktu tahun 2001-2005) dari total jumlah
penduduk di Kabuten Pasuruan. Jumlah penduduk yang belum/tidak
bekerja pada tahun 2005 mencapai 40,08% dari total penduduk. Tingginya
angkatan kerja dan pengangguran disebabkan oleh terbatasnya lapangan
kerja serta dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara keseluruhan,
baik di tingkat propinsi maupun nasional.
E. Kabupaten Pasuruan memiliki 7 (tujuh) jenis industri formal yang terbagi
dalam skala kecil, menengah dan besar (Renstra Kabupaten Pasuruan
Tahun 2005). Jenis industri formal tersebut tersebar di wilayah kecamatan
sesuai dengan karakteristik peran dan fungsi wilayah yang sesuai dengan
potensi pengembangan industri formal. Kabupaten Pasuruan juga
memiliki sentra industri kecil (industri informal) yang terbagi dalam
berbagai skala. Perkembangan sektor industri dapat dilihat dari
peningkatan jumlah ijin usaha industri, jumlah investasi industri formal,
dan peningkatan jumlah industri informal. Pertumbuhan investasi dan
peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap dalam lapangan kerja
menunjukkan kondisi perekonomian sudah mulai membaik dan iklim
dunia usaha secara bertahap sudah mendukung pengembangan dunia
usaha termasuk pengembangan industri informal.
F. Ketimpangan wilayah di Kabupaten Pasuruan masih terjadi, terutama
antara wilayah Barat dan Timur. Wilayah Barat telah berkembang cukup
15
baik dengan didukung oleh industri dan pertaniannya. Perkembangan di
wilayah Barat juga terkait oleh kondisi infrastruktur yang cukup
mendukung perkembangan wilayah tersebut. Sedangkan wilayah Timur,
merupakan daerah yang kurang berkembang dikarenakan kurangnya
sektor industri yang berkembang di wilayah tersebut. Hal disebabkan
lemahnya kondisi infrastruktur di daerah tersebut. Sebagian besar
masyarakat di wilayah Timur adalah nelayan dan petani, yang sangat
memerlukan dukungan infrastruktur, permodalan serta program
pemberdayaan yang lain.
G. Pengembangan sektor industri melalui pengembangan kawasan industri
yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi baru. Pengembangan
kawasan industri ini perlu dilakukan mengingat perkembangan industri
perlu ditata dan dikelola dengan baik, mengingat dampak lingkungan
(fisik dan sosial) yang ditimbulkan. Saat ini, kawasan industri di
Kabupaten Pasuruan masih belum berkembang dengan baik. Untuk
efisiensi penggunaan ruang dan biaya pembangunan infrastruktur maka
pengelolaan pengembangan kawasan yang baik sangat diperlukan. Pada
Tahun 2005 Komposisi industri di Kabupaten Pasuruan di dominasi oleh
industri infomal, di mana prosentasnya mencapai 91%, sedangkan untuk
industri kecil dan industri besar/sedang prosentase 5% dan 3,7%. Sektor
industri besar/sedang memegang peranan penting dalam menyerap tenaga
kerja, hal ini dapat dilihat dari pekerja yang ada di sektor industri, 72,3%
tertampung di industri besar/sedang, meskipun pada kenyataannya industri
besar/sedang hanya 3,7% dari total industri yang ada. Sektor informal
berkaitan langsung dengan aktifitas masyarakat kalangan bawah, seperti
PKL, usaha kecil dan menengah yang tidak terdaftar resmi oleh
pemerintah daerah. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) di
Kabupaten Pasuruan kurang mempunyai jaringan yang kuat untuk
melakukan pemasaran terhadap produk-produk yang dihasilkan,
disamping itu kurang adanya pengembangan dan inovasi terhadap produk
yang dihasilkan sehingga KUKM sulit berkembang dan belum mampu
menyerap tenaga kerja secara signifikan.
H. Meskipun sektor pertanian tingkat pertumbuhannya relatif lebih lambat
dibanding sektor lainnya, tetapi sektor ini berperan penting dan
16
menentukan dalam mendongkrak volume PDRB setiap tahunnya.
Lambatnya pertumbuhan di sektor pertanian disebabkan karena :
- komitmen pemberdayaan pertanian secara umum (peningkatan
ketahanan pangan, SDM penyuluh dan petani) masih perlu ditingkatkan,
- Belum teraplikasinya hasil penelitian dari lembaga-lembaga litbang baik
swasta maupun pemerintah dalam menunjang pembangunan sektor
pertanian di wilayah
- Sumberdaya alam yang berupa lahan sawah produktif semakin
berkurang sebagai akibat pengembangan kawasan industri
- Sarana dan prasarana penyuluhan pertanian belum memadai
Produk sub sektor pertanian terbagi dalam dua komoditi utama yaitu
pertanian tanaman pangan dan holtikultura. Produksi pertanian tanaman
pangan yang meliputi komoditas padi dan palawija dari tahun ke tahun
terjadi fluktuasi, karena selalu mendapatkan tantangan dari kondisi
alam/iklim yang berpengaruh besar terhadap kondisi pertanaman. Pada
realitanya, jumlah produksi padi terjadi kenaikan 3,32% dari tahun 2004
di mana jumlah produksi sebesar 451.828 ton menjadi sebesar 466.854 ton
di tahun 2005 serta produktifitasnya mengalami kenaikan dari 61,10
kwintal/ha di tahun 2004 menjadi 61,57 kwintal/ha di tahun 2005 atau
mengalami peningkatan sebesar 0.77%. Sedangkan produksi tanaman
jagung mengalami peningkatan dari 102.140 ton di tahun 2004 menjadi
127.636 ton di tahun 2005. Hal ini disebabkan adanya peningkatan
produktifitas dari 34,40 kwintal/ha di tahun 2004 menjadi 37,74 ha di
tahun 2005. Begitu pula peningkatan produksi tanaman kedelai dari
40.956 ton pada tahun 2004 menjadi sebesar 42.443 ton di tahun 2005.
Serta dari sisi produktifitas terjadi peningkatan dari 15,09 kwintal/ha di
tahun 2004 menjadi 15,13 kwintal/ha di tahun 2005. Adapun komoditi
holtikultura yang termasuk komoditi unggulan daerah untuk tanaman
sayuran meliputi kentang, kubis, wortel, dan paprika. Sedangkan untuk
tanaman buah-buahan antara lain buah mangga, apel, durian, dan salak
kersikan. Untuk tanaman hias meliputi bunga sedap malam, anggrek, dan
krisan.
I. Di sektor tanaman perkebunan mengalami peningkatan produksi sebesar
34.316 ton pada tahun 2004 menjadi sebesar 37.370 ton pada tahun 2005.
Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan produksi dari tanaman tahunan dan
17
tanaman musiman. Peningkatan produksi tanaman tahunan seperti kelapa,
kopi, cengkeh, kapuk randu, jambu mete dan kenanga dipengaruhi oleh
bertambahnya jumlah tanaman yang produktif dan adanya pembinaan
kelompok tani dengan meningkatkan kegiatan intensifikasi dan
pemeliharaan tanaman, sedang pada tanaman musiman (tebu, temu lawak,
kunyit dan jahe) karena intensifnya pembinaan usaha perkebunan dan
penggunaan varietas unggul baru.
J. Produksi perikanan yang terdiri dari: produksi perikanan kolam, perikanan
tambak, perikanan danau, perikanan laut, dan perikanan karamba jaring,
mengalami penurunan produksi dari 15.589 ton pada tahun 2004 menjadi
15.327,54 ton pada tahun 2005. Sektor yang mengalami penurunan yaitu
perikanan tambak yang mengalami penurunan dari 4.285,3 ton pada tahun
2004 menjadi 4.176,30 ton pada tahun 2005. Lalu perikanan danau yang
mengalami penurunan dari 672,20 ton pada tahun 2004 menjadi 113,99
ton pada tahun 2005 yang disebabkan adanya penurunan luas areal
produksi dari 36.600 ha pada tahun 2004 menjadi 198 ha pada tahun 2005.
Penurunan juga terjadi pada perikanan laut di mana pada tahun 2004
produksi mencapai 10.403,40 ton menjadi 9.993,00 ton pada tahun 2005.
Penurunan dari usaha penangkapan ikan di perairan umum yang
disebabkan adanya kemarau yang lebih panjang sehingga sungai, danau,
dan perairan umum lainnya mengalami kekeringan dan penangkapan ikan
di laut lebih disebabkan overfishing (padat armada tangkap) di perairan
selat Madura. Peningkatan produksi perikanan terjadi pada sektor usaha
perikanan kolam dan karamba. Produksi perikanan kolam mengalami
peningkatan dari 123,70 ton pada tahun 2004 menjadi 154,50 ton pada
tahun 2005. Hal ini disebabkan adanya bertambahnya luas areal produksi
dari perikanan kolam dari 31,40 ha pada tahun 2004 menjadi 32,10 ha
pada tahun 2005. Peningkatan produksi perikanan karamba tergolong
cukup tinggi yaitu sebesar 852,25% (lebih 8 kali lipat) dari tahun 2004
yang hanya sebesar 104,40 ton menjadi 889,75 ton pada tahun 2005.
K. Perkembangan hasil produksi sektor peternakan yang berupa produksi
daging, telur dan susu tahun 2004 dan 2005 nampak ada peningkatan
produksi daging sebesar 2.243,69 ton pada tahun 2005 dibanding pada
tahun sebelumnya. Begitu pula dengan produksi telur dan susu masing-
masing meningkat sebesar 528 ton dan sebesar 4.579,26 ton dibanding
18
tahun 2004. Peningkatan produksi peternakan sebagaimana tersebut di
atas, dipengaruhi oleh kenaikan jumlah populasi ternak dan didorong oleh
meningkatnya jumlah konsumen produk peternakan, yang mendorong
peternak untuk meningkatkan skala usahanya.
2.1.3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
A. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu kunci perubahan
dalam proses pembangunan. Pengembangan dan penguasaan IPTEK
sangat penting untuk kemajuan suatu daerah bahkan bangsa. Saat ini
pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam proses kebijakan pembangunan
masih sangat kurang. Hasil–hasil penelitian masih belum bisa diterapkan
didalam proses kebijakan pembangunan. Publikasi hasil penelitian
dipastikan semakin penting untuk meningkatkan kualitas pembangunan
dan sumberdaya manusia di Kabupaten Pasuruan.
B. Pengembangan IPTEK sangat terkait dengan budaya masyarakat. Oleh
karena itu, bagaimana perlu terus dilakukan sosialisasi hasil–hasil
penelitian kepada masyarakat sehingga pemahaman masyarakat akan
IPTEK makin baik. Selain itu, dengan pemahaman yang baik, maka
IPTEK akan menjadi bahan baku bagi proses produksi, proses politik dan
kinerja kelembagaan yang ada di masyarakat.
2.1.4. Sarana dan Prasarana
A. Secara umum jaringan angkutan umum belum menjangkau seluruh
wilayah Kabupaten Pasuruan. Sistem jaringan angkutan umum terdiri atas
rute trayek, terminal (4 buah) dengan berbagai tipe dan sub-terminal (23
buah). Wilayah Kabupaten Pasuruan dilalui jaringan jalan kereta api
Surabaya-Jember-Banyuwangi, Surabaya-Malang-Blitar, dan Jaringan
angkutan kereta api barang Banyuwangi-Surabaya-Jakarta-Cilegon.
Didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur sub bab
rencana pengembangan sistem jaringan kereta api disebutkan perlunya
pembangunan jaringan api komuter jalur Pasuruan-Surabaya untuk
pengembangan SWP Gerbangkertasusila.
19
B. Dari segi kualitas jalan, sampai dengan tahun 2004 sebesar 69,78% jalan
Kabupaten dalam kondisi baik (beraspal mantap), sedangkan jalan desa
baru 47,35% dalam kondisi baik. Masih besarnya kondisi jalan yang
belum beraspal baik jalan kabupaten maupun jalan desa akan berpengaruh
terhadap perkembangan ekonomi daerah, akses jalan yang tidak baik atau
rusak akan menyebabkan investor enggan berinvestasi. Pada prinsipnya
pembangunan transportasi baik jalan maupun jembatan adalah untuk
meningkatkan akses dan aliran barang dan jasa. Jika jalan sudah dibangun,
tetapi tidak mampu memperbaiki akses masyarakat/pelaku ekonomi serta
aliran barang dan jasa maka pembangunan tersebut bisa dikatakan gagal.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya ruas jalan yang merupakan akses
utama antar wilayah di Kabupaten Pasuruan dalam kondisi belum mantap
(jalan batu/makadam).
C. Sesuai dengan ketersediaan sumberdaya alam yang berupa lahan dan air,
maka untuk kebutuhan irigasi dan persediaan air bersih dibangun
bendungan dan fasilitas pendukungnya. Dalam hal irigasi belum semua
lahan pertanian mendapat pengairan dari saluran irigasi, masih banyak
yang mengandalkan hujan. Sedangkan untuk penyediaan air bersih sampai
tahun 2004, baru menjangkau 40,94% KK. Padahal penyediaan air bersih
ini sangat penting, mengingat kebutuhan industri dan pelayanan dasar bagi
masyarakat. Ini disebabkan oleh belum dimanfaatkannya secara optimal
sumber-sumber air yang ada serta keterbatasan dana untuk pembangunan
infrastruktur yang terkait.
D. Sampah merupakan salah satu faktor yang bisa menghambat keberhasilan
pembangunan. Untuk itu pengelolaan sampah perlu diatur dengan hati–
hati. Sampai dengan tahun 2003, pengelolaan sampah hanya dapat
menjangkau wilayah perkotaan. Dari jumlah keseluruhan industri yang
ada di Kabupaten Pasuruan hanya 0,07% saja yang memanfaatkan TPA
untuk membuang limbah industrinya. Sedangkan untuk jasa hotel hanya
6,45% hotel yang tidak memanfaatkan TPA untuk membuang limbah
industrinya. Selain itu masih adanya industri yang tidak dilengkapi dengan
sistem pengolahan limbah. Mengingat dampak yang akan muncul jika kita
gagal mengelolanya. Pengelolaan sampah selama ini masih sendiri-
sendiri, di masa mendatang pengelolaan sampah harus melibatkan daerah–
20
daerah sekitar (integrated solidwaste management) sehingga dapat
dikelola dengan prinsip–prinsip ekonomi (menghasilkan pendapatan).
Sedangkan dalam hal sanitasi (sampai dengan tahun 2003), di Kabupaten
Pasuruan baru 33,75% rumah tangga yang memilikinya, serta yang
memiliki saluran pembuangan air limbah sebesar 33,86% dari jumlah
rumah tangga.
E. Saat ini sumber energi satu–satunya bersumber kepada PLN maupun
Pertamina. Listrik dan BBM (Bahan Bakar Minyak) saat ini jumlahnya
semakin terbatas. Kebutuhan akan listrik dan BBM terus meningkat
sedangkan penyediaannya sangat terbatas. Pada tahun 2003, baru 53%
rumah tangga yag menjadi pelanggan PLN. Sedangkan jangkauan luas
layanan PLN di Kabupaten Pasuruan, tahun 2003 telah mencapai 98% dari
keseluruhan wilayah Kabupaten Pasuruan. Sampai saat ini, belum
ditemukan alternatif energi yang mampu menggantikan dan menambah
penyediaan energi bagi masyarakat dan industri. Sektor industri baik besar
maupun kecil, jasa dan masyarakat sangat membutuhkan pasokan energi
yang murah dan selalu ada.
2.1.5. Politik
A. Perkembangan politik di Kabupaten Pasuruan sudah cukup kondusif,
khususnya dilihat dari harmonisasi hubungan legislatif dan eksekutif serta
masyarakat. Komposisi dewan yang didominasi partai tertentu diharapkan
tidak mengurangi penyerapan aspirasi masyarakat untuk menghasilkan
keputusan yang bisa dinikmati secara bersama tanpa melihat golongan dan
partai.
B. Demokratisasi sebagai gambaran dari dinamika politik diharapkan mampu
menghasilkan peraturan–peraturan daerah yang menguntungkan dan
mendorong kegiatan ekonomi baru. Diharapkan Perda yang dihasilkan
tidak berdampak negatif terhadap kegiatan ekonomi yang sudah ada,
untuk itu proses pembuatan perda diharapkan melibatkan pihak–pihak
yang terkait dengan Perda yang dihasilkan.
C. Kemajuan demokrasi terlihat pula dengan telah berkembang kesadaran-
kesadaran terhadap hak-hak sah masyarakat dalam kehidupan politik,
yang dalam jangka panjang diharapkan mampu menstimulasi masyarakat
lebih jauh untuk makin aktif berpartisipasi dalam mengambil inisiatif bagi
21
pengelolaan urusan-urusan publik. Perkembangan ini tidak terlepas dari
berkembangnya peran partai politik dan masyarakat sipil. Disamping itu,
kebebasan pers dan media telah jauh berkembang yang antara lain ditandai
dengan adanya peran aktif pers dan media dalam menyuarakan aspirasi
masyarakat dan melakukan pengawasan terhadap penyelenggaran
pemerintahan.
2.1.6. Hukum dan Aparatur
A. Pelaksanaan hukum yang dilandasi oleh pemahaman dan kesadaran akan
hukum masih perlu ditingkatkan dimasa mendatang. Hukum masih belum
mampu melandasi semua aktifitas masyarakat dan pemerintah. Masih
ditemukannya kasus–kasus pelanggaran hukum baik berupa KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) maupun tindak kekerasan yang lain
menunjukkan penegakkan hukum masih belum mampu membuat
masyarakat sadar hukum. Untuk itu sosialisasi secara terus menerus dan
terpadu dengan berbagai elemen masyarakat perlu dilakukan.
B. Penegakan disiplin pada aparatur menjadi sangat penting didalam upaya
pemberian layanan publik yang lebih baik. Dengan aparat yang disiplin,
profesional, maka layanan publik akan lebih murah, cepat dan mudah.
C. Jika dilihat dari golongan pegawai di lingkungan Pemda, maka dapat
diketahui tingkat pendidikan dari para pegawai. Untuk golongan I
prosentasenya hanya 1,9% dan Golongan II mencapai 20,1% dari total
jumlah pegawai Kabupaten Pasuruan. Hal ini menunjukkan seperlima dari
pegawai di lingkungan Pemda pendidikannya masih rendah. Dengan
kualitas pendidikan yang rendah tentunya akan mempengaruhi kinerja
maupun kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Pada tahun 2005, jumlah
Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap di Kabupaten Pasuruan mencapai
27,5% dari total pegawai (PNS dan PTT) sehingga jumlah PTT yang besar
akan sangat membebani APBD.
2.1.7. Wilayah dan Tata Ruang
A. Kawasan permukiman Kabupaten Pasuruan mengikuti kondisi
morfologinya tersebar secara merata pada daerah pantai, dataran rendah
dan pegunungan. Dilihat dari subyek pembangunnya, permukiman terbagi
22
dalam dua kelompok besar, yaitu Permukiman yang dibangun oleh
pengembang dan Permukiman yang dibangun oleh masyarakat sendiri.
B. Penataan tata ruang sangat penting untuk pengelolaan dan pengendalian
lingkungan dan ekonomi. Penyediaan lahan dan ruang untuk industri,
pusat pedagangan serta pemukiman perlu diatur secara baik untuk
menghindari ketidakseimbangan lingkungan. Karena hal ini pada akhirnya
akan berakibat pada banjir dan munculnya kemacetan jalan serta biaya
sosial lainnya. Wilayah yang kurang berkembang perlu diberikan
perhatian yang lebih menyangkut penyediaan infrastruktur dan
pendukungnya.
C. Banjir yang terjadi secara rutin setiap tahunnya menggambarkan bahwa
sarana drainase sebagai suatu sistem jaringan saluran drainase belum
memadai. Hal ini disebabkan karena banyaknya fasilitas drainase yang
rusak akibat keterbatasan biaya pemeliharaan yang disediakan. Disamping
itu sungai-sungai sebagai sub-sistem jaringan drainase seharusnya lebih
rendah daripada daerah layanannya agar mampu menampung aliran air
dari daerah layanannya. Dalam kondisi permukaan air sungai terlalu tinggi
karena mengalirkan air dari hulu maka air dari daerah layanannya yang
berada di hilir tidak dapat mengalir ke sungai tersebut sehingga
menggenang. Bahkan air yang berasal dari hulu meluap ke daerah layanan
mengakibatkan banjir.
2.1.8. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
A. Pertambangan dan Bahan Galian yang terdapat di Kabupaten Pasuruan
cukup banyak dan beragam. Diantaranya berupa batu belah, batu padas,
sirtu, tras, dan andesit. Lokasi penambangan saat ini tersebar di 12
kecamatan, diantaranya adalah Kecamatan Gempol, Prigen, Winongan,
Pasrepan, Kejayan, Tutur, Nguling, Beji, Sukorejo, Bangil, Purwosari, dan
Rembang.
B. Kabupaten Pasuruan cukup banyak memiliki potensi obyek pariwisata
baik wisata alam, wisata agro maupun wisata budaya yang apabila
dikelola dengan manajemen yang baik akan turut mendukung peningkatan
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasuruan setiap tahunnya. Tidak semua
obyek wisata yang dimilikinya berperan dalam peningkatan Pendapatan
Asli Daerah. Terhitung hanya 6 (enam) obyek wisata yang dapat
23
memberikan sumbangan kepada PAD, yaitu: Gunung Bromo, Taman
Safari Indonesia II, Kebun Raya Purwodadi, Wana Wisata Kakek Bodo,
pemandian Banyubiru dan Ranu Grati. Serta masih ada beberapa obyek
wisata lain yang berpotensi memberikan kontribusi yang signifikan bagi
PAD, seperti Tamandayu, Finna Golf. Untuk mendukung pengembangan
potensi wisata tersebut, perlu peningkatan sarana dan prasarana
transportasi. Sebab mudahnya tingkat aksesibilitas suatu kawasan akan
menambah daya tarik wisata yang bersangkutan.
C. Sebagai bagian dari siklus hidrologi, di Kabupaten Pasuruan terdapat
sejumlah mata air, danau dan sungai. Pola aliran permukaan dapat dilihat
dari pola aliran sungai yang ada di Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari 8
Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yaitu: DPS Kali Kambeng yang berada
di perbatasan barat Kabupaten Pasuruan, DPS Kali Kedung Larangan,
DPS Kali Raci, DPS Kali Welang, DPS Kali Gembong, DPS Kali Petung,
DPS Kali Rejoso, DPS Kali Laweyan yang berada tepat di perbatasan
timur Kabupaten Pasuruan.
D. Ditinjau dari kondisi hidrologi, Kabupaten Pasuruan mempunyai potensi
air cukup besar berupa air permukaan dan air tanah. Selain potensi sungai
di atas, terdapat danau dan sejumlah mata air. Danau Ranugrati dengan
volume efektif sebesar 5.013 m3 dan volume maksimum sebesar 5.217 m3
mampu mengeluarkan debit maksimum 980 liter/detik dan debit minimum
463 liter/detik. Selain itu terdapat 471 sumber mata air yang tersebar di 24
kecamatan dengan debit air antara 1 sampai dengan 5.650 liter/detik. Yang
terbesar adalah Sumber Air Umbulan di Kecamatan Winongan dengan
maksimumnya 5.650 liter/detik; lalu Sumber Air Banyu Biru yang juga
terletak di Kecamatan Winongan dengan debit maksimumnya 225
liter/detik. Sedangkan pada lereng perbukitan banyak ditemui sumur-
sumur bor tertekan (artesis) atau tak tertekan dengan debit sekitar 5-10
liter/detik.
L. Menurut fungsinya, hutan terbagi dua, yaitu: hutan produksi dan proteksi.
Termasuk dalam pengertian produksi adalah hutan produksi dan rekreasi.
Sedangkan hutan proteksi mencakup hutan cagar alam dan hutan lindung.
Sebagai daerah pertanian, fungsi hutan yang dibutuhkan oleh Kabupaten
Pasuruan adalah fungsi proteksi. Hal ini mudah dipahami karena hutan
mampu menyimpan air hujan yang meresap ke dalam tanah,
24
menyimpannya selama beberapa bulan sebelum mengeluarkannya ke
permukaan dalam bentuk mata air. Selama beberapa tahun terakhir telah
terjadi pengurangan hutan seluas 20.806 ha atau rata-rata berkurang
1.600,46 ha setiap tahunnya. Di mana pada tahun 1990 luas hutan di
Kabupaten Pasuruan sebesar 27.664 ha dan pada akhir tahun 2003
menjadi seluas 6.858 ha. Sebagian besar terjadi di kecamatan Tosari dan
Lumbang seluas 8.651,75 ha. Pada umumnya disebabkan alih fungsi lahan
yang dilakukan masyarakat menjadi lahan pertanian (kubis dan kentang),
permukiman, ataupun semak belukar karena tidak direboisasi kembali.
E. Kawasan Budidaya adalah bagian dari suatu wilayah yang mempunyai
fungsi budidaya (dominasi fungsi permukiman dan kegiatan usaha) dan
sudah dipertimbangkan daya dukung lingkungan hidup. Kawasan
budidaya yang direncanakan, tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten
Pasuruan, yaitu: Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Pertanian Tanaman
Pangan, Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan, dan Kawasan
Perikanan.
2.1.9. Potensi Daerah
A. Dari segi lokasi, Kabupaten Pasuruan merupakan wilayah yang sangat
strategis. Di mana Kabupaten Pasuruan terletak di jalur utama pusat
perekonomian Jawa Timur yakni Surabaya-Malang dan Surabaya-
Banyuwangi/Bali. Lokasi yang strategis ini memberikan peluang yang
cukup besar bagi dunia usaha/swasta, masyarakat dan pemerintah untuk
pengembangan investasi di daerah. Hal ini ditunjang dengan rencana
pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan, di mana hal ini akan dapat
mempercepat pembangunan daerah kabupaten Pasuruan. Didalam
kegiatan investasi, salah satu yang menjadi syarat penting adalah
kelancaran arus barang khususnya transportasi. Kabupaten Pasuruan
kedepan merupakan salah satu tempat alternatif bongkar muat barang di
propinsi Jawa Timur, oleh karena itu akan sangat tepat apabila dibarengi
dengan jalur transportasi yang baik. Menjadi pintu masuk dan keluar
barang di Jawa Timur bagian Timur (khususnya Jawa Timur dan Bali),
akan semakin membuka banyak peluang-peluang investasi.
B. Homogenitas Budaya dan Politik di Kabupaten Pasuruan. Budaya
masyarakat Kabupaten Pasuruan relatif homogen dan ini berpengaruh
25
kepada pilihan politik yang sama. Hal ini terlihat dari komposisi anggota
DPRD yang didominasi partai tertentu. Homogenitas ini memberikan
kestabilan politik yang merupakan modal sosial yang mahal dan penting
untuk keberlangsungan suatu kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.
Homogenitas ini mendorong masyarakat Kabupaten Pasuruan untuk
mudah mencapai kata mufakat pada setiap pembuatan kebijakan
pembangunan. Dalam konteks ini, peran dan fungsi alim ulama, di mana
selain sebagai pembimbing moral masyarakat juga sebagai penghubung
atau sosialisasi-sosialisasi kebijakan pemerintah Kabupaten Pasuruan,
sangat penting. Dengan kestabilan serta homogenitas politik yang ada,
akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Kabupaten Pasuruan serta
sangat membantu kelancaran proses investasi dan pembangunan.
C. Penduduk yang jumlahnya cukup besar dengan dasar moral (santri) dan
perilaku yang baik (good will) akan sangat membantu tercapainya
pemerintahan yang bersih dan baik, serta merupakan modal sosial yang
cukup besar untuk membangun Kabupaten Pasuruan. Dari sisi jumlah
penduduk yang cukup besar ini, seharusnya dimanfaatkan untuk
kepentingan kebijakan pembangunan yang langsung mengena pada
masyarakat. Untuk itu, jumlah penduduk yang besar dan homogen,
tentunya bagaimana pemerintah mampu meningkatkan kualitas penduduk
tersebut agar dapat langsung terlibat aktif dalam pelaksanaan roda
pembangunan.
D. Kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat di darat, laut,
dan udara dapat didayagunakan secara bertanggung jawab untuk
kemakmuran masyarakat Kabupaten Pasuruan. Kekayaan alam dan
keanekaragaman hayati di Kabupaten Pasuruan bisa lebih didayagunakan
lagi, mengingat masih banyak potensinya yang belum tergali. Untuk
menggali potensi sumberdaya alam ini dibutuhkan sumberdaya manusia
yang baik. Dengan pengelolaan sumberdaya manusia yang bagus melalui
peningkatan kualitas dan standar pendidikan yang tentunya pendidikan
tersebut sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Karena dengan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka sumberdaya alam tersebut bisa
lebih bermanfaat dan berguna bagi masyarakat.
2.2. TANTANGAN
26
2.2.1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
A. Dalam beberapa tahun mendatang, tantangan berupa pengendalian
kuantitas dan laju pertumbuhan penduduk adalah menciptakan penduduk
yang berkualitas dan seimbang. Diharapkan penduduk yang berusia
produktif lebih banyak dari penduduk yang tidak produktif. Hal ini harus
menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan kualitas SDM Kabupaten
Pasuruan dalam meningkatkan daya saing.
B. Jumlah anggota dalam satu keluarga menentukan beban (tanggungan)
secara ekonomi dan sosial bagi kepala keluarga. Kemampuan kepala
keluarga untuk memberi nafkah atas tanggungan anggota keluarga
mempengaruhi tingkat kualitas hidup anggota rumah tangga. Oleh
karena itu, semakin banyak jumlah anggota keluarga yang tidak produktif,
maka jumlah tanggungan kepala keluarga juga semakin berat. Jumlah
rumah tangga di Kabupaten Pasuruan tahun 2005 sebanyak 388.614 KK
dengan angka rata-rata jumlah anggota keluarga sebesar 4 jiwa.
C. Pendidikan merupakan kunci pengembangan kualitas dan daya saing
sumberdaya manusia yang paling penting. Untuk itu perlu diciptakan
pendidikan yang mampu mendorong keahlian dan memudahkan lulusan
untuk “mudah” memasuki pasar kerja. Dengan kata lain, akses kepada
pendidikan serta kurikulum yang sangat ramah kepada pasar kerja sangat
diperlukan di masa mendatang.
D. Kesehatan dan pendidikan merupakan salah satu tantangan di masa
mendatang yang cukup mendesak, mengingat lemahnya kesehatan dan
pendidikan merupakan salah satu sumber kemiskinan. Pada aspek
kesehatan, sangat diperlukan usaha–usaha untuk memperbaiki akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang cepat, murah dan mudah
dicapai oleh semua tingkatan/lapisan masyarakat. Oleh karena itu,
puskesmas yang ada diharapkan bisa meningkat pelayanannya dengan
memberikan layanan rawat inap yang memadai dan dokter yang setiap
saat siap melayani.
E. Perlibatan perempuan didalam proses pembangunan di masa mendatang
sangatlah penting. Hal ini mengingat pengaruh perempuan didalam
peningkatan ekonomi rumah tangga. Di bidang politik, peran perempuan
tentunya perlu diperbesar termasuk di ekonomi. Jumlah buruh perempuan
27
semakin meningkat, tetapi perlindungan buruh perempuan masih jauh dari
kondisi ideal.
F. Aliran budaya luar sebagai dampak globalisasi semakin kencang dan
deras. Untuk itu, bagaimana budaya luar/asing ini dapat disaring dan
dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa. Jangan sampai masuknya budaya
asing ini akan menghilangkan budaya asli masyarakat Kabupaten
Pasuruan.
G. Pembangunan manusia sebenarnya mengarah kepada pembangunan
manusia seutuhnya. Dalam pengertian, tidak hanya fisik/materi yang
dibangun tetapi juga non-materi/jiwa. Oleh karena itu, agama memegang
peran yang sangat penting terkait dengan pembangunan manusia
seutuhnya.
2.2.2. Ekonomi
A. Pendapatan per kapita penduduk masih rendah, hanya sekitar Rp 5,3
juta/tahun (data tahun 2005). Pendapatan ini tergolong rendah untuk
Propinsi Jawa Timur. Rendahnya pendapatan per kapita ini juga dapat
dilihat dari besarnya tingkat keluarga miskin yang ada di Kabupaten
Pasuruan (terdapat 26,20% rumah tangga miskin). Kedepan pendapatan
masyarakat perlu terus ditingkatkan, mengingat pembangunan ekonomi
juga membutuhkan daya beli masyarakat yang cukup besar. Rendahnya
daya beli juga mempersempit industri untuk memperluas peluang
usahanya, hal ini berarti akan mendorong angka pengangguran.
B. Kesenjangan pendapatan masyarakat yang masih lebar, di mana
pendapatan tinggi hanya ada pada segolongan kecil masyarakat.
Kesenjangan ini juga bisa dilihat dari sisi geografi, di mana wilayah
bagian barat cukup maju perekonomiannya dibandingkan dengan wilayah
timur Kabupaten Pasuruan.
C. Ketergantungan yang masih tinggi terhadap penerimaan dari pemerintah
pusat melalui dana perimbangan, baik Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
hanya menyumbang 11,6% terhadap penerimaan daerah. Di luar itu,
komposisi belanja aparatur daerah masih sangat tinggi sehingga secara
relatif mengurangi belanja pembangunan.
28
D. Pertumbuhan investasi yang masih lamban sehingga menyebabkan
pertumbuhan ekonomi juga rendah. Persoalan investasi ini terkait dengan
regulasi dan infrastruktur ekonomi yang tersedia. Regulasi harus dibuat
ramah terhadap keinginan investor, tanpa harus mengorbankan
kepentingan masyarakat secara luas.
E. Masih tingginya angkatan kerja sebagai konsekuensi dari pertumbuhan
penduduk, sehingga menyebabkan peningkatan pengangguran jika tidak
diimbangi dengan lapangan kerja baru. Penanganan pertumbuhan
penduduk dan angkatan kerja merupakan hulu dari sebagian besar
pemecahan permasalahan ekonomi.
F. Pertumbuhan sektoral yang tidak proporsional, di mana sektor pertanian
hanya tumbuh 1,9% pada tahun 2005 padahal sektor tersebut menyerap
tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Kecenderungan ini akan
membahayakan jika dalam jangka menengah/panjang tidak segera
dicarikan pemecahan yang menyeluruh.
G. Pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) sesuai dengan tingkat
ketrampilan masyarakat dan sumberdaya ekonomi yang ada di wilayah
Kabupaten Pasuruan. Pengembangan ini harus terintegrasi dari mulai
aspek pembiayaan, penyediaan input, proses produksi, jalur distribusi,
metode pemasaran, dan sistem persaingan usaha. Tanpa ada integrasi
tersebut pengembangan UKM akan selalu mengalami kegagalan.
H. Kesenjangan pendapatan masyarakat yang masih tinggi, di mana
pendapatan tinggi hanya ada pada segolongan kecil masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari masih besarnya tingkat keluarga miskin yang ada di
Kabupaten Pasuruan.
I. Ketergantungan yang masih tinggi terhadap penerimaan dari pemerintah
pusat melalui dana perimbangan. Belanja aparatur daerah yang masih
sangat tinggi sehingga untuk belanja pembangunan relatif kecil. Perlu
dicari sumber pembiayaan lain, diluar yang selama ini sudah diterima
misalkan dengan pengelolaan Public-Private-Partnership (PPP),
pinjaman, privatisasi maupun investasi.
J. Tingginya angkatan kerja akan menyebabkan peningkatan pengangguran
jika tidak diimbangi dengan lapangan kerja baru.
K. Pada sektor pertanian tantangan yang dihadapi adalah peningkatan
produksi dan harga yang lebih stabil. Selain itu, adanya alih fungsi lahan
29
dari fungsi pertanian menjadi fungsi lain di luar pertanian. Selain juga hal
ini dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan yang tinggi atas pola tanam
terhadap perubahan iklim. Sehingga perlu dipikirkan untuk memberikan
mekanisme insentif dan dis-insentif didalam pengelolaan pertanian ini.
L. Pada sektor tanaman perkebunan, masih adanya tingkat ketergantungan
yang tinggi terhadap perubahan iklim, pola tanam masyarakat dan alih
fungsi lahan. Oleh karena itu, diperlukan upaya bagaimana memperluas
lahan pengembangan dan bagaimana mengurangi lahan kritis akibat pola
tanam yang berubah. Sehingga diperlukan penanganan ekstra dari dinas
terkait untuk menanggulanginya dengan sistem bercocok tanam yang baik
dengan fokus pada kelestarian lingkungan.
M. Dalam sektor perikanan, masih banyak masyarakat nelayan yang
menggunakan armada dan peralatan tradisional. Bahkan penggunaan
bahan dan alat tangkap terlarang juga masih digunakan oleh mereka. Hal
ini dapat mengganggu potensi kelestarian sumberdaya kelautan di masa
mendatang. Oleh karena itu, masyarakat perlu diberikan pemahaman dan
pengertian terhadap batas wilayah perairan laut, sehingga tidak
menyebabkan konflik/perselisihan antar nelayan baik antar nelayan
wilayah Kabupaten Pasuruan sendiri maupun dengan wilayah kabupaten
lain.
N. Di sektor peternakan tingkat ketergantungan terhadap komponen impor
yang masih tinggi terutama pakan ternak, mengakibatkan lemahnya daya
saing produk dan sulitnya mempertahankan harga produk yang terjangkau.
Juga belum berdayanya koperasi ternak untuk memasarkan produksi susu
perah mengharuskan pemerintah kabupaten untuk segera membantu
pemasaran melalui media kerjasama antar daerah.
2.2.3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Persaingan yang makin tinggi di masa mendatang menuntut peningkatan
kemampuan dalam penguasaan dan penerapan iptek dalam rangka
menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan.
Dalam rangka peningkatan kemampuan iptek, tantangan yang dihadapi adalah
meningkatkan kontribusi iptek pada sektor produksi, peningkatan efektivitas,
30
serta mengembangkan budaya iptek di kalangan masyarakat. Diharapkan
peran iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan, mengantisipasi dan
menanggulangi bencana alam, semakin dipahami dan disadari oleh
pemerintah dan masyarakat. Kesadaran tersebut tentunya akan diikuti oleh
ketersediaan dan kualitas sumber daya iptek, SDM, pembiayaan serta sarana
dan prasarana.
2.2.4. Sarana dan Prasarana
A. Sistem transportasi yang terpadu sangat diperlukan dimasa mendatang.
Pada dasarnya jalan dan jembatan yang dibangun harus mampu
mendorong kelancaran aliran barang dan jasa serta membuka akses bagi
semua pelaku ekonomi (baik usaha besar maupun kecil) untuk
memanfaatkannya. Hal ini juga berkaitan masalah antar SWP di
Kabupaten Pasuruan, di mana terjadi kurangnya akses langsung antar
SWP maupun di dalam SWP yang bersangkutan. Sehingga hal ini
mengakibatkan terhambatnya pergerakan penduduk antar SWP, kalaupun
bisa melakukan pergerakan antar SWP, pergerakan tersebut tidak efisien
karena harus melalui rute yang lebih jauh. Selain itu juga, disebabkan
tidak tersedianya sarana angkutan umum yang memadai yang menjangkau
seluruh wilayah SWP.
B. Pengelolaan sampah yang terintegrasi (integrated solidwaste
management). Terintegrasi disini diartikan sebagai perlibatan banyak
pelaku baik pemerintah daerah lain maupun swasta. Dengan adanya
pengelolaan yang melibatkan lebih dari satu daerah, diharapkan
pengelolaan sampah akan semakin efisien dan akan menghasilkan nilai
ekonomi tertentu.
C. Irigasi yang mampu memenuhi kebutuhan sektor pertanian serta
pembangunan bendungan yang mampu menahan luapan air dan banjir.
Dengan bertambahnya tingginya intensitas hujan maka pola
pengoperasian bendungan yang didasarkan pada pola pengoperasian
irigasi sudah tidak sesuai lagi, berkurangnya kebutuhan air irigasi di
musim hujan dan bertambahnya debit aliran air irigasi di musim hujan
menyebabkan bertambahnya aliran yang harus dilimpahkan ke sungai hilir
bendungan. Pengoperasian yang keliru akan menyebabkan banjir di
daerah hilirnya dan dapat menyebabkan erosi di sungai, dalam hal ini
31
sumberdaya manusia yang terlibat harus selalu ditingkatkan
kemampuannya.
D. Semakin besarnya perubahan tata guna lahan di mana lahan sawah telah
berubah fungsi menjadi lahan peruntukan lain. Dari survey penggunaan
lahan Kabupaten Pasuruan tahun 2005, dapat dilihat bahwa sebagian
daerah yang tersebar tidak menurut pengaturan pengairan irigasi. Kondisi
ini menyebabkan, pembagian air yang semula proporsional terhadap luas
baku sawah dan pola tanam yang telah ditetapkan menjadi tidak sesuai
lagi dengan penggunaannya. Masalah ini merupakan masalah serius dalam
operasi dan pemeliharaan terutama dalam mengadapi meningkatnya aliran
permukaan di musim hujan dan kekurangan air di musim kering.
E. Pesatnya perkembangan daerah industri, wisata dan permukiman dapat
memicu bertambahnya penggunaan air tanah dalam dengan menggunakan
pompa-pompa. Penggunaan air tanah dalam yang berlebihan dapat
menyebabkan intrusi air laut.
F. Pasokan energi baik listrik maupun BBM yang terbatas. Selama ini
pasokan listrik dan BBM sangat terbatas, dilain pihak sebagai daerah
industri Kabupaten Pasuruan sangat memerlukan jaminan pasokan listrik
dan BBM. Hal ini juga sangat terkait dengan aliran investasi ke daerah
Kabupaten Pasuruan.
2.2.5. Politik
A. Tantangan terberat didalam membangun aspek politik adalah menjaga
keberlangsungan proses demokrasi yang ada dan terus meningkatkan
kualitas demokrasi tersebut. Untuk menjaga proses demokratisasi tersebut
sangat diperlukan pendidikan politik secara terus menerus kepada
masyarakat serta peningkatan kualitas partisipasi masyarakat pada proses
pembuatan kebijakan.
B. Produk–produk peraturan daerah yang ternyata menghasilkan gangguan
pembangunan ekonomi. Semangat yang berlebihan didalam menyikapi
otonomi daerah ternyata telah berdampak negatif dengan dihasilkan
peraturan–peraturan daerah yang distortif. Oleh karena itu, proses
pembuatan regulasi yang melibatkan pihak–pihat terkait akan
menghasilkan peraturan daerah yang baik dan kondusif.
32
C. Lemahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya terlibat didalam proses
pembuatan kebijakan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa
masyarakat sering kali di‘inferior’kan didalam proses pembuatan
kebijakan. Hal ini berdampak kepada rasa ‘apatis’ masyarakat terhadap
setiap proses pembuatan kebijakan. Untuk itu, usaha–usaha mengajak dan
melibatkan masyarakat perlu terus dilakukan dan direncanakan secara
sistematis.
2.2.6. Hukum dan Aparatur
A. Tantangan untuk menghilangkan KKN didalam penyelenggaraan
pemerintahan merupakan tantangan yang cukup besar dimasa mendatang.
Selain itu, isu HAM juga menjadi tantangan tersendiri didalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena itu,
penegakan hukum dan upaya–upaya peningkatan kesadaran hukum sangat
penting untuk terus dilakukan.
B. Organisasi publik yang cenderung besar dan tidak efisien. Hal ini dapat
dilihat pelayanan publik yang belum optimal. Untuk itu, dimasa
mendatang organisasi publik perlu disesuaikan dengan prinsip–prinsip
efisiensi dan efektivitas (ramping dan kaya fungsi). Perwujudan e-
government dan e-procurement memang telah membuktikan adanya
efisiensi, tetapi hal yang paling penting adalah kualitas SDM di
lingkungan birokrasi.
2.2.7. Wilayah dan Tata Ruang
A. Kualitas permukiman di Kabupaten Pasuruan masih cukup rendah karena
adanya permukiman non permanen sebanyak 20,48%. Sedangkan
pembangunan permukiman yang dilakukan oleh pengembang maupun
pembangunan permukiman oleh masyarakat banyak merambah daerah-
daerah dengan kelerangan >25% yang diperuntukkan bagi daerah
pertanian tanaman keras, daerah penyangga maupun daerah lindung yang
akan berpengaruh terhadap fungsi hidrologis kawasan seperti di
Kecamatan Prigen.
B. Adanya permukiman di kawasan pesisir yang cukup padat ditunjang oleh
kebiasaan masyarakat yang kurang menjaga kebersihan, sehingga terkesan
33
kumuh. Demikian pula dengan berkembangnya permukiman disepanjang
bantaran sungai, seperti Sungai Lawean, Rejoso maupun Sungai Welang.
C. Tantangan dalam pengendalian fungsi drainase adalah bagaimana
pengendalian perubahan tata guna lahan di daerah hulu, di mana hal ini
akan mengurangi kemampuan penahahan atau peresapan air hujan yang
berakibat bertambahnya limpasan (runoff) ke daerah hilir yang akan
mengumpul di daerah yang paling rendah di dekat pantai menunggu
surutnya air laut (hal ini menimbulkan genangan air). Selain itu, dalam
menghadapi besarnya aliran permukaan sistem drainase yang ada belum
memadai. Sistem drainase yang seharusnya terdiri dari jaringan saluran
terbuka yang dimulai dari saluran kuarter yaitu saluran tepi jalan, saluran
tersier sebagai pengumpul aliran dari saluran kuarter, saluran sekunder
yang merupakan saluran pengumpul dari saluran tersier dan saluran
primer yang merupakan saluran pengumpul dari saluran sekunder, serta
fasilitas lain yang mendukungnya seperti pintu-pintu air dan pompa belum
ada. Pada saat ini sungai-sungai yang bermuara di laut merupakan saluran
pembuangan primer. Seharusnya permukaan ar di saluran primer drainase
lebih rendah daripada elevasi permukaan air di saluran-saluran lain yang
berada di daerah layanannya tetapi kondisinya selalu terbalik. Karena
besarnya aliran dari hulu ditambah dengan pengaruh pasang air laut, maka
permukaan air di saluran utama selalu sama atau lebih tinggi dari
permukaan air di daerah layanannya sehingga air dari daerah layanannya
tidak dapat mengalir ke saluran primer dan menyebabkan genangan.
2.2.8. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
A. Potensi volume air yang cukup melimpah berupa sungai, danau dan mata
air, merupakan keunggulan dalam rangka peningkatan volume dan
kualitas produk pertanian serta kualitas hidup masyarakat dalam bentuk
penyediaan air bersih. Potensi tersebut juga merupakan peluang bagi
terciptanya peningkatan pendapatan daerah sendiri melalui kerjasama
investasi/pengelolaan sumber air dengan daerah lain.
B. Keberadaan sungai-sungai perennial (sungai dengan aliran sepanjang
tahun yang memiliki simpangan debit maksimal di musim hujan dengan
debit minimal di musim kemarau sangat besar) selain bisa dimanfaatkan
sepanjang tahun untuk irigasi pertanian dan kebutuhan air bersih juga
34
merupakan ancaman karena simpangan debitnya yang sangat besar. Di
musim hujan debit aliran sungai-sungai tersebut sangat besar
mengakibatkan elevasi permukaan air sungai sangat tinggi bahkan
melampaui elevasi tanggulnya sehingga meluap dan menimbulkan banjir
terutama di daerah hilir.
C. Terdapat daerah resapan yang cukup luas terbentang pada kawasan
Kecamatan Prigen dan Kecamatan Tosari di sekitar Gunung Bromo.
Kawasan ini berperan penting bagi kelestarian ratusan sumber mata air di
Kabupaten Pasuruan terutama Umbulan karena fungsi pokoknya yang
menahan/menyimpan air hujan sebanyak-banyaknya untuk dimanfaatkan
pada musim kemarau. Tingginya curah hujan tidak dapat dihindarkan
tetapi luas lahan dan kemampuan meresapkan air sangat dipengaruhi
aktifitas manusia. Perubahan peruntukan lahan seperti hutan untuk
pertanian atau permukiman akan menyebabkan laju aliran permukaan
menjadi besar dan volume air terserap semakin kecil. Hal ini terlihat dari
kejadian banjir di musim hujan dan turunnya persediaan air di musim
kemarau.
D. Berkurangnya potensi sumber air selain disebabkan berkurangnya potensi
sumber air. Hal ini disebabkan berkurangnya volume air terserap, dan
penggunaan air yang berlebihan dan kurangnya pemeliharaan sumber air.
E. Masalah utama yang timbul akibat pengurangan luas hutan adalah
bencana banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau yang
berpengaruh secara langsung pada produktifitas hasil pertanian yang
merupakan pendukung utama struktur PDRB Kabupaten Pasuruan.
F. Masalah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penambangan bahan
galian C di wilayah Kabupaten Pasuruan adalah:
1. Lokasi penambangan belum diikuti pengembangan area penghijauan,
sehingga di masa mendatang akan sangat mempengaruhi kondisi
lingkungan maupun perubahan iklim di wilayah Kabupaten Pasuruan.
2. Perijinan dan pengawasan dari dinas terkait terhadap penambangan
bahan galian C belum optimal, sehingga kecenderungan pelanggaran
dalam pelaksanaan cukup besar terutama berkaitan dengan aspek
pelestarian lingkungan dan pertambangan liar.
35
3. Semakin luasnya wilayah penambangan baik yang resmi maupun
ilegal perlu dukungan regulasi untuk meminimalkan risiko rusaknya
struktur tanah dan ekosistem di wilayah Kabupaten Pasuruan.
2.2.9. Potensi Daerah
A. Dari segi lokasi, Kabupaten Pasuruan berpeluang menggantikan posisi
Surabaya sebagai pintu masuk dan keluar barang di Jawa Timur-Bali. Hal
ini terkait dengan kondisi bencana lumpur yang terjadi di Porong-
Sidoarjo, yang mengakibatkan terganggunya proses penyaluran barang
dari dan ke Jawa Timur-Bali. Akan tetapi hal ini juga menjadi tantangan
tersendiri bagi pemerintahan Kabupaten Pasuruan dan masyarakatnya,
karena dalam pengembangannya tidak hanya dibutuhkan modal
(keuangan) saja, melainkan dari segi infrastruktur pendukungnya seperti
jalan dan sumberdaya manusianya. Dari segi jalan, sudah terdapat langkah
konkrit yaitu dengan pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan yang telah
berjalan. Namun dari segi penyediaan sumberdaya manusia, yang
sekiranya masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat juga bisa langsung memperoleh manfaat dari adanya
pengembangan didaerahnya.
B. Tantangan dengan sifat homogenitas budaya dan politik di Kabupaten
Pasuruan ini, adalah bagaimana menggunakan sifat tersebut ke hal yang
lebih baik. Bagaimanapun dengan sifat yang seragam, maka didapatkan
juga keinginan yang sama dari masyarakat. Di mana diharapkan adanya
keseimbangan pemerataan pembangunan. Hal ini masih kurang jika dilihat
dari perkembangan politiknya di Pemerintahan Kabupaten yang bersifat
homogen yang artinya memiliki visi dan misi pembangunan yang sama,
tetapi dalam pelaksanaan di masyarakat ternyata masih belum terlaksana
dengan baik.
C. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, tantangan yang dihadapi oleh
pemerintah Kabupaten Pasuruan adalah bagaimana meningkatkan kualitas
penduduknya. Kualitas penduduk yang tinggi diperoleh dengan
pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak,
perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang
serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang
terus ditingkatkan. Salah satu cara pengendalian kelahiran adalah dengan
36
pelaksanaan program KB yang baik. Hal ini terkait bagaimana peranan
pemerintah dalam hal ini dinas/kantor pemerintahan terkait dalam
menjalankan program (penyuluhan) KB ke masyarakat. Selain itu, dengan
pelaksanaan program KB yang benar diharapkan dapat menurunkan
tingkat kematian bayi dan anak. Selain itu juga diperlukan pengadaan
fasilitas kesehatan yang memadai dan menyentuh seluruh lapisan
masyarakat. Dengan peningkatan fasilitas kesehatan tersebut juga
diharapkan memperpanjang usia harapan hidup penduduk Kabupaten
Pasuruan.
D. Dengan banyaknya kekayaan alam dan keanekaragaman hayati,
Kabupaten Pasuruan hendaknya dapat mengelolanya dengan baik. Apa
dan bagaimana pengelolaan tersebut tergantung dari pemerintah
Kabupaten Pasuruan. Karena dengan sumberdaya alam tersebut,
dibutuhkan sumberdaya manusia yang mampu mengelolanya dengan baik
dan benar.
2.3. MODAL DASAR
Modal dasar pembangunan Kabupaten Pasuruan adalah keseluruhan sumber kekuatan
baik yang potensial maupun efektif serta yang bisa dihitung (tangible) maunpun tidak
(intangible), yang dimiliki dan didayagunakan masyarakat dan pemerintah Kabupaten
Pasuruan dalam perwujudan cita–cita pembangunan.
1. Dari segi lokasi, Kabupaten Pasuruan merupakan wilayah yang sangat strategis.
Di mana Kabupaten Pasuruan terletak di jalur utama pusat perekonomian Jawa
Timur yakni Surabaya-Malang dan Surabaya- Banyuwangi/Bali. Lokasi yang
strategis ini memberikan peluang yang cukup besar bagi dunia usaha/swasta,
masyarakat dan pemerintah untuk pengembangan investasi di daerah.
2. Homogenitas Budaya dan Politik. Budaya masyarakat Kabupaten Pasuruan relatif
homogen dan ini berpengaruh kepada pilihan politik yang sama. Hal ini terlihat
dari komposisi anggota DPRD yang mayoritas sama. Homogenitas ini
memberikan kestabilan politik yang merupakan modal sosial yang penting untuk
keberlangsungan suatu kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan
partisipatif.
3. Penduduk yang jumlahnya cukup besar dengan dasar moral yang baik (santri) dan
niat baik (good will) pemerintah untuk terus merealisasikan pemerintahan yang
37
bersih dan baik, merupakan modal sosial yang cukup besar unutk membangun
Kabupaten Pasuruan.
4. Kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat di darat, laut, dan udara
dapat didayagunakan secara bertanggung jawab untuk kemakmuran masyarakat
Kabupaten Pasuruan.
BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN
KABUPATEN PASURUAN 2005-2025 2.4. VISI
Visi adalah sebuah kehendak luhur atau suatu angan-angan luhur tentang arah dan
tujuan dari suatu entitas. Apabila dikaitkan dengan suatu pemerintahan, maka visi
38
adalah angan-angan luhur dari entitas pemerintahan tentang arah dan tujuan dari
kepemerintahan. Berpijak pada kondisi Kabupaten Pasuruan saat ini,
memperhitungkan tantangan yang akan dihadapi dalam 20 tahun mendatang,
mempertimbangkan potensi Kabupaten Pasuruan, serta memperhatikan Visi
Pembangunan Nasional 2005-2025, maka Visi Pembangunan Kabupaten Pasuruan
2005-2025 adalah:
“Kabupaten Pasuruan yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, dan Sejahtera”
Visi Pemerintah Kabupaten Pasuruan 2005-2025 dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang selaras dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, adil, dan makmur. Untuk mencapai tujuan pembangunan ini, Visi
Pembangunan Kabupaten Pasuruan dijadikan pijakan sekaligus tolak ukur dalam
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pasuruan.
Kabupaten Pasuruan yang Agamis memiliki arti bahwa terwujudnya karakter warga
Kabupaten Pasuruan yang tangguh, kompetitif, dan bermoral tinggi yang bercirikan
dengan watak dan perilaku masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran, bergotong royong, dinamis, dan terbuka
terhadap segala perubahan. Serta bertujuan memperkokoh budaya masyarakat yang
tercermin pada peningkatan martabat, kepribadian, dan jati diri masyarakat
Kabupaten Pasuruan.
Kabupaten Pasuruan yang berdaya saing memiliki arti bahwa setiap kegiatan ekonomi
dan pemerintahan dapat dilakukan secara efisien. Dengan demikian, setiap produk
yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Pasuruan dapat bersaing, baik pada level lokal
regional, nasional, bahkan internasional. Semua kegiatan yang dilakukan, baik pada
tingkat pemerintahan atau swasta, dilakukan atas dasar efisiensi dan efektivitas
sehingga menciptakan kegiatan dengan produktivitas yang tinggi. Sedangkan setiap
produk yang dihasilkan, baik berupa barang maupun jasa, mempunyai daya saing
yang tinggi sehingga produk dari Kabupaten Pasuruan bisa bersaing di tingkat lokal,
regional, nasional, dan internasional.
Kabupaten Pasuruan yang mandiri memiliki arti bahwa kemampuan mewujudkan
kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan daerah lain yang mengandalkan
kemampuan dan kekuatan sendiri. Dalam membangun kemandirian ini mutlak harus
dibangun kemampuan daya saing daerah. Kemandirian ini tercermin antara lain pada
ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan maupun memenuhi tuntutan
39
kebutuhan dan kemajun pembangunan, kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur
penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ketergantungan pembiayaan
pembangunan yang bersumber dari sumber daya lokal yang semakin kuat sehingga
mengurangi ketergantungan sumber daya dari daerah lain, serta kemampuan
membangun jaringan kerjasama untuk mendukung peningkatan kemampuan daerah.
Kabupaten Pasuruan yang sejahtera memiliki arti bahwa prinsip kesejahteraan harus
menjadi landasan sekaligus tujuan utama dari pelaksanaan pembangunan di wilayah
Kabupaten Pasuruan. Hal ini bemakna, setiap kegiatan dan produk yang dihasilkan
dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pasuruan harus bisa menciptakan
masyarakat Kabupaten Pasuruan yang sejahtera, yaitu suatu masyarakat yang secara
materiil terpenuhi melalui pertumbuhan (ekonomi) yang terus meningkat yang diikuti
oleh pemerataan (pendapatan) yang lebih baik. Masyarakat yang sejahtera juga harus
didukung oleh pemerintahan yang baik (good) dan bersih (clean). Dengan kata lain,
nilai–nilai agama sudah menjiwai dengan seluruh aktivitas pemerintah dan
masyarakat.
2.5. MISI
Berikut misi yang diemban oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa
Timur, yaitu:
1. Penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara adalah memantapkan jati diri masyarakat, mengutamakan kejujuran,
membangun solidaritas dan kesetiakawanan sosial, mempromosikan ketatan
terhadap peraturan (hukum), memelihara nilai luhur bangsa, dan memperkuat
semangat kegotongroyongan dalam rangka memantapkan landasan spiritual,
moral, dan etika pembangunan bangsa.
2. Mewujudkan kepemerintahan yang baik dan bersih yang mengutamakan
pelayanan kepada masyarakat dengan meningkatkan profesionalisme aparatur,
serta melakukan penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan
partisipatif adalah mengupayakan terbentuknya pemerintahan yang demokratis,
terwujudnya desentralisasi ekonomi, menjamin kebebasan media, memperkuat
peran masyarakat sipil, dan mengarahkan setiap program pembangunan untuk
kepentingan seluruh rakyat.
3. Mewujudkan daya saing dan kemandirian daerah adalah pembangunan
berkelanjutan di segala bidang dengan mengoptimalkan pemanfaatan dan potensi
daerah, pembangunan sumber daya manusia, kelestarian dan keseimbangan
40
lingkungan, pemerataan pembangunan dan kerjasama dengan pihak lain,
memperkuat infrastruktur ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
4. Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis kerakyatan adalah
mengembangkan potensi pertanian, memperkuat industri berbasis sektor
perdagangan, mempromosikan perdagangan dan investasi, mengembangkan
pariwisata, kemitraan antar-pelaku ekonomi, pemanfaatan sumber daya ekonomi
lokal, melibatkan seluruh masyarakat (partisipasi) dalam rangka peningkatan
penyerapan tenaga kerja dan pengurangan penduduk miskin.
5. Meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat adalah
mengembangkan layanan kesehatan, akses pendidikan, pembangunan perumahan,
memperkuat sistem jaminan sosial, peningkatan upah tenaga kerja, dan menjamin
keamanan masyarakat.
BAB IV ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
TAHUN 2005-2025
Tujuan Jangka Panjang tahun 2005-2025 Kabupaten Pasuruan adalah mewujudkan
masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur, selaras dengan tujuan jangka panjang
nasional. Sejahtera, adil dan makmur ini di dalamnya menggambarkan pemerataan
pembangunan di seluruh Kabupaten Pasuruan, karena kondisi saat ini di Kabupaten
41
Pasuruan terdapat ketimpangan pembangunan antara Wilayah Barat dan Timur. Dari
pernyataan tujuan dan dengan rumusan Visi dan Misi pada Bab III, maka arah
pembangunan jangka panjang Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025 dapat diarahkan
pada sasaran–sasaran sebagai berikut :
2.6. TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG BERMORAL, BERETIKA DAN BERBUDAYA
1. Terwujudnya karakter warga Kabupaten Pasuruan yang tangguh, kompetitif dan bermoral tinggi yang dicirikan dengan watak dan perilaku masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran, bergotong royong, dinamis dan terbuka kepada perubahan
a. Banyaknya pondok pesantren di Kabupaten Pasuruan menjadikan masyarakat
Kabupaten Pasuruan sebagai masyarakat santri. Didukung dengan para alim
ulama dapat disampaikan ajaran-ajaran yang dapat meningkatkan perilaku
masyarakat. Dengan demikian pembangunan diarahkan untuk memantapkan
peran dan fungsi agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan.
Selain itu, agama diharapkan tidak hanya membina akhlak mulia, tetapi juga
mampu memupuk etos kerja, menghargai prestasi, dan menjadi kekuatan
pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan. Kerukunan umat
beragama diharapkan juga meningkatkan rasa saling percaya dan menghargai
sehingga tercipta suasana kehidupan yang penuh toleransi, harmonis, dan
tenggang rasa.
b. Budaya inovatif yang berorientasi iptek perlu terus dikembangkan agar
masyarakat kabupaten Pasuruan mampu bersaing di era persaingan global saat
ini dan nanti. Pengembangan budaya iptek tersebut dilakukan dengan
meningkatkan penghargaan masyarakat terhadap iptek melalui pengembangan
budaya membaca dan menulis, masyarakat pembelajar, masyarakat yang
cerdas, kritis, dan kreatif dalam rangka pengembangan tradisi iptek, bersamaan
dengan mengarahkan budaya konsumtif menuju budaya produktif. Bentuk-
bentuk pengungkapan kreativitas, antara lain melalui kesenian, tetap didorong
untuk mewujudkan keseimbangan aspek material, spiritual dan emosional.
Pengembangan iptek serta kesenian diletakkan dalam kerangka peningkatan
harkat, martabat, dan peradaban manusia.
2. Makin kokohnya budaya masyarakat yang tercermin pada peningkatan martabat, kepribadian, dan jati diri
42
Jati diri merupakan kombinasi antara nilai luhur seperti religiusitas, kebersamaan
dan persatuan -dan nilai modern yang universal- seperti etos kerja serta prinsip
tata kepemerintahan yang baik. Pembangunan jati diri bangsa tersebut dilakukan
melalui transformasi, revitalisasi, dan reaktualisasi tata nilai budaya bangsa yang
mempunyai potensi unggul dan menerapkan nilai modern yang membangun.
Untuk memperkuat jati diri dan kebanggaan bangsa, pembangunan olahraga
diarahkan pada peningkatan budaya dan prestasi olahraga.
2.7. TERWUJUDNYA PEMERINTAHAN KABUPATEN PASURUAN YANG BAIK DAN BERSIH SERTA DEMOKRATIS BERLANDASKAN HUKUM
Kabupaten Pasuruan yang demokratis merupakan landasan yang sangat penting di
dalam perwujudan pembangunan yang lebih maju, berdaya saing, sejahtera, dan
mandiri. Demokrasi akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai
kegiatan pembangunan dan memaksimalkan potensi masyarakat, termasuk di
dalamnya adalah transparansi kebijakan. Hukum sendiri pada dasarnya akan
memastikan munculnya aspek–aspek keadilan dan kebersamaan. Hukum yang ditaati
dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan terjaminnya ekspresi setiap anggota
masyarakat secara menyeluruh. Hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan hal
tersebut adalah memantapkan pelembagaan demokrasi yang lebih kokoh;
memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi
daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam
mengomunikasikan kepentingan masyarakat; melakukan pembenahan struktur hukum
dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen,
tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil.
a. Penyempurnaan struktur politik yang dititikberatkan pada proses pelembagaan
demokrasi yang dilakukan dengan mempromosikan dan mensosialisasikan
pentingnya keberadaan sebuah konstitusi yang lebih kuat dan memiliki kredibilitas
tinggi sebagai pedoman dasar bagi sebuah proses demokratisasi berkelanjutan.
Selain itu, di dalam proses demokratisasi tersebut perlu dioptimalkan kinerja
lembaga-lembaga penyelenggara pemerintahan, meningkatkan kemampuan
mengelola daerah secara baik dan bersih sebagai perwujudan kebijakan otonomi
daerah serta terus menerus melakukan konsolidasi dengan lembaga–lembaga di
masyarakat.
b. Penataan peran pemerintah dan masyarakat yang dititikberatkan pada
pembentukan kemandirian dan kedewasaan masyarakat. Selain itu, demokratisasi
43
ekonomi juga perlu dilakukan dengan penguatan pelaku ekonomi (kecil dan
menengah).
c. Peningkatan kualitas proses politik yang berjalan dengan dititikberatkan pada
proses pengalokasian/representasi kekuasaan yang diwujudkan dengan: (a)
meningkatkan secara terus menerus kualitas proses dan mekanisme seleksi publik
yang lebih terbuka bagi para pejabat politik dan publik; (b) mewujudkan
komitmen politik yang tegas terhadap pentingnya kebebasan media massa,
keleluasaan berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat setiap warga negara
berdasarkan aspirasi politiknya masing-masing.
d. Peningkatan peranan komunikasi dan informasi yang ditekankan pada proses
pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politik yang dilakukan dengan: (a)
mewujudkan kebebasan pers yang bertanggungjawab dan terlembaga serta
menjamin hak masyarakat luas untuk berpendapat dan mengontrol jalannya
penyelenggaraan negara secara cerdas dan demokratis; (b) mewujudkan
pemerataan informasi yang lebih besar dengan mendorong munculnya media-
media massa lokal yang independen; (c) menciptakan jaringan informasi yang
lebih bersifat interaktif antara masyarakat dan kalangan pengambil keputusan
politik untuk menciptakan kebijakan yang lebih mudah dipahami masyarakat luas;
(d) menciptakan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu
menghubungkan seluruh link informasi yang ada di wilayah Kabupaten Pasuruan
untuk memudahkan proses sosialisasi dan trasparansi kebijakan;
e. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua tingkat dan lini
pemerintahan dan pada semua kegiatan; pemberian sanksi yang seberat-beratnya
kepada pelaku penyalahgunaan kewenangan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; peningkatan instensitas dan efektivitas pengawasan aparatur negara
melalui pengawasan internal, pengawasan fungsional dan pengawasan
masyarakat; peningkatan etika birokrasi dan budaya kerja serta pengetahuan dan
pemahaman para penyelenggara negara terhadap prinsip prinsip
ketatapemerintahan yang baik. Dengan memiliki tata pemerintahan yang baik dan
bersih, maka pelayanan publik akan semakin efisien dan pembiayaan
pembangunan tidak lagi hanya dipikul oleh kemampuan keuangan pemerintah
sendiri, tetapi juga oleh swasta dan masyarakat.
2.8. TERWUJUDNYA DAYA SAING MASYARAKAT UNTUK MENCAPAI KEMANDIRIAN DAN KESEJAHTERAAN
44
1. Kualitas SDM yang terus meningkat dengan ditandai oleh meningkatnya nilai IPM dan pertumbuhan penduduk yang seimbang.
IPM atau Indeks Pembangunan Manusia adalah suatu indeks yang menjelaskan
tentang keberhasilan pembangunan suatu daerah yang berkenaan dengan kualitas
SDM. Semakin tinggi angka IPM suatu daerah menunjukkan kualitas kehidupan
sosial ekonomi daerah yang bersangkutan tinggi. Lebih lanjut, bahwa IPM terdiri
dari beberapa komponen antara lain: indeks pendidikan, indek kesehatan, dan
indeks daya beli masyarakat yang diukur dalam bentuk Purchasing Power Parity
(PPP). Untuk itu, dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang arah
pembangunan jangka panjang Kabupaten Pasuruan yang berkenaan dengan
kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan penduduk yang seimbang adalah:
� Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan
Dunia pendidikan menghadapi tiga tantangan besar: pertama, sebagai akibat
dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan
hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, menghadapi
era global dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang kompeten agar output-nya mampu bersaing dalam pasar kerja
global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu
dilakukan penyesuaian untuk mewujudkan proses pendidikan yang lebih
demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan atau keadaan daerah dan
peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.
Pembangunan pendidikan merupakan prioritas pembangunan nasional dengan
demikian secara otomatis juga merupakan prioritas pembangunan di daerah.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu bagi
pemantapan kesiapan menyongsong tantangan kedepan yang semakin berat
dan kompleks. Dalam rangka meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa,
setiap warga negara berhak mendapatkan layanan pendidikan. Sebagai
konsekuensi dari komitmen tersebut, setiap warga negara tanpa mengenal latar
belakang, baik yang normal maupun yang berkelainan, yang berkemampuan
cerdas maupun yang rendah, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
pendidikan yang bermutu setidaknya selama 9 tahun.
Pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Pasuruan masih dihadapkan
pada berbagai permasalahan: (a) kurangnya pemerataan kesempatan
45
memperoleh pendidikan yang bermutu; (b) rendahnya kualitas pembelajaran;
(c) kurangnya relevansi pendidikan (pengembangan kurikulum);
Dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan masyarakat
tersebut, arah pembangunan akan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan
Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan secara terarah, terpadu dan
menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif oleh seluruh komponen
melalui:
a. Peningkatan kualitas pendidikan dengan cara peningkatan
profesionalisme yang bermuara pada peningkatan kualitas kelembagaan,
SDM, sarana dan prasarana kualitas pembelajaran;
b. Meningkatkan kompetensi pendidikan kejuruan dan pendidikan non
formal untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam rangka memasuki
dunia kerja (market friendly);
c. Meningkatkan layanan pendidikan keterampilan bagi Anak Luar Biasa
agar dapat hidup mandiri.
d. Mengintrodusir model sekolah unggulan di setiap kecamatan yang ada di
wilayah Kabupaten Pasuruan.
2. Kebijakan Pemerataan Pendidikan
Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu dengan :
a. Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun
b. Peningkatan sarana prasarana
c. Peningkatan pelayanan Pendidikan Luar Sekolah
d. Peningkatan akses pendidikan formal, yang terjangkau
� Peningkatan kualitas nutrisi masyarakat sehingga usia harapan hidup
(life expectancy) masyarakat meningkat
Upaya mencapai keberhasilan pembangunan manusia seutuhnya adalah
terciptanya masyarakat yang sehat baik fisik maupun mental. Selama ini
apresiasi masyarakat terhadap kesehatan masih relatif rendah, utamanya bagi
keluarga-keluarga miskin. Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh
penyakit menular ataupun faktor ketidaktahuan masyarakat dalam mensikapi
46
kesehatan, haruslah menjadi perhatian utama semua pihak khususnya
pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Dalam bidang kesehatan, kondisi umum pembangunan kesehatan antara lain
dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat serta pola penyakit.
Status kesehatan masyarakat antara lain dapat dinilai melalui berbagai
indikator kesehatan seperti usia harapan hidup, angka kematian bayi, angka
kematian balita, angka kematian ibu melahirkan dan keadaan gizi masyarakat.
Salah satu faktor yang memengaruhi peningkatan peluang hidup ini adalah
perhatian masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan ditunjang dengan
kemudahan mengakses sarana dan prasarana kesehatan.
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas antara lain dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Selanjutnya, pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan.
Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di seluruh
kecamatan di Kabupaten Pasuruan. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan
dasar seperti Puskesmas terdapat di semua kecamatan dan ditunjang oleh
Puskesmas Pembantu, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat
dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak
transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah rumah sakit.
Persoalan pembangunan kesehatan yang masih dihadapi saat ini adalah: (a)
belum meratanya jangkauan pelayanan kesehatan khususnya bagi keluarga
miskin di pedesaan; (b) belum optimalnya upaya peningkatan kesehatan
individu dan keluarga; (c) masih kurangnya mutu pelayanan kesehatan
meliputi pelayanan kesehatan dasar; (d) kecenderungan meningkatnya
beberapa penyakit menular dan tidak menular; (e) adanya beberapa penyakit
menular dan bencana yang berpotensi menjadi masalah luas pada kesehatan
masyarakat.
Dalam upaya terwujudnya peningkatan kesehatan masyarakat, arah
pembangunan kesehatan antara lain fokus pada:
1. Peningkatan kualitas pelayanan pada setiap strata pelayanan;
47
2. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk terutama keluarga miskin;
3. Peningkatan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan tenaga kesehatan;
4. Peningkatan kualitas lingkungan sehat dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan masyarakat;
5. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan.
� Mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk sehingga terjadi
keseimbangan antara laju pertumbuhan penduduk dengan daya dukung ekonomi daerah
Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan agenda
penting dalam mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk sehingga
terjadai keseimbangan antara laju pertumbuhan penduduk dengan daya dukung
ekonomi daerah. Hal ini diselenggarakan melalui pengendalian kuantitas
penduduk dan peningkatan kualitas insani dan sumber daya manusia.
Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian
pertumbuhan penduduk, keluarga berencana, dan pengembangan kualitas
penduduk, melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas dan mobilitas
penduduk.
Pembangunan di bidang kependudukan, pemberdayaan keluarga, kesehatan
reproduksi remaja dan keluarga berencana diarahkan untuk meningkatkan
kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka
kematian, dan peningkatan kualitas program KB. Sehingga dengan
pengendalian ini ke depan akan terjadi keseimbangan antara laju pertumbuhan
penduduk dengan daya dukung ekonomi.
Permasalahan pembangunan bidang kependudukan dan keluarga kecil
berkualitas di Kabupaten Pasuruan masih menghadapi berbagai permasalahan,
yaitu: (1) belum optimalnya koordinasi pelaksanaan kebijakan administrasi
Kependudukan; (2) belum optimalnya database kependudukan dan belum
tertibnya pencatatan serta pelaporan data kependudukan; (3) rendahnya
kualitas dan cakupan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi; (4) rendahnya
pemahaman dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja; (5) rendahnya
pelayanan kontrasepsi bagi keluarga miskin; (6) rendahnya keikutsertaan kaum
pria dalam ber-KB.
48
Agar pengendalian pertumbuhan penduduk bisa terwujud serta peningkatan
keluarga kecil yang berkualitas, maka arah pembangunan jangka panjang
meliputi:
a. Mengendalikan tingkat kelahiran penduduk melalui upaya memaksimalkan
akses dan kualitas pelayanan KB, terutama bagi keluarga miskin dan rentan
serta daerah terpencil; peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi bagi
pasangan usia subur tentang kesehatan reproduksi; melindungi peserta
keluarga berencana dari dampak negatif penggunaan alat dan obat
kontrasepsi; peningkatan kualitas penyediaan dan pemanfaatan alat dan obat
kontrasepsi dan peningkatan pemakaian kontrasepsi yang lebih efektif serta
efisien untuk jangka panjang.
b. Meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja dalam rangka
menyiapkan kehidupan berkeluarga yang lebih baik, serta pendewasaan usia
perkawinan melalui upaya peningkatan pemahaman kesehatan reproduksi
remaja; penguatan institusi masyarakat dan pemerintah yang memberikan
layanan kesehatan reproduksi bagi remaja; serta pemberian konseling
tentang permasalahan remaja;
c. Memperkuat kelembagaan dan jejaring pelayanan KB bekerjasama dengan
masyarakat luas, dalam upaya pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk dan pembudayaan keluarga kecil berkualitas.
2. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan, sehingga PDRB per kapita mencapai di atas US$ 7,500.
Pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi daerah untuk bisa memberikan
pelayanan optimal dan upaya mensejahterakan bagi masyarakat dan untuk
mencapai hal ini persoalan utama yang harus diselesaikan tidak lain adalah
kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, dan kondisi
lingkungan. Dengan demikian kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas
ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan
perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat.
49
Kompleksitas masalah kemiskinan tentu tidak bisa dijawab melalui program
pembangunan yang bersifat parsial apalagi kontradiktif, tetapi diperlukan sebuah
rumusan kebijakan yang bersifat holistik, ada keterkaitan satu sama lain meskipun
tidak bisa menghindari pendekatan sektoral. Rumusan kebijakan pembangunan
hendaknya disatukan oleh dua isu sentral dan mendasar, yaitu penanggulangan
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Program yang khusus ditujukan untuk
mengatasi masalah kemiskinan diorientasikan pada upaya peningkatan pendapatan
dan pengurangan beban masyarakat miskin melalui pendekatan pemberdayaan
usaha, pemberdayaan manusia dan pemberdayaan lingkungan. Implementasi
pendekatan program disesuaikan dengan kondisi potensi dan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat miskin setempat, dengan menghindari penyeragaman
program.
Variabel makro ekonomi mempunyai andil yang sangat besar. Tingginya laju
inflasi, rendahnya investasi, disparitas pertumbuhan ekonomi antar daerah dan
antara desa dan perkotaan serta aksesibilitas sumber-sumber ekonomi, secara
langsung akan memengaruhi kerawanan tingkat kemiskinan.
Sejalan dengan penjelasan di atas, arah pembangunan jangka panjang Kabupaten
Pasuruan yang berkenaan dengan tercapainya pendapatan per kapita masyarakat
minimal US$ 7,500 = Rp 71.250.000,00 (asumsi US$ 1 = Rp 9.500,00) adalah
sebagai berikut:
a. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha (Koperasi Usaha Kecil
Mikro dan Menengah) melalui kebijakan yang mampu mengentaskan
kemiskinan;
b. Peningkatan akses dan layanan permodalan dan pengembangan usaha bagi
masyarakat miskin dengan memberikan skim khusus (bunga rendah) tetapi
tetap memperhatikan mekanisme pasar yang ada;
c. Pemeliharaan dan pengembangan kesempatan kerja yang didukung oleh
tenaga kerja yang terampil dalam suasana hubungan kerja yang harmonis
antar pelaku produksi, adanya perlindungan kesehatan dan keamanan kerja
serta peningkatan upah buruh berdasarkan standar kebutuhan hidup minimal;
d. Pengembangan potensi wilayah baik pada daerah pesisir, sekitar hutan,
persawahan, pertambakan, dan daerah-daerah sekitar kawasan industri
dengan mengembangkan produk unggulan yang spesifik dan kompetitif serta
50
mempunyai dampak langsung terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi
dan penciptaan lapangan kerja;
e. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar dan sarana ekonomi sesuai dengan
karakteristik kebutuhan, sehingga mampu membuka akses dan meningkatkan
peluang bagi kelompok masyarakat miskin untuk meningkatkan
produktivitas sesuai dengan basis mata pencahariannya;
3. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh dengan basis keunggulan kompetitif pada sektor–sektor ekonominya.
Struktur perekonomian daerah lazim dibedakan menjadi 9 sektor ekonomi yang
tertuang dalam PDRB masing-masing daerah, yakni mulai sektor pertanian sampai
sektor jasa. Lebih lanjut, berkenaan dengan pembangunan ekonomi jangka
panjang di Kabupaten Pasuruan sehingga terwujudnya struktur perekonomian
yang kokoh, maka sektor pertanian diharapkan menjadi basis aktivitias kegiatan
ekonomi yang dikelola secara efisien dan menghasilkan output yang sesuai
dengan kebutuhan industri.
Sementara itu, pengembangan industri pengolahan dan manufaktur diarahkan
sedemikian rupa hingga memiliki daya saing global. Untuk sektor jasa diharapkan
dapat memberikan layanan publik yang bermutu dan berkualitas. Sejalan dengan
pemikiran di atas, maka arah pembangunan jangka panjang bisa dirinci
sebagaimana di uraian di bawah ini.
• Revitalisasi Pertanian
Pembangunan pertanian mencakup sub-sektor tanaman bahan makanan,
peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Dalam era otonomi
daerah, pemerintah Kabupaten Pasuruan selalu berupaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bidang pembangunan salah
satunya melalui peningkatan ketahanan pangan daerah untuk menunjang
ketahanan pangan nasional. Bidang Pertanian selama ini mempunyai peran
yang cukup strategis dalam perekonomian dan mempunyai multiplier effect
yang besar, karena di sektor ini sekitar 25,65% masyarakat Kabupaten
Pasuruan menggantungkan hidupnya. Selain itu mata rantai yang timbul dari
sektor pertanian sangat besar sehingga dampak yang ditimbulkan dari sektor
pertanian sangat luas. Sebagai bagian dari pembangunan masyarakat,
pembangunan pertanian diupayakan agar sinergis dengan pembangunan
sektor lainnya, bahkan merupakan titik pusat, sebagai sumber penggerak
51
sektor lain dengan pengembangan sistem agribisnis termasuk agroindustri
yang tahan terhadap guncangan ekonomi. Pada masa krisis, pertanian
merupakan sektor yang paling tahan terhadap badai krisis, begitu pula sektor
ini masih dapat menjadi penopang untuk tidak menjadikan krisis ekonomi
berkelanjutan.
Pembangunan di Bidang Pertanian ke depan menghadapi masalah antara lain
semakin terbatas dan menurunnya daya dukung lahan dan kelangkaan sumber
daya alam pertanian ditengah kondisi adanya kecenderungan peningkatan
kuantitas dan kualitas kebutuhan pangan. Pada sisi lain kesempatan usaha
pertanian sebagai upaya penanggulangan krisis ekonomi belum menunjukkan
efektivitasnya dan belum mendorong terwujudnya sistem dan usaha agribisnis
yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan. Pengembangan
agribisnis terutama holtikultura mempunyai peluang/potensi pengembangan
yang sangat besar serta berkemampuan dalam menciptakan lapangan kerja,
tapi pelatihan dan penanganan proses produksi serta informasi pasar dan
penerapan teknologi tepat guna belum optimal. Pola-pola kemitraan yang
dilaksanakan diharapkan akan memberdayakan penciptaan lapangan kerja
melalui program pembangunan fisik dan ekonomi produktif, yang pada
akhirnya akan meningkatkan daya beli masyarakat.
Revitalisasi pertanian menjadi penting, mengingat permasalahan Ketahanan
Pangan yang meliputi: (a) Nilai Tukar Petani (NTP) masih rendah berarti
pendapatan dan kesejahteraan petani masih rendah sehingga menyebabkan
rendahnya kemampuan ketahanan pangan keluarga; (b) masih rendahnya
kualitas dan kuantitas konsumsi pangan yang bergizi, (c) belum optimalnya
pengembangan sistem pengamanan pangan, (d) keterampilan petani masih
rendah, (e) distribusi dan ketersediaan pangan yang tidak merata, serta
distribusi (waktu dan lokasi) harga pangan yang tidak merata, serta
keberadaan dan fungsi lumbung pangan masyarakat sebagai bagian dari
penyangga pangan dan sudah dikenal di kalangan petani belum berjalan
secara optimal, (f) prasarana dan sarana distribusi pangan untuk menjangkau
seluruh wilayah konsumen belum memadai, sehingga arus lalu lintas pangan
antar-wilayah dan antar-waktu kurang lancar, (g) kelembagaan petani yang
belum sepenuhnya berfungsi secara optimal. Sehingga dalam kurun waktu 20
yang akan datang Kabupaten Pasuruan harus menuntaskan persoalan di atas
melalui program-program dari SATKER terkait.
52
• Peningkatan Investasi dan Perdagangan
Kinerja investasi selama lima tahun terakhir belum menunjukkan
perkembangan yang signifikan, hal ini menjadi salah satu faktor masih
tingginya angka pengangguran. Beberapa sektor dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005, adalah pertanian 25,65%,
perdagangan 20,05%, industri 31,95% dan jasa-jasa 9,87% sedang sektor
lainnya seperti; pertambangan, bangunan, keuangan, listrik dan air masih
dalam tahap perkembangan. Sementara itu, permasalahan yang masih
dihadapi adalah: (1) Pemanfatan jaringan promosi belum optimal; (2)
Pendayagunaan informasi potensi dan peluang investasi yang belum efektif;
(3) Pelayanan penanaman modal di daerah masih belum dapat dilaksanakan
secara efisien, cepat dan murah; (4) sarana prasarana penunjang penanaman
modal yang belum sepenuhnya dapat disediakan secara maksimal; (5) Relatif
rendahnya realisasi penanaman modal.
Sejalan dengan pemahaman di atas, dalam rangka mewujudkan peningkatan
investasi dan perdagangan, maka pembangunan jangka panjang diarahkan
pada upaya:
1. Menjamin kepastian usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan
dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme
penyelesaian konflik di bidang investasi;
2. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota lainnya guna pengembangan investasi, promosi investasi,
pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya
saing ;
3. Penyederhanaan sistem dan prosedur;
4. Mendorong secara bertahap perluasan basis produk ekspor dengan tetap
memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah lingkungan.
• Peningkatan Daya Saing Pariwisata
Pembangunan pariwisata mempunyai peranan penting karena di samping
sebagai penggerak perekonomian, juga diharapkan meningkatkan kesempatan
kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Dalam rangka memanfaatkan
peluang pariwisata yang secara prospektif dapat menguntungkan maka
53
diperlukan juga iklim usaha yang kondusif agar dapat menjamin
berlangsungnya kegiatan pariwisata, serta membuka peluang investasi guna
meningkatkan aktivitas pariwisata.
Selanjutnya melalui pengelolaan berbagai potensi secara optimal diharapkan
akan dapat menarik dunia usaha untuk melakukan kegiatan penanaman modal
di Kabupaten Pasuruan, sehinga aktivitas ekonomi meningkat yang pada
akhirnya mengangkat kesejahteraan masyarakat dan terdapat pula pada
peningkatan pendapatan asli daerah.
Kabupaten Pasuruan cukup banyak memiliki potensi obyek pariwisata baik
wisata alam, wisata agro maupun wisata budaya yang apabila dikelola dengan
manajemen yang baik akan turut mendukung peningkatan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Pasuruan setiap tahunnya. Tidak semua obyek wisata
yang dimilikinya berperan dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Terhitung hanya 6 (enam) obyek wisata yang dapat memberikan sumbangan
kepada PAD, yaitu: Gunung Bromo, Taman Safari Indonesia II, Kebun Raya
Purwodadi, Wana Wisata Kakek Bodo, Pemandian Banyubiru dan Ranu
Grati. Di samping itu ada beberapa daerah wisata yang berpotensi
menyumbangkan PAD, seperti Tamandayu dan Finna Golf.
Untuk mendukung pengembangan potensi wisata tersebut, perlu peningkatan
sarana dan prasarana transportasi. Sebab mudahnya tingkat aksesibilitas suatu
kawasan akan menambah daya tarik wisata yang bersangkutan. Sementara itu,
untuk “mengikatkan” antara pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan
obyek wisata dirasa perlu untuk menumbuh kembangkan produk-produk
wisata yang terkait dengan UMKM yang ada di daerah-daerah wisata.
Dengan kata lain, bahwa perkembangan obyek wisata ‘diikuti’ oleh
pertumbuhan usaha kecil dan pertumbuhan ekonomi setempat yang pada
gilirannya secara makro akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pasuruan.
Eksploitasi secara maksimal dari berbagai potensi pariwisata yang ada di
Kabupaten Pasuruan masih belum maksimal terutama wisata alam
pegunungan, wisata budaya sejarah maupun kerajinan rakyat. Sehingga untuk
meningkatkan peran pariwisata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pasuruan, maka arah pembangunan untuk mencapai kehendak
tersebut dalam 20 tahun yang akan datang adalah:
54
1. Meningkatkan dan menumbuhkan kembali potensi pariwisata yang telah
berkembang, bersumber pada potensi yang belum berkembang dan
bersumber pada potensi alam dan budaya yang berwawasan lingkungan
serta pelestarian budaya, sebagai aplikasi dari Konsep Ecotourism;
2. Meningkatkan kuantitas dan varietas potensi unggulan pariwisata dan
diversifikasi produk pelayanan pariwisata yang standar, berdaya saing
serta memenuhi rasa aman dan nyaman;
3. Memberdayakan pengembangan pemasaran pariwisata terpadu agar tepat
sasaran dan efisien serta menggalang peran serta masyarakat dengan cara
memposisikan masyarakat sebagai subyek pengembangan pariwisata,
sehingga dapat mewujudkan iklim usaha pariwisata yang kooperatif dan
dinamis;
4. Meningkatkan kualitas SDM pariwisata yang profesional dalam rangka
mewujudkan kinerja pelayanan.
5. Meningkatkan sosialisasi dan promosi keberadaaan Pariwisata di
Kabupaten Pasuruan.
• Peningkatan Daya Saing Industri
Kontribusi sektoral PDRB Kabupaten Pasuruan pada tahun 2005 didukung
oleh tiga sektor besar, yakni sektor industri (31,95%), sektor pertanian
(25,65%), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (20,95%). Sebagai
penyumbang terbesar, sektor industri diarahkan untuk menjadi sektor yang
kompetitif dalam rangka penciptaan struktur ekonomi yang seimbang melalui
pendayagunaan potensi produksi dalam negeri dan terwujudnya kerjasama
maupun kemitraan antar sub-sektor industri.
Kabupaten Pasuruan memiliki 7 (tujuh) jenis industri formal yang terbagi
dalam skala kecil, menengah dan besar, yaitu: agro industri sejumlah 329
unit, industri hasil hutan sejumlah 153 unit, aneka industri sejumlah 82 unit,
industri elektronika sejumlah 17 unit, industri logam dan perekayaan
sejumlah 84 unit, industri tekstil sejumlah 151 unit, dan industri kimia
sejumlah 203 unit. Jenis industri formal tersebut tersebar di wilayah
Kecamatan sesuai dengan karakteristik peran dan fungsi wilayah yang sesuai
dengan potensi pengembangan industri formal.
55
Kabupaten Pasuruan juga memiliki potensi sentra industri kecil (industri
informal) yang terbagi dalam 16 (enam belas) jenis sentra industri kecil,
yaitu: pengrajin tempe, bordir, batu bata, genting, anyaman bambu, kerupuk,
tape, konveksi, tenun ATBM, tenun ikat, mainan anak, kerajinan kayu, mebel
kayu, perhiasan, pande besi, dan kursi bambu.
Perkembangan sektor industri untuk tahun 2000-2003 dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan jumlah ijin usaha industri (IUI) formal dari 455 unit
tahun 2000 menjadi 1.364 unit tahun 2003.
2. Nilai investasi industri formal meningkat dari Rp.6.474.434.806.600,00
tahun 2000 menjadi Rp.6.928.508.089.250,00 tahun 2003.
3. Jumlah industri informal naik dari 14.617 unit pada tahun 2000 menjadi
sebanyak 15.540 unit pada tahun 2003. kenaikan ini diikuti dengan
kenaikan jumlah tenaga kerja terserap sebanyak 34.200 orang tahun 2000
menjadi 36.133 orang tahun 2003.
Perkembangan sektor industri tersebut menggambarkan upaya keras
Pemerintah Kabupaten Pasuruan untuk menarik investor baru melalui
penyederhanaan proses perijinan, peningkatan pelayanan perijinan, adanya
perencanaan tata ruang yang mendukung kegiatan industri dan penyediaan
infrastruktur yang memadai.
Pertumbuhan investasi dan jumlah tenaga kerja yang terserap selama kurun
waktu 4 tahun terakhir menunjukkan kondisi perekonomian mulai membaik
dan iklim dunia usaha secara bertahap sudah mendukung pengembangan
dunia usaha termasuk pengembangan industri informal.
Sementara itu, upaya peningkatan daya saing industri, masih menghadapi
berbagai permasalahan meliputi: (a) panjangnya mata rantai distribusi dan
terbatasnya jaringan informasi pasar dalam negeri maupun global; (b) belum
optimalnya perlindungan HAKI, Standarisasi produk Industri Mikro Kecil
dan Menengah (IMKM); (c) keterkaitan antar IMKM dengan besar/BUMN;
(d) Belum optimalnya kualitas sumber daya dan lembaga pendukung pasar;
(e) kelum optimalnya IMKM menggunakan bahan baku potensi unggulan
daerah serta masih tingginya ketergantungan sebagian produk pada komponen
bahan baku import; (f) belum optimalnya penggunaan teknologi tepat guna
56
dalam pengembangan industri; (g) masih terbatasnya sarana promosi industri
kecil dan menengah.
Dalam rangka perwujudan meningkatnya daya saing industri, maka arah
pembangunan jangka panjang yang terkait dengan sektor Industri adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan nilai tambah dan produktivitas melalui pengembangan
industri dalam rangka pengembangan rantai nilai untuk membentuk
industri-industri yang kuat, meningkatkan nilai tambah dari setiap produk
yang dibuat baik pada industri ataupun pada rantai nilainya,
memperpanjang rantai nilai baik dengan meningkatkan inovasi maupun
penguasaan pasar, meningkatkan efisiensi rantai nilai untuk meningkatkan
keseluruhan produktivitas.
2. Mengembangkan IMKM agar perannya setara dengan industri besar
sehingga merupakan fondasi perekonomian yang kokoh dan mewujudkan
IMKM yang mandiri dan atau mendukung industri besar dalam satu
kerangka kerjasama yang sederajat dan saling menguntungkan.
3. Mendorong investasi baru yang diarahkan pada industri yang berorientasi
ekspor.
4. Terwujudnya jaringan infrastruktur transportasi dan ekonomi yang handal
dan terintegrasi
Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Potensi pendukung sarana
dan prasarana transportasi di Kabupaten Pasuruan tersedia panjang jalan
terbentang hingga 1.906,444 km terdiri dari jalan Negara 90,92 km; jalan
Provinsi 94,704 km dan jalan Kabupaten 1.720,82 km. Sedangkan jalan desa juga
cukup tersedia, yang sebagian besar merupakan swadaya masyarakat.
Untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat, fungsi pelayanan
umum transportasi dilakukan pula melalui penyediaan jasa transportasi guna
mendorong pemerataan pembangunan dan melayani kebutuhan masyarakat luas,
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah terpencil,
melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa serta mendorong pertumbuhan
sektor-sektor ekonomi regional. Kabupaten Pasuruan juga akan mendukung
transportasi antar wilayah yang akan membuka peluang terjadinya perdagangan
57
antar wilayah dan mengurangi perbedaan harga antar wilayah, serta
meningkatkan mobilitas tenaga kerja sehingga mengurangi konsentrasi keahlian
dan keterampilan pada beberapa wilayah melalui pembangunan jalur bebas
hambatan. Dengan adanya pemerataan keterampilan dan keahlian, maupun biaya
antar-wilayah, maka akan mendorong terciptanya kesamaan kesempatan
pembangunan wilayah.
Lebih lanjut, perkembangan pembangunan transportasi ditujukan untuk
mengantisipasi dampak Lumpur Sidoarjo Akibat Lapindo (Lusi-Alan) yang
berfungsi menyambungkan kembali daerah-daerah yang selama ini tersambung
dengan kabupaten Pasuruan. Transportasi darat merupakan modal transportasi
utama yang berperan penting dalam mendukung pembangunan. Meningkatkan
pelayanan transportasi darat akan merangsung pertumbuhan di bidang lainnya.
Permasalahan yang dihadapi sampai saat ini adalah: (a) kemampuan pendanaan
keuangan daerah yang sangat terbatas sehingga belum mampu membiayai seluruh
kebutuhan penanganan jalan dan jembatan yang sedemikian besarnya; (b) masih
relatif tingginya kerusakan jalan dan tingkat kecelakaan lalu lintas serta kualitas
pelayanan lalulintas dan angkutan jalan masih belum memadai; (c) masih belum
optimalnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap tertib pemanfatan jalan dan
pengendalian kelebihan muatan, serta kurangnya fasilitas sarana prasarana
pendukungnya; (d) kurang terarah dan terpadunya pembangunan dan
pengembangan transportasi darat;
Sejalan dengan gambaran di atas, maka arah pembanguan jangka panjang yang
terkait dengan transportasi adalah :
a. Penanganan ruas jalan dengan mengutamakan pemeliharaan rutin dan
berkala.
b. Meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan dan jembatan untuk
mengantisipasi pertumbuhan lalu lintas.
c. Mendukung sistem jaringan jalan lintas yang mendukung kebutuhan industri.
d. Membangun sistem jaringan jalan yang mendukung Kawasan Strategis
Potensial.
e. Menumbuhkan sikap profesionalisme dan kemandirian institusi dan SDM
bidang penyelenggaraan prasarana jalan.
f. Mendorong peran serta aktif masyarakat dan swasta untuk pembiayaan
pembangunan prasarana jalan.
58
5. Terwujudnya pasokan energi listrik dan air bersih baik untuk kebutuhan
rumah tangga maupun industri. Untuk menunjang pengembangan industri dan pertumbuhan investasi serta
pemenuhan kebutuhan rumah tangga, maka diperlukan ketersediaan energi listrik
yang cukup. Dengan terbatasnya sumber daya yang tersedia, diperlukan
alternatif pilihan energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi listrik.
Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk
memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air
agar mampu berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Selain itu,
pembangunan di bidang sumber daya air juga ditujukan untuk mengendalikan
daya rusak air.
Kabupaten Pasuruan mempunyai potensi air cukup besar berupa air permukaan
dan air tanah. Selain potensi sungai, terdapat danau dan sejumlah mata air. Danau
Ranugrati dengan volume efektif sebesar 5.013m3 dan volume maksimum sebesar
5.217m3 mampu mengeluarkan debit maksimum 980 liter/detik dan debit
minimum 463 liter/detik. Selain itu terdapat 471 sumber mata air yang tersebar di
24 kecamatan dengan debit air antara 1 sampai dengan 5.650 liter/detik.
Sejalan dengan kondisi di atas, sumber air yang terbesar adalah Sumber Air
Umbulan di Kecamatan Winongan dengan maksimumnya 5.650 liter/detik;
Sumber Air Banyu Biru yang juga terletak di Kecamatan Winongan dengan debit
maksimumnya 225 liter/detik. Sedangkan pada lereng perbukitan banyak ditemui
sumur-sumur bor tertekan (artesis) atau tak tertekan dengan debit sekitar 5-10
liter/detik.
Potensi volume air yang cukup melimpah berupa sungai, danau dan mata air,
merupakan keunggulan dalam rangka peningkatan volume dan kualitas produk
pertanian serta kualitas hidup masyarakat dalam bentuk penyediaan air bersih.
Potensi tersebut juga merupakan peluang bagi terciptanya peningkatan
pendapatan daerah sendiri melalui kerjasama investasi/pengelolaan sumber air
dengan daerah lain.
Sementara itu, berkenaan dengan terwujudnya pasokan air yang cukup dan layak,
Kabupaten Pasuruan masih menyimpan beberapa persoalan antara lain: (a)
ancaman bencana banjir, di mana keberadaan sungai-sungai perennial (sungai
dengan aliran sepanjang tahun yang memiliki simpangan debit maksimal di
59
musim hujan dengan debit minimal di musim kemarau sangat besar) selain bisa
dimanfaatkan sepanjang tahun untuk irigasi pertanian dan kebutuhan air bersih
juga merupakan ancaman karena simpangan debitnya yang sangat besar. Di
musim hujan debit aliran sungai-sungai tersebut sangat besar mengakibatkan
elevasi permukaan air sungai sangat tinggi bahkan melampaui elevasi tanggulnya
sehingga meluap dan menimbulkan banjir terutama di daerah hilir.
Selain curah hujan yang merupakan faktor uncontrollable terjadinya banjir,
kegiatan masyarakat yang mengganggu aliran sungai dalam bentuk penyempitan
sungai, perusakan tanggul, pendangkalan, polusi yang memacu pemanasan global
dan timbulnya lahan oloran yang menambah panjang aliran sungai adalah faktor
manusiawi yang memengaruhi intensitas banjir; (b) kekurangan pasokan air di
musim kemarau, terdapat daerah resapan yang cukup luas terbentang pada
kawasan Kecamatan Prigen dan Kecamatan Tosari di sekitar Gunung Bromo.
Kawasan ini berperan penting bagi kelestarian ratusan sumber mata air di
Kabupaten Pasuruan terutama Umbulan karena fungsi pokoknya yang
menahan/menyimpan air hujan sebanyak-banyaknya untuk dimanfaatkan pada
musim kemarau. Tingginya curah hujan tidak dapat dihindarkan tetapi luas lahan
dan kemampuan meresapkan air sangat dipengaruhi aktivitas manusia. Perubahan
peruntukan lahan seperti hutan untuk pertanian atau permukiman akan
menyebabkan laju aliran permukaan menjadi besar dan volume air terserap
semakin kecil. Hal ini terlihat dari kejadian banjir di musim hujan dan turunnya
persediaan air di musim kemarau; (c) berkurangnya potensi sumber air, di mana
hal ini selain disebabkan oleh berkurangnya volume air terserap, juga oleh
penggunaan yang berlebihan dan kurangnya pemeliharaan sumber air.
Untuk terwujudnya pasokan air yang cukup dan layak, maka arah pembangunan
jangka panjang yang terkait dengan persoalan di atas adalah:
a. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian
antara konservasi dan pendayagunaan,
b. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi
difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang telah
dibangun, rehabilitasi pada areal irigasi yang mengalami kerusakan, dan
peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan.
60
c. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku
diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di
wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis.
d. Pemanfaatan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air baku akan
dikendalikan dan sejalan dengan itu akan dilakukan upaya peningkatan
penyediaan air baku dari air permukaan.
e. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir
melalui konservasi sumber daya air dan pengelolaan daerah aliran sungai
dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah.
6. Terwujudnya sistem informasi berbasis elektronik yang mampu mendorong produktivitas.
a. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam menguasai,
memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
menciptakan keunggulan kompetitif daerah;
b. Meningkatkan peran media komunikasi dan informasi untuk memeratakan dan
mempermudah akses masyarakat dalam memperoleh informasi, dan menjalin
hubungan timbal balik antara masyarakat dengan pemerintah dalam berbagai
aspek;
c. Meningkatkan peran media massa dan cyber-media yang bebas dan
bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi yang obyektif, akurat,
edukatif, dan terkini sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif;
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam mengembangkan
media telekomunikasi dan informasi sehingga dalam aspek pelayanan publik
sudah tidak perlu lagi temu muka antara pelayan dan yang terlayani.
e. Meningkatkan upaya-upaya pencegahan dampak negatif atas pemanfaatan
teknologi informasi.
7. Meningkatnya profesionalisme aparatur pemerintah dalam kerangka good and clean governance yang mendukung akselerasi pembangunan daerah
a. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme aparatur pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat;
b. Meningkatkan kepatuhan aparatur pemerintah pada kebijakan dan peraturan
yang ditetapkan agar penyelenggaraan pemerintahan lebih efisien dan efektif;
61
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana kerja dalam rangka
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat;
d. Meningkatkan akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah melalui pengawasan
internal, eksternal, dan pengawasan masyarakat;
e. Meningkatkan kesejahteraan PNS melalui pola renumerasi berbasis sistem
kinerja baik individual maupun instansi;
f. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penentuan kebijakan publik,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan daerah melalui
mekanisme yang sah;
g. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa yang semakin kuat,
demokratis, dinamis dan bertanggung jawab;
h. Mempertahankan netralitas birokrasi dalam kehidupan politik;
i. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi termasuk pengembangan e-
government dalam penyelenggaraan pemerintahan yang transparan, pelayanan
masyarakat, dan pengembangan potensi daerah; dan
j. Penataan sistem administrasi kependudukan yang mengarah pada peningkatan
pelayanan, kualitas data dan informasi kependudukan.
2.9. TERWUJUDNYA PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA DAN BERKEADILAN
Pembangunan yang merata di Kabupaten Pasuruan, perlu diwujudkan, mengingat
terdapat ketimpangan pembangunan daerah antara Wilayah Barat dan Wilayah Timur.
Kabupaten Pasuruan Wilayah Timur merupakan wilayah yang cenderung lebih
banyak dihuni oleh kaum nelayan dengan jumlah penduduk tinggi, tetapi
kesejahteraan rendah, sedangkan Kabupaten Pasuruan Wilayah Barat merupakan
wilayah Industri, Pertanian dan Pariwisata, dengan kesejahteraan lebih baik dari
Wilayah Timur, sehingga dapat dikatakan Pembangunan di Wilayah Barat Kabupaten
Pasuruan lebih berkembang dibandingkan dengan Wilayah Timurnya.
Terjadinya ketimpangan pembangunan tersebut juga didukung adanya data
penyebaran penduduk yang tidak merata di Kabupaten Pasuruan. Kepadatan
penduduk yang tinggi terdapat di Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan, di mana
kepadatan penduduknya mencapai 1.163 jiwa/km2 pada tahun 2005. Sedangkan
62
Wilayah Timur, pada tahun 2005, kepadatan penduduknya lebih rendah, yaitu sebesar
760 jiwa/km2.
Untuk meningkatkan pertumbuhan secara lebih merata, maka sangatlah perlu melihat
potensi wilayah, sehingga dengan mengetahui potensi wilayah, maka wilayah tersebut
akan dikembangkan sesuai dengan potensinya. Untuk itu perlu dilakukan tindakan
untuk terwujudnya pembangunan yang lebih merata di Kabupaten Pasuruan.
1. Tingkat pembangunan semakin merata diseluruh kecamatan dan desa dengan diikuti oleh peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan, termasuk di dalamnya berkurangnya kesenjangan antar wilayah di Kabupaten Pasuruan.
a. Mengoptimalkan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP), dengan
memberdayakan potensi dari setiap kecamatan yang terkait, yang tetap
memfokuskan pada aktivitas yang difokuskan pada daerah SWP tersebut.
b. Tidak meratanya sarana dan prasarana, menyebabkan penyebaran penduduk
di Kabupaten Pasuruan tidak merata, di mana penduduk lebih terkonsentrasi
pada pusat Kabupaten. Sehingga perlu dilakukan pembangunan sarana dan
prasarana pada wilayah-wilayah di mana kepadatan penduduk rendah,
sehingga wilayah tersebut nantinya dapat menyerap tenaga kerja, hal ini
didukung dengan tingginya usia produktif penduduk di Kabupaten Pasuruan.
c. Terdapat keluarga pra-sejahtera pada daerah pertanian, sehingga diperlukan
pemberdayaan pada daerah pertanian agar petani dapat meningkatkan taraf
hidupnya, karena beberapa tahun terakhir terjadi penurunan kontribusi dari
bidang pertanian, mengingat 30% penduduk Kabupaten Pasuruan adalah
petani.
d. Peningkatan pembangunan suatu wilayah/daerah dimungkinkan, jika ada
akses pada wilayah/daerah tersebut. Artinya, perlu adanya pemberdayaan
pada Wilayah Timur Kabupaten Pasuruan. Bentuk pemberdayaan diharapkan
dapat mudah diakses oleh masyarakat sehingga dapat menghasilkan sesuatu
lebih konkrit.
e. Pembangunan ekonomi wilayah akan lebih efisien dengan kerjasama antar-
wilayah/daerah, terutama wilayah/daerah yang saling berdekatan. Kerjasama
tersebut mempertimbangkan keterkaitan mata rantai proses industri dan
distribusi.
63
f. Pemerintah daerah lebih menekankan dan mempercepat pemberdayaan pada
wilayah-wilayah yang belum berkembang.
g. Mengoptimalkan wilayah-wilayah yang sudah berpotensi untuk lebih
berdaya, yang nantinya dapat membantu wilayah lain yang kurang berpotensi.
2. Kemandirian pangan dapat diwujudkan, kualitas gizi terus meningkat serta tersedianya instrumen jaminan pangan bagi setiap rumah tangga.
a. Mengoptimalkan dan mengembangkan lahan pertanian sebagai penghasil
tanaman pangan. Dan melengkapinya dengan infrastruktur, misalnya saluran
irigasi dan bendungan untuk meningkatkan hasil tanaman pangan.
b. Mengoptimalkan dan mengembangkan sumber daya alam dan lingkungan
hidup. Kabupaten Pasuruan mempunyai banyak sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang sebagian sudah menghasilkan dan berperan penting
dalam meningkatkan PDRB, seperti misalnya sektor pertanian. Di samping
itu, sektor tanaman perkebunan dan perikanan merupakan sumber daya alam
yang potensial untuk dioptimalkan. Ketersediaan sumber air, seperti di
Umbulan dan Ranu Grati merupakan sumber daya alam yang berpotensi
untuk mengembangkan wilayah.
c. Mengembangkan pengolahan hasil sumber daya alam dan lingkungan hidup
yang mempunyai kualitas gizi yang baik dan ramah lingkungan. Hasil dari
sumber daya alam dan lingkungan hidup, seperti sektor tanaman perkebunan,
sektor peternakan dan keersediaan sumber-sumber air yang meningkat dapat
diberdayakan dengan melakukan pengolahan, sehingga menghasilkan produk
yang lebih baik.
d. Kegiatan-kegiatan sosialisasi informasi pada makanan bergizi, kesehatan
masyarakat, dan penyuluhan pertanian dilakukan dengan melibatkan
instansi/dinas terkait, misalkan, Dinas Pertanian dan Dinas Kesehatan, untuk
mendapatkan tanaman pangan yang memadai.
3. Terpenuhinya kebutuhan perumahan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya yang didukung oleh sistem pembiayaan yang berkelanjutan, efisien dan akuntabel.
a. Dengan jumlah angkatan kerja yang tinggi, dapat dimanfaatkan untuk
membuka lapangan kerja pada pembangunan perumahan pada daerah-daerah
yang kepadatan penduduk rendah, menuju wilayah mandiri.
64
b. Bekerjasama dengan sektor swasta (misalnya: investor/para pengembang)
agar dapat membiayai terlaksananya pembangunan perumahan yang
memadai.
c. Melakukan perbaikan pada sarana transportasi untuk menarik
investor/pengembang datang ke Kabupaten Pasuruan.
d. Melakukan relokasi pada rumah-rumah yang berada di tepi sungai, pantai,
pegunungan atau permukiman kumuh yang ada ditengah-tengah kota, dengan
memberikan penyediaan sarana dan prasarana.
2.10. TERWUJUDNYA KABUPATEN PASURUAN YANG ASRI DAN LESTAR I (BERKELANJUTAN)
Di dalam kesepakatan PBB tentang pembangunan yang lestari (berkelanjutan) aspek
lingkungan menempati posisi yang sangat strategis, khususnya di dalam menopang
sistem kehidupan. Sumber daya alam yang lestari akan menjamin tersedianya sumber
daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup yang asri akan
meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
Kabupaten Pasuruan yang berdaya saing, sejahtera dan mandiri, SDA dan lingkungan
hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan.
Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektor dan
wilayah menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
a. Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan SDA dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup melalui terjaganya fungsi dan daya dukung dan kemampuan
pemulihannya dalam mendukung kulitas kehidupan sosial dan ekonomi secara
serasi, seimbang dan lestari. Pendayagunaan SDA yang terbarukan seperti hutan,
pertanian, perikanan, dan perairan, harus dikelola dan dimanfaatkan secara
rasional, optimal, efisien, dan bertanggung jawab dengan mendayagunakan
seluruh fungsi dan manfaat secara seimbang. Pengelolaan SDA terbarukan yang
sudah berada dalam kondisi kritis diarahkan pada upaya untuk merehabilitasi dan
memulihkan daya dukungnya, dan selanjutnya diarahkan pada pemanfaatan jasa
lingkungan sehingga tidak semakin merusak dan menghilangkan kemampuannya
sebagai modal bagi pembangunan yang berkelanjutan. Hasil atau pendapatan yang
berasal dari pemanfaatan SDA terbarukan diinvestasikan kembali guna
menumbuhkembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
65
b. Dalam usaha meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik, sangat perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di
segala bidang. Pembangunan ekonomi diharapkan tidak hanya berorientasi
ekonomi semata tetapi juga mengarah pada pemanfaatan jasa lingkungan sehingga
tidak mempercepat terjadinya degradasi dan pencemaran lingkungan. Pemulihan
dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup diprioritaskan pada upaya untuk
meningkatkan daya dukung lingkungan dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan.
c. Di dalam memelihara kekayaan dan keragaman SDA untuk mewujudkan nilai
tambah dan daya saing masyarakat sangat memerlukan kebijakan pengelolaan
SDA yang didukung oleh peningkatan kelembagaan SDA dan lingkungan hidup;
penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas; sistem politik yang kredibel
dalam mengendalikan konflik; SDM yang berkualitas; perluasan penerapan etika
lingkungan; serta asimilasi sosial budaya yang semakin mantap, sehinggga
lingkungan dapat memberikan kenyamanan dan keindahan dalam kehidupan.
Selanjutnya cara pandang terhadap lingkungan hidup yang berwawasan etika
lingkungan perlu didorong melalui internalisasi ke dalam kegiatan produksi dan
konsumsi, dan menanamkan nilai dan etika lingkungan dalam kehidupan sehari-
hari termasuk proses pembelajaran sosial, serta pendidikan formal pada semua
tingkatan.
d. Menjaga dan melestarikan sumber daya air sangat penting untuk menunjang
kehidupan dan keberlanjutan pembangunan. Pengelolaan sumber daya air
diarahkan untuk menjamin keberlanjutan daya dukungnya dengan menjaga
kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan keberadaan air tanah; mewujudkan
keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan melalui mekanisme pasar
(permintaan dan penawaran). Dengan demikian pengelolaan sumber daya air ini
bertujuan untuk meningkatan kapasitas dan keandalan pasokan air; memperkokoh
kelembagaan sumber daya air untuk meningkatkan keterpaduan dan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat.
e. Meningkatnya kesadaran, seikap mental dan perilaku masyarakat akan
pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan hidup untuk meningkatkan dan
menjaga kualitas kehidupan. Fokus kebijakan ini dapat diarahkan kepada generasi
muda, sehingga tercipta SDM yang berkualitas yang peduli terhadap isu SDA dan
lingkungan hidup. Dengan demikian ke depan mereka mampu berperan sebagai
66
penggerak bagi penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam kehidupan
sehari-hari.
Selanjutnya untuk lebih fokusnya arah pembangunan jangka panjang ini maka dalam
kurun waktu 20 tahun yang akan datang pembangunan di Kabupaten Pasuruan
dilaksanakan secara periodik, dan periodesasi ini dimaksudkan untuk menetapkan
penekanan-penekanan atau skala prioritas dalam pelaksanaannya.
2.11. PERIODESASI RPJP
Penjelasan yang berkaitan dengan arah pembangunan jangka panjang sebagaimana
uraian terdahulu memuat paling tidak beberapa pokok arah pembangunan antara lain:
(1) Terwujudnya masyarakat yang bermoral, beretika, dan berbudaya; (2)
Terwujudnya Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang baik dan bersih serta demokratis
berlandaskan hukum; (3) Terwujudnya daya saing masyarakat untuk mencapai
kemandirian dan kesejahteraan; (4) Terwujudnya pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan; (5)Terwujudnya Kabupaten Pasuruan yang asri dan lestari.
Lebih lanjut, untuk mewujudkan kehendak-kehendak luhur di atas dalam 20 tahun
yang akan datang, mustahil bisa dicapai dalam waktu yang bersamaan dan secara
simultan. Untuk itu, pada bagian ini akan dipaparkan uraian-uraian yang berkenaan
dengan pentahapan-pentahapan implementasi dari arah pembangunan jangka panjang
Kabupaten Pasuruan. Pentahapan ini, dimaksudkan agar supaya pelaksanaan
pembangunan jangka panjang ini ada semacam skala prioritas sehingga antara
tahapan yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Dengan kata lain, setiap
tahap merupakan landasan bagi pelaksanaan pembangunan tahap berikutnya dan oleh
karena pembangunan jangka panjang ini meliputi kurun waktu 20 tahun maka setiap
tahapan pelaksanaan dibuat 5 tahun sehingga terdapat 4 tahapan pembangunan guna
merealisir visi dan misi dari Kabupaten Pasuruan. Sementara itu, pentahapan
sebagaimana penjelasan di atas antara lain:
1. Lima tahun pertama (2005-2010): Terwujudnya masyarakat Kabupaten Pasuruan
yang bermoral, beretika dan berbudaya serta pemerintahan yang baik dan bersih
serta demokratis;
2. Lima tahun kedua (2010-2015): Terwujudnya pembangunan yang merata dan
berkeadilan;
3. Lima tahun ketiga (2015-2020): Terwujudnya daya saing untuk mencapai
kemandiran dan kesejahteraan;
67
4. Lima tahun keempat (2020-2025): Terwujudnya Kabupaten Pasuruan yang asri
dan lestari.
1. Lima Tahun Pertama (2005-2010)
Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Pasuruan pada lima tahun pertama
ini mengarah kepada sasaran-sasaran demi terwujudnya Kabupaten Pasuruan yang
bermoral, beretika dan berbudaya. Di tahap pertama ini diharapkan terpenuhinya
hak-hak dasar dalam menjalankan ajaran agama sehingga tidak ada konflik antar
maupun inter umat beragama, sehingga terwujud karakter penduduk Kabupaten
Pasuruan yang tangguh, kompetitif, dan bermoral tinggi. Itu semua akan
menyumbang terhadap makin kokohnya budaya masyarakat yang tercermin pada
peningkatan martabat, kepribadian, dan jati diri.
Dengan kehidupan yang beragama ini, diharapkan mampu menjadi katalisator
pembangunan yang merupakan cita-cita untuk meningkatkan kepedulian sosial
dalam masyarakat. Peningkatan pembangunan tersebut juga harus diimbangi
dengan kehidupan berpolitik yang demokratis yang terimplementasi dalam
kebebasan penyampaian aspirasi, tingkat partisipasi dalam pesta demokrasi, dan
pemeliharaan situasi keamanan yang kondusif.
Untuk menciptakan berbagai kondisi di atas, tetap dibutuhkan sumber daya
manusia yang mumpuni, sehingga dapat dijadikan sebagai landasan yang kuat
dalam peningkatan pembangunan daerah dengan diiringi oleh pembangunan
manusia yang beradab.
2. Lima Tahun Kedua (2010-2015)
Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Pasuruan pada lima tahun kedua
ini mengarah kepada sasaran-sasaran demi terwujudnya pembangunan yang lebih
merata dan berkeadilan. Tingkat pembangunan semakin merata di seluruh
kecamatan dan desa sehingga kesenjangan antar wilayah di kabupaten Pasuruan
menjadi berkurang, terutama yang berkenaan dengan isu wilayah Timur dan
Barat.
Dari sisi pemerataan pembangunan, yang menjadi topik utama adalah bagaimana
pemenuhan kebutuhan perumahan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya. Hal ini terkait dengan pengadaan dengan jaringan infrastruktur
transportasi serta ekonomi yang handal dan terintegrasi antara daerah satu dengan
68
yang lainnya. Dengan tersedianya infrastruktur yang merata, sejatinya akan
tercipta lapangan pekerjaan yang memadai bagi masyarakat Kabupaten Pasuruan.
Hal ini tentunya tidak terlepas dari kesiapan sumber daya manusia, sehingga
dibutuhkan peningkatan kualitas infrastruktur pendidikan yang memadai.
Sehingga penyerapan tenaga kerja di daerah Kabupaten Pasuruan lebih optimal,
tidak mengandalkan impor tenaga kerja dari luar atau daerah lain.
3. Lima Tahun Ketiga (2015-2020)
Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Pasuruan pada lima tahun ketiga
ini adalah terwujudnya daya saing untuk mencapai kemandiran dan kesejahteraan.
Dari sisi kemandirian dan kesejahteraan, tidak hanya bisa dilihat dari kemampuan
menghidupi diri sendiri dan kemampuan batiniah dan lahiriah (ekonomi). Ini
semua dikarenakan masuknya masa globalisasi yang bermakna persaingan sudah
tidak lagi melibatkan sumber daya internal (lokal), tetapi sudah melibatkan
sumber daya eksternal. Sehingga, untuk dapat bersaing dalam suasana
sebagaimana digambarkan terakhir seyogyanya peningkatan daya saing di segala
penjuru mutlak diperlukan. Artinya, kehidupan dalam era globalisasi, diperlukan
kualitas sumber daya manusia yang handal dan memiliki intelektualitas yang
tinggi. Sementara itu, penilaian yang berkenaan dengan kualitas sumber daya
manusia suatu daerah lazim digunakan indikator yaitu indeks pembangunan
manusia (IPM) dan komponen yang terkait dengan indeks ini, antara lain: indeks
pendidikan, indeks kesehatan, dan indeks daya beli masyarakat.
Sejalan dengan uraian di atas dan skor IPM kabupaten Pasuruan yang masih
tergolong rendah, yakni 63,65 pada tahun 2005. Rendahnya indeks ini karena
dipicu oleh rendahnya indek pendidikan (72,24), angka harapan hidup (65 tahun),
dan indeks daya beli (52,87). Maka dalam kurun waktu 5 tahun yang akan datang
arah pembangunan daerah adalah: (i) meningkatkan kualitas pendidikan, (ii)
meningkatkan kualitas kesehatan, dan (iii) meningkatkan daya beli masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan masyarakat tersebut,
maka arah pembangunan akan dilaksanakan sebagai berikut: Pertama,
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan secara terarah, terpadu dan
menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif oleh seluruh komponen melalui: (a)
peningkatan kualitas pendidikan dengan cara peningkatan profesionalisme yang
bermuara pada peningkatan kualitas kelembagaan, SDM, sarana dan prasarana
69
kualitas pembelajaran; (b) meningkatkan kompetensi pendidikan kejuruan dan
pendidikan non formal untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam rangka
memasuki dunia kerja (market friendly); (c) meningkatkan layanan pendidikan
keterampilan bagi Anak Luar Biasa agar dapat hidup mandiri; (d) mengintrodusir
model sekolah unggulan di setiap kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
Pasuruan. Kedua, kebijakan pendidikan yang mengarah kepada: (a) penuntasan
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun; (b) peningkatan sarana prasarana; (c)
peningkatan pelayanan Pendidikan Luar Sekolah.
Lebih lanjut, dalam upaya terwujudnya peningkatan kesehatan masyarakat, arah
pembangunan kesehatan antara lain fokus pada: (a) peningkatan kualitas
pelayanan pada setiap strata pelayanan; (b) pengembangan jaminan kesehatan bagi
penduduk terutama keluarga miskin; (c) peningkatan kualitas, kuantitas dan
pendayagunaan tenaga kesehatan; (d) peningkatan kualitas lingkungan sehat dan
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan
masyarakat; (e) pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas atau sarana dan
prasarana kesehatan.
Sementara itu, untuk mewujudkan upaya peningkatan daya beli masyarakat arah
pembangunan fokus kepada revitalisasi pertanian. Sektor pertanian diharapkan
menjadi basis aktivitas kegiatan ekonomi yang dikelola secara efisien dan
menghasilkan output sesuai dengan kebutuhan industri. Terwujudnya industri
berbasis pertanian dan manufaktur yang memiliki daya saing global.
Mengingat penduduk Kabupaten Pasuruan sebagian besar ada di sektor pertanian,
sementara share sektor ini dalam pembentukan produk domestik bruto masih
kalah oleh sektor manufaktur maka revitalisasi pertanian menjadi penting. Di
samping itu, permasalahan ketahanan pangan yang meliputi: (a) Nilai Tukar
Petani (NTP) masih rendah berarti pendapatan dan kesejahteraan petani masih
rendah, menyebabkan rendahnya kemampuan ketahanan pangan keluarga; (b)
masih rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan yang bergizi, (c) belum
optimalnya pengembangan sistem pengamanan pangan, (d) Keterampilan petan
masih rendah, (e) distribusi dan ketersediaan pangan yang tidak merata, (f)
keberadaan dan fungsi lumbung pangan masyarakat sebagai bagian dari
penyangga pangan dan sudah dikenal di kalangan petani belum berjalan secara
optimal, (g) prasarana dan sarana distribusi pangan untuk menjangkau seluruh
wilayah konsumen belum memadai, sehingga arus lalu lintas pangan antar wilayah
70
dan antar waktu kurang lancar, (h) kelembagaan petani yang belum sepenuhnya
berfungsi secara optimal. Sehingga dalam kurun waktu 20 yang akan datang
Kabupaten Pasuruan harus menuntaskan persoalan di atas melalui program-
program dari satker terkait.
4. Lima Tahun Keempat (2020-2025)
Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Pasuruan pada lima tahun keempat
ini mengarah kepada sasaran-sasaran demi terwujudnya Kabupaten Pasuruan yang
asri dan lestari. Hal ini dapat diwujudkan dengan membaiknya pengelolaan dan
pendayagunaan SDA dan pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui terjaganya
fungsi dan daya dukung serta kemampuan pemulihannya dalam mendukung
kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Serta meningkatnya
kesadaran, sikap mental dan perilaku masyarakat akan pengelolaan SDA dan
pelestarian lingkungan hidup untuk meningkatkan dan menjaga kualitas
kehidupan. Sehingga pemeliharaan kekayaan dan keragaman SDA sangat penting
demi terciptanya nilai tambah pada sektor ekonomi dan daya saing industri.
BAB V PENUTUP
Pengertian secara umum Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) adalah suatu
kerangka kebijakan dalam rangka mencapai tujuan pelaksanaan pembangunan selama 20
tahun (2005-2025). Menurut skalanya, RPJP merupakan perencanaan tingkat makro
daerah selama 20 tahun yang perlu dipahami sebagai dokumen bersama seluruh
stakeholder dalam rangka melaksanakan pembangunan dalam jangka waktu 20 tahun.
Mengingat begitu pentingnya RPJP sebagai dokumen vang memberikan arah harus
71
kemana pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilakukan, maka RPJP seharusnya
merupakan hasil pemikiran yang menampung partisipasi dari semua pihak (stakeholders)
di Kabupaten Pasuruan ini. Selanjutnya, dokumen RPJP secara teknis menjadi pedoman
dalam rangka menyusun pentahapan pelaksanaan pembangunan dalam skala waktu lima
tahunan yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).
RPJP Kabupaten Pasuruan tahun 2005-2025 merupakan pedoman bagi seluruh komponen
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah daerah dalam menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM). Untuk itu, diperlukan kaidah-kaidah pelaksanaan, sebagai
berikut:
� Seluruh komponen masyarakat dunia usaha dan pemerintah daerah berkewajiban
untuk menjabarkan RPJP ke dalam kerangka program yang lebih rinci pada dokumen
RPJM Kabupaten Pasuruan tahun 2008-2013, 2013-2018, 2018-2023, dan 2023-2028
dengan sebaik-baiknya;
� Apabila terjadi perubahan situasi dari keadaan normal pada saat RPJP ini ditetapkan,
baik yang memperlambat ataupun mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran 20
tahun ke depan, maka perubahan situasi tersebut tidak untuk mengubah tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, kecuali hanya dapat memperlambat atau mempercepat
pencapaian tujuan dan sasaran. Implikasinya salah memungkinkan adanya pergeseran
target, tetapi masih dalam kerangka pencapaian tujuan.
BUPATI PASURUAN,
ttd.
H. JUSBAKIR ALDJUFRI, SH, MM