Kemiri Sunan

Post on 16-Feb-2016

9 views 0 download

description

Deskripsi

Transcript of Kemiri Sunan

Kemiri Sunan, Sebuah Jawaban bagi Krisis Energi di Masa DepanOleh : Stephen Ariel Kristiandi

Indonesia Energy Outlook 2014 menjelaskan bahwa pemakaian bahan bakar yang berasal dari minyak bumi mencapai 43% dari konsumsi energi total nasional, dan pada tahun 2025 diproyeksikan dilakukan pengurangan jumlah energi tersebut menjadi 24%. Untuk mengisi pengurangan energi tersebut, selain sumber energi yang berasal dari batu bara dan gas, pemerintah menargetkan pemenambahan pasokan energi yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT) sebesar 15%. Proyeksi ini membuat EBT memegang peranan yang sangat penting di masa mendatang. Namun, melihat laju pertumbuhan produksi biodiesel yang berasal dari EBT, pencapaian target tersebut tampaknya sulit direalisasi. Sebab saat ini, sumber energi dari EBT hanya empat persen dari total konsumsi energi nasional. Jika target tersebut tidak tercapai, berarti Indonesia harus menambah besaran impor minyak bumi. Padahal saat itu harganya diperkirakan sudah tiga sampai empat kali lipat dari harga sekarang. Hal ini akan membuat beban defisit neraca perdagangan nasional membengkak dan masalah krisis energi semakin berat.

Untuk dapat mengatasi masalah krisis energi tersebut, pemerintah harus menggunakan segenap sumber daya yang ada agar bisa mengejar target yang ditetapkan. Proyeksi pemerintahan baru terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan membuat kebutuhan energi meningkat, apalagi kebutuhan konsumsi BBM dalam negeri dari tahun ke tahun terus bertambah. Pemerintah perlu  lebih serius dalam mengembangkan alternatif EBT agar bisa  menghasilkan sumber energi ini dalam jumlah besar. Dengan luasnya lahan produktif di Indonesia, program EBT harus diprioritaskan. Namun kita memerlukan tanaman unggulan yang  dapat  menghasilkan EBT dalam jumlah besar secara kontinu.

Berdasarkan pengamatan, salah satu sumber EBT yang populer dan dianggap dapat menjawab permasalahan tersebutialah buah kemiri sunan. Buah kemiri sunan (Reutealis trisperma) dianggap memiliki keunggulan dibandingkantanaman lainnya.Sebab, buah  kemiri sunan dapat menghasilkan minyak mentah biodiesel dua sampai tiga kali lebih banyak dari kelapa sawit (Elaeis guinensis) dan jarak pagar (Jatropha curcas), yaitu 15.000 liter per hektar.Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abraham G Pattikawa, CEO PT Bahtera Hijau Lestari yangmerintis perkebunan ini selama lebih dari delapan tahun, kemiri sunan memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan tanaman EBT lainnya.

Pertama, karakter tanaman ini sangat menarik karena usia produktifnya lebih dari lima puluh tahun. Memang masa tanam sampai berbuah memerlukan waktu tiga tahun, tetapi pohon ini sangat mudah diperlihara dan dapat tumbuh dalam iklim yang variatif.  Dari sisi usia produktif, tanaman ini jelas mengungguli kelapa sawit yang usia produktifnya hanya sekitar dua puluh lima tahun, juga jarak pagar yang pemeliharaannya membutuhkan biaya yang lebih besar.

Kedua, pohon kemiri sunansangat ramah lingkungan dan dapat mendukung program penghijauan, khususnya di daerah tandus. Sebagai contoh, proyek perkebunan yang digarap

oleh PT Bahtera Hijau Lestari dan sudah berjalan justru dilaksanakan di Flores yang dikenal sebagai daerah yang tandus. Namun perkebunan yang dibuka di sana berjalan dengan baik,bahkan telah menghasilkan buah dan bibit. Hal ini disebabkan dedauan pohon kemiri sunan yang lebat membuat tanaman ini dapat menjadi tanaman penghijauan.Jangkauan yang dimilikinya dapat membantu mencegah erosi tanah dan mempermudah penyerapan air disekitarnya. Ditambah lagi, bentuk akarnya yang tunggang dapat membantu mencegah tanah longsor.

Ketiga, minyak hasil olahan dari kemiri sunan mampu memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Kualitas minyak kemiri sunan memiliki nilaicetane-number 54, ada di atas nilai standar 45 yang ditetapkan pertamina dan dua poin melebihi nilai cetane-number jarak pagar. Walaupunnilai cetane-number yang dimilikinya lebih rendah dari kelapa sawit yang mencapai angka 60. Tetapi produktivitas biodiesel yang dihasilkannya jauh lebih banyak.Selain itu produk sampingan yang dihasilkannya juga menarik. Kandungan asam eleostearik yang cukup banyak  memungkinkan minyak tersebut untuk diproses menjadi obat antikanker. Selain itu, minyak kemiri sunan juga dapat dimanfaatkan menjadibahan dasar sabun, linoleum, campuran cat, minyak kain, resin, kulit sintetis, pelumas, pelindung kontainer makanan,dan pelapis kawat.Limbah produksinya juga dapat diolah menjadi biogas.Ampas hasil pengolahan biogas dapat pula dimanfaatkan menjadi bahan dasar pembuatan briket dan pupuk urea. Uniknya lagi, walaupun buah kemiri sunan beracun, ampas hasil olahan limbahnya justru dapat diproses menjadi bahan pangan ternak. Oleh sebab itu,industri tersebut memungkinkan untuk dijadikan industri yang bersih dari limbah  (zero waste).

Dengan semua kelebihannya, kemiri sunan layak dipertimbangkan pemerintah menjadiproyek EBT unggulan. Apalagi penelitian terhadap buah ini telah dirintis selama bertahun-tahun oleh Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITTRI) dari Departemen Pertanian. Mereka telah melakukan dan membuktikan studi kelayakan tanaman ini berdasarkan riset yang mereka paparkan di seminar-seminar dan merekomendasikannya. Betapa sayangnya jika langkah terobosan ini hanya menjadi sekedar bahan diskusi dalam seminar di Departemen Pertanian dan ESDM,atau menjadi program terbatas dari perusahaan-perusahaan swasta tertentu yang menyadari peluang ini danmenjalankannyadengan segala keterbatasan  mereka.  Padahal, program ini sangat baik dan perlu didukung secara optimal oleh pemerintah.   

Wujud program tersebut dalam menghadapi krisis dan membantu penghematan energi dapat dilihat dari contoh berikut ini.Kebutuhan Pemda Maluku terhadap bahan bakar dieseluntuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD)berkisardua juta liter per-bulan.Seandainya dibangun program perkebunan kemiri sunan lengkap dengan kilang dan industri penunjangnyauntuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka permasalahan kebutuhan solar untuk PLTD dapat dihasilkan daerah secaramandiri. Berdasarkan data bahwa satu hektar kemiri sunan dapat menghasilkan 15.000 liter biodiesel per tahun, maka hanya diperlukan kebun kemiri sunan sebesar 1.600 hektar saja.Padahal berdasarkan data potensi lahan perkebunan di Maluku, terdapat besaran lahan sekitar 1.295.002,46 hektar dan yang telah dimanfaatkan hanya sekitar 190.669 hektar atau hanya 14,72% dari keseluruhan lahan potensial. Selain itu pohon kemiri sunan dapat tumbuh di lahan yang variatif dan kering sekali pun. Betapa baiknya jika pemda dapat dilibatkan dengan memanfaatkan potensi lahannya untuk mengatasi masalah krisis energi

ini. Apalagi dengan berjalannya program tersebut, Pertamina-pemerintah juga dapat menghemat biaya distribusi dan transportasi bahan bakar ke daerah-daerah yang sering terkendala oleh sarana dan cuaca.

Selain itu, lahan perkebunan yang dibuka juga dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan dalam membangun perekonomianmasyarakat setempat. Perkebunan kemiri sunan dapat menjadi pilihan alternatif yang layak dipertimbangkan.Sebuah pohon kemiri sunan dapat menghasilkan sekitar 30.000 buah setiap tahunnya dengan berat rata-rata satu kilogram setiap 120 buah. Jika diasumsikan satu pohon dapat menghasilkan sekitar 250 kg buah dan harga buah kemiri sunanenam ratus rupiah per kilonya.Maka dalam satu hektar lahan yang ditanam 150 pohon kemiri sunan, dapat menghasilkan uang sebesar Rp 22.500.000,00selama setahun. Jika seseorang memiliki sepuluh hektar lahan, maka ia akan mendapatkan hasil sebesar Rp 225.000.000,00 pertahun. Jumlah sebesar demikian merupakan sumber penghasilan yang cukup baik bagi para penggarap lahan. Belum lagi hasil tambahan jika biji tersebut diproses lebih lanjut menjadi minyak.Harga satu liternya minyak diesel tersebut dapat dijual minimal lima ribu rupiah. Dan berbagai ampas dan sisanya juga dapat dimanfaatkan oleh industri terkait.

Jadi, untukmenyelesaikan masalah krisis energi dengan mengoptimalkan pengembangan EBT, diperlukan keterlibatan semua pihak yang terkait. Perlu dibangun sebuah program terintegrasi antara pemerintah pusat dengan daerah juga antar seluruh departemen terkait. Program ini perlu ditunjang dengan tambahan fasilitas seperti penyederhanaan perijinan, penyiapan lahan, fasilitas kredit, penyiapan bibit, dan pemenuhan tenaga kerja penyuluhan yang terampil. Keberhasilan penyelesaian permasalahan di sektor energi memerlukan keterlibatan dan bantuan semua pihak baik pemerintah, masyarakat,maupun sektor swasta. Dalam hal EBT, Indonesia perlu memanfaatkan secara optimal potensi dan peluangnya yang besar dalam menggarap sektor ini. Jika program ini digarap secara matang dan terpadu, maka program perkebunan kemiri sunan tidak hanyadapat membantu memberikan salah satu solusi penyediaan energi alternatif.Program ini juga ikut  membantu penciptaan lapangan kerja, penghematan biaya,dan pelestarian lingkungan.Sehingga padaakhirnya akan menciptakan kemandirian energidan pemerataan pembangunan ekonomi di daerah-daerah. Dengan demikian, Indonesia akan jauh lebih siap menghadapi tantangan krisis energi di masa depan.

"Der Gebrauch von Pflanzenöl als Krafstoff mag heute Unbedeutend sein. Aber derartige Produkte können im Laufe der Zeit Ebenso bensowichtig werden wie Petroleum und diese Kohle-Teer-Produkte von heute." (Pemakaian minyak nabati sebagai bahan bakar untuk saat ini sepertinya tidak berarti, tetapi pada saatnya nanti akan menjadi penting, sebagaimana minyak bumi dan produk tir-batubara saat sekarang) –Rudolf Diesel (1858-1913)-

Menurut sejarah perkembangan otomotif, mobil pertama yang diperkenalkan Henry Ford berbahan bakar ethanol, sedangkan jauh sebelumnya Rudolf Diesel telah mengenalkan minyak kacang sebagai bahan bakar untuk mesin ciptaannya. Booming bahan bakar minyak yang berasal dari energi fosil menggantikan peran bahan bakar nabati tersebut. Tetapi sumber energi fosil kini semakin langka yang berdampak pada harga yang berfluktuatif dan berimbas pada perekonomian dunia. Bahkan di tahun 2013 ini pemerintah Indonesia kesulitan menentukan kebijakan bahan bakar bersubsidi, sehingga sudah seharusnya mulai mempertimbangkan menanam tumbuhan penghasil bahan bakar nabati sebagai salah satu alternatif energi terbarukan.

Ada banyak pilihan, yaitu mabai (Pongamia pinnata), nyamplung (Calaphyllum inophullum), nimbi (Azadirachta indica), jarak pagar (Jatropha curcas) dan kemiri sunan (Reutealis trisperma).

Kemiri sunan layak dipertimbangkan karena merupakan varietas lokal yang sudah terdaftar di Kementerian Pertanian atas nama Gubernur Jawa Barat pada tahun 2009. Sayang keberadaannya belum dikenal masyarakat luas walau tanaman tersebut dengan mudah dapat ditemui. Berpucuk daun putih kekuningan, pohon kemiri sunan tampil menyolok dengan indahnya terutama di musim kemarau.

Ada beberapa manfaat yang didapat jika kita menanam kemiri sunan:

Kemiri sunan mampu menyerap 28 ton CO2 setiap pohonnya dalam kurun watu satu tahun , hal ini bisa mengurangi dampak pemanasan global.

Karena pohonnya memiliki akar tunggang maka dapat digunakan untuk penahan longsor atau erosi. Khususnya di perkebunan nonaktif, reklamasi lahan bekas tambang, sepanjang jalan provinsi dan sempadan sungai.

Setelah berumur 3-4 tahun, setiap pohon kemiri sunan menghasilkan sekitar 200 kg buah dalam kurun satu tahun. Hasil minyak nabati non pangan (kasar) diperkirakan mencapai 10 ton/hektar. Hasil ini jauh lebih tinggi dari kelapa sawit yakni sekitar 6 ton/ha/tahun minyak kasar dan tentu saja jauh lebih tinggi jika dibanding dengan jarak pagar.

Cangkang buahnya berpotensi sebagai biogas.

Berbeda dengan kemiri biasa, biji kemiri sunan tidak terlalu keras dan tebal. Setiap buah kemiri sunan memiliki 3 biji yang mudah dikelupas untuk mendapatkan inti biji. Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (Ikabi) Tatang H Soerawijaya mengatakan:” Perbandingan antara kulit biji dan inti biji adalah 35 % - 45 % berbanding 55 % - 65 %. Inti biji kemiri sunan inilah yang mengandung minyak nabati mentah sekitar 55 %.

Potensi kemiri sunan bukan tanpa kendala, angka kandungan yodiumnya jauh melampaui persyaratan yaitu: 80-115 g/100 g. Sedangkan angka kandungan yodium kemiri sunan 133-160 g/100 g. Ada beberapa cara untuk menurunkannya:

Dapat dilakukan oleh industry minyak nabati melalui reaksi langsung dengan gas hydrogen.

Dengan reaksi zat/reagen donor hydrogen yang dapat dilakukan dalam skala UKM (sedang diteliti dan dikembangkan ITB).

Hidrogenasi secara elektrokimia, juga dapat dilakukan skala UKM (sedang diteliti dan dikembangkan ITB).

Jika pemerintah Indonesia serius dan konsisten terhadap target energy terbarukan yang dicanangkannya maka penanaman intensif kemiri sunan dapat menyelesaikan beberapa masalah sekaligus, yaitu gerakan rehabilitasi lahan kritis, bioenergi dan tabungan oksigen/menyerap CO2 .

target energi terbarukan 2025 (dok.ESDM)

Kepala Dinas ESDM Provinsi Jabar memiliki data kelompok lahan yang memiliki potensi penanaman kemiri sunan di provinsi Jabar:

591.000 hektar lahan kritis

268.000 hektar reklamasi bekas tambang.

810.000 hektar CSR dari pengembang panas bumi.

224.000 hektar HGU perkebunan non aktif.

16.000 km sempadan sungai utama di Jabar.

2.000 km jalan sepanjang provinsi Jabar.

Data diatas hanya menunjukkan potensi lahan di Jawa Barat, jika dijumlahkan dengan 33 provinsi lainnya maka hasilnya pastilah menakjubkan.

Paradigmanyalah yang harus diubah. Alih-alih memandang pembangunan sumber energi terbarukan sebagai komoditas akan lebih bijak memandangnya sebagai infrastruktur dan modal dasar. Setiap penjualan sumber energy harus memperhitungkan kepentingan jangka panjang dan berpihak kepada masyarakatnya sendiri. Dalam kerangka fikir ini pula, manfaat yang didapat bukan menitik beratkan pada berapa besar laba atau devisa yang dihasilkan tapi pada seberapa besar energy bisa mendukung berbagai aktivitas untuk menumbuhkan ekonomi berbasis industry bernilai tambah tinggi.

Indonesia bisa berkiblat pada negara-negara Skandinavia. Mereka menggunakan kekayaan alam sebagai modal untuk membangun masyarakatnya melalui pendidikan, kesehatan serta iklim bisnis yang kondusif. Mereka sadar, untuk menjamin masa depan maka perekonomian harus ditunjang oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditunjang kualitas manusianya, bukan mengandalkan sumber daya alam yang kelak akan habis.

Indonesia memang berbeda dengan negara-negara Skandinavia. Bahkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang tidak dimiliki negara lain: keanekaragaman hayati, tanah yang subur, air yang mengalir serta sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun. Sehingga sudah tidak sepantasnya Indonesia hanya berperan sebagai eksportir bahan mentah. Indonesia bisa menjadi Timur Tengahnya bahan bakar nabati atau pusat produksi dunia dalam bioenergi. Jadi, yuk mulai menanam pohon penghasil energi.