Post on 30-Jan-2018
Dosen Pengampu :
dr.Ainurrofiq, Sp.KF,MH
KERACUNAN NAPZA
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
PENDAHULUAN
Dari sekian banyaknya penduduk dunia yang sudah menjadi korban, tercatat tidak kurang dari 4 juta jiwa umat manusia di Indonesia terjerumus menjadi korban narkoba.
Penelitian Badan Narkotik Nasional (BNN), menunjukkan penyalahgunaan narkoba meningkat dari tahun ke tahun.
TUJUAN
Tujuan Umum :
adalah diharapkan tenaga medis dapat
mengetahui dan memahami tentang
pemeriksaan forensik pada korban
keracunan napza dalam pandangan ilmu
kedokteran forensik dan medikolegal.
TUJUAN KHUSUS
Tenaga medis diharapkan mengetahui dan memahami
aspek klinis Napza.
Tenaga medis diharapkan mengetahui dan memahami
gambaran postmortem pada korban yang mengalami
keracunan Napza.
Tenaga medis diharapkan mengetahui dan memahami
kebijakan hukum yang berkaitan dengan Napza di
Indonesia.
Tenaga medis diharapkan mengetahui dan memahami
peran tenaga medis dalam identifikasi korban yang
mengalami keracunan Napza.
SUMBER RACUN Racun rumah tangga : desinfektan, detergen,
insektisida
Racun pertanian : pestisida, herbisida
Racun kedokteran : hipnotika, sedatif, analgetika,
obat
penenang, antidepresan, antibiotika
Racun industri : asam dan basa kuat, logam
berat
Racun bebas : opium, ganja, sianida, racun
pada jamur
TOKSISITAS RACUN
1. Toksisitas intrinsik
2. Dosis dan bioavailabilitas
3. Konsentrasi
4. Frekuensi dan waktu paruh
5. Cara masuk zat ke dalam tubuh
6. Kondisi pemakai
ILUSTRASI KASUS
NAPZA
Napza akronim dari Narkotika, Alkhohol,
Psikotropika dan Zat-zat adiktif lainnya. Akronim
ini digunakan untuk memberikan istilah terhadap
obat-obatan terlarang yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan dan Kejiwaan. Pengertian
lain dari NAPZA adalah zat kimia yang apabila
dimasukkan ke dalam tubuh baik diminum,
dihirup, dihisap, disedot maupun disuntikan dapat
mempengaruhi pikiran, suasana hati atau
perasaan dan perilaku seseorang.
NARKOTIKA
Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan
(undang-undang No. 35 tahun 2009).
JENIS-JENIS NARKOTIKA Menurut proses pembuatannya :
Narkotika Sintetik
• Petidine,
• Nisentil,
• Leritine.
Berdasarkan UU RI No 35 / 2009
Tentang Narkotika pasal 6 ayat (1),
penggolongan narkotika terdiri dari 3
golongan, yaitu:
Narkotika golongan I Adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Beberapa
narkotika yang termasuk dalam golongan I misalnya
tanaman Papaver somniferum L, Opium, tanaman koka
(daun koka, kokain merah), heroin, morfin, dan ganja.
• Narkotika golongan II
Adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Beberapa narkotika yang termasuk kedalam golongan II,
misalnya Alfasetilmetadol, Benzetidin, Betametadol.
Narkotika golongan III
adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Beberapa narkotika yang termasuk ke dalam
golongan III misalnya Asetildihidrokodeina, Dokstropropoksifena,
Dihidroko-deina, Etilmorfin, dan lain-lain. Narkotika untuk
pengobatan, terdiri dari opium obat, codein, petidin, fenobarbital.
HEROIN
Heroin adalah semi sintetik opioid yang di
sintesa dari morphin yang merupakan derivat
dari opium. Pada kadar yang lebih rendah
dikenal dengan sebutan putaw.
Short term Long term
Gelisah
Depresi pernafasan
Fungsi mental berkabut
Mual dan muntah
Menekan nyeri
Abortus spontan
Addiksi
HIV, hepatitis
Kolaps vena
Infeksi bakteri
Penyakit paru (pneumonia,
TBC)
Infeksi jantung dan katupnya
Efek jangka pendek dan jangka panjang dari heroin
Jenis obat Lamanya waktu dapat dideteksi
Amfetamine 2 hari
Barbiturat 1 hari (kerja pendek)
3 minggu (kerja panjang)
Benzodiazepin 3 hari
Kokain 2-4 hari
Kodein 2 hari
Heroin 1-2 hari
Methadone 3 hari
Morfin 2-5 hari
Perkiraan Waktu Deteksi Dalam Urine Beberapa Jenis Obat
PENYEBAB KEMATIAN Depresi pusat pernafasan
Edema Paru : terjadinya edema paru diakibatkan oleh
peningkatan tekanan cairan serebrospinal dan tekanan
intracranial serta berkurangnya sensitifitas pusat
pernafasan terhadap CO2
Kematian pada pemakai narkotika dapat pula diakibatkan
oleh berbagai hal lain seperti : pemakaian alat suntik dan
bahan yang tidak steril sehingga menimbulkan infeksi,
misalnya : pneumonia, endokarditis, hepatitis, tetanus,
AIDS. Bila cara penyuntikan tidak benar, atau jarum lepas
dari semprit saat yang bersangkutan telah dalam
keadaan fly, dapat terjadi masuknya udara sehingga
menimbulkan emboli udara.
PEMERIKSAAN FORENSIK
Bekas – bekas suntikan.
rajah yang bertujuan menutupi bekas – bekas suntikan,
atau mungkin ditemukan adanya abces, granuloma atau
ulkus.
perlu diambil hapus selaput lender hidung (nasal-swab)
untuk pemeriksaan toksikologik.
Pembesaran kelenjar getah bening setempat
Lepuh kulit (skin-blister)
Kelainan paru
Kelainan hati
UU No. 35 tahun 2009
Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
ASPEK
MEDIKOLEGAL
Pasal 5
(1) Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
digolongkan ke dalam:
a. Narkotika Golongan I;
b. Narkotika Golongan II; dan
c. Narkotika Golongan III.
(2) Penggolongan Narkotika sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk pertama kali ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Undang-
Undang ini.
(3) Ketentuan mengenai perubahan penggolongan
Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
(Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika pasal 1 butir 1).
PSIKOTROPIKA
JENIS – JENIS PSIKOTROPIKA
Menurut UU nomor 5 tahun 1997
Psikotropika Golongan I
Adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
amat kuat, mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
Psikotropika Golongan II Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika Golongan III
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang, mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
Psikotropika Golongan IV
MDMA (N-Metil 3,4-metilendioksi amfetamin)
atau (3,4-metiledioksimetamfetamin) yang
populer dengan nama ekstasi merupakan
senyawa feniletilamin yang memiliki efek
stimulan terhadap SSP, maupun mengubah
persepsi (hallucinogen).
MDMA (Ecstasy)
PENEMUAN FORENSIK
Penemuan pada otak
Penemuan pada hepar
Penemuan pada paru – paru
Penemuan pada jantung
Pemeriksaan darah
Penemuan pada ginjal
Tes urin
Tes rambut
ASPEK MEDIKOLEGAL Pasal yang menerangkan tentang intoksikasi (
keracunan ) MDMA adalah pasal 133 (1) KUHP,
yang berbunyi : Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang
diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Pasal yang dilanggar Pidana
Menggunakan selain yang dimaksud pasal 4,
memproduksi/menggunakan dalam produksi sebagai dimaksud
pasal 6, mengedarkan tidak sesuai pasal 12, mengimpor selain
untuk kepentingan ilmu pengetahuan, secara tanpa hak
memiliki, menyimpan dan atau membawa psikotropika
golongan I (Pasal 69)
4-15 tahun dan denda 150-750 juta rupiah
Seperti no 1 bila dilakukan dengan terorganisasi Mati atau seumur hidup atau 20 tahun dan denda 750 juta
rupiah
Seperti no 1 bila oleh korporasi Pidana kepada pelaku dan denda kepada korporasi sebesar 5
milyar rupiah
Menghalang-halangi penderita sindrom ketergantungan untuk
menjalani pengobatan dan atau perawatan (pasal 64)
Paling lama 1 tahundan atau denda paling banyak 20 juta
rupiah
Tidak melaporkan adanya penyalahgunaan dan atau
kepemilikan psikotropika secara tidak sah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 54 ayat 2 (masyarakat wajib
melaporkan kepada pihak berwenang bila mengetahui tentang
psikotropika yang disalahgunakan dan atau dimiliki secara
tidak sah)
Paling lama 1 tahun dan atau denda paling banyak 20 juta
rupiah
Ketentuan pidana sesuai Undang-Undang RI no.5 tahun 1997 tentang Psikotropika
Zat psikoaktif atau zat adiktif ialah zat
atau bahan yang apabila masuk ke dalam
tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh, terutama susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan perubahan
aktivitas mental-emosional dan perilaku.
Apabila digunakan terus menerus akan
menimbulkan ketergantungan (oleh
karena itu disebut juga sebagai zat
adiktif).
ZAT ADIKTIF
ALKOHOL Alkohol bersifat racun bagi otak. Alkohol murni
berupa cairan yang bening, mudah menguap dan
mempunyai aroma yang khas.
KERACUNAN ALKOHOL AKUT
Gambaran Post-Mortem
Pemeriksaan luar
Kaku mayat dan pembusukan lebih lambat terjadi. Mayat
penderita bisa bertahan lebih lama.
Kongesti pada konjungtiva sangat jelas
Bagian tubuh yang diperlukan untuk pemeriksaan
kimia:
Darah
Paru-paru
Otak
Pemeriksaan dalam Bau alkohol bisa tercium dari isi lambung dan
organ tubuh lainnya Dinding lambung hiperemis, berwarna merah
dan isi lambung berwarna coklat Organ tubuh lainnya mengalami kongesti Edema otak sangat jelas terlihat dari jarak
antara gyrus otak yang semakin sempit
KERACUNAN ALKOHOL KRONIK
Gambaran Post-Mortem
Mukosa lambung tampak menunjukkan
hiperemi dan hipertrofi
Hati dan ginjal mengalami kongesti. Pada
hati terdapat infiltrasi lemak dan
perubahan sirosis
Jantung membesar dan menunjukkan
adanya infiltrasi lemak
Pasal Uraian Pidana
Pasal 300 ayat 1 Dengan sengaja menjual atau
memberikan yang memabukkan
kepada seseorang yang telah
kelihatan mabuk; dengan sengaja
membuat mabuk seorang anak
yang umurnya belum cukup 16
tahun; dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa
prang untuk minum minuman yang
memabukkan
Penjara paling lama 1 tahun atau
denda paling banyak 4.500.000
rupiah
Pasal 492 Mabuk dimuka umum dan
merintangi lalu lintas; menggangu
ketertiban; mengancam keaman
oranglain
Penjara paling lama 6 hari atau
denda paling banyak 375.000
rupiah
Pasal 536 Mabuk dijalan umum Denda paling banyak 225.000
rupiah
ASPEK MEDIKOLEGAL
KUHP pasal-pasal yang berkaitan dengan penggunaan alkohol :
Pasal 537 Diluar kantin tentara enjual
atau memberi minuman
keras atau arak kepada
anggota tentara dibawah
pangkat letnan atau kepada
istri, anak atau pelayannya
Penjara paling lama 3
minggu atau denda paling
banyak 1.500.000 rupiah
Pasala 538 Penjual atau wakilnya bila
pada waktu menjalankn
pekerjaannya menjual atau
memberikan minuman keras
atau arak kepada seorang
anak dibawah umur 16 tahun
Penjara paling lama 3
minggu atau denda paling
banyak 500.000 ruiah
Pasal 539 Menyediakan secara Cuma-
Cuma minuman keras atau
arak pada pesta keramaian
umum, pertunujkkan rakyat,
atau arak-arakkan umum
Penjara paling lama 12 hari
atau denda paling banyak
375.000 rupiah
SARAN
TERIMAKASIH