Post on 25-Feb-2018
KEWAJIBAN MELAPOR TINDAK PIDANA NARKOTIKA
STUDI PASAL 128 DAN PASAL 132 UNDANG-UNDANG N0 35 TAHUN
2009 TENTANG NARKOTIKA PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATASATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
OLEH:
RADEN ZAISUL HAFID
10370015
PEMBIMBING :
Dr. OCKTOBERRINSYAH, M.Ag.
SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
ii
ABSTRAK
Narkotika adalah suatu zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh
tertentu bagi sesorang yang menggunakannya dan memasukan ke dalam tubuh.
Efek dari penggunaan zat narkotika tersebut berupa pada pembiusan, hilangnya
rasa sakit, rangsangan semangat, dan halusinasi atau timbulnya khayalan dari diri
seorang yang menggunakan. Sifat-sifat dari efek narkotika tersebut dalam dunia
medis digunakan dan dimanfaatkan sebagai pengobatan bagi manusia seperti
dalam pembendahan. Efek yang dapat menimbulkan hilangnya rasa sakit yang
dimanfaatkan oleh dokter guna mempermudah jalannya operasi atau pembedahan.
Namun zat narkotika tersebut diketahui menimbulkan efek candu yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada obat-obatan itu, sehingga pemakaiannya harus
menggunakan takaran atau harus resep dokter.
Pokok masalah yang dibahas dalam skripsi ini ialah apakah konsep
penyertaan dalam tindak pidana narkotika sejalan dengan konsep al-isytira>k fi>l jari>mah dalam Hukum Pidana Islam? Bagaimana bentuk pertanggungjawaban
dilihat dari Hukum Pidana Islam? Kemudian metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah library research atau telaah pustaka. Data penelitian ini
adalah bersumber dari buku-buku, artikel, media massa, majalah, naskah,
dokumen, dan lain sebagainya, yang berkaitan dengan materi penelitian.
Hasil dari penelitian ini ialah, bahwa pertama, baik Undang-undang No.35
Tahun 2009 dan hukum pidana Islam sama membahas tentang penyertaan atau
turut berbuat tindak pidana. Kedua, Undang-undang 35 Tahun 2009 menerapkan
sanksi penjara dan denda terhadap pelaku penyertaan dengan ketentuan sepertiga
dari maksimal pidana yang diperoleh pelaku utama, sedang dalam hukum pidana
Islam sanksi yang diberikan adalah ta’zir dengan ketentuan sanksi lebih ringan
dari pelaku utama. Ketiga, pada Undang-undang No.35 Tahun 2009 menjerat
kepada siapa saja yang terlibat dalam rangkaian tindak pidana narkotika dengan
tidak mementingkan unsur ketidaksengajaan, sedang dalam hukum pidana Islam
memisahkan antara orang yang sanggup dan tidak sanggup mencegah kejahatan,
dengan memidanakan orang yang sanggup mencegah namun ia diam, dan tidak
menghukum orang yang diam karna ia tidak sanggup. Hal ini menjelaskan bahwa
hukum pidana Islam lebih menerapkan pada unsur ketidaksengajaan dalam
memberikan sanksi terhadap pelaku. Kempat, konsep sanksi yang diberikan pada
pelaku penyertaan dalam hukum positif dan hukum pidana Islam bertujuan
membuat efek jera dan memnyadarkan seseorang akan pentingnya keselamatan
korban serta membangkitkan kepedulian antar sesama. Maka dengan ini prinsip
hukuman yang dijatuhkan pada hukum positif sejalan dengan konsep al-isytira>k fi>l jari>mah pada turut berbuat tidak langsung dengan jalan tidak berbuat sejalan
dengan tidak berbuat yang memiliki tujuan yang sama, namun perbedaan terdapat
pada penerapan unsur ketidak sengajaannya.
ffitm Universitas Islam Negeri Sunm Kalijaga FM-I]INSK.BM.O5.O3 / RO
ST]RAT PERIYYATAAI\I SKRIPSI
Yang bertandatangan dibawah ini:
Raden Zaisul Hafid
10370015
Siyasah
Syari'ah dao Hukum
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau laporan
penelitian yang saya lalrukan sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya oftulg lain. Kecuali
yang secara tertulis diacu dalam penelitian ini dan disebutkan dalam acuan daftff pustaka
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
Yogyakarta, 24Mei20l4Ymg menyatakan
RadenZaisul HafidNim. 10370015
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
t
iii
lf4Er#trsrE{€Il3rfUnlverrltas Islam Negeri Sunan ltuIijaga [M-IIII{SK-BM-05-{13/R0
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
Hal : Skripsi Saudara Raden Taisul rlafidLamp :3 Eksemplar
Kepada:
Yttr. Del<an Fakultas Syariah dan HukumUIN Sunan Kalijag Yogyakarta
Di Yoryakarta
Assalaruu' alai htm w r.w b.
Setelah membac4 meneliti, memberikan petunjuk dan mcngorcksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku Pembimbing berpendapat
bahwa skripsi Saudara:
NamaNIMJurusan
Judul SkripsiStudi Pasal 128 DanPasal 132 Undang-UndangN035 Tahm 2009 Tentmg Narkotika PerspeWit FikihJinayah
sudah dapat diajukan kepada Junrsan Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Sunan Kal[iaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Strata Satu Hukum Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi Saudara tersebut di atas dapatsegera dimunaqosyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kssih.
Was s al amu' al ai kum w r.w b.
Yogyakarta, 10 Juni 2014Pembimbing,
Dr. Ocktoberrinwah. Il{.As.ITIIP: 196810201998m r 002
RadenZaizul Hafid10370015
Jinayah Siyasah
Kewajiban Melapor Tindak Pidara Nukotika
tv
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Sesuai dengan SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 05436/1987
Tertanggal 22 Januari 1988
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا
bā’ B Be ب
tā’ T Te ت
sā Ś es (dengan titik di atas) ث
jīm J Je ج
<<<>>>>>>>>>>hā’ H ح { ha (dengan titik di
bawah)
khā’ Kh ka dan ha خ
dāl D De د
zāl Ź zet (dengan titik di atas) ذ
rā’ R Er ر
zai Z Zet ز
sīn S Es س
syīn Sy es dan ye ش
vii
sād Ş es (dengan titik di ص
bawah)
dād D{ de (dengan titik di ض
bawah)
tā’ Ţ te (dengan titik di ط
bawah)
zā’ Z{ zet (dengan titik di ظ
bawah)
ain ‘ koma terbalik di atas' ع
- gain G غ
- fā’ F ف
- qāf Q ق
- kāf K ك
- lām L ل
- mīm M م
- nūn N ن
- wāwu W و
- ħā H هـ
hamzah ‘ Apostrof ء
- yā’ Y ي
B. Konsonan Rangkap
viii
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap, contoh:
دية Ahmadiyyah اح
C. Tā Marbūtah di Akhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap
menjadi Bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
اعة ditulis jamā’ah ج
2. Bila dihidupkan ditulis t, contoh:
نيآء ’ditulis karāmatul-auliyā كراية انؤ
D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.
E. Vokal Panjang
a panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī, dan u panjang ditulis ū, masing-masing
dengan tanda hubung (-) di atasnya.
F. Vokal-vokal Rangkap
1. Fathah dan yā mati ditulis ai
Bainakum بيكى
2. Fathah dan wāwu mati ditulis au
ل Qaul ق
G. Vokal-vokal yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrof (ʻ )
تى A’antum أأ
Mu’annaś يؤث
H. Kata sandang Alif dan Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyah
ditulis Al-Qur’ān انقرآ
ditulis Al-Qiyās انقياس
ix
2. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.
اء ’As-samā انس
س Asy-syams انش
I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD
J. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
1. Dapat ditulis menurut penulisannya
ض انفر ditulis Żawi al-fuŕu>d ذ
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut
م انس ةا ditulis Ahl as-Sunnah
ditulis Syaikh al-Islām atau Syaikhul-Islām شيخ اناسالو
x
Motto
Percaya pada kemampuan dirisendiri
Ada sebab dan akibat dalam setiap hal
Selalu ada kebaikan dalam kesulitan
xi
Persembahan
Skripsi Ini Ku Persembahkan Untuk
Bapak dan Ibu Yang Tiada Henti Berdoa Demi
Kebahagian Putranya
Terhadap Siti Rahmawati yang mendukung dan
menemani dalam penyusunan
Almamaterku Tercinta
Jurusan Jinayah Siyasah
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
xii
KATA PENGANTAR
بسى اهلل انرح انر حيى
انحد نه رب اانعاني. ب ستعي عه اير انديا اندي.
اشد ا ال إن إال انه حد ال شريك ن اشد ا يحدا عبد
د رسن ال ب بعد. انهى صم سهى عه سيدا يح
عه ان صحب اجعي. ايا بعد.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, karunia, hidayah,
hikmah serta najah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan baik, meskipun banyak hambatan, gangguan serta rintangan. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurahkan ke pangkuan Nabi Kita Nabi Agung dan
mulia, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman
jahiliyah ke zaman modern berteknologi canggih yang terang benderang, nan kaya
akan ilmu, peradaban dan pencerahan.
Dalam penulisan skripsi yang berjudul Penyertaan dalam Tindak Pidana
Narkotika dalam Perspektif Fikih Jinayah penulis menyadari bahwa banyak sekali
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
xiii
1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’ari selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Bapak Noorhaidi Hasan, M.A., M. Phil., Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
sekaligus pembimbing skripsi penulis, atas bimbingan dan arahan beliaulah
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, dan berkat beliaulah penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan juga karena beliaulah penulis bisa
selalu terinpirasi, termotivasi, dan tertarik untuk bisa seperti beliau.
3. Bapak Dr. H. M. Nur, S.Ag., M.Ag., selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah
Fakultas Syari’ah dan Hukum sekaligus Penasehat Akademik, selama
menempuh program Strata Satu (S1) di Jurusan Jinayah Siyasah, Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah
memberikan dorongan dan semangat serta motivasi positif bagi penulis.
4. Bapak Dr. Ocktoberinsyah, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Dosen dan Karyawan Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6. Ayahanda Raden Bambang Purwanto dan Ibunda Sundari, kalian adalah
orang tua terbaik dan terhebat di dunia ini, yang tidak pernah putus asa untuk
memberikan kasih sayang, motivasi dan doa restunya bagi penulis untuk
senantiasa semangat dalam berjuang dalam menggapai semua cita-cita dan
xiv
impian, dan juga tidak pernah letih mendoakan penulis untuk menjadi
manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain.
7. Raden Wahid Hanafi, S.Si., saudara kembar yang selalu senantiasa setia
memberikan do’a, dorongan spirit dan motivasinya kepada penulis.
8. Keluarga besar penulis yang telah mendo’akan serta menjadi penyemangat
dan motivator bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Siti Rahmawati, selaku orang spesial dihati yang selalu mendukung, memberi
semangat, menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Sahabat-sahabat penulis Joko, Hanum, Najib, Rojikin, Sella, Puput, Atik,
Tirto, Ria yang memberi dukungan, arahan mengajarkan hal-hal yang sulit
terhadap penulis.
11. Teman-teman Jinayah Siyasah Angkatan 2010, yang telah memberikan
keindahan, keceriaan dan kebahagiaan bagi penulis selama penulis menuntut
ilmu di UIN Sunan Kalijaga.
12. Teman-teman Remaja Masjid Tawakal yang telah memberikan dukungan
pengertian sehingga penulis dapat fokus menyelesaikan skripsi.
13. Semua pihak yang tidak bisa dituliskan satu per satu dalam pengantar ini,
terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, teruslah berjuang
dan perjuangkanlah masa depanmu, karena masa depanmu tergantung pada
seberapa besar perjuanganmu saat ini.
xv
Penulis hanya bisa mendoakan semoga semua yang telah diberikan kepada
penulis bisa membawa barokah dan manfaat untuk kita semua dan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.
Yogyakarta, 10 Juni 2014
Penulis,
Raden Zaisul Hafid
NIM. 10370015
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................... iii
HALAMAN SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................ iv
HALAMAN SURAT PENGESAHAN SKRIPSI ............................................ iv
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ....................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ x
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................. xi
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Telaah Pustaka ........................................................................... 5
E. Kerangka Teoritik ...................................................................... 8
F. Metode Penelitian ....................................................................... 13
G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 14
BAB II : TINDAK PIDANA PENYERTAN ATAU TURUT BERBUAT
JARIMAH DALAM HUKUM PIDANA ISLAM ........................ 16
A. Turut Serta Berbuat Jarimah ................................................... 16
1. Pengertian Turut Serta Berbuat Jarimah ........................... 16
2. Dasar Hukum Tindak Pidana Penyertaan .......................... 19
xvii
B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Penyertaan ............................. 21
1. Turut Berbuat langsung ........................................................ 21
2. Turut Berbuat Tidak Langsung ........................................... 24
3. Hukuman Tindak Pidana Penyertaan ................................. 26
C. Turut berbuat tidak langsung dengan jalan tidak berbuat ... 34
BAB III: PENYERTAAN NARKOTIKA DAN ULASAN UNDANG-
UNDANG NO.35 TAHUN 2009 ..................................................... 36
A. Deskripsi Undang-undang No.35 Tahun 2009 ......................... 36
1. Sejarah Undang-Undang No.35 Tahun 2009 ....................... 36
2. Peran BNN .............................................................................. 41
B. Pembahasan Pasal 128 dan Pasal 131 ....................................... 42
1. Undang-undang No. 35 Tahun 2009 ..................................... 42
2. Penyertaan Dalam KHUP ...................................................... 43
3. Penyertaan Dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 .... 49
C. Catatan Undang-undang No.35 Tahun 2009 ........................... 51
BAB IV: ANALISIS KETENTUAN PASAL 128 Dan Pasal 131
UNDANG-UNDANG NO.35 TAHUN 2009 SERTA
PERTANGGUNGJAWABAN MENURUT HUKUM PIDANA
ISLAM .............................................................................................. 55
A. Kriteria Delik Penyertaan Narkotika ....................................... 54
B. Pertanggungjawaban Pidana Penyertaan Tindak Pidana
Narkotika ......................................................................................... 64
BAB V: PENUTUP ........................................................................................ 71
A Kesimpulan .................................................................................. 71
B. Saran-Saran ................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah narkotika mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat
karena begitu banyaknya media massa yang memberitakan tentang penggunaan
narkotika dan berbagai macam korban dari beberapa kalangan baik dari pejabat,
pablik figur, serta masyarakat biasa. Dalam undang-undang nomor 22 Tahun
1997, pengertian narkoba adalah:
“Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagai mana terlampir
dalam undang-undang1
Narkotika mengancam generasi muda menjadi tidak produktif lagi,
mengancam moral, bahkan hingga kematian. Dalam dunia medis sering kali
narkotika digunakan sebagai obat bius dalam pembedahan, namun hal ini
menimbulkan efek candu atau bisa disebut Euphoria, yaitu dimana keadaan
senang sekali yang ditimbulkan pengaruh narkotika. Ketergantungan seperti itulah
yang menyebabkan seorang pecandu mengabaikan kesehatan dirinya dan lebih
mementingkan bagaimana memperolah narkotika dan menggunakannya lagi. Hal
1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997.
2
ini dapat berdampak si korban mengalami malnutrisi dan terkena bermacam-
macam penyakit infeksi, seperti beses, keracunan darah, hepatitis, bahkan aids.
Dalam berita di surat kabar Tribun Rabu, 18 Desember 2013, mengatakan
2,8 persen penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta atau sekitar 69 ribu orang
merupakan pecandu narkotika. Jumlah tersebut diambil atau diperoleh dari data
trakhir Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Daerah Istimewa Yogyakarta
pada tahun 2011. Dengan jumlah pecandu yang semakin meningkat maka barang
haram tersebut dengan mudahnya menyebar ke berbagai wilayah termasuk Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tentu ini adalah sebuah pekerjaan rumah dari pemerintah
yang harus segera ditangani.
Indonesia serius dalam menangani kasus narkotika ini dengan melakukan
pencegahan-pencegahan, diantaranya melalui sosialisasi dan bekerja sama dengan
dinas-dinas terkait dalam upaya pencegahan. Namun tidak sekedar melalui
sosialisasi namun memberi hukuman terhadap pengedar, penyedia, serta
pengguna. Hal ini yang juga memang selayaknya digunakan sebagai bentuk
hukuman agar mempunyai efek jera.
Alangkah beruntungnya negara kita termasuk negara hukum, yang sudah
diterapkan pada zaman beland menjajah. Indonesia masih menggunakan Kitab
Undang-undnag Hukum Pidana (KUHP) sebagai pedoman atau rujukan hukum
untuk menagani berbagai kasus hukum yang berada di indonesia. Selain itu
indonesia juga memberlakukan Undang-undang lain sebagai pelengkap yang
belum terlalu rinci dijelaskan dalam KUHP.
3
Dalam hukum pidana positif, perbuatan yang dilarang dan disertai
ancaman pidana disebut dengan perbuatan pidana.2 Seorang yang dinyatakan
bersalah dan dapat dijatuhi hukuman pidana adalah seorang yang telah memenuhi
unsur delik yaitu ada perbuatan, terdapat dalam ketentuan undang-undang,
terbukti adanya kesalahan, dan ada ancaman hukumannya.
Indonesia sendiri memiliki undang-undang yang mengatur tentang
narkotika, yaitu Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang narkotika. Dalam
Undang-undang No.35 Tahun 2009 terdapat 155 pasal yang didalamnnya memuat
tentang jenis-jenis narkoba, bagaimana peran Badan Narkotika Nasional dalam
rehabilitasi korban atau pecandu narkoba, bagaimana sanksi yang diperoleh bagi
pelaku atau pelanggar sesuai dengan jenis narkobanya, dan sanksi terhadap
korporasi dan penyertaan dalam tindak pidana narkotika.
Tidak terlepas dari isi Undang-undang No.35 Tahun 2009 terdapat suatu
polemik dimana terjadi pro dan kontra terkait isi undang-undang tersebut, yaitu
terkait hukuman yang di peroleh oleh seorang yang tidak terkait dengan jaringan
narkotika namun seseorang teserbut mengetahui dan tidak melapor ke pihak
berwajib yang mendapatkan sanksi berupa pidana penjara selama 6 bulan atau
pidana denda sebanyak 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang terdapat pada
pasal 131 Undang-undang No.35 Tahun 2009.
Namun tidak berkutat pada masalah tersebut, jika kita melihat secara
seksama Undang-undang No.35 Tahun 2009 terdapat di pasal 128 yang berbunyi,
2 Moeljanto, “Kitan Undang-Undang Hukum Pidana “,(Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm.
54.
4
“orang tua wali pecandu yang belum cukup umur, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor, dipidana
dengan pidana kurang paling 6 (enam) bulan atau pidana denda paling
banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).”3
Pasal 131 undang-undang 35 tahun 2009 berbunyi
“setiap orang yang sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal
114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 129,
Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126 dan
Pasal 129 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).”4
Kedua Pasal tersebut sama-sama menekankan pada konsep diamnya
seseorang dalam mengetahui adanya perbuatan pidana atau turut serta dalam
berbuat jarimah. Didalam Islam konsep turut serta dalam berbuat jarimah
menekan pada jarimah pembunuhan, maka penulis ingin meneliti apakah konsep
turutserta dalam berbuat jarimah dalam tindak pidana narkotika memenuhi
kriteria. Maka penulis merumuskan dengan judul“Kewajiban Melapor Tindak
Pidana Narkotika Studi Pasal 128 dan 131 Undang-undang Nomor 35 Tahun
2009 Perspektif Fikih Jinayah”
B. Rumusan Masalah
Dari polemik yang beredar di masyarakat seperti yang tertuang dalam latar
belakang masalah maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
3 AR. Sujono, “Komentar & Pembahasan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika”, (Jakarta : Sinar Grafika), hlm. 311.
4 Ibid.
5
1. Bagaimana Pasal 128 dan 131 dipandang melalui perspektif fikih
jinayah?
2. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban terhadap delik penyertaan
tersebut dalam hukum pidana Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pasal 128 dan 131 sejalan dengan Hukum Pidana
Islam atau tidak.
2. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban pidana yang sesuai
bagi pelaku dengan delik penyertaan dalam hukum pidana Islam.
D. Telaah Pustaka
Masalah Penyertaan di atur dalam buku pertama tentang aturan umum, bab
V dari pasal 55 sampai dengan pasal 62 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Ajaran tentang penyertaan lahir pada abad ke 18, dipelopori oleh Von Fauerbach.
Beliau menemukan suatu paham bahwa dalam mengusut tindak pidana harus
dibedakan antara pelaku dan peserta. Dalam hal ini pelaku adalah orang yang
memegang peran utama dalam pelaksanaan suatu tindak pidana, sedang peserta
adalah orang yang ikut atau turut melakukan perbuatan yang didasari membantu
atau melancarkan terlaksananya tindak pidana tersebut.
Untuk mendukung penelitian ini, penulis telah berusaha melakukan
penelusuran terhadap berbagai karya-karya ilmiah baik yang berbentuk buku,
jurnal, makalah ilmiah dan lain sebagainya yang mempunyai relevansi dengan
6
penelitian ini. Sehingga penulis menemukan beberapa karya ilmiah mengenai
narkotika dan penegakan hukumnya terhadap seseorang yang tidak melaporkan,
seiring dengan pertentangan yang berlangsung antara mereka yang pro terhadap
mereka yang kontra. Maka untuk menelaah menimbang serta meneliti maka
diantaranya terdapat pemecahan seperti buku Fiqh Jinayah karangan Prof. Drs. H.
A. Djazuli. Buku ini membahas mengenai bentuk-bentuk jarimah dan
hukumannya serta membahas pertalian jarimah dengan berbuat langsung dan tidak
langsung Al-Isytira>k Fi> al-Jari>mah sebagai bahan pokok pembahasan penelitian
ini. Seseorang yang tidak langsung dengan cara tidak melakukan sesuatu seperti
contoh melihat seseorang atau sekelompok berbuat kejahatan namun tidak
melaporkan atau tidak menghalangi perbuatan tersebut agar tidak terjadi maka
disebut ikut berbuat jarimah secara tidak langsung.5
Kitab untuk membahas Al-isytira>k fi> jari>mah yaitu Kitab Abdul Qadir
Audah yang lebih membahas tentang Al-isytira>k fi> jari>mah serta pembagian dan
betuk hukuman.
Sedangkan melihat literatur dengan tema yang sama dalam bentuk karya
ilmiah mahasiswa, penulis menemukan tiga karya ilmiah berupa Skripsi. Skripsi
pertama berjudul Tindak Pidana Penyertaan dan Akibat Hukumnya Dalam Hukum
Positif Perspektif Hukum Pidana Islam disusun oleh Awaludin alumni mahasiswa
5 H. A. Djazuli, “Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam)”,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), hlm. 19.
7
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.6 Skripsi dalam penelitiannya Awaludin
menekankan pada akibat hukum dalam tindak pidana penyertaan terhadap hukum
pidana Islam.
Skripsi kedua berjudul Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap
Pertanggungjawaban Pidana Delik Penyertaan Pembunuhan disusun oleh Sani
Nur Rizal alumni Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.7 Skripsi
dalam penelitian Sani Nur Rizal menekankan pada aspek bentuk
pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak pidana penyertaan dalam
pembunuhan.
Dengan semua karya ilmiah dan masing-masing memiliki titik fokus
bahasannya, penulis melihat adanya celah untuk membahas tema yang sama tapi
dengan titik fokus yang berbeda. Dengan judul Kewajiban Melapor Tindak
Pidana Narkotika Studi Pasal 131 dan Pasal 128 Undang-undang Nomor 35
Tahun 2009 Perspektif Fikih Jinayah. Penulis akan membahas mengenai
bagaimana pasal 131 dan pasal 128 dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
dipandang melalui perspektif Fiqh Jinayah serta bagaimana bentuk
pertanggunjawabannya.
6 Awaludin, “Tindak Pidana Penyertaan Dan Akibat Hukumnya Dalam Hukum Positif
Perspektif Hukum Pidana ISlam”.Skripsi Pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2005.
7 Sani Nur Rizal, “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pertanggungjawaban Pidana
Terhadap Delik Penyertaan Pembunuhan”, Skripsi Pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2005.
8
E. Kerangka Teoritik
Hakikatnya, manusia diciptakan semata untuk menyembah Allah SWT,
guna mendapatkan kehidupan yang bahagia baik di dunia dan di akhirat. Akan
tetapi dalam menjalani kehidupannya, manusia sebagai Zoon Politicon- makhluk
sosial, manusia yang satu dalam proses bermasyarakat akan berhubungan dengan
manusia lainnya.8 Namun, setiap manusia memiliki dinamika kehidupan dalam
bermasyarakat secara berbeda, dimana manusia yang satu mempunyai
kepentingan yang tidak selalu sama dengan kepentingan manusia lainnya, bahkan
tidak jarang beragam kepentingan itu bersifat saling berhadapan dan berlawanan.
Maka unruk mengurangi kericuhan yang timbul dibentuklah sebuah aturan sebagai
alat pengatur, pembatas serta pelindung dari ancaman kericuhan.
Al-Quran menjadi pedoman bagi umat agama Islam dalam segala aspek
kehidupan, mulai dari akidah, sampai norma-norma dalam membatasi gerak-gerik
manusia untuk berinteraksi sosial dengan orang lainnya. Al-Quran sendiri sebuah
kumpulan ayat suci yang berisi tentang aturan yang di turunkan dari Allah SWT
dimana memiliki sifat wajib untuk di patuhi namun tidak mempunyai sesuatu
untuk memaksakan berlakunya pedoman-pedoman hidup bagi kehidupan
manusia. Maka untuk melaksanakan dari pedoman tersebut perlu adanya sesuatu
yang mengatur dan mengkontrol jalanya pedoman tersebut dalam hal ini konsep
negara lah yang sesuai. Karena negara dalam hal ini pemerintahan yang sebagai
pelaksana agar nantinya dapat membentuk atau melahirkan sekumpulan norma
8 Menurut Aristoteles, mahkluk Zoon Politicon yaitu makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat. Lihat Soeroso, “Pengantar Ilmu Hukum”, cet. ke-11 (Jakarta: Sinar Grafika,
2009), hlm. 49.
9
hukum yang sesuai dengan ideologi Al-Quran. Dengan tujuan akhir, menciptakan
masyarakat Islam yang tertib dan bahagia sesuai tuntunan Al-Quran.
Berkaitan dengan hukuman bagi seorang yang tidak melaporkan adanya
tindakan pengedaran narkotika sesuai pasal 131 Undang-undang nomor 35 Tahun
2009 tentang narkotika, menimbulkan sebuah pro dan kontra dimana polemik
yang timbul pihak kontra berpendapat bagaimana mungkin seorang yang tidak
ikut terlibat dalam sebuah rangkaian pengedaran narkoba bisa dihukum dengan
tidak melaporkannya, sedangkan orang yang memakai narkotika tidak dihukum
melainkan hanya mendapatkan rehabilitasi. Bahkan seorang yang menggunakan
kebanyakan juga adalah pengedar.9 Namun dalam pihak yang pro terutama pihak
pelaksana hukum mengatakan bahwa hukuman bagi seseorang yang tidak
melaporkan adalah sebagai kunci pemberantasan atau pencegahan.
Dalam sebuah negara terbentuklah sebuah konsep hukum di mana
dimaksudkan untuk mengatur membatasi gerak tingkah laku manusia untuk tidak
mengurangi antara hak dan kewajiban. Untuk seseorang warga negara wajib ikut
serta dalam menjunjung tinggi kehormatan bangasa serta ikut serta dalam
menertibkan bangsa terlihat jelas pada pembukaan dan isi Undang-undang Dasar
Negara Tahun 1945. Dalam hal penanganan mengenai narkotika negara dalam
hukum positif telah mengatur di dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.
Dari serangkaian aturan tersebut tentunya aturan tersebut terus dikembangkan
melihat perkembangan kasus yang semakin bertambah rumit.
9 www.hukumonline.com, 10-01-2014.
10
Dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) pernyataan mengenai
tindakan pelaporan telah diatur dalam pasal 165 yang bunyinya
“Barang siapa mengetahui ada niat untuk melakukan salah satu
kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104, 106, 107 dan 108, 110 – 113,
dan 115 – 129 dan 131 atau ada niat untuk lari dari tentara dalam
masa perang, untuk desersi, untuk membunuh dengan rencana, untuk
menculik atau memperkosa atau mengetahui adanya niat untuk
melakukan kejahatan tersebut dalam bab VII dalam kitab undang-
undang ini, sepanjang kejahatan itu membahayakan nyawa orang atau
untuk melakukan salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 224,
228, 250 atau salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 264 dan
275 sepanjang mengenai surat kredit yang diperuntukan bagi
peredaran, sedang masih ada waktu untuk mencegah kejahatan itu, dan
dengan sengaja tidak segera memberitahukan hal itu kepada pejabat
kehakiman atau kepolisian atau kepada orang yang terancam oleh
kejahatan itu, dipidana jika kejahatan itu jadi dilakukan, dengan
pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.”10
Inilah yang dikembangkan dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009
sebagai bentuk pencegahan dan pemberantasan narkoba dikalangan masyarakat.
Selain membuat efek jera terhadap pelaku dan pengguna sekaligus menyadarkan
terhadap masyarakat untuk ikut memberantas.
Islam memiliki sebuah hukum sendiri yang disebut hukum islam. Untuk
hukum pidana pada islam disebut jinayah, dimana jinayah mengacu pada hasil
perbuatan orang dan perbuatan tersebut dilarang. Para kalangan fuqaha jinayah
diartikan sebagai perbuatan-perbuatan yang dilarang menurut syara‟, akan tetapi
para kalangan fuqaha mengartikannya jika perbuatan-perbuatan tersebut
mengancam keselamatan jiwa seseorang. Para Fuqaha pun membatasi istilah
jinayah terhadap perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan
10
Moeljanto,S.H., “Kitab Undang-undang Hukum Pidana”, (Jakarta : Bumi Aksara),
hlm. 62.
11
qishash, dalam hal ini sepadan dengan istilah jarimah dimana diartikan sebagai
larngan-larangan Syara‟ yang diancam Allah dengan hukuman had (Hudud) atau
ta‟zir.11
Jarimah memiliki unsur umum dan unsur khusus, maksudnya unsur umum
jarimah ialah unsur-unsur yang terdapat pada stiap jenis jarimah. Contohnya unsur
formal (al-Rukn al-Syar‟iy) yaitu telah ada aturannya, (al-Rukn al-Madi) yaitu
telah ada perbuatannya, (al-Rukn al-Adabiy) yaitu ada pelakunya. Perbuatan yang
telah memenuhi ketiga unsur tersebut maka perbuatan tersebut dapat dihukum.12
Sedang unsur khusus yaitu unsur-unsur yang hannya terdapat pada jenis
jarimah yang lain. Contohnya, mengambil harta orang lain secara diam-diam dari
tempatnya dalam jarimah pencurian atau menghilangkan nyawa manusia oleh
manusia lainnya dalam jarimah pembunuhan.13
Dalam hukum pidana islam terkait yang memenuhi unsur mengenai pokok
pembahasan diatas yaitu dibahas mengenai Al-isytira>k fi> jari>mah atau turut serta
berbuat jarimah. Definisi Al-isytira>k fi> jari>mah bisa diartikan suatu kejahatan
yang mana dilakukan oleh beberapa orang.14
Turut serta berbuat jarimah dapat
terjadi tanpa menghendaki atau bersama-sama menghendaki dari perbuatan tindak
pidana. Sedang berserikat dalam jarimah adalah sama-sama melakukan dan
11
H. A. Djazuli, “Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam)”,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), hlm. 1.
12 Ibid, hlm. 12.
13 Ibid.
14 Ibid, hlm. 16.
12
menghendaki serta hasil dari perbuatan pidana juga sama-sama dikehendaki.15
Dalam pembahasan ini kriteria yang masuk dalam bahasan yang penting tentang
perbuatan jarimah yang dilakukan oleh beberapa orang di antaranya yaitu :
1. Turut berbuat jarimah langsung dan tidak langsung
Para fuqaha mengenal dua macam turut berbuat langsung yaitu :
a. Al-Tawafuq yaitu kejahatan yang dilakukan beberapa orang yang
secara bersama tanpa kesepakatan sebelumnya.
b. Al-Tamalu‟ yaitu beberapa orang yang melakukan kejahatan secara
bersama-sama dan telah disepakati dan direncanakan bersama.
2. Turut berbuat jarimah tidak langsung dengan cara tidak melakukan
sesuatu.16
Melihat dari Hukum Positif dan Hukum Islam maka keduanya memiliki
konsep dan kekuatan dalam penegakannya. Guna kepentingan bersama konsep
hukuman menjadi hal yang penting dalam metode pencegahan. Namun dalam
metode di zaman sekarang konsep hukuman pada zaman kholifah dulu tidak
sejalan dengan konsep zaman sekarang dimana menjunjung tinggi nilai-nilai hak
asasi manusia. Terlepas dari perdebatan mengenai hukuman, maka hukuman
untuk seseorang yang tidak melaporkan dalam hukum positif disebut dengan ikut
15
Haliman, “Hukum Pidana Islam Menurut Adjaran Ahli Sunnah wal Djamaah”,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 225.
16 H. A. Djazuli, “Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam)”,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada),hlm. 20.
13
serta dalam perbuatan pidana dan dalam islam Al-isytira>k fi> jari>mah maka konsep
hukuman adalah penempuh jalan untuk memberi sanksi guna menyadarkan.
F. Metode Penelitian
Penelitian mengenai kewajiban melapor terhadap tindak pidana narkotika
perspektif fikih jinayah studi pasal 131 undang-undang nomor 35 tahun 2009
dalam skripsi maka peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian (library
research), yaitu penelitian yang objeknya berupa pemikiran yang
terdapat dalam buku-buku, kitab-kitab, dan jurnal-jurnal yang
mempunyai relevansi dengan kajian ini.
2. Sifat Penelitian
Pemaparan penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu
penelitian yang berusaha memberikan gambaran tentang
pemberlakuan hukuman pidana terhadap seorang yang tidak
melaporkan adanya kejahatan, kaitannya dengan delik tidak
melaporkan adanya unsur ketidaksengajaan dan adanya hubungan
keluarga. Kemudian ditinjau dan dianalisa dari sudut pandang hukum
islam.
3. Teknik Pengumpulan Data
14
Untuk menemukan data yang dapat mendukung pembahasan
judul penelitian ini, maka penulis menggunakan metode dokumentasi,
yaitu mencari data yang dapat berupa buku, surat kabar, majalah,
jurnal penelitian, catatan, dan media online.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memaparkan keseluruhan pembahasan skripsi
ini secara umum, maka penulis membagi keseluruhannya dalam 5 (lima) Bab,
yaitu: Bab Pertama, adalah pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
pokok masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, kerangka teoretik, metode
penelitian serta sistemmatika pembahasan. Bagian ini merupakan bahasan awal
sebelum melangkah lebih jauh ke esensi objek penelitian, yang akan menjelaskan
gambaran umum dari pembahasan Skripsi ke depannya.
Bab kedua, memberikan pembahasan teori Pidana Islam Al-isytira>k fi>
jari>mah, yang merupakan sebagai pedoman dan dasar penelitian dari skripsi. Hal-
hal yang dibahas terkait dengan pada bentuk serta hukuman pada turut serta
berbuat jarimah.
Bab ketiga, menjelaskan Deskripsi mengenai Undang-undang nomor 35
Tahun 2009 tentang narkotika, yang membahas lebih detail mengenai tindak
pidana penyertaan narotika yang terdapat pada pasal 128 dan pasal 131.
15
Bab keempat, dengan semua data yang telah didapat, penulis mencoba
melakukan analisa tentang kedudukan hukum menurut perspektif Fikih Jinayah
dan konsep hukum positif terkait penyertaan tindak pidana narkotika.
Bab Kelima, pembahasan diakhiri dengan penutup yang berisi kesimpulan
dan saran-saran, yang diharapkan dapat memberikan kesimpulan yang jelas dari
beberapa penjelasan yang telah dipaparkan oleh penulis pada beberapa bagian
sebelumnya.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya
mengenai tindak pidana penyertaan narkotika baik menurut hukum pidana positif
maupun menurut hukum pidana Islam dan menganalisis mengenai kriteria dan
pertanggungjawban pelaku penyertaan menurut hukum pidana islam dapat
diambil kesimpulan, yaitu :
1. Di dalam sebuah kejahatan bisa terlibat lebih dari satu orang. Hukum
positif dan hukum pidana Islam mengatur hal tersebut dalam masalah penyertaan
atau turut serta berbuat pidana. Terkait dengan tindak pidana penyertaan narkotika
Undang-undang No. 35 tahun 2009 mengatur pada pasal 128 dan 131. Kedua
pasal tersebut mengatur dan menghukum orang yang mengetahui kejahatan
narkotika dengan sengaja tidak melaporkan kepada pihak berwajib. Maksud dari
kedua pasal tersebut bertujuan untuk mencegah atau memberantas tindak pidana
narkotika sehingga mengurangi jumlah korban pecandu narkotika, dengan
keutamaan menyelamatkan korban narkotika supaya tidak bertambah. Hal ini
sejalan dengan konsep hukum pidana Islam pada al-isytira>k fi> al-jari>mah dengan
jenis turut berbuat secara tidak langsung dengan jalan tidak berbuat. Di mana pada
jenis ini menghukum bagi orang yang diam saat ia mengetahui adanya kejahatan
atau tindak pidana. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan korban dari tindak
72
kejahatan. Maka pada hukum positif ataupun hukum pidana Islam sama-sama
mengatur dan menghukum pada kejahatan penyertaan.
2. Hukum pidana Islam membagi menjadi dua jenis turut serta dalam
berbuat jarimah dengan memisahkan antara turut berbuat langsung dan turut
berbuat tidak langsung. Para fuqaha sepakat mengategorikan pada perbuatan turut
berbuat tidak langsung dengan cara tidak berbuat termasuk kedalam bentuk
jarimah. Para fuqah membagi dua jenis dalam jenis jarimah ini yaitu orang yang
diam ketika melihat adanya kejahatan namun ia sanggup menghentikannya maka
ia di pidana atas perbuatan diamnya, sedang orang yang diam ketika melihat
kejahatan akan tetapi ia tidak bisa menghentikan atau mencegahnya, maka ia tidak
dapat dipidana atas perbuatan diamnya. Perbuatan turut berbuat tidak langsung
dengan cara tidak berbuat termasuk dalam perbuatan pelanggaran ringan. Dimana
perbuatan yang dapat dihukum adalah perbuatan diamnya seseorang yang tidak
menolong seseorang. Para fuqaha sepakat perbuatan turut berbuat tidak langsung
dengan cara tidak berbuat dihukum ta‟zir, karena perbuatan tersebut tidak
termasuk kedalam hukuman yang sudah ditentukan jumlahnya atau had dan
qishash. Hukuman tersebut ditentukan oleh penguasa atau hakim dengan
ketentuan dihukum lebih ringan dari pelaku utama.
B. Saran-Saran
1. Kepada pihak-pihak yang tertarik untuk meneruskan meneliti lebih
lanjut mengenai penyertaan narkotika, agar melakukan penelitian
lapangan terkait implementasi pasal 131 dalam Undang-undang
73
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika apakah berjalan sesuai
dengan maksud tujuan atau tidak..
2. Kepada Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
sudah berkembang dengan baik dengan undang-undang sebelumnya
namun lebih mengkaji lebih mendalam dari aspek penanggulangan
yang masih belum berjalan, seperti dalam mewajibkan rehabilitasi
terhadap pecandu, pengguna narkotika namun dalam prakteknya
masih dikenakan pidana bagi pecandu bahkan BNN yang memiliki
supermasi dalam melakukan penyidikan, penyelidikan, dan
penagkapan pun tidak berperan aktif dalam melakukan rehabilitasi
korban bahkan hanya cenderung menunggu dari kesadaran korban
untuk mengajukan rehabilitasi serta mengedepan kan unsur sengaja
dan tidak dalam tindak pidana penyertaan.
3. Penyusun berharap dan berdoa semoga para penegak hukum di
Indonesia ini diberi kekuatan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Sehingga hukum islam setidaknya sedikit berjalan dan terwujud
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kemudian sebagai
penutup, kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan karya
ilmiah ini sangat penyusun harapkan.
74
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadis
Muhammad As Syaukani, Nailul Authar I-VI, terjemah Muammah Hamidy
dkk, Surabaya : Bina Ilmu, 1993.
2. Fikih dan Usul Fikih
Audah, Abdul Qadir, At-Tasyri Al Jinaiy Al Islamiy Muqaranan Bil Qanunil
Wadhi, Dalam K.H Ahsin Sakho Muhammad, dkk., (ed),
Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Bogor: Kharisma Ilmu, 2008.
Al-Imam Al-H}a>fiz} Abu Da>wud Sulaima>n Ibn Al-Asy‘as\ As-Sijista>ni>,
Sunan Abi Da>wud, cet. ke-1, Yordania : Da>r Al-A‘la>m, 2003.
Al-Imam Al-Muh}addis\ Abu „Abdillah Muhammad Ibn Yazid, Sunan Ibn
Ma>jah, Lebanon : Da>r Al-Kutub Al-„Ilmiyah, 2009.
Al Faruk, Asadulloh, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Bogor :
Ghalia Indonesia, 2009.
Djazuli, A, Fiqh Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam),
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996.
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Adjaran Ahli Sunnah wal
Djamaah, Jakarta : Bulan Bintang, 1967.
Hanafi, A, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1967.
Marsun, Jinayat (Hukum Pidana Islam) Cet II, Yogyakarta : Perpustakaan
Hukum UII, 1991.
Munajat, Makhrus, Drs., M.Hum., Hukum Pidana Islam Di Indonesia,
Yogyakarta : TERAS, 2009.
75
Muslim ibn Hajja>j an-Naisa>bu>ri>, S}ah}i>h} Muslim, Bandung : Dahlan, t.t.
3. Buku-buku Lain
Bahiej, Ahmad, Hukum Pidana, Yogyakarta : Bidang Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2008.
Hamzah, Andi, Sistem dan Pemidanaan Indonesia, Jakarta : Pradnya
Paramita, 1986.
Maramis, Frans, S.H., M.H., Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di
Idnonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Moeljanto, Prof., S.H., Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Jakarta :
Bimi Aksara, 1987.
Soeroso, R., S.H., Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2006.
Sujono, AR., S.H.,M.H., Bony Daniel, S.H., Komentar & Pembahasan
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta : Sinar
Grafika.
Sunarso, Siswanto, Dr., S.H., M.H., Penegakkan Hukum Psikotropika,
Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2004.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
4. Skripsi, Jurnal, Penelitian
Awaludin, Tindak Pidana Penyertaan dan Akibat Hukumnya Dalam Huku
Positif Perspektif Hukum Pidana Islam, Universita Islam Negeri
Sunan Kalijaga, 2005.
76
Sani Nur Rizal, Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pertanggung-
jawaban Terhadap Delik Penyertaan Pembunuhan, Universita
Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2005.
Dewi Prawesti, Pemberatan Pidana Bagi Permufakatan Jahat Dalam
Tindak Pidana Psikotropika Perspektif Hukum Pidana Islam,
Universita Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008.
5. Lain-lain
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50d2ce23864bb/ironi-
penegakan-hukum-narkotika
http://harianrakyatbengkulu.com/kermin-terancam-pidana-seumur-hidup/
http://harianrakyatbengkulu.com/gembong-sabu-dijerat-tiga-perkara/
http://harianrakyatbengkulu.com/istri-dan-anak-kermin-jadi-pesakitan/
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/29/17175811/Tak.Laporkan.N
arkoba.Tetap.Bisa.Dijerat
www.anneahira.com/undang-undang -narkotika.htm
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I
La,piran I
DAFTAR TERJEMAHAN
No. Hlm. FN TERJEMAHAN
BAB I
BAB II
1. 19 6 Apabila ada orang memegangi seseorang kemudian yang
lain membunuhnya maka pembunuhnya itu harus dihukum
mati, sedang yang memegangnya dipenjarakan.
2. 20 8 Allah telah melaknat khamar dan peminumnya, orang yang
menuangkannya, penjualnya, pembelinya, pemerasnya,
yang minta diperaskan, pembawanya, yang dibawakan
kepadanya.
3. 21 9 Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melaknat sepuluh
orang dalam urusan khamer (minuman memabukkan):
orang yang memerasnya, meminta diperaskan, orang yang
diperaskan untuknya, orang yang membawanya, orang
yang dibawakan kepadanya, orang yang menjualnya, orang
yang membeli, orang yang menuangkannya, orang yang
minta dituangkan, sampai beliau membatasi sepuluh seperti
ini.
4. 21 10 Siapa yang melihat kemungkaran hendaknya merubahnya
dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan
lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya dan
itu selemah-lemahnya iman.
5. 23 15 Setiap orang yang berbuat jarimah secara tawafuq di tuntut
berdasarkan perbuatannya masing-masing.
BAB III
BAB IV
6. 64 5 Apabila ada orang memegangi seseorang kemudian yang
lain membunuhnya maka pembunuhnya itu harus dihukum
II
mati, sedang yang memegangnya dipenjarakan.
7. 64 5 Allah telah melaknat khamar dan peminumnya, orang yang
menuangkannya, penjualnya, pembelinya, pemerasnya,
yang minta diperaskan, pembawanya, yang dibawakan
kepadanya.
8. 65 7 Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melaknat sepuluh
orang dalam urusan khamer (minuman memabukkan):
orang yang memerasnya, meminta diperaskan, orang yang
diperaskan untuknya, orang yang membawanya, orang
yang dibawakan kepadanya, orang yang menjualnya, orang
yang membeli, orang yang menuangkannya, orang yang
minta dituangkan, sampai beliau membatasi sepuluh seperti
ini.
9. 65 8 Siapa yang melihat kemungkaran hendaknya merubahnya
dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan
lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya dan
itu selemah-lemahnya iman.
III
Lampiran II
BIOGRAFI ULAMA DAN SARJANA
1. A. Hanafi, M. A
Beliau adalah seorang dosen di Fakultas Syari‟ah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta (UIN) pada tahun 1968. Beliau memperoleh gelar kesarjanaan dalam
bidang ilmu Syari‟ah di Universitas Kairo Mesir, diantara karyya ilmiahnya
adalah Asas-asas Hukum Pidana Islam, Pengantar Teologi Islam dan lain
sebagainya.
2. ‘Abd. al-Qadir ’Audah
Beliau adalah alumni Fakultas Hukum Universitas Kairo pada tahun 1980,
beliau pernah menjabat sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Mesir dan sebagai
tangan kanan Mursyid al-‟Am “Ikhwanul Muslimin” yang dipimpin oleh Hasan
al-Banna. Dalam lingkup pemerintahan beliau pernah menjabat sebagai hakim.
Beliau sangat dicintai rakyatnya, karena beliau mempunyai prinsip mentaati
undang-undang, selama beliau yakin bahwa undang-undang itu tidak bertentangan
dengan syari‟at. Adapun hasil karyanya yang monumental adalah Kitab at-Tasyri‟
al-Jina‟I al-Islami (hukum pidana Islam). Beliau wafat sebagai syuhada pada
sebuah darma tiang gantungan akibat tuduhan atau fitnah yang dilontarkan oleh
teman seperjuangkan dalam revolusi Mesir pada tahun 1954.
3. Al-Mawardi
Nama lengkap adalah Abdul Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Basri,
terkenal dengan Imam al-Mawardi. Beliau Lahir di Basrah pada tahun364 H/947
M, dan wafat tahun 456 H/108 M di Baghdad. Beliau seorang yang terpandang
karena ketinggian akhlaknya dan kedalaman ilmunya. Karya-karya beliau yang
terkenal adalah kitab al-Ahkam as-Sulthoniyah.
4. Imam Syafi’i
Nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi‟i, lahir di Gaza,
Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan
Qurays dan masih keluarga jauh rasulullah SAW. Saat berusia 9 tahun, beliau
telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16
kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah.
Setahun kemudian, kitab Al Muwatha‟ karangan imam malik yang berisikan
1.720 hadis pilihan juga dihafalnya di luar kepala, Imam Syafi‟i juga menekuni
IV
bahasa dan sastra Arab di dusun badui bani hundail selama beberapa tahun,
kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar
yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin Khalid
Azzanni. Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat
muda (15 tahun) telah duduk di kursi mufti kota Mekkah, namun demikian Imam
Syafi‟i belum merasa puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau menekuni
suatu ilmu, semakin banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak
mengherankan bila guru Imam Syafi‟i begitu banyak jumlahnya sama dengan
banyaknya para muridnya. Beliau wafat Akhir malam Rajab tahun 820 M / 204 H
di Kairo, Mesir. Diantara karya karya Imam Syafi‟i yaitu Al Risalah, Al Umm
yang mencakup isi beberapa kitabnya, selain itu juga buku Al Musnadberisi
tentang hadis hadis rasulullahyang dihimpun dalam kitab Umm serta ikhtilaf Al
hadis.
5. Imam Abu Hanifah
Nama lengkap al-Nu‟man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (bahasa
Arab: النعمان به ثابت), lebih dikenal dengan nama Abū Ḥanīfah, (bahasa Arab: بو
,lahir di Kufah, Irak pada 80 H / 699 M — meninggal di Baghdad, Irak) (حنيفة
148 H / 767 M) merupakan pendiri dari MadzhabYurisprudensi Islam Hanafi.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh
berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), salat dan
seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik
bin Anas, Imam Syafi'i,Abu Dawud, Imam Bukhari. Karya-karya Abu Hanifah
yang sampai kepada kita adalah Kitab Al-Fiqh Al-Akbar, Kitab Al-Fiqh Al-
Absath, Kitab Al-Risalah, Kitab Al-„Alim wa Al-Muta‟allim dan Kitab Al-
Washiyyah. Dalam bidang fiqih, Abu Hanifah tidak menulis karangan. Akan
tetapi, murid-muridnya telah merekam semua pandangan dan hasil ijtihad Abu
Hanifah secara lengkap sehingga menjadi mazhab yang diikuti oleh kaum
Muslimin.
CURICULUM VITAE
Nama : Raden Zaisul Hafid
Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 20 April 1991
Agama : Islam
Golongan darah : o
e-mail : zaisul.hafid@gmail.com
Alamat : Jl. Rotowijayan No.24 Kadipaten, Kraton, Yogyakarta
Pendidikan Formal :
- SD Keputran IV Kraton Yogyakarta : 1997 – 2003
- SMP Negeri 3 Yogyakarta : 2003 – 2006
- SMK Negeri 3 Yogyakarta : 2006 – 2009
- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2010 – Sekarang
Pengalaman Organisasi :
- BEM J Jinayah Siyasah
- UKM INKAI UIN Sunan Kalijaga
- SAKA Bhayangkara
- FPN (Forum Pemuda Nasional)
- Remaja Masjid Tawakal