Post on 06-Mar-2019
Tenaga Kerja Sektor Pertanian: Hasil dari Transformasi Struktural
Prof. Dr. Bustanul Arifinbarifin@uwalumni.com
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILADewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF, Jakarta
Professorial Fellow di InterCAFE dan MB-IPB, Bogor
Seminar Ekonomi Ketengakerjaan KADIN Indonsia, tanggal 14 Desember 2013 di Jakartaa
Pembangunan: Transformasi Struktural• Pembangunan ekonomi ditandai dengan penurunan
pangsa sektor pertanian terhadap PDB dan penyerapantenaga kerja, dan peningkatan pangsa industri dan jasa.
• Penuruan pangsa sektor pertanian sering diartikan salaholeh para ekonom makro yang tidak paham transformasistruktural, sehingga menimbulkan anggapan bahwasektor pertanian tidak penting atau tidak perlu diproteksi.
• Secara teoritis, penurunan pangsa ini dapat dijelaskandengan teori konsumsi (Hukum Engle), pertambahanproduktivitas pertanian, dan keunggulan komparatif dankompetitif dalam perdagangan internasional.
Penurunan Serapan Tenaga Kerja: Lambat• Penurunan pangsa tenaga kerja sektor pertanian terlalu
lambat, menandakan tidak berkembangnya sektor industridan jasa, sehingga beban sektor pertanian amat berat.
• Penurunan pangsa dapat dilihat sebagai push factor & pull-factor. Push-factor berkonotasi negatif, menunjukkanadanya kemiskinan di sektor pertanian dan pedesaan. Pull-factor berkonotasi positif karena sektor non-pertanianlebih atraktif bagi tenaga kerja pedesaan (pertanian) yang memiliki keterampilan, sehingga meningkatkan nilaitambah dan menggerakan perekonomian negara.
Struktur Ekonomi 1965 1975 1985 1995 2000 2010
Pangsa PDBPertanian 57.1 30.2 22.9 17.1 17.0 14.2
Industri 12.5 33.5 35.3 41.8 47.0 12.5
Jasa 31.4 36.3 42.8 41.1 36.0 53.3Pangsa Tenaga kerjaPertanian na 62 56 48 46 43
Sektor lain na 38 44 52 54 57
Sumber: BPS, berbagai tahun
Ketidaklengkapan Transformasi Stuktural
1900 1910 1920 1930 1940 1950 1960 1970 199019800
10
20
30
40
50
60
Agriculture Industry Services
Sumber: van der Eng (2001), at 1993 price
Pangsa Pertanian dan Industri dalam Ekonomi
Sectoral Share of Indonesia's GDP
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70Agricult
Industry
Manufact
Service
Penyerapan tenaga kerja pertanian masih besar (42,5%), perdagangan (20,4%), jasa sosial (14,5%),industri (12,5%).
Sumber: BPS, berbagai tahun
12.5
20.4
14.5
42.5
10
13
16
19
22
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
(persen)
40
42
44
46
48
Perindustrian Perdahangan, hotel, restoranJasa sosial lain Pertanian, perikanan, kehutanan (Sumbu Kanan)
(persen)
Soeharto SBYMegaGus DurHabibie
Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Pangan: Apakah Jebakan Malthus akan terjadi?
Jumlah Penduduk Dunia (miliar)World Population (B)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1981 1999 2015 2030
Negara Transisi
Negara Maju
Negara Berkembang
Penduduk 2030: Bertambah 3 miliar
500
1000
1500
2000
2500
3000
1981 1999 2015 2030
Negara Transisi
Negara Maju
Negara Berkembang
Pangan 2030: Kebutuhan bertambah 50%
Permintaan Biji-Bijian Dunia (ton)
Jebakan Thomas Malthus (berupa kondisi kekurangan pangan dan bahkankepunahan manusia) akan menjadi kenyataan jika manusia tidak mampumenggunakan mengembangkan tekonologi pangan dan pertanian ke depan
Pertumbuhan Penduduk Indonesia: Eksponensial
Sumber: BPS, Hasil Sensus Penduduk 2010
60.7 jt
97.1 jt119.2 jt
147.5 jt
179.4 jt
205.1 jt
237.6 jt
0 jt
50 jt
100 jt
150 jt
200 jt
250 jt
300 jt
1930 1940 1950 1961 1971 1980 1990 2000 2010
Sensus
Piramida Penduduk Indonesia 1961-20101971
0 2 4 6 8 10 12
0‐4
5‐9
10‐14
15‐19
20‐24
25‐29
30‐34
35‐39
40‐44
45‐49
50‐54
55‐59
60‐64
65‐69
70‐74
75+
Jutaan
0 2 4 6 8 10 12
Jutaan
PerempuanLaki‐laki
1961
0 2 4 6 8 10 12
0‐4
5‐9
10‐14
15‐19
20‐24
25‐29
30‐34
35‐39
40‐44
45‐49
50‐54
55‐59
60‐64
65‐69
70‐74
75+
Jutaan
0 2 4 6 8 10 12
Jutaan
PerempuanLaki‐laki
1980
0 2 4 6 8 10 12
0‐4
5‐9
10‐14
15‐19
20‐24
25‐29
30‐34
35‐39
40‐44
45‐49
50‐54
55‐59
60‐64
65‐69
70‐74
75+
Jutaan
0 2 4 6 8 10 12
Jutaan
PerempuanLaki‐laki
1990
0 2 4 6 8 10 12
0‐4
5‐9
10‐14
15‐19
20‐24
25‐29
30‐34
35‐39
40‐44
45‐49
50‐54
55‐59
60‐64
65‐69
70‐74
75+
Jutaan 0 2 4 6 8 10 12
Jutaan
PerempuanLaki‐laki
2000
0 2 4 6 8 10 12
0‐4
5‐9
10‐14
15‐19
20‐24
25‐29
30‐34
35‐39
40‐44
45‐49
50‐54
55‐59
60‐64
65‐69
70‐74
75+
Jutaan
0 2 4 6 8 10 12
Jutaan
PerempuanLaki‐laki
2010
0 2 4 6 8 10 12
0‐4
5‐9
10‐14
15‐19
20‐24
25‐29
30‐34
35‐39
40‐44
45‐49
50‐54
55‐59
60‐64
65‐69
70‐74
75+
Jutaan
0 2 4 6 8 10 12
Jutaan
PerempuanLaki‐laki
Sumber: BPS, Hasil Sensus Penduduk 2010
Angkatan Kerja Bertambah, Pengangguran Berkurang?
8.090.898.8144.02001Tahun Penduduk 15+ Angkatan kerja Bekerja Menganggur
2002 148.7 100.8 91.6 9.12003 151.4 102.8 82.8 9.92004 153.9 104.0 93.7 10.32005 158.5 105.9 94.0 11.92006 160.8 106.4 95.5 10.92007 164.1 109.9 99.9 10.02008 166.6 111.9 102.6 9.42009 169.3 113.8 104.9 9.02010 172.1 116.5 108.2 8.32011 171.8 117.4 109.7 7.7
Sumber: BPS-Sakernas (Survai Tenaga Kerja Nasional), berbagai tahun
Pergeseran Tenaga Kerja Sektor: Tak Terpola?
1.701.611.501.40Lainnya: tambang,gas dll109.67111.28108.21107.41Total (juta orang)
16.6517.0215.9615.62Jasa kemasyarakatan2.632.061.741.64Keuangan, perbankan5.085.585.625.82Transportasi, komunikasi
23.4023.2422.4922.21Perdagangan, hotel6.345.595.594.84Konstruksi
14.5413.7013.8213.05Perindustrian39.3342.4841.4942.83Pertanian
AgustusFebruariAgustusFebruari20112010Lapangan Pekerjaan
Sumber: BPS, 2011
Status Pekerjaan: Rentan terhadap Kejutan
109.67111.28108.21107.41Total (juta orang)17.9919.9818.7719.687. Pekerja keluarga/tak dibayar5.645.165.135.286. Pekerja bebas non-pertanian5.485.585.826.325. Pekerja bebas pertanian
37.7734.5132.5230.724. Buruh/Karyawan3.723.593.263.023. Berusaha, buruh tetap
19.6621.3121.6821.922. Berusaha, buruh tidak tetap19.4121.1521.0320.461. Berusaha sendiri
AgustusFebruariAgustusFebruari20112010Status Pekerjaan Utama
Sumber: BPS, 2011
“Sentra Produksi danPengolahan Hasil Bumidan Lumbung Energi
Nasional”"Pusat Produksi danPengolahan Hasil
Tambang & LumbungEnergi Nasional"
''Pusat Produksi danPengolahan Hasil
Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan, Migasdan Pertambangan
Nasional''
KoridorSumatera
Koridor Kalimantan
Koridor Sulawesi
''Pintu GerbangPariwisata dan
Pendukung PanganNasional''
"Pendorong Industri dan Jasa Nasional"
“Pusat PengembanganPangan, Perikanan,
Energi danPertambangan
Nasional”
Koridor Jawa
Koridor Bali - NTT
Koridor Papua – Kep. Maluku
MP3EI: Pengembangan 6 Koridor Ekonomi
Sumber: Kantor Menko Perekonomian, 2011
Kinerja Perdagangan Pangan 1990-2010
0
5
10
15
20
25
30
35
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
USD billion
Agro‐food exports Agro‐food imports Agro‐food balance
Sumber: UN Comtrade, Database 2011
Pangsa Ekspor Indonesia di Dunia, 1990-2010
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Coconuts Palm oil Coffee Cocoa beans Rubber%
Sumber: UN Comtrade Database 2011 dan FAO STAT 2011
0
20
40
60
80
100
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Wheat Soybean Cotton lint Bovine meat Milk ‐ excluding butter%
Pangsa Impor Indonesia di Dunia, 1990-2010
Sumber: FAO FAO STAT 2011
Tujuan Ekspor Produk Pertanian (% total)
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Vietnam
Spain
Egypt
Brazil
Korea
Bangladesh
Italy
Germany
Singapore
Japan
Netherlands
Malaysia
United States
China
India
Sumber: UN Comtrade, Database 2011
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Vietnam
Singapore
Malaysia
Canada
New Zealand
India
Brazil
Argentina
Thailand
China
Australia
United States
Asal Impor Produk Pertanian (% total)
Sumber: UN Comtrade, Database 2011
Penutup: Perubahan Kebijakan ke Depan• Benar, bahwa penyerapan angkatan kerja sektor pertanian masih
besar. Tapi sektor pertanian akan terlalu berat menanggungbeban berat, jika sektor perindustrian dan jasa tidak mampumenyerap tambahan tenaga kerja tersebut.
• Pembangunan ekonomi akan lebih beradab, jika insentif investasidi sektor industri manufaktur (dan jasa) juga terus dibangun dandigerakkan, sehingga terjadi multiplikasi serapan tenaga kerja.
• Sektor pertanian cenderung bergerak ke arah sistem inovasi danteknologi baru dengan tuntutan efisiensi dan produktivitas semakintinggi, sehingga mensyaratkan tenaga kerja terdidik dan terampil.
• Peningkatan kapasitas produksi sektor pertanian wajib dilakukan, melalui pendidikan formal dan non-formal, penyebaran informasi, pelatihan, pendampingan, dan pemberdayaan petani.
• KADIN Indonesia adalah ujung tombak transformasi struktural ini.