Post on 08-Mar-2019
KEMITRAAN PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT RAKYAT
POLA SWADAYA
Andy Mulyana Dosen Fakultas Pertanian/Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya
Disampaikan pada
Seminar Nasional Lahan Sub Optimal
2018
PENDAHULUAN
• Luas 0,30 juta ha
• Produksi CPO 0,7 juta ton
• Ekspor CPO 0,5 jt ton (US$ 0,26 milyar)
1980
• Luas 14,03 juta ha
• Produksi CPO 37,8 juta ton
• Ekspor CPO 31,05 jt ton (US$ 22,97 milyar)
2017
Perkembangan Kelapa Sawit Nasional
POLA PENGUSAHAAN KEBUN SAWIT
Pola Pengusahaan Luas (juta ha)
Perusahaan Besar Swasta (PBS) 8.25
Persahaa Besar Negara (PBN) 0.78
Perkebunan Rakyat (PR) 5.00
Total Seluruh Pola 14,03
SEJARAH PERKEMBANGAN KEMITRAAN USAHA
PERKEBUNAN
Periode Nama Program dan Pelaksana
Pelita II: 1977 · Pola NES BUMN oleh Pemerintah dan Bank Dunia (karet di Sumut dan Sumsel) Pelita III : 1978 – 1983 · Lanjutan Pola NES di daerah baru PIR Transmigrasi (1986) Pelita IV : 1983 – 1988 · Lanjutan Pola NES di daerah baru
Pelita V : 1988 – 1993 · Lanjutan PIR Transmigrasi 1999 (SK Menhutbun No.107/Kpts- II/1999) · PIR Kemitraan (dana KKPA) Lima Pola Pengembangan Perkebunan: Pola I : Koperasi Usaha Perkebunan (100% saham koperasi) Pola II : Patungan Koperasi dan Investor (65 % saham koperasi) Pola III : Patungan Investor dan Koperasi (20% saham koperasi) Pola IV : BOT (Build, Operation, Transfer) Pola V : BTN (Bank Tabungan Negara) Reformasi :2016 - . Pola Peremajaan BPDPKS, Kementan, perusahaan inti, petani
Sumber Informasi : Fajar (2006), BPDPKS (2017)
5 10/16/2018 Andy Mulyana
6 10/16/2018 Andy Mulyana
MODEL KEMITRAAN INTI-PLASMA
Hubungan kemitraan yang saat ini berlangsung antara pekebun kelapa sawit plasma dengan perusahaan inti pengolah CPO dimana perusahaan inti membangun kebun inti dan plasma (atau pekebun membangun sendiri plasmanya secara swadaya),
Pekebun plasma melalui kelompok menjual TBS hasil
produksinya ke perusahaan inti. Sebagian dari penerimaan penjualan TBS dipotong untuk membayar kredit pembangunan kebun
7 SUB-KELOMPOK PETANI SWADAYA
Petani kecil setempat, luas lahan antara 0,1 ha - 3 ha
Petani menengah setempat, luas lahan 3,1 ha - 15 ha
Petani besar setempat dan migran, luas lahan minimal 15 ha
Petani kecil migran, dengan lahan antara 0,1 ha – 3 ha
Petani menengah migran, luas lahan 3.1 ha - 15 ha
Petani kecil dan menengah yang berkebun di lahan gambut
Petani besar di lahan gambut (Suwastoyo, 2018)
MENGAPA PEKEBUN SWADAYA PERLU
BERMITRA ? a. Untuk mendapatkan harga jual TBS yang lebih layak dengan
menaikkan posisi tawar dan menjual TBS via kelembagaan.
b. Perlindungan harga hanya untuk pola kemitraan
c. Fokus perhatian dan pembinaan oleh pemerintah terhadap
petani plasma
d. Tata cara budiddaya dan panen tidak sesuai ketentuan
e. Mendukung ketersediaan pasokan dan kualitas buah sawit
milik petani
f. Meminimalkan perbedaan harga TBS plasma dan swadaya
KENDALA POLA KEMITRAAN SWADAYA
1. Lahan belum tersertifikasi hak milik
2. Legalitas lahan di kawasan hutan
3. Sebagian bibit yang digunakan tidak bersertifikat atau bersertifikat palsu
4. Dalam satu hamparan/kawasan perkebunan swadaya umur tanaman tidak
seragam dan terdapat tanaman varitas Dura.
5. Teknik budidaya dan pemeliharaan kebun kurang intensif
6. Mayoritas pekebun kelapa sawit swadaya tidak bergabung dalam
kelembagaan pekebun
7. Harga TBS yang diterima pekebun lebih rendah dibandingkan yang diterima
pekebun pola kemitraan, karena dijual melalui perantara yang memliki DO,
tanpa pengujian rendemen maupun terkait poin 3, 4 dan 5
8. Hingga Permentan No 1 tahun 2018 tentang harga TBS pekebun pengaturan
penetapan harga dan mekanisme penjualan TBS pekebun swadaya ke
perusahaan/pabrik pengolahan kelapa sawit belum rinci.
SOLUSI PENERAPAN KEMITRAAN POLA SWADAYA
Jangka Pendek :
(1) Pekebun swadaya membentuk kelembagaan seperti kelompok atau
koperasi yang merupakan wakil pekebun yang bermitra dengan
perusahaan perkebunan pemilik PKS dalam bentuk Mitra Swadaya.
(2) Sebelum dilakukan kemitraan, kebun calon mitra dievaluasi oleh dinas
yang membidangi perkebunan kabupaten/kota dan Tim Penetapan
Harga.
(3) Pekebun Mitra Inti Plasma dan Mitra Swadaya wajib menjual seluruh
TBS kepada perusahaan melalui kelembagaan pekebun untuk diolah
dan dipasarkan sesuai perjanjian kerjasama.
SOLUSI PENERAPAN KEMITRAAN POLA SWADAYA
(lanjutan) Jangka Pendek :
(4) Perjanjian Kerjasama Mitra Swadaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) memuat antara lain :
a. umur tanaman Tenera pada setiap hamparan;
b. rendemen CPO dan PK untuk setiap hamparan sebagaimana
dimaksud pada huruf (a) ditetapkan berdasarkan hasil survey
perusahaan Mitra dengan Dinas yang membidangi perkebunan, dan
institusi independen yang ditunjuk oleh pemerintah;
c. penetapan rendemen dilakukan sesuai dengan mekanisme
penetapan rendemen plasma;
d. seluruh ketentuan mutu TBS yang berlaku adalah ketentuan mutu
yang berlaku untuk pekebun plasma, atau seseuai perjanjian
tertulis;
SOLUSI PENERAPAN KEMITRAAN POLA SWADAYA
Jangka Menengah - Panjang :
1. Sertifikasi hak milik
2. Proses kepastian status dan legalitas lahan
3. Pengawalan penggunaan bibit bersertifikat padasaat peremajaan
4. Peremajaan relatif serentak satu hamparan/kawasan perkebunan
swadaya untuk penyeragaman umur tanaman.
5. Pembinaan teknik budidaya dan pemeliharaan kebun kurang intensif
6. Mayoritas pekebun kelapa sawit swadaya tidak bergabung dalam
kelembagaan pekebun
7. Kerjasama pembangunan PKS oleh konsosium lembaga pekebun
swadaya
PRINSIP KEMITRAAN.
Saling menguntungkan
Saling menghargai
Saling bertanggungjawab
Saling memperkuat
Saling ketergantungan/membutuhkan.
POLA PENGEMBANGAN USAHA PABRIK CPO
1. Pekebun swadaya dalam suatu kawasan dengan radius tertentu bergabung hingga luasannya mencapai 5.000-6.000 ha membentuk kelembagaan usaha pabrik CPO dengan kapasitas 30 ton/jam
2. Apabila ingin lebih efisien dengan kapasitas pabrik CPO > 30 ton/jam yan memerlukan gabungan pekebun dengan total luas kebun > 6000 ha.
Pekebun sawit
swadaya Pabrik
CPO
Lembaga Pekebun Swadaya
POLA KONTRAK JUAL BELI TBS
DENGAN PERUSAHAAN/ PABRIK CPO
Pekebun sawit
swadaya
Perusahaan
Pgolahan
CPO
Fasilitator
Kontrak Jual Beli
1. Pekebun swadaya yang belum mampu membentuk Pabrik CPO
sendiri, melakukan kemitraan berupa kontrak jual beli TBS dengan perusahaan pengolahan CPO non kemitraan/non PIR sebagai off-taker.
2. Mekanisme ini dapat dilakukan tanpa atau dengan fasilitator (pemerintah, notaris, pihak lain)
16 10/16/2018 Andy Mulyana
Pola Kontrak Jual Beli (lanjutan)
– Hubungan kerjasama antara kelompok pekebun sawit swadaya dengan perusahaan pengolah CPO dituangkan dalam suatu perjanjian kontrak jual beli secara tertulis untuk jangka waktu tertentu.
– Kelompok pekebun merupakan wadah untuk mengkoordinasikan para anggotanya dalam pengaturan produksi, pengumpulan, dan penyortiran produksi TBS yang akan dibeli oleh perusahaan, melakukan peniriman TBS ke pabrik sesuai dengan permintaan perusahaan pembeli dan mewakili anggotanya dalam hubungannya dengan perusahaan pembeli.
17 10/16/2018 Andy Mulyana
POLA SUB KONTRAK
Pekebun Swadaya
Agen/ Pedagang
Pabrik Pengolah CPO
Agen/Pedagang melakukan pembelian dan pengumpulan
TBS di kebun
Agen/Pedagang menjual dan mengirim TBS ke pabrik pengolah CPO
18 10/16/2018 Andy Mulyana
Model Sub Kontrak
– Hubungan kemitraan jual beli antara pekebun kelapa sawit swadaya dengan perusahaan pengolah CPO melalui agen/pedagang yang kredibel
– Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan
kontak jual beli langsung tetapi pada pola ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah CPO tetapi melalui agen atau pedagang.
POLA KONTRAK JUAL BELI TBS
DENGAN PERUSAHAAN INTI
Pekebun swadaya yang belum mampu membentuk Pabrik CPO sendiri, dan tidak melakukan kemitraan dengan perusahaan pengolahan CPO non kemitraan/non PI, dapat melakukan kemitraan dengan perusahaan inti yang sudah bermitra, dengan syarat pabrik CPO yang ada masih under capacity dan kemitraan itu diketahui dan atas persetujuan mitra pekebun plasma
Pekebun sawit
swadaya
Perusahaan
Inti
Kontrak Jual Beli
Pekebun sawit
Plasma
PENENTUAN HARGA TBS
Untuk kondisi sistem perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang
sebagian kebunnya dimiliki rakyat, masih diperlukan sistem penetapan
harga seperti saat ini
Terdapat persepsi yang berbeda antara pekebun dan pabrik soal
kualitas TBS. Pihak pekebun hanya memandang berat TBS dan tidak
tahu masalah rendemen, pihak perusahaan pengolah CPO memandang
berat TBS dan rendemen CPO dari TBS sebagai penentu harga TBS
Perlu ada kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai tingkat
rendemen CPO dan PK dari TBS tersebut termasuk Indeks K (dengan
patokan umur tanaman, tingkat kematangan panen dll) yang kemudian
akan menentukan harga TBS berdasarkan ketetapan Tim
Kelapa Sawit Kebutuhan CPO
meningkat Harga CPO meningkat
Harga TBS meningkat
Ketetapan harga TBS
Pekebun
Perusahaan Inti (pemilik pabrik)
KESEPAKATAN
Ketetapan Tingkat Rendemen CPO dan PK dari TBS: Berdasarkan umur tanaman Syarat faktor kematangan penen sesuai standar
KUALITAS KELAPA
SAWIT
Perlu Dilakukan Pengukuran untuk : Menghitung harga TBS Pendapatan pekebun dari TBS
Hasil yg didapat berdasarkan RENDEMEN
Pengambilan sampel : Umur tanaman Preparasi sampel brondolan
Analisis Laboratorium : Penentuan Kandungan Minyak dlm buah dg cara ekstraksi
RENDEMEN
PELUANG KE DEPAN
Kemitraan dapat diperluas dengan :
Peningkatan kualitas teknologi budidaya dan manajemen
pengelolaan kebun
Peremajaan kebun menggunakan bibit unggul bersertifikat, untuk
mendapatkan produktivitas dan kualitas hasil yang lebih tinggi.
Pemberdayaan kelembagaan pekebun