Post on 21-Jul-2015
KAPITAL SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT
MELALUI KONSEP PERTANIAN BERKELANJUTAN
DESA RATUNG (MANGGARAI TIMUR)
Sidi Rana Menggala
Pendahuluan
Pembangunan masih berkonsentrasi di daerah pusat, baik di ibukota ataupun untuk daerah
sekitarnya, seperti pulau jawa dan sumatera pada umumnya. Dan keadaan seperti itu sangatlah
jauh dari apa yang dicita-citakan dalam tujuan nasional yang menginginkan ratanya
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Dampak dari kurangnya pemerataan
pembangunan memang tidak begitu dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah yang telah
mengalami pembangunan cukup pesat, karena segala kebutuhan hidup mereka relatif lebih
mudah untuk diperoleh, seperti pelayanan kesehatan ataupun sarana pendidikan yang tersebar di
mana-mana, hal tersebut jauh berbeda apabila dibandingkan dengan daerah yang
pembangunannya berjalan dengan lambat yang biasanya daerah-daerah tersebut adalah daerah
yang terpencil. Daerah seperti itu biasanya sulit untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas yang telah
diberikan oleh pemerintah, hal ini karena biasanya pemerintah hanya menyediakan fasilitas yang
sifatnya kompleks di daerah perkotaan, sehingga bagi masyarakat yang letaknya di daerah
terpencil butuh waktu yang lama untuk mengakses fasilitas-fasilitas tersebut.
Salah satu contohnya disini adalah desa Ratung, Kecamatan Rana Mese, Manggarai Timur.
Dimana fasilitas umum seperti halnya pendidikan dan kesehatan masih jauh dibawah standar
rata-rata. Penduduk desa Ratung masih mengandalkan hasil alam dalam mendompang
kesehariannya. Istilah modernisasi hanya bersifat visual semata dan upaya-upaya perbaikan
sosial menjadi kendala dikarenakan kondisi masyarakat yang mengandalkan nilai-nilai
tradisional.
Mayoritas penduduk desa Ratung hanya tergantung kepada sector agraria tradisional sehingga
jauh daripada equilibrium pasar ekonomi modern. Disamping itu krisis air menjadi catatan
tersendiri dalam pemerataan hasil panen.
Pembangunan Ekonomi Wilayah yang Berimbang dan Berkelanjutan
Perencanaan pembangunan wilayah diharapkan dapat mewujudkan keadaan yang seimbang dan
berkelanjutan dari resource endowment yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah tersebut.
Keadaan yang berimbang berarti menekan ada-nya kesenjangan antardaerah, kelompok dan
golongan masyarakat. Pembangunan wilayah yang berimbang mengimplikasikan pertumbuhan
yang merata di daerah yang berbeda. Namun hal ini bukan berarti bahwa setiap daerah dibangun
dengan cara yang sama atau dengan pola pengembangan ekonomi serta industri yang sama.
Pembangunan yang tidak berimbang disebabkan oleh faktor-faktor geografi, sejarah, politik,
kebijakan pemerintah, administrasi dan sosial ekonomi.
Pembangunan memerlukan peran aktif dari semua lapisan masyarakat, tidak hanya dinamika
masyarakat (internal factor) yang terus menerus berubah tetapi juga dipengaruhi oleh
perkembangan politik pembangunan di tingkat global (external factor). Dalam politik
pembangunan global ada dua tuntutan bahwa pembangunan harus mengakomodasi persoalan
demokratisasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender dan civil society. Respon tersebut
dikarenakan pembangunan yang selama ini menggunakan orientasi pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan pada kenyataanya ukuran-ukuran ekonomi dan aktivitas pembangunan, tidak dapat
menjelaskan secara detail terjadinya kemiskinan, ketimpangan berbagai macam pendapatan dan
pengangguran di berbagai belahan dunia. (Jameson W. And Blue 1978)
Pembangunan yang dilaksankan hendaknya dengan melibatkan berbagai unsur yang lainnya
seperti sosial, politik, budaya dan yang lain. Pembangunan dengan melibatkan berbagai unsur
tersebut yang disebut engan pembangunan sosial. Pembangunan sosial merupakan sebuah proses
perubahan sosial yang terencana yang didisain untuk mengangkat kesejahteraan penduduk
menyeluruh dengan menggabungkannya dengan proses pembangunan ekonomi yang dinamis.
Pembangunan sosial merupakan proses pembangunan manusiayang terkait dengan pembangunan
ekonomi, dengan berbagai fokus disiplin ilmu (interdiciplinary) berdasarkan ilmu sosial yang
berbeda, menekannkan pada proses dimana merupakan suatu yang dinamis, proses yang
progresif, serta bersifat ntervensi, melibatkan rakyat dengan menyeluruh ruang lingkup inklusif
serta universal. (James Midgley, 1995). Pembanguan sosial yang dilakukan oleh pemerintah
dengan melibatkan partisipasi masyarakat sehingga bersifat demokratis dan sesuai dengan isu
politik global dalam pembangunan.
Pembangunan yang berkelanjutan adalah suatu keadaan dimana pembangunan tidak
menyebabkan keadaan yang semakin memburuk dari waktu ke waktu. Konsep ini menerapkan
konsep waktu yang tidak terbatas tetapi tujuan pemba-ngunan harus dicapai pada batas waktu
tertentu. Untuk mencapai keadaan ini, benefit dan cost di masa yang akan datang harus
didiscount sehingga memiliki nilai yang sama dengan saat sekarang. Pembangunan yang
berkelanjutan meng-isyaratkan tingkat perubahan pembangunan (rate of change of development)
yang bernilai positif sepanjang waktu.
Kapital Sosial
Kapital sosial merupakan suatu konsep yang relatif ‘baru’ yang dalam teori pembangunan
berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kapital sosial tersebut bersifat problematik
terutama peletakan kata sosial dalam yang menyifati kapital. Kapital dalam referensi ekonomi
mempertimbangkan referensi yang bukan ekonomi seperti sosiologi sehingga terkadang sulit
mencapai titik temu dalam keseragaman pengertian. (Robert M. Z. Lawang, 2004). Modal sosial
merupkan konsep sosiologi mengacu koneksi dan jaringan sosial. Istilah modal mengacu pada
kohesi sosial dan investasi pribadi dalam masyarakat (Modal Sosial dalam wikipedia.com) Tesis
ustama dalam kapital sosial hubungan masalah, dengan ide utamanya merupakan jaringan sosial
merupakan aset yang berharga. Interaksi memungkinkan orang untuk membangun masyarakat,
untuk berkomitmen satu sama lain, dan untuk merajut tatanan sosial. Sebuah rasa memiliki dan
pengalaman beton jaringan sosial (dan kepercayaan dan hubungan toleransi yang dapat terlibat)
bisa, itu berargumen, membawa manfaat besar untuk orang. (John Field, 2003).
Kepercayaan antara individu-individu sehingga menjadi kepercayaan antara orang asing dan
kepercayaan dari kain luas lembaga-lembaga sosial, pada akhirnya, itu menjadi seperangkat
nilai-nilai bersama, kebajikan, dan harapan dalam masyarakat secara keseluruhan. Tanpa
interaksi ini, di sisi lain meluruh kepercayaan, pada titik tertentu, peluruhan ini mulai
memanifestasikan dirinya dalam masalah-masalah sosial yang serius . Konsep kapital sosial
berpendapat bahwa bangunan atau membangun kembali kepercayaan masyarakat dan
membutuhkan-ke-muka pertemuan muka. (C. Beem, 1999)
Kapital Sosial dalam Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu perkumpulan manusia yang berkesadaran dalam mempertahankan
eksistensinya di dalam lingkungan. Dalam rangka mempertahankan eksistensi manusia dengan
kemampuannya mengelola dan mengembangkan alam. Manusia sebagai mahluk sosial, karena ia
memerlukan orang lain dalam berhubungan ataupun menjalankan aktivitasnya. Manusia sebagai
mahluk sosial tersebut maka memerlukan sebuah organisasi kemasyarakatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup bersama.
Konsep masyarakat sipil merupakan jejaring kerja (working network) yang tidak hanya terdiri
civil society organizations, namun melibatkan partai politik, lembaga-lembaga agama, prnata
adatdan aktor-aktor individu seperti para informal tokoh-tokoh agama. Jejaring ini bergerak
secara setimultan dan berupaya mengimplementasikan melalui proses demokratisasi
partisasipasu rakyat dalam pembuatan kebijakan, prinsip good governance dalam pencapaian
political public goods, pemerataan distribusi kesejahteraan, prinsip non kekerasan dalam
mengatasi perasalahan sosial. Gerak jejaring kerja tersebut tidak mengurangi peran
kewarganegaraan, namun lebih diarahkan dalam penguatan kapasitas masyarakat sipil tersebut
mengembangkan mekanisme penguatan warga dalam berhadapan dengan pasar dan negara.
Dalam kehidupan dimasyarakat yang bersifat sehari-hari keperangkatan sosial lebih dikenal
degan arisan, simpan pinjam, serikat tolong menolong, kelompok jama’ah ta’alim. Kepranataan
dapat dilihat dalam upacara adat, kegiatan masyarakat seperti perkawinan, kelahiran, kematian
dan yang lain. Semuanya diperkuat nilai-nilai sosial dan kearifan lokal yang sidah melembaga
dengan baik seperti nilai kebersamaan, kepranataan dan nilai-nilai sosial ertentu mampu
membuat jaringan strategis sebagai wahana pembangunan masyarakat.
Keperangkatan, kepranataan dan nilai-nilai sosial tersebut didalam kapital sosial merujuk pada
bagian organisasi sosial seperti kepercayaan norma dan jaringan yang dapat meningkatkan
efisensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi dalam masyarakat.
Kapital sosial merujuk pada institusi hubungan sikap dan nilai yang membimbing interaksi
konstribusi pada perkembangan ekonomi dan sosial. (Robert M. Z. Lawang, 2004).
Kapital sosial memiliki tujuan mempererat hubungan atara anggota masyarakat serta
menjadikannya hubungan yang harmonis sehingga lebih mudah dalam menangani permasahan
sosial yang ada. Penanganan permasalah sosial yang ada ini menjadikan masyarakat mudah
dalam mencapai kesejahteraan dan memperlancar pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah.
Konsep Pembangunan Masyarakat Melalui Pertanian Organik
Krisis pangan saat ini salah satu perihal krusial dan menjadi sorotan dunia, dimana dengan
jumlah total 7.4 milyar penduduk di bumi dengan konsumsi pada tahun 2018 diatas nilai-nilai
jumlah penduduk bumi. Oleh sebab itu, bagaimana upaya kita dapat berperan dalam menciptakan
Food Security untuk generasi mendatang.
Salah satu wujud nyata yang dapat dilakukan adalah mendorong mencintai "pertanian" sejak
dini, dimana dimulai dari bangku sekolah hingga menjadi sebuah mata pencaharian di kemudian
hari. Berdasarkan data statistik Deptan bahwa pada tahun 2010, total anak usia diatas 15 tahun
yang memiliki profesi sebagai petani hanya berjumlah 41 juta orang dari total jumlah penduduk
di Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa, saat ini Indonesia juga tidak hanya mengalami
krisis pangan tetapi juga krisis profesi petani dikarenakan perubahan perilaku masyarakat dan
modernisasi yang terjadi. Maka dari itu perlunya konsep pembangunan masyarakat melalui
Kapital Sosial, baik dari sector sosial, ekonomi maupun lingkungan. Salah satu wujudnya adalah
pertanian berkelanjutan
Pertanian Berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan
pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan
kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan lingkungan selalu
memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan.
Kapital sosial disini memiliki fungsi untuk mendorong lahirnya sebuah ikatan kerjasama
penduduk desa Ratung dengan pembekalan pertanian organic dalam memajukan agraria di
daerahnya
Objektif
Mempromosikan konsep pertanian organik sebagai alternatif mata pencaharian untuk
penduduk desa Ratung
Menghentikan laju krisis pangan tingkat desa Ratung melalui konsep pertanian organik
dimulai dari tingkat rumah tangga
Pembekalan ilmu pertanian organik kepada perwakilan penduduk yang dapat di-
implementasi di lingkungan tempat tinggal dan berbagi pengetahuan kepada komunitas
lokal
Indikator – Indikator Permasalahan
Rendahnya pengetahuan pengelolahan hasil alam
Jenjang edukasi yang rendah
Jumlah pengganguran tinggi tanpa kemampuan life-skill
Pertumbuhan ekonomi tidak merata
Urbanisasi ke kota-kota besar di kepulauan Jawa
Pertanian Organik dan Kapital Sosial
Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya
alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan
komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan
pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis, masyarakat
sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari
segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.
Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya alam
untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan
kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri
dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan
eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran,
serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah),
(4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen
dan aman konsumsi.
Korelasi antar Kapital Sosial dan Pengembangan Pertanian Organik
Pengertian korelasi disini adalah hubungan kausal antar kapital sosial dan pengembangan
pertanian organic di desa Ratung sebagai salah wujud pengentasan kemiskinan melalui
pemahaman communitarian view, network view, institutional view dan synergy view
(Woolcock, 2005)
Communitarian view: Penduduk secara mandani memiliki sebuah konsep tentang pembangunan
sosial melalui konsep pertanian organik sehingga adanya kepedulian dari pemerintah daerah
untuk mendukung program tersebut. Penduduk dapat memiliki keterampilan karena adanya
peran dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ataupun lembaga non-profit yang peduli
dengan eksistensi di desa Ratung
Network view: Merupakan sebuah pola relasi yang bersifat horizontal ataupun vertical antar
penduduk dengan pemerintah dan bersifat transaksional dengan pengertian bahwa bilamana
terdapat pemuda-pemuda yang menjalankan konsep pertanian organic sehingga secara otomatis
dapat mendorong kebijakan daerah untuk menanggarkan APBD untuk program terkait
Institutional view: Pola ini merupakan salah satu bentuk kemitraan yang ideal, dimana Negara
dan korporasi dapat bekerja sama dalam mendukung pembangunan di desa Ratung melalui
pertanian organic untuk menjamin keberlangsung ketahanan pangan dan penghapusan
kemiskinan.
Synergy view: Pada tahapan ini semua elemen masyarakat, pemerintah, lsm dan perusahaan
secara bahu-bahu mewujudkan pembangunan sosial di desa Ratung untuk mengedepankan
pembangunan sosial, dengan bermodalkan program kerja pertanian organic hingga dapat
pelaksanaan penjualan keluar daerah tempat tinggal.
Strategi Pengembangan Pertanian Organik untuk Penduduk Desa Ratung
Salah satu landasan konseptual dari Kapital sosial adalah terdapatnya pihak-pihak tertentu
misalkan dari organisasi kemasyakatan, perusahaan ataupun pemerintah daerah/pusat dapat
mendorong terwujudnya pengembangan kapasitas sebuah masyakat. Oleh sebab itu, adapun
wacana untuk mengirimkan pemuda perwakilan dari desa Ratung untuk mengikuti pembekalan
pelatihan pertanian organik di Yayasan Karang Widya (Jawa Barat) untuk memunculkan
penggiat-penggiat muda yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan terkait pertanian organik.
Penggiat muda yang berkomitmen untuk menyebarluaskan praktek pertanian organik di
komunitas. Korelasi antar pengembangan pertanian organic dan Kapital sosial adalah suatu
bentuk investasi sosial yang meliputi kemampuan sumber daya sosial dalam seluruh hubungan
sosial dalam mencapai tujuan individu atau kelompok secara efektif dan efisien.
Sumber utama dari kapital sosial ialah jaringan kerja (networking), kepercayaan, nilai dan norma
serta kekuatan yang menggerakan.
Kesimpulan
Konsep masyarakat merupakan sebuah jejaring (network) yang tidak hanya terdiri LSM, namun
melibatkan segenap elemen dari pemerintah, perusahaan, partai politik hingga relewan-relawan
pekerja sosial. Jejaring ini bergerak secara bersamaan dan berupaya menerapkan melalui proses
keterlibatan dan partisasipasi penduduk hingga akhirnya melahirkan kebijakan-kebijakan yang
PRO-sosial.
Kapital sosial diperkuat dukungan moral dari segenap elemen penduduk dengan tujuan
pembangunan sosial. Salah satu wujudnya adalah melalui konsep Pertanian Berkelanjutan, yakni
pertanian organik.
Daftar isi
Article : International Centre for Research in Organic Food Systems, Sustainability of
organic farming in a global food chain perspective 2007 – 2010
Beem, C., 1999, The necessity of politics. Reclaiming American public life. University of
Chicago Press
Estes, R. (1993). Towards Sustainable Development: From Theory to Praxis. Social
Development Issues
Iwan J. Azis, 2011, Iwan J. Azis, Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi
Emil Salim, KPG
Japan Council on the UN Decade of Education for Sustainable Development (ESD-
J),2013, Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
Jameson, and Richard N. Blue, 1978 "Strategies for Growth and Equity" Yale Press
James Midgley, 1995, Social Development: The Developmental Perspective in Social
Welfare, Sage Press
John Field, 2003, Social Capital, Routledge
Margaret Krome (2009). Building Sustainable Farms, Ranches and Communities.
National Institute of Food and Agriculture (NIFA)
Robert M.Z. Lawang, 2004, Kapital sosial dalam perspektif sosiologik, UI press
Saut M. Lubis, 2000, Panduan Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan: Indikator
Pembangunan Berkelanjutan (Upaya Mencapai Kehidupan yang Makin Berkualitas)
Stephane Bellon. (2014). Organic Farming, Prototype for Sustainable Agricultures.
Speheger