Post on 28-Nov-2015
description
KI HAJAR DEWANTARA
1. I Gusti Ayu Cahayaningsih (1329091002)
2. I Gede Indra Pratama (1329091003)
3. Ketut Pasek Agung Wikhan (1329091005)
Kelompok kami bernama Ki Hajar Dewantara. Alasan kami mengangkat nama pahlawan
yang disebut sebagai Bapak Pendidikan, merupakan wujud upaya rasa cinta bhakti kami
terhadap pahlawan-pahlawan yang diberi gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” yakni guru, yang
diperingati pada hari Senin, 25 November, tepat kami membentuk kelompok ini. Hal itulah
yang melatarbelakangi mengapa kami mengangkat nama seorang pahlawan untuk dijadikan
sebagai nama kelompok. Hal lainnya yaitu kami bertiga merupakan pendidik, seorang guru
yang memiliki komitmen yang sama untuk mencerdaskan anak bangsa melalui pendidikan.
Alasan itulah yang mendorong kami mengangkat Beliau sebagai nama kelompok kami.
Nama Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/ Semester : X/ I (Ganjil)
Nilai-Nilai Karakter Yang Ada Pada Standar Kompetensi
A. Standar Kompetensi
3.1 Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik,
ruang dan waktu dalam sejarah
Nilai-Nilai Karakter : Mandiri, Rasa Ingin Tahu, Gemar Membaca, Disiplin,
Kerja Keras, Kreatif, Peduli Sosial, Tanggung Jawab.
Alasan :
Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas (Wibowo, 2012: 43). Manusia pada hakikatnya merupakan
mahluk sosial dan mahluk individu. Manusia sebagai mahluk sosial adalah manusia yang
tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, yakni membutuhkan manusia lainnya hinga tua
nanti untuk membantu kehidupannya. Seperti bayi memerlukan bantuan orang lain untuk
mengajarkannya merangkak hingga berdiri, begitu juga nanti pada saat kita meninggal
membutuhkan orang lain untuk mengburkan jenazah kita. Berbeda halnya, hakikat manusia
sebagai mahluk individu. Manusia sebagai mahluk individu adalah manusia yang memiliki
karakter berbeda-beda, yang membedakan dirinya dengan mahluk lainnya. Manusia sebagai
mahluk individu dituntut untuk memiliki sikap kemandirian. Sebab, tidak semua hal yang
dilakukan harus dibantu oleh orang lain. Sikap kemandirian ini juga diperlukan agar kita
tidak ketergantungan oleh orang lain, sebab hidup dan masa depan kita yang menentukan.
Begitu halnya dalam memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis, sinkronik,
ruang dan waktu dalam sejarah, kita harus menegakkan sikap mandiri untuk belajar,
membaca materi sejarah yang lumayan padat ini. Apabila kita membaca atau belajar
mengikuti cara orang lain, maka kita sebagai mahluk individu akan tidak berkembang. Untuk
itulah, sikap mandiri sangat perlu ditegakkan agar tidak tergantung dengan orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
Rasa Ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Wibowo,
2012: 43). Jika kita cermati dan mengacu pada materi di atas, sikap rasa ingin tahu ini
merupakan salah satu sikap pemacu agar seseorang bisa menumbuhkan sikap mencintai dan
tertarik pada sesuatu. Sikap ini perlu ditumbuhkan pada peserta didik, karena jika siswa tidak
memiliki sikap rasa ingin tahu, maka tidak akan tumbuh rasa kecintaan dan ketertarikan
terhadap mata pelajaran sejarah terkait KD di atas. Oleh karena itu, karakter rasa ingin tahu
ini perlu ditumbuhkan dan ditanamkan oleh siswa dan perlu diteladani agar siswa mau
membaca materi sejarah secara holistik. Sikap ini secara tidak langsung akan menumbuhkan
rasa cinta dan ketertarikan dengan sejarah. Sehingga, sebanyak apapun materi dan sepadat
apapun bacaan yang perlu dibaca siswa dan dipahami tidak akan menjadi masalah. Kita bisa
dapat cermati nilai karakter yang dapat dipetik dari nilai karakter rasa ingin tahu yang
sebenarnya patut diterapkan pada konteks kekinian adalah bagaimana kehidupan masa lalu
yang sangat sederhana yang sangat terbatas, tetapi manusia pada saat itu sudah memiliki rasa
ingin tahu yang sangat tinggi. Contohnya, mengenal alam sekitar, menciptakan teknologi dan
alat-alat pemenuhan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Rasa ingin tahu ini
nantinya berimplikasi kepada kreatifitas untuk menciptakankebudayaan. Kebudayaan yang
dihasilkan dapat kita lihat dari alat-alat berupa kapak yang terbuat dari batu, pakaian yang
sederhana terbuat dari kulit hewan dan pohon, dan lain sebagainya. Melihat hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa nilai karakter rasa ingin tahu membawa implikasi kepada sikap
kreatifitas sejak dulu telah ada. Oleh sebab itu, kita yang hidup di zaman “ serba ada”,
harusnya bersyukur telah memiliki keragaman budaya dan teknologi yang serba maju,
sebaiknya kita juga harus meningkatkan daya kreatifitas untuk menciptakan teknologi
modern lainnya untuk pemenuhan kehidupan manusia nanti.
3.2 Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
Nilai-Nilai Karakter : Religius, toleransi, kerja keras, disiplin, mandiri, kreatif,
rasa ingin tahu, bersahab/komunikatif, peduli lingkungan,
peduli sosial, tanggung jawab
Alasan :
Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
agama lain (Wibawa, 2012: 43). Manusia sebagai mahluk beragama tentunya harus
melaksanakan ajaran-ajaran yang diajarkan agama atau kepercayaannya. Selain itu, kita
sebagai masyarakat yang hidup pada negara yang terdapat lebih dari satu agama, tentu harus
memiliki sikap toleransi kepada agama lain yang diakui di Indonesia, agar tidak terjadi suatu
masalah sosial atau konflik. Kemudian bila kita hubungkan ke materi, nilai karakter religius
ini sudah mulai tumbuh pada masa praaksara. Dimana manusia pada zaman itu yang awalnya
tidak tau apa-apa, mulai belajar menemukan cara membentuk suatu kebudayaan dan
kepercayaan yang masih primtif. Kebudayaan dan kepercayaan yang berbau primitif itulah
yang nantinya berkembang menjadi kepercayaan animisme dan dinamisme, dan kemudian
berkembang lagi sampai sekarang menjadi berbagai kepercayaan atau agama yang masih
dianut sampai saat ini. Kemudian bila dilihat dari konterks kekinian nilai karakter ini sangat
perlu kita kembangkan pada diri anak-anak, terutama bagi masyarakat Indonesia. Seperti
yang kita ketahui, di Indonesia terdapat lima kepercayaan yang bebas dipilih dan dianut bagi
masyarakatnya. jadi untuk menghindari suatu masalah-masalah yang berbau agama ini
terjadi, maka harus sudah mulai ditanamkan nilai karakter religius ini kepada masyarakat
Indonesia. Siswa memiliki pemikiran bahwa setiap orang berhak untuk memiliki keyakinan
dan pendapat yang berbeda sesuai dengan keyakinan yang dipilihnya (Sapriya, 2011: 54).
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan dari orang lain yang berbeda dari dirinya (Wibowo, 2012: 43).
Kita sebagai manusia atau mahluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain, tentu harus
bisa mengamalkan sikap toleransi ini. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat tentu terdapat
perbedaan-perbedaan, seperti sifat, tingkah laku sampai kepercayan pada setiap orang dari
masyarakat tersebut. Bila kita hubungkan ke materi Memahami corak kehidupan masyarakat
pada zaman praaksara, tentu sikap toleransi ini sangat diperlukan. Hal ini dapat kita lihat pada
kegiatan kelompok-kelompok manusia praaksara. Dimana anak-anak yang masih belum
mampu atau belum bisa berburu makanan maka diberi toleransi untuk tidak mencari
makanan. Kemudian juga, untuk orang-orang yang mempunyai tugas berburu makanan
tentunya memiliki rasa toleransi kepada temannya yang tidak bisa berburu karena terluka atau
sakit. Dalam suatu keadaan seperti itu, tentu harus ada rasa toleransi yang dimiliki oleh
manusia pada masa praaksara. Kemudian bila kita hubungkan dengan konteks kekinian, maka
kita sebagai masyarakat yang hidup di bangsa multikultur nilai karakter toleransi ini sangat
perlu kita tanamkan pada setiap masyarakat Indonesia. Seperti yang diketahui, beberapatahun
belakangan ini terdapat banyak konflik yang berbau agama, etnis, maupun kepentingan di
Indonesia. Konflik tersebut tentunya terjadi karena sudah mulai hilangnya rasa toleransi yang
dimiliki masyarakat Indonesia. Maka dari itu, pada dunia sekolah sudah mestinya kembali
menanamkan nilai karakter toleransi tersebut, yang nantinya dapat membentuk masyarakat
yang demokratis dan memiliki sifat toleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai
bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain (Sapriya, 2011: 55).
Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya (Wibowo, 2012: 43). Dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas tentu
diperlukan suatu sikap yang sungguh-sungguh dan kerja keras untuk dapat menyelesaikan
masalah atau tugas tersebut. Bila kita masih merasa tenang atau santai-santai saja kepada
masalah atau tugas yang sulit bagi kitam tanpa ada upaya kerja keras untuk belajar dan
menyelesaikannya, masalah atau tugas tersebut tidak akan terselesaikan. Bila kita hubungkan
ke materi, tentunya nilai karakter kerja keras ini sangat banyak ditemukan pada masa
praaksara tersebut. Dimana manusia pada masa praaksara yang benar-benar tidak mempunyai
bekal atau ilmu dalam mempertahankan kehidupannya, tentunya mereka harus bekerja keras
untuk bagaimana bisa bertahan hidup pada zaman tersebut. Kemudian bila kita hubungkan ke
konteks kekinian, nilai karakter kerja keras ini sangat diperlukan pada dunia pendidikan di
Indonesia. Seperti yang diketahui Indonesia masih mengalami masalah SDM yang masih
rendah bila kita bandingkan dengan negara lain. Tentu untuk meningkatkan SDM tersebut,
kita harus memulainya pada dunia pendidikan. Dimana siswa-siswa pada bangku sekolah
tentunya harus ditanamkan nilai karakter kerja keras. Karena dengan bersungguh-sungguhnya
siswa-siswa pada saat belajar, tentunya akan berdampak atau bermanfaat kepada semakin
baiknya hasil didikan (Hasan, 2010: 56).
Kreatif merupakan berpikir dan melakukan sesuatuuntuk menghasilkan cara atau hasil
yang baru dari suatu yang dimilikinya (Wibowo, 2012: 43). Manusia sebagai mahluk hidup
yang memiliki kecerdasan, tentunya memiliki tingkat kreatifitas yang berbeda-beda. Dimana
kreatifitas ini sangat membantu manusia untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang
diterimanya. Dilihat dari materi ini, tentu manusia pada zaman praaksara memiliki kreatifitas
yang baik. Dimana hal ini bisa dilihat perkembangan cara berpikir manusia pada zaman itu.
Manusia pada zaman praaksa yang mulanya manusia tidak tau apa-apa, mereka mulai
berpikir dan menemukan hal-hal yang diperlukan dalam melanjutkan kehidupannya seperti
mencari makanan, dan berkomunikasi antar manusia. Dalam menemukan cara untuk mencari
makanan dan komunikasi tersebut tentunya memerlukan kreatifitas yang tinggi, dimana yang
awalnya tidak tahu apa-apa menjadi menemukan cara mencari makanan dan berkomunikasi.
Kemudian bila kita lihat dari konteks kekinian, nilai karakter kreatif ini sangat diperlukan
pada di era globalisasi seperti sekarang ini. Dimana setiap individu di era globalisasi dituntut
mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan mengadaptasikan diri kedalam
situasi global yang amat bervariasi dan cepat berubah (Suprijono, 2010: 5). Untuk memenuhi
tantangan zaman seperti yang dikatakan diatas, tentu nilai karakter kreatif harus
dikembangkan mulai dari kegiatan belajar disekolah. Misalnya dalam proses memahami
materi pada suatu proses pembelajaran yang diberikan guru di kelas, pada saat ini siswa harus
kreatif dalam memahami dan mengembangkan apa yang dijelaskan dan dimaksudkan oleh
guru.
Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Wibowo,
2012: 43). Jika kita cermati, nilai karakter rasa ingin tahu ini sebenarnya harus ditanamkan
disetiap proses pembelajaran. Dimana siswa apa bila sudah memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, tentu akan sangat mudah mengerti atau memahami materi yang dipelajari. Jika kita
kaitkan ke materi praaksara ini, tentu banyak suatu kegiatan-kegiatan yang menunjukan
karakter rasa ingin tahu. Pada zaman praaksara ini manusia-manusia sudah memiliki karakter
rasa ingin tahu, terbukti manusia-manusia pada zaman inilah yang mulai memiliki rasa ingin
tahu dan mau belajar untuk mampu bertahan hidup, dengan adanya hal tersebut secara tidak
langsung terbentuk kebudayaan, dan alat komunikasi yang digunakan dan dikembangkan
pada zaman-zaman berikutnya sampai sekarang ini. Kemudian bila kita kaitkan ke konteks
kekinian, nilai karakter ini sangat patut kita kembangkan. Dimana bila bandingkan pada
manusia praaksara yang benar-benar tidak tau apa-apa, karena memiliki nilai karakter rasa
ingin tahu mampu membentuk suatu budaya dan alat komunikasi yang mampu kita
kembangkan dan kita gunakan sampai saat ini. Sekarang, kita yang telah hidup di era
globalisasi seperti sekarang ini, nilai karakter rasa ingin tahu ini harus tetap kita tanamkan,
karena dengan adanya rasa ingin tahu timbul suatu kemauan untuk belajar dan berkembang
dengan semakin baik (Hasan 2010, 58).
Bersahabat/ komunikatif adalah tindakan yang melihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan berkerja sama dengan orang lain (Wibowo, 2012: 43). Manusia sebagai mahluk
sosial tentunya harus pintar bersahabat, bergaul pada orang lain atau suatu komunitas
masyarakat. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan kehidupan, sebagai mahluk sosial
manusia tidak akan bisa sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah. dimana manusia
memerlukan bantuan atau pengalaman dari orang lain dalam menyelesaikan masalah dalam
hidupnya. Bila kita hubungkan dengan materi tentang memahami corak masyarakat praksara
ini, ditemukan sikap yang komunikatif dari kehidupan berkelompok manusia praaksara.
Misalnya dalam mengajarkan cara berburu dan meramu makanan kepada anak-anak atau
penerusnya, tentu diperlukan sifat komunikatif. Karena pada saat itu terjadi transfer
pengertian dan pemahaman dengan anak-anaknya, ditemukan sikap rasa senang bicara, kerja
sama dan bergaul pada kelompok tersebut. Kemudian bila kita hubungkan dengan konteks
kekinian, nilai karakter bersahabat/ komunikatif ini sangat diperlukan. Dimana nilai karakter
bersahabat/ komunikatif ini dapat dilihat pada contoh kegiatan dalam pemecahan masalah
dikelas seperti cara bernegosiasi dan berkerja sama antar siswa dan guru maupun antara siswa
dengan siswa (Sapriya, 2011: 56). Seperti contoh kegiatan pembelajaran di atas, tentu terjadi
nilai karakter bersahabat/ komunikatif karena terjadi proses berkerja sama, dan senang bicara.
Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Wibowo, 2012: 43). Peduli lingkungan
merupakan suatu karakter yang sangat diperlukan dunia ini. Hal ini dikarenakan dunia saat ini
sedang mengalami masalah pemanasan global, jadi perlu dikembangkan karakter peduli
lingkungan ini. Bila kita hubungkan ke materi masyarakat praakasara ini, terdapat beberapa
keterkaitan. Diantaranya bila kita lihat pada contoh kegiatan-kegiatan yang dilakukan
manusia praaksara, mereka dalam melanjutkan kehidupan tentunya menggunakan alat-alat
yang masih sangat alami atau tradisional yang dapat dikatakan tidak merusak alam. Hal ini
hal ini tentu dapat menimbulkan rasa peduli lingkungan pada siswa-siswa yang
mempelajarinya. Kemudian bila kita lihat, suatu karakter yang bersifat peduli lingkungan ini
sangat diperlukan jika kita lihat pada konteks kekinian juga. Hal ini bisa kita lihat dengan
permasalahan lingkuhan yang terjadi di Indonesia. Seperi yang kita ketahui, pada kota-kota
besar tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan saangat kurang, hal ini bisi dilihat
pada banyaknya sampah-sampah yang berceceran, dan hal ini pun berdampak pada sering
terjadinya banjir-banjir di beberapa daerah di Indonesia. Kemudian hal ini dapat dilihat dari
seringnya pilakukan pembrantasan-pembrantasan hutan untuk suatu pembangunan, hal ini
juga berdampak pada sering terjadinya banjir dan longsor pada beberapa daerah di Indonesia.
Melihat banyaknya masalah-masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia, tentu nilai
karakter peduli lingkungan ini sangat diperlukan, untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi. Untuk memperbaiki kerusakan alam kedepannya, diperlukan pemikiran setiap
bentuk industrialisasi dan pemanfaatan teknologi dari hasil pikir dan kerja manusiaselalu
mempertimbangkan aspek keramahan lingkungan (Marfai, 2005: 10). Cara pemikiran seperti
berikut merupakan salan satu pemikiran yang berdasarkan nilai karakter peduli lingkungan,
yang kedepannya harus kitakembangkan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang
cibuat oleh manusia.
Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Wibowo, 2012: 43). Bila kita hubngkan ke
materi, nilai karakter peduli sosial ini terletak atau muncul pada bagaimana kegiatan
kelompok-kelompok manusia praaksara pada waktu itu untuk bertahan hidup. Dimana pada
suatu kelompok manusia praaksara tentu timbul rasa peduli sosial kepada setiap-setiap orang
anggota kelompoknya. Terutama pada anak-anak yang masih belum bisa berburu makanan,
maka anggota kelompok yang bertugas mencari makanan memiliki karakter peduli sosial
untuk membagikan makanannya ke setiap orang dari kelompoknya. Kemudian bila kita
hubungkan pada konteks kekinian, nilai karakter peduli sosial ini perlu kita kembangkan pada
negara-negara berkembang dan rawan bencana seperti Indonesia. Dimana pada negara
berkembang seperti Indonesia, tentu banyak masyarakat kurang mampu yang memerlukan
bantuan dalam masalah ekonomi maupun pendidikan. Kemudian bila kita lihat Indonesia
secara geografis, tentu letak Indonesia sangat rawan dengan bencana alam. Beberapa tahun
kemarin Indonesia pernah di serang bencana seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung
meletus yang tentunya mengakibatkan banyak korban jiwa. Pada saat inlah nilai karakter
peduli sosial ini perlu dikembangkan, karena sangat diperlukan kepedulian masyarakat untuk
membantu saudara-saudara kita yang tertimpa bencana.
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Wibowo, 2012:
44). Bila kita hubungkan nilai karakter tanggung jawab dengan materi pada SK ini tentu
sangat berhubungkan. Dimana pada masa praaksara terdapat pembagian tugas pada masing-
masing orang tiap kelompok. Jadi disana terdapat suatu karakter tanggung jawab yang
dimiliki tiap orang untuk menyelesaikan tugasnya masing-masing. Dan juga nilai karakter
tanggung jawab ini dimiliki juga oleh setiap pemimpin pada kelompok-kelompok masyarakat
praaksara. Kemudian bila kita hubungkan pada konteks kekinian, nilai karakter tanggung
jawab ini sangat penting bagi kepentingan Indonesia. Dimana pada era globalisasi budaya
barat akan mudah tersebar ke bangsa-bangsa lain. Jadi untuk melindungi suatu budaya bangsa
dan jati diri bangsa khususnya Indonesia dari ancaman arus global, diperlukan suatu
kesadaran untuk membentuk masyarakat dan pemimpin dunia yang bertanggung jawab untuk
menjaga kepentingan, keselamatan, dan keamanan bangsa kita dari bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Kemendiknas RI
Marfai, Muh Aris. 2005. Moralitas Lingkungan Refleksi Kritis Atas Krisis Lingkungan Berkelanjutan. Yogyakarta: Wahana Hijau
Sapriya. 2011. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yokyakarta: Pustaka Belajar