Post on 08-Jul-2018
8/19/2019 Kajian Pemberian Air Irigasi
1/9
Huda, dkk., Kajian Sistem Pemberian Air Irigasi sebagai Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi pada Daerah Irigasi Tumpang 221
221
KAJIAN SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI SEBAGAI DASARPENYUSUNAN JADWAL ROTASI PADA DAERAH IRIGASI
TUMPANG KABUPATEN MALANG
M. Nurul Huda 1, Donny Harisuseno 2, Dwi Priyantoro 21Mahasiswa Program Magistr Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
2Dosen Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
Abstrak : Daerah Irigasi Tumpang Kabupaten Malang dengan luas area irigasi 614 Ha sebagai saranadan prasarana untuk menunjang Program Pemerintah mewujudkan surplus 10 juta ton beras tahun 2014.
Evaluasi kondisi eksisting bahwa realisasi intensitas tanam Padi dan Palawija sebesar 204%. Evaluasiketersediaan air menggunakan faktor K yaitu K 1. Rencana tata tanam ulang dengan meningkatkan
intensitas tanam Padi dan dengan dua sistem pemberian air, Metode SCH (stagnant contant head) dan Metode SRI (system rice of intensification). Dengan menaikkan intensitas tanam Padi menjadi 245%,kejadian rotasi pada pembagian air irigasi dengan Qmodus dan Qminimum menggunakan Metode SCH lebih banyak dibandingkan Metode SRI. Kebutuhan air Padi dalam satu tahun periode tanam, Metode SRI lebih hemat 28% dibandingkan dengan Metode SCH.
K ata Kunci : evaluasi, Intensitas tanam, metode SCH, metode SRI, rotasi.
Abstract: Tumpang Irrigation Area of Kabupaten Malang with irrigation area 614 Ha as facility to support Government Programs in producing 10 million ton rice surplus in 2014. Evaluation of existing condition isrealization of rice and crop planting intensity is 204%. Evaluation of water availability is using K factor that is K 1. Planning in replanting design by increasing paddy planting intensity is using two water distribution system, that is SCH method (stagnant content head) and SRI method (system rice of intensifica-tion). By increasing paddy planting intensity into 245%, rotation event in irrigation water distribution byQmodus and Qminimum is using more of SCH method than SRI method. Paddy water needs in one year
planting period by SRI method is 28% cost-effective than SCH method.
K eywords : evaluation, planting intensity, SCH method, SRI method, rotation.
Dalam rangka usaha menunjang program pemerintahuntuk mewujudkan surplus 10 juta ton beras padatahun 2014, maka diperlukan strategi melalui pening-katan produktivitas, perbaikan manajemen, perluasan
areal dan pengurangan konsumsi. (Sumber: DraftRoadmap Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2-BN) Menuju Surplus Beras 10 Juta Ton pada tahun2014).
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkat-kan produktivitas adalah dengan menggalakkan ke-giatan menanam padi dengan menggunakan metodeSRI ( System of Rice Intensification ), Metode SRIini merupakan metode hemat air disertai metode pe-ngelolaan tanaman yang baik dapat meningkatkan
produktivitas tanaman padi hingga 30-100% bila di- bandingkan dengan menggunakan metode irigasi kon-vensional (tergenang kontinyu). Penekanan hematair juga merupakan upaya mengantisipasi peningkatankebutuhan air untuk air minum, industri, sanitasi, dll
yang berakibat pada alokasi kebutuhan air irigasiyang menjadi terbatas
Daerah irigasi (DI.) Tumpang merupakan salahsatu DI. yang terletak di Kabupaten Malang dengan
luas area irigasi sebesar 614 Ha. Daerah Irigasi Tum- pang ini sebagai sarana dan prasarana untuk me-nunjang program pemerintah mewujudkan surplus 10
juta ton beras tahun 2014.Tujuan Penelitian adalah mengevaluasi kebutuh-
an air nyata persatuan luas, sistem pembagian dan pemberian air irigasi DI. Tumpang secara terus me-nerus ( continous flow ) dan merencanakan cara pem-
berian air secara terputus putus ( intermitten flow )dalam rangka meningkatkan intensitas tanam padi.
Perhitungan Debit Andalan dengan menggu-nakan Modus
Modus adalah variat yang terjadi pada frekuensiyang paling banyak. Sedang pada suatu ditribusi yang
8/19/2019 Kajian Pemberian Air Irigasi
2/9
222 Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 221–229
terdiri dari variable kontinyu, yang disebut denganmodus adalah variat yang mempunyai kerapatan pe-luang maksimum ( maximum probability density )(Soewarno, 1995 Jilid 1: 58).
211
f f f f
f f i B Mo (1)
Dimana:Mo = ModusB = Batas bawah interval kelas modusi = Interval kelasF = Frekuensi maksimum Kelas Modus
f1 = Frekuensi sebelum Kelas Modusf2 = Frekuensi setelah Kelas Modus
Kebutuhan Air Irigasi Metode FPR-LPR• Metode FPR (Faktor Palawija Relatif)
Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan ca-ra perhitungan kebutuhan air tanaman di Jawa Timur memakai metode Faktor Palawija Relatif (FPR). Me-tode ini merupakan dari metode-metode yang telahditerapkan di Negara Belanda yaitu Pasten. Persa-maan untuk metode FPR yaitu (Anonim, 2009: II-10):
LPR QFPR (2)
Dengan:FPR = Faktor Palawija Relatif (ltr/det/ha.pol)Q = Debit yang mengalir di sungai (ltr/det)LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol)
Tabel 1. Nilai Faktor Palawija Relatif (FPR)
• Metode Nilai LPR (Luas Palawija Relatif)Pada dasarnya nilai LPR adalah perbandingan
kebutuhan air antara jenis tanaman satu dengan jenistanaman lainnya. Tanaman pembanding yang digu-
nakan adalah palawija yang mempunyai nilai 1 (satu).Semua kebutuhan tanaman yang akan dicari terlebihdahulu dikonversikan dengan kebutuhan air palawijayang akhirnya didapatkan satu angka sebagai faktor konversi untuk setiap jenis tanaman.
Tabel 2. Kriteria LPR Tanaman
Gambar 1. Peta Lokasi Studi
Sistim Pemberian Air IrigasiPemberian air irigasi kepetak sawah dapat dila-
kukan dengan 5 (lima) cara (V.E. Hansen, O.W Is-raelsen, G.E. Stringham, 1992 hal. 4).yaitu: (1). Peng-genangan ( flooding ); (2). Menggunakan alur besar
atau kecil; (3). Menggunakan air di bawah permu-kaan tanah melalui sub irigasi; (4). Penyiraman(sprinkling ); (5). Menggunakan sistem cucuran ( tri-ckle ). Umumnya untuk tanaman padi pemberian air-nya baik dengan penggenangan ( flooding ) maupunalur ( furrows ) dilakukan dengan cara mengalirkanterus menerus ( continous flow ) atau dengan ber-selang ( intermitent flow ).
Gambar 2. Pengaturan Pemberian air untuk tiap masapertumbuhan tanaman padi
8/19/2019 Kajian Pemberian Air Irigasi
3/9
Huda, dkk., Kajian Sistem Pemberian Air Irigasi sebagai Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi pada Daerah Irigasi Tumpang 223
• Sistem Genangan Terus Menerus ( Stagnant Constant Head )Metode pelayanan pembagian air secara konti-
nyu merupakan pemberian air irigasi secara terus
menerus selama satu musim tanam sesuai dengankebutuhan air untuk tanaman pada periode pengolah-an tanah, pertumbuhan tanaman dari tanam sampaidengan panen. Svehlik (1987) dalam Fatchan Nur-rochmad (1997), besarnya kebutuhan air yang dilepasdi bangunan bagi dapat dihitung menggunakan rumussebagai berikut (Svehlik, 1987 dalam Fatchan Nur-rochmad, 1997):
Q i = q i * A i (3)Dimana,Q i = debit air irigasi di pintu pengambilan pada
periode ke-i (l/det, mm/hari)q i = debit air irigasi persatuan luas pada periode
ke-i (l/det, mm/hari/ha)A i = luas areal irigasi pada periode ke-i (ha)
• Sistem terputus-putus ( Intermittent Flow sys-tem)
Intermittent flow adalah salah satu cara pem- berian ke petak sawah yang didasarkan pada inter-val waktu tertentu dengan debit dan luas area yangsudah ditetapkan terlebih dahulu sehingga diperolehhasil yang optimal.
- Irigasi Hemat air pada Budidaya Padi denganPola SRI ( System Rice of Intensification)Irigasi hemat air pada budidaya padi dengan me-
tode SRI dilakukan dengan memberikan air irigasisecara terputus ( intermittent ) berdasarkan alternasiantara periode basah (genangan dangkal) dan kering.Metode irigasi ini disertai metode pengelolaan tanam-an yang baik dapat meningkatkan produktivitas ta-naman padi hingga 30-100% bila dibandingkan de-ngan menggunakan metode irigasi konvensional (ter-
genang kontinu) (Irigasi Hemat Air pada BudidayaPadi dengan Metode SRI, sumber: www.google.com).
- Pola Pemberian Air Irigasi pada Budidaya PadiMetode SRIPada budidaya SRI, kondisi ketersediaan air di
lahan diatur agar lahan cukup kering namun tetapmencukupi kebutuhan air tanaman. Pola pemberianair yang dilakukan pada setiap lokasi penerapanumumnya berbeda-beda tergantung kondisi agroeko-
logi dan ketersediaan air irigasi. Di jawa barat pola pemberian air irigasi yang dilakukan adalah seperti pada Gambar 2 dengan penjelasan sebagai berikut
(Balai Irigasi, 2007 dalam Hanhan A. Sofiyuddin,2010):1. Kondisi air macak-macak dibiarkan sampai retak
rambut, kemudian diairi lagi sampai macak-ma-
cak. Kondisi ini dilakukan selama periode vege-tatif dan pertumbuhan anakan (sampai dengan± 45 – 50 hari setelah tanam). Pengeringan lahan
pada periode vegetatif bertujuan untuk mencip-takan aerasi yang baik di daerah perakaransehingga merangsang pertumbuhan anakan.
2. Apabila jumlah anakan terlalu banyak, dari as- pek pengairan umumnya ada dua cara untuk me-ngurangi jumlah anakan yakni:a. Digenangi sampai 3 cm selama beberapa
hari (disawah tadah hujan), atau b. Dikeringkan sampai tanahnya retak bebe-
rapa hari (di lahan beririgasi)3. Pada saat penyiangan, air irgasi diberikan ge-
nangan 2 cm untuk memudahkan operasi alat penyiangan. Setelah penyiangan selesai biasanyasawah dibiarkan menjadi macak-macak dengansendirinya.
4. Pada waktu mulai fase pembungaan (± 51–70HST) dan pengisian bulir sampai masak susu (±71–95 HST), sawah diari dan terus dipertahan-kan macak-macak.
5. Pada fase pematangan bulir sampai panen (±
95–105 HST), sawah dikeringkan. Pengeringan pada periode pematangan bertujuan untuk mem- percepat dan meyeragamkan proses pematang-an bulir padi.
Gambar 3. Skema Pemberian air metode SRI
Gambar 4. Kondisi lahan (genangan air 2 cm, macak-macak dan retak rambut)
Kebutuhan air di sawah dan debit yang diperlu-kan pada pintu pengambilan dihitung dengan meng-
gunakan persamaan di bawah ini (Anonim, 1977):
10.000xT
A*HQ1 (4)
8/19/2019 Kajian Pemberian Air Irigasi
4/9
224 Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 221–229
L11
x86.400
QQ 12 (5)
Dimana:Q 1 = Kebutuhan harian air di lapangan (m
3/hr)Q 2 = Kebutuhan harian air pada pintu pemasukan
(m3/det)H = Tinggi genangan (m)A = Luas area sawah (ha)T = Interval pemberian air (hari)L = Kehilagan air di lapangan dan saluran
Pola TanamBambang Guritno (2011:2) menjelaskan bahwa
pola tanam atau yang dikenal dengan Cropping sys-tems yaitu suatu usaha penanaman pada sebidanglahan dengan mengatur pola pertanaman ( cropping
pattern ) yang berinteraksi dengan sumber daya lahanserta teknologi budidaya tanaman yang dilakukan.Sedangkan pola pertanaman ( cropping pattern ) ada-lah susunan tata letak dan tata urutan tanaman, padasebidang lahan selama periode tertentu, termasuk di-dalamnya perngolahan tanah dan bera (Anderws &Kassam, 1976; Stelley, 1983; Vendermeer, 1989 da-lam Bambang Guritno, 2011:2).
Pola tata tanam adalah pola mengenai rencanatata tanam yang terdiri dari pengaturan jenis tanaman,
waktu penanaman, tempat atau lokasi tanaman danluas areal tanaman yang memperoleh hak atas air
pada suatu daerah irigasi (Anonim, 2009:II-5).
Imbangan AirImbangan air dihitung berdasarkan perbandingan
debit aktual dan kebutuhan air irigasi dengan penen-tuan pola tanam dan jadwal tanam dapat dilihat be-rapa kebutuhan air irigasi pada suatu areal irigasi(Kriteria Perencanaan Irigasi 01 Dep. PU, 1986):
Parameter tinjauan neraca air ini adalah meliputi
ketersediaan air yang masing-masing titik tinjau ( con-trol point ) dan kebutuhan yang harus dilayani di titik tersebut dengan rangkaian sistem yang saling ber-hubungan mulai dari hulu-tengah-hilir. Dari neracaair ini akan diperoleh hasil berupa faktor kegagalan,yang merupakan perbandingan antara ketersediaanair dan kebutuhan air dimana jika perbandingan ter-sebut kurang dari 0.70 (70%) maka sistem penye-diaan air tersebut dianggap gagal.
Intensitas TanamIntensitas tanam adalah prosentase dari perban-
dingan antara luas pencapaian tanam pada suatu la-han dengan luas lahan yang bersangkutan dalam ku-run waktu setahun (Priyantoro, D. 1984:135).
Sistem GolonganDirjen Pengairan Departemen PU. KP. 01
(1986:108), menyatakan bahwa pemberian air de-ngan golongan atau dapat diistilahkan rotasi teknis
berguna untuk mengurangi kebutuhan puncak air iri-gasi. Tetapi metode ini akan menyebabkan eksploitasiyang lebih kompleks. Beberapa hal yang tidak me-nguntungkan dari metode ini adalah:(1). Timbulnya komplikasi sosial; (2). Eksploitasi lebihrumit; (3). Kehilangan air akibat ekploitasi sedikit le-
bih tinggi; (3). Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih sedikit waktu ter-sedia untuk tanaman kedua; (4). Daur/siklus gang-guan serangga
Sistem GiliranSistem Giliran adalah cara pemberian air di sa-
luran tersier atau saluran utama dengan interval waktutertentu bila debit yang tersedia kurang dari faktor K. Jika persediaan air cukup maka faktor K = 1 se-dangkan pada persediaan air kurang maka faktor K
8/19/2019 Kajian Pemberian Air Irigasi
5/9
Huda, dkk., Kajian Sistem Pemberian Air Irigasi sebagai Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi pada Daerah Irigasi Tumpang 225
Gambar 5. Konsep Perencanaan Sistem Irigasi
METODOLOGI
Pengumpulan DataData yang dapat dikumpulkan terdiri atas:1. Data debit pada intake bendung DI. Tumpang,
rerata 10 harian.2. Kondisi Eksisting Daerah Irigasi (DI) Tumpang
meliputi:• Skema daerah irigasi/luas areal sawah yang
ada• Kebutuhan air irigasi kondisi existing• Jadwal dan Pola tanam• Luas areal tanam
Evaluasi Tata Tanam Eksisting• Evaluasi kebutuhan air nyata persatuan luas
Evaluasi kebutuhan air nyata dengan cara meng-analisa kebutuhan air eksisting terhadap debitintake dan realisasi tanam.
• Evaluasi nilai FPR (faktor palawija relatif) nyata Nilai FPR nyata didapat dari data debit intakeyang dibagi dengan LPR eksisting.
Nilai FPR dan LPR digunakan untuk merenca-nakan kembali
• Evaluasi Pembagian air eksistingEvaluasi pembagian air dengan menggunakanFaktor K.
Analisa Data1. Perhitungan Debit Andalan
Perhitungan debit andalan adalah dengan meng-gunakan metode Modus.
2. Perhitungan Kebutuhan air irigasiKebutuhan air irigasi ini berdasarkan (KP. 01)
Irigasi, meliputi pemenuhan kebutuhan air untuk ke- perluan pertanian secara umum. Kebutuhan air untuk irigasi diperkirakan dari perkalian antara luas lahanyang diairi dengan kebutuhannya persatuan luas.• Pemberian air dengan metode SCH ( stagnant
constant head ).Pemberian air di petakan sawah dengan cara
penggenangan secara terus menerus yaitu ta-naman padi diberi air dan dibiarkan tergenangmulai beberapa hari setelah tanam sampai be-
berapa hari sebelum panen.• Pemberian air dengan metode SRI ( system rice
of intensification )Irigasi diberikan pada saat tanah cukup kering(batas bawah) sampai genangan dangkal (batasatas). Setelah batas atas tercapai irigasi dihen-tikan dan genangan air di lahan dibiarkan ber-kurang hingga batas bawah kembali tercapai.Batas atas irigasi adalah macak-macak (padafase vegetatif) atau genangan 2 cm (pada fasegeneratif). Batas bawah irigasi adalah saat kon-disi air di lahan mencapai 80% dari jenuh lapangatau saat di lahan terlihat retak rambut.
3. Rencana Pola TanamPerencanaan pola tanam ulang yaitu menaikkan
intensitas tanam Padi dengan mempertimbangkan ke- biasaan petani dan kebijakan daerah dalam menen-tukan jenis tanam.
4. Neraca air dan evaluasi pembagian air
Setelah didapat besaran ketersediaan pada in-take dan kebutuhan air irigasi, maka langkah beri-kutnya adalah menghitung imbangan antara keter-sediaan air dan kebutuhan. Imbangan air ini untuk menyatakan tingkat keseimbangan penggunaan air
pada daerah irigasi sehingga diketahui cara pemberianair yang tepat.
5. Sistem RotasiPengaturan sistem giliran pada saluran sekunder
DI. Tumpang dibagi menjadi 3 blok giliran yang ma-
sing-masing terdiri atas bagian hulu (Blok I), bagiantengah (Blok II) dan bagian hilir (Blok III). Perhi-tungan jadwal rotasi didasarkan pada hasil evaluasiketersediaan air menggunakan faktor K.
Pengembangan pola pikir/konsep perencana-an sistem irigasi
Dalam studi ini dibuat konsep perencanaan sis-tem irigasi dengan ini memudahkan pengelolaan sis-
tem irigasi dalam upaya untuk mewujudkan keman-faatan air dalam bidang pertanian. Konsep perenca-naan sistem irigasi berdasarkan PP No. 20 tahun 2006tentang Irigasi dapat diliihat pada Gambar 5.
8/19/2019 Kajian Pemberian Air Irigasi
6/9
226 Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 221–229
Gambar 6. Bagan alir kajian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil evaluasi pola tanam eksisting berdasarkandata yang tercatat pada Kantor UPTD PengairanTumpang Kabupaten malang selama kurun waktuantara 2001 - 2011 adalah sebagai berikut:a. Pola tanam dan intensitas tanam Padi dan Pala-
wija
Tabel 3. Evaluasi pencapaian luas tanam
Perhitungan Debit AndalanHasil perhitungan debit andalan dengan meng-
gunakan Debit Minum dan metode Modus seperti pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Hasil perhitungan Debit Andalan
Alur pengerjaan studi dapat dilihat pada BaganAlir (Gambar 6) berikut:
b. Evaluasi Kriteria FPR dan LPR Nilai FPR-LPR berdasarkan dari evaluasi ke-
butuhan air irigasi dengan tingkat pencapaian tanamsetiap periode musim tanam selama kurun waktu se- puluh tahun terakhir periode tanam (2001/2002 sam- pai dengan 2010/2011) seperti pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Perhitungan LPR-FPR dengan Q Modus
Tabel 5. Nilai Faktor Palawija Relatif (FPR) DI. Tumpang
Pola Tanam RencanaPola tanam yang direncanakan pada studi ini ada-
lah meningkatkan intensitas tanam Padi dengan mem- pertimbangkan pola tanam yang sesuai dengan ke- biasaan petani setempat yaitu Padi+Palawija+Tebu – Padi+Palawija/tanaman lain-lain+Tebu - Padi+Pa-lawija/tanaman lain-lain+Tebu sehingga dapat dite-rapkan pada lokasi penelitian, seperti pada Tabel 7
berikut.
Pembagian BlokPembagian blok golongan ditetapkan dengan
mempertimbangkan kesatuan sistem bangunan, wi-
8/19/2019 Kajian Pemberian Air Irigasi
7/9
Huda, dkk., Kajian Sistem Pemberian Air Irigasi sebagai Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi pada Daerah Irigasi Tumpang 227
layah pengairan (juru pengairan, juru pintu air danP3A) dan wilayah administratif (desa).Blok I : untuk bangunan di wilayah BTP.1a, BTP.
1, BTP. 1b.Blok II : untuk bangunan di wilayah BTP. 1c, BTP.1d, BTP. 1e, BTP. 1f.
Blok III : untuk bangunan di wilayah BTP. 2, BTP.3, BTP. 3a, BTP. 4.
Pemberian Air Irigasi dengan Metode System R ice of Intensification (SRI)
Pada budidaya SRI, kondisi ketersediaan air dilahan diatur agar lahan cukup kering namun tetapmencukupi kebutuhan air tanaman. Pada studi ini di-rencanakan pemberian air pada saat pemeliharaantanaman MT 1 fase Vegetatif adalah 2 cm untuk 8hari dan fase generatif 10 hari, sedangkan MT 2 danMT 3 fase Vegetatif adalah 2 cm untuk 5 hari danfase generatif untuk 7 hari. Hasil perhitungan metodeSRI dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 8.
Tabel 7. Pola Tanam Rencana
Gambar 7. Pembagian Blok Jaringan Irigasi DI.Tumpang
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi denganMetode Stagnant Constant H ead (SCH)
Nilai FPR dan LPR dalam perhitungan ini ber-dasarkan hasil evaluasi kriteria FPR dan LPR padaTabel 5 di atas. jenis tanah pada lokasi studi adalah
jenis tanah Latosol. Hasil perhitungan kebutuhan air seperti pada Tabel 8 dan Gambar 8 berikut.
Tabel 8. Kebutuhan Air metode SCH
Gambar 8. Grafik Neraca air metode SCH
Gambar 9. Neraca Air Metode SRI Musim Tanam I –Qmin dan Qmodus
Perhitungan Jadwal Rotasi pada Daerah Iri-gasi Tumpang
Jadwal rotasi dibuat berdasarkan hasil evaluasi pembagian air dari metode SCH dan Metode SRI.
8/19/2019 Kajian Pemberian Air Irigasi
8/9
228 Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 221–229
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tentang Kajian pembe-rian air ini, beberapa kesimpulan yang dapat di ambiladalah:1. Evaluasi kondisi eksisting bahwa realisasi inten-
sitas tanam Padi dan Palawija sebesar 204%.Dari hasil evaluasi ketersediaan air mengguna-
kan faktor K, didapat bahwa nilai faktor K 1.2. Dengan memperhatikan hasil evaluasi kondisieksisting tersebut, kemudian dilakukan Rencanatata tanam ulang dengan meningkatkan intensitastanam Padi dan dengan dua sistem pemberianair, Metode SCH ( stagnant contant head) danMetode SRI ( system ric e of intensification ).Dengan menaikkan intensitas tanam Padi men-
jadi 245%, kejadian rotasi menggunakan MetodeSCH lebih banyak dibandingkan Metode SRI.Untuk kondisi kertesediaan air menggunakanDebit Modus kejadian rotasi metode SCH 6 kalidengan waktu pembagian air irigasi selama 21.6hari atau 258.9 jam dan metode SRI 2 kali denganwaktu pembagian air irigasi selama 12.8 hariatau 153.7 jam. Sedangkan pada saat kondisiketersediaan air Debit Minimum kejadian rotasimetode SCH 14 kali dengan waktu pembagianair irigasi selama 67.5 hari atau 810.2 jam danmetode SRI 6 kali dengan waktu pembagian air irigasi selama 47.4 hari atau 568.5 jam. Kebu-tuhan air Padi dalam satu tahun periode tanam,Metode SRI lebih hemat 28% dibandingkan de-ngan Metode SCH.
Tabel 9. Kebutuhan air metode SRI
Gambar 10. Neraca Air Metode SRI Musim Tanam II -Qmin dan Qmodus
Tabel 10. Rekapitulasi kebutuhan air Padi tiap MusimTanam
Gambar 11. Neraca Air Metode SRI Musim Tanam III -Qmin dan Qmodus
Hasil perhitungan jadwal rotasi dapat dilihat padaTabel 11 dan Tabel 12 berikut.
Tabel 11. Rekapitulasi lamanya Jadwal Rotasi
Tabel 12. Rekapitulasi Tingkat Kejadian Rotasi padaDI. Tumpang
8/19/2019 Kajian Pemberian Air Irigasi
9/9
Huda, dkk., Kajian Sistem Pemberian Air Irigasi sebagai Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi pada Daerah Irigasi Tumpang 229
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Eng. Donny Harisuseno, ST. MT., selaku Ketua Ko-misi Pembimbing dan Ir. Dwi Priyantoro, MS., selaku
Anggota Komisi Pembimbing atas saran, bantuandan arahan selama penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija,
Sayur-sayuran. Badan Pengendali Bimas DepartemenPertanian. Jakarta
Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan Jaringan IrigasiKP-01, Kriteria Perencanaan Penunjang . Ditjen. Pe-ngairan Dep. PU Galang Persada. Bandung.
Anonim. 2009. Laporan Kegiatan Alokasi Air DAS Am- prong . Unit Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Bango-Gedangan. Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur.Malang.
Asdak. 2007. Hidrologi dan Pengeloalaan Daerah AliranSungai . Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Fathan, N., dan Riman. 1997. Analisis Operasi PelayananPembagian Air Irigasi. Media Teknik No. 4 Tahun
XIX .Gani, S. 2007. Perencanaan Sistem Irigasi Rotasi untuk
Penyaluran Air secara Proporsional. Alami Vol. 12 No 1.
Guritno, B. 2011. Pola Tanam di Lahan Kering. Malang:UB Press.
Hanhan, A.S., Joko, T. dan Subari. 2010. Pemberian Air Irigasi pada Budidaya Padi SRI di Musim Hujan danKemarau. Jurnal Teknik Hidraulik, Vol 1 No. 2.
Hansen, V.E., D.W. Israelsen., dan G.E. Stringham. 1992. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi . Jakarta: Erlangga.
Rumaropen, N. 2012. Studi Evaluasi kapasitas Pengalirandan Pola Tata Guna Air pada Daerah Irigasi LerehKabupaten Jayapura. Tesis tidak dipubikasikan.Universitas Brawijaya Malang.
Priyantoro, D. 1984. Studi Alternatif Pemberian Air Irigasisebagai Usaha Menaikkan Intensitas Tanam Di
Jaringan Irigasi Bendung Tumpang. Studi Akhir tidak dipublikasikan. Universitas Brawijaya Malang.
Purba, J.H. 2011. Kebutuhan dan Cara Pemberian Air Irigasiuntuk Tanaman padi Sawah (Oryza sativa L.). WI-
DYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No.3.Soewarno. 1995. Hidrologi (Aplikasi Metode Statistik
untuk Analisa Data jilid I). Bandung: Nova.Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1977. Hidrologi untuk
Pengairan . Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.Triatmodjo, B. 2010. Hidrologi Terapan. Cetakan kedua.
Yogyakarta: Beta Offset.http://www.garutkab.go.id/download_files/article/
ARTIKEL%20SRI.pdf